Sunteți pe pagina 1din 10

TUGAS RESUME

(Pertemuan 1)
PENGENALAN AUDIT INTERNAL
Audit Internal
Dosen Pengajar :
Ibnu Rachman, DR., Drs., M.Si., M.M., Ak., Qia.

Disusun oleh :
Kelompok 7
Hadiyan Nur Fauzan (011401239)
Imelda lamapaha (0115101260)
Ridwanullah Ramadani (0115101357)
Kelas K

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS WIDYATAMA
BANDUNG
2018
Terdapat 3 (Tiga) tipe dari business activity :
1. Operating Processes
Operating Processes pada sebagian besar organisasi merupakan suatu proses inti yang
dilalui untuk mencapai tujuan utamanya. Melalui proses ini organisasi menciptakan
nilai dan menyampaikannya secara langsung kepada konsumen.
2. Management and Support Processes
Management and Support Processes merupakan kegiatan yang mengawasi dan
mendukung proses penciptaan nilai inti dari perusahaan (organization’s core value-
creation process)
3. Projects
Projects merupakan suatu metode yang digunakan untuk menyelenggarakan kegiatan
yang menghasilkan nilai (value-creating activities). Projects digunakan ketika terjadi
kegiatan selama jangka waktu tertentu, memerlukan proses pengerjaan yang rumit, dan
relatif unik di mana memerlukan kegiatan spesifik yang tidak dilakukan secara
berkesinambungan. Projects juga sering digunakan pada sebagian besar organisasi
untuk membentuk kegiatan nonrutin untuk menciptakan aset untuk kepentingan
organisasi.
Understanding Business Processes
Internal auditor harus mengerti model bisnis suatu organisasi untuk bisa menambah nilai dan
meningkatkan kinerja operasi suatu organisasi. Model bisnis terdiri atas tujuan organisasi (Visi,
Misi, nilai serta Tujuan Tahunan) dan bagaimana struktur proses bisnisnya dapat mencapai
tujuan tersebut (Strategi tingkat pimpinan dan tingkat Taktis). Model bisnis tersebut biasanya
merupakan bagian dokumen internal yang tersedia untuk audior internal.
Untuk perusahaan terbuka, sumber eksternal terkait informasi model bisnis suatu organisasi
dapat tersedia. Contohnya adalah laporan analis mungkin memuat perspektif eksternal terhadap
strategi organisasi. Sementara Visi, misi, nilai serta tujuan perusahaan relatif sama dari tahun
ke tahun, fungsi internal audit harus di-updatesecara periodik mengenai pemahamannya
tentang strategi organisasi.
Terdapat dua pendekatan yang biasanya digunakan untuk membantu memahami proses bisnis
dan perannya dalam bisnis model:
1. Top dowm approach Dimulai pada penetapan tujuan di level organisasi, dan kemudian
diidentifikasi proses-proses kunci yang kritikal terhadap keberhasilan pencapaian setiap tujuan
tersebut.
2. Bottom up approach Dimulai dengan melihat semua proses pada level kegiatan. Hal ini
dilakukan oleh orang yang bertanggung jawab terhadap kegiatan aktualnya.
Ketika suatu proses sudah diidentifikasi (baik top-down maupun bottom-up) berikutnya adalah
menentukan tujuan kunci (key objectives) dari proses yang dilakukan. Auditor Internal perlu
untuk mengetahui pemilik proses (process owner) untuk memahami tujuan proses (proecess
objectives) Ketika tujuan proses sudah dipahami, langkah selanjutnya adalah memahami
proses masukan, kegiatan spesifik yang diperlukan untuk mencapai tujuan proses dan output
proses.
Sebagai tambahan dalam mengidentifikasi tujuan kunci, memahami proses tersebut
memerlukan pemahaman tentang bagaimana manajemen dan pemilik proses mengetahui
bahwa proses berjalan sesuai yang dikehendaki. Pemilik proses seharusnya memiliki KPI (Key
performance Indicator), yang merupakan suatu metrik ataupun dalam bentuk lain untuk
mengukur apakah suatu proses ataupun tugas individu telah dilakukan sesuai toleransi yang
ditetapkan.
Documenting Business Processes
Metode yang biasa digunakan untuk mendokumentasi proses adalah Process Map dan Process
Narative. Process Map merupakan gambaran yang merepresentasikan dari inout, langkah-
langkah, workflows, dan output.Tidak ada standar yang absolut mengenai format dan simbol
dari Process Mapping, namun harus konsisten penggunaannya. Process Map biasanya
digambarkan berupa urutan dari suatu kegiatan dari kanan ke kiri.
BusinessRisk
Ketika internal auditor sudah memahami tujuan organisasi dan proses kunci yang digunakan
untuk mencapai tujuan tersebut, langkah berikutnya adalah mengevaluasi risiko bisnis yang
dapat menghalangi pencapaian tujuan tersebut. Bagi organisasi yang telah menerapkan
Enterprise Risk Management (ERM), umumnya manajemen telah mengembagkan suatu risk
profile. Dalam kasus tersebut maka fungsi internal audit dapat membangun penilaian risikonya
dari risk profile tersebut. Bila risk profile tidak tersedia, maka fungsi internal audit adalah
menyusun profil sebagai titik awal untuk perencanaan audit tahunan.
Pendekatan umum yang dapt dilakukan untuk mengembangkan risk profile adalah dengan
melakukan sesi brainstorming dengan senior manajemen atau, jika mereka tidak dapat, dengan
anggota fungsi internal audit. Potensi risiko dibagi ke dalam 4 (empat) kategori sesuai dengan
ERM COSO yaitu Strategic Risks, Compliance Risks, Reporting Risks, dan Operations Risks.
Risiko yang beraneka ragam tersebut kemudian dinilai dampak dan keterjadiannya seperti
gambar di bawah ini.

Tahap selanjutnya adalah dimasukannya risiko-riko yang telah terdapat dalam Risk Model ke
dalam Matriks Risk Assessment di atas dan menghubungkan risiko yang telah teridentifikasi
dengan tujuan spesifiknya. Hal tersebut akan membantu untuk memastikan bahwa semua risiko
kunci, dan dampak yang dihasilkan telah diidentifikasi

Memetakan Resiko Pada Proses Bisnis


A. Membangun Respon yang Sesuai untuk Masing-masing Risiko
Respon yang bisa diberikan oleh organisasi terhadap risiko (perspektif ERM):
1) Avoidance/Penghindaran (contoh: tidak meluaskan pangsa pasar, menjual sebuah
divisi)
2) Reduction/Pengurangan yaitu mengurangi dampak, keterjadian atau keduanya
(contoh: mengimplementasikan control)
3) Sharing/Membagi dengan mentransfer atau membagi porsi risiko, (contoh:
asuransi, hedging, outsource activity)
4) Acceptance/Penerimaan organisasi memilih menerima risiko dengan level
tertentu daripada menggunakan sumber daya untuk merespon dengan cara lainnya.
IIA Standard 2010 bilang:
“Planning explicity requires CAE to ‘establish a risk-based plan to determine the
priorities of the internal audit activity, consistent with the organization’s goals’”
Atau
Perencanaan secara eksplisit membutuhkan CAE untuk 'menetapkan rencana berbasis
risiko untuk menentukan prioritas kegiatan audit internal,yangkonsisten dengan
tujuan organisasi
B. Menganalisis Proses untuk menentukan adanya hubungan antara proses dan
risiko
C. Hubungan yang sudah dianalisis (antara proses dan risiko), Dievaluasi untuk
menentukan mana yang kunci atau bukan (sekunder)
Hubungan kunci (Key link) yang prosesnya dilaksanakan secara langsung untuk
memanaje risiko. Hubungan sekunder (secondary link) yang prosesnya dilaksanakan
secara tidak langsung untuk memanaje risiko.
RBPM pada exhibit 5-11 di atas digunakan internal auditor untuk memutuskan bagian mana
yang harus dimasukkan kedalam rencana audit fungsional tahunan. Langkahnya menghitung
jumlah link key dan secondary untuk setiap proses. Hal ini karena link tersebut akan
mempengaruhi tipe audit yang akan dilakukan.
Selain pakai RBPM, pendekatan lain untuk mencari hubungan antara bisnis proses dan risiko
adalah dengan membangun factor risiko dasar yang digunakan untuk mengevaluasi risiko
melalui proses (risk factor approach). Biasanya model RF ini diidentifikasi 7 sampai 15 faktor
untuk mengassess masing2 proses. Biasanya ada 2 jenis factor,external risk factordaninternal
risk factor.
a) External Risk Factor Berkaitan dengan faktor-faktor yang dibangun ke dalam lingkungan
dan sifat proses itu sendiri.
b) Internal Risk Factor Berkaitan dengan kontrol batas yang dirancang ke dalam
prosesuntukmenjaminpencapaian tujuan, kinerja orang-orang yang terlibat dalam kegiatan
dan dalam mengelola proses, dan tingkat perubahan dalam proses dan lingkungan di
manabisnisberoperasi.
Setelah factor diidentifikasi, ada 3 keputusan yang harus dibuat sebelum model
diimplementasikan:
1. Menentukan skala untuk tiap factor yang di assess
2. Menentukan pembobotan untuk tiap factor
3. Menentukan bagaimana tiap factor dikombinasikan
Proses Bisnis dan Risiko dalam Assurance Engagement
Assurance engagement ialah pemeriksaan obyektif pada bukti-bukti dengan tujuan
memberikan penilaian independen terhadap tata kelola, manajemen risiko dan proses kontrol
untuk organisasi.
Business Process Outsorcing
Business Process Outsorcing adalah tindakan mentransfer beberapa proses bisnis organisasi ke
penyedia luar guna mencapai pengurangan biaya, efektivitas operasi, atau efisiensi operasional
sekaligus meningkatkan kualitas pelayanan.
Dulu yang paling awal ada outsorce gini sih di payrollsama fungsi IT. Sekarang berkembang
menjadi HRD, engineering, CS, keuangan dan akuntansi.
Karena outsorce ini, beberapa sistem IC jadi lebih baik dan efisien, tetapi ada juga risiko
tambahan. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam IC pada bisnis prosesoutsorcing:
a. mendokumentasikan proses outsorcedan menunjukkan kontrol utamayangtelahdi
outsorce
b. memastikan ada cara memantau efektivitas proses outsorce
c. memperoleh keyakinan bahwa pengendalian internal yang melekat dalam proses
outsorce beroperasi secara efektif, baikmelalui audit internal kontrolatautinjauan
eksternal kontrol
d. mengevaluasi secara berkala apakah kasus bisnis outsorcingtetap berlaku

PELUANG UNTUK MEMBERIKANWAWASAN


Kemampuan dari auditor internal dalam menganalisis proses bisnis dan risiko terkait
penyediaan fungsi audit internal member kesempatan untuk menambah nilai yang signifikan
bagi organisasi melalui wawasan mereka terkait pekerjaan yang dilakukan yang dapat
diberikan kepada manajemen di tingkat operasional dan eksekutif. Kesempatan untuk
menerapkan keterampilan ini mungkin datang sebagai akibat dari pekerjaan yang dilakukan
untuk memberikan keyakinan pada manajemen risiko dan pengendalian internal dalam rangka
keterlibatan jaminan tradisional seperti inisiatif rekayasa ulang proses bisnis, ulasan dalam
merger dan akuisisi, atau review sebelum impelementasi sistem.

S-ar putea să vă placă și