Sunteți pe pagina 1din 8

KASUS

Pria berusia 73 tahun dengan riwayat diabetes melitus, asam urat,


osteoartritis, dan hipertensi di rawat inap dengan kemungkinan urosepsis.
ia baru saja menyelesaikan antibiotik selama 10 hari dan siap untuk
dilepaskan ketika laboratorium paginya menunjukkan peningkatan
konsentrasi BUN dan kreatinin serum. setelah diperiksa, ia ditemukan
mengidap edema, pertambahan berat badan, mual, peningkatan tekanan
darah, dan rales pada auskultasi dada.
a. Tanda dan gejala apa yang diderita pasien yang mungkin
mengindikasikan ARF?
b. Apa faktor risiko pasien terhadap ARF?
c. Terapi apa yang cocok untuk pasien ?

ETIOLOGI
Gagal ginjal atau acute kidney injury (AKI) yang dulu disebut injury acute
renal failure (ARF) dapat diartikan sebagai penurunan cepat/tiba-tiba atau
parah pada fungsi filtrasi ginjal. Kondisi ini biasanya ditandai oleh
peningkatan konsentrasi kreatinin serum atau azotemia (peningkatan
konsentrasi BUN (blood Urea Nitrogen). Setelah cedera ginjal terjadi,
tingkat konsentrasi BUN kembali normal, sehingga yang menjadi patokan
adanya kerusakan ginjal adalah penurunan produksi urin.

Penyebab gagal ginjal pada renal (gagal ginjal intrinsik) dibagi antara lain ;

 Kelainan pembuluh darah ginjal, terjadi pada hipertensi maligna,


emboli kolesterol, vaskulitis, purpura, trombositopenia trombotik,
sindrom uremia hemolitik, krisis ginjal, scleroderma, dan toksemia
kehamilan.
 Penyakit pada glomerolus, terjadi pada pascainfeksi akut,
glomerulonefritis, proliferatif difus dan progresif, lupus eritematosus
sistemik, endokarditis infektif, sindrom Goodpasture, dan vaskulitis.
 Tubulus akut akibat iskemia, zat nefrotksik (aminoglikosida,
sefalosporin, siklosporin, amfoterisin B, aziklovir, pentamidin, obat
kemoterapi, zat warna kontras radiografik, logam berat,
hidrokarbon, anaestetik), rabdomiolisis dengan mioglobulinuria,
hemolisis dengan hemoglobulinuria, hiperkalsemia, protein
mieloma, nefropati rantai ringan,
 Penyakit interstisial pada nefritis interstisial alergi (antibiotika,
diuretic, allopurinol, rifampin, fenitoin, simetidin, NSAID), infeksi
(stafilokokus, bakteri gram negatif, leptospirosis, bruselosis, virus,
jamur, basil tahan asam) dan penyakit infiltratif (leukemia, limfoma,
 Prinsip pengobatan dari GGA berdasarkan dari stadium
penyakitnya yang direkomendasikan oleh KDIGO adalah bersifat
suportif, yaitu perbaikan cairan, tekanan darah, elektrolit dan terapi
pengganti ginjal.
Data kasus ;

a. Pasien Pria berumur 73 tahun


b. Riwayat penyakit : diabetes melitus, asam urat, osteoartritis, dan
hipertensi dan urosepsis
c. Dirawat dirumah sakit
d. Riwayat pengobatan:terapi diabetes melitus, gout, osteoartritis, dan
antihipertensi serta antibiotik selama 10 hari
e. Data laboratorium : peningkatan BUN dan kreatinin serum
f. Tanda yang ditemukan : edema, pertambahan berat badan, mual,
peningkatan tekanan darah,

PENYELESAIAN

Berdasarkan data kasus maka;

a. Faktor risiko pasien;


1) Untuk ARF/ GGA saat dirawat di rumah sakit termasuk usia
lanjut (> 60 tahun), jenis kelamin pria, infeksi akut, dan sudah
ada sebelumnya penyakit kronis pada sistem pernapasan atau
kardiovaskular.
2) Riwayat penyakit : diabetes melitus, asam urat, osteoartritis, dan
hipertensi dan urosepsis
3) Riwayat penyakit : diabetes melitus, asam urat, osteoartritis, dan
hipertensi
Nefropati diabetik (ND) merupakan komplikasi penyakit diabetes
mellitus yang termasuk dalam komplikasi mikrovaskular, yaitu
komplikasi yang terjadi pada pembuluh darah halus (kecil). Hal
ini dikarenakan terjadi kerusakan pada pembuluh darah halus di
ginjal. Kerusakan pembuluh darah menimbulkan kerusakan
glomerulus yang berfungsi sebagai penyaring darah. Tingginya
kadar gula dalam darah akan membuat struktur ginjal berubah
sehingga fungsinyapun terganggu.
4) Dirawat dirumah sakit
Individu yang dirawat di rumah sakit berisiko tinggi menderita
ARF;kejadian yang dilaporkan adalah 7% dan insiden ARF
sangat nyata lebih tinggi pada pasien sakit kritis, mulai dari 6%
hingga 23% . Angka kematian terkait dengan GGA, yang
dilaporkan berkisar dari 35% hingga 80%. Hal ini terkait dengan
pengobatan yang dijalani oleh pasien yang dapat memicu
terjadinya ARF. Penyebab paling umum dari ARF yang didapat
di rumah sakit adalah prerenal iskemia sebagai akibat dari
berkurangnya perfusi ginjal sekunder sepsis, mengurangi curah
jantung, dan / atau pembedahan. ARF yang diinduksi obat
dapat menyebabkan 18% hingga 33% kejadian di rumah sakit.
5) Riwayat pengobatan:terapi diabetes melitus, gout, osteoartritis,
dan antihipertensi serta antibiotik selama 10 hari
Agen farmakologis umumnya terkait dengan ARF, yakni agen
kemoterapi, obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID), angiotensin-
converting enzim (penghambat enzim), bloker reseptor
angiotensin, dan obat antivirus.
Pada terapi gout dan osteoatritis biasanya menggunakan obat
golongan antiinflamasi non steroid yang dapat menghambat
prostaglandin, dimana prostaglandin dibutuhkan dalam
vasodilatasi pembuluh darah arteri afferen pada glomerulus, bila
ini dihambbat maka terjadi vasokonstriksi arteri afferen dan
vasodilatasi arteri efferen sehingga tekanan dalam glomerulus
rendah dan laju filtrasi darah menurun yang menyebabkan
gagal ginjal akut (allupurinol)
Pada terapi antihipertensi dengan penggunaan ACE inhibitor
akan mempegaruhi pembuluh darah afferen mengalami
konstriksi dan pembuluh darah efferen yang seharusnya terjadi
konstriksi mengalami dilatasi dan sehingga laju filtrasi darah
pada glomerulus menurun yang menyebabkan gagal ginjal akut
(lisinopril, captopril ,dll)

Antibiotik ; aminoglikosida, sefalosporin, siklosporin, amfoterisin-


B karena bersifat zat nefrotksik.
b. Tanda dan gejala pada pasien yang mengindikasikan menderita
ARF atau Gagal ginjal akut adalah adanya peningkatan BUN dan
kreatinin serum pada pasien.
Pembahasan; peningkatan BUN ( Blood Urea Nitrogen), penigkatan
kreatitin serum adanya pitting edema (menandakan adanya retensi
cairan), pertambahan berat badan, mual dan tekanan darah yang
merupakan tanda dan gejala klinis dari gagal ginjal akut yang
menandakan penurunan laju filtrasi glomerulus (GFR) sehingga
terjadi penimbunan cairan dalam tubuh. Edema paru terjadi pada
penderita yang mendapat terapi cairan, asidosis metabolik dengan
manifestasi takipnea , urosepsis dan gejala klinik lain tergantung
dari faktor penyebabnya.
c. Terapi yang cocok untuk pasien adalah
1) Dopamin
Penggunaan dopamine dalam dosis rendah (≤ 5
mcg/kgBB/menit) tidak dianjurkan karena hanya memberikan
efek sementara perbaikan fisiologis ginjal dan tidak memberikan
keuntungan klinis berikutnya
2) Diuretik (Furosemid)
Furosemid 1-2 mg/kgBB, p.o. atau i.v., dapat diulang tiap 6-8
jam reserpin 0,02-0,07 mg/kgBB/hari dibagi 2 dosis
3) Kontrol glikemik
Total energi yang disarankan untuk diberikan adalah 20 – 30
kkal/kgBB/hari
Total protein yang disarankan untuk diberikan:
8 – 1.0 gr/kgBB/hari pada GGA tanpa dialisis
0 – 1.5 gr/kgBB/hari pada GGA dengan atau memerlukan
dialisis
Maksimum 1.7 gr/kgBB/hari pada GGA dengan continous renal
replacement therapy (CRRT)
4) Menghindari obat-obatan nefrotoksik seperti contohnya:
Aminoglikosida, Obat anti inflamasi non-steroid (OAINS), Obat-
obatan kemoterapi untuk kanker, Radiokontras
DAFTAR PUSTAKA

Neal, M.J., 2006, At A Glance Farmakologi Medis, Edisi Kelima, Erlangga,


Jakarta.

Katzung, B. G., S. B. Masters, dan A. J. Trevor, 2012, Farmakologi Dasar


dan Klinik Edisi 12, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Dipiro.JT., 2009, Pharmacoterapy Handbook 7th edition, Mc Graw Hill,


New York.
TUGAS FARMAKOTERAPI II
“STUDI KASUS GAGAL GINJAL AKUT”

NAMA : YUSTINA GA BANI


NIM : 17.01.334
KELAS : TRANSFER B 2017

SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI


MAKASSAR
2018

S-ar putea să vă placă și