Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
KEPUTUSAN
DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
PROF. DR. W.Z. JOHANNES KUPANG
NOMOR : TAHUN 2015
TE NTAN G
KEBIJAKAN PENGELOLAAN PERBEKALAN FARMASI PADA
INSTALASI FARMASI RSUD. PROF. DR.W. Z. JOHANNES KUPANG
DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PROF. DR. W.Z. JOHANNES KUPANG
MEMUTUSKAN
Menetapkan :
Kesatu : KEPUTUSAN DIREKTUR RSUD PROF. DR. W. Z JOHANNES KUPANG TENTANG
KEBIJAKAN PENGELOLAAN PERBEKALAN FARMASI PADA INSTALASI FARMASI
RSUD PROF. DR. W. Z JOHANNES KUPANG;
Kedua : Kebijakan Pengelolaan Perbekalan Farmasi pada Instalasi Farmasi RSUD Prof. DR.
W. Z Johannes Kupang sebagaimana dimaksud dalam Diktum Kesatu tercantum
dalam Lampiran Keputusan ini;
Ketiga : Kebijakan Pengelolaan Perbekalan Farmasi pada Instalasi Farmasi RSUD Prof. DR.
W. Z Johannes Kupang sebagaimana dimaksud Diktum Kedua agar digunakan
sebagai pedoman pengelolaan perbekalan farmasi oleh tenaga dalam melaksanakan
pelayanan farmasi di Rumah Sakit;
Keempat : Pembinaan dan pengawasan pelaksanaan Keputusan ini dilakukan oleh Satuan
Pengawas Intern RSUD Prof. DR. W. Z Johannes Kupang;
Kelima : Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan ketentuan akan ditinjau
kembali sebagaimana mestinya apabila dikemudian hari ternyata terdapat kekeliruan
dalam penetapannya.
DITETAPKAN DI : K U PAN G
PADA TANGGAL :
Tembusan :
1. Wakil Direktur Umum dan Keuangan;
2. Wakil Direktur Pelayanan;
3. Wakil Direktur Penunjang Pelayanan;
4. Satuan Pengawas Internal;
5. Kepala Instalasi Farmasi;
6. Arsip.
LAMPIRAN I
SURAT KEPUTUSAN DIREKTUR RSUD PROF. DR. W. Z. JOHANNES
NOMOR : TAHUN 2015
TANGGAL : 04 AGUSTUS 2015
KEBIJAKAN PENGELOLAAN PERBEKALAN FARMASI PADA
INSTALASI FARMASI RSUD. PROF. DR.W. Z. JOHANNES KUPANG
Pelayanan farmasi rumah sakit adalah bagian yang tidak terpisahkan dari sistem pelayanan
kesehatan rumah sakit yang utuh dan berorientasi kepada pelayanan pasien, penyediaan obat yang
bermutu, termasuk pelayanan farmasi klinik yang terjangkau bagi semua lapisan masyarakat.
Instalasi Farmasi bertanggung jawab terhadap semua barang farmasi yang beredar di rumah sakit
tersebut dengan menjamin ketersediaan sediaan farmasi dan alat kesehatan yang bermutu,
bermanfaat, aman dan terjangkau.
Pasal 1
TUJUAN
Tujuan Pelayanan Farmasi adalah melaksanakan pengelolaan perbekalan farmasi di RSUD
Prof. DR. W. Z. Johannes Kupang untuk memperluas cakupan pelayanan farmasi;
memberikan pelayanan kefarmasian yang dapat menjamin ketersediaan,efektifitas, keamanan
dan efisiensi penggunaan obat; meningkatkan kerjasama dengan pasien dan profesi kesehatan
lain yang terkait dengan pelayanan farmasi; melaksanakan kebijakan obat di RSUD Prof. DR.
W. Z. Johannes Kupang dalam rangka meningkatkan penggunaan obat secara rasional
Pasal 2
Fungsi pelayanan Farmasi
a. Pengelolaan perbekalan farmasi meliputi :
Memilih perbekalan farmasi sesuai kebutuhan pelayanan rumah sakit
Merencanakan kebutuhan perbekalan farmasi secara optimal
Mengadakan perbekalan farmasi berpedoman pada perencanaan yang telah dibuat
sesuai ketentuan yang berlaku
Memproduksi perbekalan farmasi untuk memenuhi kebutuhan pelayanan
kesehatan di rumah sakit
Menerima perbekalan farmasi sesuai dengan spesifikasi dan ketentuan yang
berlaku
Menyimpan perbekalan farmasi sesuai dengan spesifikasi dan ketentuan yang
berlaku
Mendistribusikan perbekalan farmasi ke unit-unit pelayanan di rumah sakit
Pasal 6
PEMILIHAN/SELEKSI OBAT PERBEKALAN FARMASI
1. Pemilihan/seleksi obat merupakan proses seleksi obat oleh Panitia Farmasi dan Terapi
dengan peran aktif Apoteker.
2. Kegiatan pemilihan perbekalan farmasi di RSUD Prof DR W. Z. Johannes Kupang
dilakukan dengan meninjau masalah kesehatan yang terjadi di rumah sakit untuk
pemilihan obat dilakukan dengan mengidentifikasi pemilihan terapi, bentuk dan dosis,
menentukan kriteria pemilihan dengan memprioritaskan obat esensial, standarisasi sampai
memperbaharui standar obat.
3. Pemilihan obat di RSUD Prof DR W. Z. Johannes Kupang merujuk kepada DOEN
(Daftar Obat Esensial Nasional), Formularium Nasional dan Formularium Rumah Sakit.
4. Kriteria pemilihan obat yang baik, meliputi :
a. Jenis obat yang dipilih seminimal mungkin dengan cara menghindari kesamaan jenis,
b. Hindari penggunaan obat kombinasi, kecuali jika obat kombinasi memiliki efek yang
lebih baik dibandingkan efek tunggal,
c. Apabila obat banyak, maka dipilih obat yang merupakan pilihan ( drug of choice) dari
penyakit yang prevalensinya tinggi.
5. Pemilihan alat kesehatan, reagensia, radiologi, radio farmasi, gas medis dan nutrisi di
RSUD Prof DR W. Z. Johannes Kupang merujuk kepada data serapan oleh user , standar
ISO, daftar harga, harga e- catalog daftar Alat kesehatan yang dikeluarkan oleh Ditjen
Bina Kefarmasian, serta spesifikasi yang ditetapkan oleh Rumah Sakit.
6. Penentuan seleksi obat di RSUD Prof DR W. Z. Johannes merupakan peran aktif apoteker
dalam Panitia Farmasi dan Terapi untuk menetapkan kualitas dan efektivitas
Pasal 8
PERENCANAAN PERBEKALAN FARMASI
1 Merupakan proses kegiatan dalam pemilihan jenis, jumlah, dan harga perbekalan farmasi
yang sesuai dengan kebutuhan dan anggaran, untuk menghindari kekosongan obat dengan
menggunakan metode yang dapat dipertanggung jawabkan dan dasar-dasar perencanaan
yang telah ditentukan antara lain Konsumsi, Epidemiologi, Kombinasi metode konsumsi
dan epidemiologi disesuaikan dengan anggaran yang tersedia.
2 Perencanaan adalah proses kegiatan yang dilakukan oleh Kepala Instalasi Farmasi dalam
pemilihan jenis, jumlah dan harga perbekalan farmasi yang sesuai dengan kebutuhan dan
anggaran untuk menghindari kekosongan obat
3 Dalam proses perencanaan perlu dilakukan kompilasi penggunaan perbekalan farmasi
yang berfungsi untuk mengetahui penggunaan bulanan setiap bulan di unit pelayanan
selama setahun dan sebagai data pembanding bagi stok optimum. Informasi yang
diperoleh dari hasil kompilasi adalah jumlah penggunaan tiap jenis perbekalan farmasi
pada masing-masing unit pelayanan, rerata penggunaan tiap jenis perbekalan farmasi dan
presentase penggunaan tiap jenis perbekalan farmasi terhadap total penggunaan setahun
seluruh unit pelayanan.
4 Pedoman dalam Perencanaan : DOEN, Formularium Nasional, Formularium Rumah
Sakit, Standar Terapi Rumah Sakit, Data Catatan Rekam Medik, Anggaran yang tersedia,
Penetapan prioritas, siklus penyakit, sisa persediaan, data pemakaian periode yang lalu
dan rencana pengembangan
5 Perbekalan Famiasi adalah obat, alat kesehatan, bahan kimia, radio farmasi dan gas
medis.
6 Penyediaan perbekalan farmasi harus memenuhi ketentuan dan persyaratan yang
ditetapkan oleh RSUD Prof. DR. W. Z. Johannes Kupang
7 Pengelolaan perbekalan farmasi dilaksanakan secara efektif dan efisien.
8 Perencanaan perbekalan farmasi bahan obat harus dibuat setiap tahun dengan
mengusulkan perencanaan kebutuhan perbekalan farmasi selama satu tahun untuk tahun
berikutnya dengan melihat data serapan (metode konsumsi) dan kebutuhan user yang
belum terakomodir tahun sebelumnya kepada bagian perencanaan pada bulan Februari
tahun berjalan untuk dimasukkan ke dalam Rencana Kegiatan Anggaran Tahun Anggaran
berikutnya.untuk satu bulan dua kali pada minggu pertama dan minggu keempat
9 Perencanaan perbekalan farmasi alat kesehatan, bahan kimia, radio farmasi dan gas medis
harus disusun setiap tahun dengan mengacu pada data serapan data penggunaan
perbekalan farmasi tahun sebelumnya.
Pasal 9
PENGADAAN PERBEKALAN FARMASI
1. Perbekalan Farmasi adalah sediaan farmasi yang terdiri dari obat, bahan obat, alat
kesehatan, reagensia, radio farmasi dan gas medis.
2. Pengadaan merupakan kegiatan untuk merealisasikan kebutuhan yang telah direncanakan
dan disetujui, melalui pembelian baik secara langsung ataupun tender, produksi atau
pembuatan sediaan farmasi, serta sumbangan atau hibah.
3. Pengadaan melalui pembelian, baik secara langsung ataupun tender, dilakukan secara on
line melalui e-procurement/e-purchasing maupun off line secara manual berdasarkan
harga e-catalogueue
4. Pembelian obat-obatan yang tidak terdapat pada pada e-catalogueue, untuk pasien
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) diadakan berdasarkan harga Daftar Plafon Harga
Obat atau pembelian dengan penawaran harga kompetitif dan dicari harga terendah untuk
mencapai keseimbangan yang tepat antara mutu dengan harga.
5. Apabila terdapat dua pemasok dengan penawaran kompetitif harga terendah, Apoteker
harus mendasarkan pada kriteria : mutu produk, reputasi produsen, harga, berbagai syarat,
ketepatan waktu pengiriman, mutu pelayanan pemasok, dapat dipercaya, kebijakan
tentang barang yang dikembalikan, dan pengemasan.
6. Proses pembelian perbekalan farmasi mempunyai beberapa langkah yang baku dan
merupakan siklus yang berjalan terus menerus sesuai dengan kegiatan rumah sakit.
Langkah proses pengadaan dimulai dengan mereview daftar perbekalan farmasi yang
diadakan, menentukan jumlah masing-masing item yang akan dibeli, menyesuaikan
dengan situasi keuangan, memilih metode pengadaan, memilih rekanan, membuat syarat
kontrak kerja, memonitor pengiriman barang, menerima barang, malakukan pembayaran
serta menyimpan kemudian mendistribusikan.
7. Pembelian dilakukan secara langsung bersumber dari dana BLUD maupun melalui tender
bersumber dari dana APBD I untuk perbekalan farmasi yang belum tersedia dalam e-
catalogue, untuk yang sudah tersedia dalam e-catalogue dilakukan melalui e-
procurement/e-purchasing.
8. Pembelian secara langsung bersumber dari dana BLUD dilakukan secara on line melalui
e-procurement/e-purchasing maupun off line secara manual berdasarkan harga e-
catalogue, dan dilakukan terjadwal setiap triwulan berdasarkan permintaan dari Instalasi
Farmasi kepada Pejabat Pembuat Komitmen dan Panitia Pengadaan setelah disetujui oleh
Direksi Bagian Keuangan dan Bagian Perencanaan.
9. Pembelian secara tender bersumber dari dana APBD I dilakukan secara on line melalui e-
procurement/e-purchasing atau tender tergantung nilai PAGU Anggaran jika perbekalan
farmasi tersebut yang termuat dalam DPA SKPD RSUD. Prof. Dr. W.Z. Johannes tidak
tersedia dalam e-catalogue.
10. Pengadaan Perbekalan Farmasi bahan obat dilakukan satu bulan dua kali pada minggu
pertama dan minggu keempat, khusus untuk obat-obat yang CITO maka dapat segera
dilakukan pengadaan sisipan diantara setiap triwulan. Kategori obat yang cito adalah
obat-obatan yang diluar permintaan dari Instalasi Farmasi dengan alasan obat-obatan
tersebut sangat dibutuhkan (life saving), atau khusus untuk pasien dengan penyakit khusus
yang telah diajukan obatnya kepada PFT dan disetujui untuk diadakan.
11. Pengadaan Perbekalan Farmasi alat kesehatan, bahan kimia, radio farmasi dan gas medis
dilakukan setiap tahun dengan mengacu pada data penggunaan perbekalan farmasi tahun
sebelumnya.
Pasal 10
PRODUKSI NON STERIL
12. Produksi perbekalan farmasi di rumah sakit adalah kegiatan membuat, merubah bentuk,
dan pengemasan kembali sediaan farmasi steril atau non steril untuk memenuhi
kebutuhan pelayanan kesehatan di rumah sakit.
13. Kriteria perbekalan farmasi yang diproduksi adalah : sediaan farmasi dengan formula
khusus, sediaan farmasi dengan mutu sesuai standar dengan harga yang lebih murah,
sediaan farmasi yang memerlukan pengemasan kembali, sediaan farmasi yang tidak
tersedia dipasaran, sediaan farmasi untuk penelitian, sediaan farmasi nutrisi parenteral,
rekonstitusi sediaan perbekalan farmasi sitostatika dan sediaan farmasi yang harus selalu
dibuat baru (recenter paratus)
14. Jenis perbekalan farmasi yang diproduksi :
a. Produksi Steril :
1) Sediaan Steril
2) Total Parenteral Nutrisi (TPN)
3) Pencampuran obat suntik/Intravena
4) Rekonstitusi sediaan perbekalan farmasi sitostatika
5) Pengemasan kembali (repacking)
b. Produksi Non Steril :
1) Pembuatan Puyer/Sirup/Salep
2) Pengemasan kembali (repacking)
3) Pengenceran
15. Produksi perbekalan farmasi non steril adalah menyediakan satu atau lebih bahan baku
menjadi sediaan yang dikehendaki.
16. Kegiatan produksi non steril dilakukan di Instalasi Farmasi RSUD Prof. DR. W. Z.
Johannes Kupang oleh petugas Instalasi Famasi.
17. Kegiatan produksi non steril dilakukan oleh petugas Instalasi Famiasi RSUD Prof. DR.
W. Z. Johannes Kupang
18. Pengadaan perbekalan farmasi melalui sumbangan/hibah/droping pada prinsipnya
pengelolaannya mengikuti kaidah umum pengelolaan perbekalan farmasi. Perbekalan
farmasi yang tersisa dapat dipakai untuk penunjang kegiatan pelayanan kesehatan disaat
situasi normal.
Pasal 11
PENERIMAAN PERBEKALAN FARMASI
1. Perbekalan Farmasi adalah sediaan farmasi yang terdiri dari obat, bahan obat, alat
kesehatan, reagensia, radio farmasi dan gas medis.
2. Penerimaan merupakan kegiatan untuk menerima perbekalan farmasi yang telah diadakan
sesuai dengan aturan kefarmasian melalui pembelian langsung, tender, konsinyasi,
sumbangan atau hibah.
3. Penerimaan perbekalan farmasi harus dilakukan oleh petugas yang bertanggung jawab.
Petugas yang dilibatkan dalam penerimaan harus terlatih baik dalam tanggung jawab dan
tugas pekerjaan mereka, serta harus mengerti sifat penting dari perbekalan farmasi. Dalam
tim/panitia penerima harus ada tenaga farmasi. Hal ini bertujuan untuk menjamin
perbekaln farmasi yang diterima sesuai dengan kontrak baik spesifikasi mutu, jumlah
maupun waktu kedatangan.
4. Semua perbekalan farmasi yang diterima harus diperiksa dan disesuaikan dengan
spesifikasi, jumlah dan jenis pada order pembelian rumah sakit, no batch, tanggal faktur,
expire date minimal 2 tahun kecuali untuk vaksin dan sera. Semua perbekalan farmasi
harus dalam kondisi baik dan ditempatkan dalam tempat persediaan, segera setelah
diterima, perbekalan farmasi harus segera disimpan didalam lemari atau tempat lain yang
aman.
5. Pedoman dalam penerimaan perbekalan farmasi mempunyai Sertifikat Analisa Produk,
mempunyai Material Safety Data Sheet (MSDS) khusus Bahan berbahaya, untuk alat
kesehatan/kedokteran hams mempunyai certificate of origin.
6. Penerimaan perbekalan farmasi hams sesuai dengan surat permintaan dari gudang farmasi
baik jumlah, jenis dan kondisinya.
7. Penerimaan perbekalan farmasi dari Distributor harus disertai dengan lampiran surat
pesanan (SP) dari unit layanan pengadaan/panitia pengadaan.
Pasal 12
PENYIMPANAN PERBEKALAN FARMASI
Pasal 14
PENCATATAN DAN PELAPORAN
Pasal I
SISTEM
Instalasi Farmasi harus menerapkan sistem Pengelolaan Perbekalan Kefarmasian satu pintu
Pasal 2
ORGANISASI
Dalam Struktur Organisasi RSUD Prof. DR. W. Z. Johannes Kupang, Instalasi Farmasi
berada dibawah Wakil Direktur Penunjang Pelayanan
Pasal 3
KETENAGAAN DAN KUALIFIKASI PENDIDIKAN
Instalasi Farmasi dipimpin oleh Apoteker, berijasah sarjana farmasi, telah lulus sebagai
Apoteker dan telah mengucapkan sumpah jabatan Apoteker yang memiliki Surat Tanda
Registrasi Apoteker dan Sertifikat Kompetensi serta Surat Ijin Praktek Apoteker.
Staf Instalasi Farmasi yang bekerja sebagai tenaga kefarmasian, berijasah Sarjana Farmasi,
Diploma Tiga Farmasi, Sekolah Menengah Farmasi yang telah lulus dan telah mengucapkan
sumpah jabatan yang memiliki Surat Tanda Registrasi Tenaga Teknis Kefarmasian dan Surat
Ijin Kerja Tenaga Teknis Kefarmasian.
Pasal 4
STAF DAN PIMPINAN
Kepala Instalasi Farmasi dipimpin oleh Apoteker yang bertanggung jawab terhadap segala
aspek hukum dan peraturan-peraturan farmasi baik terhadap administrasi sediaan farmasi dan
pengawasan distribusi.
Setiap saat harus ada apoteker di tempat pelayanan untuk melangsungkan dan mengawasi
pelayanan farmasi dan harus ada pendelegasian wewenang yang bertanggung jawab bila
kepala farmasi berhalangan.
Pada pelaksanaan distribusi atau penyaluran sediaan farmasi Kepala Instalasi Farmasi
dibantu oleh Apoteker Pendamping dan Tenaga Teknis Kefarmasian (Ahli Madya Farmasi/D-
3 dan Tenaga Menengah Farmasi/AA), Sarjana Farmasi terlibat dalam pekerjaan kefarmasian
terkait pekerjaan administrasi kefarmasian pada Gudang (Seleksi, Perencanaan, Penerimaan,
Penyimpanan, dan pencatatan pelaporan)
Pasal 5
CAKUPAN
Cakupan Pengelolaan Perbekalan Farmasi di Instalasi Farmasi meliputi Seleksi, Perencanaan,
Pengadaan, Produksi Non Steril dan Non steril, Penerimaan, Penyimpanan, Pendistribusian,
Penggunaan, Pengendalian, Penghapusan, Administrasi dan Pelaporan serta Monitoring dan
Evaluasi yang diperlukan bagi kegiatan pelayanan.
Pasal 7
KEBIJAKAN PENGGUNAAN FORMULARIUM
Kupang, ………………………..
Direktur
RSUD Prof. DR. W. Z. Johannes Kupang