Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
KONSEP MEDIS
A. DEFINISI
Gagal ginjal kronik (cronik kidney diases) merupakan perkembangan gagal ginjal yang
progresif dan lambat pada setiap nefron (biasanya berlangsung beberapa tahun dan tidak
reversible). (nurarif,dkk 2015)
Gagal ginjal kronik merupakan akibat terminal destruktif jaringan dan kehilangan fungsi
ginjal yang berangsur-angsur. Keadaan ini dapat pula terjadi karena penyakit yang progresif
cepat disertai awitan mendadak yang menghancurkan nerfron dan menyebabkan kerusakan
ginjal yang irreversible. (kowalak,dkk 2016)
Nasional Kidney Foundation (di Amerika Serikat) mendefenisikan gagal ginjal kronik
sebagai adanya kerusakan ginjal atau penurunan laju filtrasi glomerulus kurang dari
60mL/min/1,73 m2 selama lebih dari 3 bulan. (Lewis & Dirksen,2014)
B. ANATOMI FISIOLOGI
Secara normal, manusia memiliki dua ginjal (ginjal kanan dan kiri) setiap ginjal memiliki
panjang 12cm, lebar 7cm, dan tebal maksimum 2,5cm, dan terletak pada bagian belakang
abdomen,posteriorterhadap peritoneum, pada cekungan yang berjalan disepanjang sisi corpus
vertebrae. Lemak perinefrik adalah lemak yang melapisi ginjal. Ginjal kanan terletak agak
lebih rendah dari pada ginjal kiri karena adanya hepar pada sisi kanan. Sebuah glandula
adrenalis terletak pada bagian atas setiap ginjal.
Struktur ginjal meliputi, kapsula fibrosa pada bagian luar, korteksadalah bagian ginjal
yang pucat dan berbercak-bercak oleh glomerulus,medula yaitu bagian ginjal yang berwarna
gelap dan bergaris terdiri darisejumlah papilla renalis yang menonjol kedalam pelvis, dan
pembesaran pada ujung atas ureter. Setiap ginjal dibentuk oleh sekitar satu juta nefron.
Nefron adalah unit struktural dan fungsional ginjal. Setiap nefron terdiri dari tubulus
renalis,glomerulus,dan pembuluh darah yang menyertainya. Setiap tubulus renalis adalah
tabung panjang yang bengkok , dilapisi oleh sel kuboid. Tubulus renalis dimulai sebagai
kapsula bowman, mangkuk berlapis ganda yang menutupi glomerulus, terpuntir sendiri
membentuk tubulus kontortus proksimal, berjalan dari korteks ke medulla dan kembali
lagi, membentuk ansahenle terpuntir sendiri kembali membentuk tubulus kontortus distal.dan
berakhir dengan memasuki duktus koligentes. Setiap duktuskoligentes berjalan melalui
medula ginjal, bergabung dengan duktuskoligentes dari nefron lain. Dan mereka membuka
bersama pada permukaan papila renalis didalam pelvis ureter.
Ginjal berfungsi sebagai pengatur cairan tubuh dan mengontrol keseimbangan asam basa,
eksresi produk akhir metabolism dan memproduksi hormone.
C. ASPEK EPIDEMOLOGI
Prevalensi penyakit gagal ginjal kronik saat ini terus mengalami peningkatan di seluruh
belahan dunia. Diperkirakan lebih dari 50 juta penduduk dunia mengalami PGK dan 1 juta
dari mereka membutuhkan terapi pengganti ginjal. Penelitian di jepang memperkirakan
sekitar 13 % dari jumlah penduduk atau sekitar 13,3 juta orang yang memiliki penyakit ginjal
kronik pada tahun 2005. Menurut data dari CDC tahun 2010, lebih dari 20 juta warga
Amerika Serikat yang menderita penyakit ginjal kronik, angka ini meningkat sekitar 8%
setiap tahunnya. Lebih dari 35% pasien diabetes menderita penyakit ginjal kronik, dan lebih
dari 20% pasien hipertensi juga memliki penyakit ginjal kronik dengan insidensi penyakit
ginjal kronik tertinggi ditemukan pada usia 65 tahun atau lebih. Studi di Indonesia
menyebutkan angka insidensi pasien PGK sebesar 30,7 perjuta penduduk dan angka
kejadianya sebesar 23,4 perjuta penduduk. Jumlah pasien yang menderita penyakit ginjal
kronik diperkirakan akan terus meningkat, peningkatan ini sebanding dengan bertambahnya
jumlah populasi, peningkatan populasi usia lanjut, serta peningkatan jumlah pasien hipertensi
dan diabetes.
D. PENYEBAB
Gagal ginjal kronis dapat disebabkan oleh:
a. Penyakit glomerulus yang kronis (glomerulus nefritis)
b. Infeksi kronis (seperti pielonefritis kronis dan tuberculosis)
c. Anomali congenital (polikistik ginjal)
d. Penyakit vaskuler (hipertensi, nefrosklerosis)
e. Obstruksi renal (batu ginjal)
f. Penyakit kolagen (lupus eritematosus)
g. Preparat nefrotoksi (terapi anomalikosid yang lama)
h. Penyakit endokrin (nefropati diabetic)
E. PATOFISIOLOGI
Gagal ginjal kronis sering berlangsung progresif melalui empat stadium. Penurunan
cadangan ginjal memperlihatkan laju filtrasi glomerulus sebesar 35% hingga 50% laju filtrasi
normal. Infusiensi renal memiliki laju filtrasi glomerulus sebesar 20% hingga 35% laju
filtrasi normal. Gagal ginjal mempunyai laju filtrasi sebesar 20% hingga 25% laju filtrasi
normal, sementara penyakit ginjal stadium terminal (end-stage renal disease) memiliki laju
filtrasi glomerulus kurang dari 20% laju filtrasi normal.
Kerusakan nefron berlangsung progresif, nefron yang sudah rusak tidak dapat berfungsi
dan tidak bias pulih kembali. Ginjal dapat mempertahankan fungsi yang relative normal
sampai terdapat sekitar 75% nefron yang tidak berfungsi. Nefron yang masih hidup akan
mengalami hipertropi dan meningkatkan kecepatan filtrasi, reabsorpsi, serta sekresi. Eksresi
kompensasi terus berlanjut ketika laju filtrasi glomerulus semakin menurun.
Urine dapat mengandung protein, sel darah merah, dan sel darah putih atau sedimen
(endapan) dalam jumlah abnormal. Produk akhir sekresi yang utama pada dasarnya masih
normal dan kehilangan nefron menjadi signifikan. Karena terjadi penurunan laju filtrasi
glomerulus , kadar kreatinin plasma meninggi secara proporsional jika tidak dilakukan
penyesuaian untuk mengaturnya. Ketika pengangkutan natrium ke dalam nefron meningkat
maka lebih sedikit natrium yang terabsorpsi sehingga terjadi kekurangan natrium dan deplesi
volume, ginjal tidak mampu lagi memekatkan dan mengencerkan urine. Jika penyebab gagal
ginjal kronis tersebut adalah penyakit interstinal tubulus, maka kerusakan primer pada
tubulus renal, yaitu nefron dalam medulla renal akan mendahului gagal ginjal sebagaimana
permasalahan yang ditemukan pada asidosis tubulus renal, yaitu deplesi garam dan gangguan
pengenceran serta pemekatan urine. Jika penyebab primernya adalah kerusakan vaskuler atau
glumerulus, maka gejala proteinuria, hematuria, dan sindrom nefrotik lebih menonjol.
Pada glomerulosklerosis terjadi distorsi lubang filtrasi dan erosi sel epitel glomerulus
yang meningkatkan transportasi cairan melalui dinding glomerulus. Protein berukuran besar
melintasi lubang tersebut tetapi kemudian terperangkap dalam membrane basalis glomerulus
dan menyumbat proteinuria. Poliferasi sel mesangial, peningkatan produksi matriks ekstrasel,
dan koagulasi intraglomerulus meyebabkan sklerosis.
Cidera tubulointerstinal terjadi karena toksin atau kerusakan iskemik pada tubulus renal
seperti halnya nekrosis tubuler akut. Debris dan endapan kalsium menyumbat tubulus. Defek
transportasi tubulus yang diakibatkan akan disertai edema interstisial, infiltrasi leukosit, dan
nekrosis tubuler. Cidera vaskuler menyebabkan iskemia difus atau local pada parenkim renal
yang disertai penebalan, fibrosis atau lesi local pembuluh darah ginjal. Kemudian penurunan
aliran darah menimbulkan atrofi tubulus, fibrosis interstisial dan disrupsi fungsional pada
filtrasi glumerulus, gradient medulla renal, dan pemekatan
Perubahan structural memicu respons inflamasi. Endapan fibrin mulai terbentuk di sekitar
interstisium. Mikroaneurisma terjadi karena kerusakan dinding vaskuler dan peningkatan
tekanan yang timbul sekunder akibat ostruksi atau hipertensi. Kehilangan nefron yang
akhirnya terjadi akan memicu hiperfungsi kompensasi pada nefron yang belum mengalami
cedera dan keadaan ini memulai suatu lingkaran balik positif karena terjadi peningkatan
kerentanan.
Pada akhirnya, glumerulus yang sehat menanggung beban kerja yang terlalu berlebihan
sehingga organ ini mengalami sklerosis, menjadi kaku, dan nekrosis. Zat-zat toksik
menumpuk dan perubahan yang potensial membawa kematian terjadi pada semua organ
penting.
F. PATHWAY
G. MANIFESTASI KLINIK
Menurut perjalanan klinisnya:
a) Menurunnya cadangan ginjal pasien asimtomatik, namun GFR dapat menurun hingga
25% dari normal
b) Insufisiensi ginjal, selama keadaan ini pasien mengalami poliuria dan nokturia, GFR 10%
hingga 25% dari normal, kadar kreatinin serum dan BUN sedikit meningkat diatas
normal.
c) Penyakit ginjal stadium akhir (ESRD) atau sindrom uremik (lemah,letargi,anoreksia,mual
muntah, nokturia, kelebihan volume cairan, neuropati perifer, pruritus, uremic frost,
perikarditis, kejang-kejang sampai koma) yang ditandai dengan GFR kurang dari 5-
10ml/menit, kadar serum kreatinin dan BUN meningkat tajam, dan terjadi perubahan
biokimia dan gejala yang komplek.
Gejala komplikasinya antara lain, hipertensi, anemia, osteodistrofi renal, gagal jantung,
asidosis metabolic, gangguan keseimbangan elektrolit (sodium,kalium,khlorida)
H. PENCEGAHAN
Walaupun gagal ginjal kronik tidak selalu dapat dicegah, beberapa langkah dapat
diterapkan untuk menurunkan kemungkinan mengalami kondisi kesehatan tertentu. Beberapa
strategi pencegahan yang dapat dilakukan adalah:
1. Menangani penyakit yang mendasari.
Bila seseorang memiliki kondisi kesehatan jangka panjang yang dapat menyebabkan
penyakit ginjal kronik, seperti diabetes dan tekanan darah tinggi, sangat penting untuk
memastikan bahwa kondisi kesehatan tersebut terkontrol, baik dengan gaya hidup
maupun konsumsi obat-obatan secara teratur.
2. Menghindari merokok.
Merokok meningkatkan risiko terjadinya penyakit kardiovaskular, termasuk serangan
jantung dan stroke, yang dikaitkan dengan risiko penyakit ginjal kronik yang lebih tinggi.
3. Diet sehat.
Mengonsumsi gizi seimbang dapat menurunkan risiko penyakit ginjal dengan mengontrol
tekanan darah dan kadar kolesterol dalam tubuh. Gizi seimbang harus mencakup asupan
buah dan sayur yang cukup, makanan karbohidrat seperti kentang, roti, atau nasi, produk
susu atau alternatifnya, kacang-kacangan, ikan, telur, daging, dan sumber protein lainnya,
serta asupan lemak jenuh, garam, dan gula yang dibatasi.
4. Melakukan aktivitas fisik rutin.
Aktivitas fisik dapat menjaga agar tekanan darah tetap stabil dan dengan ini menurunkan
risiko terjadinya penyakit ginjal kronik. Upayakan untuk melakukan aktivitas aerobik
dengan intensitas sedang, seperti bersepeda atau berjalan cepat, setidaknya 150 menit
setiap minggu.
I. PENATALAKSANAAN
Pengkajian klinik menentukan jenis penyakit ginjal, adanya penyakit penyerta derajat
penurunan fungsi ginjal, komplikasi akibat penuruna fungsi ginjal, factor resiko untuk
penurunan fungsi ginjal dan factor resiko untuk prnyakit kardiovaskuler. Pengobatan dapat
meliputi:
1. Terapi penyakit ginjal
2. Pengobatan penyakit penyerta
3. Penghambatan penurunan fungsi ginjal
4. Pencegahan dan pengobatan penyakit kardiovaskuler
5. Pencegahan dan pengobatan komplikasi akibat penurunan fungsi ginjal
6. Terapi pengganti ginjal dengan dialisis atau transplantasi jika timbul gejala dan tanda
uremia
7. Diet tinggi kalori rendah protein
J. KOMPLIKASI
Komplikasi yang mungkin terjadi pada gagal ginjal kronik meliputi:
1. Anemia
2. Neuropati perifer
3. Komplikasi kardiopulmoner
4. Komplikasi GI
5. Disfungsi seksual
6. Defek skeletal
7. Parestesia
8. Disfungsi saraf motorik, seperti: foot drop dan paralisis flasid
9. Fraktur patologis
K. DISCHARGE PLANNING
a. Diet tinggi kalori dan rendah protein
b. Optimalisasi dan pertahankan keseimbangan cairan dan garam
c. Kontrol hipertensi
d. Kontrol ketidakseimbangan elektrolit
e. Deteksi dini dan terapi infeksi
f. Dialysis (cuci darah)
g. Obat-obatan anti hipertensi, suplemen besi, agen pengikat fosfat, suplemen kalsium,
furosemid (membantu berkemih)
h. Transplantasi ginjal
BAB II
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Biodata
Gagal Ginjal Kronik terjadi terutama pada usia lanjut (50-70 th), usia muda, dapat
terjadi pada semua jenis kelamin tetapi 70 % pada pria.
2. Keluhan utama
Kencing sedikit, tidak dapat kencing, gelisah, tidak selera makan (anoreksi), mual,
muntah, mulut terasa kering, rasa lelah, nafas berbau (ureum), gatal pada kulit.
Riwayat penyakit
a. Sekarang
Diare,muntah,perdarahan, luka bakar, rekasi anafilaksis, renjatan kardiogenik.
b. Dahulu
Riwayat penyakit gagal ginjal akut, infeksi saluran kemih, payah jantung,
hipertensi, penggunaan obat-obat nefrotoksik, Benign Prostatic Hyperplasia,
prostatektomi.
c. Keluarga: Adanya penyakit keturunan, misalnya Diabetes Mellitus (DM).
3. Pola aktivitas sehari-hari
a) Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
Pada pasien gagal ginjal kronik terjadi perubahan persepsi dan tata laksana hidup
sehat karena kurangnya pengetahuan tentang dampak gagal ginjal kronik sehingga
menimbulkan persepsi yang negatif terhadap dirinya dan kecenderungan untuk
tidak mematuhi prosedur pengobatan dan perawatan yang lama, oleh karena itu
perlu adanya penjelasan yang benar dan mudah dimengerti pasien.
b) Pola nutrisi dan metabolisme : Anoreksi, mual, muntah dan rasa pahit pada
rongga mulut, intake minum yang kurang. dan mudah lelah. Keadaan tersebut
dapat mengakibatkan terjadinya gangguan nutrisi dan metabolisme yang dapat
mempengaruhi status kesehatan klien.
c) Pola Eliminasi
Eliminasi urine : Kencing sedikit (kurang dari 400 cc/hari), warna urine kuning
tua dan pekat, tidak dapat kencing.
Eliminasi alvi : Diare.
d) Pola tidur dan Istirahat : Gelisah, cemas, gangguan tidur.
e) Pola Aktivitas dan latihan : Klien mudah mengalami kelelahan dan lemas
menyebabkan klien tidak mampu melaksanakan aktivitas sehari-hari secara
maksimal.
4. Pemeriksan fisik :
a. Tanda vital : Peningkatan suhu tubuh, nadi cepat dan lemah, hipertensi, nafas
cepat dan dalam (Kussmaul), dyspnea.
b. Kepala: Edema muka terutama daerah orbita, mulut bau khas ureum.
c. Mata : Lihat konjungtiva anemis atau an anemis dan sclera ikterik atau tidak
d. Hidung : Kebersihan, ada sinusitis atau tidak, simetris aau tidak
e. Telinga :Simetris atau tidak, ada serumen, fungsi pendengaran
f. Mulut : kebersihan mulut, kelembapan
g. Leher : ada pembengkakan kelenjar thyroid atau tidak
h. Dada
Inspeksi : simetris atau tidak, Pernafasan cepat dan dalam
Perkusi : Apa bunyi paru saat di ketuk
Palpasi : Ada nyeri tekan atau tidak
Auskultasi : Apakah bunyi paru normal atau tidak
i. Abdomen
Inspeksi : Simetris kira dan kanan, Adanya edema anasarka (ascites).
Auskultasi : Bising usus
Palpasi : Ada nyeri tekan atau tidak
Perkusi : Timpani
j. Genitalia : ada kelainan atau tidak
k. Ekstrimitas : Edema pada tungkai, spatisitas otot.
l. Kulit : Sianosis, akaral dingin, turgor kulit menurun.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kongesti paru, penurunan curah
jantung, penurunan perifer yang mengakibatkan asidosis laktat
2. Nyeri akut
3. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan haluan urine, diet berlebih
dan retensi cairan serta natrium
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
anoreksia, mual dan muntah, pembatasan diet dan perubahan membrane mukosa
mulut
5. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan perlemahan aliran
darah keseluruh tubuh
6. Intoleransi aktivitas berhubunagn dengan keletihan, anemia, retensi, produk sampah
7. Kerusakan integritas kulit berhubungan pruritas, gangguan status metabolic sekunder
Sakit kepala saat bangun dengan mudah, tidak ada 9. Berikan bronkodilator
Penurunan berat badan Berat badan ideal sesuai 5. Berikan informasi tentang
dengan asupan makanan dengan tinggi badan kebutuhan nutrisi
Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis NANDA & NIC-NOC, Jilid 2.
Amin Huda Nurarif & Hardhi Kusuma, Mediaction, 2015
Kowalak, J. P, Welsh, W. & Mayer, B. (2017).Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta: EGC