Sunteți pe pagina 1din 8

MAKALAH

“ ASBAB AL NUZUL AL-QUR’AN “

Disusun oleh kelompok 2 :


1. Isnaini Azizah
2. Siti Nofiyani
3. Lian Novita

Dosen Pengampu : Drs. H. M. Junaid. M. Pd. I


Prodi : Pendidikan Bahasa Inggris

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI


TAHUN PELAJARAN 2017/2018
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pada masa Nabi terkadang ada suatu pertanyaan yang dilontarkan kepada beliau
dengan maksud meminta ketegasan hukum atau memohon penjelasan secara terperinci tentang
urusan-urusan agama, sehingga turunlah beberapa ayat dari ayat-ayat al-Qur’an, hal yang
seperti itulah yang dimaksud dengan asbabun nuzul atau sebab-sebab turunnya al-Qur’an.
Terkadang banyak ayat yang turun, sedang sebabnya hanya satu, dalam hal ini tidak ada
permasalahan yang cukup penting, karena itu banyak ayat yang turun didalam berbagai surah
berkenaan dengan satu peristiwa. Asbabun Nuzul adakalanya berupa kisah tentang peristiwa
yang terjadi, atau berupa pertanyaan yang disampaikan kepada Rasulullah SAW untuk
mengetahui hukum suatu masalah, sehingga Al-Qur'an pun turun sesudah terjadi peristiwa atau
menjawab pertanyaan tersebut.
Pemaknaan ayat al-Qur’an seringkali tidak diambil dari makna letter lack. Oleh
karena itu perlu diketahui hal-hal yang berhubungan dengan turunnya ayat tersebut.
Sedemikian pentingnya hingga Ali ibn al-Madiny guru dari Imam al-Bukhari ra menyusun
ilmu asbabun nuzul secara khusus. Kemudian ilmu asbabun nuzul berkembang sehingga
memudahkan para mufassirin dalam menerjemahkan ayat-ayat al-Qur’an serta memahami isi
kandungannya.
Adapun pada makalah ini yang akan dibahas adalah mengenai pengertian dari
Asbabun Nuzul itu? Bagaimanakah cara turunnya Asbabun Nuzul itu? Apakah faedah
(manfaat) dari mempelajari Asbabun Nuzul?
Dalam tulisan singkat ini akan sedikit membahas tentang hal-hal yang berkaitan
dengan asbab-an-nuzul, mulai dari pengertian, macam-macam asbabun nuzul, fungsi
pentingnya dari asbabun nuzul itu sendiri serta kaidah yang terkandung dalam penetapan
hukum yang terkait dalam asbabun nuzul. Namun, kesempurnaan makalah ini kami sadari
masih sangatlah jauh, sehingga mungkin bagi kita untuk terus belajar dan mendalaminya di
kesempatan yang mendatang.

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa maksud dari asbab al nuzul al-qur’an ?
2. Bagaimana cara mengetahui asbab al nuzul al-qur’an ?

2
3. Apa hikmah mengetahui asbab al nuzul al-qur’an ?

1.3.Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui penjabaran asbab al nuzul al-qur’an
2. Untuk mengetahui bagaimana cara mengeahui asbab al nuzul al-qur’an
3. Untuk mengetahui hikmah mengetahui asbab al nuzul al-qur’an

BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Asbab al Nuzul


Menurut bahasa (etimologi), asbab al-nuzul berarti turunnya ayat-ayat Al-
Qur’an dari kata “asbab” jamak dari “sababa” yang artinya sebab-sebab, nuzul yang artinya
turun. Yang dimaksud disini adalah ayat al-Qur’an. Asbab al-nuzul adalah suatu peristiwa atau
saja yang menyebabkan turunnya ayat-ayat Al-Qur’an baik secara langsung atau tidak
langsung.

2.2. Cara mengetahui Asbabun Nuzul al Quran


Ayat Al-Qur’an memang tidak semuanya di dahului oleh sebab kemunculunya atau
turunnya. Oleh karena itu kita semua harus mengetahui bagimana contoh ayat yang di dahului
oleh sebab dan contoh ayat yang tidak di dahului oleh sebab dalam kemunculanya atau turunya
ayat tersebut. Agar kita semua mengetahui bagimana sebab-sebab munculnya ayat tersebut.
1. Ayat-ayat yang Turun dengan Didahului Suatu Sebab
Dalam hal ini ayat-ayat tasyri’iyyah atau ayat-ayat hukum merupakan ayat-ayat
yang pada umumnya mempunyai sebab turunnya. Jarang (sedikit) sekali ayat-ayat hukum yang
turun tanpa suatu sebab. Dan sebab turunnya ayat itu adakalanya berupa peristiwa yang terjadi
di masyarakat Islam dan adakalanya berupa pertanyaan dari kalangan Islam atau dari kalangan
lainnya yang ditujukan kepada Nabi. Contoh ayat yang turun karena ada suatu peristiwa, ialah
surat al-Baqarah ayat 221. Turunnya ayat tersebut adalah, karena ada peristiwa sebagai berikut:
“Nabi mengutus Murtsid al-Ghanawi ke Mekah untuk tugas mengeluarkan orang-orang
Islam yang lemah. Setelah ia sampai di sana, ia dirayu oleh seorang wanita musyrik yang cantik
dan kaya, tetapi ia menolak, karena takut kepada Allah. Kemudian wanita tersebut datang lagi
dan minta agar dikawini. Murtsid pada prinsipnya dapat menerimanya, tetapi dengan syarat
setelah mendapat persetujuan dari Nabi. Setelah dia kembali ke Madinah, dia menerangkan
kasus yang dihadapi dan minta izin kepada Nabi untuk menikah dengan wanita itu”. Maka
turunlah surat al-Baqarah ayat 221 :
Artinya :
“Dan janganlah kamu menikahi wanita-wanita musyrik, sebelum mereka beriman.
Sesungguhnya wanita budak yang mukmin lebih baik dari wanita musyrik, walaupun dia
menarik hatimu. dan janganlah kamu menikahkan orang-orang musyrik (dengan wanita-wanita
mukmin) sebelum mereka beriman. Sesungguhnya budak yang mukmin lebih baik dari orang
musyrik, walaupun dia menarik hatimu. mereka mengajak ke neraka, sedang Allah mengajak
ke surga dan ampunan dengan izin-Nya. dan Allah menerangkan ayat-ayat-Nya (perintah-
perintah-Nya) kepada manusia supaya mereka mengambil pelajaran”.
1. Ayat-ayat yang Turun Tanpa Didahului Sesuatu Sebab
Ayat-ayat semacam ini banyak terdapat di dalam al-Qur’an, sedang jumlahnya lebih
banyak daripada ayat-ayat hukum yang mempunyai Asbabun Nuzul. Misalnya ayat-ayat

4
yang mengisahkan hal-ihwal umat-umat terdahulu beserta para Nabinya, menerangkan
peristiwa-peristiwa yang terjadi di masa lalu, atau menceritakan hal-hal yang ghaib, yang
akan terjadi, atau menggambarkan keadaan hari Kiamat beserta nikmat surga dan siksaan
neraka.
Ayat-ayat demikian itu diturunkan oleh Allah bukan untuk memberi tanggapan
terhadap suatu pertanyaan atau suatu peristiwa yang terjadi pada waktu itu, melainkan semata-
mata untuk memberi petunjuk kepada manusia, agar menempuh jalan yang lurus. Allah
menjadikan ayat-ayat ini mempunyai hubungan menurut konteks Qur’ani dengan ayat-ayat
sebelum dan sesudahnya.
Namun demikian, ada juga ayat-ayat tentang kisah yang diturunkan karena ada sebab.
Tetapi ayat semacam ini sedikit sekali. Misalnya turunnya surat Yusuf, seluruhnya adalah karena
ada keinginan yang serius daripada sahabat yang disampaikan kepada Nabi, agar Nabi berkenan
bercerita yang mengandung pelajaran dan peringatan. Surat Yusuf tersebut diturunkan oleh Allah
secara lengkap (mulai ayat satu hingga akhir). Adapun sahabat yang menceritakan latar belakang
turunnya ayat-ayat dari surat Yusuf itu, adalah Sa’ad bin Abu Waqqas.

2.3. Hikmah Mengetahui Asbabun Nuzul


Banyak manfaat mengetahui sebab-sebab turunnya ayat-ayat Al-Qur’an diantaranya
akan memantapkan memberi makna dan menghilangkan kesulitan atau keraguan
menfsirkannya. Ibnu Taimiyah berkata “ mengetahui sebab turunnya ayat Al-Quran menolong
seseorang memahami makna ayat, karena mengetahui sebab turunnya itu memberikan dasar
untuk mengetahui akibatnya” [7]
Ada beberapa manfaat mengetahui asbab nuzul, secara rinci Al-Zarqani menyebutkan
tujuh macam manfaat atau faidah, sebagai berikut :
1. Pengetahuan tentang asbab nuzul membawa kepada pengetahuan tentang rahasia dan tujuan
Allah secara khusus mensyariatkan agama-Nya melalui Al-Quran. Pengetahuan yang demikian
akan memberi manfaat baik bagi orang mukmin atau non mukmin. Orang mukmin akan
bertambah keimanannya dan mempunyai hasrat yang keras untuk menerapkan hukum Allah
dan mengamalkan kitabnya. Sebagai contoh adalah syariat tentang pengharaman minuman
keras. Menurut Muhammad Ali Al-Shabuni pengharaman minuman keras berlangsng melalui
empat tahap ,tahap pertama Allah mengharamkan minuan keras secara tidak langsung,tahap
kedua memalingkan secara langsung dari padanya,mengharamkan secara parsial, keempat
pengharaman secara total.
2. Pengetahuan tentang asbab nuzul membantu dalam memahami ayat dan menghindarkan
kesulitan. Hal ini senada dengan pernyataan Ibnu Daqiq Al Id ia berkata “ Ketrerangan tentang
sebab turunnya ayat merupakan jalan kuat untuk memahami makna-makna Al-Quran”.
Diantara contohnya ialah ayat ke 158 dari Suah Al-Baqarah kalau tidak dibantu dengan
pelacakan asbab nuzulnya, pemahaman dan penafsiaran ayat tersebut bisa keliru
Artinya : Sesungguhnya Shafaa dan Marwa adalah sebahagian dari syi'ar Allah Maka
Barangsiapa yang beribadah haji ke Baitullah atau ber-'umrah, Maka tidak ada dosa
baginya mengerjakan sa'i antara keduanya. dan Barangsiapa yang mengerjakan suatu
kebajikan dengan kerelaan hati, Maka Sesungguhnya Allah Maha Mensyukuri kebaikan lagi
Maha mengetahui.( Al-Baqarah : 158) Dengan kata Fala Junaha, dapat diartikan bahwa rukun
sai ibadah ( boleh) dan tidak mengikat. Oleh sebab itu Urwah salah seorang sahabat Nabi
pernah berpendapat bahwa sai itu ibadah, dan tidak mengikat. Akan tetapi, kemudian dikritik
oleh Aisyah, karena menurutnya, ayat tersebut diturunkan sehubungan dengan pertanyaan
orang-orang Ansar pada Rasulullah, tentang sai antara safa dan marwa,karena mereka
sebelumnya tidak punya tradisi sai saat melakukan ritus ,pada zaman islamnya. Sehubungan
dengan pernyataan mereka inilah ayat tersebut diturunkan, dan Rasulullah mewajibkan
melakukan sai antara kedua bukit tersebut.
3. Pengetahuan asbab nuzul dapat menolak dugaan adanya hasr atau pembatasan dalam ayat
yang menurut lahirnya mengandung hasr atau pembatasan. Contoh
Artinya: Katakanlah: "Tiadalah aku peroleh dalam wahyu yang diwahyukan kepadaKu,
sesuatu yang diharamkan bagi orang yang hendak memakannya, kecuali kalau makanan itu
bangkai, atau darah yang mengalir atau daging babi - karena Sesungguhnya semua itu kotor
- atau binatang yang disembelih atas nama selain Allah. " ( Al-An’am : 145). Imam Syafi’i
berpendapat bahwa hasr (pembatasan) dalam ayat ini tidak termasuk dalam maksud itu sendiri.
Untuk menolak adanya hasr (pembatasan) dalam ayat ini, ia mengemukakan alasan bahwa
sehubungan dengan sikap orang-orang kafir yang suka mengharamkan kecuali apa yang di
halalkan oleh Allah dan meng halalkan Apa yang di haramkan oleh-Nya. Hal ini karena
penentangan mereka terhadap Allah dan Rasul-Nya.
4. Pengetahuan tentang asbab nuzul dapat meng hususkan (takhsis) hukum pada sebab menurut
ulama’ yang memandang bahwa yang mesti diperhatikan adalah kehususan sebab dan bukan
keumuman lafal
5. Dengan mempelajari asbab nuzul diketahui pula bahwa sebab turun ayat ini tidak pernah dari
hukum yang terkandung dalam ayat tersebut sekalipun datang mukhasisnya ( yang
mengkhususkan )

6
6. Dengan asbab nuzul, di ketahui orang yang ayat tertentu turun padanya secara tepat sehinga
tidak terjadi kesamaran bisa membawa penuduhan terhadap orang yang tidak bersalah dan
pembebasan orang yang salah.
7. Pengetahuan tentang asbab nuzul akan mempermudah orang yang meng hafal Al-Qur’an
serta memperkuat keberadaan wahyu dalam ingatan orang yang mendengarnya jika
mengetahui sebab turunya.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari beberapa penjelasan diatas Asbabun nuzul dapat didefinisikan “sebagai suatu hal
yang karenanya Al-Qur’an diturunkan untuk menerangkan status hukumnya, pada masa hal itu
terjadi, baik berupa peristiwa maupun pertanyaan”. Asbabun Nuzul membahas kasus-kasus
yang menjadi turunnya beberapa ayat Al-Qur’an, macam-macamnya, sighat (redaksi-
redaksinya), tarjihriwayat-riwayatnya dan faedah dalam mempelajarinya. Kemudian ada tiga
hal dari asbab al nuzul yang perlu mendapat perhatian, yaitu dari segi redaksi, periwayatan,
dan peristiwanya. Adapun hikmah mengetahui asbab al nuzul diantaranya adalah kepada
pengetahuan tentang rahasia dan tujuan Allah secara khusus mensyariatkan agama-Nya
melalui Al-Quran.

3.2. Saran
Para pembaca makalah ini, untuk lebih giat mempelajari dan menelaah pelajaran
khususnya materi kewarganegaraan dan dapat mengamalkannya serta mengingatkan penulis
untuk memperbaiki kesalahan yang terdapat dalam makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Syadali dan Ahmad Rifa’i, Ulumul Qur’an I, Bandung: Pustaka Setia, 2006
Ahmad Syadali dan Ahmad Rofi’i, Ulumul Quran I, CV.Pustaka Setia, Bandung, 1997
http://addienwahab.blogspot.com/2012/02/ilmu-asbabal-nuzul.html
http://www.al-aziziyah.com/.../147-asbab-an-nuzul-sebagai-langkah-awal-memahami-al-
quran.html-Tembolok
Mana’ al-Qathan, Pengantar Studi Ilmu al Quan, Jakarta:Pustaka Al Kautsar, 2008
Moh. Ahmadehirjin, Al-Qur’an dan Ulumul Qur’an, Yogyakarta: PT. Dana Bhakti Primayasa,
1998
Manna’ Khalil al-Qattan, Studi Ilmu-ilmu Qur’an, Jakarta: Pustaka Litera AntarNusa, 1992
Rosihon Anwar, Ulumul Qur’an, (Bandung: Pustaka Setia, 2006).

S-ar putea să vă placă și