Sunteți pe pagina 1din 32

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan merupakan hal yang sangat penting bagi hidup manusia menurut WHO, sehat
diartikan sebagai suatu keadaan sempurna baik fisik, mental, dan sosial serta bukan saja
keadaan terhindar dari sakit maupun kecacatan. Kesehatan jiwa menurut undang-undang
No.3 tahun 1966 adalah suatu kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik,
intelektual, dan emosional yang optimal dari seseorang dan perkembangan itu selaras
dengan keadaan orang lain (Teguh, 2009). Kesehatan jiwa merupakan kondisi yang
memfasilitasi secara optimal dan selaras dengan orang lain, sehingga tercapai
kemampuan menyesuaikan diri sendiri, orang lain, masyarakat, dan lingkungan
(Suliswati, 2005).

Dalam Undang-undang no.36 tahun 2009 tentang Kesehatan disebutkan bahwa setiap
orang mempunyai hak dalam memperoleh pelayanan kesehatan yang aman, bermutu dan
terjangkau. Disebutkan pula bahwa penderita gangguan jiwa yang terlantar,
menggelandang, mengancam keselamatan dirinya dan orang lain, mengganggu ketertiban
keamanan umum wajib mendapatkan pengobatan dan perawatan di fasilitas pelayanan
kesehatan. Prevalensi gangguan jiwa di Indonesia mencapai 245 jiwa per 1000 penduduk
hal ini merupakan kondisi yang sangat serius karena lebih tinggi 2,6 kali dari ketentuan
WHO. Prevalensi penderita di Indonesia adalah 0,3-1% dan bisa timbul pada usia sekitar
18-45 tahun, namun ada juga yang baru berusia 11-12 tahun sudah menderita gangguan
jiwa. Apabila penduduk Indonesia sekitar 200 juta jiwa maka diperkirakan sekitar 2 juta
mengalami skizofrenia. Tingginya angka gangguan kesehatan jiwa tersebut penyebabnya
multifaktorial bisa diakibatkan masalah sosial, ekonomi, maupun gizi yang kurang
dimana sekitar 99% pasien di Rumah Sakit Jiwa adalah penderita skizofrenia (Yosep,
2007). Skizofrenia adalah penyakit yang mempengaruhi otak dan menyebabkan
timbulnya pikiran, persepsi, emosi, gerakan, dan perilaku yang aneh dan terganggu.
Skizofrenia tidak dapat di definisikan sebagai penyakit tersendiri melainkan diduga
sebagai suatu sindrom gangguan jiwa (Videbeck, 2008).

Halusinasi merupakan akibat adanya gangguan dalam proses berpikir dan orientasi
realitas. Individu tidak mampu membedakan rangsangan internal dan eksternal.
Halusinasi didefinisikan sebagai persepsi sensori dari suatu obyek tanpa adanya suatu
rangsangan dari luar. Gangguan persepsi ini meliputi seluruh panca indra.

Disfungsi yang terjadi pada halusinasi menggambarkan hilangnya kemampuan menilai


realitas, klien hidup dalam dunianya sendiri dan merasa terganggu dalam interaksi
sosialnya sehingga menyebabkan gangguan berhubungan sosial, komunikasi susah, dan
kadang-kadang membahayakan diri klien, orang lain maupun lingkungan, menunjukan
bahwa klien memerlukan pendekatan asuhan keperawatan secara intensif dan
komprenhensif.

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan di ruang Perkutut, terdapat ± 70 % (dari 24


klien) yang mengalami halusinasi. Masalah keperawatan yang ada, yakni klien belum
tahu bagaimana cara mengontrol halusinasinya, klien menunjukan perilaku menarik diri,
hubungan interpersonal dan komunikasi kurang sebagai dampak dari timbulnya
halusinasi.

1.2 Rumusan Masalah

1. apa yang dimaksud dengan halusinasi?

2. apa saja etiologi halusinasi?

3. bagaimana proses terjadinya halusinasi?

4. bagaimana askep pada pasien halusinasi?

1.3 Tujuan

1. untuk mengetahui pengertian halusinasi

2. untuk mengetahui etiologi halusinasi

3. untuk mengetahui proses terjadinya halusinasi

4. untuk mengetahui askep pada pasien halusinasi

:
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Definisi
Halisinasi adalah persepsi sensori yang keliru melibatkan panca indera dalam
skizofrenia, halusinasi pendengaran merupakan halusinasi yang paling banyak terjadi
(Isaacs, 2010).
Menurut Maramis (2005) halusinasi adalah pencerapan tanpa adanya apapun pada
panca-indera seorang pasien, yang terjadi dalam keadaan sadar atau bangun, dasarnya
mungkin organik, fungsional, psikotik ataupun histerik. Halusinasi adalah hilangnya
kemampuan manusia dalam membedakan rangsangan internal (pikiran) dan
rangsangan eksternal (dunia luar). Klien memberi persepsi atau pendapat tentang
lingkungan tanpa ada objek atau rangsangan yang nyata. Sebagai contoh klien
mengatakan mendengar suara padahal tidak ada orang yang berbicara (Kusumawati &
Hartono, 2010)
Halusinasi ialah pencerapan tanpa adanya rangsang apapun pada panca indera seorang
pasien, yang terjadi dalam kehidupan sadar atau bangun, dasarnya mungkin organik,
fungsional, psikopatik ataupun histerik (Maramis, 2005).

B. Etiologi
1. Faktor Predisposisi
a) Biologis, lesi pada area frontal, temporal dan limbic, gangguan otak
(kerusakan otak, keracunan zat halusinogenik), genetik
b) Neurotransmiter, abnormalitas pada dopamin dan serotonin
c) Psikologis, Teori psikodinamik untuk terjadinya respon neurobiologist
yang maladaptive
d) Sosiobudaya, Stress yang menumpuk dapat menunjang awitan skizofrenia
2. faktor presipitasi
Secara fisik klien dengan gangguan halusinasi timbul gangguan setelah adanya hubungan
yang bermusuhan, tekanan, isolasi, perasaan tidak berguna, putus asa dan tidak berdaya.
Penilaian induvidu terhadap stressor dan maslah koping dapat
mengindikasi kemungkinnan kekambuhan (kelliat,2006).
Faktor presipitasi terjadinya gangguan halusinasi adalah :
a) biologis
b) Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang mengatur proses
informasi serta abnomalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak akibat
ketidakmampuan untuk secara selektif menanggapi stimulus yang diterima oleh
otak untuk diinterpretasikan.
c) Sterss lingkungan
d) Ambang toleransi terhadap sress yang berinteraksi terhadap stresor lingkungan
untuk menentukan terjadinya gangguan prilaku.
e) sumber koping.
f) Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi stressor.

C. Jenis - jenis dan Tanda Halusinasi


1. Halusinasi Pendengaran
Halusinasi pendengaran adalah ketika mendengar suara atau kebisingan, paling sering
mendengar suara orang. Suara berbentuk kebinsingan yang kurang jelas sampai kata-kata
yang jelas berbicara tentang klien, bahkan sampai ada percakapan lengkap antara dua
orang yang mengalami halusinasi. Pikiran yang terdengar dimana klien mendengar
perkataan bahwa klien disuruh untuk melakukan sesuatu kadang dapat membahayakan.
(stuart,2007)
a. Data Objektif
1) Bicara atau tertawa sendiri.
2) Marah-marah tanpa sebab
3) Mengarahkan telinga kea rah tertentu
4) Menutup telinga
b. Data Subjektif
1) Mendengar suara atau kegaduhan
2) Mendengar suara yang mengajak bercakap – cakap
3) Mendengar suara yang menyuruh melakukan sesuatu yang berbahaya
2. Halusinasi Penglihatn
Halusinasi pengelihatan adalah stimulus visual dalam bentuk kilatan cahaya, gambar
geometris, gambar kartun, bayangan yang rumit atau kompleks. Bayangan biasa yang
menyenangkan atau menakut ksn seperti melihat monster. (stuart,2007)
a. Data Objektif
1) Menunjuk-nunjuk ke arah tertentu
2) Ketakutan Kepada sesuatu yang tidak jelas
b. Data Objektif
1) Melihat bayangan, sinar bentuk geometris, bentuk kartun, melihat hantu atau monster.
3. Halusinasi Penghidu
Halusinasi Penghidu adalah membaui bau-bauan tertentu seperti bau darah, urin, dan
feses umumnya bau-bauan yang tidak menyenang kan. Halusinasi penghidu sering akibat
stroke, tumor, kejang , atau dimensia. (stuart,2007)
a. Data Objektif
1) Menghidu sedang membaui bau-bauan tertentu
2) Menutup hidung
b. Data Subjektif
1) Membaui bau-bauan seperti bau darah, urin, feses kadang-kadang bau itu
menyenangkan
4. Halusinasi Pengecap
Halusinasi pengecap adalah Merasa mengecap rasa seperti rasa darah, urin atau feses.
(stuart,2007)
a. Data Objektif
1) Sering meludah
2) Muntah
b. Data Subjektif
1) Merasakan rasa seperti darah, urin atau feses
5. Halusinasi Perabaan
Halusinasi Perabaan adalah mengalami nyeri atau ketidak nyamanan tanpa stimulus yang
jelas. Rasa tesentrum listrik yang datang dari tanah, benda mati atau orang lain.
(stuart,2007)
a. Data Objektif
1) Menggaruk-garuk permukaan kulit

b. Data Subjektif
1) Menyatakan ada serangga di permukaan kulit.
2) Merasa tersengat listrik
6. Halusinasi seksual
Persepsi tentang alat genital yang palsu, penderita merasa adanya sensasi luar biasa pada
alat genitalnya.
7. Halusinasi kinesti
Persepsi palsu pada seseorang setelah mengalami operasi besar/ mayor.
8. Agnosia
Gangguan persepsi yang ditandai dengan ketidakmampuan mengenal dan
menginterpretasikan kesan sensorik.

D. Proses Terjadinya Halusinasi


Halusinasi berkembang melalui empat fase, yaitu sebagai berikut :
1. Fase Pertama
Disebut juga dengan fase comporting yaitu fase yang menyenangkan. Pada tahap ini
masuk dalam golongan nonpsikotik.
Karakteristik : Klien mengalami stress, cemas, perasaan perpisahan, rasa bersalah,
kesepian yang memuncak, dan tidak dapat diselesaikan. Klien melamun dan memikirkan
hal-hal yang menyenangkan, cara ini hanya menolong sementara.
Perilaku klien : tersenyum atau tertawa yang tidak sesuai, menggerakkan bibir tanpa
suara, pergerakan mata cepat, respons verbal yang lambat jika sedang asyik dengan
halusinasinya, dan suka menyendiri.
2. Fase Kedua
Disebut dengan fase condemming atau ansietas berat yaitu halusinasi menjadi
menjijikkan, termasuk dalam psikotik ringan.
Karakteristik : pengalaman sensori menjijikkan dan menakutkan, kecemasan meningkat,
malamun dan berfikir sendiri menjadi dominan. Mulai dirasakan adanya bisikan yang
tidak jelas. Klien tidak ingin orang lain tahu, dan ia tetap dapat mengontrolnya.
Perilaku klien : meningkatnya tanda – tanda system saraf otonom seperti peningkatan
denyut jantung dan tekanan darah. Klien asyik dengan halusinasinya dan tidak bisa
membedakan realitas.
3. Fase Ketiga
Adalah fase controlling atau ansietas berat yaitu pengalaman sensori menjadi berkuasa.
Termasuk kedalam gangguan psikotik.
Karakteristik : bisikan, suara, isi halusinasi semakin menonjol, menguasai dan
mengontrol klien. Klien menjadi terbiasa dan tidak berdaya terhadap halusinasinya.
Perilaku klien : kemauan dikendalikan halusinasi, rentang perhatian hanya beberapa
menit atau detik. Tanda-tanda fisik berupa klien berkeringat, tremor, dan tidak mampu
mematuhi perintah.
4. Fase Keempat
Adalah fase conquering atau panic yaitu klien lebur dengan halusinasinya. Termasuk
dalam psikotik berat.
Karakteristik : halusinasinya berubah menjadi mengancam, memerintah, dan memarahi
klien. Klien menjadi takut, tidak berdaya, hilang control, dan tidak dapat berhubungan
secara nyata dengan orang lain di lingkungan.
Perilaku klien : Perilaku teror akibat panik, potensi bunuh diri, perilaku kekerasan, agitasi,
menarik diri atau kakatonik, tidak mampu merespons terhadap perintah kompleks, dan
tidak mampu berespons lebih dari satu orang.

E. Rentang Respon Neurobiologis


Gangguan sensori persepsi : halusinasi disebabkan oleh fungsi otak yang
terganggu. Respon individu terhadap gangguan orientasi berfokus sepanjang rentang
respon dari adaptif sampai yang maladaptif, dapat dilihat dalam gambar dibawah ini :
Respon adaptif Respon mal adaptif

Pikiran logis Pikiran kadang menyimpang Gangguan


proses pikir/delusi/waham
Persepsi Ilusi Halusinasi
akurat
Emosi Reaksi emosional berlebih/kurang Ketidakmampuan untuk mengatasi
konsisten emosi
dengan
pengalaman
Perilaku Perilaku ganjil Ketidak teraturan
sesuai
Hubungan Perilaku yang bisa menyebabkan Isolasi sosial
sosial Isolasi sosial
harmonis
( Stuart and Laraia, 2005 )
Respon adaptif adalah respon yang dapat diterima oleh norma-norma social dan budaya
secara umum yang berlaku didalam masyarakat, dimana individu menyelesaikan
masalah dalam batas normal yang meliputi :
a) Pikiran logis adalah segala sesuatu yang diucapkan dan dilaksanakan oleh
individu sesuai dengan kenyataan.
b) Persepsi akurat adalah penerimaan pesan yang disadari oleh indra perasaan,
dimana dapat membedakan objek yang satu dengan yang lain dan mengenai
kualitasnya menurut berbagai sensasi yang dihasilkan.
c) Emosi konsisten dengan pengalaman adalah respon yang diberikan individual
sesuai dengan stimulus yang datang.
d) Perilaku sesuai dengan cara berskap individu yang sesuai dengan perannya.
e) Hubungan social harmonis dimana individu dapat berinteraksi dan berkomunkasi
dengan orang lain tanpa adanya rasa curiga, bersalah dan tidak senang.
f) Sedangkan mal adaptif adalah suatu respon yang tidak dapat diterima oleh
norma-norma sosial dan budaya secara umum yang berlaku dimasyarakat, dimana
individu dalam menyelesaikan masalah tidak berdasarkan norma yang sesuai
diantaranya :
g) Gangguan proses pikir/waham adalah ketidakmampuan otak untuk memproses
data secara akurat yang dapat menyebabkan gangguan proses pikir, seperti ketakutan,
merasa hebat, beriman, pikiran terkontrol, pikiran yang terisi dan lain-lain.
h) Halusinasi adalah gangguan identifikasi stimulus berdasarkan informasi yang
diterima otak dari lima indra seperti suara, raba, bau, dan pengelihatan
i) Kerusakan proses emosi adalah respon yang diberikan Individu tidak sesuai
dengan stimulus yang datang.
j) Prilaku yang tidak terorganisir adalah cara bersikap individu yang tidak sesuai
dengan peran.
k) Isolasi social adalah dimana individu yang mengisolasi dirinya dari lingkungan
atau tidak mau berinteraksi dengan lingkungan.

F. Pohon Masalah

Resiko mencederai diri sediri, orang laihn,


dan lingkungan

Gangguan sensori persepsi : Halusinasi

Isoloasi sosial : Menarik diri

Gangguan konsep diri : Harga diri rendah

Pohon masalah terdiri dari masalah utama, penyebab, dan akibat. Masalah utama adalah
prioritas masalah klien dari beberapa masalah yang dimiliki oleh klien. Umumnya,
masalah utama berkaitan erat dengan alasan masuk atau keluhan utama. Penyebab adalah
salah satu dari beberapa masalah klien yang merupakan penyebab masalah utama.
Masalah ini dapat pula disebabkan oleh salah satu masalah yang lain, demikian
seterusnya. Akibat adalah adalah salah satu dari beberapa masalah klien yang merupakan
efek atau akibat dari masalah utama.

G. Penatalaksanaan

1. Penderita per Individu

2. Farmakotherapi ( anti psikotik ) harus ditinjang oleh psikoterapi seperti


Klorpromazin 150 – 600 mg / hari, Haloperidol 5 – 15 mg / hari, Porpenozin 12 – 24 mg
/ hari dan Triflufirazin 10 – 15 mg / hari. Obat dimulai dengan dosis awal sesuai dengan
dosis anjuran, dinaikkan dosis tiap 2 minggu dan bisa pula dinaikkan sampai mencapai
dosis ( stabilisasi ) , kemudian diturunkan setiap 2 minggu sampai mencapai dosis
pemeliharaan. Dipertahankan 6 bulan – 2 tahun ( diselingi masa bebas obat 1 – 2 hari /
minggu ). Kemudian tapering off, dosis diturunkan tiap 2 – 4 minggu dan dihentikan.

3. Satu macam pendekatan terapi tidak cukup, tujuan utama perawatan dirumah
sakit adalah ikatan efektif antara pasien dan system pendukung masyarakat.
(stuart,2007)

H. Asuhan keperawatan

1. Pengkajian

Menurut Stuart dan Laraia pengkajian merupakan tahapan awal dan dasar utama dari
proses keperawatan. Tahap pengkajian terdiri atas pengumpulan data dan perumusan
kebutuhan, atau masalah klien. Data yang dikumpulkan meliputi data biologis, psikologis,
sosial, dan spiritual. Data pengkajian kesehatan jiwa dapat dikelompokkan menjadi faktor
predisposisi, faktor presipitasi, penilaian terhadap stressor, sumber koping, dan
kemampuan koping yang dimiliki klien (Keliat, 2005).

Untuk dapat menjaring data yang diperlukan umunya, dikembangkan formulir pengkajian
dan petunjuk teknis pengkajian agar memudahkan dalam pengkajian. Isi pengkajian
meliputi :

a. Identitas klien
b. Keluhan utama atau alasan masuk
c. Faktor predisposisi
d. Aspek fisik atau biologis
e. Aspek psikososial
f. Status mental
g. Kebutuhan persiapan pulang
h. Mekanisme koping
i. Masalah psikososial dan lingkungan
j. Pengetahuan
k. Aspek medik
Kemudian data yang diperoleh dapat dikelompokkan menjadi dua macam sebagai berikut
:
a) Data objektif ialah data yang ditemukan secara nyata. Data ini didapatkan melalui
observasi atau pemeriksaan langsung oleh perawat.
b) Data subjektif ialah data yang disampaikan secara lisan oleh klien dan keluarga.
Data ini diperoleh melalui wawancara perawat kepada klien dan keluarga. Data yang
langsung didapat oleh perawat disebut sebagai data primer, dan data yang diambil dari
hasil catatan tim kesehatan lain sebagai data sekunder.
Perawat dapat menyimpulkan kebutuhan atau masalah klien dari kelompok data yang
dikumpulkan. Kemungkinan kesimpulan adalah sebagai berikut :
a) Tidak ada masalah tetapi ada kebutuhan
1. Klien tidak memerlukan peningkatan kesehatan, tetapi hanya memerlukan
pemeliharaan kesehatan dan memerlukan tindak lanjut secara periodik karena tidak ada
masalah serta klien telah mempunyai pengetahuan untuk antisipasi masalah.
2. Klien memerlukan peningkatan kesehatan berupa upaya prevensi dan promosi,
sebagai program antisipasi terhadap masalah.
b) Ada masalah dengan kemungkinan
1. Resiko terjadi masalah karena sudah ada faktor yang dapat menimbulkan masalah.
2. Aktual terjadinya masalah disertai data pendukung.
c) Data yang diperoleh kemudian dikelompokkan dan perawat langsung
merumuskan masalah keperawatan dan masalah kolaboartif. Menurut FASID pada tahun
1983 dan INJF di tahun 1996, umumnya sejumlah masalah klien saling berhubungan serta
dapat digambarkan sebagai pohon masalah (Keliat, 2005).

3. Diagnosa keperawatan

a. Gangguan persepsi sensori : Halusinasi Penglihatan dan Pendengaran

b. Isolasi Sosial : Menarik Diri

c. Gangguan Konsep diri : Harga diri rendah

d. Resiko Perilaku Kekerasan


4. Rencana tindakan keperawatan

Dx: Gangguan persepsi sensori halusinasi

Tujuan umum: klien tidak mencederai diri sendiri orang lain dan lingkungan

Tujuan Khusus :

1. Klien dapat membina hubungan saling percaya.

Intervensi :

a. Bina hubungan saling percaya dengan klien dengan menggunakan/ komunikasi


terapeutik yaitu sapa klien dengan ramah, baik secara verbal maupun non verbal,
perkenalkan nama perawat, tanyakan nama lengkap klien dan panggilan yang disukai,
jelaskan tujuan pertemuan, jujur dan menepati janji, bersikap empati dan menerima klien
apa adanya.

b. Dorong klien mengungkapkan perasaannya.

c. Dengarkan klien dengan penuh perhatian dan empati.

2. Klien dapat mengenal halusinasinya.

Intervensi :

a. Adakan kontak sering dan singkat.

b. Observasi segala perilaku klien verbal dan non verbal yang berhubungan dengan
halusinasi.

c. Terima halusinasi klien sebagai hal yang nyata bagi klien, tapi tidak nyata bagi
perawat.

d. Diskusikan dengan klien situasi yang menimbulkan dan tidak menimbulkan


situasi.
e. Diskusikan dengan klien faktor predisposisi terjadinya halusinasi.

3. Klien dapat mengontrol halusinasi.

Intervensi :

Diskusikan dengan klien tentang tindakan yang dilakukan bila halusinasinya timbul.

4. Klien dapat memanfaatkan obat dalam mengontrol halusinanya.

Intervensi :

a. Diskusikan dengan klien tentang cara memutuskan halusinasinya.


b. Dorong klien menyebutkan kembali cara memutuskan halusinasi.
c. Berikan reinforcement positif atas keberhasilan klien menyebutkan kembali cara
memutuskan halusinasinya.

5. Klien mendapat sistem pendukung keluarga dalam mengontrol halusinasinya.

Intervensi :

a. Diskusikan dengan klien tentang cara memutuskan halusinasinya.

b. Dorong klien menyebutkan kembali cara memutuskan halusinasi.

c. Berikan reinforcement positif atas keberhasilan klien menyebutkan kembali cara


memutuskan halusinasinya.

d. Diskusikan dengan klien tentang obat untuk mengontrol halusinasinya.

1. Kaji kemampuan keluarga tentang tindakan yg dilakukan dalam merawat klien bila
halusinasinya timbul.
2. Diskusikan juga dengan keluarga tentang cara merawat klien yaitu jangan biarkan klien
menyendiri, selalu berinteraksi dengan klien, anjurkan kepada klien untuk rajin minum
obat, setelah pulang kontrol 1 x dalam sebulan.
5. Implementasi

a. Strategi pelaksanaan klien

Sp pasien:

- SP 1 Pasien : Membantu pasien mengenal halusinasi (isi, frekuensi, waktu),


mengajarkan bahwa suara itu tidak nyata, bagaimana respon dia, bsagaimana respon
orang lain ketika halusinasinya timbul, menjelaskan cara-cara mengontrol halusinasi,
mengajarkan pasien mengontrol halusinasi dengan cara pertama: menghardik halusinasi.

- SP 2 Pasien : Melatih pasien mengontrol halusinasi dengan cara kedua:bercakap-


cakap dengan orang lain

- SP 3 Pasien : Melatih pasien mengontrol halusinasi dengan cara ketiga:


melaksanakan aktivitas terjadwal

- SP 4 Pasien: Melatih pasien menggunakan obat secara teratur

b. Strategi pelaksanaan keluarga

 SP 1 Keluarga : Pendidikan Kesehatan tentang pengertian halusinasi, jenis


halusinasi yang dialami pasien, tanda dan gejala halusinasi dan cara-cara merawat pasien
halusinasi.

 SP 2 Keluarga: Melatih keluarga praktek merawat pasien


langsung dihadapan pasien

 SP 3 Keluarga : Membuat perencanaan pulang bersama keluarga

6. Evaluasi

a. Evaluasi pasien

Asuhan keperawatan klien dengan halusinasi berhasil jika klien menunjukkan


kemampuan mandiri untuk mengontrol halusinasi dengan cara yang efektif yang
dipilihnya. Klien juga diharapkan sudah mampu melaksanakan program pengobatan
berkelanjutan mengingat sifat penyakitnya yang kronis
Evaluasi asuhan keperawatan berhasil jika keluarga klien juga menunjukkan kemampuan
menjadi sistem pendukung yang efektif untuk klien mengatasi masalah gangguan
jiwanya. Kemampuan merawat di rumah dan menciptakan lingkungan kondusif bagi
klien di rumah menjadi ukuran keberhasilan asuhan keperawatan, di samping pemahaman
keluarga untuk merujuk ke fasilitas kesehatan yang sesuai jika muncul gejala-gejala
relaps.

b. Evaluasi keluarga

Keluarga merupakan faktor penting yang menentukan keberhasilan asuhan keperawatan


pada pasien dengan halusinasi. Dukungan keluarga selama pasien di rawat di rumah sakit
sangat dibutuhkan sehingga pasien termotivasi untuk sembuh. Demikian juga saat pasien
tidak lagi dirawat di rumah sakit (dirawat di rumah). Keluarga yang mendukung pasien
secara konsisten akan membuat pasien mampu mempertahankan program pengobatan
secara optimal. Namun demikian jika keluarga tidak mampu merawat pasien, pasien akan
kambuh bahkan untuk memulihkannya lagi akan sangat sulit. Untuk itu perawat harus
memberikan pendidikan kesehatan kepada keluarga agar keluarga mampu menjadi
pendukung yang efektif bagi pasien dengan halusinasi baik saat di rumah sakit maupun
di rumah.

Tindakan keperawatan yang dapat diberikan untuk keluarga pasien halusinasi adalah:

1) Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat pasien

2) Berikan pendidikan kesehatan tentang pengertian halusinasi, jenis halusinasi yang


dialami pasien, tanda dan gejala halusinasi, proses terjadinya halusinasi, dan cara
merawat pasien halusinasi.

3) Berikan kesempatan kepada keluarga untuk memperagakan cara merawat pasien


dengan halusinasi langsung di hadapan pasien

4) Buat perencanaan pulang dengan keluarga


BAB III

KASUS
Ny. R berusia 25 tahun dirawat diruang melati. Ny.R sering menjerit berkata “tidak”
dan “pergi” sambil menutup telinganya kemudian menangis, kemudian berteriak dan
ketakutan. Ia berkata ada seseorang yang ingin membunuhnya. Keluarga sudah
membawa pasien tersebut ke dukun untuk diobati tetapi pengobatan itu tidak
berhasil. Ny.R pernah mengalami aniaya fisik (korban pemerkosaan) Dan pasien
pernah mengalami aniaya seksual (korban pemerkosaan) pada usia 23 tahun. Tanda
Vital : TD: 100/80 mmHg, N: 100 x/menit, RR: 24 x/menit, T: 36,70 C.

1. FORMAT PENGKAJIAN

RUANG RAWAT: Ruang Melati TANGGAL RAWAT: 26 Mei 2018

A. IDENTITAS KLIEN

Inisial : Ny.R Tanggal Pengkajian : 26 Mei2018

Umur : 25 tahun No. RM : 001/RSEB/RM/2018

Informan : Ny.p

B. ALASAN MASUK RUMAH SAKIT

Pasien masuk RS 2 hari yang lalu, pasien sering menjerit berkata “tidak” dan “pergi”
sambil menutup telinganya kemudian menangis. Pasien berteriak dan ketakutan. Ia
berkata ada seseorang yang ingin membunuhnya. Keluarga sudah membawa pasien
tersebut ke dukun untuk diobati tetapi pengobatan itu tidak berhasil.

C. FAKTOR PREDISPOSISI

1. Pernah mengalami gangguan jiwa dimasa lalu? Ya Tidak √


2. Pengobatan sebelumnya?

Berhasil Kurang Berhasil Tidak Berhasil

3. Penganiayaan Pelaku/Usia Korban/Usia Saksi/Usia

Aniaya Fisik √ 23

Aniaya Seksual √ 23

Penolakan

KDRT

Tindakan Kriminal

Penjelasan no.1,2,3 : Pasien tidak pernah mengalami gangguan jiwa di masa


lalu. Pasien pernah mengalami aniaya fisik (korban
pemerkosaan) dan pasien pernah mengalami aniaya seksual
(korban pemerkosaan) pada usia 23 tahun.

Masalah Keperawatan : Gangguan konsep diri :Harga Diri Rendah

4. Adakah anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa? Ya Tidak √

Hubungan Keluarga Gejala Riwayat Pengobatan/Perawatan

Masalah Keperawatan : -

5. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan : Pasien mengatakan sering


diintip oleh teman lelaki saat ia berada di dalam kamar mandi sekolah pada saat
ia duduk dibangku Sekolah Menengah Pertama (SMP).

Masalah Keperawatan : Berduka disfungsional, Harga Diri Rendah (HDR).

D. MASALAH FISIK

1. Tanda Vital TD: 100/80 mmHg N: 100 x/menit

RR: 24 x/menit T: 36,70 C


2. Ukur TB: 165 cm BB: 47 kg

3. Keluhan Fisik Ya √ Tidak

Jelaskan : Pasien sering mengeluh sakit pada alat kelaminnya saat


BAK dan sering mengeluh gatal pada alat kelaminnya
pada saat malam hari sehingga pasien takut dan malu
untuk berinteraksi dan takut untuk diketahui oleh orang
lain.

Masalah Keperawatan : Harga Diri Rendah, Isolasi Sosial.

E. PSIKOSOSIAL

1. Genogram (3 Generasi)

Keterangan: : Laki-laki

: Perempuan

: Pasien (25 tahun)

: Garis Perkawinan

: Garis Keturunan

Jelaskan : Komunikasi pada keluarga pasien (Ny.R) tidak efektif.


Setiap anak Ny.R mendapatkan masalah, ia tidak pernah
mau untuk menceritakan masalah kepada orang tuanya
maupun kepada saudara kandungnya. Ia biasanya hanya
memendamnya sendiri. Bila ada masalah dalam keluarga,
biasanya tidak dibicarakan kepada seluruh anggota
keluarga. (buat yang tinggal satu rumah dengan garis
putus2)

Masalah Keperawatan : Komunikasi inefektif.

2. Konsep Diri

a. Gambaran diri : Pasien merasa jijik dengan dirinya, ia merasa kotor dan
merasa tidak berguna lagi ia hidup di dunia ini.

b. Identitas diri : Menyadari bahwa ia terlahir sebagai wanita.

c. Peran : Pasien merasa sedih karena semenjak kejadian tersebut


pasien berhenti kuliah karena merasa malu dengan teman-
temannya.

d. Ideal diri : Pasien bercita-cita ingin menjadi seorang guru.

e. Harga diri : Semenjak kejadian tersebut keluarga pasien jarang


mengajak pasien untuk berkomunikasi.

Masalah Keperawatan: Pasien mengalami gangguan gambaran diri, peran, ideal


diri, dan gangguan harga diri rendah.

3. Hubungan Sosisl

a. Orang yang berarti: Ayah dan ibu.

b. Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat (dirumah dan di RS):

 Di lingkungan masyarakat: Pasien dulu aktif di lingkungan di masyarakat,


pasien tergabung dalam Remaja Islam masjid.
 Di Lingkungan Rumah Sakit: Pasien mau mengikuti kegiatan kelompok
yang diadakan oleh perawat seperti TAK.
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain (di rumah dan di RS):

 Di lingkungan masyarakat: Pasien merasa sulit untuk berkomunikasi


dengan orang lain karena pasien merasa malu dan jijik dengan dirinya dan
merasa semua orang membencinya.
 Di lingkungan rumah sakit: Pasien merasa sulit untuk berinteraksi dengan
pasien lain dan petugas kesehatan karena pasien merasa malu.

Masalah Keperawatan : Harga Diri Rendah dan Isolasi Sosial.

4. Spiritual

a. Nilai dan Keyakinan : Pasien menganut agama islam.

b. Kegiatan ibadah : (di rumah dan di RS)

 Pada saat sebelum kejadian pemerkosaan pasien sangat tekun beribadah


namun setelah kejadian itu pasien kadang-kadang beribadah dan kadang-
kadang tidak.

 Pada saat dirumah sakit pasien tidak pernah sholat sehingga pasien merasa
gelisah dan tidak tenang

Masalah Keperawatan : Distress spiritual.

F. STATUS MENTAL

1. Penampilan √ Tidak Rapi Penggunaan pakaian Cara berpakaian

tidak sesuai seperti biasanya

Jelaskan : pakaian pasien tidak rapi, letak kancing tidak benar, dan
pakaiannya kusut.

Masalah Keperawatan : defisit perawatan diri


2. Pembicaraan

Cepat Keras Gagap √ Agitasi

Apatis Lambat Membisu Tidak mampu memulai

Pembicaraan

Jelaskan : pasien tampak tegang saat berbicara, mata melotot


tertuju pada satu titik, lalu tiba-tiba pasien menjerit
sambil menutup telinga.

Masalah Keperawatan : kerusakan komunikasi verbal (agitasi), halusinasi

3. Aktifitas Motorik

√ Tik Grimsen Tremor Kompulsif

Jelaskan : mata tampak melotot dan tertuju pada satu titik dan
pasien tampak terlihat ketakutan.

Masalah Keperawatan : Halusinasi penglihatan

4. Alam perasaan

Sedih √ Ketakutan Putus asa Khawatir Gembira berlebihan

Jelaskan : Pasien tampak ketakutan sambil menutup mata dan


telinga serta mengatakan “tidak”, bahkan pasien sampai
menangis.

Masalah Keperawatan : Gangguan alam perasaan : ketakutan.

5. Afek

Datar Tumpul √ Labil Tidak sesuai

Jelaskan : Pasien kadang tampak diam dan tiba-tiba menjerit


dengan mata melotot dan gerakan tangan seperti
menghalau sesuatu.
Masalah Keperawatan : Gangguan alam perasaan :labil.

6. Interaksi selama wawancara

Bermusuhan √ Tidak kooperatif Mudah tersinggung

Kontak mata kurang Defensif Curiga

Jelaskan : Pasien tampak tidak kooperatif ketika menjawab


pertanyaan dari perawat, pasien menutup mata dan
menutup telinga.

Masalah Keparawatan : Kerusakan komunikasi verbal.

7. Persepsi halusinasi

√ Pendengaran √ Penglihatan Perabaan

Pengecapan Penghidu

Jelaskan : Kapan terjadinya,respon pasien terhadap kita saat terjadi


halusinasi, frekuensi halusinasi, lamanya halusinasi, isi
halusinasi, fase halusinasi

pasien tampak ketakutan sambil menutup telinga dan


memandang pada satu titik lalu berkata “tidak” dan
“pergi”. Tangan pasien seperti menghalau sesuatu yang ada
di depannya.

Masalah Keperawatan : Halusinasi pendengaran dan penglihatan.

8. Proses pikir

√ Sirkumstansial Tangensial Kehilangan asosiasi

Flight of idea Blocking Pengulangaan pembicaraan/

Preservasi
Jelaskan : Ketika menjawab pertanyaan perawat pasien terlihat
berbelit-belit (tujuannya sampai) dalam menjawab
pertanyaan perawat

Masalah Keperawatan : Gangguan proses pikir

9. Isi pikir

Obesesi √ Phobia Hipokondria

Depolarisasi Ide yang terkait Pikiran magis

Waham

Agama Somatik Kebesaran √ Curiga

Nihilistik Sisip pikir Siar pikir Kontrol pikir

Jelaskan : pasien tampak ketakutan dengan mata melotot pada satu


titik dan menutup telinga. Dan pasien terlihat curiga
terhadap perawat yang mencoba berinteraksi dengannya

Masalah Keperawatan : Halusinasi penglihatan dan pendengaran.

Waham curiga

10. Tingkat kesadaran



Bingung Sedasi Stupor

Disorientasi

Waktu Tempat √ Orang

Jelaskan : Pasien selalu salah menyebutkan nama orang yang


ditunjuk oleh perawat

Masalah Keperawatan : Gangguan proses pikir

11. Memori

Gangguan daya ingat jangka panjang √ Gangguan daya ingat jangka pendek
Gangguan daya ingat saat ini

Jelaskan : Ketika ditanya oleh perawat terhadap aktivitas yang baru


saja dilakukan pasien tidak ingat

Masalah Keperawatan : Gangguan proses pikir.

12. Tingkat konsentrasi dan berhitung

Mudah beralih √ Tidak mampu berkonsentrasi Tidak mampu

berhitung sederhana

Jelaskan : saat ditanya pasien tidak mampu berkonsentrasi. Pasien


terlihat bingung dan menggeleng.

Masalah Keperawatan : Gangguan proses pikir.

13. Kemampuan penilaian

√ Gangguan ringan Gangguan bermakna

Jelaskan : pasien masih dapat melakukan kegiatan sehari-


hari seperti makan dan minum sendiri (jika
diberikan pertanyaan mis. Apakah mau mandi dulu
apa mau makan dulu).

Masalah Keperawatan : gangguan proses pikir.

14. Daya tilik diri

Mengingkari penyakit yang diderita √ Menyalahkan hal-hal di luar dirinya

Jelaskan : pasien menyalahkan orang tuanya yang tidak mau


mendengarkan dan membantu menyelesaikan
masalahnya. Pasien juga menyalahkan laki-laki yang
telah memperkosanya karena kasus perkosaan itu
menyebabkan dia merasa kehilangan masa depannya.

Masalah Keperawatan : Isolasi sosial : menarik diri


G. KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG (dikaji kemampuan pasien selama di RS)

1. Makan dan minum

√ Bantuan minimal Bantuan Total

Jelaskan : Pasien masih dibantu dalam hal menyiapkan makan dan


minum namun dapat makan dan minum sendiri.

Masalah Keperawatan : -

2. BAB/BAK

Bantuan minimal Bantuan Total

Jelaskan : Pasien dapat melakukan BAB/BAK tanpa bantuan orang


lain

Masalah Keperawatan : -

3. Mandi

Bantuan minimal Bantuan Total

Jelaskan : Pasien dapat mandi sendiri tanpa bantuan dari orang lain

Masalah Keperawatan : -

4. Berpakaian/berhias

Bantuan minimal Bantuan Total

Jelaskan : Pasien masih di bantu untuk menyisir rambut.

Masalah Keperawatan : Deficit perawatan diri (berhias).

5. Istirahat dan tidur

√ Tidur siang lamanya: 1 jam


√ Tidur malam lamanya: sulit, sering mendengar suara-suara yang ingin
membunuhnya.

√ Kegiatan sebelum/sesudah tidur: membaca doa.

Jelaskan : Tidur siang lamanya 1 jam, saat tidur malam pasien


mengalami kesulitan untuk tidur dan sering mendengar
suara-suara yang ingin membunuhnya, kegiatan yang
dilakukan pasien sebelum tidur yaitu membaca doa.

Masalah Keperawatan : Gangguan pola tidur.

6. Penggunaan obat

√ Bantuan minimal Bantuan Total

Jelaskan : Pasien selalu diingatkan untuk minum obat.

Masalah Keperawatan : Ketidakefektifan penatalaksanaan program teraupetik.

Dikaji kemampuan pasien yang dapat dilakukan di rumah :

7. Pemeliharaan kesehatan Ya Tidak

Perawatan lanjutan √

Sistem pendukung √

Jelaskan : Pasien dapat mengatasi halusinasinya dengan bantuan keluarga

Masalah Keperawatan : -

8. Kegiatan di dalam rumah Ya Tidak

Mempersiapkan makanan

Menjaga kerapian rumah √

Mencuci pakaian √
Pengaturan keuangan √

Jelaskan : Pasien tidak dapat melekukan kegiatan didalam rumah


seperti mencuci pakaian dan mengatur keuangan.

Masalah Keperawatan : -

9. Kegiatan di luar rumah Ya Tidak

Belanja √

Transportasi √

Jelaskan : Pasien dapat berbelanja namun dengan melihat catatan belanja


dan pasien dapat menggunakan transportasi (angkutan umum)
untuk berbelanja

Masalah Keperawatan : -

H. MEKANISME KOPING

Adaptif Maladaptif

Bicara dengan orang lain Minum alkohol

Mampu menyelesaikan masalah Reaksi lambat/berlebih

Teknik Relokasi Bekerja berlebihan

Aktivitas konstruktif √ Menghindar

Olahraga Mencederai diri

Lainnya ........... Lainnya ..............

Jelaskan : Ketika sedang menghadapi masalah pasien lebih sering


menghindar dan melupakan masalah tersebut.

Masalah Keperawatan : Koping individu inefektif.


ANALISA DATA

DATA MASALAH/DIAGNOSA KEPERAWATAN


SUBJEKTIF
- Pasien mengatakan bahwa Gangguan persepsi sensori: halusinasi
ada orang yang akan (pendengaran dan penglihatan)
membunuhnya.
- Pasien mengatakan bahwa ia
melihat segerombolan laki-
laki yang datang
menghampirinya dan akan
memperkosanya.
- Pasien mengatakan bahwa ia
merasa ketakutan.

OBJEKTIF
- Pasien tampak ketakutan
- Pasien menutup kedua telinga
sambil berkata “tidak” dan
“pergi”.
- Bibir pasien tampak gemetar
- Pasien tampak berkeringat
- Pandangan tertuju pada satu
titik.
- Pasien menggerakan tangan
seperti mengusir sesuatu

SUBJEKTIF
 Pasien mengatakan bahwa Isolasi Sosial : Menarik Diri
hidupnya sudah tidak berguna
lagi dan kotor setelah
diperkosa.
 Pasien mengatakan bahwa
sering merasakan kesepian
dan ditolak oleh orang tua
maupun saudara-saudaranya.
 Pasien mengatakan bahwa
hubungannya dengan orang
lain tidak ada gunanya.

OBJEKTIF
 Pasien tidak mau bicara.
 Pasien menyendiri dan ridak
mau berinteraksi dengan
orang yang terdekat (orangtua
maupun saudara-saudaranya).
 Menjawab pertanyaan kurang
spontan.
 Pasien apatis.
SUBJEKTIF

 Pasien mengatakan bahwa Gangguan Konsep diri : Harga Diri Rendah


hidupnya sudah tidak berguna
lagi dan kotor setelah
diperkosa.
 Pasien mengatakan tidak mau
berinteraksi dengan orang
lain.
OBJEKTIF

 Pasien mengejek dan


mengkritik dirinya.
 Pasien tidak berani menatap
mata perawat atau orang lain
bila diajak berbicara.
 Bicara pasien lambat dengan
nada suara lemah.
 Pasien berpakaian tidak rapi
dan tidak memperdulikan
dirinya.

I. ASPEK MEDIK

Diagnosa medis : Skizofrenia

Terapi medik : Dengan pemberian psikofarmakoterapi. Yaitu dengan menggunakan


obat-obatan anti psikotik yaitu:

 golongan butiroferon: Haloperidol, Haldol, Serenace, Ludomer. Pada kondisi akut


biasanya diberikan dalam bentuk injeksi melalui Intramuskular (IM) dengan dosis
3x5 mg. Pemberian injeksi biasanya cukup 3x24 jam. Setelah klien diberikan obat
per oral 3x1,5 mg atau 3x5 mg.

 Golongan fenotiazine: Chlorpromazine/ Largactile/ Promactile. Biasanya


diberikan per oral. Pada kondisi akut biasanya diberikan 3x100 mg. Apabila
kondisi sudah stabil, dosis dapat dikurangi 1x100 mg pada malam hari saja.

J. MASALAH KEPERAWATAN
1. Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi Penglihatan dan Pendengaran

2. Isolasi Sosial : Menarik Diri

3. Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah

4. Resiko Perilaku Kekerasan

5. Defisit Perawatan diri

6. Regimen perawatan tidak efektif

7. Distress spiritual
K. POHON MASALAH

Resiko Perilaku Kekerasan

Gangguan Persepsi Sensori :


Core Problem
Halusinasi Penglihatan dan
Pendengaran

Isolasi Sosial : Menarik


Diri

Gangguan Konsep diri :


Harga Diri Rendah

L. DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Gangguan persepsi sensori : Halusinasi Penglihatan dan Pendengaran

2. Isolasi Sosial : Menarik Diri

3. Gangguan Konsep diri : Harga diri rendah

4. Resiko Perilaku Kekerasan


DAFTAR PUSTAKA

Stuart, G.W. 2007. Buku Saku Keperawatan Jiwa Edisi 5. Jakarta : EGC

Stuart & Sunden. 2005. Buku Saku keperawatan Jiwa Edisi 5. Jakarta : EGC

Yosep, Iyus. 2010. Keperawatan Jiwa. Bandung:PT Refika Aditama

Isaacs, A. 2001. Keperawatan Kesehatan Jiwa dan Psikiatrik. Jakarta : EGC

Maramis, W. F. 2005. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya : Airlangga University Press.

Keliat,Budi Ana. 2006. Proses keperawatan kesehatan Jiwa Komunitas. Jakarta, EGC

Keliat, Budi A. 2011. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas : CMHN (Basic Course). Jakarta:EGC

S-ar putea să vă placă și