Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
Oleh :
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah serta karunia-Nya sehingga dapat menyelesaikan makalah Asuhan
Keperawatan Cva Infark Dengan Pengkajian Teori Keperawatan Virginia
Henderson Dan Pendekatan Pendidikan Kesehatan Rom Kepada Keluarga
Pasien sebagai salah satu tugas pengkajian keperawatan medikal bedah.
Penulisan makalah ini tidak lepas dari bantuan dan bimbingan dari berbagai
pihak, baik materi, moral maupun spiritual. Oleh karena itu dalam kesempatan ini
penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing yang telah
membimbing dengan penuh kesabaran.
Semoga Allah SWT memberikan balasan pahala atas segala amal dan
perbuatan yang telah diberikan dan penulis menyadari bahwa makalah ini belum
sempurna, oleh karena itu saran yang membangun dari pembaca sangat penulis
harapakan demi perbaikan makalah.
Akhirnya penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat baik bagi
penulis dan pihak yang membutuhkannya.
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. RUMUSAN MASALAH
Bagaimana asuhan keperawatan CVA Infark menurut teori keperawatan
virginia henderson?
C. TUJUAN
Mengidentifikasi asuhan keperawatan CVA Infark menurut teori keperawatan
virginia henderson
BAB 2
TINJAUAN TEORI
2. ETIOLOGI
A. Trombosis serebri
B. Emboli
Dapat terjadi karena adanya penyumbatan pada pembuluhan darah otak oleh
bekuan darah, lemak, dan udara. Biasanya emboli berasal dari thrombus di jantung
yang terlepas dan menyumbat sistem arteri serebri. Keadaan-keadaan yang dapat
menimbulkan emboli:
- Infark miokardium
1. Hipertensi.
4. Obesitas
5. Peningkatan hematokrit
6. Diabetes Melitus
7. Merokok
4. KLASIFIKASI CVA
Berdasarkan patologi serangannya (Brasherz, 2008: 274)
a. Oklusi aterotrombotik pada arteri ekstra kranial (terutama pada bitur kasio
karotis atau intrakranial)
b. Kardioemboli akibat fibrilasi atrial, infark miokard terbaru
aneurismaventrikel, gagal jantung kongestif/ penhyakit vaskular
c. Lakunar akibat infark cerebral dalam pada arteri lentikulostrista
d. Hemodinamik akibat penurunan perfusi cerebral global.
5. MANINFESTASI KLINIS
A. Lobus Frontal
3.) Defici aktivitas mental dan psikologi antara lain : labilitas emosional,
kehilangan kontrol diri dan hambatan soaial, penurunan toleransi terhadap
stres, ketakutan, permusuhan frustasi, marah, kekacuan mental dan
keputusasaan, menarik diri, isolasi, depresi.
B. Lobus Parietal
a. Dominan :
1) Defisit sensori antara lain defisit visual (jaras visual terpotong sebagian besar
pada hemisfer serebri), hilangnya respon terhadap sensasi superfisial
(sentuhan, nyeri, tekanan, panas dan dingin), hilangnya respon terhadap
proprioresepsi (pengetahuan tentang posisi bagian tubuh).
2) Defisit bahasa/komunikasi
b. Non Dominan
6. PATOFISIOLOGI
1. Iskemia jaringan otak yang disuplai oleh pembuluh darah yang bersangkutan.
2. Edema dan kongesti disekitar area.
Area edema ini menyebabkan disfungsi yang lebih besar daripada area
infark itu sendiri. Edema dapat berkurang dalam beberapa jam atau kadang-kadang
sesudah beberapa hari. Dengan berkurangnya edema pasien mulai menunjukan
perbaikan, CVA. Karena thrombosis biasanya tidak fatal, jika tidak terjadi
perdarahan masif. Oklusi pada pembuluh darah serebral oleh embolus
menyebabkan edema dan nekrosis diikuti thrombosis. Jika terjadi septik infeksi
akan meluas pada dinding pembuluh darah maka akan terjadi abses atau ensefalitis,
atau jika sisa infeksi berada pada pembuluh darah yang tersumbat menyebabkan
dilatasi aneurisma pembuluh darah. Hal ini akan meyebabkan perdarahan cerebral,
jika aneurisma pecah atau ruptur. Perdarahan pada otak lebih disebabkan oleh
ruptur arteriosklerotik dan hipertensi pembuluh darah. Perdarahan intraserebral
yang sangat luas akan menyebabkan kematian dibandingkan dari keseluruhan
penyakit cerebro vaskuler. Jika sirkulasi serebral terhambat, dapat berkembang
anoksia cerebral. Perubahan disebabkan oleh anoksia serebral dapat reversibel
untuk jangka waktu 4-6 menit. Perubahan irreversibel bila anoksia lebih dari 10
menit. Anoksia serebral dapat terjadi oleh karena gangguan yang bervariasi salah
satunya cardiac arrest.
WOC
Patofisiologi Infark Otak (Proses yang terjadi sesudah obstruksi vena dan arteri)
Aliran darah
Vasoparalisis
Stagnasi darah
Aliran kolateral
Edema Diapedesis Adesi & penimbunan Iskemia
interstitial trombosit
Otak
Endotelium
Edema
Infark hemoragik Gel fibrin
interstitial
Edema Edema
Edema Pelepasan neuronal astrositik
seluler prostasiklin
Jendalan darah
Akumulasi lipid, aktivitas lisosomal
Mati
Diapedesis & autofagik, inclusion nuclear & sitoplasmik,
penurunan resistensi vakuolasi, modifikasi dalam mikrotubuli,
sawar darah otak inhibisi divisi mikotik
Patofisiologi CVA karena Emboli/trombus dan perdarahan
Pembuluh darah
Hypoxia
Oksipital
Temporalis kiri Parietalis Frontal
Metabolisme Aktifitas elektrolit Nekrotik jaringan otak Ssefalgia mata Nyeri telinga Nyeri homolateral, Hemiparese
anaerob terganggu (mikrositik neuron) ipsilateral, homolateral, disfasia, defisit sensorik kontralateral,
hemianopia hemianopia, kontralateral,
kuadranopia hemipares ringan
Asam laktat Na & K pump gagal Infark
Na & K influk Gg.kesadaran, Gg. rasa nyaman (nyeri), Gg. Istirahat, intoleransi aktivitas,
kejang fokal, defisit perawatan diri (sindroma), Gg. Komunikasi/bicara,
hemiplegia, defek ketergantungan, Gg.persepsi sensori, Gg. Perfusi jaringan, Gg.
Retensi cairan
medan penglihatan, Mobilitas fisik, Gg. Konsep diri, Gg. Menelan, integritas kulit,
afasia Gg. Nutrisi, resiko injury, dll
ODEMA SEREBRAL
Perdarahan
1. Laboratorium :
a. Pada pemeriksaan paket stroke: Viskositas darah pada apsien CVA ada
peningkatan VD > 5,1 cp, Test Agresi Trombosit (TAT), Asam Arachidonic
(AA), Platelet Activating Factor (PAF), fibrinogen (Muttaqin, 2008: 249-252)
8. KOMPLIKASI
c. Konstipasi
a. Epilepsy
b. sakit kepala
4. Hipoksia serebral
5. Herniasi otak
6. Kontraktur
9. ASUHAN KEPERAWATAN
ASUHAN KEPERAWATAN.
A.PENGKAJIAN
BIODATA
Pengkajian biodata di fokuskan pada :
Umur : karena usia di atas 55 tahun merupakan resiko tinggi terjadinya serangan
stroke.Jenis kelamin : laki-laki lebih tinggi 30% di banding wanita.Ras : kulit hitam
lebih tinggi angka kejadiannya.
KELUHAN UTAMA.
Biasanya klien datang ke rumah sakit dalam kondisi : penurunan kesadaran atau
koma serta disertai kelumpuhan dan keluhan sakit kepala hebat bila masih sadar.
BI ( Bright / pernafasan).
Perlu di kaji adanya :
Sumbatan jalan nafas karena penumpukan sputum dan kehilangan refleks batuk.
B2 ( Blood / sirkulasi ).
Deteksi adanya : tanda-tanda peningkatan TIK yaitu peningkatan Tekanan Darah
disertai dengan pelebaran nadi dan penurunan jumlah nadi.
B4 ( Bladder / Perkemihan ).
Tanda-tanda inkontinensia urin.
B5 ( Bowel : Pencernaan )
Tanda-tanda inkontinensia alvi.
Jadi motivasi dalam hal ini sebenarnya merupakan respons dari suatu aksi,
yaitu tujuan. Motivasi memang muncul dari dalam diri manusia, tetapi
kemunculannya karena terangsang/terdorong oleh adanya unsur lain. Dalam hal
ini adalah tujuan, tujuan ini akan menyangkut soal kebutuhan. Adapun fungsi
motivasi (Purwanto 2002), mendorong timbulnya tingkah laku atau suatu
perbuatan serta menyeleksinya. Sebagai pengarah, artinya mengarahkan perbuatan
kepada pencapaian tujuan yang diinginkan.
A. Deskripsi Kasus
Pasien datang diantar anaknya ke IGD Rumkital Dr. Ramelan Surabaya pada
tanggal 16 Maret 2017 pukul 08.00 WIB dengan keluhan pasien tiba-tiba kaki dan
lengan sebelah kiri tidak bisa digerakkan. Saat dilakukan pemeriksaan oleh dokter
UGD didapatkan lemah pada anggota gerak kiri tangan dan kaki, serta bicara agak
pelo. Pasien tidak tau kalau mempunyai riwayat darah tinggi dan sebelumnya belom
, Ranitidin 2 x 1 amp (IV), citicolin 500g. Saat dilakukan pengkajian pada tanggal
23 maret 2017 pasien mengatakan sudah bisa duduk dengan bantuan, tangan kiri
sudah bisa menggengam tetapi belum kuat, kaki sudah bisa digerkan sedikit sedikit,
serta bicara agak pelo. Keluarga pasien mengatakan bahwa dukungan kelurga selalu
diberikan kepada pasien dan upaya upaya untuk meningkatkan keinginan sebuh dari
pasien tersu dimotivasi oleh keluarga. Baik dalam hal psikologi atau fisik.
B. Pengkajian Keperawatan dengan Pendekatan Teori Virginia Henderson
INFORMASI UMUM
Nama : Tn. T Status : Menikah No.RM : 19-xx-xx
Umur : 74 Tahun Pendidikan : SMA Tgl.MRS : 18/03/2017
Jenis kelamin : L Pekerjaan : Purnawirawan Tgl.Pengkajian :23/3/2017
Agama : Islam Suku : Jawa Dx.Medis : CVA infark
Informan : Keluarga Ny.A
I. ADAPTASI FISIOLOGI
PENGKAJIAN PERILAKU
Subjektif
Kesulitan bernafas : Tidak
Aktivitas mempengaruhi pernafasan : Tidak
Batuk : Tidak
Objektif :
Tekanan darah :150/80 mmHg, Nadi : 80 x/menit, suhu:36,8 oC, RR : 20
OKSIGENASI
x/menit
CRT : < 3 detik
Irama nafas : Reguler Penggunaan otot aksesori pernafasan : Tidak
Bunyi nafas : Vesikuler
Analisa Gas Darah : -
Radiologi : Normal (Jantung paru dalam batas normal)
MK : TIDAK ADA MASALAH KEPERAWATAN
PENGKAJIAN PERILAKU
NUTRISI
Subjektif :
Apakah mengalami : Anoreksia/mual/muntah/kesulitan menelan
Frekuensi makan : 3x/hari, jenis makanan: nasi sayur
Diit : LLC RG (Nasi Lunak Lauk Cacah Rendah Garam)
Alergi terhadap makanan : Tidak
Objektif
Kulit : Ruam/edama/kering/lembab Kuku: putih, bersih
Mukosa oral/bibir : lembab/lesi/pucat Gigi : bersih
Gusi : Tidak ada perdarahan Lidah : bersih, merah muda
BB : 45 Kg IMT : 20 Kg/M2
TB : 155 Cm LLA : 17 Cm
Laboratorium 20 Maret 2017
Hb: 11,8 g/dl Hct: 35,8%, leukosit: 14,500/ul, trombosit: 196.000 L/ul
5555 4444
Kekuatan otot : Ka/Ki
5555 4444
Subjektif :
Riwayat trauma : Pasien tidak pernah mengalmi trauma jatuh sebelumnya
Objektif
Kulit : Tidak ada lesi, Tidak ada odem
Turgor : baik
Rambut : Distribusi merata, kondisi kulit kepala : tidak terdapat lesi pada kulit
kepala, bersih, tidak ada nyeri tekan
MK : TIDAK ADA MASALAH KEPERAWATAN
PENGKAJIAN PERILAKU
Subjektif :
Apakah ada gangguan penglihatan ? Tidak
Apakah ada gangguan pendengaran ? Tidak
SENSASI
Objektif
EKG : Normal
Irama jantung : regular, dengan bunyi jantung S1 & S2 tunggal,
CRT < 3 detik, akral hangat, tidak ada nyeri dan tidak terdapat oedem
Tekanan darah150/80, suhu 36.8, nadi 80 x/menit, RR 20x/menit.
Laboratorium tanggal 20 Mei 2017
Fibrinogen 394 mg/dl, HCT : 34.6%, MCHC 31.8 g/dl
Terapi : terapiciticolin 3 x 250 mg , Ranitidin 2 x 1 amp (IV), citicolin 3x500g,
aspilet 1x1.
PENGKAJIAN PERILAKU
Subjektif :
ENDOKRIN
Objektif
Pembesaran tiroid : Tidak
Kreatinisme : Tidak
Gigantisme : Tidak
MK : TIDAK ADA MASALAH KEPERAWATAN
2. KONSEP DIRI
PENGKAJIAN PERILAKU
Subjektif :
Sensasi tubuh :
Bagaimana perasaan ibu dengan penyakit yang dialami ? Sedih
FISIK DIRI
Citra tubuh :
Apakah pernah mengalami perubahan bentuk fisik ? Tidak
Ideal diri :
Apa harapan bapak untuk diri ? Sembuh dari sakit
Moral etik-Spiritual diri :
Keyakinan spiritual : pasien mengatakan “Penyakit saya ini adalah ujian dari
allah swt”
Objektif
Komunikasi non verbal : Pasien tampak relax, santai
Ekspresi perasaan : Menerima ketentuan Tuhan
MK : TIDAK ADA MASALAH KEPERAWATAN
3. FUNGSI PERAN
PENGKAJIAN PERILAKU
Peran primer : Tn “T” sebagai Suami
Peran sekunder : Ayah dan Kakek
Peran tersier : Purnawirawan
Pengharapan keluarga : keluarga mengharapkan Tn.T cepat sembuh dari
penyakitnya
Harapan diri sendiri : pasien berharap cepat sembuh
Peran selama sakit : Tn.T sebagai pasien
MK : TIDAK ADA MASALAH KEPERAWATAN
4. INTERDEPENDENSI
PENGKAJIAN PERILAKU
Orang yang paling dekat : Istri, keluarga
Selain keluarga pasien bersosialisasi dengan tetangga dan temannya
Objektif
Respon non verbal dengan orang lain : kooperatif, menatap wajah orang lain
MK : TIDAK ADA MASALAH KEPERAWATAN
C. Analisa data
1. Analisa data
Data (DS/DO) Masalah Etiologi
DS : Keluarga Hambatan mobilitas Kelemahan anggota
mengatakan, bagian fisik gerak
tubuh sebelah kiri lemah
DO :
Kesadaran compos
mentis
Tekanan
darah150/80, suhu
36.8, nadi 80
x/menit, RR
20x/menit.
Aktivitas klien
dibantu perawat dan
keluarga
Klien hanya
terbaring tidur
Kekuatan otot Ka/Ki
5555 4444
5555 4444
DS : keluarga Kerusakan komunikasi Disfungsi neurologi
mengatakan bicara klien verbal pusat bahasa
pelo
DO :
Bicara klien tidak
jelas dan susah untuk
dimengerti
Pada pemeriksaan
nervus V adanya
deviasi rahang bawah
dagu klien terdorong
ke sisi kanan,
otoric : bibir sebelah
kiri terlihat lebih
rendah, terlihat
moncong ke kanan
Menganjurkan klien
untuk
memoncongkan bibir
dan memperlihatkan
gigi dan hasilnya
tidak simetris
2. Diagnosa Keperawatan
a. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan hemiparese
3. Intervensi Keperawatan
DX 1 NOC : NIC :
Definisi : keterbatasan Ambulasi; kemampuan 1. Kaji batasan
dalam kebebasan untuk untuk berjalan dari satu tempat rentang gerak
pergerakan fisik tertentu ketempat lain secara mandiri atau pasien
pada bagian tubuh satu dengan alat bantu 2. Ajarkan dan
atau lebih ektremitas Ambulasi: kursi roda; bantu pasien
Batasan karakteristik : kemampuan untuk berjalan dari dalam proses
a. Postur tubuh yang satu tempat ketempat lain dengan berpindah
tidak stabil selama kursi roda 3. Berikan
melakukan kegiatan Keseimbangan; penguatan positif
rutih harian kemampuan untuk selama aktivitas
b. Penurunan waktu mempertahankan 4. Rujuk keahli
reaksi keseimbangkan postur tubuh fisioterapi untuk
c. Kesulitan membolak Performa mekanika program latihan
balik posisi tubuh tubuh; tindakan individu untuk 5. Ajarkan dan
d. Dyspnea saat mempertahankan kesejajaran dukung pasien
beraktifitas tubuh yang sesuai dan untuk dalam latihan
e. Keterbatasan mencegah peregangan otot ROM aktif atau
kemampuan untuk skeletal pasif untuk
melakukan Gerakan terkoordinasi; mempertahankan
keterampilan motoric kemampuan otot untuk atau
halus bekerjasama secara volunteer meningkatkan
f. Keterbatasan rentang dalam menghasilkan suatu kekuatan dan
pergerakan sendi gerakan yang terarah ketahanan otot
Faktor yang Pergerakan sendi: aktif 6. Ajarkan teknik
berhubungan : (sebutkan sendinya); rentang ambulasi dan
a. Pengobatan pergerakan sendi……… aktif berpindah yang
b. Kurang dengan gerakan atas inisiatif aman
pengetahuan sendiri 7. Libatkan
tentang kegunaan Mobilitas; kemampuan keluarga dalam
pergerakan fisik untuk bergerak secara terarah pelaksanaan
dalam lingkungan sendiri dengan terapi ROM dan
atau tanpa alat bantu
c. Kerusakan Fungsi skeletal; ambulasi atau
muskuluskeletal kemampuan tulang untuk berpindah tempa
dan neuromuscular menyokong tubuh dan
d. Intoleransi memdasilitasi pergerakan
aktivitas/penurunan Performa berpindah;
leluatan dan kemmapuan untuk mengubah
stamina letak tubuh secara mandiri atau
e. Keruskan kognitif dengan alat bantu.
Indikator
1. Keseimbangan
2. Koordinasi
3. Performa posisi tubuh
4. Pergerakan sendi dan otot
5. Berjalan
6. Bergerak dengan mudah
Pasien akan :
1. Memperlihatkan penggunaan
alat bantu secara benar
dengan pengawasan
2. Meminta bantuan untuk
aktivitas mobilitas jika perlu
3. Melakukan aktivitas
kehidupan sehari-hari secara
mandiri dengan alat bantu
4. Menyangga berat badan
5. Berjalan dengan
menggunakan langkah –
langkah yang benar
6. Menggunakan kursi roda
secar aktif
BAB 4
PENUTUP
1. KESIMPULAN
Motivasi memang muncul dari dalam diri manusia, tetapi kemunculannya
karena terangsang/terdorong oleh adanya unsur lain. Dalam hal ini adalah tujuan,
tujuan ini akan menyangkut soal kebutuhan. Adapun fungsi motivasi, mendorong
timbulnya tingkah laku atau suatu perbuatan serta menyeleksinya. Sebagai
pengarah, artinya mengarahkan perbuatan kepada pencapaian tujuan yang
diinginkansebagian besar motivasi keluarga pasien dalam kategori sedang sebelum
diberikan pendidikan kesehatan tentang ROM. sebagian besar motivasi keluarga
pasien dalam kategori tinggi setelah diberikan pendidikan kesehatan tentang ROM
dan pendidikan kesehatan tentang ROM memberikan pengaruh terhadap motivasi
keluarga dalam melaksanakan ROM pada pasien.
2. SARAN
Perawat dan tenaga kesehatan lain mengoptimalkan pendidikan kesehatan
sebagai upaya meningkatkan motivasi keluarga dalam mempercepat proses
penyembuhan pasien. Menghimbau agar keluarga berperan aktif dalam
kesembuhan klien baik dalam motivasi untuk sembuh dan berlatih. Juga motivasi
untuk mengurangi tingkat stress dari klien sehingga klien bisa optimal dalam
melakukan proses penyembuhan.
DAFTAR PUSTAKA
Alligood, M.R. & Tomey, A.N. (2006). Nursing Theorist and their work. 6th
Edition, ST. Louis: Mosby Elsevier, Inc
Effendi, M.A. 2008. The Power Of Good Corporate Govermance “Teori dan
Implementasi”, Jakarta: Salemba Empat.
Stoykov, M.E., Lewis, G.N., & Corcos, D.M. (2009). Comparison of bilateral and
unilateral training for upper extremity hemiparesis in stroke.
Neurorehabilitation and Neural Repair, 23(9), 945-53.
Virzara, A. 2012. Mengenal dan Memahami Stroke. Yogyakarta: Kata Hati.
Lampiran 1
SOP
b. Latihan II
Angkat tangan yang kontraktur
melewati dada ke arah tangan yang
sehat.
Kembalikan keposisi semula.
c. Latihan III
Angkat tangan yang lemah
menggunakan tangan yang sehat ke
atas.
Kembalikan ke posisi semula.
d. Latihan IV
Tekuk siku yang kontraktur
menggunakan tangan yang sehat.
Luruskan siku kemudian angkat ke
atas.
Letakkan kembali tangan yang
kontraktur ditempat tidur.
e. Latihan V
Pegang pergelangan tangan yang
kontraktur menggunakan tangan
yang sehat angkat ke atas dada.
Putar pergelangan tangan ke arah
dalam dan ke arah keluar.
f. Latihan VI
Tekuk jari-jari yang kontraktur
dengan tangan yang sehat kemudian
luruskan.
Putar ibu jari yang lemah
menggunakan tangan yang sehat.
g. Latihan VII
Letakkan kaki yang sehat dibawah
yang kontraktur.
Turunkan kaki yang sehat sehingga
punggung kaki yang sehat dibawah
pergelangan kaki yang kontraktur.
Angkat kedua kaki ke atas dengan
bantuan kaki yang sehat, kemudian
turunkan pelan-pelan.
h. Latihan VIII
Angkat kaki yang kontraktur
menggunakan kaki yang sehat ke
atas sekitar 3cm.
Ayunkan kedua kaki sejauh
mungkin kearah satu sisi kemudian
ke sisi yang satunya lagi.
Kembalikan ke posisi semula dan
ulang sekali lagi.
i. Latihan IX
Anjurkan pasien untuk menekuk
lututnya, bantu pegang pada lutut
yang kontraktur dengan tangan
yang lain.
Dengan tangan yang lainnya
penokong memegang oinggang
pasien.
Anjurkan pasien untuk memegang
bokongnya.
Kembalikan ke posisi semula dan
ulangi sekali lagi.