Sunteți pe pagina 1din 10

BAB III.

KASUS

A. Identitas

Nama : Nn. I

Umur : 25 tahun

Agama : Islam

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : TKW

Alamat : Sukajadi

No. RM : 21044

Tanggal Pengkajian : 24 mai 2019

RS / bangsal :

B. Riwayat singkat

Klien dibawa ke RSJ Tampan dengan diantar oleh keluarga dengan alasan berdiam diri, menangis sendiri,
sering memecahkan peralatan rumah tangga, tidak mau makan dan mengeluh sering mendengarkan
suara-suara yang menakutkan. Sebelumnya klien memang mengalami syok yang hebat, ia sebelumnya
pernah bekerja menjadi TKI di Malaysia. Pada saat ia pulang ke Indonesia kondisinya memang sangat
memprihatinkan, ia di perkosa oleh majikannya sendiri dan dilakukan berulang-ulang oleh sang majikan.
Pada saat dilakukan pengkajian terhadap klien, klien tampak mengalami syok dan sering berdiam diri.

C. Hasil Pemeriksaan (obyetif)

TD : 100/60 mmHg

Nadi : 92 x/menit

BB : 40 kg

Pada pasien didapatkan afek datar, blocking.


D. Masalah Keperawatan

Merasa harga diri rendah dan tidak berharga.

E. Diagnosis Keperawatan

1. Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah

2. Isolasi Sosial : Menarik Diri

I.Nursing Care Plan

Diagnosa keperawatan I : Resiko tinggi perilaku kekerasan berhubungan dengan halusinasi pendengaran

Tujuan umum : Klien dapat mengendalikan halusinasinya.

TUK 1 : Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat

Intervensi

1. Bina hubungan saling percaya

• Salam terapeutik

• Perkenalkan diri

• Jelaskan tujuan interaksi

• Buat kontrak yang jelas

• Menerima klien apa adanya

• Kontak mata positif

• Ciptakan lingkungan yang terapeutik

2. Dorong klien dan beri kesempatan untuk mengungkapkan perasaannya

3. Dengarkan ungkapan klien dengan rasa empati.

Rasional:

1. Hubungan saling percaya sebagai dasar interaksi yang terapeutik antara perawat dan klien

2. Ungkapan perasaan oleh klien sebagai bukti bahwa klien mempercayai perawat
3. Empati perawat akan meningkatkan hubungan terapeutik perawat-klien

Evaluasi:

Klien dapat mengungkapkan perasaannya dan kondisinya secara verbal

TUK 2 : Klien dapat mengenali halusinasinya

Intervensi :

1. Adakan kontak secara sering dan singkat

2. Observasi tingkah laku verbal dan non verbal klien yang terkait dengan halusinasi (sikap seperti
mendengarkan sesuatu, bicara atau tertawa sendiri, terdiam di tengah – tengah pembicaraan).

3. Terima halusinasi sebagai hal yang nyata bagi klien dan tidak nyata bagi perawat.

4. Identifikasi bersama klien tentang waktu munculnya halusinasi, isi halusinasi dan frekuensi timbulnya
halusinasi.

5. Dorong klien untuk mengungkapkan perasaannya ketika halusinasi muncul.

6. Diskusikan dengan klien mengenai perasaannya saat terjadi halusinasi.

Rasional :

1. Mengurangi waktu kosong bagi klien untuk menyendiri.

2. Mengumpulkan data intervensi terkait dengan halusinasi.

3. Memperkenalkan hal yang merupakan realita pada klien.

4. Melibatkan klien dalam memperkenalkan halusinasinya.

5. Mengetahui koping klien sebagai data intervensi keperawatan selanjutnya.

6. Membantu klien mengenali tingkah lakunya saat halusinasi.

Evaluasi :

1. Klien dapat membedakan hal yang nyata dan yang tidak setelah 3-4 kali pertemuan dengan
menceritakan hal – hal yang nyata.

2. Klien dapat menyebutkan situasi, isi dan waktu timbulnya halusinasi setelah 3 kali pertemuan.

3. Klien dapat mengungkapkan respon perilakunya saat halusinasi terjadi setelah 2 kali pertemuan.
TUK 3 : Klien dapat mengendalikan halusinasinya

Intervensi :

1. Identifikasi tindakan klien yang positif.

2. Beri pujian atas tindakan klien yang positif.

3. Bersama klien rencanakan kegiatan untuk mencegah terjadinya halusinasi.

4. Diskusikan ajarkan cara mengatasi halusinasi.

5. Dorong klien untuk memilih cara yang disukai untuk mengontrol halusinasi.

6. Beri pujian atas pilihan klien yang tepat.

7. Dorong klien untuk melakukan tindakan yang telah dipilih.

8. Diskusikan dengan klien hasil atau upaya yang telah dilakukan.

9. Beri penguatan atas upaya yang telah berhasil dilakukan dan beri solusi jika ada keluhan klien tentang
cara yang dipilih.

Rasional :

1. Mengetahui cara – cara klien mengatasi halusinasi baik yang positif maupun yang negatif.

2. Menghargai respon atau upaya klien.

3. Melibatkan klien dalam menentukan rencana intervensi.

4. Memberikan informasi dan alternatif cara mengatasi halusinasi pada klien.

5. Memberi kesempatan pada klien untuk memilihkan cara sesuai kehendak dan kemampuannya.

6. Meningkatkan rasa percaya diri klien.

7. Motivasi respon klien atas upaya yang telah dilakukan.

8. Melibatkan klien dalam menghadapi masalah halusinasi lanjutan

Evaluasi :

1. Klien dapat menyebutkan tindakan yang dapat dilakukan dan saat halusinasi terjadi setelah dua kali
pertemuan.

2. Klien dapat menyebutkan 2 dari 3 cara mengatasi halusinasi.


TUK 4 : Klien dapat menggunakan obat untuk mengontrol halusinasinya.

Intervensi :

1. Diskusikan dengan klien tentang obat untuk mengontrol halusinasinya.

2. Bantu klien untuk memutuskan bahwa klien minum obat sesuai program dokter.

3. Observasi tanda dan gejala terkait efek dan efek samping.

4. Diskusikan dengan dokter tentang efek dan efek samping obat

Rasional :

1. Memberikan informasi dan meningkatkan pengetahuan klien tentang efek obat terhadap
halusinasinya.

2. Memastikan klien meminum obat secara teratur.

3. Mengobservasi efektivitas program pengobatan.

4. Memastikan efek obat – obatan yang tidak diharapkan terhadap klien.

Evaluasi :

Klien meminum obat secara teratur sesuai instruksi dokter.

TUK 5 : Klien mendapat dukungan keluarga dalam mengendalikan halusinasi.

Intervensi :

1. Bina hubungan saling percaya dengan klien.

2. Kaji pengetahuan keluarga tentang halusinasi dan tindakan yang dilakukan keluarga dalam merawat
klien.

3. Beri penguatan positif atas upaya yang baik dalam merawat klien.

4. Diskusikan dan ajarkan dengan keluarga tentang : halusinasi, tanda – tanda dan cara merawat
halusinasi.

5. Beri pujian atas upaya keluarga yang positif.

Rasional :

1. Sebagai upaya membina hubungan terapeutik dengan keluarga.

2. Mencari data awal untuk menentukan intervensi selanjutnya.


3. Penguatan untuk menghargai upaya keluarga.

4. Memberikan informasi dan mengajarkan keluarga tentang halusinasi dan cara merawat klien.

5. Pujian untuk menghargai keluarga.

Evaluasi :

1. Keluarga dapat menyebutkan cara – cara merawat klien halusinasi.

Diagnosa keperawatan 2 Isolasi sosial : menarik diri berhubungan dengan gangguan konsep diri : harga
diri rendah.

Tujuan umum : Klien mampu berhubungan dengan orang lain tanpa merasa rendah diri.

TUK 1 : Klien dapat memperluas kesadaran diri.

Intervensi :

1. Diskusikan dengan klien kelebihan yang dimilikinya.

2. Diskusikan kelemahan yang dimiliki klien.

3. Beritahu klien bahwa manusia tidak ada yang sempurna, semua memiliki kelebihan dan kekurangan.

4. Beritahu klien bahwa kekurangan bisa ditutupi dengan kelebihan yang dimiliki klien.

5. Anjurkan klien untuk lebih meningkatkan kelebihan yang dimiliki klien.

6. Beritahukan bahwa ada hikmah di balik kekurangan yang dimiliki.

Rasional :

1. Mengidentifikasikan hal – hal positif yang masih dimiliki klien.

2. Mengingatkan klien bahwa ia manusia biasa yang mempunyai kekurangan.

3. Menghadirkan realita pada klien.

4. Memberikan harapan pada klien.

5. Memberikan kesempatan berhasil lebih tinggi.

6. Agar klien tidak merasa putus asa.

Evaluasi :

1. Klien dapat menyebutkan kemampuan yang ada pada dirinya setelah 1 kali pertemuan.
2. Klien dapat menyebutkan kelemahan yang dimiliki dan tidak menjadi halangan untuk mencapai
keberhasilan.

TUK 2 : Klien dapat menyelidiki dirinya.

Intervensi :

1. Diskusikan dengan klien ideal dirinya, apa harapan selama di RS, rencana klien setelah pulang dan apa
cita – cita yang ingin dicapai.

2. Bantu klien mengembangkan antara keinginan dan kemampuan yang dimilikinya.

3. Beri kesempatan klien untuk berhasil.

4. Beri reinforcement positif terhadap keberhasilan yang telah dicapai.

Rasional :

1. Untuk mengetahui sampai dimana realistis dari harapan klien.

2. Membantu klien membentuk harapan yang realistis.

3. Meningkatkan percaya diri klien.

4. Meningkatkan penghargaan terhadap perilaku yang positif.

Evaluasi :

Klien dapat menyebutkan cita-cita dan harapan yang sesuai dengan kemampuannya setelah 1 kali
pertemuan.

TUK 3 : Klien dapat mengevaluasi dirinya.

Intervensi :

1. Bantu klien mengidentifikasi kegiatan atau yang berhasil dicapainya.

2. Kaji bagaimana perasaan klien dengan keberhasilan tersebut.

3. Bicarakan kegagalan yang pernah dialami klien dan sebab – sebab kegagalan.

4. Kaji bagaimana respon klien terhadap kegagalan tersebut dan cara mengatasinya.

5. Jelaskan pada klien bahwa kegagalan yang dialami dapat menjadi pelajaran untuk mengatasi kesulitan
yang mungkin terjadi di masa yang akan datang.
Rasional :

1. Mengingatkan klien bahwa ia tidak selalu gagal.

2. Memberi kesempatan klien untuk menilai dirinya sendiri.

3. Mengetahui apakah kegagalan tersebut mempengaruhi klien.

4. Mengetahui koping yang selama ini digunakan oleh klien.

5. Memberikan kekuatan pada klien bahwa kegagalan itu bukan merupakan akhir dari suatu usaha.

Evaluasi :

1. Klien dapat menyebutkan keberhasilan yang pernah dialami setelah 1 kali pertemuan.

2. Klien dapat menyebutkan kegagalan yang pernah dialami setelah 4 kali pertemuan.

TUK 4 : Klien dapat membuat rencana yang realistis.

Intervensi :

1. Bantu klien merumuskan tujuan yang ingin dicapainya.

2. Diskusikan dengan klien tujuan yang ingin dicapai dengan kemampuan klien.

3. Bantu klien memilih priotitas tujuan yang mungkin dapat dicapainya.

4. Beri kesempatan klien untuk melakukan kegiatan yang telah dipilih.

5. Tunjukkan keterampilan dan keberhasilan yang telah dicapai klien.

6. Ikut sertakan klien dalam kegiatan aktivitas kelompok.

7. Beri reinforcement positif bila klien mau mengikuti kegiatan kelompok.

Rasional :

1. Agar klien tetap realistis dengan kemampuan yang dimiliki.

2. Mempertahankan klien untuk tetap realistis.

3. Agar prioritas yang dipilih sesuai dengan kemampuan.

4. Menghargai keputusan yang telah dipilih klien.

5. Memberikan penghargaan atas keberhasilan yang telah dicapai.


6. Memberikan kesempatan klien di dalam kelompok mengembangkan kemampuannya.

7. Meningkatkan harga diri klien.

Evaluasi :

1. Klien dapat menyebutkan tujuan yang ingin dicapai setelah 1 kali pertemuan.

2. Klien dapat membuat keputusan dan mencapai tujuan setelah 1 kali pertemuan.

TUK 5 : Klien dapat dukungan keluarga yang meningkatkan harga dirinya.

Intervensi :

1. Diskusikan dengan keluarga tanda – tanda harga diri rendah.

2. Anjurkan setiap anggota keluarga untuk mengenal dan menghargai klien tidak mengejek, tidak
menjauhi.

3. Anjurkan pada keluarga untuk memberikan kesempatan berhasil pada klien.

4. Anjurkan pada keluarga untuk menerima klien apa adanya.

5. Anjurkan keluarga untuk melibatkan klien dalam setiap pertemuan keluarga.

Rasional :

1. Mengantisipasi masalah yang timbul.

2. Menyiapkan support sistem yang akurat.

3. Memberikan kesempatan pada klien untuk sukses.

4. Membantu meningkatkan harga diri klien.

5. Meningkatkan interaksi klien dengan anggota keluarga.

Evaluasi :

1. Keluarga dapat menyebutkan tanda – tanda harga diri rendah.

• Mengatakan diri tidak berharga

• Tidak berguna dan tidak mampu

• Pesimis dan menarik diri dari realita

2. Keluarga dapat berespon dan memperlakukan klien secara tepat setelah 2 kali pertemuan.

BAB IV. PENUTUP


A. Kesimpulan

Gangguan harga diri rendah adalah evaluasi diri dan perasaan tentang diri atau kemampuan diri yang
negatif yang dapat secara langsung atau tidak langsung diekspresikan ( Townsend, 1998 ).

Menurut Schult & Videbeck ( 1998 ), gangguan harga diri rendah adalah penilaian negatif seseorang
terhadap diiri dan kemampuan, yang diekspresikan secara langsung maupun tidak langsung

Gangguan harga diri rendah digambarkan sebagai perasaan yang negatif terhadap diri sendiri, termasuk
hilangnya percaya diri dan harga diri, merasa gagal mencapai keinginan. (Budi Ana Keliat, 1999).

Jadi dapat disimpulkan bahwa perasaan negatif terhadap diri sendiri yang dapat diekspresikan secara
langsung dan tak langsung.hal ini ditandai dengan adanya upaya menarik diri dari lingkungannya,yang
disebabkan dari harga diri rendah yaitu berduka disfungsional.

B. Saran

Bermutu atau tidaknya pelayanan Keperawatan di suatu Rumah Sakit sangat bergantung pada kerjasama
antar Perawat itu sendiri. Apabila tidak adanya suatu hubungan yang baik antara sesama anggota dan
klien maka akan sulit membangun kepercayaan masyarakat dalam Asuhan Keperawatan yang diberikan.
Agar kinerja dalam keperawatan berjalan dengan efektif maka seorang perawat juga perlu memahami
setiap karakter yang berbeda dari setiap klien. Selain dapat memberikan hasil kerja yang terbaik, dalam
memberikan Asuhan Keperawatan juga dapat dilakukan dengan lancar.

S-ar putea să vă placă și