Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
Oleh :
KELOMPOK 4
NI KADEK PARWATI (16.322.2628)
I WAYAN SARMADI (16.322.2629)
I DEWA GEDE AGUNG INDRAJAYA (16.322.2630)
NI PUTU RIANTI RUSMADEWI (16.322.2631)
GUSTI AYU PUTRI SARASWATI (16.322.2643)
I MADE TAMA YASA (16.322.2653)
I. Laporan Pendahuluan
1. Pengertian
Anemia adalah berkurangnya hingga di bawah nilai normal sel darah merah,
kualitas hemoglobin dan volume packed red bloods cells (hematokrit) per 100 ml
darah (Price, 2006 ).
Anemia adalah istilah yang menunjukan rendahnya hitungan sel darah
merah dan kadar hemoglobin dan hematokrit di bawah normal (Smeltzer, 2002).
Anemia adalah keadaan dimana jumlah sel darah merah atau konsentrasi
hemoglobin turun dibawah normal.(Wong, 2003).
2. Klasifikasi
Klasifikasi berdasarkan pendekatan fisiologi :
2.1 Anemia hipoproliferatif, yaitu anemia defisiensi jumlah sel darah merah
disebabkan oleh defek produksi sel darah merah, meliputi:
2.1.1Anemia aplastik
Penyebab : agen neoplastik/sitoplastik, terapi radiasi, antibiotik tertentu,
obat antu konvulsan, tyroid, senyawa emas, fenilbutason dan benzene
Gejala-gejala : gejala anemia secara umum (pucat, lemah, dll), defisiensi
trombosit, ekimosis, petekia, epitaksis, perdarahan saluran cerna,
perdarahan saluran kemih, perdarahan susunan saraf pusat.
Morfologis: anemia normositik normokromik
2.1.2Anemia pada penyakit ginjal
Gejala-gejala : nitrogen urea darah (BUN) lebih dari 10 mg/dl,
hematokrit turun 20-30%, sel darah merah tampak normal pada apusan
darah tepi, penyebabnya adalah menurunnya ketahanan hidup sel darah
merah maupun defisiensi eritopoitin
Pembagian derajat anemia menurut WHO dan NCI (National Cancer Institute) :
3. Etiologi
1) Kurang mengkonsumsi makanan yang mengandung zat besi, vitamin B12,
asam folat, vitamin C, dan unsur-unsur yang diperlukan untuk pembentukan
sel darah merah.
2) Darah menstruasi yang berlebihan. Wanita yang sedang menstruasi rawan
terkena anemia karena kekurangan zat besi bila darah menstruasinya banyak
dan dia tidak memiliki cukup persediaan zat besi.
3) Kehamilan, wanita yang hamil rawan terkena anemia karena janin menyerap
zat besi dan vitamin untuk pertumbuhannya.
4) Penyakit tertentu. Penyakit yang menyebabkan perdarahan terus-menerus di
saluran pencernaan seperti gastritis dan radang usus buntu dapat
menyebabkan anemia.
5) Obat-obatan tertentu. Beberapa jenis obat dapat menyebabkan perdarahan
lambung (aspirin, anti inflamasi, dll). Obat lainnya dapat menyebabkan
masalah dalam penyerapan zat besi dan vitamin (antasid, pil KB,
antiarthritis, dll).
6) Operasi pengambilan sebagian atau seluruh lambung (gastrektomi). Ini dapat
menyebabkan anemia karena tubuh kurang menyerap zat besi dan vitamin
B12.
7) Penyakit radang kronis seperti lupus, arthritis rematik, penyakit ginjal,
masalah pada kelenjar tiroid, beberapa jenis kanker dan penyakit lainnya
dapat menyebabkan anemia karena mempengaruhi proses pembentukan sel
darah merah.
8) Pada anak-anak, anemia dapat terjadi karena infeksi cacing tambang,
malaria, atau disentri yang menyebabkan kekurangan darah yang parah.
5. Patofisiologi
Adanya suatu anemia mencerminkan adanya suatu kegagalan sumsum
atau kehilangan sel darah merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan sumsum
(misalnya berkurangnya eritropoesis) dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi,
pajanan toksik, invasi tumor atau penyebab lain yang belum diketahui. Sel
darah merah dapat hilang melalui perdarahan atau hemolisis (destruksi).
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam sel fagositik atau
dalam system retikuloendotelial, terutama dalam hati dan limpa. Hasil
samping proses ini adalah bilirubin yang akan memasuki aliran darah. Setiap
kenaikan destruksi sel darah merah (hemolisis) segera direfleksikan dengan
peningkatan bilirubin plasma (konsentrasi normal ≤ 1 mg/dl, kadar diatas 1,5
mg/dl mengakibatkan ikterik pada sclera).
Apabila sel darah merah mengalami penghancuran dalam sirkulasi, (pada
kelainan hemplitik) maka hemoglobin akan muncul dalam plasma
(hemoglobinemia). Apabila konsentrasi plasmanya melebihi kapasitas
haptoglobin plasma (protein pengikat untuk hemoglobin bebas) untuk mengikat
semuanya, hemoglobin akan berdifusi dalam glomerulus ginjal dan kedalam
urin (hemoglobinuria).
Kesimpulan mengenai apakah suatu anemia pada pasien disebabkan oleh
penghancuran sel darah merah atau produksi sel darah merah yang tidak
mencukupi biasanya dapat diperoleh dengan dasar:1. hitung retikulosit dalam
sirkulasi darah; 2. derajat proliferasi sel darah merah muda dalam sumsum
tulang dan cara pematangannya, seperti yang terlihat dalam biopsi; dan ada
tidaknya hiperbilirubinemia dan hemoglobinemia.
6. Komplikasi
Anemia juga menyebabkan daya tahan tubuh berkurang. Akibatnya,
penderita anemia akan mudah terkena infeksi. Gampang batuk-pilek, gampang
flu, atau gampang terkena infeksi saluran napas, jantung juga menjadi gampang
lelah, karena harus memompa darah lebih kuat. Pada kasus ibu hamil dengan
anemia, jika lambat ditangani dan berkelanjutan dapat menyebabkan kematian,
dan berisiko bagi janin. Selain bayi lahir dengan berat badan rendah, anemia
bisa juga mengganggu perkembangan organ-organ tubuh, termasuk otak
(Sjaifoellah, 1998).
7. Pemeriksaan Penunjang
1) Jumlah darah lengkap (JDL) : hemoglobin dan hemalokrit menurun.
2) Jumlah eritrosit : menurun (AP), menurun berat (aplastik); MCV (molume
korpuskular rerata) dan MCH (hemoglobin korpuskular rerata) menurun
dan mikrositik dengan eritrosit hipokronik (DB), peningkatan (AP).
Pansitopenia (aplastik).
3) Jumlah retikulosit : bervariasi, misal : menurun (AP), meningkat (respons
sumsum tulang terhadap kehilangan darah/hemolisis).
4) Pewarna sel darah merah : mendeteksi perubahan warna dan bentuk (dapat
mengindikasikan tipe khusus anemia).
5) LED : Peningkatan menunjukkan adanya reaksi inflamasi, misal :
peningkatan kerusakan sel darah merah : atau penyakit malignasi.
6) Masa hidup sel darah merah : berguna dalam membedakan diagnosa
anemia, misal : pada tipe anemia tertentu, sel darah merah mempunyai
waktu hidup lebih pendek.
7) Tes kerapuhan eritrosit : menurun (DB).
8) SDP : jumlah sel total sama dengan sel darah merah (diferensial) mungkin
meningkat (hemolitik) atau menurun (aplastik).
9) Jumlah trombosit : menurun caplastik; meningkat (DB); normal atau tinggi
(hemolitik)
10) Hemoglobin elektroforesis : mengidentifikasi tipe struktur hemoglobin.
11) Bilirubin serum (tak terkonjugasi): meningkat (AP, hemolitik).
12) Folat serum dan vitamin B12 membantu mendiagnosa anemia sehubungan
dengan defisiensi masukan/absorpsi
13) Besi serum : tak ada (DB); tinggi (hemolitik)
14) TBC serum : meningkat (DB)
15) Feritin serum : meningkat (DB)
16) Masa perdarahan : memanjang (aplastik)
17) LDH serum : menurun (DB)
18) Tes schilling : penurunan eksresi vitamin B12 urine (AP)
19) Guaiak : mungkin positif untuk darah pada urine, feses, dan isi gaster,
menunjukkan perdarahan akut / kronis (DB).
20) Analisa gaster : penurunan sekresi dengan peningkatan pH dan tak adanya
asam hidroklorik bebas (AP).
21) Aspirasi sumsum tulang/pemeriksaan/biopsi : sel mungkin tampak
berubah dalam jumlah, ukuran, dan bentuk, membentuk, membedakan tipe
anemia, misal: peningkatan megaloblas (AP), lemak sumsum dengan
penurunan sel darah (aplastik).
22) Pemeriksaan andoskopik dan radiografik : memeriksa sisi perdarahan :
perdarahan GI (Doenges, 1999).
8. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan anemia ditujukan untuk mencari penyebab dan mengganti
darah yang hilang :
1) Anemia aplastik :
a Transplantasi sumsum tulang
b Pemberian terapi imunosupresif dengan globolin antitimosit(ATG)
2) Anemia pada penyakit ginjal
a Pada paien dialisis harus ditangani denganpemberian besi dan asam
folat
b Ketersediaan eritropoetin rekombinan
3) Anemia pada penyakit kronik
Kebanyakan pasien tidak menunjukkan gejala dan tidak memerlukan
penanganan untuk aneminya, dengan keberhasilan penanganan kelainan
yang mendasarinya, besi sumsum tulang dipergunakan untuk membuat
darah, sehingga Hb meningkat.
4) Anemia pada defisiensi besi
a Dicari penyebab defisiensi besi
b Menggunakan preparat besi oral: sulfat feros, glukonat ferosus dan
fumarat ferosus.
5) Anemia megaloblastik
Defisiensi vitamin B12 ditangani dengan pemberian vitamin B12, bila
difisiensi disebabkan oleh defekabsorbsi atau tidak tersedianya faktor
intrinsik dapat diberikan vitamin B12 dengan injeksi IM. Untuk mencegah
kekambuhan anemia terapi vitamin B12 harus diteruskan selama hidup
pasien yang menderita anemia pernisiosa atau malabsorbsi yang tidak
dapat dikoreksi. Anemia defisiensi asam folat penanganannya dengan diet
dan penambahan asam folat 1 mg/hari, secara IM pada pasien dengan
gangguan absorbsi.
3) Integritas ego
Gejala : keyakinanan agama/budaya mempengaruhi pilihan pengobatan,
misalnya penolakan transfusi darah. Tanda : depresi.
4) Eleminasi
Gejala : riwayat pielonefritis, gagal ginjal. Flatulen, sindrom malabsorpsi
(DB). Hematemesis, feses dengan darah segar, melena. Diare atau
konstipasi. Penurunan haluaran urine.
Tanda : distensi abdomen.
5) Makanan/cairan
Gejala : penurunan masukan diet, masukan diet protein hewani
rendah/masukan produk sereal tinggi (DB). Nyeri mulut atau lidah,
kesulitan menelan (ulkus pada faring). Mual/muntah, dyspepsia, anoreksia.
Adanya penurunan berat badan. Tidak pernah puas mengunyah atau peka
terhadap es, kotoran, tepung jagung, cat, tanah liat, dan sebagainya (DB).
Tanda : lidah tampak merah daging/halus (AP; defisiensi asam folat dan
vitamin B12). Membrane mukosa kering, pucat. Turgor kulit : buruk,
kering, tampak kisut/hilang elastisitas (DB). Stomatitis dan glositis (status
defisiensi). Bibir : selitis, misalnya inflamasi bibir dengan sudut mulut
pecah. (DB).
6) Neurosensori
Gejala : sakit kepala, berdenyut, pusing, vertigo, tinnitus, ketidak mampuan
berkonsentrasi. Insomnia, penurunan penglihatan, dan bayangan pada mata.
Kelemahan, keseimbangan buruk, kaki goyah ; parestesia tangan/kaki
(AP) ; klaudikasi. Sensasi manjadi dingin.
Tanda : peka rangsang, gelisah, depresi cenderung tidur, apatis. Mental : tak
mampu berespons, lambat dan dangkal. Oftalmik : hemoragis retina
(aplastik, AP). Epitaksis : perdarahan dari lubang-lubang (aplastik).
Gangguan koordinasi, ataksia, penurunan rasa getar, dan posisi, tanda
Romberg positif, paralysis (AP).
7) Nyeri/kenyamanan
Gejala : nyeri abdomen samara : sakit kepala (DB)
8) Pernapasan
Gejala : riwayat TB, abses paru. Napas pendek pada istirahat dan aktivitas.
Tanda : takipnea, ortopnea, dan dispnea.
9) Keamanan
Gejala : riwayat pekerjaan terpajan terhadap bahan kimia,. Riwayat
terpajan pada radiasi; baik terhadap pengobatan atau kecelekaan. Riwayat
kanker, terapi kanker. Tidak toleran terhadap dingin dan panas. Transfusi
darah sebelumnya. Gangguan penglihatan, penyembuhan luka buruk, sering
infeksi.
Tanda : demam rendah, menggigil, berkeringat malam, limfadenopati
umum. Ptekie dan ekimosis (aplastik).
10) Seksualitas
Gejala : perubahan aliran menstruasi, misalnya menoragia atau amenore
(DB). Hilang libido (pria dan wanita). Imppoten.
Tanda : serviks dan dinding vagina pucat.
2. Diagnosa
1) Perfusi jaringan tidak efektif b.d perubahan ikatan O2 dengan Hb,
penurunan konsentrasi Hb dalam darah d.d ketidakseimbangan suplai dan
kebutuhan oksigen.
2) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d inadekuat
intake makanan d.d kurang minat pada makanan
3) Defisit perawatan diri b.d kelemahan d.d ketidakseimbangan suplai dan
kebutuhan oksigen.
4) Resiko infeksi b.d pertahanan sekunder tidak adekuat d.d penurunan Hb
5) Intoleransi aktifitas b.d kelemahan d.d ketidakseimbangan suplai dan
kebutuhan oksigen.
6) Gangguan pertukaran gas b.d ventilasi perfusi d.d takikardi, dipsneu
7) Ketidakefektifan pola nafas b.d keletihan d.d pola napas abnormal
8) Keletihan b.d anemia d.d ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen.
3. Intervensi
No Diangosa Tujuan dan kriteria hasil Intervensi
1 Perfusi jaringan tidakSetelah dilakukan tindakanPeripheral Sensation
efektif b/d penurunankeperawatan selama 3x24 jamManagement (Manajemen
konsentrasi Hb danperfusi jaringan klien adekuatsensasi perifer)
darah, suplai oksigendengan kriteria : o Monitor adanya daerah
berkurang o Membran mukosa merah tertentu yang hanya peka
o Konjungtiva tidak anemis terhadap panas/dingin/tajam/
o Akral hangat tumpul
o Tanda-tanda vital dalam o Monitor adanya paretese
rentang normal o Instruksikan keluarga untuk
mengobservasi kulit jika ada
lesi atau laserasi
o Gunakan sarun tangan untuk
proteksi
o Batasi gerakan pada kepala,
leher dan punggung
o Monitor kemampuan BAB
o Kolaborasi pemberian
analgetik
o Monitor adanya
tromboplebitis
Diskusikan menganai
penyebab perubahan sensasi
2 Ketidakseimbangan Setelah dilakukan tindakanNIC :
nutrisi kurang darikeperawatan selama 3x24 jamNutrition Management
kebutuhan tubuh b/dstatus nutrisi klien adekuat o Kaji adanya alergi makanan
intake yang kurang,dengan kriteria : o Kolaborasi dengan ahli gizi
anoreksia o Adanya peningkatan berat untuk menentukan jumlah
badan sesuai dengan tujuan kalori dan nutrisi yang
o Beratbadan ideal sesuai dibutuhkan pasien.
dengan tinggi badan o Anjurkan pasien untuk
o Mampumengidentifikasi meningkatkan intake Fe
kebutuhan nutrisi o Anjurkan pasien untuk
o Tidak ada tanda-tanda meningkatkan protein dan
malnutrisi vitamin C
o Menunjukkan peningkatan o Berikan substansi gula
fungsi pengecapan dari o Yakinkan diet yang dimakan
menelan mengandung tinggi serat
o Tidak terjadi penurunan untuk mencegah konstipasi
berat badan yang berarti o Berikan makanan yang
o Pemasukan yang adekuat terpilih ( sudah
o Tanda-tanda malnutrisi dikonsultasikan dengan ahli
o Membran konjungtiva dan gizi)
mukos tidk pucat o Ajarkan pasien bagaimana
o Nilai Lab. membuat catatan makanan
o Protein total: 6-8 gr harian.
o Albumin: 3.5-5,3 gr o Monitor jumlah nutrisi dan
o Globulin 1,8-3,6 gr kandungan kalori
o HB tidak kurang dari 10 gr o Berikan informasi tentang
% kebutuhan nutrisi
o Kaji kemampuan pasien
untuk mendapatkan nutrisi
yang dibutuhkan
Nutrition Monitoring
o BB pasien dalam batas
normal
o Monitor adanya penurunan
berat badan
o Monitor tipe dan jumlah
aktivitas yang biasa
dilakukan
o Monitor interaksi anak atau
orangtua selama makan
o Monitor lingkungan selama
makan
o Jadwalkan pengobatan dan
tindakan tidak selama jam
makan
o Monitor kulit kering dan
perubahan pigmentasi
o Monitor turgor kulit
o Monitor kekeringan, rambut
kusam, dan mudah patah
o Monitor mual dan muntah
o Monitor kadar albumin, total
protein, Hb, dan kadar Ht
o Monitor makanan kesukaan
o Monitor pertumbuhan dan
perkembangan
o Monitor pucat, kemerahan,
dan kekeringan jaringan
konjungtiva
o Monitor kalori dan intake
nuntrisi
o Catat adanya edema,
hiperemik, hipertonik papila
lidah dan cavitas oral.
o Catat jika lidah berwarna
magenta, scarlet
3 Defisit perawatan diri Setelah dilakukan tindakanNIC :
b/d kelemahan fisik keperawatan selama 3x24 jamSelf Care assistane : ADLs
kebutuhan mandiri klien Monitor kemempuan klien
terpenuhi dengan kriteria untuk perawatan diri yang
o Klien terbebas dari bau mandiri.
badan Monitor kebutuhan klien
o Menyatakan kenyamanan untuk alat-alat bantu untuk
terhadap kemampuan untuk kebersihan diri, berpakaian,
melakukan ADLs berhias, toileting dan makan.
o Dapat melakukan ADLS Sediakan bantuan sampai
dengan bantuan klien mampu secara utuh
untuk melakukan self-care.
Dorong klien untuk
melakukan aktivitas sehari-
hari yang normal sesuai
kemampuan yang dimiliki.
Dorong untuk melakukan
secara mandiri, tapi beri
bantuan ketika klien tidak
mampu melakukannya.
Ajarkan klien/ keluarga
untuk mendorong
kemandirian, untuk
memberikan bantuan hanya
jika pasien tidak mampu
untuk melakukannya.
Berikan aktivitas rutin
sehari- hari sesuai
kemampuan.
Pertimbangkan usia klien
jika mendorong pelaksanaan
aktivitas sehari-hari.
4 Resiko infeksi Setelah dilakukan tindakanNIC :
keperawatan selama 3x24 jamInfection Control (Kontrol
status imun klien meningkatinfeksi)
dengan kriteria Bersihkan lingkungan
o Klien bebas dari tanda dan setelah dipakai pasien lain
gejala infeksi Pertahankan teknik isolasi
o Menunjukkan kemampuan Batasi pengunjung bila perlu
untuk mencegah timbulnya Instruksikan pada
infeksi pengunjung untuk mencuci
o Jumlah leukosit dalam batas tangan saat berkunjung dan
normal setelah berkunjung
o Menunjukkan perilaku hidup meninggalkan pasien
sehat Gunakan sabun antimikrobia
untuk cuci tangan
Cuci tangan setiap sebelum
dan sesudah tindakan
keperawatan
Gunakan baju, sarung tangan
sebagai alat pelindung.
Pertahankan lingkungan
aseptik selama pemasangan
alat.
Ganti letak IV perifer dan
line central dan dressing
sesuai dengan petunjuk
umum
Gunakan kateter intermiten
untuk menurunkan infeksi
kandung kencing
Tingktkan intake nutrisi
Berikan terapi antibiotik bila
perlu
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar keperawtan medikal bedah, edisi 8 vol 3.
Jakarta: EGC
Carpenito, L.J. 2000. Diagnosa Keperawatan, Aplikasi pada Praktik Klinis, edisi
6. Jakarta: EGC
Johnson, M., et all. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second
Edition. New Jersey: Upper Saddle River
Marlyn E. Doenges, 2002. Rencana Asuhan Keperawatan, Jakarta, EGC
Mc Closkey, C.J., et all. 1996. Nursing Interventions Classification (NIC) Second
Edition. New Jersey: Upper Saddle River
Patrick Davay, 2002, At A Glance Medicine, Jakarta, EMS
Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006.
Jakarta: Prima Medika
Smeltzer & Bare. 2002. Keperawatan Medikal Bedah II. Jakarta: EGC
Wilkinson, Judith M. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan, edisi 7. EGC :
Jakarta