Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
Fraktur ialah hilang atau terputusnya kontinuitas jaringan keras tubuh. Berdasarkan
anatominya wajah atau maksilofasial dibagi menjadi tiga bagian, ialah sepertiga atas wajah,
sepertiga tengah wajah, dan sepertiga bawah wajah (gambar 2.1). Bagian yang termasuk
sepertiga atas wajah ialah tulang frontalis, regio supra orbita, rima orbita dan sinus frontalis.
Maksila, zigomatikus, lakrimal, nasal, palatinus, nasal konka inferior, dan tulang vomer
termasuk ke dalam sepertiga tengah wajah sedangkan mandibula termasuk ke dalam bagian
sepertiga bawah wajah. Fraktur maksilofasial ialah fraktur yang terjadi pada tulang-tulang
pembentuk wajah.
Trauma pada jaringan maksilofasial dapat mencakup jaringan lunak dan jaringan
keras. Yang dimaksud dengan jaringan lunak wajah adalah jaringan lunak yang menutupi
jaringan keras wajah. Sedangkan yang dimaksud dengan jaringan keras wajah adalah tulang
kepala yang terdiri dari : tulang hidung, tulang arkus zigomatikus, tulang mandibula, tulang
maksila, tulang rongga mata, gigi, tulang alveolus. Yang dimaksud dengan trauma jaringan
lunak adalah:
- Cedera telinga
- Cedera hidung
Gambar 2.1 Pembagian Wajah Secara Lateral (Fonseca, 2005)
B. Anatomi Maksilofasial
Pertumbuhan kranium terjadi sangat cepat pada tahun pertama dan kedua setelah lahir
dan lambat laun akan menurun kecepatannya. Pada anak usia 4-5 tahun, besar cranium sudah
mencapai 90% cranium dewasa. Maksilofasial tergabung dalam tulang wajah yang tersusun
secara baik dalam membentuk wajah manusia. Daerah maksilofasial dibagi menjadi 3 bagian.
Bagian pertama adalah wajah bagian atas, di mana patah tulang melibatkan frontal dan sinus.
Bagian kedua adalah midface tersebut. Midface dibagi menjadi bagian atas dan bawah. Para
midface atas adalah di mana rahang atas Le Fort II dan III Le Fort fraktur terjadi dan / atau di
mana patah tulang hidung, kompleks nasoethmoidal atau zygomaticomaxillary, dan lantai
orbit terjadi. Bagian ketiga dari daerah maksilofasial adalah wajah yang lebih rendah, di
tulang wajah terdapat rongga-rongga yang membentuk rongga mulut (cavum oris), dan rongga
mata. Os Nasal (tulang hidung) yang membentuk batang hidung sebelah atas. Dan Os
Konka nasal (tulang karang hidung), letaknya di dalam rongga hidung dan bentuknya
berlipat-lipat. Septum nasi (sekat rongga hidung) adalah sambungan dari tulang tapis
yang tegak.
dua tulang kiri dan kanan. Os Palatum atau tulang langit-langit, terdiri dari dua dua buah
tulang kiri dan kanan. Os Mandibularis atau tulang rahang bawah, terdiri dari dua bagian
yaitu bagian kiri dan kanan yang kemudian bersatu di pertengahan dagu. Dibagian depan
1. Simple atau Closed : merupakan fraktur yang tidak menimbulkan luka terbuka
2. Compound atau Open : merupakan fraktur yang disertai dengan luka luar termasuk
tulang.
5.Pathologic : merupakan fraktur yang terjadi sebagai luka yang cukup serius yang
6.Multiple : sebuah variasi dimana ada dua atau lebih garis fraktur pada tulang yang
lainnya.
8.Atrophic : merupakan fraktur yang spontan yang terjadi akibat dari atropinya tulang,
9.Indirect : merupakan titik fraktur yang jauh dari tempat dimana terjadinya luka.
dengan jaringan lunak atau bagian-bagian lainnya, bisa simple atau compound.
Coumpound
Klasifikasi Fraktur Mandibula berdasarkan lokasi anatominya (gambar 2.3)
2.Parasymphyseal : dari bagian distal symphysis hingga tepat pada garis alveolar
yang berbatasan dengan otot masseter (termasuk sampai gigi molar 3).
4.Angle : area segitiga yang berbatasan dengan batas anterior otot masseter hingga
perlekatan poesterosuperior otot masseter (dari mulai distal gigi molar 3).
5.Ramus : berdekatan dengan bagian superior angle hingga membentuk dua garis
6.Processus Condylus : area pada superior prosesus kondilus hingga regio ramus.
regio ramus.
Sebagian besar tulang tengah wajah dibentuk oleh tulang maksila, tulang palatina,
dan tulang nasal. Tulang-tulang maksila membantu dalam pembentukan tiga rongga
utama wajah : bagian atas rongga mulut dan nasal dan juga fosa orbital. Rongga lainnya
ialah sinus maksila. Sinus maksila membesar sesuai dengan perkembangan maksila orang
dewasa. Banyaknya rongga di sepertiga tengah wajah ini menyebabkan regio ini sangat
Fraktur Le Fort I (gambar 2.4) merupakan jenis fraktur yang paling sering terjadi,
dan menyebabkan terpisahnya prosesus alveolaris dan palatum durum. Fraktur ini
menyebabkan rahang atas mengalami pergerakan yang disebut floating jaw. Hipoestesia
fraktur ini ialah edema di kedua periorbital, disertai juga dengan ekimosis, yang terlihat
seperti racoon sign. Biasanya ditemukan juga hipoesthesia di nervus infraorbital. Kondisi ini
dapat terjadi karena trauma langsung atau karena laju perkembangan dari edema. Maloklusi
biasanya tercatat dan tidak jarang berhubungan dengan open bite. Pada fraktur ini
kemungkinan terjadinya deformitas pada saat palpasi di area infraorbital dan sutura
nasofrontal. Keluarnya cairan cerebrospinal dan epistaksis juga dapat ditemukan pada kasus
ini.
Fraktur ini disebut juga fraktur tarnsversal. Fraktur Le Fort III (gambar 2.6)
menggambarkan adanya disfungsi kraniofasial. Tanda yang terjadi pada kasus fraktur ini
disertai pula dengan keluarnya cairan serebrospinal, edema, dan ekimosis periorbital.
Gambar 2.6 Fraktur Le Fort III
Fraktur sepertiga atas wajah mengenai tulang frontalis, regio supra orbita, rima
orbita dan sinus frontalis. Fraktur tulang frontalis umumnya bersifat depressed ke dalam
atau hanya mempunyai garis fraktur linier yang dapat meluas ke daerah wajah yang lain.
jaringan keras wajah dan trauma jaringan lunak wajah. Trauma jaringan lunak
biasanya disebabkan trauma benda tajam, akibat pecahan kaca pada kecelakaan lalu
Luka adalah kerusakan anatomi, diskontinuitas suatu jaringan oleh karena trauma
dari luar.
Trauma pada jaringan lunak wajah dapat diklasifikasikan berdasarkan :
- Ekskoriasi
- Luka bakar
-Luka tembak
Klasifikasi trauma pada jaringan keras wajah di lihat dari fraktur tulang yang
terjadi dan dalam hal ini tidak ada klasifikasi yg definitif. Secara umum dilihat dari
- Bersifat Multiple : Fraktur kompleks zigoma, fronto nasal dan fraktur kompleks
mandibular
-Fraktur simple
koronoideus, korpus dan mandibula yang tidak bergigi. Fraktur tidak mencapai bagian
luar tulang atau rongga mulut. Termasukgreenstik fraktur yaitu keadaan retak tulang,
- Fraktur kompoun
Fraktur lebih luas dan terbuka atau berhubungan dengan jaringan lunak.
Biasanya pada fraktur korpus mandibula yang mendukung gigi, dan hampir selalu tipe
fraktur kompoun meluas dari membran periodontal ke rongga mulut, bahkan beberapa
-Fraktur komunisi
peluru yang mengakibatkan tulang menjadi bagian bagian yang kecil atau remuk. Bisa
terbatas atau meluas, jadi sifatnya juga seperti fraktur kompoun dengan kerusakan
Fraktur patologis
Keadaan tulang yang lemah oleh karena adanya penyakit penyakit tulang,
seperti Osteomyelitis, tumor ganas, kista yang besar dan penyakit tulang sistemis
penganiayaan, kecelakaan lalu lintas, kecelakaan olahraga dan industri, atau diakibatkan
oleh hal yang bersifat patologis yang dapat menyebabkan rapuhnya bagian tulang.
Olahraga 5-10
Jatuh 5
Lain-lain 5-10
Penyebab pada orang anak Persentase (%)
Jatuh 5-10
Kehadiran energi kinetik dalam benda bergerak adalah fungsi dari massa dikalikan
didefinisikan sebagai besar atau lebih kecil dari 50 kali gaya gravitasi. Ini berdampak
parameter pada cedera yang dihasilkan karena jumlah gaya yang dibutuhkan untuk
mandibula (simfisis dan sudut), dan tulang frontal memerlukan kekuatan tinggi-dampak
yang akan rusak. Sebuah dampak rendah-force adalah semua yang diperlukan untuk
Ini terjadi akibat dari pukulan berat pada dahi. Bagiananterior dan / atau posterior
sinus frontal mungkin terlibat. Gangguan lakrimasi mungkin dapat terjadi jika dinding
b) Fraktur Dasar Orbital : Cedera dasar orbital dapat menyebabkan suatu fraktur yang
terisolasi atau dapat disertai dengan fraktur dinding medial. Ketika kekuatan
kekuatan dan merusak bagian-bagian terlemah dari dasar dan dinding medial orbita.
Herniasi dari isi orbit ke dalam sinus maksilaris adalah mungkin. Insiden cedera
c) Patah Tulang Hidung: Ini adalah hasil dari kekuatan diakibatkan oleh trauma
langsung.
zygomaticotemporal.
g) Fraktur mandibula: Ini dapat terjadi di beberapa lokasi sekunder dengan bentuk U-
rahang dan leher condylar lemah. Fraktur sering terjadi bilateral di lokasi terpisah dari
h) Patah tulang alveolar: Ini dapat terjadi dalam isolasi dari kekuatan rendah energi
langsung atau dapat hasil dari perpanjangan garis fraktur melalui bagian alveolar
mengakibatkan cedera pada wajah atas, midface, dan wajah yang lebih rendah
F. Manifestasi Klinis
fraktur mandibular
5. Pembengkakan dan memar pada sisi fraktur sehingga dapat menentukan lokasi
daerah fraktur
7. Laserasi yg terjadi pada daerah gusi, mukosa mulut dan daerah sekitar fraktur
9. Numbness, kelumpuhan dari bibir bawah, biasanya bila fraktur terjadi dibawah
nervus alveolaris
10. Pada fraktur orbita dapat dijumpai penglihatan kabur atau ganda, penurunan
G. Pemeriksaan Penunjang
- Panoramic X-ray
a) Posteroanterior (Caldwells)
c) Posisi towne
H. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan saat awal trauma pada cedera kepala dan wajah selain dari factor
mempertahankan fungsi ABC (airway, breathing, circulation) dan menilai status neurologis
(disability, exposure), maka factor yang harus diperhitungkan pula adalah mengurangi
iskemia serebri yang terjadi. Keadaan ini dapat dibantu dengan pemberian oksigen dan
glukosa sekalipun pada otak yang mengalami trauma relative memerlukan oksigen dan
Selain itu perlu pula dikontrol kemungkinan tekanan intracranial yang meninggi
disebabkan oleh edema serebri. Sekalipun tidak jarang memerlukan tindakan operasi, tetapi
usaha untuk menurunkan tekanan intracranial ini dapat dilakukan dengan cara menurunkan
metabolisme intraserebral. Adapun usaha untuk menurunkan PaCO2 ini yakin dengan
dilakukan sedini mungkin kepala klien-lkien yang koma untuk mencegah terjadinya
PaCO2 yang meninggi. Prinsip ABC dan ventilasi yang teratur dapat mencegah peningkatan
tekanan intracranial.
Bedrest total
Antibiotika yang mengandung barrier darah otak (pensilin) atau untuk infeksi
Makanan atau cairan. Pada trauma ringan bila muntah-muntah tidak dapat
diberikan apa-apa,hanya cairan infuse dextrose 5%, aminofusin, aminofel (18 jam
pertama dari terjadinya kecelakaan), 2-3 hari kemudian diberikan makanan lunak.
Pada trauma berat. Karena hai-hari pertama didapat klien mengalami penurunan
kesadaran dan cenderung terjadi retensi natrium dan elektrolit maka hari-hari
pertama (2-3 hari) tidak terlalu banyak cairan. Dextosa 5% 8 jam pertama, ringer
dextrosa 8 jam kedua, dan dextrose 5% 8 jam ketiga, pada hari selanjutnya bila
a) Perdarahan ulang
g) Konvulsi
Konsep Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian
Data dasar pengkajian pasien tergantung tipe,lokasi dan keparahan cedera dan mungkin di
Tanda : Perubahan kesadaran, letargi, hemiparese, ataksia cara berjalan tidak tegap,
- Sirkulasi
Gejala : Perubahan tekanan darah atau normal, Perubahan frekuensi jantung (bradikardia,
- Integritas ego
- Eliminasi
- Makanan/cairan
- Neurosensori
kehilangan penginderaan, wajah tdk simetris, genggaman lemah tidak seimbang, kehilangan
- Nyeri/kenyamanan
Gejala : Sakit kepala dengan intensitas dan lokasi yg berbeda biasanya lama
Tanda : Wajah menyeringai, respon menarik pada rangsangan nyeri, nyeri yang
hebat,merintih
- Pernafasan
- Keamanan
- Gangguan kognitif
- Demam
B. Diagnosa Keperawatan
a) Risiko tinggi peningkatan tekanan intracranial yang berhubungan dengan desak ruang
sekunder dari kompresi korteks serebri dari adanya perdarahan baik bersifat
intraserebral hematoma.
peningkatan sekresi sekret, penurunan batuk sekunder akibat nyeri dan keletihan,
d) Perubahan kenyamanan: nyeri akut yang berhubungan dengan trauma jaringan dan
C.Rencana Keperawatan
DX 1 : Resiko tinggi peningkatan TIK yang berhubungan dengan desak ruang sekunder dari
kompresi korteks serebri dari adanya perdarahan baik bersifat intraserebral hematoma,
Tujuan : dalam waktu 2x24 jam tidak terjadi peningkatan TIK pada klien.
Kriteria hasil : klien tidak gelisah, klien tidak mengeluh nyeri kepala, mual-mual dan muntah,
Intervensi Rasionalisasi
Mandiri
pembedahan.
Monitor tanda-tanda vital tiap 4 jam Suatu keadaan normal bila sirkulasi serebral
TIK.
Evaluasi pupil, amati ukuran, ketajaman, dan Reaksi pupil dan pergerakan kembali dari
Monitor temperatur dan pengaturan suhu Panas merupakan refleks dari hipotalamus.
(Intracranial Pressure).
Pertahankan kepala/ leher pada posisi yang Perubahan kepala pada satu sisi dapat
netral, usahakan dengan sedikit bantal. menimbulkan penekanan pada vena jugularis
Hindari penggunaan bantal yang tinggi pada dan menghambat aliran darah otak
perawatan dan batasi lamanya prosedur. meningkatkan TIK oleh efek rangsangan
kumulatif.
Kurangi rangsangan ekstra dan berikan rasa Memberikan suasana yang tenang (colming
ramah, dan suasana / pembicaraan yang tidak mempertahankan TIK yang rendah.
gaduh.
peningkatan TIK.
Kaji peningkatan istirahat dan tingkat laku. Tingkah nonverbal ini dapat merupakan
TIK.
Berikan penjelasan pada klien (jika sadar) Meningkatkan kerja sama dalam
Kolaborasi :
Kolaborasi untuk tindakan operatif evakuasi Tindakan pembedahan untuk evakuasi darah
peningkatan ntrakranial.
Berikan cairan intravena sesuai indikasi. Pemberian cairan mungkin di inginkan untuk
Berikan obat osmosis diuretic contohnya : Diuretic mungkin digunakan pada fase akut
diinginkan.
pernapasan, kelemahan otot-otot pernapasan, ekspansi paru yang tidak maksimal karena
trauma.
Tujuan : Dalam waktu 3x24 jam setelah intervensi adanya peningkatan, pola napas kembali
efektif.
Intervensi Rasional
dengan peninggian kepala tempat tidur. Balik meningkatkan ekspansi paru dan ventilasi
kesisi yang sakit. Dorong klien untuk duduk pada sisi yang tidak sakit.
sebanyak mungkin.
Observasi fungsi pernapasan, dispnea, atau Distress pernapasan dan perubahan pada
perubahan tanda-tanda vital. tanda vital dapat terjadi sebagai akibat stress
fisiologi dan nyeri atau dapat menunujukkan
Jelaskan pada klien bahwa tindakan tersebut Pengetahuan apa yang diharapkan dapat
rencana terapeutik.
Jelaskan pada klien tentang etiologi/factor Pengetahuan apa yang diharapkan dapat
pencetus adanya sesak atau kolaps paru-paru. mengurangi ansietas dan mengembangkan
Pertahankan perilaku tenang, bantu klien Membantu klien mengalami efek fisiologi
Periksalah alarm pada ventilator sebelum Ventilator yang memiliki alarm yang bias
difungsikan. Jangan mematikan alarm. dilihat dan didengar misalnya alarm kadar
tidur dan manual ventilasi untuk sewaktu- berguna untuk mempertahankan fungsi
Bantulah klien untuk mengontrol pernapasan Melatih klien untuk mengatur napas seperti
jika ventilator tiba-tiba berhenti. napas dalam, napas pelan, napas perut,
system pernapasan.
Perhatikan letak dan fungsi ventilator secara Memerhatikan letak dan fungsi ventilator
rutin. sebagai kesiapan perawat dalam memberikan
tekanan oksigen dalam tabung, monitor menilai hasil diagnostik dan menyediakan
oksigen.
Kolaborasi dengan tim kesehatan lain : Kolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk
Dengan dokter, radiologi, dan fisioterapi. mengevaluasi perbaikan kondisi klien atas
§ Pemberian analgesic.
§ Fisioterapi dada.
DX 3 : Tidak efektif bersihan jalan napas yang berhubungan dengan adanya jalan napas
buatan pada trakea, peningkatan sekresi sekret, dan ketidakmampuan batuk/batuk efektif
Tujuan : Dalam waktu 3x24 jam terdapat perilaku peningkatan keefektifan jalan napas.
Kriteria hasil : Bunyi napas terdengar bersih, ronkhi tidak terdengar, tracheal tube bebas
sumbatan, menunjukkan batuk yang efektif, tidak ada lagi penumpukan sekret di saluran
pernapasan.
Intervensi Rasional
berubah.
Evaluasi pergerakan dada dan auskultasi Pergerakan dada yang simetris dengan suara
suara napas pada kedua paru (bilateral). napas yang keluar dari paru-paru
Monitor letak/posisi endotracheal tube. Beri Endotracheal tube dapat saja masuk ke dalam
Lekatkan tube secara hati-hati dengan jalan napas ke paru-paru kanan dan
napas, suara alarm dari ventilator karena batuk yang tidak efektif, atau klien akan
Lakukan penghisapan lender jika diperlukan, Pengisapan lendir tidak selamanya dilakukan
batasi durasi pengisapan dengan 15 detik terus-menerus, dan durasinya pun dapat
atau lebih. Gunakan kateter pengisap yang dikurangi untuk mencegah bahaya hipoksia.
sesuai, cairan fisiologis steril. Diameter kateter pengisap tidak boleh lebih
terjadinya hipoksia.
Anjurkan klien mengenai tekhik batuk Batuk yang efektif dapat mengeluarkan sekret
Atur/ubah posisi klien secara teratur (tiap Mengatur pengeluaran sekret dan ventilasi
atelektasis.
Ajarkan klien tentang metode yang tepat Batuk yang tidak terkontrol adalah
menyebabkan frustasi.
Napas dalam dan perlahan saat duduk Memungkinkan ekspansi paru lebih luas.
setegak mungkin.
Lakukan pernapasan diafragma. Pernapasan diafragma menurunkan frekuensi
Tahap napas selama 3-5 detik kemudian Meningkatkan volume udara dalam paru,
Lakukan napas kedua, tahan, dan batukkan Pengkajian ini membantu mengevaluasi
dari dada dengan melakukan 2 batuk pendek keefektifan upaya batuk klien.
dan kuat.
Auskultasi paru sebelum dan sesudah klien Sekresi kental sulit untuk di encerkan dan
Ajarkan klien tindakan untuk menurunkan Untuk menghindari pengentalan dari sekret
viskositas sekresi. : mempertahankan hidrasi atau mosa pada saluran napas pada bagian
kontraindikasi.
Dorong atau berikan perawatan mulut yang Higine mulut yang baik meningkatkan rasa
§ Fisioterapi dada.
(bronkosol).
DX 4 : Nyeri akut yang berhubungan dengan trauma jaringan dan refleks spasme otot
sekunder.
Kriteria hasil : Secara subjektif melaporkan nyeri berkurang atau dapat diadaptasi, dapat
mengidentifikasi aktivitas yang meningkatkan atau menurunkan nyeri, klien tidak gelisah.
Intervensi Rasional
Jelaskan dan bantu klien dengan tindakan Pendekatan dengan menggunakan relaksasi
mengurangi nyeri.
Ajarkan relaksasi :
otot rangka, yang dapat menurunkan kebutuhan O2 oleh jaringan akan terpenuhi
intensitas nyeri dan juga tingkatkan relaksasi dan akan mengurangi nyerinya.
masase.
Ajarkan metode distraksi selama nyeri akut. Mengalihkan perhatian nyerinya ke hal-hal
yang menyenangkan.
Berikan kesempatan waktu istirahat bala Istirahat akan merelaksasikan semua jaringan
terasa nyeri dan berikan posisi yang nyaman sehingga akan meningkatkan kenyamanan.
bantal kecil.
nyeri dan respons motorik klien, 30 menit perawat data yang objektif untuk mencegah
Tujuan : Dalam waktu 2x24 jam fungsi serebral membaik, penurunan fungsi neurologis dapat
d minimalkan /distabilkan.
motorik/sensorik, mendemonstrasikan vital sign yang stabil dan tidak ada tanda-tanda
peningktan TIK,
Intervensi Rasional
klien dan status relirologis klien kesadaran dan potensial peningkatan TIK dan
hipertensi sistolik secara teratur dan tekanan diikuti penurunan tekanan darah distolik
nadi yang makin berat, obs, ht, pada klien (nadi yang
berhubungan
dapat
Monitor Heart Rate, catat adanya bradikardi, Perubahan pada ritme (paling sering
takikardi atau bentuk disritmia lainya. bradikardia) dan disritmia dapat timbul yang
encerminkan
jantung sebelumnya.
Monitor pernafasan meliputi pola dan ritme, Nafas tidak teratur menunjukkan adanya
Pertahankan kepala / leher pada posisi Kepala yang miring pada salah satu sisi
tengah/ pada posisi netral. Sokong dengan menekan vena jugularis dan menghambat
pada kepala
Kolaborasi Tinggikan kepala pasien 15 – Meningkatkan aliran balik vena dari kepala,
45o sesuai indikasi / yang dapat ditoleransi. sehingga mengurangi kongesti dan edema
Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi : - Untuk menurunkan air dari sel otak,
pernafasan.
Smeltzer, Suzanne C. Brenda G.Bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan
Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Persarafan.
Asuhan.Jakarta:EGC