Sunteți pe pagina 1din 34

ASUHAN KEPERAWATAN TERHADAP BAYI A DENGAN

MASALAH UTAMA ASFIKSIA NEONATORUM


DI RUANG PERINATOLOGI DI RUMAH SAKIT
WISMA RINI PRINGSEWU

DISUSUN OLEH :

1. ANGGUN DITA DUROTUNNISA


2. ANJAR PRAYOGO
3. DINI RISMALA DEWI
4. EKAWATI
5. IQBAL ASEGAB

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes)


MUHAMADIYAH PRINGSEWU LAMPUNG
2018
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat dan
rahmat, serta penyertaan-Nya, sehingga makalah “Asuhan Keperawatan Terhadap Bayi A
Dengan Masalah Utama Asfiksia Neonatorum Di Ruang Perinatologi Di Rumah Sakit
Wisma Rini Pringsewu” ini dapat kami selesaikan.

Dalam penulisan makalah ini kami berusaha menyajikan bahan dan bahasa yang
sederhana,singkat serta mudah dicerna isinya oleh para pembaca.

Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna serta masih terdapat
kekurangan dan kekeliruan dalam penulisan makalah ini. Maka kami berharap adanya
masukan dari berbagai pihak untuk perbaikan dimasa yang akan mendatang.

Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan
dipergunakan dengan layak sebagaimana mestinya.

Pringsewu, 8 Mei 2018

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................................. i


KATA PENGANTAR ........................................................................................................... ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah .......................................................................................... 2
C. Tujuan Makalah ............................................................................................. 2

BAB II LANDASAN TEORI


A. Konsep Asfiksia ............................................................................................. 3
1. Definisi .................................................................................................. 3
2. Etiologi .................................................................................................. 3
3. Patofisiologi .......................................................................................... 4
4. Manifestasi Klinis ................................................................................. 6
5. Pemeriksaan Penunjang ........................................................................ 7
6. Komplikasi ............................................................................................ 8
7. Penatalaksanaan .................................................................................... 8
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan .............................................................. 9
1. Pengkajian ............................................................................................. 9
2. Diagnosa Keperawatan ....................................................................... 11
3. Rencana Keperawatan ......................................................................... 11
BAB III TINJAUAN KASUS

BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................................................. 26
B. Saran ............................................................................................................ 26

iii
DAFTAR PUSTAKA

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kelahiran merupakan hal yang sangat membahagiakan bagi
seorang ibu. Anak yang lahir dengan kondisi sehat adalah harapan semua
wanita. Tetapi tidak semua wanita melahirkan secara normal serta
mendapatkan bayi yang sehat. Terdapat berbagai komplikasi yang terjadi
pada saat persalinan. Dalam hal ini yang paling sering ditemukan adalah
kasus asfiksia neonatorum atau asfiksia pada bayi baru lahir.
Menurut WHO, setiap tahunnya , sekitar 3% (3,6 juta) dari 120 juta
bayi lahir mengalami asfiksia, hampir 1 juta bayi ini kemudian meninggal.
Di Indonesia, dari seluruh kematian balita, sebanyak 38% meninggal pada
masa BBL (IACMEG, 2005). Kematian BBL di Indonesia terutama
disebabkan oleh prematuritas (32%), asfiksia (30%), infeksi (22%),
kelainan kongenital (7%), lain-lain (9%) (WHO, 2007)
Hipoksia janin yang menyebabkan asfiksia neonatorum terjadi
karena gangguan pertukaran gas serta transpor oksigen dari ibu ke janin,
sehingga terdapat gangguan dalam persediaan oksigen dan dalam
menghilangkan karbondioksida. Faktor-faktor predisposisi pada asfiksia
bayi baru lahir antara lain karena persalinan tindakan (ekstraksi forceps,
vacuum ekstraksi, dan seksio sesarea) dengan berbagai komplikainya yang
bersifat depresi terhadap pernafasan bayi baru lahir, hipertensi dan
preeklamsia pada ibu, solusio plasenta, maupun kompresi tali pusat
bayi,sementara itu proses kelahiran sendiri selalu menimbulkan asfiksia
ringan yang bersifat sementara pada bayi (asfiksia transien). Proses ini
dianggap sangat perlu untuk merangsang kemoreseptor pusat pernafasan
agar terjadi ‘primary gasping’ yang kemudian akan berlanjut dengan
pernafasan teratur (Hasan. Ed.,dkk, 2007). Dampak asfiksia yang tidak
tertangani dengan cepat dan baik dapat menyebabkan kematian bayi baru
lahir (Hasan Ed.,dkk, 2007).

1
Upaya-upaya yang aman dan efektif untuk mencegah dan
mengatasi penyebab utama kematian BBL adalah pelayanan antenatal
yang berkualitas, asuhan persalinan normal/dasar dan pelayanan kesehatan
neonatal oleh tenaga profesional. Untuk menurunkan kematian BBL
karena asfiksia, persalinan harus dilakukan oleh tenaga kesehatan yang
memiliki kemampuan dan ketrampilan manajemen asfiksia pada BBL.
Kemampuan dan ketrampilan ini digunakan setiap kali menolong
persalinan. (JNPK-KR, 2008), sehingga dapat meningkatkan kesehatan
dan taraf hidup ibu dan bayi yang pada akhirnya dapat menurunkan AKI
dan AKB. Oleh karena itu dalam makalah ini akan kami bahas mengenai
asfiksia neonatorum serta penatalaksanaan pada kasus asfiksia
neonatorum.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu asfiksia?
2. Apa etiologi dari asfiksia?
3. Bagaimana patofisiologi dari asfiksia?
4. Apa saja manifestasi klinis dari asfiksia?
5. Bagaimana pemeriksaan penunjang dari asfiksia?
6. Apa saja komplikasi asfiksia?
7. Apa saja penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada bayi yang
menderita asfiksia?
8. Bagaimana asuhan keperawatan dari asfiksia?

C. Tujuan Makalah
1. Untuk mengetahui pengertian asfiksia
2. Untuk mengetahui etiologi dari asfiksia
3. Untuk mengetahui patofisiologi dari asfiksia
4. Untuk mengetahui apa saja manifestasi klinis dari asfiksia
5. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang dari asfiksia
6. Untuk mengetahui apa saja komplikasi dari asfiksia

2
7. Untuk mengetahui apa saja penatalaksanaan yang dapat dilakukan
pada bayi yang menderita asfiksia
8. Untuk mengetahui asuhan keperawatan dari asfiksia

3
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Konsep Asfiksia
a. Definisi
Asfiksia Neonatorum adalah keadaan dimana bayi baru lahir dilahirkan
tidak segera Bernafas spontan dan teratur setelah dilahirkan (JNPK-
KR. 2008).
Asfiksia Neonatorum adalah suatu keadaan pada bayi baru lahir yang
mengalami gagal nafas secara spontan dan teratur segera setelah lahir,
sehingga bayi tidak dapat memasukkan oksigen dan tidak dapat
mengeluarkan zat asam arang dari tubuhnya (Dewi, 2010 : 102).

b. Etiologi
Pada janin kegagalan pernafasan disebabkan oleh beberapa hal sebagai
berikut :
1. Gangguan sirkulasi dari ibu ke janin, diantaranya disebabkan oleh
beberapa hal sebagai berikut :
a. Gangguan aliran pada tali pusat, hal ini biasanya berhubungan
dengan adanya lilitan tali pusat, simpul pada tali pusat, tekanan
yang kuat pada tali pusat, ketuban telah pecah yang
menyebabkan tali pusat menumbung, dan kehamilan lebih
bulan (post term).
b. Adanya pengaruh obat, misalnya pada tindakan SC yang
menggunakan narkosa.
2. Faktor dari ibu selama kehamilan meliputi :
a. Gangguan his, misalnya karena atonia uteri yang dapat
menyebabkan hipertoni
b. Adanya perdarahan pada plasenta previa dan solution plasenta
yang dapat menyebabkan turunnya tekanan darah secara
mendadak.

4
c. Vasokonstriksi arterial pada kasus hipertensi kehamilan dan pre
eklampsia dan eklampsia.
d. Kasus solution plasenta yang dapat menyebabkan gangguan
pertukaran gas (oksigen dan zat asam arang). (Dewi, 2010 :
103).
Faktor-faktor yang dapat menimbulkan gawat janin (asfiksia)
antara lain :
a. Faktor ibu
1. Preeklampsia dan eklampsia
2. Pendarahan abnormal (plasenta previa atau solusio
plasenta)
3. Partus lama atau partus macet
4. Demam selama persalinan Infeksi berat (malaria, sifilis,
TBC, HIV)
5. Kehamilan Lewat Waktu (sesudah 42 minggu kehamilan)
b. Faktor Tali Pusat
1. Lilitan tali pusat
2. Tali pusat pendek
3. Simpul tali pusat
4. Prolapsus tali pusat.
c. Faktor bayi
1. Bayi prematur (sebelum 37 minggu kehamilan)
2. Persalinan dengan tindakan (sungsang, bayi kembar,
distosia bahu, ekstraksi vakum, ekstraksi forsep)
3. Kelainan bawaan (kongenital)
4. Air ketuban bercampur mekonium (warna kehijauan)
(DepKes RI, 2009)

c. Patofisiologi
Bila janin kekurangan O2 dan kadar CO2 bertambah, timbullah
rangsangan terhadap nervus vagus sehingga denyut jantung janin (DJJ)

5
menjadi lambat. Jika kekurangan O2 terus berlangsung maka nervus vagus
tidak dapat dipengaruhi lagi, timbullah kini rangsangan dari nervus
simpatikus, sehingga DJJ menjadi lebih cepat dan akhirnya ireguler dan
menghilang. Janin akan mengadakan pernapasan intra uterin dan bila kita
periksa kemudian terdapat banyak air ketuban dan mekonium dalam paru.
Bronkus tersumbat dan terjadi atelektasis. Bila janin lahir, alveoli tidak
berkembang (FKUI.2007)

Apabila asfiksia berlajut, gerakan pernapasan akan ganti, denyut jantung


akan menurun sedangkan tonus neuromuskuler berkurang secara
berangsur-angsur, dan bayi memasuki periode apnea primer. Jika
berlanjut, bayi akan menunjukkan pernapasan yang dalam denyut jantung
terus menurun. Tekanan darah bayi juga menurun dan bayi akan terlihat
lemas. Pernapasan makin lama makin lemah sampai bayi memasuki
periode apnea skunder. (Towwel: 2006).

Asfiksia juga dapat terjadi pada periode setelah persalinan (postpartum)


yaitu setelah bayi lahir, tanpa didahului oleh adanya gejala atau tanda
asfiksia pada saat periode antepartum maupun intrapartum. Pada saat
setelah persalinan diruang bersalin, bayi yang lahir dapat mengalami
asfiksia yang dinilai dari ApgarScore pada menit pertama, kelima, sepuluh
dan 15 menit pertama kehidupan serta ada dan tidaknya asidosis. Asfiksia
postpartum mungkin disebabkan oleh maladaptasi saat lahir atau
kegagalan system pernafasan, jantung dan saraf pada neonatus akibat
kelainan kongenital, penyakit pada janin ataucedera kelahiran (Gadoth &
Gobel 2011).

6
Pathway:

(Gadoth & Gobel 2011).

d. Manifestasi Klinis
Ada 2 macam asfiksia, yaitu asfiksia pallida dan asfiksia livida.
Asfiksia pallid adalah asfiksia dengan warna kulit pucat, tonus otot
sudah kurang, reaksi rangsangan negatif, bunyi jantung tidak teratur,
dan prognosis jelek. Sedangkan asfiksia livida adalah asfiksia dengan
warna kulit kebiruan, tonus otot masih baik, reaksi rangsangan positif,

7
bunyi jantung masih teratur, dan prognosis lebih baik. (North
American Nursing Diagnosis Association: 2015)
Asfiksia merupakan akibat hipoksia janin yang menimbulkan tanda-
tanda klinis pada janin atau bayi berikut ini :
a. DJJ lebih dari 100 kali/ menit atau kurang dari 100 kali/ menit
tidak teratur
b. Mekonium dalam air ketuban pada janin letak kepala
c. Tonus otot buruk karena kekurangan oksigen pada otak, otot, dan
organ lain
d. Depresi pernafasan karena otak kekurangan oksigen
e. Bradikardi (penurunan frekuensi jantung) karena kekurangan
oksigen pada otot-otot jantung atau sel-sel otak
f. Tekanan darah rendah karena kekurangan oksigen pada otot
jantung, kehilangan darah atau kekurangan aliran darah yang
kembali ke plasenta sebelum dan selama proses persalinan
g. Takipneu (pernafasan cepat) karena kegagalan absorbsi cairan
paru-paru atau nafas tidak teratur/megap-megap
h. Sianosis (warna kebiruan) karena kekurangan oksigen didalam
darah
i. Penurunan terhadap spinkters
j. Pucat
(Depkes RI, 2007)

e. Pemeriksaan Penunjang
a. Analisa gas darah (PH kurang dari 7.20)
b. Penilaian APGAR score meliputi warna kulit, frekuensi jantung,
usaha nafas, tonus otot dan reflek
c. Pemeriksaan EEG dan CT-Scan jika sudah tumbuh komplikasi
d. Pengkajian spesifik
e. Elektrolit garam
f. USG

8
g. Gula darah.
h. PH tali pusat : tingkat 7,20 sampai 7,24 menunjukkan status
parasidosis, tingkat rendah menunjukkan asfiksia bermakna.
i. Hemoglobin/ hematokrit (HB/ Ht) : kadar Hb 15-20 gr dan Ht
43%-61%.
j. j. Tes combs langsung pada daerah tali pusat. Menentukan adanya
kompleks antigen-antibodi pada membran sel darah merah.
(Septia Sari: 2010)

f. Komplikasi
Komplikasi yang muncul pada asfiksia neounataru antara lain:
1. Otak: hipoksia iskemik ensefalopati, edema
serebi, kecacatan, cerebal, palsy(CP)
2. jantung dan paru : hipertensi pulmonalis persisten pada neunatus,
perdarahan paru, edema paru
3. Gastroestrotinal:enterokolitis nekrotikans
4. Ginjal : tubula nekrosis akut , SIADH
5. Hematologi : DIC
(Muryunani, 2009)

g. Penatalaksanaan
Serangan jantung neonatal sebagian besar adalah asfiksia, sehingga
inisiasi fentilasi tetap focus pada resusitiasa awal. Berikut merupakan
topic neonatal utama di 2015
a. Terdapat rekomendsi baru bahwa penundaan pemotongan tali
pusar selama lebih dari 30 detik merupakan hal yang wajar baik
pada bayi normal maupun premature yang tidak memerlukan
resusitasi, saat lahir namun hal ini tidak terbukti memadai
merekomendasikan metode pemotongan tali pusar bagi bayi yang
memerlukan resusitasi saat lahir, dan saran terhadap penggunaan,
rutin pengirangan tali pusar (diluar lingkungan penelitian) untuk

9
bayi baru lahir kurang dari 29 minggu sejak kehamilan, hingga
diketahui manfaat dan komplikasi lebih lanjut.
b. Suhu harus di catat sebagai factor prediksi hasil dan sebagai
indikator kualitas.
c. Suhu bayi baru lahir,tanpa mengalami asfiksi harus dijaga anatara
36,5o hingga 37,5o setelah lahir melalui atmisi dan stabilisasi
d. Berbagai strategi(inkubator, plastic pembungkus dengan penutup,
matras termal, gas hangat yang dilembarkan dan suhu ruang yang
ditingkatkan ditambah penutup dan matras parnal)dapat
digunakan untuk mencegah hiportemia bayi premature
hipertemia (suhu lebih dari 38) harus dihindari akan
mengakibatkan potensi beresiko terkait
e. Dilingkungan dengan sumber daya terbatas, upaya sederhana
untuk mencegah hipotermia pada awal kehidupan (penggunaan
pembungkus plastic), kontak kulit ke kulit,dan akan meletakan
bayi setelah di keringkan dalam kantung plastic setara dengan
wadah untuk tingkat makanan bersih hingga keleher dapat
mengurangi tingkat kematian.
f. Jika bayi lahir dengan cairan amniotic tercemar mekonium serta
tonus otot lemah dan sulit bernapas, maka bayi harus ditempatkan
dalam incubator dan PVP harus dilakukan jika perlu. Intubasi
rutin untuk penyedotan trakea tidak lagi disarankan karena
terdapat bukti yang tidak memadai untuk melanjutkan
rekomendasi ini. Perawatan dukungan yang sesuai untuk
mendukung ventilasi dan kadar oksigen harus dilakukan sesuai
yang diindikasikan pada masing-masing bayi. Kondisi ini dapat
mencakup intubasi dan penyedotan jika saluran udara terganggu.
g. Penilaian detak jantung tetap penting selama menit pertama
resusitasi dan penggunaan 3 sadapan ECG mungkin dapat
dilakukan, karena penyedia tidak menilai detak jantung dengan
akurat menggunakan auskultasi atau palpasi, dan oksimetri pulse

10
kemungkinan salah dalam menilai detak jantung. Penggunaan
ECG tidak menggantikan kebutuhan oksimetri pulse untuk
mengevaluasi oksigenisasi pada bayi baru lahir.
h. Resusitasi pada bayi baru lahir premature yang berusia kurang
dari 35 minggu dari kehamilan harus dilakukan dengan oksigen
rendah (21 % hingga 30 %) dan oksigen dititrasi untuk mencapai
saturasi oksigen preduktal yang mendekati rentang bayi normal
sehat yang dicapai.
(American Heart Association: 2015)

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
a. Identitas klien / bayi dan keluarga
b. Riwayat kehamilan ibu dan persalinan ibu
c. Pengukuran hasil nilai APGAR score:
A : Apperance (Warna kulit)
0 = Pucat dan sianosis keseluruhan
1 = Akrosianosis (Tangan dan kaki berwarna kebiruan)
2 = Seluruh tubuh berwarna merah muda
P : Pulse (Denyut jantung)
0 = Tidak ada denyut jantung
1 = < 100 kali/ menit
2 = > 100 kali/ menit
G : Grimace (Reaksi rangsangan)
0 = Tidak ada respon terhadap stimulasi
1 = Menyeringai/ menangis lemah
2 = Menangis kuat
A : Activity (Tonus otot)
0 = Tidak ada
1 = Beberapa fleksi (lengan dan kaki) lainnya ekstensi
2 = Gerakan aktif dan spontan

11
R : Respiratory (Pernafasan)
0 = Tidak bernafas
1 = Nafas lambat, tidak teratur, lemah/ sesak nafas
2 = Nafas regular (baik dan teratur), menangis kuat
(Bila nilainya 0-3 asfiksia berat, bila nilainya 4-6 asfiksia ringan)

d. Pengkajian dasar data neotalus


1) Sirkulasi
a). Nadi apical mungkin cepat / tidak, dan teratur / tidak
b). Murmur jantung yang dapat didengar
2) Neurosensori
a) Ukuran kepala besar dalam hubungan dengan tubuh,
sutura mungkin mudah digerakkan, fontanel mungkin
besar
b) Reflek tergantung pada usia gestasi
3) Pernafasan
a) Nilai apgar rendah
b) Pernafasan dangkal, tidak teratur
c) Mengorok, pernafasan cuping hidung, retrakasi
suprasternal
d) Adanya bunyi mengi selama fase inspirasi dan ekspirasi
e) Warna kulit
4) Keamanan
a) Suhu berfluktuasi dengan mudah
b) Menangis lemah
c) Menggunakan otot – otot bantu nafas
5) Makanan / Cairan
a) Berat badan bayi kurang dari 2500gram
b) Turgor kulit elastis ( bervariasi sesuai gestasi )
(Ilhamsyah: 2008)

12
2. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan pemenuhan kebutuhan O2 b.d ekspansi yang kurang
adekuat.
2. Hipotermi b.d transisi lingkungan ekstra uterin neonatus.
3. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d produksi mukus banyak.
4. Gangguan perfusi jaringan b.d kebutuhan Oksigen yang tidak
adekuat.
5. Risiko cedera b.d anomali kongenital tidak terdeteksi atau tidak
teratasi pemajanan pada agen-agen infeksius. (Muttaqin, 2008)

3. Rencana Keperawatan
a. Dx. I : Gangguan pemenuhan kebutuhan O2 b.d ekspansi yang
kurang adekuat.
 Tujuan : Kebutuhan O2 terpenuhi dengan tidak ada
pernafasan cuping hidung dan tidak sianosis.
 Intervensi:
No. Intervensi Rasional
1. Beri penjelasan pada Agar keluarga tahu tentang
keluarga tentang penyebab sesak yang
penyebab sesak yang dialami oleh bayinya.
dialami oleh pasien.
2. Atur kepala bayi dengan Melonggarkan jalan nafas.
posisi ekstensi.
3. Batasi intake per oral, Mencegah aspirasi.
bila perlu dipuasakan.
4. Longgarkan jalan nafas. Memudahkan untuk
bernafas.
5. Observasi tanda-tanda Mengetahui tingkat
kekurangan O2. kekurangan O2.
6. Hangatkan bayi dalam Mencegah sianosis.

13
incubator.
7. Kolaborasi dengan tim Mendukung perawatan dan
medis untuk pemberian penatalaksanaan medis.
O2.

b. Dx. II : Hipotermi b.d transisi lingkungan ekstra uterin


neonatus.
 Tujuan : Suhu tubuh kembali normal dengan suhu tubuh
antara 36.5°C – 37.4°C
 Intervensi:
No. Intervensi Rasional
1. Beri penjelasan kepada Keluarga menjadi tahu
keluarga tentang tentang penyebab
penyebab hipotermi yang hipotermi yang dialami
dialami oleh bayinya. bayinya.
2. Berikan pakaian tebal Mencegah hipotermi yang
yang membuat tubuh berlebihan.
hangat
3. Berikan kompres hangat. Menormalkan suhu tubuh.
4. Observasi tanda-tanda Menentukan tindakan
vital terutama suhu keperawatan selanjutnya.
tubuh.
5. Kolaborasi medis untuk Mendukung perawatan dan
pemberian infuse dan penatalaksanaan medis.
obat-obatan.

c. Dx. III : Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d produksi mukus
banyak.
 Tujuan : Bersihan jalan nafas efektif
 Intervensi:

14
No. Intervensi Rasional
1. Kaji tanda vital – Sebagai indicator adanya
pernafasan, nadi, tekanan gangguan dlm system
darah. pernafasan
2. Kaji frekwensi, Berguna dalam evaluasi
kedalaman pernafasan derajat distress pernafasan
dan tanda-tanda sianosis adan/atau kronisnya proses
setiap 2 jam. penyakit. Sianosis
mungkin perifer (terlihat
pada kuku) atau sentral
(terlihat sekitar bibir dan
atau telinga). Keabu-abuan
dan sianosis sentral
mengindikasikan beratnya
hipoksemia.
3. Dorong pengeluaran Kental, tebal dan
sputum, pengisapan banyaknya sekresi adalah
(suction) bila sumber utama gangguan
diindikasikan. pertukaran gas pada jalan
nafas kecil, pengisapan
dibutuhkan bila batuk
tidak efektif
4. Observasi tingkat Gelisah dan ansietas
kesadaran, selidiki adalah manifestasi umum
adanya perubahan pada hipoksia, GDA
memburuk disertai
bingung/somnolen
menunjukkan disfungsi
serebral yang berhubungan
dengan hipoksemia.

15
5. Kolaborasi dengan tim Dapat memperbaiki
medis pemberian O2 /mencegah memburuknya
sesuai dengan indikasi hipoksia.

d. Dx. IV : Gangguan perfusi jaringan b.d kebutuhan Oksigen


yang tidak adekuat.
 Tujuan : Perfusi jaringan kembali normal.
 Intervensi:
No. Intervensi Rasional
1. Monitor pernafasan Pola nafas mempengaruhi
suplai O2 dalam tubuh

2. Monitor adanya sianosis Kekurangan O2 dalam


tubuh di tandai sianosis

3. Beri penyuluhan pada Orang tua pihak yang


orang tua untuk selalu berada di samping
menghindari suhu pasien
ekstrem pada
ekstermitas, mengkaji
kulit bayi dan gejala
lainnya

4. Manajemen cairan Mengatur dan mencegah


/elektrolit komplikasi akibat akibat
perubahan kadar cairan
dan elektrolit.

5. Kolaborasi pemberian Membantu memenuhi


O2 kebutuhan O2

e. Dx. V : Risiko cedera b.d anomali kongenital tidak terdeteksi


atau tidak teratasi pemajanan pada agen-agen infeksius.

16
 Tujuan : Bebas dari cidera/ komplikasi.
 Intervensi:
No. Intervensi Rasional
1. Cuci tangan setiap Untuk mencegah infeksi
sebelum dan sesudah nosokomial
merawat bayi.
2. Lakukan pengkajian fisik Untuk mencegah keadaan
secara rutin terhadap bayi yang lebih buruk.
baru lahir, perhatikan
pembuluh darah tali
pusat dan adanya
anomali.
3. Ajarkan keluarga tentang Untuk meningkatkan
tanda dan gejala infeksi pengetahuan keluarga
dan melaporkannya pada dalam deteksi awal suatu
pemberi pelayanan penyakit.
kesehatan.
4. Berikan agen imunisasi Meningkatkan imunitas
sesuai indikasi tubuh
(imunoglobulin hepatitis
B dari vaksin hepatitis

17
BAB III
TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian

1. Biodata

a. Identitas bayi

1. Nama : by.A

2. Tanggal lahir : 08 mei 2018

3. Jam : 14.05 wib

4. Jenis kelamin : perempuan

5. Berat badan : 2600 gr

b. Identitas ibu identitas ayah

1. Nama : Ny.S nama : Tn.S

2. Umur : 28 th umur : 38 th

3. Pendidikan : SMP pendidikan : SMA

4. Pekerjaan : IRT pekerjaan : Petani

5. Suku/bangsa : Jawa suku/bangsa : Jawa

6. Golongan darah :O gol darah :O

7. Alamat : wonosobo alamat : wonosobo

8. Agama : islam agama : islam

2. Riwayat persalinan

a. G : 1 p:0 A:0

b. Keadaan air ketuban : air ketuban bercampur dengan mekonium

c. Jenis persalinan : SC

18
d. Lilitan tali pusat : tidak ada

e. Ditolong oleh : dokter

f. Komplikasi persalinan

 Ibu : cairan ketuban ibu bercampur mekonium atau sisa meconium


pada tubuh bayi
 Bayi : letak bayi sungsang

g. Resusitasi

1. Penghisapan lendir : ya rangsangan :

2. Ambu : ya lamanya :

3. Oksigen : ya lamanya :

3. Riwayat kehamilan
Tidak ada perdarahan, tidak ada preeklamsia atupun eklamsia, tidak ada
penyakit kehamilan, dan tidak ada riwayat penyulit kehamilan

4. Kebiasaaan waktu hamil


a. Makanan : makanan sayur lauk dan lain lain sebanyak 3x sehari dan
nafsu makan baik

b. Obat-obatan : ny s selama hamil hanya mengkonsumsi vitamin B1, tablet


fe, dan suplemen makanan

c. Merokok :-

5. Pemeriksaan fisik

a. APGAR SCORE

No APGAR Menit ke 1 Menit ke V

19
1 Frekuensi jantung 1 2

2 Usaha nafas 1 1

3 Tonus otot 1 2

4 Warna kulit 1 2

5 Reaksi terhadap 1 2
rangsangan

Jumlah 5 9

b. Keadaan umum
Bayi Ny.s lahir secara sc dengan keadaan lemah, sianosis, tidak segera
menangis saat lahir , tidak segera bernafas, keadaan tali pusat segar dan
gerakan reflek sedikit lemah

c. Tanda-tanda vital
1. Suhu : 35 c

2. Pernafasan : 50x/m

3. HR : 140x/m

d. Antropometri

1. Bb sekarang : 2600 gr

2. Panjang badan : 46 cm

3. lingkar dada : 32 cm

4. LILA : 11 cm

e. Head to toe
1. Kepala : bentuk normal

2. Mata : konjungtiva tidak anemis, bentuk simetris, sklera


tidak ikterus, pupil isokor

3. Mulut : keadaan lembap

20
4. Hidung : pernafasan cuping hidung

5. Telinga : normal, tidak ada kelainan bentuk ,terdapat daun


telinga daun telinga antara kanan dan kiri simetris

6. Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, tidak ada


peningkatan vena jugularis

7. Dada : tampak retraksi dada

8. Abdomen : bentuk normal, tali pusat segar

9. Punggung : bentuk punggung simetris

10. Ekstrimitas : atas dan bawah sama, bentuk normal

11. Kulit : warna kulit merah, kulit tipis, terdapat lanugo

12. Genetalia : jenis kelamin perempuan, normal.

13. Anus : mempunyai lubang anus

f. Reflek-reflek
a. Moro : bayi terkejut saat ada suara secara tiba-tiba

b. Rooting : menunjakan reflek seperti mencari puting susu saat


jari tangan perawat diletakan di pipi bayi

c. Sucking : saat meletakan jari ke dalam langit-langit mulut


bayi, maka ia akan memberikan respon mengisap

d. Tonic neck : saat dilentangkan kedua tangan bayi menggenggam


dan kepalanya menengok kekanan

6. Kebutuhan sehari hari


a. Nutrisi :
 ny.s mengatakan belum bertemu anaknya setelah selesai sc, ny.s
mengatakan sulit menyusui anaknya karena keadaanya setelah sc, ny.s
mengatakan belum menyusui anaknya
 pemberian susu tambahan frekuensi setiap 3 jam sekali , jumlah 10 cc
setiap kali pemberian

21
b. Eliminasi
 BAB : meconium, frekuensi tidak terkaji karena bayi
menggunakan pempers, pempers diganti pada saat bayi BAB 2 x/hari,
warna hijau kehitaman, konsistensi lembek cair, bau khas feses bayi .
 BAK : frekuensi tidak terkaji karena bayi. A menggunakan
pempers, pempers bayi A diganti 2 kali sehari

c. Istirahat tidur
 Jumlah waktu tidur 20 jam/hari

7. Pengobatan/terapi (saat pengkajian)


a. Inj vit K 0,5 cc

8. Data focus

a. Data Subjektif : -
b. Data Objektif :
 retraksi dada
 ttv : suhu 35 c, hr : 140x/m, pernafasan : 50x/m
 sianosis
 adanya pernafasan cuping hidung
 suara nafas ronkhi
 bayi lahir tidak menangis
 bayi lahir tidak langsung bernafas secara spontan
 suhu 35 c
 sianosis
 ttv : suhu 35 c, hr : 140x/m, pernafasan : 50x/m
 bayi. A menggunakan pempers dan diganti 2 kali sehari dan diganti
setiap kali bayi. A bab
 warna kulit merah, kulit tipis
 tali pusat tampak segar

22
9. Analisa data

No Data Masalah Etiologi

1 Ds: - Pols nafas tidak Aspirasi


efektif meconium
Do:

 retraksi dada
 ttv : suhu 35 c, hr :
140x/m, pernafasan :
50x/m
 sianosis
 adanya pernafasan cuping
hidung
 suara nafas ronkhi
 bayi lahir tidak menangis
 bayi lahir tidak langsung
bernafas secara spontan

2 Ds : Resiko Termoregolasi
ketidakseimbang
Do :
an suhu tubuh
 suhu 35 c
 sianosis
 ttv : suhu 35 c, hr :
140x/m, pernafasan :
50x/m

3 Ds : Resiko kerusakan Tipisnya


integritas kulit jaringan kulit
Do :

 suhu 35 c

23
 warna kulit merah, kulit
tipis
 tali pusat terlihat segar
 bayi. A menggunakan
pempers dan diganti 2 kali
sehari dan diganti setiap
kali bayi. A bab

10. Prioritas masalah keperawatan


a. Pola nafas tidak efektif b.d aspirasi mekonium
b. Resiko ketidakseimbangan suhu tubuh b.d termoregulasi belum
maksimal
c. Resiko kerusakan integritas kulit bd Tipisnya jaringan kulit

11. Diagnosa keperawatan


a. Pola nafas tidak efektif b.d aspirasi mekonium
b. Resiko ketidakseimbangan suhu tubuh b.d termoregulasi belum maksimal
c. Resiko kerusakan integritas kulit bd Tipisnya jaringan kulit

12. Rencana keperawatan

No Hari/t Dx. Tujuan Intervensi rasional


angga kepera
l watan
1 Pola Setelah  isap cairan  mencegah
nafas dilakuka secret dari obstruksi
tidak asuhan mulut, atau
efektif keperawatan hidung aspirasi
b.d selama 1x 15  berikan  memenui

24
aspirasi menit alat bantu kebutuhan
mekoni diharapkan nafas oksigen
um pola nafas  monitor dalam
efektif dengan frekuensi tubuh
kriteria hasil : dan irama  Berguna
 tidak ada pernafasan dalam
sianosis  monitor evaluasi
dan tanda-tanda derajat
dyspneu vital distress
 mampu pernafasan
bernafas  sebagai
dengan acuan
mudah penatalaksa
 pernafasan naan
dalam
rentang
normal
 tidak ada
suara nafas
abnormal
 tanda-tanda
vital dalam
rentang
normal

2 Resiko Setelah  hindarkan  untuk


ketidak dilakukan bayi dari menjaga
seimba asuhan tempat suhu tubuh
ngan keperawatan yang agar tetap
suhu selama 1x24 dingin, stabil
tubuh diharapkan tempatkan  untuk
b.d suhu tubuh bayi mendeteksi
termore normal dengan dilingkung lebih awal

25
gulasi kriteria hasil : an yang perubahan
belum  temperatur hangat yang
maksim badan  monitor terjadi
al dalam gejala yang guna
batas berhubung mencegah
normal an dengan komplikasi
 perubahan hipotermi  sebagai
warna kulit misal acuan
 tidak perubahan penatalaksa
terjadi warna kulit naan
distrees  monitor ttv
pernafasan
3 Resiko Setelah  observasi  sebagai
kerusak dilakukan vital sign acuan
an tindakan  monitor penatalaksa
integrit keperawatan suhu dalam naan
as kulit selama 1x24 inkubator  untuk
bd jam  ganti mengetahui
Tipisny diharapkan pakaian perubahan
a tidak terjadi setiap suhu tubuh
jaringa kerusakan basah bayi
n kulit integritas kulit  agar suhu
dengan kriteria tubuh bayi
hasil : tetap stabil
 suhu 36,5-
37 c
 tidak ada
tanda-tanda
infeksi
 tidak ada
lecet atau
kemerahan
pada kulit

26
BAB IV
PENUTUP

27
A. Kesimpulan
Asfiksia Neonatorum adalah suatu keadaan pada bayi baru lahir yang mengalami
gagal nafas secara spontan dan teratur segera setelah lahir, sehingga bayi tidak
dapat memasukkan oksigen dan tidak dapat mengeluarkan zat asam arang dari
tubuhnya. Terdapat dua macam asfiksia yaitu asfiksia pallid dan asfiksia livida.

Penyebab dari asfiksia adalah gangguan sirkulasi dari ibu kejanin dan factor dari
ibu selama kehamilan meliputi gangguan his, adanya perdarahan pada plasenta
,fase kontriksi arterial .

Ada 2 macam asfiksia, yaitu asfiksia pallida dan asfiksia livida. Asfiksia pallid
adalah asfiksia dengan warna kulit pucat, tonus otot sudah kurang, reaksi
rangsangan negatif, bunyi jantung tidak teratur, dan prognosis jelek. Sedangkan
asfiksia livida adalah asfiksia dengan warna kulit kebiruan, tonus otot masih baik,
reaksi rangsangan positif, bunyi jantung masih teratur, dan prognosis lebih baik.
(North American Nursing Diagnosis Association: 2015)
dengan masalah keperawatan:
diagnose:
1. Gangguan pemenuhan kebutuhan O2 b.d ekspansi yang kurang adekuat.
2. Hipotermi b.d transisi lingkungan ekstra uterin neonatus.
3. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d produksi mukus banyak.
4. Gangguan perfusi jaringan b.d kebutuhan Oksigen yang tidak adekuat.
5. Risiko cedera b.d anomali kongenital tidak terdeteksi atau tidak teratasi
6. pemajanan pada agen-agen infeksius. (Muttaqin, 2008)

B. Saran
Dalam pembuatan asuhan keperawatan bayi baru lahir asfiksia, kepada dosen
pembimbng dan teman-teman dapat menemahami isi dari asuhan keperawatan
tersebut serta dapat memberi saran dan kritik, dapat memaklumi dari kesalahan
pembuatan asuhan keperawatan bayi baru lahir dengan asfiksia ini agar kedepannya
dapat lebih baik lagi.

28
DAFTAR PUSTAKA

Huda & Hardhi. 2015. Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis NANDA NIC
NOC. Jakarta. EGC.

Hidayat, Aziz Alimul. 2009. Pengantar Ilmu Keperawatan 1. Jakarta: Salemba Medika.
Maryunani, Anik. 2008. Asuhan Bayi Baru Lahir Normal. Jakarta: Trans Info Media
Jakarta.

Rukiah, Ai Yeyeh dan Yulianti, Lia. 2007. Asuhan Neonatus, Bayi dan Anak Balita.
Jakarta: Trans Info Media Jakarta.

Donna, Wong dkk. 2009. Buku Ajar Keperawatan Pediatri, Edisi 6 Vol 2. Jakarta: ECG.
Nurarif, Amin Huda & Kusuma, Hardhi. 2015. Aplikasi Asuhan Keerawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc Edisi Revisi Jilid 1. Yogyakarta: MediAction.

29
Association, American Heart. 2015. Fokus Utama Pembaruan Pedoman American Hea
Association 2015 untuk CPR dan ECC. USA: Guideliness Highlights Indonesian.

30

S-ar putea să vă placă și