Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
SKENARIO 1
An. M. 15 tahun. Masuk IGD RS. Dr. wahidin sudirohusodo Makassar karena terjadi
penurunan fungsi ginjal yang terjadi secara mendadak dan produksi urin dalam 24
jam hanya 100ml.
KATA KUNCI
A. DEFINISI
Gagal ginjal akut (GGA) adalah penurunan fungsi ginjal secara mendadak,
biasanya ditandai dengan peningkatan kosentrasi urea (azotemia) dan serum
kreatinin; oliguria (kurang dari 500 cc dalam 24 jam), hyperkalemia dan retensi
natruim. (Suharyanto & Majid, 2009)
B. ETIOLOGI
Berdasarkan etiologinya, GGA dibagi dalam 3 kategori :
1) GGA pre-renal
Merupakan gangguan fungsi ginjal karena hipoperfusi.
a) Volume sirkulasi berkurang karena pendarahan hebat,
pengeluaran husus seperti enteritis, muntah muntah, deorisis yang
banyak.
b) Tekanan darah menurun karena, renjatan (syok), miokard infark
yang luas, oprasi besar seperti oprasi terbuka. Pada keadaan
hipoperfusi ginjal terjadi oliguria visiologi, Na menurun, urea dan
kreatinin meningkat.
2) GGA renal (intrinsic)
Gangguan struktur dan funsional didalam ginjal mis:parenkin ginjal
rusak.
a) GGA pre renal yang berkepanjangan
b) Nekrosis tubular akut(NTA) sebagai akiba dari :
Hipotensi yang berkepanjangan ada pasca tindakan bedah
Hipofolemik dan infeksi pada pasien yang mengalami luka
bakar
Hipotensi akibat trauma berat
c) Infeksi oleh bakteri gram negative, meningokokus, malaria
falsifarum, dan leptospirosis.
d) Nefrotoksis yang disebabkan oleh obat obatan seperti rifenpisin,
antibiotic seperti amiloklikosan dan tetrasiklin.
e) Penyakit parenkin ginjl seperti; piolonefritis akut,
glomerulonephritis akut, nefritis interstitial akut, poli arthritis
nodusa
f) Sindrome hepatorenal.
3) GGA pos renal (opstruktif)
Gangguan yang terjadi akibat sumbatan aliran kencing yang disebabkan
oleh:
a) Optruksi didalam ginjal yang disebabkan oleh endapan asam urat,
Kristal sulfanamida dan kristal asam jengkol.
b) Opstruksi bilateral saluran kencing yang disebabkan oleh batu
saluran kencing, tumor ganas pada kandung kencing, kelenjar
prostat, kolon dan servik serta uterus
c) Fibrosis retroperitoneal.
d) Tindakan bedah yang disengaja untuk mengikat / memotong
ureter.
e) Opstruksi uretra yang disebabkan oleh hipertropi prostat, striktural
uretra dan kelainan katup uretra posterior. (Suharyanto & Majid,
2009)
C. PATOFISIOLOGI
Suatu hipotesis tentang pathogenesis GGA adalah kerusakan tubulus
yang menyebabkan tidak dapat menyeimbangkan sodium secara normal
sehingga mengaktifasi sistem renin-angiotensin-aldosteron. Kembalinya aliran
darah kerenal akibat peningkatan tonus arteri afferent dan efferent, sehingga
terjad iskemia yang menyebabkan peningkatan fasopresin, edema seluler,
menghambat sistensi prostaglandin yang berakibat pada terstimulasinya
sistem renninggiotessin. Penurunan aliran darah keginjal menyebabkan
penurunan tekanan glomelurus, rata rata filtrasi glomelurus, harus tubular
sehingga menimbulkan oliguria . selain itu ada teori yang mengemukakan
sampah sel dan protein di dalam tubulus menyumbat saluran tubulus sehingga
terjadi peningkatan tekanan intratubular. Hal ini mengakibatkan peningkatan
tekanan onkotik yang berlawnan dengan tekanan filtrasi hingga filtrasi
glomelurus berhenti. Penurunan aliran darah kerenal menyebabkan
berkurngnya peredaran oksigen ke tubulus prostimal. Hal ini menyebabkan
penurunan ATP (adenosimtrispospat) sel yang menimbulkan peningkatan
konsentrasi sitosolit dan kalsium mitokonria. Akibat dari kondisi ini berupah
kematian sel dan nekrosistubular. Nefropati vasomotor menyebabkan
terjadinya spasme kapiler peritubular yang berakibat pada kerusakan tubulus .
(Suharyanto & Majid, 2009)
D. MANIFESTASI KLINIS
tanda dan gejala pasien dengan GGA adalah terlihat sebagai seseorang yag
sakit berat dan letargi disertai mual, dan diare persistem. Akibatnya kulit dan
mukosa membran kering, nafas berbau urin (bau ureum) disertai manifestasi
gangguan sistem saraf pusat berupa: perasaan mengantuk, sakit kepalah, keram
otot. Selain itu ditemukan pengeluaran urine, mungkin berdarah, nafas pendek
disertai dengan dispnue dan memiliki berat jenis 1.010 (normal 1015-1025).
(Suharyanto & Majid, 2009)
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan diagnostic yang perlu dilakukan pada pasien GGA, adalah:
1) Pemeriksaan kreatini dan BUN (blood urine nitrogen) kadar BUN
meningkat; besarnya tergantung tingkat pemecahan protein, perfusi ginjal
dan intake protein, kadar kreatinin berhubungn dengan tingkat keparahan
keruskan glomelurus.
2) Pemeriksan kalium darah.
Katabolisme protein mengeluarkan potassium kedalam cairan tubuh
sehingga menyebabkan peningkatan kadar kalium serum (hyperkalemia).
Hyperkalemia dapat dapat menyebabkan distritmia dan henti jantung
3) Analisa gas darah
Asedosis metabolic sebagai akibat kegagalan ginjal mengeluarkan hasil
metabolism tubuh, sehingga meningkatkan keasaman dalam tubuh
4) Pemeriksaan elektrolit serum
Elektrolit serum menunjukkan peningkatan kalium, fosfor, kalsium,
magnesium, dan produk fosfor kalsium , dengan natrium serum rendah
5) Kadar Hb
Kadar Hb rendah (anemia) dan hematocrit dibawah rentang normal.
(Suharyanto & Majid, 2009)
F. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanan medis terhadap GGA tergantung pada proses penyakit,
tujuanya untuk memelihara keseimbangan kadar normal kimia dalam tubuh,
mencegah komplikasi memperbaiki jaringan ginjal dan mengembalikan fungsi
ginjal sebisa mungkin, penatalaksanan medic yang dapat dilakukan antara lain:
Dialysis ; ditunjukkan untuk mengoreksi abnormalitas kadar biokimia,
menyeimbangan cairan, protein, intake sodium, kecenderungan
perdarahan dan membantu penyembuhan luka.
Penatalaksanaan hyperkalemia
Memelihara keseimbangan cairan
Pemberian diuretic
Memberikan diet tinggi kalori rendah protein
Mengoreksi asidosis dan peningkatan fosfat
Monitoring selama fase pemulihan. (Suharyanto & Majid, 2009)
G. KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat terjadi pada GGA dapat berupa hyperkalemia,
pericarditis, uremia, efusi pleura dan asidosis. (Suharyanto & Majid, 2009)
H. DIAGNOSA BANDING
Definisi : Definisi :
Gagal ginjal akut (GGA) adalah Gagal ginjal kronis (GGK) atau
penurunan fungsi ginjal secara mendadak, penyakit ginjal tahap akhir
biasanya ditandai dengan peningkatan merupakan gangguan fungsi ginjal
kosentrasi urea (azotemia) dan serum yang progresif dan iireversibel
kreatinin; oliguria (kurang dari 500 cc dimana kemampuan tubuh gagal
dalam 24 jam), hyperkalemia dan retensi untuk mempertahankan metabolism
natruim. (Suharyanto & Majid, 2009) dan keseimbangan cairan dan
elektrolit, menyebabkan uremia
(retensi urea dan sampah nitrogen
lain dalam darah). (Suhartanto &
Majid, 2009)
Etiologi : Etiologi :
Berdasarkan etiologinya, GGA dibagi Menurut Brenner dan Lazarus
dalam 3 kategori : dalam Price dan Wilson (1997)
1) GGA pre-renal penyebab penyakit ginjal stadium
Merupakan gangguan fungsi terminal yang paling banyak di
ginjal karena hipoperfusi. New England adalah sebagai
c) Volume sirkulasi berikut :
berkurang karena 1) Glomerulonephritis (24%)
pendarahan hebat, 2) Nefropati (15%)
pengeluaran husus 3) Nefroklerosis hipertensif (9%)
seperti enteritis, 4) Penyakit ginjal polikistik (8%)
muntah muntah, 5) Pielonefritis kronis dan nefritis
deorisis yang banyak. interstisial (8%) (Suhartanto &
d) Tekanan darah Majid, 2009)
menurun karena,
renjatan (syok),
miokard infark yang
luas, oprasi besar
seperti oprasi terbuka.
Pada keadaan
hipoperfusi ginjal
terjadi oliguria
visiologi, Na menurun,
urea dan kreatinin
meningkat.
2) GGA renal (intrinsic)
Gangguan struktur dan
funsional didalam ginjal
mis:parenkin ginjal rusak.
a) GGA pre renal yang
berkepanjangan
b) Nekrosis tubular
akut(NTA) sebagai
akiba dari :
Hipotensi yang
berkepanjangan
ada pasca
tindakan bedah
Hipofolemik
dan infeksi
pada pasien
yang
mengalami luka
bakar
Hipotensi
akibat trauma
berat
c) Infeksi oleh bakteri
gram negative,
meningokokus, malaria
falsifarum, dan
leptospirosis.
d) Nefrotoksis yang
disebabkan oleh obat
obatan seperti
rifenpisin, antibiotic
seperti amiloklikosan
dan tetrasiklin.
e) Penyakit parenkin ginjl
seperti; piolonefritis
akut,
glomerulonephritis
akut, nefritis interstitial
akut, poli arthritis
nodusa
f) Sindrome hepatorenal.
3) GGA pos renal (opstruktif)
Gangguan yang terjadi akibat
sumbatan aliran kencing yang
disebabkan oleh:
a) Optruksi didalam
ginjal yang disebabkan
oleh endapan asam
urat, Kristal
sulfanamida dan kristal
asam jengkol.
b) Opstruksi bilateral
saluran kencing yang
disebabkan oleh batu
saluran kencing, tumor
ganas pada kandung
kencing, kelenjar
prostat, kolon dan
servik serta uterus
c) Fibrosis
retroperitoneal.
d) Tindakan bedah yang
disengaja untuk
mengikat / memotong
ureter.
e) Opstruksi uretra yang
disebabkan oleh
hipertropi prostat,
striktural uretra dan
kelainan katup uretra
posterior. (Suharyanto
& Majid, 2009)
Patofisiologi : Patofisilogi :
Suatu hipotesis tentang pathogenesis GGA Meskipun penyakit ginjal kronik
adalah kerusakan tubulus yang terus berlanjut, namun jumlah
menyebabkan tidak dapat solute yang harus diekskresi oleh
menyeimbangkan sodium secara normal ginjal untuk mempertahankan
sehingga mengaktifasi sistem renin- homeostasis tidaklah berubah,
angiotensin-aldosteron. Kembalinya aliran kendati jumlah nefron sudah
darah kerenal akibat peningkatan tonus menurun secara progresif. Dua
arteri afferent dan efferent, sehingga terjad adaptasi penting yang dilakukan
iskemia yang menyebabkan peningkatan oleh ginjal sebagai respon terhadap
fasopresin, edema seluler, menghambat ancaman ketidakseimbangan cairan
sistensi prostaglandin yang berakibat pada dan elektrolit.
terstimulasinya sistem renninggiotessin. 1) Sisa nefron yang ada
Penurunan aliran darah keginjal mengalami hipertrofi dalam
menyebabkan penurunan tekanan usahanya untuk
glomelurus, rata rata filtrasi glomelurus, mempertahankan seluruh beban
harus tubular sehingga menimbulkan kerja ginjal.
oliguria . selain itu ada teori yang 2) Terjadi peningkatan kecepatan
mengemukakan sampah sel dan protein di filtrasi, beban solute dan
dalam tubulus menyumbat saluran tubulus reabsorbsi tubulus dalam setiap
sehingga terjadi peningkatan tekanan nefron, meskipun GFR
intratubular. (Suharyanto & Majid, 2009) diseluruh massa nefron turun
dibawah normal.
Proses adaptasi ini dapat
berhasil apabila tingkat
kerusakan ginjal masih dibawah
75%. Akan tetapi apabila
kerusakan akan mencapai
sekitar 75%, maka kecepatan
filtrasi dan beban solute bagi
setiap nefron tinggi sehingga
keseimbangan glomerulus
tubulus tidak dapat lagi
dipertahankan. (Suhartanto &
Majid, 2009)
Masalah keperawatan :
- ketidakefektifan bersihan jalan napas
- risiko aspirasi
Tindakan :
Buka jalan napas dengan menggunakan chin lip dan jaw thrust
Bebaskan jalan napas dari benda asing
Pertahankan jalan napas
2) Breathing
Look : Nafas pendek, Takipnea, Dispnea, Peningkatan frekuensi
pernafasan, dan kusmaul
Listen : Suara napas tambahan seperti snoring, gurgling
Feel : Hembusan napas masih terasa tersengal-sengal.
Masalah keperawatan :
- Ketidakefektifan pola napas
- Gangguan pertukaran gas
- Ventilasi spontan
Tindakan :
Monitor tanda-tanda vital
Hindari gangguan pakaian yang ketat
Auskultasi suara nafas dan catat adanya suara tambahan
3) Circulation
Terdapat sianosis
Frekuensi nadi lemah
Tekanan darah abnormal (Hipotensi/hipertensi)
Disritmia jantung.
Edema jaringan umum (termasuk area periorbital mata kaki sakrum).
Pucat, kecenderungan perdarahan.
Masalah keperawatan :
- Gangguan sirkulasi spontan
- Penurunan curah jantung
- Defisit volume cairan
- Diare
- Resiko syok
Tindakan :
Monitor tanda-tanda vital
Kolaborasi : pemberian obat diuretic
4) Disability
Tingkat kesadaran composmentis :
A : Waspada
V : Berespon terhadap suara
P : Berespon terhadap nyeri
U : Responsif
Masalah keperawatan :
Tindakan :
Kaji skala nyeri
Tentukan lokasi nyeri
Kolaborasi : Pemberian obat analgesic
5) Exposure
Cek seluruh bagian tubuh yang mengalami kelainan atau abnormal
Tentukan hipotermia atau hipertermia
Masalah keperawatan :
- Hipertermia
- Hipotermia
Tindakan :
Pemberian kompres
Pertahankan suhu lingkungan
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidakefektifan pola nafas b/d hiperventilasi
2. Kelebihan volume cairan b/d kelebihan asupan natrium
3. Penurunan curah jantung b/d perubahan afterload
D. INTERVENSI KEPERAWATAN
Diagnosa Tujuan & kriteria hasil Intervensi (NIC)
(NOC)
Domain 4 : aktivitas/istirahat Setelah dilakukan manajemen jalan
Kelas 4 : respons
tindakan keperawatan nafas 3140:
kardiovaskular/pulmonal
selama 1x8 menit Posisikan pasien
Dx : ketidakefektifan pola
klien diharapkan untuk
nafas b/d hiperventilasi
Batasan karakteristik : mempertahankan memaksimalkan
penggunaan otot bantu
status pernafasan fentilasi
pernapasan
0415 : Auskultasi suara
penurunan kapasitas
041501 nafas, catat area
paru
frekuensi yang
penurunan tekanan
pernafasan fentilasinya
inspirasi
dari deviasi menurun atau
perubahan ekskursi
berat (1) tidak ada dan
dada
menjadi adanya suara
Pola nafas abnormal
deviasi ringan tambahan
(irama, frekuensi,
(4) Posisikan untuk
kedalaman)
041502 irama meringankan
pernafasan dari sesak nafas
deviasi berat Monitor status
(1) menjadi pernafasan dan
deviasi ringan oksiginasi,
(4) sebagai mana
041503 mestinya
kedalaman
inspirasi dari
deviasi berat
(1) menjadi
deviasi ringan
(4)
041532
kepatenan
jalan nafas dari
deviasi berat
(1) menjadi
deviasi ringan
(4)
041507
kapasitas vital
041510
penggunaan
otot bantu
nafas dari
deviasi berat
(1) menjadi
deviasi ringan
(4)
Brunner, & Sudarth. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi, 8. Jilid 2. Jakarta:
EGC.
Suharyanto, T., & Majid, A. (2009). Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Gangguan
Sistem Perkemihan. Jakarta: Trans Info Media.