Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Seiring meningkatnya ilmu pengetahuan dan teknologi serta era globalisasi
dan arus informasi yang sangat pesat, serta lingkungan yang padat
menimbulkan perubahan kesehatan pada manusia baik fisik, mental, spiritual
dan sosial. Individu yang tidak dapat beradaptasi terhadap perubahan yang
terjadi, maka akan menimbulkan gangguan kesehatan baik fisik maupun
psikologi (Depkes RI, 2000).
1
2
orang, data tersebut berdasar riset kesehatan dasar, menurut riset itu, jumlah
penduduk Indonesia yang terkena gangguan jiwa berat mencapai 1-3 persen
diantara total penduduk, jika penduduk indonesia diasumsikan sekitar 200
juta, 3 persen dari jumlah itu adalah 6 juta orang. Sementara di DKI Jakarta
angka kecenderungan kejadian gangguan kejiwaan adalah 1 persen dari
jumlah penduduknya, sehingga jika jumlah penduduk Jakarta 9 juta orang
maka terdapat 9.000 orang yang menderita gangguan jiwa
(www.pdpersi.co.id).
B. Tujuan penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk mendapatkan gambaran tentang penerapan proses keperawatan
pada klien Tn D dengan halusinasi pendengaran di ruang sipiso-piso
Rumah Sakit JiwaProf Dr. Muhammad Ildrem.
2. Tujuan Khusus
a. Dapat melakukan pengkajian analisa data, merumuskan masalah
keperawatan, membuat pohon masalah, menetapkan pohon masalah,
menetapkan diagnosa keperawatan pada Tn Ddengan halusinasi
pendengaran di ruang sipiso-piso Rumah Sakit Jiwa Prof Dr.
Muhammad Ildrem.
b. Dapat menyusun rencana tindakan keperawatan untuk memenuhi
kebutuhan klien dan mengatasi masalah klien.
c. Dapat mengimplementasikan rencana tindakan keperawatan yang
nyata sesuai dengan diagnosa yang telah ditegakkan.
d. Dapat menilai hasil (mengevaluasi) tindakan keperawatan yang telah
dilakukan.
e. Dapat melakukan pendokumentasian asuhan keperawatan.
4
C. Ruang lingkup
Pada makalah ini hanya akan membahas tentang Asuhan keperawatan dengan
gangguan persepsi halusinasi pendengaran.
D. Metode penulisan
Dalam punulisan makalah ilmiah, penuli menggunakan metode deskriptif
yaitu metode ilmiah yang bersifat mengumpulkan data, menganalisa serta
menarik kesimpulan yang selanjutnya akan di sajikan dalam bentuk narasi dan
tabel yang akan menjadi bahan pembahasan.
E. Sistematika penulisan
Adapun sestematika penulisan makalah ilmiah ini adalah terdiri dari : BAB I
pendahuluan yang meliputi latar belakang, tujuan penulisan, ruang lingkup,
metode penilisan dan sistematika penulisan, BAB II Tinjauan teori yang
meliputi pengertian, psikodinamika (etiologi, jenis-jenis,tahap-
tahap,komplikasi),rentang responn dan askep yang meliputi
(pengkajian,diagnose,perencanaan, pelaksanaan, evaluasi), BAB III Tinjauan
kasus yang membahas tentang pengkajian, diagnosa keperawatan,
perencanaan, tindakan keperawatan dan evaluasi. BAB IV kesimpulan dan
saran.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
Halusinasi adalah merupakan ketidakmampuan individu dalam
mengidentifikasi dan menginterpretasikan stimulus sesuai dengan yang di
terima melalui panca indra ( Dep. Kes. RI 2000 ). Halusinasi adalah gangguan
persepsi tentang suatu objek atau gambaran dan pikiran yang saling terjadi
tanpa adanya rangsangan dari luar yang dapat meliputi semua system
pengindraan. Menurut ( Ermawati Dalami , S.Kp 2009).
Halusinasi adalah persepsi yang salah atau yang palsu tetapi tidak ada
rangsangan yang menimbulkan atau tidak ada objek. (Drs. Sunardi 2005
dalam Ermawati Dalami , S.Kp 2009 hal 18). Halusinasi merupakan suatu
kelompok reaksi psikotik yang mempengaruhi berbagai area fungsi individu,
termasuk berpikir dan berkomunikasi menerima dan menginterpretasikan
realita merasakan dan mewujudkan emosi, dan berprilaku dengan sikap yang
dapat di terima secara sosial (Ann Isaacs 2004 hal 15).
B. Etiologi
Menurut stuart ( 2007) faktor penyebab terjadinya halusinasi adalah:
1. Faktor Predisposisi
a. Biologis
Abnormalitas perkambangan syaraf berhubungan dengan respon
neorologis yang maladaftif baru mulai dipahami, ini ditunjukkan oleh
penelitian-penelitian sebagai berikut:
1) penelitian pencitraan otak sudah menunjukan keterlibatan otak
yang lebih luas dalam perkembangan skizofrenia
2) beberapa zat kimia diotak seperti dopamin neorotransmiter yang
berlebihan.
3) pembesaran ventrikel dan penurunan massa kortikal menunjukan
terjadinya atropi yang signifikan pada otak manusia.
5
6
b. Psikologis
Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi
respon dan kondisi psikologis klien. Salah satu sikap atau keaadan
yang dapat mempengaruhi gangguan orientasi realitas adalah
penolakan atau tindakan kekerasan dalam rentang hidup klien.
c. Sosial Budaya
kondisi ini mempengaruhi gangguan orientasi realita seperti :
kemiskinan, perang, kerusuhan, bencana alam dan kehidupan yang
terisolasi
2. Faktor Presipitasi
secara fisik klien dengan gangguan halusinasi timbul gangguan setelah
adanya hubungan yang bermusuhan, tekanan, isolasi, perasaan tidak
berguna, putus asa dan tidak berdaya. Penilaian induvidu terhadap stressor
dan maslah koping dapat mengindikasi kemungkinnan kekambuhan
(kelliat,2006).
Faktor presipitasi terjadinya gangguan halusinasi adalah :
a. Biologi
dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang mengatur proses
informasi serta abnomalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak
akibat ketidakmampuan untuk secara selektif menanggapi stimulus
yang diterima oleh otak untuk diinterpretasikan.
b. Stress Lingkungan
Ambang toleransi terhadap sress yang berinteraksi terhadap stresor
lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan prilaku.
c. Sumber Koping
Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi
stressor.
7
D. Psikodinamika
1. Etiologi
Gambaran otak karena keracunan, obat halusinogeni, gangguan jiwa
seperti emosi tertentu dapat mengakibatkan ilusi, psikosis yang dapat
menimbulkan persepsi berbeda atu orang yang berasal dari sosial budaya
yang berbeda.
2. Proses
Halusinasi terjadi apabila yang bersangkutan mempunyai kesan tertentu
tentang sesuatu, padahal kenyataan tidak terdapat rangsangan apapun atau
8
3. Jenis–jenis halusinasi
Jenis- jenis halusinasi menurut Stuart and Sundeen dalam Ermawati
Dalami, S.Kp 2009 hal 19 adalah :
a. Halusinasipendengaran (Auditori )
Halusinasi yang seolah-olah mendengar suara, paling sering suara
orang. Suara dapat berkisar dari suara yang sederhana sampai suara
orang yang berbicara mengenai klien, klien mendengar orang sedang
membicarakan apa yang sedang dipikirkan oleh klien dan memerintah
untuk melakukan suatudan kadang-kang melakukan yang yang bahaya.
b. Halusinasi penglihatan (Visual )
Halusinasi yang merupakan stimulus penglihatan dalam bentuk
pancaran cahaya, gambaran geometris, gambar kartun dan atau
panorama yang luas dan kompleks. Penglihatan dapat berupa seseatu
yang menyenagkan.
c. Halusinasi penghidu ( Alfaktori )
Halusinasi yang seolah-olah mencium bau busuk, amis atau bau yang
menjijikan seperti darah, urin atau feses. Halusinasi penghidu
khususnya berhubungan dengan stroke, tumor, kejang dan dimensial.
d. Halusinasi pengecap ( gustatori )
Halusinasi yang seolah-olah merasakan suatu yang busuk, amis dan
menjijikan seperti, darah, urin feses.
e. Halusinasi peraba ( tartil )
Halusinasi yang seolah-olah mengalami rasa sakit atau tidak enak
secara stimulus yang terlihat. Merasakan sensasi listrikdatang dari
tanah, benda mati atau orang lain.
9
4. Fase Halusinasi
Menurut tim kesehatan jiwa fakultas kedoktreran universitas Indonesia
fase-fase halusinasi tahun (2009 hal 20), karakteristik dan perilaku yang di
tampilkan oleh klien yang mengalami halusinasi adalah :
a. Fase I
Memberi nyaman tingkat ansietas sedang secara umum halusinasi
merupakan suatu kesenangan.
Karakteristik (non verbal )
1) Mengalami ansietas,kesepian, rasa bersalah dan ketakutan.
2) Mencoba berfokus pada pikiran yang dapat menghilangkan
ansietas.
3) Pikiran dan pengalaman sensori masih ada dalam kontrol
kesadaran.
Perilaku klien
1) Tersenyum atau tertawa sendiri
2) Menggerakkan bibir tanpa suara
3) Pergerakan mata yang cepat
4) Respon verbal yang lambat
5) Diam dan berkonsentrasi
b. Fase II
1) Menyalahkan
2) Tingkat kecemasan berat secara umum halusinasi menyebabkan
rasa antipasti
Perilaku klien
1) Terjadi peningkatan denyut jantung, pernapasan dan tekanan darah
2) Perhatian dengan lingkungan berkurang
3) Konsentrasi terhadap pengalaman sensorinya
4) Kehilangan kemampuan membedakan halusinasi dengan realitas
c. fase III
1) Mengontrol
2) Tingkat kecemasan berat
3) Pengalaman sensori ( halusinasi ) tidak dapat di tolak
Karakteristik (psikotik )
1) Klien menyerah dan menerima pengalaman sensorinya (halusinasi)
2) Isi halusinasi menjadi atraktik
3) Kesepian bila pengalaman social berakhir
Perilaku klien
1) Perintah halusinasi di tandai
2) Sulit berhubungan dengan orang lain
3) Perhatian dengan lingkungan kurang atau hanya beberapa detik
4) Tidak tau mengikuti perintah dari perawa, tampak tremor dan
berkeringat
d. Fase IV
Menguasai tingkat kecerdasan, panik secara umum, diatur dan di
pengaruhi oleh halusinasi.
Karakteristik (psikotik)
1) Pengalaman sensori menjadi mengancam
2) Halusinasi dapat menjadi beberapa jam atau beberapa hari
11
Perilaku klien
1) Perilaku panik
2) Potensial untuk bunuh diri atau membunuh
3) Tindak kekerasan agitasi, menarik atau katatonik
5. Komplikasi
a. Muncul perilaku untuk mencederai diri sendiri dan lingkungan, yang di
akibatkan dari persapsi sensori palsu tanpa adanya stimulis eksternal.
b. Klien dengan halusinasi mengisolasi dirinya dengan orang lain karena
tidak peka terhadap sesuatu yang nyata dan tidak nyata.
E. Rentang respon
Halusinasi merupakan salah satu respon maladatif individu yang berada
dalam rentang respon neurobiologi.
1. Pikiran logis : yaitu ide yang berjalan secara logis dan koheren.
2. Persepsi akurat : yaitu proses diterimanya rangsang melalui panca indra
yang didahului oleh perhatian (attention) sehingga individu sadar tentang
sesuatu yang ada di dalam maupun diluar dirinya.
3. Emosi konsisten : yaitu manifestasi perasaan yang konsisten atau afek
keluar di sertai banyak banyak komponen fisiologik dan biasanya
berlangsung tidak lama.
4. Perilaku sesuai : perilaku individu berupa tindakan nyata dalam
penyelesaian masalah masih dapat diterima oleh norma-norma sosial dan
budaya umum yang belaku.
5. Hubungan sosial harmonis : yaitu hubungan yang dinamis menyangkut
hubungan antar individu dan individu, individu dan kelompok dalam
bentuk kerja sama.
6. Proses pikir kadang tergantung (ilusi): yaitu menifestasi dari persepsi
implus eksternal melalui alat panca indra yang memproduksi gambaran
sensorik pada area tertentu diotak kemudian diinterpretasi sesuai dengan
kejadian yang telah dialami sebelumnya.
12
F. Penatalaksanaan
1. Penatalaksaan pada pasien halusinasi dengan cara:
a. Menciptakan lingkungan yang terapeutik
Untuk mengurangi tingkat kecemasan, kepanikan dan ketakutan klien
akibat halusinasi, sebaiknya pada permulaan pendekatan dilakukan
secara individual dan usahakan agar terjadi kontak mata, kalau bisa
pasien disentuh atau dipegang. Pasien jangan di isolasi baik secara
fisik atau emosianoal. Setiap perawat masuk kekamar atau mendekati
klien, bicara dengan klien. Begitu juga bila akan meninggalkannnya
hendaknya klien diberitahu. Klien diberitahu tindakan yang akan
dilakukan. Diruangan itu hendaknya disediakan sarana yang dapat
13
2. Farmako :
a. Anti Psikotik
1) Cholorpromazine (Promaticle, Largactile)
2) Haloperidol (Haldol, Serenace, Lodomer)
3) Stelazine
4) Clozapine (Clorazil)
5) Risperidone (Rispeldal)
b. Anti Parkinson
1) Trihexyphenidile
2) Arthan
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. pengkajian
Tn.D berusia 29 tahun sudah berulang kali masuk Rumah Sakit Jiwa Prof.
Muhammad Ildrem Provinsi Sumatera Utara. Keluhan utama sebelum masuk
rumah sakit yaitu klien sering mendengar suara bisikan yang tidak jelas seperti
“Suara-suara ingin mengambil nyawanya dan bisikan bisikan lain”, sehingga
klien mengamuk, marah, gelisa dan mencederai dirinya sendiri. Klien
mengatakan suara itu datang setiap klien setiap saat dan melamun, terkadang 5
x/hari suara itu datang.Pengkajian dilakukan pada agustus 2017 jam 10.30
WIB penulis melakukan studi kasus dengan gangguan persepsi : sensori
halusinasi pendengaran pada Tn. Sdi ruangan sipiso-piso Rumah Sakit Jiwa
Prof Muhamammad Ildrem Sumatra Utara, di dapatkan data sebagai berikut.
1. Identitas
Identitas klien
Nama : Tn. D
Umur : 29Tahun
Jenis Kelamin : laki-laki
Agama : Kristen
Pendidikan : SMP
Alamat : Lumban Ratus Kec. Tano Tombangan Angkola
Tapanuli Selatan
Tanggal masuk : 02 April 2017 Jam : 00.10 WIB
No RM : 03.51.87
Diagnosa medik : Skizofrenia paranoid
B. Alasan Masuk
Klien bicara sendiri, menyendiri, marah-marah, sering menangis, dan menjerit
.
C. Faktor Predisposisi
15
16
Faktorpredisposisikliensebelumnyapernahmengalamigangguanjiwadan tahun
ini adalah kelima kalinya kali di rawat di RumahSakitJiwa Prof, Dr.
Muhammad IldremProvinsi Sumatera Utara,
pengobatankurangberhasilkarenaklientidakteratur minumobat,
Keluargaklientidakada yang
pernahmengalamigangguanjiwadanklientidakmempunyaipengalaman yang
tidakmenyenangkan.
D. Pemeriksaan Fisik
Klientidakmemilikikeluhanfisik, saatdilakukanpemeriksaantanda-tanda vital,
didapatkanhasilTD : 120/70 mmHg ; N : 80x/i ; S : 36oC ; P : 18 x/i.
Klienmemiliki TB: 160 cm dan BB: 46 kg.
E. Psikososial
Padapsikososialkhususnya genogram
klienmerupakankeempatdari5bersaudaradanklientinggalserumahdengankedua
orangtuanya.Klien belum menikahdanmemiliki1 orang saudara perempuan
dan 3 saudara laki-laki.
Genogram
17
Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Klien
: Garis perkawinan
: Tinggal dalam satu rumah
: Laki laki meninggal
: Perempuan meninggal
1. Konsep diri
a. Gambaran diri : Klien mengatakan biasa saja tentang tubuhnya .
b. Identitas Diri : klien mengatakan ingin cepat sembuh dan segera
berkumpul dengan keluarganya
c. Peran Diri: klien merupakan seorang anak dalam keluarga.
d. Ideal diri: Klien berharap lekas sembuh dan dapat berkumpul
dengan anggota keluarga nya
e. Harga diri: Klien merasa kurang berarti di keluarganya karena
dirawat di rumah sakit jiwa
Masalah Keperawatan: Gangguan Konsep Diri : Harga diri rendah
2. Hubungan Sosial
a. Orang yang berarti: orang tua
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok / masyarakat : Sebelum
dirawat jarang ikut kegiatan-kegaitan di masyarakat, dan jarang
mengikuti kegiatan ibadah
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain: Klien malu
karena diejek dirawat di rumah sakit jiwa dan dikucilkan oleh orang
lain
Masalah keperawatan: Isolasi Sosial
18
3. Spiritual
Nilai dan keyakinan : Klien menganut agama Kristen dan percaya pada
tuhannya
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah
F. Status Mental
1. Klien berpenampilan rapi, rambut rapi, mandi dan berganti pakaian bisa
sendiri
Masalah Keperawatan: Tak ada masalah
2. Klien bicara lambat dan bicara ngawur
Masalah Keperawatan: Perubahan komunikasi verbal
3. Klien tampak lesu dan tidak bersemangat
Masalah keperawatan: Intoleransi aktivitas
4. Klien merasa sedih dan merasa diasingkan oleh keluarga
Masalah Keperawatan: Harga diri rendah
5. Klien mampu bereaksi sesuai dengan stimulus yang terjadi
Masalah Keperawatan: Tidak ada masalah
6. Selama proses interaksi, klien cukup kooperatif serta kontak mata baik
antara perawat-klien
Masalah Keperawatan: Tidak ada masalah
7. Klien mengalami halusinasi penglihatan yaitu melihat bayang-bayangan
yang tidak bisa di jelaskan klien.
Masalah Keperawatan:Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi
Penglihatan
8. Klien mengutarakan pendapat dengan baik
Masalah keperawatan: Tidak ada masalah
9. Klien menyampaikan isi pikir sesuai dengan pertanyaan
Masalah keperawatan: Tidak ada masalah
10. Klien dalam keadaan sadar (Composmentis) serta memiliki orientasi yang
baik terkait orang, tempat, waktu.
Masalah Keperawatan: Tidak ada masalah
19
11. Klien mampu mengingat hal-hal yang terjadi di masa lalu seperti pernah
dirawat di rumah sakit jiwa
Masalah Keperawatan: Tidak ada masalah
12. Klien masih dapat berkonsentrasi dalam hitungan sederhana
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah
13. Klien belum mampu mengambil keputusan mandiri
Masalah Keperawatan: Tidak ada masalah
14. Daya tilik diri yakni klien menyadari bahwa dirinya mengalami gangguan
jiwa halusinasi dan ingin segera sembuh
Masalah Keperawatan: Tidak ada masalah
G. Mekanisme Koping
Klien masih ingin berbicara dengan orang lain
Masalah Keperawatan: Tidak ada masalah
3. BAB / BAK
Klien BAB 2 kali sehari dan BAK 4-6 kali sehari. Klien melakukan sendiri
tanpa bantuan.
4. Mandi
Klien mandi 2 kali sehari tiap pagi dan sore dengan memakai sabun,
menggosok gigi setiap mandi dan dua hari sekali keramas.
5. Berpakaian
Klien mampu memakai pakaian sendiri tanpa bantuan, klien berpakaian
cukup rapi.
6. Istirahat / Tidur
Klien dapat istirahat cukup dan tidur selama kurang lebih 8 jam tiap
harinya, pada siang hari Tn.D tidur kurang lebih 1 jam dan tidur malam
dari jam 21.00 wib sampai 05.25 wib, saat tidur malam terkadang Tn.D
terbangun karena mendengar suara-suara.
7. Penggunaan Obat
Klien minum obat 2 kali sehari (pagi dan sore). Klien minum obat sesuai
dosis dan anjuran yang telah ditentukan oleh dokter secara rutin dan
teratur.
K. Mekanisme Koping
Jika klien mendapatkan masalah klien lebih memilih untuk memendamnya
sendiri (menyendiri) dengan alasan malu menceritakan masalahnya kepada
orang lain.
M. Analisa Data
NO. DATA MASALAH
1 DS : Perubahan Persepsi Sensori
- Klien mengatakan “Saya suka Halusinasi Pendengaran
mendengar suara-suara, kadang-
kadang suara orang yang menyuruh
saya untuk mati. Suara-suara itu
muncul kadang-kadang 2 – 3 kali
dalam 1 minggu biasanya muncul
kalo saya lagi menyendiri dan
melamun, lama suara itu ± 7 menit“.
DO:
- Klien tampak bingung.
- Mulut komat-kamit.
- Klien kadang bicara sendiri.
- Klien mondar-mandir.
- Koping maladaptif.
2 DS : Isolasi sosial : Menarik diri
- Klien mengatakan tidak suka
berkumpul dengan teman-temannya
maupun perawat yang ada ruangan.
- DO :
- Klien terlihat acuh dengan
lingkungan sekitar
- Klien terlihat lebih suka
menyendiri di kamarnya dan
melamun.
- Kontak mata kurang.
3 DS : Resiko mencederai diri, orang lain
dan lingkungan
- Klien mengatakan “Saya merasa
terganggu jika mendengar suara-suara
itu, saya juga jengkel dan rasanya
ingin melempar barang-barang kalau
suara-suara itu muncul “.
- Klien mengatakan sebelum
dibawa kesini klien marah-marah dan
melempar gelas dan piring.
DO:
- Klien bicara kacau
- Klien marah-marah tanpa sebab.
- Pandangan mata tajam, tidak
fokus, kontak mata kurang.
- Nada suara cepat dan tinggi
22
N. ASPEK MEDIS
1. Diagnosa Medik :Skizofrenia paranoid
2. Terapi Medis :Terapi farmakologi
O. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan Persepsi : Sensori Halusinasi
2. Isolasi Sosial : Menarik diri
3. Resiko Mencederai Diri Sendiri, Orang Lain Dan Lingkungan.
P. PohonMasalah
ResikoPerilakuKekerasan
Isolasisosial
KopingKeluargaInefektif
HargaDiriRendah
23
Q. Rencana Keperawatan
Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
1. Ganggu setelah dilakukan Sp I sebagai data
an tindakan keperawatan - Bina hubungan saling dasar intervensi
sensori selama proses percaya selajutnya
prepsi keperawatan masalah - Bantu pasien mengenal - Latihan
halusin klien dapat teratasi halusinasi (isi,waktu dilakukan
asi dengan kriteria hasil : frekuensi, situasi pencetus , disaat tanda
penden - Klien mampu persaaan saat terjadi dan gejala
garan mengenal halusinasi muncul
halusinasi yang - -latih klien dengan cara sehingga
dialamimnya menghardik, tahapan dengan cara
- Mampu mengotrol tindakan meliputi . ini klien
halusinasinya 1. Jelaskan cara menghardik. dapat
2. Peragakan cara mengotrol
meneghardik halusinasi.
a. Minta klien pergerakan - Mengetahui
tulang hasil sp I
b. Pantau penerapan cara lain
berikan motivasi
c. Masukan dalam kegiatan
klien
Setelah petemuan SP II - menegetahui
pasien klien mampu : - evaluasi kegiatan yang lalu hasi SP I
- menyebutkan (SP I) -
kegiatan yang - latihan berbicara atau
telah dilakukan bercakap cakap dengan
- memperankan cara orang lain saat halusinasi
bercakap- capak muncul
dengan orang lain - masukan dalam jadwal
kegiatan klien
setelah pertemuan SP III - Menegenal
pasien mampu : - evaluasi kegiatan yang SP I dan II
- Meneyebutkan lalu ( SP I sp II ) - Membantu
kegitan yang - latihan kegiatan agar dalam
dilakukan halusinasi tidak muncul mengeetrol
- Mampu tahapan : halusinasi
menjadwal 1. jelaskan pentingnya sehari hari
kegiatan sehari- aktivitas yang teratur melalui
hari dan mampu untuk mengatasi aktivitas
memeperagakan. halusinasi rutin
2. diskusi akitivitas yang - Melatih
dilakukan klien klien untuk
3. latih klien melakukan menyusun
aktivitas jadwal
4. susun jadwal aktivitas aktivitas
sehari-hari sesuai dengan
aktivitas yang telah
24
Hari Kedua
No. Tanggal/Jam IMPLEMENTASI EVALUASI
Dx
1. 04/09/2017 SP 2 Halusinasi S:
10.00 WIB 1. Melakukan BHSP dengan
klien dan mengingatkan - Klien mengatakan
kembali nama penulis. perasaanya hari ini senang
2. Menanyakan tentang bertemu lagi dengan
perasaan klien. perawat.
3. Menanyakan pada klien - Klien mengatakan “Saya
apakah halusinasinya suka mendengar suara-
masih muncul. suara, kadang-kadang suara
4. Validasi jenis, isi, waktu, orang yang menyuruh saya
frekuensi, situasi dan untuk mati. Suara-suara itu
respon klien terkait muncul kadang-kadang 2
halusinasinya. kali dalam 1 hari biasanya
5. Mengevaluasi cara muncul kalau saya lagi
mengontrol halusinasi menyendiri dan melamun,
dengan cara pertama lama suara itu ± 7 menit“.
yang sudah diajarkan dan - Klien mengatakan kalau
mengevaluasi jadwal kemarin sudah diajarkan
kegiatan harian klien. bagaimana cara untuk
6. Melatih klien mengontrol menghardik halusinasi.
halusinasi dengan cara - Klien mengatakan setelah
yang kedua yaitu menghardik suara-suara
bercakap-cakap bersama yang didengarnya itu
orang lain. hilang.
7. Memberi kesempatan - Klien mengatakan mau
kepada klien untuk diajari cara mengontrol
mempraktekan cara halusinasi dengan
bercakap-cakap dengan menemui orang lain untuk
orang lain. bercakap-cakap dan mau
8. Memberikan mempraktekanya.
reirforcement positif O:
kepada klien.
9. Melakukan evaluasi - Klien kooperatif
terhadap perasaan klien - Klien mau melakukan
setelah latihan kontak mata dengan
mengontrol halusinasi perawat.
dengan cara yang kedua - Klien mampu mengajak
yang telah diajarkan. bercakap-cakap dengan
10. Memasukan latihan cara perawat meskipun hanya
mengontrol halusinasi sebentar.
dengan cara menemui - Klien mau memasukan
orang lain untuk diajak kedalam jadwal harian.
bercakap-cakap kedalam A:
jadwal kegiatan harian - SP 2 halusinasi tercapai.
klien. P:
27
Klien :
- Motivasi klien utuk
segera menemui perawat
atau klien lain dan
bercakap-cakap jika
halusinasinya muncul.
Perawat :
- Evaluasi SP2P
Halusinasi
- Perawat selalu siap
ketika klien mengajak
bercakap-cakap saat
halusinasinya muncul.
- Lanjut SP3P Halusinasi
28
BAB IV
PEMBAHASAN
Berdasarkan asuhan keperawatan pada Ny.N dengan Gangguan Persepsi : Sensori
Halusinasi
pendengaran yang dilaksanakan di Ruang Sipiso-piso Rumah Sakit jiwa daerah
medan selama 5 hari dari tanggal 30 agustus – 04 september 2017, pada bab ini
penulis akan membahas seluruh tahapan proses keperawatan yang terdiri dari
pengkajian, diagnosa, keperawatan, intervensi, implementasi dan evaluasi
keperawatan.
A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses keperawatan
yang terdiri atas pengumpulan data dan perumusan kebutuhan, atau masalah
klien. Pengumpulan data pengkajian meliputi aspek identitas klien, alasan
masuk, faktor predisposisi, fisik, psikososial, status mental, kebutuhan
persiapan pulang, mekanisme koping, masalah psikososial lingkungan,
pengetahuan, dan aspek medik (Keliat, 2006). Dalam pengumpulan data
penulis menggunakan metode wawancara dengan Tn.W, observasi langsung
terhadap kemampuan dan perilaku Tn. Sserta dari status Tn.W. Selain itu
keluarga juga berperan sebagai sumber data yang mendukung dalam
memberikan asuhan keperawatan pada Tn.W, namun pada saat pengkajian
tidak ada anggota keluarga Tn. Syang menjenguknya, sehingga penulis tidak
memperoleh informasi dari pihak keluarga.
Dari hasil pengkajian pada Tn. Sdidapatkan data Tn. Ssuka bicara sendiri,
menyendiri, dan sering melamun. Dalam pengkajian pola fungsional
difokuskan pada pola persepsi Tn.W, didapatkan data bahwa
Tn.Wmengalami halusinasi pendengaran. Tn. S mendengar Saya suka
mendengar suara-suara. kadang-kadang suara orang yang menyuruh saya
untuk mati. suara-suara itu muncul kadang-kadang 2 sampai 3 kali sehari,
klien mendengar suara itu saat dia melamun, sendirian dan malam hari. Lama
suara-suara itu kurang lebih 7 menit. Saat klien mendengar suara-suara itu
klien merasa takut, cemas dan sangat mengganggu. Keluarga klien
29
mengatakan klien sudah 3 kali dirawat di Rumah Sakit Jiwa, klien merupakan
orang yang mudah tersinggung, klien mempunyai beberapa masalah yang
kurang menyenangkan.
Dari perbandingan data menurut teori dan data yang ditemukan pada klien
tidak muncul adanya kesenjangan dimana seperti yang dijelaskan dalam teori
bahwa gangguan halusinasi dipengaruhi oleh pengalaman-pengalaman
psikologis seseorang.
Upaya yang dilakukan penulis untuk mengatasi kendala diatas adalah penulis
melakukan validasi kepada perawat ruangan dan melihat buku status klien.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Berdasarkan pengkajian pada Tn. Ssecara garis besar ditemukan data
subyektif dan data obyektif yang menunjukan karakteristik Tn. W dengan
diagnosa gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran yang ditandai
dengan data subyektif Tn. Smengatakan mendengarSaya suka mendengar
suara-suara, kadang-kadang suara orang yang menyuruh saya untuk mati,
suara-suara itu muncul kadang-kadang 2 sampai 3 kali sehari, Tn.
Smendengar suara itu saat dia melamun, sendirian dan malam hari.
Sedangkan data obyektif yang didapatkan, Tn. Stampak bingung, mondar-
30
mandir, sering bicara sendiri dan koping maladaptif, dimana klien suka
menyendiri jika ada masalah. Hal ini yang menjadi dasar bagi penulis untuk
mengangkat diagnosa tersebut.
Pada studi kasus yang dilakukan oleh Aji, (2012) pada Tn.Edidapatkan
diagnosa keperawatan yang muncul sebagai prioritas utama adalah gangguan
persepsi sensori : halusinasi pendengaran. Data yang memperkuat diagnosa
gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran diperoleh data
subyektif yaitu klien mengatakan mendengar suara orang batuk yang
membuat klien susah tidur, suara itu muncul sehari 1 kali selama 3 menit.
suara itu muncul pada malam hari saat klien tidur dan klien merasa jengkel
jika mendengar suara tersebut. Sedangkan data obyektif yang didapatkan
yaitu klien tampak bingung, mondar-mandir, sering berbicara sendiri,
konsentrasi kurang, dan koping maladaptif, dimana klien suka menyendiri
atau menghindar jika ada masalah.
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
Rencana keperawatan yang penulis lakukan pada Tn. Sdengan gangguan
persepsi sensori : halusinasi pendengaran yaitu dengan tujuan umum (TUM)
agar klien dapat mengontrol halusinasi yang dialaminya. Dan dengan lima
tujuan khusus (TUK) gangguan persepsi sensori halusinasi pendengaran,
antara lain : tujuan khusus pertama (TUK 1), klien dapat membina hubungan
saling percaya. Rasional dari tindakan yang dilakukan yaitu hubungan saling
percaya sebagai dasar interaksi terapeutik antara perawat dan klien. Tujuan
khusus kedua (TUK 2), klien dapat mengenal halusinasinya dari situasi yang
menimbulkan halusinasi, isi, waktu, frekuensi halusinasi, dan respon klien
terhadap halusinasinya. Rasional dari tujuan kedua adalah peran serta aktif
klien sangat menentukan efektifitas tindakan keperawatan yang dilakukan.
Tujuan khusus ketiga (TUK 3), klien dapat melatih mengontrol halusinasinya,
dengan berlatih cara menghardik halusinasi, bercakap-cakap dengan orang
lain, dan mengalihkan halusinasinya dengan beraktivitas secara terjadwal.
Pada study kasus yang dilakukan oleh Aji, (2012) pada Tn. E intervensi yang
dilakukan yaitu dengan tujuan umum (TUM) agar klien dapat mengontrol
33
halusinasi yang dialaminya. Dan dengan lima tujuan khusus (TUK) gangguan
persepsi sensori halusinasi pendengaran, antara lain : tujuan khusus pertama
(TUK 1), klien dapat membina hubungan saling percaya. Tujuan khusus
kedua (TUK 2), klien dapat mengenal halusinasinya dari situasi yang
menimbulkan halusinasi, isi, waktu, frekuensi halusinasi, dan respon klien
terhadap halusinasinya. Tujuan khusus ketiga (TUK 3), klien dapat melatih
mengontrol halusinasinya, dengan berlatih cara menghardik halusinasi,
bercakap-cakap dengan orang lain, dan mengalihkan halusinasinya dengan
beraktivitas secara terjadwal. Tujuan khusus keempat (TUK 4), klien dapat
dukungan keluarga dalam mengontrol halusinasi. Tujuan khusus kelima
(TUK 5), klien dapat memanfaatkan obat untuk mengontrol halusinasi.
D. IMPLEMENTASI
Implementasi yang penulis lakukan pada Tn. Sdengan gangguan persepai
sensori : halusinasi pendengaran antara lain : pada tanggal 30 agustus 2017
pukul 10.30 WIB, penulis melakukan strategi pelaksanaan 1 yaitu mengenal
halusinasi pada Tn.W, menjelaskan cara mengontrol halusinasi, dan
mengajarkan cara pertama mengontrol halusinasi dengan menghardik
halusinasi. Tn. Sdilatih untuk mengatakan tidak terhadap halusinasi yang
muncul atau tidak memperdulikan halusinasi. Kemudian memberikan
reirforcement kepada Tn. Sapabila Tn. Sberhasil mempraktekan cara
menghardik halusinasi. Respon Tn. Smampu mengenal halusinasinya dan
mau menggunakan cara menghardik saat halusinasinya muncul.
34
Pada studi kasus yang dilakukan oleh Aji, (2012) pada Tn. E implementasi
yang dilakukan pada pertemuan pertama melakukan SP 1 yaitu mengenal
halusinasi, menjelaskan cara mengontrol halusinasi, dan mengajarkan cara
pertama mengontrol halusinasi dengan menghardik halusinasi. Pertemuan
kedua melakukan SP 2 yaitu mengajarkan cara kedua mengontrol halusinasi
dengan menemui orang lain untuk bercakap-cakap. Pertemuan ketiga
melakukan SP 3 yaitu mengajarkan cara mengontrol halusinasi dengan
melakukan aktivitas terjadwal. Pertemuan keempat melakukan SP 4 yaitu
mengajarkan cara minum obat dengan benar.
E. EVALUASI
Pada kasus Tn. Sevaluasi yang penulis dapatkan yaitu pada pelaksanaan
strategi pelaksanaan 1 tanggal 30 agustus 2017 pukul 11.00 WIB,
36
Pada studi kasus yang dilakukan oleh Aji, (2012) pada Tn. E evaluasi yang
dapatkan yaitu pada pelaksanaan strategi pelaksanaan 1 sampai strategi
pelaksanaan 4. Klien berhasil melakukan dengan baik dalam mengontrol
halusinasi dengan cara menghardik, bercakap-cakap, melakukan aktivitas
terjadwal, serta minum obat dengan benar.
yang ada, dimana penulis menggunakan evaluasi hasil atau sumatif yang
dilakukan dengan membandingkan antara respon klien dengan tujuan
khusus dan umum yang telah ditentukan
BAB V
PENUTUP
a. KESIMPULAN
Setelah melakukan asuhan keperawatan selama 5 hari pada Tn. Sdengan
Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi Pendengaran di ruang cempaka
Rumah Sakit jiwa daerah medan, maka pada bab ini penulis dapat menarik
kesimpulan dan saran sebagai berikut :
1. Penulis mampu melakukan pengkajian pada Tn. Sdengan gangguan
persepsi sensori : halusinasi pendengaran.
Pada saat pengkajian pada tanggal 29 agustus 2017 pukul 10.00 WIB
di ruangan sipiso-pisoklien mengatakan mendengar suara-suara yang
muncul saat klien sendirian dan melamun. Saya suka mendengar suara-
suara, kadang-kadang suara orang yang menyuruh saya untuk mati,
suara-suara itu muncul kadang-kadang 2 sampai 3 kali sehari, lama
suara-suara itu kurang lebih 7 menit. Saat klien mendengar suara-suara
itu klien merasa takut, cemas dan sangat menggsnggu. Mekanisme
koping dan sumber koping yang digunakan oleh klien adalah
memecahkan masalah dengan memendamnya sendiri (menyendiri).
2. Penulis mampu menentukan masalah keperawatan pada Tn. Sdengan
gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran.
Masalah keperawatan yang muncul pada Tn. Ssesuai dengan
pembahasan pada pohon masalah bahwa Halusinasi terjadi karena
isolasi sosial : menarik diri. Menarik diri bisa menyebabkan masalah
utama/core problem gangguan persepsi sensori : halusinasi, dari
halusinasi bisa menyebabkan resiko mencederai diri sendiri, orang lain
dan lingkungan.
3. Penulis mampu membuat diagnosa keperawatan pada Tn. Sdengan
gangguan persepsi sensori : halusinasi Pendengaran.
38
b. SARAN
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka saran yang bisa penulis berikan
untuk perbaikan dan peningkatan mutu asuhan keperawatan adalah :
i. Bagi perawat di ruang rawat inap jiwa RS jiwa daerah medan
Meningkatkan kemampuan dan kualitas dalam memberikan asuhan
keperawatan pada klien khususnya dengan masalah gangguan persepsi
sensori : halusinasi pendengaran.
ii. Melakukan asuhan keperawatan sesuai dengan SOP (Standar
Operasional Prosedur) yang ditetapkan dilanjutkan dengan SOAP
pada klien khususnya dengan gangguan persepsi sensori : halusinasi
pendengaran.
1. Bagi instansi pendidikan
Diharapkan pihak instansi pendidikan memberikan waktu yang cukup
kepada mahasiswa dalam mengelola studi kasus.
2. Bagi klien
Klien diharapkan mengikuti program terapi yang telah direncanakan
oleh dokter dan perawat untuk mempercepat proses kesembuhan
klien.
3. Bagi keluarga
Keluarga diharapkan mampu memberi dukungan pada klien dalam
mengontrol halusinasi baik dirumah sakit maupun dirumah.
4. Bagi Penulis
40
DAFTAR PUSTAKA
Aji, Wahyu Punto. 2012. “Asuhan Keperawatan Gangguan Keamanan Pada Tn.
E Dengan Halusinasi Pendengaran Di Bangsal Abimanyu Rumah Sakit Jiwa
Daerah Surakarta”http://digilib.stikeskusumahusada.ac.id/download.php?id=234.
(Diakses tanggal 30 Agustus 2017 jam 09.00 WIB)
Akemat dan Keliat, Budi Anna. 2010. Model Praktik Keperawatan Profesional
Jiwa. Jakarta : EGC.
Depkes RI. 2008. “Karya Tulis Ilmiah Keperawatan Jiwa : Halusinasi”.
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk/147/jtp-supriyadin-7339-1-bab1-pdf.
(Diakses tanggal 23 Februari 2014 jam 12.00 WIB).
Dinas Kesehatan Jawa Tengah. 2012. “Buku Saku Kesehatan Tahun 2012”.
www.dinkesjateng.go.id. (Diakses tanggal 20 Februari 2014 jam 10.45 WIB).
Direja, Ade Herman S. 2011. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta :
Nuha Medika.
41