Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
KARSINOMA NASOFARING
OLEH
KELOMPOK II
ANWAR FIRMANSYAH
PENDI MAIBOWO
MUHAMMAD TAUFIK
ASEP SAEPUR ROHMAN
RIKA SARTIKA
PUTU SUYATI NINGSIH
TAHUN 2018
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kanker nasofaring atau dikenal juga dengan kanker THT adalah penyakit yang
disebabkan oleh sel ganas (kanker) dan terbentuk dalam jaringan nasofaring, yaitu
bagian atas faring atau tenggorokan. Kanker ini paling sering terjadi di bagian THT,
kepala serta leher. Sampai saat ini belum jelas bagaimana mulai tumbuhnya kanker
nasofaring. Namun penyebaran kanker ini dapat berkembang ke bagian mata, telinga,
kelenjar leher, dan otak. Sebaiknya yang beresiko tinggi terkena kanker nasofaring
rajin memeriksakan diri ke dokter, terutama dokter THT. Risiko tinggi ini biasanya
dimiliki oleh laki-laki atau adanya keluarga yang menderita kanker ini. Di Indonesia
kanker nasofaring (bagian atas faring atau tenggorokan) merupakan kanker terganas
nomor 4 setelah kanker rahim, payudara dan kulit. Sayangnya, banyak orang yang
tidak menyadari gejala kanker ini, karena gejalanya hanya seperti gejala flu biasa.
Kanker nasofaring banyak dijumpai pada orang-orang ras mongoloid, yaitu penduduk
Cina bagian selatan, Hong Kong, Thailand, Malaysia dan Indonesia juga di daerah
India. Ras kulit putih jarang ditemui terkena kanker jenis ini. Selain itu kanker
nasofaring juga merupakan jenis kanker yang diturunkan secara genetik. Pelayanan
keperawatan sangat bermanfaat bagi setiap individu untuk memenuhi kebutuhan
bio,psiko,sosial, dan spiritual. Namun, hal tersebut belum terwujud sepenuhnya karena
masih tingginya jumlah penderita penyakit pada saluran pernapasan, salah satunya
penderita karsinoma nasofaring. Sesuai dengan undang-undang kesehatan No. 23
tahun 1992, dijelaskan bahwa keperawatan merupakan bagian integral dari pelayanan
kesehatan yang mempunyai otonomi dan kewenangan dalam melaksanakan proses
keperawatan sebagai metode pemecahan masalah di bidang kesehatan.
B. Tujuan Penulisan
A. Tujuan Umum
B. Tujuan Khusus
LANDASAN TEORI
A. Definisi
Karsinoma nasofaring merupakan tumor ganas yang tumbuh di daerah nasofaring dengan
predileksi di fossa Rossenmuller dan atap nasofaring. Karsinoma nasofaring merupakan
tumor ganas daerah kepala dan leher yang terbanyak ditemukan di Indonesia. (Efiaty &
Nurbaiti, 2001 hal 146) Karsinoma nasofaring merupakan sebuah kanker yang bermula
tumbuh pada sel epitelial-batas permukaan badan internal dan external sel di daerah
nasofaring. (American Cancer Society, 2011) Karsinoma nasofaring merupakan penyakit
keganasan (kanker) sel yang terbentuk di jaringan nasofaring, yang merupakan bagian atas
pharynx(tengorokan), di belakang hidung. Pharynx merupakan sebuah lembah yang
berbentuk tabung dengan panjang 5 inchi dimulai dari belakang hidung dan berakhir di
atas trakea dan esofagus. Udara dan makanan melawati pharynx. Karsinoma nasofaring
paling sering bermula pada sel skuamos yang melapisi nasofaring.(National Cancer
Institute, 2011). Karsinoma nasofaring adalah tumor ganas karsinoma berasal dari epitel
nasofaring. Biasanya tumor ganas ini tumbuh dari fossa rosenmuller dan dapat meluas ke
hidung, tenggorok, serta dasar tengkorak. (Munir, 2010)
B. EPIDEMIOLOGI
Di Indonesia, KNF merupakan keganasan terbanyak ke-4 setelah kanker payudara, kanker
leher rahim, dan kanker paru.
Berdasarkan GLOBOCAN 2012.
87.000 kasus baru nasofaring muncul setiap tahunnya (dengan 61.000 kasus baru
terjadi pada laki-laki dan 26.000 kasus baru pada perempuan)
51.000 kematian akibat KNF (36.000 pada laki-laki, dan 15.000 pada perempuan)
KNF terutama ditemukan pada pria usia produktif (perbandingan pasien pria dan wanita
adalah 2,18:1) dan 60% pasien berusia antara 25 hingga 60 tahun.
Angka kejadian tertinggi di dunia terdapat di propinsi Cina Tenggara yakni sebesar 40 -50
kasus kanker nasofaring diantara 100.000 penduduk. Kanker nasofaring sangat jarang
ditemukan didaerah Eropa dan Amerika Utara dengan angka kejadian sekitar <1/100.000
penduduk.
C. Etiologi Ca Nasofaring
Terjadinya Ca Nasofaring mungkin multifaktorial, proses karsinogenesisnya mungkin
mencakup banyak tahap. Faktor yang mungkin terkait dengan timbulnya kanker
nasofaring adalah:
1. Kerentanan Genetik
b. Unsur renik : nikel sulfat dapat memacu efek karsinognesis pada proses
timbulnya kanker nasofaring .
c. Golongan nitrosamin : banyak terdapat pada pengawet ikan asin. Terkait dengan
kebiasaan makan ikan asin waktu kecil, di dalam air seninya terdeteksi nitrosamin
volatil yang berefek mutagenik.
Gejala dan tanda yang sering ditemukan pada kanker nasofaring adalah :
1. Epiktasis : sekitar 70% pasien mengalami gejala ini, diantaranya 23,2 % pasien
datang berobat dengan gejala awal ini . Sewaktu menghisap dengan kuat sekret
dari rongga hidung atau nasofaring , bagian dorsal palatum mole bergesekan
dengan permukaan tumor , sehingga pembuluh darah di permukaan tumor robek
dan menimbulkan epiktasis. Yang ringan timbul epiktasis, yang berat dapat
timbul hemoragi nasal masif.
2. Hidung tersumbat : sering hanya sebelah dan secara progesif bertambah hebat.
Ini disebabkan tumor menyumbat lubang hidung posterior.
7. Gejala metastasis jauh : lokasi meatstasis paling sering ke tulang, paru, hati .
metastasi tulang tersering ke pelvis, vertebra, iga dan keempat ekstremitas.
Manifestasi metastasis tulang adalah nyeri kontinyu dan nyeri tekan setempat,
lokasi tetap dan tidak berubah-ubah dan secara bertahap bertambah hebat. Pada
fase ini tidak selalu terdapat perubahan pada foto sinar X, bone-scan seluruh
tubuh dapat membantu diagnosis. Metastasis hati , paru dapat sangat
tersembunyi , kadang ditemukan ketika dilakukan tindak lanjut rutin dengan
rongsen thorax , pemeriksaan hati dengan CT atau USG
E. Patofisiologi Ca Nasofaring
Infeksi virus Epstein Barr dapat menginfeksi sel epitel dan berhubungan dengan
transformasi ganas yangdapat menyebabkan karsinoma nasofaring. Hal ini dapat
dibuktikan dengan dijumpai adanya keberadaan protein-protein laten pada
penderita karsinoma nasofaring. Pada penderita ini sel yang teerinfeksi oleh EBV
akan menghasilkan protein tertentu yang berfungsi untuk proses poliferasi dan
mempertahankan kelangsungan virus didalam sel host. Protein laten ini dapat
dipakai sebagai pertanda dalam mendiagnosa karsinoma nasofaring. Karsinoma
nasofaring merupakan munculnya keganasan berupa tumor yang berasal dari sel-sel
epitel yang menutupi permukaan nasofaring. Tumbuhnya tumor akan dimulai pada
salah satu dinding nasofaring yang kemudian akan menginfiltrasi kelenjar dan
jaringan sekitarnya. Penyebaran ke jaringan dan kelenjar limfa sekitarnya
kemudian terjadi perlahan. Jika terjadi Penyebarannya keatas tumor meluas ke
intracranial menjalar sepanjang fossa medialis disebut penjalaran petrosfenoid,
biasanya melalui foramen laserum, kemudian ke sinus kavernosus dan fossa
kraniimedia dan fossa kranii anterior mengenai saraf-saraf kranialis anterior (N.I-
N.VI) kumpulan gejala yang terjadi akibat rusaknya saraf kranialis anterior akibat
metastasis tumor ini disebut sindrom petrosfenoid. Yang paling sering terjadi
adalah diplopia dan neuralgia trigeminal. Jika penyebaran ke belakang tumor
meluas ke belakang secara ekstrakranial menembus fascia pharyngobasilaris yaitu
sepanjang fossa posterior dimana di dalamnya terdapat nervus cranial IX-XII
disebut penjalaran retroparotidian. Yang terkena adalah grup posterior dari saraf
otak yaitu N.VII-N.XII.
Penggolongan Ca Nasofaring :
4. T4: Saraf kranial kelompok anterior dan posterior terkena serentak, atau
kanker mengenai sinus paranasal, sinus spongiosus, orbita, fosa infra-
temporal.
1. Stadium I: T1N0M0
4. Pemeriksaan Serologi IgA anti EA dan IgA anti VCA untuk mengetahui
infeksi virus EB.
G. Penatalaksanaan
1. Radioterapi
Hal yang perlu dipersiapkan adalah keadaan umum pasien baik, hygiene mulut, bila ada
infeksi mulut diperbaiki dulu. Pengobatan tambahan yang diberikan dapat berupa diseksi
leher (benjolan di leher yang tidak menghilang pada penyinaran atau timbul kembali
setelah penyinaran dan tumor induknya sudah hilang yang terlebih dulu diperiksa dengan
radiologik dan serologik), pemberian tetrasiklin, faktor transfer, interferon, kemoterapi,
seroterapi, vaksin dan antivirus.
2. Kemoterapi
a. Rehabilitas Psikis Pasien kanker nasofaring harus diberi pengertian bahwa penyakitnya
berpeluang untuk disembuhkan, uapayakan agar pasien secepatnya pulih dari situasi emosi
depresi.
b. Rehabilitas Fisik Setelah menjalani radioterapi, kemoterpi dan terapi lain, pasien
biasanya merasakan kekuatan fisiknya menurun, mudah letih, daya ingat menurun. Harus
memperhatikan suplementasi nutrisi , berolahraga fisik ringan terutama yang statis, agar
tubuh dan ketahanan meningkat secara bertahap.
4. Operasi pembedahan Tindakan operasi berupa diseksi leher radikal, dilakukan jika
masih ada sisa kelenjar pasca radiasi atau adanya kekambuhan kelenjar, dengan syarat
bahwa tumor primer sudah dinyatakan bersih.
2. Hindari polusi udara yang tercemar. Kanker nasofaring disebabkan oleh udara
tercemar yang masuk ke paru-paru, sebelum masuk ke paru-paru, udara tersebut
pertama-tama aakan merusak bagian hidung dan tenggorokan terlebih dahulu.
Usahakan untuk tidak menghirup asap berbahaya, seperti lampu minyak tanah dan
pestisida, disarankan untuk berhenti merokok dan mengkonsumsi minuman
beralkohol.
4. Jika anda terkena penyakit nasofaring, disarankan segera menjalani pemeriksaan,
aktif melakukan pengobatan peradangan kelenjar yang parah dan infeksi
nasofaring. Jika anda mengalami mimisan atau batuk berdarah setelah mengusap
hidung, pembengkakan kelenjar getah bening dan efusi di telinga tengah tanpa
sebab yang jelas, segeralah menjalani pemeriksaan lanjut pada bagian nasofaring.
I Prognosis
A. PENGKAJIAN
1. Identitas pasien
a. Nama
b. Jenis Kelamin
Penyakit tumor nasofaring ini lebih banyak di derita oleh laki-laki daripada
perempuan.
c. Usia
Tumor nasofaring dapat terjadi pada semua usia dan usia terbanyak antara 45-54
tahun.
d. Alamat
Lingkungan tempat tinggal dengan udara yang penuh asap dengan ventilasi rumah
yang kurang baik akan meningkatkan resiko terjadinya tumor nasofaring serta
lingkungan yang sering terpajan oleh gas kimia, asap industry, asap kayu, dan
beberapa ekstrak tumbuh-tumbuhan.
e. Agama
f. Suku Bangsa
g. Pekerjaan
Seseorang yang bekerja di pabrik industry akan beresiko terkena tumor nasofaring,
karena akan sering terpajan gas kimia, asap industry, dan asap kayu.
2. Status Kesehatan
a. Keluhan Utama
Kaji tentang penyakit yang pernah dialami klien sebelumnya yang ada
hubungannya dengan penyait keturunan dan kebiasaan atau gaya hidup.
Kaji apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit tumor nasofaring maka
akan meningkatkan resiko seseorang untuk terjangkit tumor nasofaring pula.
3. Pemeriksaan Fisik
a. Sistem Penglihatan
Pada penderita karsinoma nasofaring terdapat posisi bola mata klien simetris,
kelompak mata klien normal, pergerakan bola mata klien normal namun konjungtiva klien
anemis, kornea normal, sclera anikterik, pupil mata klien isokor, otot mata klien tidak ada
kelainan, namun fungsi penglihatan kabur, tanda-tanda radang tidak ada, reaksi terhadap
cahaya baik (+/+). Hal ini terjadi karena pada karsinoma nasofaring, hanya bagian tertentu
yang mengalami beberapa gejala yang tidak normal seperti konjungtiva klien yang anemis
disebabkan klien memiliki kekurangan nutrisi dan fungsi penglihatan kabur.
b. Sistem pendengaran
Pada penderita karsinoma nasofaring, daun telinga kiri dan kanan pasien normal
dan simetris, terdapat cairan pada rongga telinga, ada nyeri tekan pada telinga. Hal ini
terjadi akibat adanya nyeri saat menelan makanan oleh pasien dengan tumor nasofaring
sehingga terdengar suara berdengung pada telinga.
c. Sistem pernafasan
Jalan nafas bersih tidak ada sumbatan, klien tampak sesak, tidak menggunakan otot
bantu nafas dengan frekuensi pernafasan 26 x/ menit, irama nafas klien teratur, jenis
pernafasan spontan, nafas dalam, klien mengalami batuk produktif dengan sputum kental
berwarna kuning, tidak terdapat darah, palpasi dada klien simetris, perkusi dada bunyi
sonor, suara nafas klien ronkhi, namun tidak mengalami nyeri dada dan menggunakan alat
bantu nafas. Pada sistem ini akan sangat terganggu karena akan mempengaruhi pernafasan,
jika dalam jalan nafas terdapat sputum maka pasien akan kesulitan dalam bernafas yang
bisa mengakibatkan pasien mengalami sesak nafas. Gangguan lain muncul seperti ronkhi
karena suara nafas ini menandakan adanya gangguan pada saat ekspirasi.
d. Sistem kardiovaskular
Pada sirkulasi perifer kecepatan nadi perifer klien 82 x/menit dengan irama teratur,
tidak mengalami distensi vena jugularis, temperature kulit hangat suhu tubuh klien 36 0C,
warna kulit tidak pucat, pengisian kapiler 2 detik, dan tidak ada edema. Sedangkan pada
sirkulasi jantung, kecepatan denyut apical 82 x/ menit dengan irama teratur tidak ada
kelainan bunyi jantung dan tidak ada nyeri dada. Tumor nasofaring tidak menyerang
peredaran darah pasien sehingga tidak akan mengganggu peredaran darah tersebut.
Tidak ada keluhan sakit kepala, migran atau pertigo, tingkat kesadaran pasien
kompos mentis dengan Glasgow Coma Scale (GCS) E: 4, M: 6, V: 5. Tidak ada tanda-
tanda peningkatan TIK, tidak ada gangguan sitem persyarafan dan pada pemeriksaan
refleks fisiologis klien normal. Tumor nasofaring juga bisa menyerang saraf otak karena
ada lubang penghubung di rongga tengkorak yang bisa menyebabkan beberapa gangguan
pada beberapa saraf otak. Jika terdapat gangguan pada otak tersebut maka pasien akan
memiliki prognosis yang buruk.
f. Sistem pencernaan
Keadaan mulut klien saat ini gigi caries, tidak ada stomatitis lidah klien tidak kotor,
saliva normal, tidak muntah, tidak ada nyeri perut, tidak ada diare, konsistensi feses lunak,
bising usus klien 8 x/menit, tidak terjadi konstipasi, hepar tidak teraba, abdomen lembek.
Tumor tidak menyerang di saluran pencernaan sehingga tidak ada gangguan dalam sistem
percernaan pasien.
g. Sistem endoktrin
Pada klien tidak ada pembesaran kalenjar tiroid, nafas klien tidak berbau keton, dan
tidak ada luka ganggren. Hal ini terjadi karena tumor nasofaring tidak menyerang kalenjar
tiroid pasien sehingga tidak menganggu kerja sistem endoktrin.
h. Sistem urogenital
Balance cairan klien dengan intake 1300 ml, output 500 ml, tidak ada perubahan
pola kemih (retensi urgency, disuria, tidak lampias, nokturia, inkontinensia, anunia), warna
BAK klien kuning jernih, tidak ada distensi kandung kemih, tidak ada keluhan sakit
pinggang. Tumor nasofaring tidak sampai melebar sampai daerah urogenital sehingga tidak
mengganggu sistem tersebut.
i. Sistem integumen
Turgor kulit klien elastic, temperature kulit klien hangat, warna kulit pucat,
keadaan kulit baik, tidak ada luka, kelainan kulit tidak ada, kondisi kulit daerah
pemasangan infuse baik, tekstur kulit baik, kebersihan rambut bersih. Warna pucat yang
terlihat pada pasien menunjukkan adanya sumbatan yang ada di dalam tenggorokan
sehingga pasien terlihat pucat.
j. Sistem musculoskeletal
Saat ini klien tidak ada kesulitan dalam pergerakan, tidak ada sakit pada tulang,
sendi dan kulit serta tidak ada fraktur. Tidak ada kelainan pada bentuk tulang sendi dan
tidak ada kelainan struktur tulang belakang, dan keadaan otot baik. Pada tumor ini tidak
menyerang otot rangka sehingga tidak ada kelainan yang mengganggu sistem
musculoskeletal.
Kaji kebiasaan diit buruk ( rendah serat, aditif, bahan pengawet), anoreksia,
mual/muntah, mulut rasa kering, intoleransi makanan,perubahan berat badan, perubahan
kelembaban/turgor kulit. Biasanya klien akan mengalami penurunan berat badan akibat
inflamasi penyakit dan proses pengobatan kanker.
c. Pola Eliminasi
Kaji bagaimana pola defekasi konstipasi atau diare, perubahan eliminasi urin,
perubahan bising usus, distensi abdomen. Biasanya klien tidak mengalami gangguan
eliminasi.
d. Pola aktivas latihan
Kaji perubahan pola tidur klien selama sehat dan sakit, berapa lama klien tidur
dalam sehari? Biasanya klien mengalami perubahan pada pola istirahat; adanya faktor-
faktor yang mempengaruhi tidur seperti nyeri, ansietas.
Kaji bagaimana peran fungsi klien dalam keluarga sebelum dan selama dirawat di
Rumah Sakit? Dan bagaimana hubungan social klien dengan masyarakat sekitarnya?
Biasanya klien lebih sering tidak mau berinteraksi dengan orang lain.
Kaji apakah ada masalah hubungan dengan pasangan? Apakah ada perubahan
kepuasan pada klien?. Biasanya klien akan mengalami gangguan pada hubungan dengan
pasangan karena sakit yang diderita.
5. Pemeriksaan penunjang
6. Penatalaksanaan
B. Diagnosa keperawatan
1. Gangguan presepsi sensori (verbal) berhubungan dengan gangguan status organ
sekunder metastase tumor.
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia.
3. Nyeri berhubungan dengan benjolan massa pada leher.
4. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan adanya iritasi dan infeksi sel
laring
C. Intervensi keperawatan
1. Dx I
· Intervensi :
1) Tentukan
R/ mengetahui faktor-faktor penyebab gangguan komukasi verbal yang lain yang dialami
klien
2. Dx II
· Intervensi :
R/ mengetahui keadaan dan kebutuhan nutrisi sehingga dapat diberikan tindakan dan
pengaturan diit yang tepat.
3. Dx III
· Intervensi :
4. Dx IV
Klien mampu mengidentifikasi dan mencegah faktor yang dapat menghambat jalan
nafas
· Intervensi : Monitor TTV, Klien dianjurkan untuk napas dalam sebelum dilakukan
tindakan ,Kaji kebutuhan oral Atur posisi klien dengan bagian kepala tempat tidur
ditinggikan
D. Evaluasi
1. Berhasil : perilaku klien sesuai dengan tujuan dan KH sesuai dengan waktu yang
ditetapkan dalam tujuan.
2. Tercapai sebagian : klien menunjukkan perilaku tetapi tidak sebaik yang ditentukan
dalam tujuan.
3. Belum tercapai : klien tidak mampu sama sekali menunjukan perilaku yang
diharapkan pada tujuan.
Tindakan keperawatan pada waktu perencanaan pulang menurut Youseft (1987) dan
kristina (2007) tindakan yang diberikan adalah :
3. Rujukan
BAB IV
PEMBAHASAN KASUS
A. Pengkajian
Identitas
1. Biodata klien
a. Nama : TN E
b. Tempat tanggal lahir : 10 April 1984
c. Umur : 34 tahun
d. Jenis Kelamin : Laki-laki
e. Suku Bangsa : Indonesia
f. Status Perkawinan : Belum menikah
g. Pendidikan : SMA
h. Pekerjaan : Tidak Bekerja
i Alamat :KP Sindang Karsa RT 3/10 Depok
j. Tanggal Masuk : 20 Pebruari 2018
k. No. Register : 293441
3. Riwayat Kesehatan
Pasien sebelumnya pernah dirawat karena dilakukan operasi biopsi, radiasi dan kemoterapi
sejak tahun 2016. Pasien tidak punya riwayat alergi dan belum pernah tranfusi darah.
Pasien mempunyai kebiasaan merokok dan menghabiskan rokok 1 bungkus perhari, pasien
tidak mengkonsumsi alkohol dan obat-obat lain
Keluarga tidak ada menderita penyakit yang sama dengan klien.
4. Pemeriksaan Fisik
Tingkat Kesadaran pasien Composmentis
Tanda-Tanda Vital
Suhu Tubuh : 36,5oC Tekanan Darah : 120/80 mmHg
Nadi : 94 x/men RR : 24 x/menit
BB :48 kg TB : 160cm
Ada penurunan berat badan dari berat sebelumnya 52kg.
5. Nutrisi
Pasien makan 3x sehari, habis 2-3 sdm nasi / bubur.
Diet pasien saat ini adalah nasi.
Pada rongga mulut pasien saat ini tidak ditemukan stomatitis, hanya mukosa mulut
tampak kering, gigi lengkap, reflek menelan ada hanya kadang-kadang terasa nyeri saat
menelan.
Asupan nutrisi pasien per oral.
6. Eleminasi
Tidak ada keluhan saat ber eleminasi
BAK lancar, warna kuning
BAB teratur 1-2x/hari dengan warna kuning, konsistensi lunak.
7. Aktivitas /istirahat
Pasien saat ini selalu dibantu untuk pemenuhan ADL nya karena sedang dalam proses
kemoterapi.
Untuk mobilisasi tidak ada kesulitan, hanya pasien merasa lemas pada kedua kakinya.
8. Sirkulasi
a. Hidung tidak ada benjolan, epistaksis dan luka
b. Dada normal
c. Jantung irama teratur
d. Paru-paru vesikuler
e. Turgor kulit baik
f. Oedema tidak ada
g. Limpa edema tidak ada
9. Kenyamanan
Pasien kadang merasa nyeri pada leher sebelah kiri terutama bila menelan makanan,
nyeri dirasakan seperti ditusuk-tusuk dengan skala nyeri 2 (skala 0-10).
Tidak ada tanda infeksi pada leher pasien.
B. Analisa data
Data subyektif : “mual dan nafsu makan menurun”
Data obyektif : pasien tampak lemas, makan habis 2-3 sdm
Ada penurunan BB dari 53 kg menjadi 48 kg
C. Prioritas Masalah
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake makanan yang
kurang
D. Diagnosa Keperawatan
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake makanan yang
kurang.
E. Intervensi Keperawatan
A. Kesimpulan
Karsinoma nasofaring merupakan tumor ganas yang tumbuh pada ephitalial pelapis
ruangan dibelakang hidung (nasofaring) dan belakang langit-langit rongga mulut dengan
predileksi di fossa Rossenmuller dan atap nasofaring. Kanker ini lebih sering ditemukan
pada pria dibanding wanita dengan rasio 2-3-1 dan apa sebabnya belum dapat diungkapkan
dengan pasti, mungkin ada hubugannya dengan faktor genetic, kebebasan hidup, pekerjaan
dan lain-lain. Karsinoma nasofaring menimbulkan sindrom penyumbatan tuba dengan tuli
konduktif sebagai keluhan. Perluasan infiltratif karsinoma nasofaring berikutnya
membangkitkan perdarahan dan penyumbatan jalan lintasan napas melalui hidung. Setelah
itu, pada tahap berikutnya dapat timbul gangguan menelan dan kelumpuhan otot mata luar
(paralisis okular). Untuk mencapai diagnosis harus melaksanakan Pemerksaan fisik
maupun Pemeriksaan Diagnostik diantaranya CT Scan, MRI, dll. Pada Karsinoma
nasofaring biasanya dilakukan pengobatan Radioterapi maupun Kemoterapi.
B. Saran
Dengan adanya makalah ini diharapkan pembaca dapat memahami tentang
Karsinoma Nasofaring yang sangat berbahaya. Lalu dapat mendeteksi awal terhadap gejala
karsinoma nasofaring karena seringkali penderita karsinoma nasofaring terdeteksi pada
stadium lanjut. Dan bagi pembaca yang berprofesi sebagai perawat atau tenaga medis
lainnya agar lebih memahami tentang Karsinoma Nasofaring sehingga dapat lebih
memahami kebutuhan klien, memberi motivasi, memberi pengetahuan, dan memberikan
pelayanan kesehatan kepada masyarakat dengan baik.