Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
DISUSUN
Oleh:
Dosen Pengajar:
Ns. Amila, M.Kep, Sp. KM
DISUSUN
Oleh:
Dosen Pengajar:
Ns. Amila, M.Kep, Sp. KM
DISUSUN
Oleh:
Dosen Pengajar:
Ns. Amila, M.Kep, Sp. KM
DISUSUN
Oleh:
Dosen Pengajar:
Ns. Amila, M.Kep, Sp. KM
Segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
kesehatan dan atas berkat rahmat dan karuniaNya sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah
ini dengan judul “Asuhan Keperawatan Glaukoma”.
Penulisan makalah ini merupakan salah satu syarat untuk memenuhi tugas Sistem persepsi sensori
Makalah ini dapat diselesaikan berkat bantuan pihak terkait. Oleh karena itu, kami mengucapkan
terimakasih yang sebesar-besarnya kepada pihak yang membantu baik secara moral maupun
material, terutama kepada :
1. Dr. Ivan Elisabeth Purba, M.Kes, selaku Rektor Universitas Sari Mutiara Indonesia
2. Taruli Yohana Sinaga, M.KM, selaku Dekan Fakultas Farmasi dan Ilmu Kesehatan
Universitas Sari Mutiara Indonesia
3. Ns. Rinco Siregar, S.Kep, MNS, selaku ketua Program Studi Ners Fakultas Farmasi dan
Ilmu Kesehatan Universitas Sari Mutiara Indonesia
4. Ns, Jek Amidos Pardede, M.kep, Sp. Kep.J, selaku Koordinator Profesi Ners
5. Ns.Amila,M.Kep,Sp.KMB,Selaku Dosen Pengajar Sistem Persepsi Sensori Universitas
Sari Mutiara Indonesia.
6. Ns.Adventy Gulo,M.Kep,Selaku Dosen Pengajar Sistem Persepsi Sensori Universitas Sari
Mutiara Indonesia
7. Ns.Elida Sinuraya,M.Kep,Selaku Dosen Pengajar Sistem Persepsi Sensori Universitas Sari
Mutiara Indonesia
8. Seluruh Dosen Program Studi Ners Fakultas Farmasi dan Ilmu Kesehatan Universitas Sari
Mutiara Indonesia
9. Seluruh staff Program Studi Ners Fakultas Farmasi dan Ilmu Kesehatan Universitas Sari
Mutiara Indonesia.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan, dengan demikian kami
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak dalam rangka penyempurnaan
makalah ini, sehingga dapat bermanfaat bagi seluruh pihak, akhir kata kami mengucapkan terima
kasih.
Medan, Juni 2018
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...................................................................................
DAFTAR ISI ..................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .........................................................................
B. Tujuan ......................................................................................
BAB II TINJAUAN TEORITIS
A. Pengertian Glaukoma ...............................................................
B. Anatomi Glaukoma ..................................................................
C. Patofisiologi Glaukoma ............................................................
D. Patwhay Glaukoma ..................................................................
E. Manifestasi Klinis Glaukoma ...................................................
F. Klasifikasi Glaukoma ...............................................................
G. Etiologi Glaukoma ...................................................................
H. Pemeriksaan Penunjang Glaukoma ..........................................
I. Penatalaksanaan Medis Glaukoma ...........................................
J. Komplikasi Glaukoma..............................................................
BAB III KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian Glaukoma................................................................
B. Analisa Data Glaukoma.............................................................
C. Diagnosa Glaukoma ..................................................................
D. Intervensi Glaukoma .................................................................
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan ..............................................................................
B. Saran ........................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Glaukoma berasal dari kata Yunani “glaukos” yang berarti hijau kebirauan, yang
memberikan kesan warna tersebut pada pupil penderita glaukoma. Kelainan mata glaucoma
ditandai dengan meningkatnya tekanan bola mata, atrofi saraf optikus, dan menciutnya lapang
pandang.
Sejak tahun 1967 kebutaan telah dideklarasikan sebagai masalah nasional, dimana kebutaan
dapat berdampak pada masalah sosial, ekonomi dan psikologi bukan hanya bagi penderita
melainkan juga bagi masyarakat dan negara. Prevalensi kebutaan di Indonesia masih sangat tinggi
dengan penyebab utamanya yaitu katarak (0,78%), glaukoma (0,2%), kelainan refraksi (0,14%)
dan beberpa penyakit yang berhubungan dengan lanjut usia (0,38%).
Berdasarkan perkiraan WHO, tahun 2000 ada sebanyak 45 juta orang didunia yang
mengalami kebutaan. Sepertiga dari jumlah itu berada di Asia Tenggara. Untuk kawasan Asia
Tenggara. Untuk Kawasan Asia Tenggara, berdasarkan Survei Kesehatan Indera Penglihatan dan
Pendengaran tahun 1993-1996 menunjukkan angka kebutaan di Indonesia sekitar 1,5 % dari
jumlah penduduk atau setara dengan 3 juta orang. Jumlah ini jauh lebih tinggi dibanding
Bangladesh (1%), India (0,7%), dan Thailand (0,3%). Jumlah penderita kebutaan di Indonesia
meningkat, disebabkan oleh meningkatnya jumlah penduduk, meningkatnya usia harapan hidup,
kurangnya pelayanan kesehatan mata dan kondisi geografis yang tidak menguntungkan.
Glaukoma merupakan penyebab kebutaan yang ketiga di Indonesia. Terdapat sejumalah 0,40%
penderita glaucoma di Indonesia yang mengakibatkan kebutaan pada 0,60% penduduk prevalensi
penyakit mata di Indonesia adalah kelainan refraksi 24,72%, pterigium 8,79%, katarak 7,40%,
konjungtivitis 1,74%, parut kornea 0,34%, glaucoma 0,40%, retinopati 0,17%, strabismus 0,12%.
Prevalensi dan penyebab buta kedua mata adalah lensa 1,02%, glaukom dan saraf kedua 0,16%,
kelainan refaksi 0,11%, retina 0,09%, kornea0,06%, dan lain-lain0,03%, prevalensi total 1,47%.
(Sidharta Ilyas, 2004). Diperkirakan di Amerika Serikat ada 2 juta orang yang menderita
glaucoma. Diantaranya mereka hamper setenganya mengalami gangguan penglihatan, dan hamper
70.000 benar-benar buta, bertambah sebanyak 5.500 orang buta tiap tahun. Untuk itu kali ini
penulis memusatkan pada pencegahan dan penatalaksanaan glaukoma (Suzanne C.
smeltzer.2001).
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Agar mahasiswa/i dapat mengetahui asuhan keperawatan tentang glaukoma dan mampu
melaksanakan asuhan Keperawatan.
2. Tujuan Khusus
LANDASAN TEORITIS
A. Pengertian Glaukoma
Glaukoma adalah suatu keadaan dimana tekanan bola mata tidak normal atau lebih tinggi
dari pada normal yang mengakibatkan kerusakan saraf penglihatan dan kebutaan (Sidarta Ilyas,
2004). Galukoma adalah adanya kesamaan kenaikan tekanan intra okuler yang berakhir dengan
kebutaan (Fritz Hollwich, 1993). Glaukoma adalah sekelompok kelainan mata yang ditandai
dengan peningkatan tekanan intra okuler.( Long Barbara, 1996)
Menurut Martinelli (1991) dalam Sunaryo Joko Waluyo (2009),bahwa Glaukoma merupakan
kelainan mata yang mempunyai gejala peningkatan tekanan intra okuler (TIO), dimana dapat
mengakibatkan penggaungan atau pencekungan pupil syaraf optik sehingga terjadi atropi syaraf
optik, penyempitan lapang pandang dan penurunan tajam pengelihatan.
Glaukoma adalah suatu penyakit dimana tekanan di dalam bola mata meningkat,sehingga terjadi
kerusakan pada saraf optikus dan menyebabkan penurunan fungsi penglihatan (Mayenru Dwindra,
2009)
Glukoma akut adalah penyakit mata yang disebabkan oleh tekanan intra okuler yang meningkat
mendadak sangat tinggi. (Mansjoer, Arif : 2001)
Glukoma kronik adalah penyakit mata dengan gejala peningkatan tekanan bola mata sehingga
terjadi kerusakan anatomi dan fungsi mata yang permanen. (Mansjoer, Arif : 2001). Jadi menurut
kelompok kami glaukoma adalah suatu penyakit mata dimana meningkatnya tekanan intra okuler
baik akut atau kronis, sehingga menyebabkan penurunan fungsi penglihatan.
1. Aqueus humor
2. Vitreus humor
Cairan albumin berwarna keputih-putihan seperti agar-agar yang berada dibelakang mata, mulai
dari lensa hingga retina. (Evelin C Pearce: 317). Dalam hal ini ciran yang mengalami gangguan
yang dihubungkan dengan penyakit glaukoma adalah aqueus humor, dimana cairan ini berasal dari
badan sisiari mengalir kea rah bilik anterior melewati iris dan pupil dan diserap kembali kedalam
aliran darah pada sudut antara iris dan kornea melalui vena halus yang dikenal sebagai saluran
schlemm. ( Evelin C. Pearce : 317). Secara normal TIO 10-21 mmHg karena adanya hambatan
abnormal terhadap aliran aqueus humor mengakibatkan produksi berlebih badan silier sehingga
terdapat cairan tersebut. TIO meningkat kadang-kadang mencapai tekanan 50-70 mmHG.
C. Patofisiologi
Rongga anterior mata berada didepan dan sedikit kesamping dari lensa, terdapat/ bermuara
aqueous humor, merupakan caira bening yang menunjukan lympha. Aqueous humor diproduksi
secara terus-menerus dalam badan silianis yang terdapat dibagian posterior irisdan mengalir
melewatipupil kedalam cameraokuli anterior. Aqueous humordisalurkan melalui canal Schlemm
disekitar mata dan berada pada bagian sudut camera okuli anterior dimana terjadi pertemuan iris
perifer dan kornea dalam keadaan normal terjadi keseimbangan antara produksi dan
penyerapanaqueous humor, akan menyebabkan atau menjadikan tekanan intra okuli relative
konstan. TIO berkisar 10-20mmHg dan rata-rata 16mmHg. Tekanan intra okuler beavariasi dan
naik sampai 5mmHg. Glaukoma terjadi dimana adanya peningkatan TIO yang dapat menimbulkan
kerusakan dari saraf-saraf optic. Peningkatan tekanan disebabkan abstruksi/sumbatan dari
penyerapan aqueous humor.
D. Patwhay
E. Manifestasi Klinis
1. Glaukoma primer
2. Glaukoma sekunder
3. Glaukoma kongential
Gangguan penglihatan
F. Klasifikasi
1. Glaukoma Primer
Glaukoma yang tidak diketahui penyebabnya. Pada galukoma akut yaitu timbul pada mata
yang memiliki bakat bawaan berupa sudut bilik depan yang sempit pada kedua mata. Pada
glukoma kronik yaitu karena keturunan dalam keluarga, DM Arteri osklerosis, pemakaian
kartikosteroid jangka panjang, miopia tinggi dan progresif dan lain-lain dan berdasarkan anatomis
dibagi menjadi 2 yaitu :
Glaukoma sudut terbuka Merupakan sebagian besar dari glaukoma ( 90-95% ) , yang meliputi
kedua mata. Timbulnya kejadian dan kelainan berkembang Disebut sudut terbuka karena humor
aqueous mempunyai pintu terbuka ke jaringan trabekular. Pengaliran dihambat oleh perubahan
degeneratif jaringan trabekular, saluran schleem, dan saluran yg berdekatan. Perubahan saraf optik
juga dapat terjadi. Gejalaawal biasanya tidak ada, kelainan diagnose dengan peningkatan TIO dan
sudut ruang anterior normal. Peningkatan tekanan dapat dihubungkan dengan nyeri mata yang
timbul.
Glaukoma sudut tertutup (sudut sempit), disebut sudut tertutup karena ruang anterior secara
otomatis menyempit sehingga iris terdorong ke depan, menempel ke jaringan trabekuler dan
menghambat humor aqueos mengalir ke saluran schlemm. Pargerakan iris ke depan dapat karena
peningkatan tekanan vitreus, penambahan cairan diruang posterior atau lensa yang mengeras
karena usia tua. Gejalah yang timbul dari penutupan yang tiba-tiba dan meningkatnya TIO, dapat
nyeri mata yang berat, penglihatan kabur. Penempelan iris memyebabkan dilatasi pupil, tidak
segera ditangni akan terjadi kebutaan dan nyeri yang hebat.
2. Glaukoma Sekunder
Adalah glaukoma yang diakibatkan oleh penyakit mata lain atau trauma didalam bola mata, yang
menyebabkan penyempitan sudut /peningkatan volume cairan dari dalam mata . Misalnya
glaukoma sekunder oleh karena hifema, laksasi / sub laksasi lensa, katarak instrumen, oklusio
pupil, pasca bedah intra okuler.
3. Glaukoma Kongenital
Adalah perkembangan abnormal dari sudut filtrasi dapat terjadi sekunder terhadap kelainan mata
sistemik jarang ( 0,05 %) manifestasi klinik biasanya adanya pembesaran mata (bulfamos),
lakrimasi.
4.glaukoma absolut
Merupakan stadium akhir glaukoma ( sempit/ terbuka) dimana sudah terjadi kebutaan total akibat
tekanan bola mata memberikan gangguan fungsi lanjut. Pada glaukoma absolut kornea terlihat
keruh, bilik mata dangkal, papil atrofi dengan eksvasi glaukomatosa, mata keras seperti batu dan
dengan rasa sakit.sering mata dengan buta ini mengakibatkan penyumbatan pembuluh darah
sehingga menimbulkan penyulit berupa neovaskulisasi pada iris, keadaan ini memberikan rasa
sakit sekali akibat timbulnya glaukoma hemoragik.
Pengobatan glaukoma absolut dapat dengan memberikan sinar beta pada badan siliar, alkohol
retrobulber atau melakukan pengangkatan bola mata karena mata telah tidak berfungsi dan
memberikan rasa sakit.
a. Glaukoma akut
penyakit mata yang disebabkan oleh tekanan intra okuler yang meningkat mendadak sangat tinggi.
b. Glaukoma kronik
Penyakit mata dengan gejalah peningkatan tekanan bola mata sehingga terjadi kerusakan anatomi
dan fungsi mata yang permanen.
G. Etiologi
1. Glaukoma primer terdiri dari :
b. Kronik : dapat disebabkan karena keturunan dalam keluarga seperti: diabetes mellitus,
arterisklerosis, pemakaian kortikosteroid jangka panjang, myopia tiggi dan progresif.
2. Glaukoma Sekunder
Disebabkan penyakit mata lain, seperti: katarak, perubahan lensa kelainan uvea pembedahan.
H. Pemeriksaan Penunjang
1. Glaukoma Akut
2. Glaukoma Kronik
Pemeriksaan tekanan bola mata dengan palpasi dan tonomebri menunjukkan peningkatan, nilai
dianggap mencurigakan bila berkisar antara 21 – 25 mmHg dan dianggap patologik bila berada
diatas 25 mmHg.
Pada funduskopi ditemukan cekungan papil menjadi lebih lebar dan dalam, dinding cekungan
bergaung, warna memucat dan terdapat perdarahan pada pupil.
Uji provokasi minum air, uji variasi diurnal dan ujian provokasi steroid dilakukan pada kasus-
kasus yang meragukan.
4. Pengukuran tekanan intraocular (dengan tonometer), pemeriksaan keadaan sudut bola mata
dengan genioskopi. Sedangkan pemeriksaan lapang pandangan mata dengan alat perimetri.
5. Pengecekan terhadap kondisi syaraf mata digunakan alat Heidelberg Retinal Tomography
(HRT) atau Optical Coherence Tomography (OCT).
Pemberian obat tetes mata yang dilanjutkan pemberian obat tablet.
Fungsi obat-obatan tersebut untuk menurunkan produksi atau meningkatkan keluarnya cairan
akuos humor. Cara ini diharapkan dapat menurunkan tekanan bagi bola mata sehingga dicapai
tekanan yang diinginkan. Agar efektif pemberian obat dilakukan secara terus menerus dan teratur.
I. Penatalaksanaan Medis
a. Obat-obat miotik
d. Laser trabeculoplasty dimana suatu laser zat organ disorotkan langsung kejaringan
trabekuler untuk merubah susunan jaringan dan membuka aliran dari humor Aguos dan iridektomi.
e. Tindakan bedah trabeculectomy.
J. Komplikasi
Komplikasi glaukoma pada umumya adalah kebutaan total akibat tekanan bola mata
memberikan gangguan fungsi lanjut. Kondisi mata pada kebutan yaitu kornea terlihat keruh, bilik
mata dangkal, pupil atropi dengan ekskavasi (penggaungan) glaukomatosa, mata keras seperti
batu dan dengan rasa sakit. Mata dengan kebutaan mengakibatkan penyumbatan pembuluh darah
sehingga menimbulkan penyulit berupa neovaskularisasi pada iris yang dapat menyebabkan rasa
sakit yang hebat. Pengobatan kebutaan ini dapat dilakukan dengan memberikan sinar beta pada
badan siliar untuk menekan fungsi badan siliar, alcohol retrobulbar atau melakukan pengangkatan
bola mata karena mata sudah tidak bisa berfungsi dan memberikan rasa sakit.
BAB III
A. Pengkajian
1. Identifikasi Klien
Nama, umur, jenis kelamin, agama, alamat, pendidikan, pekerjaan, tgl MRS, diagnosa medis, suku
bangsa, status perkawinan.
2. Keluhan Utama
Terjadi tekanan intra okuler yang meningkat mendadak sangat tinggi, nyeri hebat di kepala, mual
muntah, penglihatan menurun, mata merah dan bengkak.
3. Riwayat Kesehatan
Hal ini meliputi keluhan utama mulai sebelum ada keluhan sampai terjadi nyeri hebat di kepala,
mual muntah, penglihatan menurun, mata merah dan bengkak.
Dalam keluarga ditemukan beberapa anggota keluarga dalam garis vertikal atau horisontal
memiliki penyakit yang serupa.
Persepsi klien dalam menilai / melihat dari pengetahuan klien tentang penyakit yang diderita serta
kemampuan klien dalam merawat diri dan juga adanya perubahan dalam pemeliharaan kesehatan.
Pada umumnya klien dengan glaukoma tidak mengalami perubahan. Pada pola nutrisi dan
metabolismenya. Walaupun begitu perlu dikaji pola makan dan komposisi, berapa banyak / dalam
porsi, jenis minum dan berapa banyak jumlahnya.
c. Pola eliminasi
Pada kasus ini pola eliminasinya tidak mengalami gangguan, akan tetapi tetap dikaji konsestansi,
banyaknya warna dan baunya.
Pola tidur dan istirahat akan menurun, klien akan gelisah / sulit tidur karena nyeri / sakit hebat
menjalar sampai kepala.
e. Pola aktivitas
Dalam aktivitas klien jelas akan terganggu karena fungsi penglihatan klien mengalami penurunan.
Meliputi : Body image, self sistem, kekacauan identitas, rasa cemas terhadap penyakitnya, dampak
psikologis klien terjadi perubahan konsep diri.
Bagimana peran klien dalam keluarga dimana meliputi hubungan klien dengan keluarga dan orang
lain, apakah mengalami perubahan karena penyakit yang dideritanya.
i. Pola reproduksi
Biasanya klien akan merasa cemas terhadap keadaan dirinya dan fungsi penglihatannya serta
koping mekanis yang ditempuh klien bisa tidak efektif.
5. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
Didapatkan pada klien saat pengkajian, keadaan, kesadarannya, serta pemeriksaan TTV.
Meliputi kebersihan mulut, rambut, klien menyeringai nyeri hebat pada kepala, mata merah, edema
kornea, mata terasa kabur.
c. Pemeriksaan Integumen
e. Pemeriksaan Kardiovaskular
i. Pemeriksaan Genitouria
Pada umumnya motorik dan sensori terjadi gangguan karena terbatasnya lapang pandang.
6. Pemeriksaan Diagnostik
a. Kartu mata Snellen/mesin Telebinokular (tes ketajaman penglihatan dan sentral penglihatan)
: Mungkin terganggu dengan kerusakan kornea, lensa, aquous atau vitreus humor, kesalahan
refraksi, atau penyakit syaraf atau penglihatan ke retina atau jalan optik.
b. Lapang penglihatan : Penurunan mungkin disebabkan CSV, massa tumor pada hipofisis/otak,
karotis atau patologis arteri serebral atau glaukoma.
d. Pengukuran gonioskopi :Membantu membedakan sudut terbuka dari sudut tertutup glaukoma.
e. Tes Provokatif :digunakan dalam menentukan tipe glaukoma jika TIO normal atau hanya
meningkat ringan.
f. Pemeriksaan oftalmoskopi:Mengkaji struktur internal okuler, mencatat atrofi lempeng optik,
papiledema, perdarahan retina, dan mikroaneurisma.
B. Analisa Data
C. Diagnosa Keperawatan
Pre operasi
2. Penurunan persepsi sensori visual / penglihatan berhubungan dengan serabut saraf oleh
karena peningkatan TIO.
D. Intervensi
f. untuk mengontrol
nyeri, nyeri berat
menentukan
menuvervalasava,
menimbulkan TIO.
2 Penurunan Tujuan: a. Kaji dan catat a. Menentukan
persepsi Peningkatan ketajaman kemampuan
sensori visual / persepsi sensori penglihatan visual.
penglihatan dapat berkurang
berhubungan dalam waktu 1 x b. Kaji tingkat
dengan serabut 24 jam deskripsi
saraf oleh kriteria hasil : fugnsional b. Memberikan
karena klien dapat terhadap keakuratan
peningkatan meneteskan obat penglihatan dan terhadap
tekanan intra mata dengan benar perwatan penglihatan dan
okuler. Kooperatif perawatan.
dalam tindakan
Menyadari c. Sesuaikan
hilangnya lingkungan
pengelihatan dengan c. Meningkatkan
secara permanen kemampuan self care dan
Tidak terjadi penglihatan. mengurangi
penurunan visus ketergantungan.
lebih lanjut d. Kaji jumlah dan
tipe rangsangan
yang dapat d. Meningkatkan
diterima Klien. rangsangan pada
waktu kemampuan
e. Observasi penglihatabn
TTV. menurun.
e. Mengetahui
kondisi dan
perkembangan
f. Kolaborasi klien secara dini.
dengan tim
medis dalam f. Untuk
pemberian mempercepat
terapi. proses
penyembuhan
3 Cemas Tujuan : a. Hati-hatia. Jika klien belum
berhubungan Cemas klien dapat penyampaian siap akan
dengan berkurang dlam hilangnya menambah
penurunan waktu 1 x 24 jam penglihtan secara kecemasan.
penglihatan, Kriteria Hasil : permanen.
kurang Berkurangnya
pengetahuan perasaan gugup
tentang Posisi tubuh b. Berikan b. Mengekspresikan
pembedahan rileks kesempatan perasaan
Mengungkapkan klien membantu Klien
pemahaman mengekspresikan mengidentifikasi
tentang rencana tentang sumber cemas.
tindakan kondisinya.
c. Pertahankan
kondisi yang c. Rileks dapat
rileks. menurunkan
cemas.
d. Observasi TTV.
d. Untuk
mengetahui TTV
dan per-
e. Siapkan bel kembangannya.
ditempat tidur
dan instruksi e. Dengan
Klien memberikan
memberikan perhatian akan
tanda bila mohon menambah
bantuan kepercayaan klien.
f. Kolaborasi
dengan tim
medis dalam f. Diharapkan dapat
pemberian terapi mempercepat
proses
penyembuhan
4 Gangguan rasa Nyeri berkurang, a. Kaji derajat a. Normalnya,
nyaman hilang, dan nyeri setiap hari. nyeri terjadi dalam
(nyeri) terkontrol. waktu kurang dari
berhubungan Kriteria hasil : 5 hari setelah
dengan post Klien operasi dan
tuberkulectomi mendemonstrasi- berangsur
iriodektomi. kan teknik menghilang. Nyeri
penurunan nyeri dapat meningkat
Klien sebab peningkatan
melaporkan nyeri TIO 2-3 hari pasca
berkurang atau operasi. Nyeri
hilang. mendadak
menunjukan
peningkatan TIO
masif.
b. Anjurkan untuk
melaporkan
perkembangan
nyeri setiap hari
atau segera saat
terjadi b. Meningkatkan
peningkatan kolaborasi ,
nyeri mendadak. memberikan rasa
aman untuk
c. Anjurkan pada peningkatan
klien untuk tidak dukungan
melakukan psikologis.
gerakan tiba-tiba
yang dapat
memicu nyeri.
c. Beberapa
kegiatan klien
d. Ajarkan teknik dapat
distraksi dan meningkatkan
relaksasi. nyeri seperti
gerakan tiba-tiba,
e. Lakukan membungkuk,
tindakan mengucek mata,
kolaboratif batuk, dan
dalam pemberian mengejan.
analgesik
topikal/ sistemik.d. Mengurangi
ketegangan,
mengurangi nyeri.
e. Mengurangi
nyeri dengan
meningkatan
ambang nyeri.
5 Resiko infeksi Tujuan : a. Diskusikan a. Meningkatkan
berhubungan Tidak terjadi tentang rasa kerjasama dan
dengan luka cedera mata sakit, pembatasan yang
insisi operasi pascaoperasi pembatasan diperlukan.
Kriteria Hasil : aktifitas dan
Klien pembalutan
menyebutkan mata.
faktor yang
menyebabkan b. Tempatkan b. Istirahat mutlak
cedera. klien pada diberikan 12-24
Klien tidak tempat tidur jam pasca operasi.
melakukan yang lebih
aktivitas yang rendah dan
meningkatkan anjurkan untuk
resiko cedera membatasi
pergerakan
mendadak/ tiba-
tiba serta
menggerakkan
kepala berlebih.
c. Bantu aktifitas
selama fase c. Mencegah/
istirahat. menurunkan risiko
Ambulasi komplikasi cedera.
dilakukan d. Tindakan yang
dengan hati-hati. dapat
meningkatkan TIO
d. Ajarkan klien dan menimbulkan
untuk kerusakan struktur
menghindari mata pasca operasi
tindakan yang antara lain:
dapat Mengejan (
menyebabkan valsalva
cedera. maneuver)
Menggerakan
kepala mendadak
Membungkuk
terlalu lama
Batuk
e. Amati kondisi
mata : luka e. Berbagai kondisi
menonjol, bilik seperti luka
mata depan menonjol, bilik
menonjol, nyeri mata depan
mendadak, nyeri menonjol, nyeri
yang tidak mendadak,
berkurang hiperemia, serta
dengan hipopion mungkin
pengobatan, menunjukan
mual dan cedera mata pasca
muntah. operasi.
Dilakukan setiap
6 jam asca
operasi atau
seperlunya.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Glaukoma adalah sekelompok kelainan mata yang ditandai dengan peningkatan tekanan
intraokuler. Penyakit yang di tandai peninggian tekanan intraokuler ini disebabkan oleh :
- Bertambahnya produksi cairan mata oleh badan ciliary
- Berkurangnya pengeluaran cairan mata di daerah sudut bilik mata atau di celah pupil
B. Saran
Semoga dengan pembuatan makalah ini, makalah ini dapat bermanfaat bagi yang
membacanya dan dapat di gunakan sebagai pedoman pembelajaran
DAFTAR PUSTAKA
Susan Martin Tucker, Standar Perawatan Pasien : Proses Keperawatan, Diagnosisi dan
Evaluasi. Ed 5 Vol3 EGC. Jakarta 1998