Sunteți pe pagina 1din 44

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masa nifas ( puepurium ) adalah masa pulih kembali, mulai dari
persalinan selesai sampai alat – alat kandungan kembali seperti pra – hamil.
Lama masa nifas ini yaitu 6 – 8 minggu. ( Askeb Ibu Masa Nifas, 2011 )
Masa nifas dimulai beberapa jam sesudah lahirnya plasenta sampai
dengan 6 minggu berikutnya. ( JHPEIGO, 2002 )
Masa nifas tidak kurang dari 10 hari dan tidak lebih dari 8 hari
setelah akhir persalinan, dengan pemantauan bidan sesuai kebutuhan ibu dan
bayi. ( Bennet dan Brown, 1999, P : 590 )
Pada masa nifas , ibu akan mengalami perubahan perasaan , dimana
keadaan ini disebut Post Partum Blues. Post Partum Blues termasuk depresi
ringan yang terjadi pada ibu-ibu setelah melahirkan. Sekitar 70% dari semua
ibu yang melahirkan pernah mengalami Post Partum Blues (The NFC
Foundation, 2000).
Asuhan masa nifas sangat diperlukan dalam periode ini karena
merupakan masa kritis. Diperkirakan bahwa 60 % kematian ibu akibat
kehamilan terjadi setelah persalinan, dan 50 % kematian masa nifas terjadi
dalam 24 jam pertama ( Prawirohardjo, 2006 : 122 ).

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memberikan asuhan keperawatan pada pasien nifas.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada pasien nifas.
b. Mahasiswa mampu melakukan analisa data pada pasien nifas.
c. Mahasiswa mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien
nifas.
d. Mahasiswa mampu melakukan perencanaan asuhan keperawatan
pada pasien nifas.
e. Mahasiswa mampu melakukan implementasi asuhan keperawatan
pada pasien nifas.
f. Mahasiswa mampu melakukan dokumentasi asuhan keperawatan
pada pasien nifas.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI
Postpartum (puerperium) adalah masa yang dimulai setelah plasenta
keluar dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali pulih seperti semula.
Selama masa pemulihan tersebut berlangsung, ibu akan mengalami banyak
perubahan fisik yang bersifat fisiologis dan banyak memberikan
ketidaknyamanan pada awal postpartum, yang tidak menutup kemungkinan
untuk menjadi patologis bila tidak diikuti dengan perawatan yang baik
(Safitri, 2016).
Masa nifas atau post partum adalah masa setelah persalinan selesai
sampai 6 minggu atau 42 hari. Setelah masa nifas, organ reproduksi secara
berlahan akan mengalami perubahan seperti sebelum hamil. Selama masa
nifas perlu mendapat perhatian lebih dikarenakan angka kematian ibu 60%
terjadi pada masa nifas. Dalam angka kematian ibu (AKI) adalah penyebab
banyaknya wanita meninggal dari suatu penyebab kurangnya perhatian pada
wanita post partum (Maritalia,2012 dalam Lestari, 2013).
Periode postpartum adalah waktu penyembuhan dan perubahan, waktu
kembali pada keadaan tidak hamil, serta penyesuaian terhadap hadirnya
anggota keluarga baru (Mitayani, 2009 dalam Priawan, 2017).

B. TAHAPAN MASA NIFAS


Tahapan yang terjadi pada masa nifas adalah sebagai berikut (Priawan,
2017) :
a. Periode immediate postpartum
Masa segera setelah plasenta lahir sampai dengan 24 jam. Pada masa
ini sering terdapat banyak masalah, misalnya pendarahan karena atonia
uteri, oleh karena itu, bidan dengan teratur harus melakukan pemeriksaan
kontraksi uterus, pengeluaran lokhea, tekanan darah, dan suhu.
b. Periode early postpartum (24 jam-1 minggu)
Pada fase ini bidan memastikan involusi uteri dalam keadaan normal,
tidak ada perdarahan, lokhea tidak berbau busuk, tidak demam, ibu cukup
mendapatkan makanan dan cairan, serta ibu dapat menyusui dengan baik.
Selain itu, pada fase ini ibu sudah memiliki keinginan untuk merawat
dirinya dan diperbolehkan berdiri dan berjalan untuk melakukan perawatan
diri karena hal tersebut akan bermanfaat pada semua sistem tubuh.
c. Periode late postpartum (1 minggu- 5 minggu)
Pada periode ini bidan tetap melakukan perawatan dan pemeriksaan
sehari-hari serta konseling KB.

C. PERUBAHAN FISIOLOGIS PADA MASA NIFAS


Sistem tubuh ibu akan kembali beradaptasi untuk menyesuaikan dengan
kondisi postpartum. Organ-organ tubuh ibu yang mengalami perubahan
setelah melahirkan antara lain (Safitri, 2016) :
1. Perubahan Sistem Reproduksi

a. Uterus
Involusi merupakan suatu proses kembalinya uterus pada kondisi
sebelum hamil. Perubahan ini dapat diketahui dengan melakukan
pemeriksaan palpasi untuk meraba dimana TFU-nya (Tinggi Fundus
Uteri).
Tabel.2 Tinggi Fundus Uterus Dan Berat Uterus Menurut Hari
Kondisi Tinggi Fundus Uterus Berat Uterus
Bayi lahir Setinggi pusat 1000 gr
Uri lahir Dua jari dibawah pusat 750 gr
1 minggu Pertengahan pusat- 500 gr
symphisis
2 minggu Tak teraba di atas 350 gr
symphisis
6 minggu Bertambah kecil 50 gr
8 minggu Sebesar normal 30 r

b. Lokhea
Lokhea adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas. Lokhea
berbau amis atau anyir dengan volume yang berbeda-beda pada setiap
wanita. Lokhea yang berbau tidak sedap menandakan adanya infeksi.
Lokhea mempunyai perubahan warna dan volume karena adanya
proses involusi. Lokhea dibedakan menjadi 4 jenis berdasarkan warna
dan waktu keluarnya :
1) Lokhea rubra
Lokhea ini keluar pada hari pertama sampai hari ke-4 masa
postpartum. Cairan yang keluar berwarna merah karena terisi
darah segar, jaringan sisa-sisa plasenta, dinding rahim, lemak bayi,
lanugo (rambut bayi), dan mekonium.
2) Lokhea sanguinolenta
Lokhea ini berwarna merah kecokelatan dan berlendir, serta
berlangsung dari hari ke-4 sampai hari ke-7 post partum.
3) Lokhea serosa
Lokhea ini berwarna kuning kecokelatan karena mengandung
serum, leukosit, dan robekan atau laserasi plasenta. Keluar pada
hari ke-7 sampai hari ke-14.
4) Lokhea alba
Lokhea ini mengandung leukosit, sel desidua, sel epitel, selaput
lendir serviks, dan serabut jaringan yang mati. Lokhea alba ini
dapat berlangsung selama 2-6 minggu post partum.

Lokhea yang menetap pada awal periode post partum


menunjukkan adanya tanda-tanda perdarahan sekunder yang mungkin
disebabkan oleh tertinggalnya sisa atau selaput plasenta. Lokhea alba
atau serosa yang berlanjut dapat menandakan adanya endometritis,
terutama bila disertai dengan nyeri pada abdomen dan demam. Bila
terjadi infeksi, akan keluar cairan nanah berbau busuk yang disebut
dengan “lokhea purulenta”. Pengeluaran lokhea yang tidak lancar
disebut “lokhea statis”.

c. Perubahan Vagina
Vulva dan vagina mengalami penekanan, serta peregangan yang
sangat besar selama proses melahirkan bayi. Dalam beberapa hari
pertama sesudah proses tersebut, kedua organ ini tetap dalam keadaan
kendur. Setelah 3 minggu, vulva dan vagina kembali kepada keadaan
tidak hamil dan rugae dalam vagina secara berangsur-angsur akan
muncul kembali, sementara labia menjadi lebih menonjol.
d. Perubahan Perineum
Segera setelah melahirkan, perineum menjadi kendur karena
sebelumnya teregang oleh tekanan bayi yang bergerak maju. Pada post
natal hari ke-5, perinium sudah mendapatkan kembali sebagian
tonusnya, sekalipun tetap lebih kendur daripada keadaan sebelum
hamil.

e. Perubahan Sistem Pencernaan


Biasanya ibu mengalami konstipasi setelah persalinan. Hal ini
disebabkan karena pada waktu melahirkan alat pencernaan mendapat
tekanan yang menyebabkan kolon menjadi kosong, pengeluaran cairan
yang berlebihan pada waktu persalinan, kurangnya asupan makan,
hemoroid dan kurangnya aktivitas tubuh.

f. Perubahan Sistem Perkemihan


Setelah proses persalinan berlangsung, biasanya ibu akan sulit
untuk buang air kecil dalam 24 jam pertama. Penyebab dari keadaan
ini adalah terdapat spasme sfinkter dan edema leher kandung kemih
setelah mengalami kompresi (tekanan) antara kepala janin dan tulang
pubis selama persalinan berlangsung. Kadar hormon estrogen yang
besifat menahan air akan mengalami penurunan yang mencolok.
Keadaan tersebut disebut “diuresis”.
g. Perubahan Sistem Muskuloskeletal
Otot-otot uterus berkontraksi segera setelah partus, pembuluh
darah yang berada di antara anyaman otot-otot uterus akan terjepit,
sehingga akan menghentikan perdarahan. Ligamen-ligamen, diafragma
pelvis, serta fasia yang meregang pada waktu persalinan, secara
berangsur-angsur menjadi ciut dan pulih kembali. Stabilisasi secara
sempurna terjadi pada 6-8 minggu setelah persalinan.
h. Perubahan Sistem Kardiovaskuler
Setelah persalinan, shunt akan hilang tiba-tiba. Volume darah
bertambah, sehingga akan menimbulkan dekompensasi kordis pada
penderita vitum cordia. Hal ini dapat diatasi dengan mekanisme
kompensasi dengan timbulnya hemokonsentrasi sehingga volume
darah kembali seperti sediakala. Pada umumnya, hal ini terjadi pada
hari ketiga sampai kelima postpartum.
i. Perubahan Tanda-tanda Vital
Pada masa nifas, tanda – tanda vital yang harus dikaji antara lain :
1) Suhu badan
Dalam 1 hari (24 jam) postpartum, suhu badan akan naik sedikit
(37,50 – 380C) akibat dari kerja keras waktu melahirkan,
kehilangan cairan dan kelelahan. Apabila dalam keadaan normal,
suhu badan akan menjadi biasa. Biasanya pada hari ketiga suhu
badan naik lagi karena ada pembentukan ASI. Bila suhu tidak
turun, kemungkinan adanya infeksi pada endometrium.
2) Nadi
Denyut nadi normal pada orang dewasa 60-80 kali per menit.
Denyut nadi sehabis melahirkan biasanya akan lebih cepat.
Denyut nadi yang melebihi 100x/ menit, harus waspada
kemungkinan dehidrasi, infeksi atau perdarahan postpartum.
3) Tekanan darah
Tekanan darah biasanya tidak berubah. Kemungkinan tekanan
darah akan lebih rendah setelah ibu melahirkan karena ada
perdarahan. Tekanan darah tinggi pada saat postpartum
menandakan terjadinya preeklampsi postpartum.

j. Pernafasan
Keadaan pernafasan selalu berhubungan dengan keadaan suhu
dan denyut nadi. Bila suhu nadi tidak normal, pernafasan juga akan
mengikutinya, kecuali apabila ada gangguan khusus pada saluran
nafas. Bila pernafasan pada masa postpartum menjadi lebih cepat,
kemungkinan ada tanda-tanda syok.

D. PERUBAHAN PSIKOLOGIS PADA IBU POST PARTUM


Kelahiran anggota baru bagi suatu keluarga memerlukan penyesuaian
bagi ibu. Perubahan peran seorang ibu memerlukan adaptasi yang harus
dijalani, perubahan tersebut berupa perubahan emosi dan sosial. Adaptasi
psikologis ini menjadi periode kerentanan pada ibu postpartum, karena
periode ini membutuhkan peran professional kesehatan dan keluarga.
Tanggung jawab ibu postpartum bertambah dengan hadirnya bayi yang baru
lahir. Proses penyesuaian ibu atas perubahan yang dialaminya terdiri atas tiga
fase yaitu (Safitri, 2016) :
1. Fase taking in
Fase taking in yaitu periode ketergantungan. Periode ini berlangsung
dari hari pertama sampai hari kedua setelah melahirkan. Pada fase ini, ibu
sedang berfokus terutama pada dirinya sendiri. Ibu akan berulang kali
menceritakan proses persalinan yang dialaminya dari awal sampai akhir.
Ibu perlu bicara tentang dirinya sendiri. Ketidaknyamanan fisik yang
dialami ibu pada fase ini seperti rasa mules, nyeri pada jahitan, kurang
tidur dan kelelahan merupakan sesuatu yang tidak dapat dihindari. Hal
tersebut membuat ibu perlu cukup istirahat untuk mencegah gangguan
psikologis yang mungkin dialami, seperti mudah tersinggung, menangis.
Hal ini membuat ibu cenderung menjadi pasif. Pada fase ini petugas
kesehatan harus menggunakan pendekatan yang empatik agar ibu dapat
melewati fase ini dengan baik.

2. Fase taking hold


Fase taking hold yaitu periode yang berlangsung 3-10 hari setelah
melahirkan. Pada fase ini ibu timbul rasa khawatir akan ketidakmampuan
dan rasa tanggung jawabnya dalam merawat bayi. Ibu mempunyai
perasaan sangat sensitif sehingga mudah tersinggung dan gampang marah.
Kita perlu berhati-hati menjaga komunikasi dengan ibu. Dukungan moril
sangat diperlukan untuk menumbuhkan kepercayaan diri ibu.

3. Fase letting go
Fase letting go yaitu periode menerima tanggung jawab akan peran
barunya. Fase ini berlangsung sepuluh hari setelah melahirkan. Ibu sudah
mulai menyesuaikan diri dengan ketergantungan bayinya. Ibu memahami
bahwa bayi butuh disusui sehingga siap terjaga untuk memenuhi
kebutuhan bayinya. Keinginan untuk merawat diri dan bayinya sudah
meningkat pada fase ini. Ibu akan lebih percaya diri dalam menjalani
peran barunya. Pendidikan kesehatan yang kita berikan pada fase
sebelumnya akan sangat berguna bagi ibu. Ibu lebih mandiri dalam
memenuhi kebutuhan diri dan bayinya.

E. KOMPLIKASI PADA MASA NIFAS


1. Perdarahan
Perdarahan post partum adalah perdarahan lebih dari 500-600 ml
dalam masa 24 jam setelah anak lahir. Hal-hal yang menyebabkan
perdarahan postpartum adalah atonia uteri, perlukaan jalan lahir,
terlepasnya sebagian plasenta dari uterus, tertinggalnya sebagian dari
plasenta seperti kotiledon atau plasenta suksenturiata, endometritis
puerperalis, penyakit darah.
2. Infeksi
Infeksi nifas adalah infeksi pada dan melalui traktus genitalis setelah
persalinan. Tanda dan gejala infeksi umumnya termasuk peningkatan suhu
tubuh, malaise umum, nyeri, dan lokhia berbau tidak sedap. Peningkatan
kecepatan nadi dapat terjadi, terutama pada infeksi berat.
3. ISK (Infeksi Saluran Kencing)
Kejadian ISK pada masa nifas relatif tinggi dan hal ini dihubungkan
dengan hipotoni kandung kemih akibat trauma kandung kemih waktu
persalinan, pemeriksaan dalam yang terlalu sering, kontaminasi kuman
dari perineum, atau kateterisasi yang sering .
4. Sakit kepala, nyeri epigastrik, penglihatan kabur
5. Pembengkakan wajah atau ekstremitas
6. Depresi post partum
Periode masa nifas merupakan waktu dimana ibu mengalami stres
pascapersalinan, terutama pada ibu primipara. Depresi yang
mempengaruhi kemampuan untuk mengatasi, atau yang tidak mereda
setelah beberapa hari, perasaan marah pada bayi terutama jika perasaan itu
dibarengi dengan keinginan buruk.

F. PERAWATAN MASA NIFAS


Perawatan masa nifas adalah perawatan terhadap wanita hamil yang telah
selesai bersalin sampai alat-alat kandungan kembali seperti sebelum hamil,
lamanya kira-kira 6-8 minggu. Perawatan diri pada masa nifas diperlukan
karena pada masa nifas wanita akan banyak mengalami perubahan pada
dirinya, baik fisik maupun psikologis, diantaranya (Safitri, 2016):
1. Kebersihan Diri
Kebersihan diri atau personal hygiene membantu mengurangi
sumber infeksi dan meningkatkan perasaan kesejahteraan ibu. Personal
Hygiene yang bisa dilakukan ibu nifas untuk memelihara kebersihan diri
tidak hanya mandi, tetapi juga menggosok gigi dan menjaga kebersihan
mulut, menjaga kebersihan rambut dengan keramas, menjaga kebersihan
pakaian, dan menjaga kebersihan kaki, kuku, telinga, mata dan hidung.
Selain itu juga mencuci tangan sebelum memegang payudara, setelah
mengganti popok bayi, setelah buang air besar dan kecil dan sebelum
memegang atau menggendong bayi.
2. Perawatan Perineum
Perawatan perineum bertujuan untuk pencegahan terjadinya infeksi,
mengurangi rasa tidak nyaman dan meningkatkan penyembuhan.
Perawatan perineum yang dianjurkan untuk ibu postpartum adalah
membasuh perineum dengan air bersih dan sabun setelah berkemih dan
buang air besar. Perineum harus dalam keadaan kering dan dibersihkan dari
depan ke belakang.23 Ibu dianjurkan untuk mengganti pembalut setiap kali
mandi, setelah buang air besar atau kecil atau setiap tiga sampai empat jam
sekali.
3. Perawatan Payudara
Perawatan payudara adalah suatu tindakan untuk merawat payudara
terutama pada masa nifas (masa menyusui) untuk melancarkan pengeluaran
ASI. Payudara harus dibersihkan dengan teliti setiap hari selama mandi dan
sekali lagi ketika hendak menyusui. Hal ini akan mengangkat kolostrum
yang kering atau sisa susu dan membantu mencegah akumulasi dan
masuknya bakteri baik ke puting maupun ke mulut bayi.
4. Mobilisasi Dini
Mobilisasi Dini adalah selekas mungkin membimbing ibu keluar dari
tempat tidurnya dan membimbing ibu selekas mungkin segera berjalan.
Jika tidak ada kelainan, mobilisasi dapat dilakukan sedini mungkin, yaitu
dua jam setelah persalinan normal.10 Mobilisasi dini sangat bermanfaat
untuk mempertahankan fungsi tubuh, memperlancar peredaran darah
sehingga mencegah terjadinya tromboemboli, membantu pernafasan
menjadi lebih baik, mempertahankan tonus otot, memperlancar eliminasi,
dan mengembalikan aktivitas sehingga dapat memenuhi kebutuhan gerak
harian
5. Senam Nifas
Senam nifas dilakukan sejak hari pertama setelah melahirkan hingga
hari kesepuluh, dilakukan pada saat kondisi ibu benar-benar pulih dan tidak
ada hambatan atau komplikasi pada masa nifas.
6. Defekasi
Buang air besar harus dilakukan 3-4 hari setelah melahirkan. Namun
buang air besar secara spontan biasanya tertunda selama 2-3 hari setelah
ibu melahirkan. Keadaan ini disebabkan karena tonus otot usus menurun
selama proses persalinan dan pada masa pascapartum, dehidrasi, kurang
makan dan efek anastesi.
7. Eliminasi Urin
Kadang-kadang wanita mengalami sulit buang air kecil selama 24
jam pertama setelah melahirkan. Hal ini terjadi karena kandung kemih
mengalami trauma atau lebam selama melahirkan akibat tertekan oleh
janin. Bila kandung kemih penuh ibu sulit kencing sebaiknya lakukan
kateterisasi, sebab hal ini dapat mengandung terjadinya infeksi.
8. Diet
Kebutuhan gizi pada masa nifas meningkat 25 % dari kebutuhan
biasa karena berguna untuk proses kesembuhan sehabis melahirkan dan
untuk memproduksi air susu yang cukup.1 Ibu yang menyusui perlu
mengkonsumsi protein, mineral dan cairan ekstra. Makanan ini juga bisa
diperoleh dengan susu rendah lemak dalam dietnya setiap hari. Ibu juga
dianjurkan untuk mengkonsumsi multivitamin dan suplemen zat besi.
9. Istirahat
Setelah persalinan, ibu mengalami kelelahan dan butuh istirahat/tidur
telentang selama 8 jam kemudian miring kiri dan kanan.
G. PATHWAY

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN
a. Identitas
Terdiri dari Nama, No.Rek.Medis, Umur , Agama, Jenis
Kelamin ,Pekerjaan, Status perkawinan, Alamat, Tanggal masuk,
Yang mengirim, Cara masuk RS, dan Diagnosa medis dan nama
Identitas Penanggung Jawab meliputi : Nama, Umur, Hub dengan
pasien, Pekerjaan dan Alamat

b. Riwayat Kesehatan, meliputi :


1) Keluhan yang dirasakan ibu saat ini, adakah afterpains,
nyeri luka jahitan perineum, adakah perdarahan.
2) Riwayat kehamilan meliputi umur kehamilan serta
riwayat penyakit yang menyertai.
3) Riwayat persalinan meliputi lama persalinan, GPA,
proses persalinan, adakah komplikasi, laserasi atau
episiotomi.
4) Riwayat obstetric terdahulu, adakah komplikasi saat
nifas, apakah ibu menyusui bayinya secara eksklusif,
adakah masalah waktu laktasi.
5) Riwayat KB, rencana ibu untuk KB selanjutnya.
6) Riwayat kesehatan ibu dan keluarga, adakah penyakit
menular maupun menurun.
7) Adakah kesulitan atau gangguan dalam pemenuhan
kebutuhan sehari – hari misalnya pola makan, BAK, BAB,
personal hygiene, istirahat maupun mobilisasi.
8) Obat / suplemen yang dikonsumsi saat ini misalnya
tablet besi.
9) Perasaan ibu saat ini berkaitan dengan kelahiran bayi,
penerimaan terhadap peran baru sebagai orang tua
termasuk suasana hati yang dirasakan ibu sekarang,
kecemasan, kekhawatiran.
10) Adakah kesulitan dalam pemberian ASI dan perawatan
bayi sehari – hari.
11) Bagaimana rencana menyusui nanti ( ASI eksklusif atau
tidak) , rencana merawat bayi dirumah ( dilakukan ibu
sendiri atau dibantu orangtua / mertua )
12) Bagaimana dukungan suami atau keluarga terhadap ibu.
13) Pengetahuan ibu tentang nifas.
14) Adakah adat istiadat yang merugikan kesehatan pada
masa nifas.

c. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum pasien dan kesadarannya.
2) Tanda – tanda vital, meliputi : tekanan darah, suhu,
nadi, dan pernafasan.
3) Antopometri, meliputi : tinggi badan, berat badan
sebelum hamil, berat badan setelah hamil, dan total
kenaikan berat badan.
4) Wajah.
a) Pucat atau tidak.
b) Chloasma gravidarum.
5) Mata, meliputi kondisi sclera dan konjungtiva.
6) Mulut dan gigi, meliputi adakah bau mulut, sariawan,
caries, dan karang gigi.
7) Leher, meliputi adakah kelenjar gondok dan
peningkatan tekanan JVP.
8) Payudara.
a) Bagaimanakah proses laktasinya.
b) Adakah pembesaran kelenjar / abses.
c) Bagaimana keadaan putting susu ( menonjol /
mendatar, adakah nyeri dan lecet putting )
d) Kebersihan payudara.
e) ASI / colostrum apakah sudah keluar.
f) Adakah pembengkakan.
g) Adakah radang atau benjolan abnormal.

9. Abdomen.
a) Palpasi : ukur tinggi fundus uteri, kontraksi uterus,
posisi diastesis rekti.
b) Auskultasi : bising usus.
c) Kaji keluhan mules – mules ( hisroyen / his pengiring
)
d) Kaji bentuk abdomen.
e) Kaji striae.
f) Kaji linea rubra.
g) Adakah bekas operasi.
9) Kandung kemih.
a) Adakah distensi urine.
b) Kandung kemih kosong / penuh.

10) Genetalia dan perineum.


a) Pengeluaran lochea ( jenis, warna, jumlah, bau )
b) Adakah oedema atau memar pada dinding vagina.
c) Adakah peradangan.
d) Adakah nyeri.
e) Kaji jahitan dan keadaan luka episiotomy.
f) Adakah nanah.
g) Tanda – tanda infeksi pada luka jahitan.
h) Kebersihan perineum.
i) Adakah hemorrhoid pada anus.

11) Ekstremitas bawah.


a) Pergerakan.
b) Adakah gumpalan darah pada otot kaki yang
menyebabkan nyeri.
c) Adakah oedema dan varises.
d) Adakah human’s sign.

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Nyeri akut berhubungan dengan trauma mekanis, edema /
pembesaran jaringan atau distensi efek – efek hormonal
b. Ketadakefektifan menyusui berhubungan dengan tingkat
pengetahuan, pengalaman sebelumnya, tingkat dukungan,
karakteristik payudara
c. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan trauma
jaringan, penurunan Hb, prosedur invasive, pecah ketuban,
malnutrisi
d. Perubahan eliminasi urine berhubungan dengan efek hormonal,
trauma mekanis, edema jaringan, efek anastesi ditandai dengan
distensi kandung kemih, perubahan – perubahan jumlah / frekuensi
berkemih
e. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan
dengan penurunan masukan / penggantian tidak adekuat,
kehilangan cairan berlebih (muntah, hemoragi, peningkatan
keluaran urine)
f. Konstipasi berhubungan dengan penurunan tonus otot, efek
progesteron, dehidrasi, nyeri perineal ditandai dengan perubahan
bising usus, feses kurang dari biasanya
g. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai perawatan diri
dan bayi berhubungan dengan kurang pemahaman, salah
interpretasi tidak tahu sumber – sumber
h. Keterbatasan gerak dan aktivitas berhubungan dengan nyeri luka
jahitan perineum

3. RENCANA KEPERAWATAN
a. Dx 1 :Nyeri akut berhubungan dengan trauma mekanis, edema /
pembesaran jaringan atau distensi efek – efk hormonal.
1) Tujuan dan Kreteria Evaluasi:
Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan
nyeri ibu berkurang dengan criteria evaluasi: skala
nyeri 0-1, ibu mengatakan nyerinya berkurang sampai
hilang, tidak merasa nyeri saat mobilisasi, tanda vital
dalam batas normal. S = 36-370C. N = 60-80x/menit,
TD = 120/80 mmhg, RR= 18 – 20 x / menit
2) Intervensi dan Rasional:
- Kaji ulang skala nyeri
Rasional : mengidentifikasi kebutuhan dan intervensi
yang tepat
- Anjurkan ibu agar menggunakan teknik relaksasi dan
distraksi rasa nyeri
Rasional : untuk mengalihkan perhatian ibu dan rasa
nyeri yang dirasakan
- Motivasi : untuk mobilisasi sesuai indikasi
Rasional : memperlancar pengeluaran lochea,
mempercepat involusi dan mengurangi nyeri secara
bertahap.
- Berikan kompres hangat
Rasional : meningkatkan sirkulasi pada perineum
- Delegasi pemberian analgeti
Rasional : melonggarkan system saraf perifer sehingga
rasa nyeri berkurang

b. Dx 2 :Ketadakefektifan menyusui berhubungan dengan tingkat


pengetahuan, pengalaman sebelumnya, tingkat dukungan,
karakteristik payudara.
1) Tujuan dan Kreteria Evaluasi:
Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan
ibu dapat mencapai kepuasan menyusui dengan criteria
evaluasi: ibu mengungkapkan proses situasi menyusui,
bayi mendapat ASI yang cukup.
2) Intervesi dan Rasional:
- Kaji ulang tingkat pengetahuan dan pengalaman ibu
tentang menyusui sebelumnya.
Rasional: membantu dalam mengidentifikasi kebutuhan
saat ini agar memberikan intervensi yang tepat.
- Demonstransikan dan tinjau ulang teknik menyusui
Rasional: posisi yang tepat biasanya mencegah
luka/pecah putting yang dapat merusak dan
mengganggu.
- Anjurkan ibu mengeringkan puting setelah menyusui
Rasional : agar kelembapan pada payudara tetap dalam
batas normal.

c. Dx 3. : Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan trauma


jaringan, penurunan Hb, prosedur invasive, pecah ketuban,
malnutrisi
1) Tujuan dan Kreteria Evaluasi:
Setelah diberikan askep diharapkan infeksi pada ibu
tidak terjadi dengan KE : dapat mendemonstrasikan
teknik untuk menurunkan resiko infeksi, tidak terdapat
tanda-tanda infeksi.
2) Intervensi dan Rasional:
- Kaji lochea (warna, bau, jumlah) kontraksi uterus dan
kondisi jahitan episiotomi.
Rasional : untuk dapat mendeteksi tanda infeksi lebih
dini dan mengintervensi dengan tepat.
- Sarankan pada ibu agar mengganti pembalut tiap 4 jam.
Rasional : pembalut yang lembab dan banyak darah
merupakan media yang menjadi tempat
berkembangbiaknya kuman.
- Pantau tanda-tanda vital
Rasional : peningkatan suhu > 38°C menandakan
infeksi.
- Lakukan rendam bokong.
Rasional : untuk memperlancar sirkulasi ke perinium
dan mengurangi udema.
- Sarankan ibu membersihkan perineal dari depan ke
belakang.
Rasional : membantu mencegah kontaminasi rektal
melalui vaginal.

d. Dx 4 :Perubahan eliminasi urine berhubungan dengan efek


hormonal, trauma mekanis, edema jaringan, efek anastesi ditandai
dengan distensi kandung kemih, perubahan – perubahan jumlah /
frekuensi berkemih.
1) Tujuan dan Kreteria Evaluasi:
Setelah diberikan askep diharapkan ibu tidak
mengalami gangguan eliminasi (BAK) dengan KE: ibu
dapat berkemih sendiri dalam 6-8 jam post partum tidak
merasa sakit saat BAK, jumlah urine 1,5-2 liter/hari.
2) Intervensi dan Rasional:
- Kaji dan catat cairan masuk dan keluar tiap 24 jam.
Rasional: mengetahui balance cairan pasien sehingga
diintervensi dengan tepat.
- Anjurkan berkamih 6-8 jam post partum.
Rasional: melatih otot-otot perkemihan.
- Berikan teknik merangsang berkemih seperti rendam
duduk, alirkan air keran.
Rasional: agar kencing yang tidak dapat keluar, bisa
dikeluarkan sehingga tidak ada retensi.
- Kolaborasi pemasangan kateter.
Rasional: mengurangi distensi kandung kemih.

e. Dx 5 : Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan


berhubungan dengan penurunan masukan/penggantian tidak
adekuat, kehilangan cairan berlebih (muntah, hemoragi,
peningkatan keluaran urine)
1) Tujuan dan Kreteria Evaluasi:
Setelah diberikan askep ibu diharapkan tidak
kekurangan volume cairan dengan KE : cairan masuk
dan keluar seimbang, Hb/Ht dalam batas normal (12,0-
16,0 gr/dL)
2) Intervensi dan Rasional:
- Ajarkan ibu agar massage sendiri fundus uteri.
Rasional: memberi rangsangan pada uterus agar
berkontraksi kuat dan mengontrol perdarahan.
- Pertahankan cairan peroral 1,5-2 Liter/hari.
Rasional: mencegah terjadinya dehidrasi.
- Observasi perubahan suhu, nadi, tensi.
Rasional: peningkatan suhu dapat memperhebat
dehidrasi.
- Periksa ulang kadar Hb/Ht.
Rasional: penurunan Hb tidak boleh melebihi 2
gram%/100 dL.

f. Dx 6 : Konstipasi berhubungan dengan penurunan tonus otot, efek


progesteron, dehidrasi, nyeri perineal ditandai dengan perubahan
1) Tujuan dan Kreteria Evaluasi:
Setelah diberikan askep diharapkan konstipasi tidak
terjadi pada ibu dengan KE : ibu dapat BAB maksimal
hari ke 3 post partum, feses lembek.
2) Intervensi dan Rasional:
- Anjurkan pasien untuk melakukan ambulasi sesuai
toleransi dan meningkatkan secara progresif.
Rasional: membantu meningkatkan peristaltik
gastrointestinal.
- Pertahankan diet reguler dengan kudapan diantara
makanan, tingkatkan makan buah dan sayuran.
Rasional: makanan seperti buah dan sayuran membantu
meningkatkan peristaltik usus.
- Anjurkan ibu BAB pada WC duduk.
Rasional: mengurangi rasa nyeri.
- Kolaborasi pemberian laksantia supositoria.
Rasional: untuk mencegah mengedan dan stres perineal.

g. Dx 7 : Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai


perawatan diri dan bayi berhubungan dengan kurang pemahaman,
salah interpretasi tidak tahu sumber – sumber
1) Tujuan dan Kreteria Evaluasi:
Setelah diberikan askep diharapkan pengetahuan
ibu tentang perawatan dini dan bayi bertambah dengan
KE : mengungkapkan kebutuhan ibu pada masa post
partum dan dapat melakukan aktivitas yang perlu
dilakukan dan alasannya seperti perawatan bayi,
menyusui, perawatan perinium.
2) Intervensi dan Rasional:
- Berikan informasi tentang perawatan dini (perawatan
perineal) perubahan fisiologi, lochea, perubahan peran,
istirahat, KB.
Rasional: membantu mencegah infeksi, mempercepat
penyembuhan dan berperan pada adaptasi yang positif
dari perubahan fisik dan emosional
- Berikan informasi tentang perawatan bayi (perawatan
tali pusat, ari, memandikan dan imunisasi).
Rasional: menambah pengetahuan ibu tentang
perawatan bayi sehingga bayi tumbuh dengan baik.
- Sarankan agar mendemonstrasikan apa yang sudah
dipelajari.
Rasional : memperjelas pemahaman ibu tentang apa
yang sudah dipelajari.

h. Dx 8 : Keterbatasan gerak dan aktivitas berhubungan dengan nyeri


luka jahitan perineum
1) Tujuan dan Kreteria Evaluasi:
Setelah diberikan askep diharapkan gerak dan
aktivitas terkoordinasi dengan KE : sudah tidak nyeri
pada luka jahitan saat duduk, luka jahitan perinium
sudah tidak sakit (nyeri berkurang).
2) Intervensi dan Rasional:
- Anjurkan mobilisasi dan latihan dini secara bertahap.
Rasional : meningkatkan sirkulasi dan aliran darah ke
ekstremitas bawah.
- KIE perawatan luka jahitan periniom.
Rasional : mempercepat kesembuhan luka sehingga
memudahkan gerak dan aktivitas.
- Kolaborasi pemberian analgetik.
Rasional : melonggarkan sistem saraf parifer sehingga
rasa nyeri berkurang
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN MATERNITAS
DI RUANG: ANGGREK RSUP DR. SOERADJI
TIRTONEGORO KLATEN

A. PENGKAJIAN
Nama Mahasiswa : Suratmi
Tempat : Ruang Anggrek RSST Klaten
Hari, tanggal : Senin, 06 November 2017

1. Identitas
a. Identitas klien
Nama : Ny.”W”
Tanggal lahir : 13 November 1991
Umur : 26 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Pendidikan : SMA
Status perkawinan : Kawin
Suku/kebangsaan : Jawa/Indonesia
Tanggal masuk RS : 5 November 2017
Diagnosa medis : P1A0AH1 Post Sectio Caesaria atas Indikasi
Fetal Compromised.
Alamat : Bulupitu Klaten
No.RM : 10223xx
b. Identitas Penanggung jawab
Nama : Tn.”S”
Umur : 27 tahun
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Karyawan swasta
Alamat : Bulupitu, Klaten
Hub.dengan Klien : Suami klien
Status perkawinan : Kawin

2. Riwayat Kesehatan
a. Kesehatan Klien
1) Keluhan Utama Saat Pengkajian
Klien mengatakan nyeri pada luka jahitan dengan karakteristik nyeri:
P: nyeri akut saat bergerak
Q: seperti ditusuk
R: area jahitan bekas sc di perut
S: 3 (skala dari 1-10)
T: hilang timbul
2) Riwayat Kesehatan Sekarang :
Pada hari Sabtu pagi tanggal 04 November 2017, klien Periksa
kehamilannya ke Bidan karena kenceng-kenceng. Lalu oleh bidan klien
dirujuk ke RSST Klaten untuk dilakukan Operasi Sectio Caesaria. Klien
Operasi SC pukul 11.00 dan pada pukul 01.30 klien dipindah ke Ruang
Anggrek untuk dilakukan pemulihan.
3) Riwayat Kehamilan
Klien mengatakan baru pertama kali ini mengalami hamil ( P1A0 ) dan
proses persalinan. Anak pertama kelahiran ini mempunyai jenis kelamin
Perempuan dengan berat badan lahir 2700 gram dan panjang 47 cm. Klien
mengatakan pada awal masa kehamilan sering mual muntah. Klien
mengatakan rajin memeriksakan kehamilannya pada bidan dengan
frekuensi satu bulan sekali, memasuki 8 bulan klien memeriksakan diri ke
bidan 2 minggu sekali, kemudian saat 9 bulan memeriksakan seminggu
sekali.
b. Riwayat kesehatan dahulu
1) Riwayat Penyakit
Klien mengatakan tidak memiliki riwayat sakit sebelumnya.

2) Riwayat Reproduksi
a) Riwayat Menstruasi
Klien menarche pada usia 14 tahun, dengan siklus 28 hari dengan lama
haid rata-rata 6-7 hari.
b) Riwayat Pernikahan
Klien menikah satu kali
c) Riwayat KB
Klien mengatakan belum memakai dan belum berencana ingin KB.
d) Riwayat Gangguan Reproduksi
Klien mengatakan tidak memiliki riwayat gangguan reproduksi
c. Riwayat kesehatan keluarga
1) Genogram
Ny.W
26 thn

Keterangan gambar :
: perempuan
: laki-laki

: klien
: garis perkawinan
: garis keturunan
: tinggal serumah (tanggung jawab)

2) Kesehatan keluarga
Tidak terdapat riwayat penyakit dalam maupun penyakit menular pada
keluarga.
3. Pola Kebiasaan
a. Aspek Fisik – Biologis
1) Pola Nutrisi
Klien mengatakan makan 3 kali sehari dengan sayur, nasi dan lauk. Klien
mengatakan minum habis ±1500 ml sehari.Klien mengatakan tidak
mempunyai alergi terhadap makanan tertentu.
A : Antropometri
Tinggi badan : 152 cm
Berat badan saat ini : 56 kg
IMT saat ini : 24,23kg/m2
B : Hb : 11,4 g/dL
AL : 15,5 x 103/uL
C : klien tidak lemas
D : diiet dari RS berupa nasi, sayur, lauk pauk, dan buah
2) Pola Menyusui
Setelah melahirkan, belum dilakukan inisiasi menyusui dini. 2 jam
kemudian, klien menyusui bayinya. Pada payudara kanan ASI keluar
lancar, sedangkan payudara kiri mengeluarkan ASI kurang lancar. Bayi
puas setelah menyusu. Klien mengatakan ingin menjadi orangtua yang
baik dengan menyusui bayinya.
3) Pola Eliminasi
Klien terpasang Dower Cateter saat pengkajian terdapat 300cc Urine
dengan warna kuning.
4) Pola Aktivitas-Istirahat
Klien menyatakan masih beraktivitas dan tidur seperti biasa pada malam
hari sebelum melahirkan. Klien belum dapat melakuakn aktivitas secara
mandiri seperti mandi, mobilisasi dan makan. Klien memerlukan bantuan
orang lain untuk pemenuhan ADL.

5) Kebersihan Diri
Klien mandi dua kali sehari pada pagi dan sore hari. Klien mandi dibantu
perawat dan keluarga. Klien mengatakan merasa lebih nyaman setelah
mandi.
b. Aspek Mental – Intelektual – Sosial – Spiritual
1) Konsep diri
a) Gambaran diri :
Klien menerima kehadiran bayinya sebagai anggota keluarga baru
b) Identitas diri :
Klien menyadari bahwa dirinya seorang perempuan dan seorang ibu
untuk anaknya. Klien mampu menyebutkan namanya dengan benar.
Klien berpenampilan sebagai seorang perempuan.
c) Harga diri :
Klien bahagia dengan kelahiran anaknya dan klien menyatakan orang-
orang disekitarnya selalu mendukung dan membantu klien.
d) Peran diri :
Klien berperan sebagai ibu rumah tangga, mengurus semua kebutuhan
rumah tangga dan suaminya.
e) Ideal diri :
Klien ingin anaknya sehat dan dapat membesarkannya hingga dewasa.
2) Intelektual
Klien mengatakan belum mengetahui teknik menyusui yang benar. Klien
mengatakan belum mengetahui tentang cara memandikan dan perawatan
tali pusat yang benar.
3) Hubungan interpersonal
Klien mengatakan hubungan dengan keluarga, saudara dan para tetangga
di rumahnya baik, hubungan klien dengan tim medis seperti perawat dan
bidan juga terjalin baik. Saat dilakukan pengkajian klien sangat kooperatif.

4) Mekanisme koping
Klien berusaha akan menjadi seorang ibu yang baik untuk anaknya dan
berusaha akan merawat anaknya dengan baik. Klien mengatakan jika ia
memiliki masalah, ia akan bercerita kepada suami.
5) Support system
Selama proses kehamilan, suami mendukung dan menemani klien saat
melakukan pemeriksaan di bidan. Klien terlihat mendapat dukungan
penuh dari suami dan ibunya. Ibu klien dan keluarga menunggui klien di
dalam ruangan.
4. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum : compos mentis
b. Tanda-tanda vital
Tekanan darah : 125/64 mmHg
Nadi : 80 kali/menit
Respirasi : 20 kali/menit
Suhu : 36,5°C
c. Pemeriksaan cephalo kaudal
1) Kulit
Akral teraba hangat dan kulit lembab. CRT <2detik.
2) Kepala
Bentuk kepala mesochepal, warna rambut hitam dan lurus. Rambut
tampak bersih.
3) Mata
Mata tampak simetris. Konjungtiva kemerahan. Sklera tidak ikterik.
4) Telinga
Bentuk telinga simetris, tidak ada cairan keluar dari telinga, tidak
menggunakan alat bantu pendengaran.
5) Hidung
Hidung tidak ada luka, tidak ada cairan keluar dari hidung.
6) Leher
Bentuk leher simetris, tidak ada pembesaran thyroid.

7) Dada
a) Inspeksi
Ekspansi dada simetris, pola nafas teratur, tidak ada retraksi.
b) Palpasi
Tidak ada nyeri tekan, taktil fremitus dada bagian depan kanan dan
kiri sama.
c) Perkusi
Suara resonan pada intercosta 1-3 dada kiri. Suara resonan pada
intercosta 1-5 dada kanan.
d) Auskultasi
Bunyi nafas vesikuler, tidak ada ronkhi atau stridor. S1 tunggal, S2
split tidak konstan.
8) Payudara
Puting menonjol, hiperpigmentasi pada areola, ASI keluar lancar pada
payudara kanan, sedangkan payudara kiri belum banyak mengeluarkan
ASI.
9) Abdomen
a) Inspeksi
Terdapat linea nigra dan striae gravidarum, terdapat jatitan SC
horizontal, darah tidak rembes
b) Auskultasi
Terdengar bising usus 16 x/menit
c) Perkusi
Kuadran kanan atas pekak, kuadran kiri atas timpani, kuadran kiri
bawah timpani,kuadran kanan bawah timpani.
d) Palpasi
Terdapat nyeri tekan pada perut bagian bawah pusar, uterus teraba
keras. TFU 2 jari dibawah pusat.
10) Genetalia
Terdapat luka jahitan pada jalan lahir (episiotomi)
R : vagina tampak merah
E : tidak ada pembengkakan
E : tidak ada lesi
D : lochea sanguniolenta
A : tidak ada jahitan post partum spontan
11) Ekstremitas
a) Atas
Kekuatan otot (+), akral teraba hangat, ekstremitas atas klien simetris.
Bawah
Ekstremitas bawah klien simetris, kekuatan otot (+), udem (+), tanda
hooman (-).
Penilaian kekuatan otot :
5 5
Keterangan penilaian :
5: pergerakan aktif, tahanan penuh 5 5
4: pergerakan aktif, sedikit tahanan
3: pergerakan hanya melawan gravitasi
2: mengeliminasi ravitasi
1: kontraksi otot terlihat dengan palpasi
0: kontraksi otot tidak terdeteksi
5. Pengobatan yang didapat (22/10/2017) :
Dosis dan
No. Nama Obat Rute Farmakoterapi
Interval
500 mg/12 Antibiotik dengan spektrum
1 Cefadroxil PO
jam luas untuk mengobati infeksi
500 mg/8 Obat anti inflamasi non-
2 Asam Mefenamat PO
jam steroid sebagai pereda nyeri
6. Pemeriksaan Penunjang
Hasil pemeriksaan tanggal 5/11/2017
No Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan
Paket Darah Rutin
1 Hemoglobin 11,4 12,0 – 16,0 g/dL
2 Eritrosit 3,76 4,20 – 5,50 106/uL
3 Leukosit 15,5 4,8 – 10,8 103/uL
4 Trombosit 207 150 – 450 103/uL
5 Hematokrit 35,2 37,0-52,0 %
9 MCV 93,6 60,0 – 99,0 fL
10 MCH 30,3 27 – 31 fL
11 MCHC 32,4 33,0 – 37,0 g/dL
DIFF COUNT
1 Neutrofil 88,4 50 – 70 %
2 Limfosit 10,8 20 – 40 %
3 MXD 0,8 1,0 – 12,0 %
4 RDW 15,1 10,0-15,0 %
B. ANALISA DATA
Nama Klien : Ny.”W”
Tgl lahir : 9/4/1992
No.RM : 10213xx
No Data Masalah Penyebab
1 DS : Nyeri akut Agen cidera fisik
Klien mengatakan nyeri pada luka (luka jahitan)
jahitan dengan karakteristik nyeri:
- P: lebih nyeri saat bergerak
- Q: seperti ditusuk
- R: area jahitan bekas sc di perut
- S: 3 (skala dari 1-10)
- T: hilang timbul
DO:
TTV:
- TD : 125/64 mmHg
- N : 80 kali/menit
- RR : 20 kali/menit
- Suhu : 36,5°C
2 DS : Risiko infeksi Trauma jalan lahir
Klien mengatakan baru pertama kali ini (episiotomi)
mengalami hamil ( P1A0 ) dan proses
persalinan.
DO :
- Terdapat luka jahitan pada bekas
SC
- P1A0 hari ke-1
- Lochea Sanginolenta
- Leukosit 15,5 103/uL
3 DS : Kesiapan Kemauan dan
Klien mengatakan ingin menjadi orang Meningkatkan keinginan ibu
tua yang baik dengan menyusui bayinya. Pemberian ASI
DO :
- Klien dengan P1A0
- Pada payudara kanan ASI keluar
lancar, sedangkan payudara kiri
belum banyak memproduksi
pengeluaran ASI
- Bayi puas setelah menyusu

4 DS : Defisiensi Kurang informasi


Klien mengatakan belum mengetahui pengetahuan
tentang cara memandikan baby dan tata
cara perawatan tali pusat yang baik dan
benar
DO :
- Klien dengan P1A0
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan pada kasus ini yang disusun berdasarkan skala prioritas yaitu:
1. Risiko infeksi faktor risiko trauma jalan lahir (episiotomi) ditandai dengan klien
mengatakan baru pertama kali ini mengalami hamil ( P1A0 ) dan proses persalinan.
terdapat luka jahitan pada bekas SC, P1A0 hari ke-0, lochea Rubra.
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik (luka jahitan) ditandai dengan
Klien mengatakan nyeri pada luka jahitan dengan karakteristik nyeri: P: lebih nyeri
saat bergerak, Q: seperti ditusuk. R: area jahitan bekas sc diperut, S: 3 (skala dari
1-10), T: hilang timbul, TD : 1253/64 mmHg, N :78 kali/menit, RR: 20 kali/menit,
suhu: 36,6°C.
3. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi ditandai dengan
Klien mengatakan belum mengetahui tentang cara memandikan dan perawatan tali
pusat yang benar, klien dengan P1A0
4. Kesiapan meningkatkan pemberian ASI berhubungan dengan kemauan dan
keinginan ibu ditandai dengan klien mengatakan ingin menjadi orangtua yang baik
dengan menyusui bayinya, klien dengan P1A0, pada payudara kanan ASI keluar
lancar, sedangkan payudara kiri belum banyak mengeluarkan ASI, bayi puas
setelah menyusu
D. PERENCANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
No.
Tujuan Intervensi Rasional
Dx
1 Senin, 06 November Senin, 06 November Senin, 06 November
2017 2017 2017
10.30 WIB 10.30 WIB 10.30 WIB
Setelah dilakukan 1. Kaji lochea 1. Mendeteksi tanda
tindakan keperawatan (warna, bau) dan infeksi lebih dini dan
selama 3x24 jam kondisi jahitan menentukan
diharapkan risiko episiotomi intervensi selanjutnya
infeksi tidak terjadi 2. Mencegah infeksi dan
dengan kriteria hasil : 2. Lakukan meningkatkan rasa
- Tidak terdapat perawatan luka nyaman
adanya tanda-tanda jahitan
infeksi 3. Pembalut yang
- Luka jahitan bersih lembab dan banyak
3. Edukasi ibu untuk
darah merupakan
mengganti
media yang menjadi
pembalut setiap ke
tempat
kamar mandi atau
berkembangbiaknya
tiap 4 jam
kuman
4. Antibiotik dapat
4. Kolaborasi
menekan proses
pemberian
terjadinya infeksi
antibiotik
2 Senin, 06 November Senin, 06 November Senin, 06 November
2017 2017 2017
10.30 WIB 10.30 WIB 10.30 WIB
Setelah dilakukan 1. Observasi tanda- 1. Monitor keadaan
tindakan keperawatan tanda vital umum
selama 3x24 jam 2. Kaji nyeri, catat 2. Mengidentifikasi
diharapkan nyeri hilan lokasi, kebutuhan dan
atau berkurang dengan karakteristik, dan intervensi yang tepat
kriteria hasil : beratnya nyeri
- Skala nyeri 0 atau (skala 0-10)
2 3. Edukasi ibu 3. Relaksasi nafas dalam
- Nyeri terkontrol manajemen nyeri dan distraksi dapat
- Tidak merasa nyeri non farmakologi mengurangi nyeri
saat mobilisasi relaksasi nafas
- TTV dalam dalam dan
rentang normal : distraksi 4. Memperlancar

- TD : sistol 90-120 4. Motivasi ibu pengeluaran lochea,

mmHg dan untuk lebih mempercepat

diastolik 60-80 mobilisasi involusi, dan

mmHg mengurangi nyeri

- N : 60-80 secara bertahap

kali/menit 5. Analgetik dapat

- RR : 16-20 5. Kolaborasi melonggarkan sistem

kali/menit pemberian obat saraf perifer sehingga

- S : 36,5-37,5oC / analgetik dapat mengurangi

< 38,0 oC nyeri

3 Senin, 06 November Senin, 06 November Senin, 06 November


2017 2017 2017
10.30 WIB 10.30 WIB 10.30 WIB
Setelah dilakukan 1. Kaji ulang 1. Dasar untuk
tindakan keperawatan kebutuhan belajar melakukan
selama 3x24 jam klien pendidikan kesehatan
diharapkan defisiensi 2. Berikan informasi 2. Penjelasan dan
pengetahuan teratasi dan demonstrasi membuat
dengan kriteria hasil : demonstrasikan klien lebih paham
- Klien mengerti dan cara perawatan tali
paham perawatan pusat dan cara
tali pusat memandikan yang
- Klien mengerti benar 3. Mengevaluasi
cara memandikan 3. Kaji pemahaman pemahaman klien
yang benar klien setelah mengetahui
dilakukan perkembangan
pendidikan pemahaman klien
kesehatan
4 Senin, 06 November Senin, 06 November Senin, 06 November
2017 2017 2017
10.30 WIB 10.30 WIB 10.30 WIB
Setelah dilakukan 1. Observasi 1. Kemampuan
tindakan keperawatan kemampuan ibu menyusui yang benar
selama 3x24 jam menyusui dapat menunjang
diharapkan pemberian keberhasilan
ASI meningkat dengan peningkatan
kriteria hasil : pemberian ASI
- Klien 2. Motivasi ibu 2. Motivasi yang kuat
mempertahankan untuk memberikan akan meningkatkan
menyusui ASI ekslusif keberhasilan
- Bayi menunjukkan pemberian ASI
kemantapan eksklusif
menyusu
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
NO
TGL IMPLEMENTASI EVALUASI
DX
1 6/11/17 10.15 10.25
mengkaji lochea (warna, bau) S : pasien mengatakan masih keluar
dan kondisi jahitan episiotomi cairan berwarna kemerahan
O : cairan lokhea berwarna merah,
Isti R lokhea rubra
A : resiko infeksi
P : lanjutkan intervensi

Isti R
12.30 12.45
Memberikan edukasi ibu S : pasien mengatakan hendak
untuk mengganti pembalut mengganti pembalut ketika kotor
setiap ke kamar mandi atau O : -
tiap 4 jam A : resiko infeksi teratasi sebagian
P : lanjutkan intervensi
Alif AF
Alif AF
13.55 14.00
Kolaborasi pemberian S : -
antibiotic O : cefadroxil 500 mg PO
A : resiko infeksi teratasi sebagian
Yulianus B P : lanjutkan intervensi

Yulianus B
1 7/11/17 10.00 10.10
mengkaji lochea (warna, bau) S : pasien mengatakan masih keluar
dan kondisi jahitan episiotomi cairan berwarna kemerahan
O : cairan lokhea berwarna merah,
Isti R lokhea rubra
A : resiko infeksi
P : lanjutkan intervensi

Isti R
11.00 11.10
Memberikan edukasi ibu S : pasien mengatakan hendak
untuk mengganti pembalut mengganti pembalut ketika kotor
setiap ke kamar mandi atau O : -
tiap 4 jam A : resiko infeksi teratasi sebagian
Yulianus B P : lanjutkan intervensi

Yulianus B
13.55 14.00
Kolaborasi pemberian S : -
antibiotic O : cefadroxil 500 mg PO
A : resiko infeksi teratasi sebagian
Alif AF P : lanjutkan intervensi

Alif AF
1 8/11/17 09.00 09.10
mengkaji lochea (warna, bau) S : pasien mengatakan masih keluar
dan kondisi jahitan episiotomi cairan berwarna kemerahan
O : cairan lokhea berwarna merah,
Isti R lokhea rubra
A : resiko infeksi
P : lanjutkan intervensi

Isti R
10.00 10.10
Memberikan edukasi ibu S : pasien mengatakan hendak
untuk mengganti pembalut mengganti pembalut ketika kotor
setiap ke kamar mandi atau O : -
tiap 4 jam A : resiko infeksi teratasi sebagian
P : lanjutkan intervensi
Yulianus B
Yulianus B
13.55 14.00
Kolaborasi pemberian S : -
antibiotic O : cefadroxil 500 mg PO
A : resiko infeksi teratasi sebagian
Alif AF P : lanjutkan intervensi

Alif AF
NO
TGL IMPLEMENTASI EVALUASI
DX
2 6/11/17 11.00 11.05
Mengobservasi tanda-tanda S : -
vital O : Ku : Baik
Kesadaran : CM
Alif AF TD : 109/58 mmHg
HR : 84x/menit
RR : 24 x/menit
S : 36,4 0C
A : nyeri akut
P : manajemen nyeri

11.30
mengkaji nyeri, catat lokasi, Alif AF
karakteristik, dan beratnya 11.45
nyeri
S : pasien mengatakan nyeri pada

Yulianus B luka jahitan dengan karakteristik


nyeri:
- P: lebih nyeri saat bergerak
- Q: seperti ditusuk
- R: area jahitan bekas sc di
perut
- S: 3 (skala dari 1-10)
- T: hilang timbul
O : pasien tempak menahan nyeri

12.30 A : nyeri akut


Memberikan edukasi ibu P : manajemen nyeri
manajemen nyeri non
farmakologi relaksasi nafas
Yulianus B
dalam dan distraksi
12.45
Isti R S : pasien mengatakan lebih nyaman,
nyeri sedikit berkurang
12.55
Memberikan motivasi ibu O : pasien tempak lebih rileks
untuk lebih mobilisasi
A : nyeri akut teratasi sebagian
Alif AF P : manajemen nyeri

Isti R
13.00
13.55
S : pasien mengatakan hendak
berkolaborasi pemberian obat
analgetik latihan merubah posisi/mobilisasi di
tempat tidur
Yulianus B O :-
A : nyeri akut teratasi sebagian
P : manajemen nyeri

Alif AF
14.00
S : pasien mengatakan masih terasa
nyeri
O :asam mefenamat 500 mg PO
A : nyeri akut teratasi sebagian
P : manajemen nyeri

Yulianus B
2 7/11/17 11.00 11.05
Mengobservasi tanda-tanda S : -
vital O : Ku : Baik
Kesadaran : CM
Isti R TD : 109/58 mmHg
HR : 84x/menit
RR : 24 x/menit
S : 36,4 0C
A : nyeri akut
P : manajemen nyeri

11.15
mengkaji nyeri, catat lokasi, Isti R
karakteristik, dan beratnya 11.25
nyeri
S : pasien mengatakan nyeri pada
Alif AF luka jahitan dengan karakteristik
nyeri:
- P: lebih nyeri saat bergerak
- Q: seperti ditusuk
- R: area jahitan bekas sc di
perut
- S: 2 (skala dari 1-10)
- T: hilang timbul
O : pasien tempak menahan nyeri
13.00 A : nyeri akut
Memberikan edukasi ibu P : manajemen nyeri
manajemen nyeri non
farmakologi relaksasi nafas
dalam dan distraksi Alif AF
13.15
Isti R S : pasien mengatakan lebih nyaman,

12.30 nyeri sedikit berkurang


Memberikan motivasi ibu O : pasien tempak lebih rileks
untuk lebih mobilisasi A : nyeri akut teratasi sebagian
P : manajemen nyeri
Yulianus B

Isti R
12.40

13.55 S : pasien mengatakan sudah latihan


berkolaborasi pemberian obat jalan-jalan di sekitar bed
analgetik
O : pasien sudah berjalan-jalan
disekitar bed
Yulianus B
A : nyeri akut teratasi sebagian
P : manajemen nyeri

Yulianus B
14.00
S : pasien mengatakan masih terasa
nyeri
O :asam mefenamat 500 mg PO
A : nyeri akut teratasi sebagian
P : manajemen nyeri

Yulianus B
2 8/11/17 09.45 09.50
Mengobservasi tanda-tanda S : -
vital O : Ku : Baik
Kesadaran : CM
Yulianus B TD : 109/58 mmHg
HR : 84x/menit
RR : 24 x/menit
S : 36,4 0C
A : nyeri akut
P : manajemen nyeri

10.00
mengkaji nyeri, catat lokasi, Yulianus B
karakteristik, dan beratnya 10.10
nyeri
S : pasien mengatakan nyeri pada

Isti R luka jahitan dengan karakteristik


nyeri:
- P: lebih nyeri saat bergerak
- Q: seperti ditusuk
- R: area jahitan bekas sc di
perut
- S: 1 (skala dari 1-10)
- T: hilang timbul
O : pasien tempak menahan nyeri

11.00 A : nyeri akut


Memberikan edukasi ibu P : manajemen nyeri
manajemen nyeri non
farmakologi relaksasi nafas
dalam dan distraksi Isti R
11.15
Alif AF
S : pasien mengatakan lebih nyaman,
12.30 nyeri sedikit berkurang
Memberikan motivasi ibu
O : pasien tempak lebih rileks
untuk lebih mobilisasi
A : nyeri akut teratasi sebagian
Yulianus B P : manajemen nyeri

Alif AF
12.40
13.55 S : pasien mengatakan sudah latihan
berkolaborasi pemberian obat
analgetik jalan-jalan sampai kamar mandi
O : pasien sudah berjalan-jalan
Yulianus B sampai ke kmar mandi
A : nyeri akut teratasi sebagian
P : manajemen nyeri

Yulianus B
14.00
S : pasien mengatakan masih terasa
nyeri
O :asam mefenamat 500 mg PO
A : nyeri akut teratasi sebagian
P : manajemen nyeri

Yulianus B
NO
TGL IMPLEMENTASI EVALUASI
DX
3 6/11/17 12.30 12.45
mengkaji ulang kebutuhan S : pasien mengatakan belum paham
belajar klien mengenai perawatan tali pusat
O: -
Isti R A : defisit pengetahuan
P : lanjutkan intervensi

Isti R
13.00 13.20
memberikan informasi dan S : pasien mengatakan paham
demonstrasikan cara mengenai perawatan tali pusat dan
perawatan tali pusat dan cara cara memandikan bayi yang benar
memandikan yang benar O:-
A : defisit pengetahuan teratasi
Alif AF sebagian
P : lanjutkan intervensi

Alif AF
13.20 13.35
mengkaji pemahaman klien S : -
setelah dilakukan pendidikan O : pasien mampu menyebutkan
kesehatan beberapa langkah-langkah dengan
benar
Yulianus B A : defisit pengetahuan teratasi
sebagian
P : lanjutkan intervensi

Yulianus B
3 7/11/17 10.30 10.40
mengkaji ulang kebutuhan S : pasien mengatakan belum paham
belajar klien mengenai perawatan tali pusat
namun masih belum yakin pasti
Alif AF O : -
A : defisit pengetahuan
P : lanjutkan intervensi

Alif AF
10.35 10.45
memberikan informasi dan S : pasien mengatakan sudah lebih
demonstrasikan cara paham mengenai perawatan tali pusat
perawatan tali pusat dan cara dan cara memandikan bayi yang
memandikan yang benar benar
O:-
Yulianus B A : defisit pengetahuan teratasi
sebagian
P : lanjutkan intervensi

Yulianus B
10.50 11.00
mengkaji pemahaman klien S : -
setelah dilakukan pendidikan O : pasien mampu menyebutkan
kesehatan beberapa langkah-langkah dengan
benar
Isti R A : defisit pengetahuan teratasi
sebagian
P : lanjutkan intervensi

Isti R
3 8/11/17 09.30 09.40
mengkaji ulang kebutuhan S : pasien mengatakan belum paham
belajar klien mengenai perawatan tali pusat
namun masih belum yakin pasti
Isti R O : -
A : defisit pengetahuan
P : lanjutkan intervensi

Isti R
11.35 11.45
memberikan informasi dan S : pasien mengatakan sudah lebih
demonstrasikan cara paham mengenai perawatan tali pusat
perawatan tali pusat dan cara dan cara memandikan bayi yang
memandikan yang benar benar
O:-
Yulianus B A : defisit pengetahuan teratasi
sebagian
P : lanjutkan intervensi

Yulianus B
10.50 11.00
mengkaji pemahaman klien S : -
setelah dilakukan pendidikan O : pasien mampu menyebutkan
kesehatan semua langkah-langkah dengan
benar
Alif AF A : defisit pengetahuan teratasi
sebagian
P : lanjutkan intervensi

Alif AF
NO
TGL IMPLEMENTASI EVALUASI
DX
4 6/11/17 11.25 11.30
mengobservasi kemampuan S : pasien mengatakan belum dapat
ibu menyusui menyusui secara maksimal
O: -
Isti R A : masalah kesiapan menyusui
P : lanjutkan intervensi

Isti R
13.15 13.25
Memberikan motivasi ibu S : pasien mengatakan hendak terus
untuk memberikan ASI memberikan asi kepada bayi
ekslusif O:-
A : masalah kesiapan menyusui
Isti R teratasi sebagian
P : lanjutkan intervensi

Isti R
4 7/11/17 10.00 10.10
mengobservasi kemampuan S : pasien mengatakan sudah dapat
ibu menyusui menyusui namun belum maksimal
O: -
Alif AF A : masalah kesiapan menyusui
P : lanjutkan intervensi

Alif AF
11.15 11.25
Memberikan motivasi ibu S : pasien mengatakan hendak terus
untuk memberikan ASI memberikan asi kepada bayi
ekslusif O:-
A : masalah kesiapan menyusui
Alif AF teratasi sebagian
P : lanjutkan intervensi

Alif AF
4 8/11/17 10.00 10.10
mengobservasi kemampuan S : pasien mengatakan sudah dapat
ibu menyusui menyusui maksimal
O: -
Yulianus B A : masalah kesiapan menyusui
P : lanjutkan intervensi

Yulianus B
11.00 11.10
Memberikan motivasi ibu S : pasien mengatakan terus
untuk memberikan ASI memberikan asi kepada bayi
ekslusif O:-
A : masalah kesiapan menyusui
Yulianus B teratasi sebagian
P : lanjutkan intervensi

Yulianus B
BAB IV
PEMBAHASAN

Pada bab ini, akan dibahas mengenai asuhan keperawatan pada Ny. W
dengan P1A0AH1 Post Sectio Caesaria atas Indikasi Fetal Compromised di
Ruang Anggrek RSUP Dr. Suradji Tirtonegoro. Pembahasan kasus ini
menggunakan proses keperawatan, yaitu dimulai dari pengkajian, diagnosa
keperawatan, perencanaan, implementasi, dan evaluasi.
a. Pengkajian
Proses pengkajian yang dilaksanakan melalui metode wawancara,
studi dokumen, studi kasus, pemeriksaan fisik, dan observasi. Sedangkan
data yang didapat bersumber dari pasien, keluarga, tim medis lain, serta
rekam medis.
Pada saat melakukan pengkajian, keluarga cukup kooperatif
sehingga memudahkan pelaksanaan proses keperawatan. Dari hasil
pengkajian didapat bahwa pasien mengalami P1A0AH1 Post Sectio
Caesaria atas Indikasi Fetal Compromised..

b. Diagnosa
Hasil yang didapat dari hasil pengkajian kemudian dianalisis lalu
dirumuskan menjadi diagnosa keperawatan. Diagnosa yang dirumuskan
sesuai dengan teori. Jadi, tidak terdapat kesenjangan antara teori dengan
kondisi klinis pasien.
Adapun diagnosa yang ditemukan pada kasus ini, antara lain :
1) Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik (luka jahitan)
ditandai dengan Klien mengatakan nyeri pada luka jahitan dengan
karakteristik nyeri: P: lebih nyeri saat bergerak, Q: seperti ditusuk. R:
area jahitan bekas sc diperut, S: 3 (skala dari 1-10), T: hilang timbul,
TD : 1253/64 mmHg, N :78 kali/menit, RR: 20 kali/menit, suhu:
36,6°C.
2) Risiko infeksi faktor risiko trauma jalan lahir (episiotomi) ditandai
dengan klien mengatakan baru pertama kali ini mengalami hamil (
P1A0 ) dan proses persalinan. terdapat luka jahitan pada bekas SC,
P1A0 hari ke-0, lochea Rubra.
3) Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi
ditandai dengan Klien mengatakan belum mengetahui tentang cara
memandikan dan perawatan tali pusat yang benar, klien dengan P1A0
4) Kesiapan meningkatkan pemberian ASI berhubungan dengan
kemauan dan keinginan ibu ditandai dengan klien mengatakan ingin
menjadi orangtua yang baik dengan menyusui bayinya, klien dengan
P1A0, pada payudara kanan ASI keluar lancar, sedangkan payudara
kiri belum banyak mengeluarkan ASI, bayi puas setelah menyusu

c. Perencanaan
Setelah data terkumpul kemudian dianalisis, kemudian
perencanaan disusun berdasarkan prioritas serta ditetapkan tujuan dengan
kriteria hasil sebagai parameter pencapaian tujuan.
Perencanaan yang disusun berdasarkan prioritas, yaitu dimulai
dari diagnosa :
1) Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik (luka jahitan)
ditandai dengan Klien mengatakan nyeri pada luka jahitan dengan
karakteristik nyeri: P: lebih nyeri saat bergerak, Q: seperti ditusuk. R:
area jahitan bekas sc diperut, S: 3 (skala dari 1-10), T: hilang timbul,
TD : 1253/64 mmHg, N :78 kali/menit, RR: 20 kali/menit, suhu:
36,6°C.
2) Risiko infeksi faktor risiko trauma jalan lahir (episiotomi) ditandai
dengan klien mengatakan baru pertama kali ini mengalami hamil (
P1A0 ) dan proses persalinan. terdapat luka jahitan pada bekas SC,
P1A0 hari ke-0, lochea Rubra.
3) Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi
ditandai dengan Klien mengatakan belum mengetahui tentang cara
memandikan dan perawatan tali pusat yang benar, klien dengan P1A0
4) Kesiapan meningkatkan pemberian ASI berhubungan dengan
kemauan dan keinginan ibu ditandai dengan klien mengatakan ingin
menjadi orangtua yang baik dengan menyusui bayinya, klien dengan
P1A0, pada payudara kanan ASI keluar lancar, sedangkan payudara
kiri belum banyak mengeluarkan ASI, bayi puas setelah menyusu

d. Implementasi
Pelaksanaan tindakan yang dilakukan didasarkan atas intervensi
yang disusun sebelumnya. Untuk diagnosa ke-1, tindakannya yaitu
memberikan teknik relaksasi non farmakologi Kemudian untuk diagnosa
ke-2, tindakannya yaitu mengganti balutan luka post sc serta melakukan
vulva hygine. Untuk diagnosa yang ke-3 yaitu mengajarkan kepada pasien
cara memandikan bayi dan merawat tali pusat. Untuk diagnosa yang ke-4
yaitu dengan memotivasi ibu untuk mmberikan asi ekslusif.
e. Evaluasi Keperawatan
Diagnosa ke-1 diharapkan nyeri hilang (skala 0). Diagnosa ke-2
diharapkan tidak ada tanda-tanda infeksi. Diagnosa ke 3 diharapkan pasien
mampu memandikan bayi dan merawat tali pusat. Diagnosa ke-4
diharapkan pemberian asi meningkat.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Setelah melakukan asuhan keperawatan selama 3 hari melalui
proses keperawatan yang dimulai dari pengkajian sampai evaluasi, dapat
ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Pada pengkajian didapatkan hasil bahwa Ny. W dengan P1A0AH1
Post Sectio Caesaria atas Indikasi Fetal Compromised. Diagnosa
yang muncul pada kasus ini Nyeri akut berhubungan dengan agen
cidera fisik (luka jahitan) Risiko infeksi berhubungan dengan faktor
risiko trauma jalan lahir (episiotomi) Defisiensi pengetahuan
berhubungan dengan kurang informasi Kesiapan meningkatkan
pemberian ASI berhubungan dengan kemauan dan keinginan ibu.
2. Intervensi yang disusun berdasarkan teori, namun tidak semua
dijadikan intervensi.
3. Implementasi yang dilaksanakan berdasarkan intervensi yang
disusun dan dilaksanakan semua.
4. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam ada
masalah yang belum teratasi.

B. Saran
Berdasarkan hasil asuhan keperawatan diatas, terdapat beberapa
saran sebagai berikut,
1. Bagi penulis untuk mempersiapkan diri ketika besok hidup
ditengah masyarakat sebagai calon tenaga kesehatan pasti akan
mengedukasi warga mengenai perilaku kesehatan yang seharusnya
diterapkan.
2. Bagi perawat ruangan untuk memberikan pendidikan kesehatan
bagi keluarga Ny. W tentang merawat pasien dengan P1A0AH1
Post Sectio Caesaria atas Indikasi Fetal Compromised.
DAFTAR PUSTAKA

K, Diah A. 2015. Hubungan Antara Metode Persalinan Normal dengan


Gangguan Buang Air Besar pada Masa Nifas Di Bpm Ratijah Teluk
Wetan Kecamatan Welahan Kabupaten Jepara. Diunduh dari
http://ejr.stikesmuhkudus.ac.id/index.php/jikk/article/view/141/85 pada
tanggal 22 Oktober 2017
Lestari, SP. 2013. BAB I Nifas. Diunduh dari
http://eprints.ums.ac.id/25935/2/3.BAB_I.pdf pada tanggal 21 Oktober
2017
NANDA International.2015.Diagnosis Keperawatan: Definisi & Klasifikasi 2015-
2017.Jakarta:EGC
Priawan, 2017. Laporan Pendahuluan Masa Nifas/Post Partum (Puerperium).
Diunduh dari
https://www.academia.edu/8381941/LAPORAN_PENDAHULUAN_MA
SA_NIFAS_POST_PARTUM_PUERPERIUM pada tanggal 21 Oktober
2017
Rahmawati, Eva S. 2013. Pengaruh Kompres Dingin terhadap Pengurangan
Nyeri Luka Perineum pada Ibu Nifas di BPS Siti Alfirdaus Kingking
Kabupaten Tuban. Diunduh dari
http://dev2.kopertis7.go.id/uploadjurnal/Eva_Silviana_Rahmawati_Stikes_
nu_tuban.pdf pada tanggal 22 Oktober 2017
Safitri, Y. 2016. Masa Nifas. Diunduh dari
http://eprints.undip.ac.id/50880/3/Yuniar_Safitri_22010112110030_Lap.K
TI_Bab2.pdf pada tanggal 21 Oktober 2017
Santoso. 2017. Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Perawatan Payudara
dengan Kejadian Payudara Bengkak pada Ibu Nifas. Diunduh dari
http://ejournal.poltekkesjogja.ac.id/index.php/JKIA/article/view/80/55
pada tanggal 22 Oktober 2017
Wulansari, Y. E dan Titik W. Pengaruh Bimbingan Tentang Teknik Menyusui
terhadap Tingkat Kemandirian dalam Menyusui pada Ibu Post Partum di
Bangsal Nifas Rsud Salatiga 2007. Diunduh dari journal.stikeseub.ac.id
pada tanggal 22 Oktober 2017

S-ar putea să vă placă și