Sunteți pe pagina 1din 17

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................................................1

1.1 LATAR BELAKANG...............................................................................................................1


1.2 RUMUSAN MASALAH...........................................................................................................2
1.3 TUJUAN....................................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................................3
2.1 AIR ASAM TAMBANG...........................................................................................................3
2.2 SISTEMATIKA KERJA AMDDETECTOR..........................................................................10
2.3 KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN......................................................................................13
2.4 MARKETING..........................................................................................................................14
2.5 ANALISIS PASAR ................................................................................................................16
2.6 PERKIRAAN BIAYA.............................................................................................................16

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN.......................................................................................15


3.1 KESIMPULAN........................................................................................................................15
3.2 SARAN....................................................................................................................................15

1
BAB I

PENDAHULUAN

A.LATAR BELAKANG

Pada petambangan terdapat air asam yang timbul akibat kegiatan penambangan. Hal ini
terjadi saat mineral sulphida tertentu yang ada pada batuan terpapar dengan kondisi dimana
terdapat air dan oksigen (sebagai faktor utama) yang menyebabkan terjadinya proses oksidasi
dan menghasilkan air dengan kondisi asam dan disebut dengan acid mine drainage.

Acid mine drainage atau air asam tambang berdampak buruk bagi lingkungan dan
masyarakat sekitar. Komposisi atau kandungan air di daerah yang terkena dampak tersebut akan
berubah sehingga dapat mengurangi kesuburan tanah, mengganggu kesehatan masyarakat di
sekitarnya, dan dapat mengakibatkan korosi pada peralatan tambang. Derajat keasaman tanah
yang telah tercemar oleh air asam tambang ini akan semakin meningkat sehingga tanaman tidak
dapat tumbuh karena derajat keasamannya terlalu tinggi.

Lebih jauh, ada peningkatan konsentrasi Total Suspended Solid akibat tingginya air
limpasan yang membawa tanah tererosi yang dapat mengganggu penetrasi sinar matahari dalam
sungai yang membawa dampak lanjutan berupa gangguan proses fotosintesis biota perairan.
Selain itu, akibat partikel yang mengendap akan mengganggu proses respirasi biota dasar.

Logam yang terlarut terbawa oleh air tanah (run off) ke perairan umum menyebabkan
pencemaran air permukaan. Bila merembes ke dalam tanah terjadi pencemaran air tanah. Logam-
logam tersebut jika masuk dalam rantai makanan akan terakumulasi dalam tumbuhan dan atau
hewan, mengakibatkan bioakumulasi dalam tubuh manusia yang memakannya dan menimbulkan
dampak negatif terhadap kesehatan.

Oleh karena banyaknya dampak negative yang disebabkan oleh air asam tambang maka
kita memerlukan suatu alat yang dapat digunakan untuk mencegah atau mendeteksi terbentuknya
air asam tambang. Pada kesempatan ini kami akan membuat sebuah alat yang dinamakan dengan
Acid Mine Drainage Detector yang diharapkan dapat mengurangi dampak pencemaran
lingkungan pada area tambang dan sekitarnya.

2
B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa yang di maksud dengan Acid Mine Drainage Detector?


2. Sebutkan kegunaan Acid Mine Drainage Detector?
3. Bagaimana cara kerja alat Acid Mine Drainage Detector?
4. Apa saja manfaat yang di dapatkan dari Acid Mine Detector?

C.TUJUAN

1. Menjelaskan pengertian dari Acid Mine Drainage Detector


2. Menyebutkan kegunaan dari Acid Mine Drainage Detector
3. Menjelaskan cara kerja dari Acid Mine Drainage Detector
4. Menyebutkan manfaat serta keuntungan dari Acid Mine Drainage Detector

Income : Prototipe amd detector

Outcome : Perusahaan Tambang

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Air Asam Tambang


AAT atau acid mine drainage (AMD) atau acid rock drainage (ARD) terbentuk saat
mineral sulfide tertentu yang ada pada batuan, terpapar dengan kondisi terdapat air dan oksigen
(sebagai faktor utama) yang menyebabkan terjadinya proses oksidasi dan menghasilkan air
dengan kondisi asam (Rudy Sayoga Gautama, 2012) AAT adalah istilah umum yang digunakan
untuk menyebutkan lindian, rembesan atau aliran yang telah dipengaruhi oleh oksidasi alamiah
mineral sulfida yang terkandung dalam batuan yang terpapar selama penambangan. Dengan
demikian faktor pembentukan AAT yang dominan adalah mineral sulfida yang reaktif, oksigen
dan air.

AAT yang timbul akibat dari kegiatan penambangan sangat berpengaruh negatif terhadap
penurunan kualitas lingkungan, terutama bila sudah masuk ke dalam sistem air permukaan, air
bawah tanah serta tanah di sekitarnya. AAT biasanya ditemukan baik pada tambang batu bara
maupun tambang bijih atau kegiatan penggalian lain yang terdapat mineral sulfida. Penyebab
utama terbentuknya adalah Pyrite (FeS2), Marcasite (FeS2 ) pyrhotite, chalcocite, covellite dll.
Marcasite /jam. 2.4. Air Asam Tambang AAT atau acid mine drainage (AMD) atau acid rock
drainage (ARD) terbentuk saat mineral sulfide tertentu yang ada pada batuan, terpapar dengan
kondisi terdapat air dan oksigen (sebagai faktor utama) yang menyebabkan terjadinya proses
oksidasi dan menghasilkan air dengan kondisi asam (Rudy Sayoga Gautama, 2012)

AAT adalah istilah umum yang digunakan untuk menyebutkan lindian, rembesan atau
aliran yang telah dipengaruhi oleh oksidasi alamiah mineral sulfida yang terkandung dalam
batuan yang terpapar selama penambangan. Dengan demikian faktor pembentukan AAT yang
dominan adalah mineral sulfida yang reaktif, oksigen dan air. 9 diketahui lebih reaktif terhadap
oksigen dibanding dengan Pyrite (Rudy Sayoga Gautama, 2012)) AAT yang mengandung logam
berat dan mengalir ke sungai, danau atau rawa akan merusak kondisi ekosistem.Hal ini
menyebabkan adanya penurunan kualitas air baik secara langsung karena tingkat keasaman yang
tinggi maupun karena peningkatan kandungan logam di dalam air karena logam mudah larut
dalam asam (Rudy Sayoga Gautama, 2012).

2.1.1. Sumber AAT

4
Sumber potensi utama yang menyebabkan terjadinya AAT di tambang batubara
khususnya terutama karena kandungan sulfur di dalam batubara. Pada tambang batubara dan
batuan di sekelilingnya, sulfur ditemukan dalam bentuk organik, sulfat dan sulfide (Fatimah,
Herudiyanto, 2003) Sulfur organik terkait dengan material tumbuhan pembentuk batubara dan
terikat secara organik di dalam batubara. Sulfur organik berbentuk kompleks dan bersenyawa
erat dengan batubara. Bentuk ini biasanya ditemukan di lapisan dasar batubara dan lapisan
karbon. Sulfur organik tidak reaktif, sehingga hanya sedikit atau hampir tidak berpengaruh dalam
menghasilkan AAT.

Sulfur sulfat umumnya ditemukan dalam jumlah kecil pada batubara dan lapisan batuan
dekat batubara. Senyawa ini umumnya merupakan hasil pelapukan ataupun hasil oksidasi pirit.
Penambahan kapur (Ca(OH)2 biasanya dilakukan untuk mengatasi hal ini. Setelah terbentuk
kalsium sulfat atau gipsum (CaSO42H2 Sulfur sulfida yang umum pada daerah batubara adalah
besi disulfida atau pirit dan markasit (FeS O) tidak akan terbentuk lagi asam karena gipsum
adalah garam yang netral. 2), sementara sulfida logam lainnya antara lain kalkopirit (CuFeS2),
kovelit (CuS) dan arsenopirit (FeAsS). Pirit umumnya terdapat dengan sulfida logam lainnya dan
sangat berpotensi membentuk AAT. 10 Sulfur sulfida merupakan bentuk sulfur yang paling
dominan di dalam tanah penutup (overburden) dan yang paling mendapat perhatian. Disebut juga
sulfur piritik karena besi disulfida (pirit dan markasit), terutama pirit adalah pembentuk asam
utama.

Mineral sulfida logam lain (Cu, Pb, Zn) umumnya kurang reaktif karena stuktur kristal
yang lebih stabil dan pembentukkan lapisan yang menghambat pelapukan lebih jauh. Di dalam
batuan selain pirit dapat juga terkandung material basa (alkalin), umumnya dalam bentuk
karbonat atau kation pengganti dalam lempung, yang dapat mengurangi proses oksidasi atau
menetralkan asam yang terbentuk. Material basa atau alkali juga dapat mengontrol bakteri dan
membatasi kelarutan dari besi 3+. Kehadiran karbonat dalam jumlah besar akan memperkecil
kemungkinan terbentuknya asam.

2.1.2. Faktor yang mempengaruhi pembentukan AAT

Pembentukkan AAT dipengaruhi beberapa faktor yang melibatkan prosesproses fisika,


kimia, dan biologi yang sangat spesifik. Faktor-faktor tersebut dapat dibedakan menjadi 3 faktor
yaitu, primer, sekunder dan tersier. Selain itu juga dipengaruhi oleh faktor geologi yaitu faktor
keterdapatan mineral sulfida pada lapisan batuan. (Rudy Sayoga Gautama, 2013)

a. Faktor Primer Faktor primer adalah faktor yang secara langsung berpengaruh pada
pembentukkan oksida mineral sulfida yang meliputi : karakteristik fisik material, ketersediaan air
untuk oksidasi, pengangkutan dan ketersediaan oksigen. Selain itu, suhu, pH, kesetimbangan
besi-3+ dan besi-2+ dan aktivitas mikrobiologi juga berpengaruh.

b. Faktor Sekunder Faktor sekunder akan mengalterasi produk oksidasi mineral sulfida. Faktor
ini antara lain adalah kehadiran mineral yang dapat menetralisir asam. Sampai saat ini, karbonat

5
merupakan satu-satunya mineral alkali yang 11 secara efektif dianggap dapat mangontrol dan
mencegah pembentukan air asam. Meskipun demikian, mineral silikat seperti mika dan mineral
lempung juga memiliki kemampuan menyerap asam tetapi dalam kapasitas yang jauh lebih kecil
dibandingkan dengan karbonat.

c. Faktor tersier Faktor tersier adalah kondisi fisik (material, topografi wilayah, iklim) yang
secara signifikan memengaruhi proses oksidasi mineral sulfida, potensi penyebarannya ke
wilayah yang lebih luas. Pada faktor tersier ini, hujan dan temperatur global merupakan faktor
yang paling signifikan pengaruhnya. AAT merupakan salah satu tantangan lingkungan yang
cukup signifikan dalam industri pertambangan karena dapat menimbulkan permasalahan
lingkungan yang sangat serius dalam jangka waktu cukup lama. Ekstraksi bahan galian seperti
batubara pada industri pertambangan, dengan batuan penutup ataupun batuan interburden di
sekitarnya mengandung mineral sulfidis memicu permasalahan lingkungan di atas.

Faktor penting yang memengaruhi terbentuknya AAT di suatu tempat adalah:

• Konsentrasi, distribusi, mineralogi dan bentuk fisik dari mineral sulfida

• Keberadaan oksigen, termasuk dalam hal ini adalah asupan dari atmosfir melalui mekanisme
adveksi dan difusi

• Jumlah dan komposisi kimia air

• Suhu

• Mikroba

Terjadinya AAT dapat terbentuk saat dilakukan pengupasan tanah penutup, sehingga
batuan yang mengandung pirit terekspos ke udara sehingga terjadi reaksi oksidasi antara udara,
air dengan mineral sulfida tersebut. Pirit merupakan mineral sulfida yang umum ditemukan pada
kegiatan 12 penambangan, terutama batubara. Reaksi oksidasi pirit adalah seperti ditunjukkan
oleh reaksi kimia berikut, dengan air dan oksigen sebagai faktor penting.

1) FeS2(s) + 7O2(g) +2H2O 2Fe2+(l) + 4SO42- (l) + 4H+

2) 4Fe2+(aq) + O2(g) + 4H+ (l) 4Fe3+ (l) + 2H2O

3) 4Fe3+(aq) + 12H2O 4Fe(OH)3(s) + 12H+

Reaksi tersebut dapat dipercepat dengan hadirnya bakteri Thiobacillus feroksida, maka
terjadi pembentukan AAT. (l) Dengan memperhatikan faktor-faktor tersebut, maka dapat
dikatakan bahwa pembentukan AAT sangat tergantung pada kondisi tempat pembentukannya.
Perbedaan salah satu faktor tersebut di atas menyebabkan proses pembentukan dan hasil yang
berbeda. Terkait dengan faktor iklim di Indonesia, dengan suhudan curah hujan yang tinggi di
beberapa lokasi kegiatan penambangan, proses pembentukan AAT memiliki karakteristik yang

6
berbeda dengan negara-negara lain, karena memiliki kondisi iklim yang berbeda (Rudy Sayoga
Gautama, 2013).

2.1.3. Aplikasi Teknologi Otomasi Untuk Peralatan Sistem monitoring Air Asam Tambang

Istilah otomasi (automation) pertama kali dicetuskan oleh Mgr. Fords di Detroit
menggantikan kata otomatis (automatic) yang mempunyai pengertian teknologi yang
memanfaatkan aplikasi mekanik, elektronik dan sistem komputer untuk pengoperasian dan
pengendalian, sedangkan karakteristiknya adalah sebagai alat transfer, pengendali proses secara
mekanis dan kontinyu tanpa bantuan operator. Secara sederhana, teknologi yang digunakan
dalam otomasi adalah pneumatik/mekanik, elektronika. teknologi sensor, informatika dan
komputer. Prinsip dasar pengembangan otomasi peralatan Sistem monitoring Air Asam
Tambang adalah rekayasa teknologi sensor, elektronika dan 13 informatika menjadi sebuah
perangkat yang dapat melakukan pengukuran/ pengamatan data air asam tambang secara vertikal
untuk selanjutnya mengetahui karakteristik penyebarannya dengan otomatis akurat dan efisien
serta mekanisme penanggulangannya.

A. Sensor pH Sirkuit

Sensor sirkuit pH merupakan modul pH sensor sistem chips generasi ke 5 memiliki


beberapa kelebihan dibandingkan dengan jenis sensor pH lainnya, di antaranya sensor sirkuit
tertanam pada 1 sistem rangkaian (embadded system) yang mampu merespon hasil pembacaan
kondisi pH air dengan format ASCII (American Standard Code for Information Interchange),
sehingga mudah diintegrasikan ke dalam sistem terpadu dan metode komunikasi. pH sirkuit
dirancang khusus untuk sistem komputer modern membutuhkan tegangan operasional yang lebih
variabel (3.3V-5.5V) menggunakan asynchronous protokol komunikasi serial yang sederhana,
sehingga memudahkan pengguna dalam perancangannya. Sensor sirkuit juga dapat melakukan
dua pembacaan data, yaitu kontinyu dan intermittent dalam jumlah tak terbatas, namun akurat
dalam waktu 576 milisecond. Keunggulan lain sensor pH sirkuit dapat direndam dalam cairan
dan beroperasi terus menerus selama12 bulan setelah dikalibrasi ulang dengan suhu maksimum
pada saat pemakaian adaah 35,67°C, (Atlas Cientfic, 2013).

Gambar. 1 Sensor pH Sirkuit

7
(Dokumentasi PUSLITBANG TEKNOLOGI MINERAL DAN BATUBARA – Tek-MIRA)

B. Raspberry Pi
Raspberry Pi Tipe B+ merupakan komputer mini generasi terbaru yang memiliki
prosessor 512MB, 4 port USB, 2 slot memory card dan 40 pin GPIO sehingga mampu membaca,
mengolah serta merekam data dengan nilai akurasi serta ketahanan 14 yang memadai dibanding
Raspberry Pi Tipe B yang memiliki 256 MB, pin GPIO 26, port USB 2 buah dan 1 buah slot
memory card. Oleh karena itu Raspberry Pi Tipe B+ sangat ideal apabila diaplikasikan untuk
sistem pemantauan skala penelitian maupun industri.

Gambar 2. Komputer mini Raspberry Pi type B+


(Dokumentasi PUSLITBANG TEKNOLOGI MINERAL DAN BATUBARA – Tek-MIRA)

C. Automatic power charger


Seluruh peralatan pemantauan yang telah dibuat memerlukan energi listrik Direct Curent
(DC) pada saat pengoperasiannya dan pengukuran pemantauan AAT dilakukan secara terus
menerus. Energi listrik untuk alat pemantauan yang jauh dari sumber listrik AC dapat
menggunakan energi surya, yaitu dengan memasang panel solar cell, sedangkan untuk peralatan
pemantauan yang dipasang dekat dengan sumber listrik AC/PLN perlu diciptakan ketersediaan
sumber listrik yang dapat menjamin kontinuitasnya yaitu dengan membuat automatic power
charger untuk merubah arus listrik AC 220V ke DC 12V, kemudian disimpan dalam battery.

D. LM2596 Power Step Down Module


Instrumen pada Client Remote Terminal Unit maupun Server Monitoring Unit seperti :
sircuit sensor pH, komputer mini, module interface TTL to RS232 serta RS232 interface
menggunakan listrik arus searah (DC) dengan tegangan antara 3V – 5V. Oleh karena itu
diperlukan perangkat LM2596 Power Step Down Module untuk menurunkan tegangan dari
battery 12V menjadi 3V – 5V. Instrumen ini dipilih karena memiliki akurasi serta kualitas yang
baik dalam menjaga kestabilan tegangan sesuai dengan yang dibutuhkan

8
Gambar 3. LM2596 Power Step Down Module
(Dokumentasi PUSLITBANG TEKNOLOGI MINERAL DAN BATUBARA – Tek-MIRA)

E. Module interface TTL to RS232


Modul ini merupakan piranti penghubung sinyal TTL (Transistor-Transistor Logic) ke
piranti antar-muka RS232. Sinyal tersebut nantinya dapat dibaca oleh radio modem transmitter
untuk selanjutnya dikirim ke radio receiver. Selain memiliki 4pin konektor (Ground, Logic out
(STX), VCC+5V dan Logic In (SRX), modul ini memiliki tingkat kecepatan pengiriman data
300-115200 bauds yang cocok digunakan oleh mikrokontroler maupun komputer
mikro/komputer mini

Gambar 4. Module interface TTL to RS232


(Dokumentasi PUSLITBANG TEKNOLOGI MINERAL DAN BATUBARA – Tek-MIRA)

F. Sistem Telemetri

Telemetri/telematika adalah suatu teknologi yang dapat melakukan pengukuran atau


pengendalian jarak jauh, dengan data/informasi disampaikan kepada perancang atau operator
sistem melalui media dari sumber yang berbeda-beda Sistem telemetri merupakan salah satu
sistem yang bisa digunakan dalam perekaman data dari sensor yang ditempatkan pada objek

9
pengukuran ke tempat pemantauan yang lokasinya saling berjauhan. Selanjutnya sistem ini
ditransmisikan secara nirkabel melalui gelombang radio frekuensi (radio modem) dalam bentuk
analog atau digital tergantung pada situasi dan persyaratan kinerja (persyaratan 16 real-time,
ruang lingkup, transmisi). Gelombang frekuensi dapat menggunakan saluran standar seperti
WLAN , modem radio dan GSM atau saluran tersendiri. Aplikasi Sistem Telemetri :

• Tele command, digunakan untuk memberikan perintah kendali jarak jauh yang dilakukan
secara real-time.

• Telemetri pemantauan, dapat digunakan untuk memantau nilai dari sebuah obyek yang berada
pada jarak yang berjauhan.

• Tracking, telemetri yang digunakan untuk memantau lokasi/ posisi agen sistem dari jarak jauh
atau remote

Gambar 5. Sistem Telemetri


(Dokumentasi PUSLITBANG TEKNOLOGI MINERAL DAN BATUBARA – Tek-MIR

2.2. Konsep Bisnis


Sistematika Kerja AMD Detector
Salah satu dampak yang ditimbulkan oleh kegiatan pertambangan khususnya batubara,
adalah terjadinya pembentukan AAT oleh material mineral sulfidis lalu terpapar oleh udara dan
air hujan, sehingga dapat mencemari lingkungan sekitar. Masalah AAT telah mendapat perhatian
serius, baik oleh perusahaan tambang maupun pemerintah, dengan membuat sistem pemantauan
AAT yang dilakukan secara periodik agar dapat dilakukan pengolahan yang baik guna mencegah
dampak yang lebih buruk terhadap lingkungan. Saat ini pemantauan AAT masih banyak
dilakukan secara manual, yaitu dengan pengecekan atau pengukuran langsung pada sumber
aliran 2 sampai 6 jam sekali dalam sehari menggunakan peralatan digital portable (pH meter) dan
kertas pH Universal. Cara seperti ini selain tidak efektif dan efisien dapat membahayakan
keselamatan bagi pelaku.

10
Pembuatan prototipe peralatan pemantauan pH secara otomatis saat ini telah banyak
dilakukan oleh kalangan inventor maupun yang telah diproduksi dan beredar di pasaran, namun
selain harganya mahal, juga masih memiliki keterbatasan khususnya jika digunakan di areal
pertambangan, diantaranya peralatan tidak dirancang agar dapat dikembangkan untuk sistem
pengendalian AAT, pemantauan jarak jauh menggunakan fasilitas satelit yang membutuhkan
biaya. Oleh karena itu, perlu diciptakan suatu peralatan yang sederhana, tetapi dapat memenuhi
kebutuhan kecepatan dan akurasi data yang baik. Otomatisasi sistem pemantauan AAT dengan
menggunakan AMD Detector ini mempermudah pelaku dalam melakukan
pengukuran/pemantauan pH secara terus-menerus dan waktu terkini (real time) dengan interval
perekaman data yang dapat diatur sesuai kebutuhan, serta penanggulannya sehingga lebih
efisien, efektif dan akurat. Berikut ini adalah sistematika dari AMD Detector sebagai berikut:

(a) (b)

(c)

(d) (e)

11
(f) (g)

Sistematika kerja AMD Detector:


a) Selama ini, pengukuran/pemantauan hanya dilakukan pada satu lokasi serta bagian
permukaannya 18 saja, sehingga tidak dapat diketahui secara menyeluruh mengenai kadar pH
agar dapat memprediksi adanya sumber-sumber pembentuk asam serta kemungkinan intrusi
AAT ke dalam badan akuifer. Oleh karena itu, perlu dirancang peralatan yang dapat
memantau kadar pH pada semua lini, yaitu dengan memasang sensor pH secara vertikal pada
aliran masuk (inlet). Sensor PH secara vertikal pada aliran masuk ini akan mendeteksi kadar
PH air pada lokasi tersebut. AMD Detector akan Mengirim informasi-informasi ke pusat
monitoring.
b) Pada pusat monitoring informasi yang diterima akan di analisis secara otomatis. Hasil
analisis akan menentukan tingkat keasaman air dari lokasi tersebut.
c) Apabila di dapat tingkat keasaman pada lokasi tersebut telah melewati batas netral , maka
secara otomatis pintu air akan terbuka. Dan air akan mengalir ke Settling Pond.
d) Metode aktif, merupakan metode yang paling efektif. Namun kurang efisien, melihat
pertimbangan besarnya biaya yang dibutuhkan untuk bahan kimia dan energi eksternal yang
diperlukan. Alternatif lain, pengolahan air asam tambang secara pasif. Pada pengelolaan
pasif, tidak lagi membutuhkan penambahan bahan kimia secara terus menerus. Ini akan
mengurangi peralatan operasional dan pemeliharaan. Pengolahan secara pasif mengandalkan
terjadinya proses bio-geokimiawi, yang berlangsung menerus secara alami dalam
peningkatan pH dan pengikatan serta pengendapan logam-logam terlarut. Jadi jelas, saat ini
sistem pasif tercatat paling efektif dan efisien. Sumberdaya lokal berupa limbah bahan
organik, tumbuhan air, dan batu gamping. Limbah bahan organik yang digunakan berupa
jerami padi, serbuk kayu, dan kompos.
e) Sistem pengendalian air asam tambang pada settling pond menggunakan metode pasif.
Tanaman yang tumbuh pada permukaan air akan menyerap kandungan asam yang terdapat
pada air tersebut, sehingga air akan menjadi netral. AMD Detector akan mengontrol
perkembangan kadar keasaman air yang ada pada settling pond.
f) AMD Detector yang terdapat pada Settling Pond akan mengirimkan informasi ke pusat
monitoring yang selanjutnya akan di analisis. Apabila kadar PH air yang berada pada settling
pond mulai meningkat maka, air tersebut akan dialirkan guna untuk memenuhi kebutuhan air
masyarakat sekitar, seperti untuk industri pertanian.
g) Tanaman yang menggunakan air yang telah di netralkan dengan bantuan AMD Detector.

12
Pada sistem pengelolaan pasif, terdapat 2 (dua) proses utama yang menyebabkan terjadinya
peningkatan pH, yakni larutnya batugamping dan reduksi sulfat secara biologis. Kedua proses ini
menghasilkan alkalinitas dalan bentuk bikarbonat (HCO3-) sebagai senyawa penetral. Adapun
mekanisme terjadinya penurunan logam terlarut, dimungkinkan beberapa hal sebagai berikut:

1. Proses oksidasi dan hydrolisis logam yang menyebabkan terjadinya pengendapan logam
2. Interaksi antara sulfida (S2-) yang dihasilkan pada proses reduksi sulfat dengan logam
bervalensi 2 (seperti Fe2 + dan Mn2+) membentuk logam sulfida yang mengendap.
3. Proses adsorpsi logam oleh bahan organik (kompos)
4. Prosrs biosorpsi logam oleh vegetasi tumbuhan air dan mikroorganisme, seperti bakteri,
fungi, dan alga yang tumbuh pada lapisan bahan organik.

Selain memperbaiki kualitas air asam tambang, teknologi pengolahan pasif berupa wetland,
menjadi lingkungan baru bagi kehidupan flora dan pauna lainnya, seperti ikan, katak, dan
serangga. Ekosistem batu ini sering dinamakan dengan ekosistem wekland. Namun demekian,
terdapat 2 (dua) hal utama yang harus diperhatikan dalam penerapan pengolahan pasif tersebut,
yaitu:

 Kualitas dan debit air asam tambang yang akan diolah


 Ketersediaan dan topografi yang area yang ada

Kedua faktor ini, akan menjadi parameter penentu terhadap jenis, ukuran dan desain sistem
pengolahan yang sesuai dengan karakteristik masing-masing area.

2.3.Keuntungan dan Kerugian

1. Keuntungan
- Dapat mengetahui secara menyuluruh kadar PH pada suatu lokasi
- Pengukuran dan pemantauan di lakukan di seluruh titik pada suatu lokasi
- Sensor PH mendeteksi secara vertikal
- Informasi-informasi yang didapat dari PH sensor langsung dikirim ke pusat
monitoring untuk dianalisis
- Biaya perawatan murah
- Hasail yang di dapat akurat
- Ramah Lingkungan

2. Kerugian
- Pembelian alat mahal
- Pada saat beroperasi,unsur-unsur kimia seperti sulfur,besi dan lumpur pada titik
pemantauan dapat menempel melapisi permukaan sensor sehingga sensor menjadi
kurang peka kendeteksi kada PH pada air.

13
2.4. Marketing
 Easy To Order
Easy To Order adalah salah satu strategi pemasaran yang akan kami konsepkan
dalam meningkatkan minat konsumen terhadap produk yang akan kami pasarkan. Easy
To Order memudahkan konsumen dalam memesan produk kami yaitu hanya dengan
membuka akun website kami konsumen akan langsung di layani oleh customer servis
kami, sehingga transaksi jual beli akan dapat berlangsung tanpa harus mengunjungi toko
kami.

 World Wide
Di sekarang ini dimana teknologi-teknologi baru semakin berkembang sehingga
kita dapat dengan mudah mendapatkan produk yang kita inginkan tanpa harus pergi
ketempat produk tersebut di pasarkan sekalipun produk yang kita inginkan berada jauh
dari tempat kita berada. Disini kami memanfaatkan teknologi untuk memasarkan produk
kami, sehingga konsumen-konsumen yang berada jauh dari toko kami baik itu beda kota
maupun beda negara dapat dengan mudah memesan produk kami. Dengan bantuan jasa
antar barang kami siap mengantarkan produk kami keseluruh kota-kota yang ada di
berbagai negara.

14
 Easy To Use
Produk kami didesain untuk memudahkan para technician dalam merangkai dan
mengoperasikan produk kami. Kami menyediakan seperangkat tutorial dan panduan lengkap
mengenai pengoperasian alat kami, dan juga kami menerima layanan 24 jam dalam melayani
segala keluhan konsumen. Kemudahan-kemudahan yang kami tawarkan kepada konsumen
merupakan serangkaian strategi kami dalam menarik minat konsumen terhadap produk kami.

15
2.5 Analisis Pasar
 Faktor Internal
1. Kekuatan (Streght)
Kekuatan yang kami miliki terhadap produk kami sehingga mampu
bersaing di pasar international adalah Produk yang kami pasarkan ditujukan
kepada perusahaan-perusahaan tambang yang ada di seluruh dunia. Dengan
masalah AAT yang ditimbulkan oleh aktivitas penambangan akan sangat
merugikan perusahaan-perusahaan tambang dari segi lingkungan. Sehingga
dengan adanya produk kami kami masalah tersebut dapat teratasi secara sistematis
tidak hanya mencegah namun juga menanggulangi masalah AAT.
2. Kelemahan (Weakness)
Salah satu kelemahan dari produk kami yaitu Pada saat beroperasi,unsur-
unsur kimia seperti sulfur,besi dan lumpur pada titik pemantauan dapat menempel
melapisi permukaan sensor sehingga sensor menjadi kurang peka mendeteksi
kadar PH pada air.

 Faktor Eksternal
1. Peluang (Opportunity)
Perusahaan-perusahaan tambang sangat memerlukan alat untuk
mendeteksi dan menangulangi air asam tambang yang disebabkan oleh aktivitas
penambangan sehingga dapat dipastikan bahwa setiap perusahaan harus memiliki
alat pendeteksi dan penanggulangan air asam tambang agar aktivitas
penambangan tersebut tidak mencemari lingkungan.
2. Ancaman (Threats)
Ancaman yang dapat timbul dalam penjualan produk kami yaitu
terdapatnya oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab yang dapat meniru
produk kami.

2.5 perkiraan biaya

Nama Alat Harga


PH sensor sirkuit Rp.750.000
Rasberi PI Tipe B Rp.790.000
APC Rp.3.000.000
Power step down module Rp.192.000
Module interface TTL Rp.127.000
Sistem Telematri Rp.895.000
TOTAL Rp.5.754.000

16
BAB III

KESIMPULAN dan SARAN

3.1. Kesimpulan

Pada penjualan AMD detector di perlukan modal sedikit lebih besar dikarenakan produk
yang di keluarkan berbasis teknologi.Riset dan pengembangannya di perlukan waktu yang
sedikit lebih lama.Maka harga dari produk berbasis teknologi lebih mahal.

3.2 SARAN

Setiap produk yang dihasilkan diushakan memilik lisensi SNI.Supaya alat ayang
digunakan nantinya bisa memneuhi prosedur yang ada didalam negeri.

17

S-ar putea să vă placă și