Sunteți pe pagina 1din 28

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Ketoasidosis diabetikum adalah salah satu komplikasi metabolik akut pada diabetes
mellitus dengan perjalanan klinis yang berat dalam angka kematian yang masih cukup
tinggi. Ketoasidosis diabetikum dapat ditemukan baik pada mereka dengan diabetes melitus tipe
1 dan tipe 2.
Angka kematian ketoasidosis menjadi lebih tinggi pada beberapa keadaan yang menyertai,
seperti : sepsis, syok yang berat, infark miokard akut yang luas, pasen usia lanjut, kadar glukosa
darah yang tinggi, uremia, kadar keasaman darah yang rendah. Kematian pada pasien
ketoasidosis usia muda, umumnya dapat dihindari dengan diagnosis cepat, pengobatan yang
tepat dan rasional, serta memadai sesuai dengan dasar patofisiologinya. Pada pasien kelompok
usia lanjut, penyebab kematian lebih sering dipicu oleh faktor penyakit dasarnya.
Gejala yang paling menonjol pada ketoasidosis adalah hiperglikemia dan ketosis.
Hiperglikemia dalam tubuh akan menyebabkan poliuri dan polidipsi. Sedangkan ketosis
menyebabkan benda-benda keton bertumpuk dalam tubuh, pada sistem respirasi benda keton
menjadi resiko terjadinya gagal nafas. Oleh sebab itu penanganan ketoasidosis harus cepat, tepat
dan tanggap.
Peran perawat dalam menangani pasien dengan KAD harus tepat waktu, tepat sasaran dan
tepat tindakan keperawatannya dimana pasien harus bisa mengontrol pola makan yang benar dan
sehat, berhati-hatilah dalam beraktivitas agar tidak menimbulkan komplikasi lain dan perawat
dapat berkolaborasi dengan dokter dalam pemberian insulian setiap harinya.

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Setelah diadakan presentasi diharapkan mahasiswa mampu mengerti dan memahami tentang
ketoasidosis diabetikum serta asuhan keperawatan yang harus diberikan dengan berbagai
masalah yang timbul.

2. Tujuan Khusus
Setelah presentasi dan diskusi tentang konsep dasar dan asuhan keperawatan pada klien dengan
ketoasidosis diabetikum, mahasiswa diharapkan akan dapat :
a) Mengetahui pengertian KAD
b) Mengetahui dan memahami etologi KAD
c) Mengetahui dan memahami manifestasi kiniks KAD
d) Mengetahui dan memahami patofisiologi dan patway dari KAD
e) Mengetahui dan memahami pemeriksaan diagnosis yang dibutuhkan pada klien KAD
f) Mengetahui dan memahami komplikasi KAD
g) Mengetahui dan memahami penatalaksanaan KGD, keperawatan dan medis dari KAD
h) Mengetahui dan memahami proses keperawatan pada KAD
BAB II
Tinjauan Teori

A. DEFINISI
Ketoasidosis Diabetik (KAD) merupakan salah satu komplikasi akut DM akibat defisiensi
(absolut ataupun relatif) hormon insulin yang tidak dikenal dan bila tidak mendapat pengobatan
segera akan menyebabkan kematian. (Arif Mansjoer, 2001)
Ketoasidosis Diabetikum (KAD) adalah suatu keadaan dimana terdapat defisiensi insulin
absolute atau relative dan peningkatan hormone kontra legulator (glukagon, katekolamin,
kortisol dan hormon pertumbuhan), yang menyebabkan keadaan hipergilkemi (Brunner and
Suddart, 2002).
Ketoasidosis Diabetik adalah suatu keadaan darurat akibat gangguan metabolic diabetes
mellitus berat yang disifati oleh adanya trias hiperglikemi, asidosis, dan ketonemi (Adam, 2001).

B. ETIOLOGI
Ketoasidosis diabetikum di dasarkan oleh adanya insulin atau tidak cukupnya jumlah
insulin yang nyata, yang dapat disebabkan oleh :
1. Insulin diberikan dengan dosis yang kurang.
2. Keadaan sakit atau infeksi pada DM, contohnya : pneumonia, kolestisitis, iskemia usus dan
apendisitis.
Keadaan sakit dan infeksi akan menyertai resistensi insulin. Sebagai respon terhadap stres fisik
(atau emosional), terjadi peningkatan hormon – hormon ”stres” yaitu glukagon, epinefrin,
norepinefrin, kotrisol dan hormon pertumbuhan. Hormon – hormon ini akan menigkatakan
produksi glukosa oleh hati dan mengganggu penggunaan glukosa dalam jaringan otot serta lemak
dengan cara melawan kerja insulin. Jika kadar insulin tidak meningkatkan dalam keadaan sakit
atau infeksi, maka hipergikemia yang terjadi dapat berlanjut menjadi ketoasidosis diabetik.
3. Manifestasi pertama pada penyakit diabetes yang tidak terdiagnosis dan tidak diobati.
(Brunner and Suddart, 2002)

C. PATOFISIOLOGI
Diabetes Ketoasidosis disebabkan oleh tidak adanya insulin atau tidak cukupnya jumlah
insulin yang nyata, keadaan ini mengakibatkan gangguan pada metabolisme karbohidrat, protein
dan lemak. Ada tiga gambaran klinis yang penting pada diabetes ketoasidosis yaitu dehidrasi,
kehilangan elektrolit dan asidosis. Apabila jumlah insulin berkurang, jumlah glukosa yang
memasuki sel akan berkurang juga. Disamping itu produksi glukosa oleh hati menjadi tidak
terkendali. Kedua faktor ini akan mengakibatkan hiperglikemia. Dalam upaya untuk
menghilangkan glukosa yang berlebihan dari dalam tubuh, ginjal akan mengekskresikan glukosa
bersama air dan elektrolit (seperti natrium dan kalium). Diurisis osmotik yang ditandai oleh
urinasi berlebihan (poliuri) ini akan menyebabkan dehidrasi dan kehilangan elektrolit. Penderita
ketoasidosi yang berat dapat kehilangan kira-kira 6,5 liter air dan sampai 400 hingga 500 mEg
natrium, kalium serta klorida selama periode waktu 24 jam. Akibat defisiensi insulin yang lain
adalah pemecahan lemak (liposis) menjadi asam-asam lemak bebas dan gliserol. Asam lemak
bebas akan diubah menjadi benda keton oleh hati. Pada ketoasidosis diabetik menjadi produksi
benda keton yang berlebihan sehingga akibat dari kekurangan insulin yang secara normal akan
mencegah timbulnya keadaan tersebut. Benda keton bersifat asam dan bila bertumpuk dala
sirkulasi darah, benda keton akan menimbulkan asidosis metabolik.
(Brunner and Suddarth, 2001)
D.Pathway

Pathophysiology of DKA adapted from Urden: Thelan’s Critical Care Nursing: Diagnosis and
Management. 5th ed.Cited in Nursing Consult.www.nursingconsult.com
E. MANIFESTASI KLINIK
Tujuh puluh sampai sembilan puluh persen pasien KAD telah diketahui menderita DM
sebelumnya. Sesuai dengan patofisiologi KAD, akan dijumpai pasien dalam keadaan
ketoasidosis dengan tanda dan gejala :
1. Kadar glukosa > 250 mg% dan pH < 7,35
2. HCO3 rendah (<15 meq/L)
3. Anion gap yang tinggi dan keton serum positif
4. Pernafasan cepat dan dalam (Kussmaul)
5. Dehidrasi (turgor kulit berkurang, lidah dan bibir kering)
6. Hipovolemia atau sampai syok
7. Poliuria dan polidipsia
8. Adanya riwayat berhenti menyuntik insulin, demam atau infeksi
9. Mual dan muntah
10. Nyeri perut yang menonjol
11. Derajat kesadaran pasien bervariasi, mulai dari composmetis sampai koma
(Arif Mansjoer, 2001)

F. KOMPLIKASI

 Hipoksemia
 Sindrom Gawat Nafas Dewasa (Adult Respiratory Distress Syndrome, ARDS)
 Dehidrasi yang berlebihan
 Gagal jantung kiri
 Pankreatitis akut
 Hipoglikemia
 Hipokalemia
 Hiperkloremia
 Edema otak
 Infark Miokard Akut

(Arif Mansjoer, 2001)

G. DATA PENUNJANG
1. Analisa Darah
a) Kadar glukosa darah bervariasi tiap individu
b) pH rendah (6,8-7,3)
c) PCO2 turun (10-30 mmHg)
d) HCO3 turun (<15 mEg/L)
e) Keton serum positif, BUN naik
f) Kreatin naik
g) Hb dan Ht naik
h) Leukosit
i) Osmolalitas serum meningkat tetapi biasanya kurang dari 330 mOsm/1
2. Elektrolit
 Kalium dan natrium dapat rendah atau tinggi sesuai jumlah cairan yang hilang (dehidrasi)
 Fosfor lebih sering menurun
3. Urinalisa
 Leukosit dalam urin
 Glukosa dalam urin
4. EKG gelombang T naik
5. MRI atau CT-Scan
6. Foto Thoraks
H. PENATALAKSANAAN
1. Penatalaksanaan KGD
 Pertahankan jalan nafas
 Pada syok berat berikan oksigen 100% dengan masker
 Jika syok berikan larutan isotonik (normal saline 0,9%) 20cc/kgBB
 Bila terdapat penuruna kesadaran perlu pemasangan naso gastrik tube untuk menghindari
aspirasi lambung.
2. Penatalaksanaan Keperawatan
 Penilaian kliniks awal : pemeriksaan fisik (BB, TD, tanda sidosis, GCS, derajat dehidrasi), dan
konfirmasi biokimia (analisa darah dan urinalisa)
(Dunger DB, 2004)
 Pemantauan status volume cairan : pemeriksaan TTV (termasuk memantau perubahan ortostatik
pada tekanan darah dan frekuensi jantung), pengkajian paru, dan pemantauan asupan serta haluan
cairan.
 Pemantauan kalium
(Brunner and Suddart, 2002)

3. Penatalaksanaan Medis
Elekrtolit :
 Kadar potasium mulai menurun saat diberikan insulin, oleh karena itu pemberian potasium
dimulai saat dimulainya pemberian insulin, terkecuali pada penderita dengan kadar potasium >
6,0 mEg/L, mereka yang anuri dan penderita gagal ginjal kronik yang biasanya sudah disertai
poatsium serum yang tinggi. Potasium diiberikan dengan dosis 10 – 30 mEg/jam, semakin
rendah kadar potasium serum semakin besar dosis yang diberikan sambil memantau kadar dalam
serum. Kadar potasium serum harus dipertahankan >3,5 mEg/L.
 Pemberian sodium bikarbonat diberikan saat pH <7,0, kadar bikarbonat <5,0 mEg/L,
hiperkalemia berat >6,5 mEg/L. Pemberian bikarbonat dosis 100 – 250 mEg dalam 100 – 250 ml
0,45%NaCl, diberikan antara 30 – 60 menit. Pemberian bikarbonat harus disertai dengan
pemantauan pH arteri, dan dihentikan apabila pH >7,1.
(Adam JMF, 2002)
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
1. Identitas Klien dan Penanggung Jawab

2. Keluhan Utama
Keluhan atau gejala saat awal dilakukan pengkajian pertama kali yang utama.

3. Pengkajian Primer
a) Airway
Kaji jalan nafas terbuka, ada tidaknya sekret atau benda asing yang menghalangi jalan nafas dan
kaji timbulnya suara seperti gurgling, snoring maupun crowing.
b) Breathing
Inspeksi rate, kesimetrisan peranjakan paru serta ada tidaknya dispnea, kaji adanya sesak nafas,
cuping hidung, nafas cepat, adanya sianosis atau tidak dan pemakaian otot pernafasan tambahan.
Auskultasi suara nafas dan perkusi area paru
c) Circulation
Kaji frekuensi denyut nadi, tekanan darah, suhu, capilary refil, SPO2dan kaji adanya edema.
d) Disability
Kaji status neurologi : GCS dan tanda lateralisasi
e) Eksposure
Kaji adanya jejas pada seluruh tubuh, yang perlu diperhatikan adalah cegah hipotermi

4. Pengkajian Sekunder
a) Riwayat Keperawatan/Kesehatan
1) Riwayat Kesehatan/Keperawatan Sekarang
2) Riwayat Kesehatan/Keperawatan Dahulu
3) Riwayat Kesehatan/Keperawatan Keluarga

b) Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum
Meliputi kesan kesadaran sakit termasuk ekspresi wajah dan posisi klien.
2) Pemeriksaan Tanda Vital
Meliputi nadi (frekuensi, irama, kualitas), tekanan darah, pernafasan (frekuensi, irama,
kedalaman, pola nafas) dan suhu tubuh.
3) Pemeriksaan Head To Toe
Pemeriksaan Kepala dan Leher
Kepala : kaji bentuk, adanya luka
Rambut : warna, jenis, ketebalan dan kebersihan rambut
Mata : kemampuan penglihatan, ukuran pupil, reaksi terhadap cahay, konjungtiva, sklera,
alat bantu, adanya sekret dan cekung
Hidung : bagaimana kebersihannya, septum deviasi, sekret, epistaksis polip, pemakaian selang
O2/selang NGT
Telinga : kemampuan pendengaran, adanya nyeri, sekret telinga, pembengkakan, penggunaan
alat bantu
Mulut : keadaan bibir (warna, kelembaban), kebersihan gigi dan gusi, mulut, bau mulut,
pemasangan ET/OPA
Leher : kesimetrisan trachea, terabanya kelenjar thyroid, benjolan, tracheostomy, nyeri telan,
pembesaran tonsil, tekanan vena jugularis
Pemeriksaan Dada
Genitalia
Pemeriksaan Anggota Gerak/Ekstremitas
Pemeriksaan Kulit dan Kelenjar Getah Bening

c) Kebutuhan Fisiologis
1) Pola Nutrisi dan Metabolisme
 Gejala : Hilang nafsu makan
 Mual/muntah
 Tidak mematuhi diet, peningkatan masukan glukosa/karbohidrat
 Penurunan berat badan lebih dari beberapa hari/minggu
 Haus, penggunaan diuretik (Thiazid)
 Tanda : Kulit kering/bersisik, turgor jelek
 Kekakuan/distensi abdomen, muntah
 Pembesaran tiroid (peningkatan kebutuhan metabolik dengan peningkatan gula darah), bau
halisitosis/manis, bau buah (napas aseton)
2) Pola Eliminasi
 Gejala : Perubahan pola berkemih (poliuria), nokturia
 Rasa nyeri/terbakar, kesulitan berkemih (infeksi), ISSK baru/berulang
 Nyeri tekan abdomen, Diare
 Tanda :Urine encer, pucat, kuning, poliuri ( dapat berkembang menjadi oliguria/anuria, jika
terjadi hipovolemia berat)
 Urin berkabut, bau busuk (infeksi)
 Abdomen keras, adanya asites
 Bising usus lemah dan menurun, hiperaktif (diare)
3) Pola Aktivitas
 Gejala : Lemah, letih, sulit bergerak/berjalan
 Kram otot, tonus otot menurun, gangguan istrahat/tidur
 Tanda : Takikardia dan takipnea pada keadaan istrahat atau aktifitas
 Letargi/disorientasi, koma
 Penurunan kekuatan otot
4) Sirkulasi
 Gejala : Adanya riwayat hipertensi, IM akut
 Klaudikasi, kebas dan kesemutan pada ekstremitas
 Ulkus pada kaki, penyembuhan yang lama
 Takikardia
 Tanda : Perubahan tekanan darah postural, hipertensi
 Nadi yang menurun/tidak ada
 Disritmia
 Krekels, Distensi vena jugularis
 Kulit panas, kering, dan kemerahan, bola mata cekung
5) Integritas Kulit
 Gejala : Stress, tergantung pada orang lain
 Masalah finansial yang berhubungan dengan kondisi
 Tanda : Ansietas, peka rangsang
6) Neurosensori
 Gejala : Pusing/pening, sakit kepala
 Kesemutan, kebas, kelemahan pada otot, parestesia
 Gangguan penglihatan
 Tanda : Disorientasi, mengantuk, alergi, stupor/koma (tahap lanjut). Gangguan
 Memori (baru, masa lalu), kacau mental
 Refleks tendon dalam menurun (koma)
 Aktifitas kejang (tahap lanjut dari DKA)
7) Nyeri/Kenyamanan
 Gejala : Abdomen yang tegang/nyeri (sedang/berat)
 Tanda : Wajah meringis dengan palpitasi, tampak sangat berhati-hati
8) Keamanan
 Gejala : Kulit kering, gatal, ulkus kulit
 Tanda : Demam, diaforesis
 Kulit rusak, lesi/ulserasi
 Menurunnya kekuatan umum/rentang erak
 Parestesia/paralisis otot termasuk otot-otot pernapasan (jika kadar kalium menurun dengan
cukup tajam)
9) Pernafasan
 Gejala : Merasa kekurangan oksigen, batuk dengan/tanpa sputum purulen
(tergantung adanya infeksi/tidak)
 Tanda : Lapar udara, batuk dengan/tanpa sputum purulen
 Frekuensi pernapasan meningkat
10) Seksualitas
 Gejala : Rabas vagina (cenderung infeksi)
 Masalah impoten pada pria, kesulitan orgasme pada wanita

5. Pemeriksaan Penunjang
 Glukosa darah : meningkat 200 – 100 mg/dl atau lebih
 Aseton plasma (keton) : positif secara mencolok
 Asam lemak bebas : kadar lipid dan kolesterol meningkaat
 Osmolalitas serum : meningkat tetapi biasanya kurang dari 330 mOsm/l
 Elektrolit : Natrium : mungkin normal , meningkat atau menurun
 Kalium : normal atau peningkatan semu (perpindahan selular), selanjutnya akan menurun
 Fosfor : lebih sering menurun
 Hemoglobin glikosilat : kadarnya meningkat 2-4 kali lipat dari normal yang mencerminkan
kontrol DM yang kurang selama 4 bulan terakhir
 Gas darah arteri : biasanya menunjukkan pH rendah dan penurunan pada HCO3 (asidosis
metabolik) dengan kompensasi alkalosis respiratorik
 Trombosit darah : Ht mungkin meningkat atau normal (dehidrasi), leukositosis,
hemokonsentrasi sebagai rrespons terhadap stress atau infeksi
 Ureum/kreatinin: Mungkn meningkaatt atau normal(dehidrasi/penurunan fungsi ginjal)
 Amilase darah : mungkin meningkat yang mengindikasikan adanya pankreatitis akut sebagai
penyebab DKA
 Urin : gula dan aseton positif , berat jenis dan osmolalitas mungkin meningkat
 Kultur dan sensitifitas : kemungkinan adanya infeksi saluran kemih, pernafasan dan pada luka

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Gangguan pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan kemampuan bernafas

2. Resti terjadinya gangguan pertukaran gas berhubungan dengan peningkatan keasaman (pH
menurun) akibat hiperglikemia, glukoneogenesis dan lipolysis

3. Nyeri akut berhubungan dengan dilatasi lambung

4. Defisit volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotik akibat hiperglikemia, pengeluaran
cairan berlebihan : diare, muntah; pembatasan intake akibat mual, kacau mental

5. Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan berhubungan dengan ketidakcukupan insulin,


penurunan masukan oral, status hipermetabolisme

6. Resiko tinggi terhadap perubahan sensori-perseptual berhubungan dengan ketidakseimbangan


glukosa/insulin dan/atau elektrolit

C. INTERVENSI
Dx. I : Gangguan pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan kemampuan
bernafas
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan pola
nafas efektif
KH : Pola nafas pasien kembali teratur, respirasi rate pasien kembali normal (16-
24x/menit), dan pasien mudah untuk bernafas
Intervensi :
a) Kaji pola nafas setiap hari
R : Pola dan pernafasan dipengaruhi oleh status asam basa, status hidrasi, status cardiopulmonal
dan sistem persyarafan. Keseluruhan faktor harus dapat diidentifikasi untuk menentukan faktor
mana yang berpengaruh
b) Kaji kemungkinan adanya sekret yang mungkin timbul
R : Penurunan kesadaran mampu merangsang pengeluaran sputum berlebih akibat kerja reflek
parasimpatik atau menurunnya kemampuan menelan
c) Baringkan klien pada posisi nyaman, semi fowler
R : Memudahkan klien dalam bernafas
d) Berikan oksigenasi sesuai dengan kebutuhan
R : Pernafasan kusmaul sebagai kompensasi keasaman memberikan respon penurunan CO2 dan
O2. Pemberian oksigen sungkup dalam jumlah yang minimal diharapkan dapat mempertahankan
level CO2.
e) Pastikan jalan nafas tidak tersumbat
R : Pengaturan posisi ekstensi kepala memfasilitasi terbukanya jalan nafas, menghindari jatuhnya
lidah dan meminimalkan penutupan jalan nafas oleh sekret yang mungkin terjadi
f) Kolaborasi dengan tim medis
R : Membantu tindakan medis selanjutnya sesuai dengan indikasi dokter

Dx. II : Resti terjadinya gangguan pertukaran gas berhubungan dengan peningkatan


keasaman (pH menurun) akibat hiperglikemia, glukoneogenesis dan lipolysis
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan tidak
terjadi gangguan pertukaran gas
KH : RR dalam batas normal (16-24x/menit), AGD dalam batas normal, yaitu pH
(7,35-7,45), PO2 (80-100 mmHg), PCO2(30-40 mmHg), HCO3 (22-26), BE (-2 sampai +2)
Intervensi :
a) Observasi irama, frekuensi serta kedaleman pernafasan
R : Memantau adanya perubahan irama, frekuensi dan kedalaman pernafasan
b) Monitor hasil pemeriksaan AGD
R : Untuk memantau AGD pasien apabila ada perubahan dalam pH, PO2, PCO2, HCO3 dan BE
c) Auskultasi bunyi paru
R : Mengidentifikasi bunyi paru apabila ada bunyi tambahan dalam paru
d) Berikan posisi fowler / semifowler (sesuai dengan keadaan klien)
R : Memberikan rasa nyaman dan melancarkan jalan nafa
e) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat
R : Agar memperlancar pertukaran gas dan mengurangi sesak nafas pada pasien

Dx. III : Nyeri akut berhubungan dengan dilatasi lambung


Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan nyeri
berkurang atau hilang
KH : Nyeri berkurang atau terkontrol, pasien tampak tenang tidak meringis kesakitan
Intervensi :
a) Kaji keluhan nyeri, catat intensitasnya, karakteristiknya, lokasi dan lamanya nyeri.
R : Nyeri merupakan pengalaman subyektif dan harus dijelaskan oleh pasien dan untuk
mengevaluasi keefektifan dari terapi yang diberikan
b) Gunakan teknik sentuhan yang terapeutik visualisasi (teknik relaksasi dan distraksi)
R : Memberikan pasien sejumlah pengendali nyeri atau dapat mengubah mekanisme sensasi
nyeri dan mengubah persepsi nyeri
c) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian analgetik
R : Analgetik merupakan obat yang dapat mengurangi atau menghilangkan rasa nyeri
d) Pertahankan istirahat dengan posisi semi fowler
R :Posisi semi fowler dapat menurunkan rasa nyeri dan membuat nyaman
e) Hindari tekanan area popliteal
R :Mencegah terjadinya nyeri yang lebih parah

Dx. IV : Defisit volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotik akibat


hiperglikemia, pengeluaran cairan berlebihan : diare, muntah; pembatasan intake akibat mual,
kacau mental
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan volume
cairan seimbang
KH : TTV dalam batas normal, pulse perifer dapat teraba, turgor kulit dan capillary
refill baik (kembali < 3 detik), keseimbangan urin output dan kadar elektrolit normal
Intervensi :
a) Kaji riwayat pengeluaran berlebih : poliuri, muntah maupun muntah
R : Membantu memperkirakan pengurangan volume total. Proses infeksi yang menyebabkan
demam dan status hipermetabolik meningkat pengeluaran insensibel
b) Monitor tanda-tanda vital dan perubahan tekanan darah orthostatik
R : Hipovolemik dapat dimanifestasikan oleh hipotensi dan takikardi. Hipovolemia yang
berlebihan dapat ditunjukkan dengan peenurunan TD lebih dari 10 mmHg dari posisi berbaring
ke duduk atau berdiri
c) Kaji nadi perifer, pengisian kapiler, turgor kulit dan membran mukosa
R : Merupakan indikator dari tingkat dehidrasi atau volume sirkulasi yang adekuat
d) Pantau masukan cairan dan pengeluaran urin
R : Memberikan perkiraan kebutuhan akan cairan pengganti, fungsi ginjal dan keefektifan dari
terapi yang diberikan
e) Berikan cairan paling sedikit 2500 cc/hari
R : Mempertahankan hidrasi atau volume sirkulasi
f) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian NaCl, ½ NaCl dengan atau tanpa dekstrose
R : Meningkatkan dan menyeimbangkan volume cairan dalam tubuh

Dx. V : Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan berhubungan dengan ketidakcukupan


insulin, penurunan masukan oral, status hipermetabolisme
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan
kebutuhan nutrisi terpenuhi
KH : Klien mencerna jumlah kalori / nutrisi yang tepat, menunjukkan energi yang
biasa, BB dapat stabil
Intervensi :
a) Pantau BB setiap hari atau sesuai indikasi
R : mengkaji pemasukan makanan yang adekuat (termasuk absorbsi dan utilisasinya)
b) Tentukan program diet dan pola makan pasien dan bandingkan dengan makanan yang
dihabiskan
R : Mengidentifikasi kekurangan dan penyimpangan dari kebutuhan terapeutik
c) Auskultasi bising usus, catat adanya nyeri abdomen / perut kembung, mual, muntahan
makanan yang belum dicerna dan pertahankan puasa sesuai indikasi
R : Hiperglikemia dan gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit dapat menurunkan motilitas
/ fungsi lambung (distensi / ileus paralitik) yang akan mempengaruhi pilihan intervensi
d) Berikan makanan yang mengandung nutrisi kemudian upayakan pemberian yang lebih padat
yang dapat ditoleransi
R : Pemberian makanan melalui oral lebih baik jika pasien sadar dan fungsi gastrointestinal baik
e) Libatkan keluarga pasien pada perencanaan sesuai indikasi
R : Meningkatkan rasa keterlibatannya, memberikan informasi pada keluarga untuk memahami
kebutuhan nutrisi pasien
f) Observasi tanda hipoglikemia seperti perubahan tingkat kesadaran, kulit lembeb / dingin,
denyut nadi cepat, lapar, peka rangsangan, cemas, sakit kepala, pusing dan sempoyongan
R : Karena metabolisme karbohidrat sulit terjadi (gula darah akan berkurang, dan sementara tetap
diberikan insulin maka hipoglikemi dapat terjadi jika pasien dalam keadaan koma, hipoglikemia
mungkin terjadi tanpa memperlihatkan perubahan tingkat kesadaran

g) Lakukan konsultasi dengan ahli diet


R : Sangat bermanfaat dalam perhitungan dan penyesuaian diet untuk memenuhi kebutuhan
nutrisi pasien
h) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian insulin secara teratur sesuai indikasi
R : Meningkatkan kadar insulin dalam tubuh

Dx. VI : Resiko tinggi terhadap perubahan sensori-perseptual berhubungan dengan


ketidakseimbangan glukosa/insulin dan/atau elektrolit
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan tidak
terjadi perubahan sensori-perseptual
KH : Mempertahankan tingkat mental biasanya, mengenali dan mengkompensasi
adanya kerusakan sensori
Intervensi :
a) Pantau tanda-tanda vital dan status mental
R : Sebagai dasar untuk membandingkan temuan abnormal, seperti suhu yang meningkat dapat
mempengaruhi fungsi mental
b) Panggil pasien dengan nama, orientasikan kembali sesuai dengan kebutuhannya. Berikan
penjelasan yang singkat dengan bicara perlahan dan jelas
R : Menurunkan kebingungan dan membantu untuk mempertahankan kontak dengan realitas
c) Jadwalkan intervensi keperawatan agar tidak mengganggu waktu istirahat pasien
R : Meningkatkan tidur, menurunkan rasa letih dan dapat memperbaiki daya pikir
d) Pelihara aktivitas rutin pasien sekonsisten mungkin, dorong untuk melakukan kegiatan
sehari-hari sesuai kemampuannya
R : Membantu memelihara pasien tetap berhubungan dengan realitas dan mempertahankan
orientasi pada lingkungannya
e) Lindungi pasien dari cidera (gunakan pengikat) ketika tingkat kesadaran pasien terganggu.
Berikan bantalan lunak pada pagar tempat tidur dan berikan jalan nafas buatan yang lunak jika
pasien kemungkinan mengalami kejang
R : Pasien mengalami disorientasi merupakan awal kemungkinan timbulnya cidera terutama
malam hari dan perlu pencegahan sesuai indikasi. Munculnya kejang perlu diantisipasi untuk
mencegah trauma fisik, aspirasi dan sebagainya.

D. IMPLEMENTASI
Implementasi adalah tahap pelaksanaan terhadap rencana tindakan keperawatan yang telah
ditetapkan untuk perawat bersama klien. Implementasi dilaksanakan sesuai dengan intervensi
yang telah direncanakan.

E. EVALUASI
Evaluasi merupakan tahap terakhir dari proses keperawatan. Kegiatan evaluasi ini merupakan
kegiatan dalam menilai tindakan keperawatan yang telah ditentukan untuk mengetahui
pemenuhan kebutuhan klien secara optimal dan mengukur hasil dari proses keperawatan.
BAB III
TINJAUAN KASUS

Asuhan Keperawatan Pada Ny. Z Dengan Gangguan Sistem Endokrin ; Ketoasidosis


Diabetikum
Di Rsmh Palembang

KASUS
Pada tanggal 1 April 2016, Ny. Z umur 58 tahun datang ke RSMH Palembang
didampingi oleh keluarganya dengan keluhan diare sudah dari 2 hari yang lalu. Ny. Z juga
mengatakan sering BAK sebanyak > 7 kali setiap malam. Ny. Z juga mengeluh mudah letih dan
mudah berkeringat saat beraktivitas. Akhir-akhir ini Ny. Z mengatakan tidak nafsu makan, sering
merasa haus dan Berat badannya menurun. Klien juga terlihat syok. Keluarga mengatakan ibu
Ny. Z memiliki penyakit Diabetes Melitus. Dan Ny. Z juga memiliki riwayat penyakit Dm tipe 1.
Setelah dilakukan pemeriksaan oleh perawat di rumah sakit pasien mengalami mual, muntah dan
nyeri pada bagian abdomen. Ny. D mengatakan bahwa akhir-akhir ini penglihatannya terganggu.
Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan turgor kulit berkurang, tampak pucat
dan didapatkan TD ; 100/70 mmHg, nadi ; 60x/menit, temp : 36º C, RR ; 28 x/menit, BB Ny D ;
80 kg, TB ; 160 cm. Pemeriksaan laboratorium menunjukan GDS = 600 mg/dl. Klien
mengatakan tidak mengetahui mengenai penyakit yang dideritanya.

A. DATA PASIEN

1. Identitas Pasien
 Nama : Ny. Z
 Umur : 58 tahun
 Jenis Kelamin : perempuan
 Agama : Islam
 Alamat : Kol. H. Burlian KM. 9 palembang
 Pendidikan : SMA
 Pekerjaan : wiraswasta
 Status Perkawinan : Nikah
 Diagnosa Medis : ketoasidosis diabetikum
 No.Register : 515655
 Tanggal Masuk : 1 April 2016
 No.RM : 182060

2. Identitas Penanggung Jawab


 Nama : Tn. A
 Usia : 60 Tahun
 J.kelamin : Laki-laki
 Agama : Islam
 Pekerjaan : PNS
 Alamat : Kol. H. Burlian KM. 9 palembang
 Hub dengan klien : suami

3. Keluhan utama
Klien datang dengan keluhan diare sudah dari 2 hari yang lalu.

4. Riwayat penyakit sekarang


Ny. Z juga mengatakan sering BAK sebanyak > 7 kali setiap malam. Ny. Z juga
mengeluh mudah letih dan mudah berkeringat saat beraktivitas. Akhir-akhir ini Ny. Z
mengatakan tidak nafsu makan, sering merasa haus dan Berat badannya menurun. Keluarga
mengatakan ibu Ny. Z memiliki penyakit Diabetes Melitus. Dan Ny. Z juga memiliki riwayat
penyakit Dm tipe 1. Setelah dilakukan pemeriksaan oleh perawat di rumah sakit pasien
mengalami mual, muntah dan nyeri pada bagian abdomen. Ny. D mengatakan bahwa akhir-akhir
ini penglihatannya terganggu.
Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan turgor kulit berkurang, tampak pucat
dan didapatkan TD ; 100/70 mmHg, nadi ; 60x/menit, temp : 36º C, RR ; 28 x/menit, BB Ny D ;
80 kg, TB ; 160 cm. Pemeriksaan laboratorium menunjukan GDS = 600 mg/dl. Klien
mengatakan tidak mengetahui mengenai penyakit yang dideritanya.

5. Riwayat penyakit dahulu


Klien mempunyai riwayat penyakit DM tipe 1.
6. Riwayat penyakit keluarga
Keluarga mengatakan ibu Ny. Z memiliki penyakit Diabetes Melitus.

C. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan umum
Kesadaran : GCS = 15
Tanda tanda vital :
 TD : 100/80 mmHg
 Pols : 60x/menit
 RR : 28x/menit
 Temp : 36,5oC
1) A : AIR WAY
Pada klien tidak ditemukan sputum

2) B : BREATHING
Terdapat RR klien 28x/mnt, dan nafas pasien terlihat cepat dan dalam (kusmaul)

3) C : CIRCULATION
Klien tampak pucat dan membran mukosa kering.

4) D : DISSABILITY
Klien mengatakan lemas sehingga sulit melakukan aktifitas

5) E : EXPOSURE
BB turun drastis, klien poliuri

2. Keadaan khusus
a. Kepala
Bentuk kepala : Mesochepal
Rambut : Tidak ada kelainan
Warna rambut : Hitam
Kebersihan : Bersih
Masalah : Tidak ada

b. Mata
Letak : Simestris
Konjungtiva : Normal
Sklera : Normal
Oedema : Tidak ada
Jarak pandang : terganggu
Masalah : jarak pandang terganggu

c. Hidung
Bentuk : Simestris
Secret : Tidak ada
Penciuman : Normal
Kebersihan : Bersih
Masalah : Tidak ada

d. Telinga
Letak : Simestris
Pendengaran : Normal
Kebersihan : Bersih
Masalah : Tidak ada

e. Mulut dan gigi


Mukosa : Lembab
Bibir : Normal
Caries : Tidak ada
Lidah : Bersih
Masalah : Tidak ada

f. Leher
Refleks telan : Normal
Tiroid : Tidak ada pembekakan
Masalah : Tidak ada

g. Dada
Bentuk : Simestris
RR : 18x/ menit
Palpasi : Normal
Perkusi : Normal
Auskultasi : Bunyi nafas vesikuler
Masalah : Tidak ada

h. Abdomen
Bentuk : Simestris
Palpasi : Normal
Auskultasi : Normal
Masalah : Normal

i. Genital
Jenis kelamin : Normal, tidak ada kelainan
Kateter : Tidak ada
Masalah : tidak ada

j. Kulit
Warna : Kemerahan
Turgor : Baik
Kebersihan : tidak
Masalah : Bengkak dan Kemerahan.

k. Ekstremitas
Atas : Normal
Bawah : luka di ibu jari
Masalah : terdapat luka di ibu jari.

D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan Laboratorium
NO. PEMERIKSAAN PENUNJANG HASIL NILAI NORMAL
1. Glukosa darah 300 mg/dl 70-130/dl
2. Aseton plasma (keton) 2 mM/L 0,15 mM/L
3. Asam lemak bebas (kolesterol) 100 mg/dl < 200 mg/dl
4. Osmolalitas serum 250 mOsm/l 250-300 mOsm/l
5. Natrium 1,6 mEq / L 135-153 mEq / L
6. Kalium 3,5 mEq / L 3,5-51 mEq / L
7. Fosfor 2,5 mg/dl 4,5 mg/dl

E. TERAPI
- Terapi cairan
Prinsi terapi cairan :
1. Apabila terjadi syok, atasi syok terlebih dahulu dengan memberikan cairan NaCl 0,9% 20 ml
dalam 1 jam sampai syok teratasi.
2. Resusitasi cairan selanjutnya diberikan secara perlahan dalam 36 – 48 jam berdasarkan derajat
dehidrasi.
3. Selama keadaan belum stabil secara metabolik (kadar bikarbonat natrium> 15 mE/q/L, gula
darah < 200 mg/dl, pH > 7,3) maka pasien dipuasakan.
4. Perhitungan kebutuhan cairan resusitasi total sudah termasuk cairan untuk mengatasi syok.
5. Apabila ditemukan hipernatremia maka lama resusitasi cairan diberikan selama 72 jam.
6. Jenis cairan resusitasi awal yang digunakan adalah NaCl 0.9% Apabila kadar gula darah sudah
turun mencapai <250 mg/dl cairan diganti dengan Dekstrosa 5% dalam NaCl 0,45%.

- Terapi insulin
Prinsip terapi insulin :
1. Diberikan setelah syok teratasi dan resusitasi cairan dimulai.
2. Gunakan rapid (regular) Insulin secara intravena dengan dosis insulin antara 0,05 -0,1
U/kgBB/jam. Bolus insulin tidak perlu diberikan.
3. Penurunan kadar gula secara bertahap tidak lebih cepat dari 75 – 100 mg/dl/jam.
4. Insulin intravena dihentikan dan asupan per oral dimulai apabila secara metabolik sudah stabil
(kadar biknat> 15 mEq/q/L, q/L, gula darah <200 mg/dl, pH > 7.3). Sebelum insulin dihentikan
asupan per oral diberikan dengan menambah dosis insulin sebagai berikut :
- Untuk makan ringan dosis insulin digandakan 2 kali selama makan sampai 30 menit setelah
selesai.
- Untuk makan besar dosis insulin digandakan 3 kali selama makan sampai 60 menit setelah
selesai.
5. Selanjutnya insulin regular diberikan secara subkutan dengan dosis 0,5-1 U/kgBB/hari dibagi 4
dosis atau untuk pasien lama dapat digunakan dosis sebelumnya. Untuk terapi insulin selanjutnya
dirujuk ke dokter ahli endokrinologi anak.

F. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Defisit volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotik akibat hiperglikemia, pengeluaran
cairan berlebihan : diare, muntah; pembatasan intake akibat mual
2. Gangguan pola nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan respirasi ditandai dengan
pernafasan kusmaul.
3. Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan berhubungan dengan ketidak cukupan insulin,
penurunan masukan oral, status hipermetabolisme.

G. INTERVENSI & EVALUASI


Tgl/waktu Masalah Tujuan Intervensi Evaluasi
Keperawatan
1 april Defisit volume cairan Setelah dilakukan1. Kaji riwayat S :
2016 berhubungan dengan tindakan durasi/intensitas - klien mengatakan
13.00 diuresis osmotik akibat keperawatan selama mual, muntah tidak merasa
WIB hiperglikemia, 1x24 jam dan berkemih lemas lagi.
pengeluaran cairan diharapkan masalah berlebihan - Klien juga
berlebihan : diare, Defisit volume mengatakan rasa
muntah; pembatasan cairan dapat
2. Monitor vital hausnya
intake akibat mual. teratasi. sign dan berkurang.
DO : Kriteria Hasil : perubahan O:
- TD ; 100/70 mmHg 1. TTV dalam batas tekanan darah
- TD ; 120/70
- nadi ; 60x/menit normal orthostatik mmHg
- temp : 36º C 2. Pulse perifer dapat - nadi ; 80x/menit
- RR ; 28 x/menit teraba 3. .Monitor - temp : 36º C
- Membran Mukosa3. Turgor kulit dan perubahan - RR ; 28 x/menit
kering capillary refill baik respirasi: - Membran
- BB menurun 4. Keseimbangan urin kussmaul, bau Mukosa lembab.
DS : output aceton A : masalah
- Klien mengatakan
5. Kadar elektrolit teratasi
sangat lemas normal 4. Observasi P : intervensi
- Klien merasa sangat kulaitas nafas, dihentikan
haus penggunaan otot
asesori dan
cyanosis

5. Observasi ouput
dan kualitas urin.
Timbang BB

6. Pertahankan
cairan 2500
ml/hari jika
diindikasikan

7. Ciptakan
lingkungan yang
nyaman,
perhatikan
perubahan
emosional

8. Catat hal yang


dilaporkan
seperti mual,
nyeri abdomen,
muntah dan
distensi lambung

9. Obsevasi adanya
perasaan
kelelahan yang
meningkat,
edema,
peningkatan BB,
nadi tidak teratur
dan adanya
distensi pada
vaskuler

Kolaborasi:
 Pemberian NS
dengan atau
tanpa dextrosa
 Albumin,
plasma, dextran
 Pertahankan
kateter
terpasang
 Pantau
pemeriksaan lab
:
 Hematokrit
 BUN/Kreatinin
 Osmolalitas darah
 Natrium
 Kalium
10. Berikan Kalium
sesuai indikasi
11. Berikan
bikarbonat jika
pH <7,0
12. Pasang NGT
dan lakukan
penghisapan
sesuai dengan
indikasi
1 april Gangguan pola nafas Setelah dilakukan 1. Kaji pola nafas S :
2016 tidak tindakan tiap hari. - Klien
13.00 efektifberhubungan keperawatan selama mengatakan tidak
WIB denganpeningkatan 1x24 jam
2. Kaji tersenga-sengal
respirasi ditandai diharapkan kemungkinan lagi.
dengan pernafasan gangguan pola adanya secret
- Klien
kusmaul. nafas tidak yang mungkin mengatakan sesak
DO : efektifdapat timbul nafasnya
- RR ; 28 x/menit teratasi. berkurang.
- Takikardi 3. Kaji pernafasan O :
DS : Kriteria Hasil : kusmaul atau
- RR ; 22 x/menit
- klien mengatakan1. Pertahanan pola pernafasan keton. A : masalah
tersengal-sengat saat nafas efektif. keperawatan
bernafas. 2. Tampak rilex. 4. Pastikan jalan teratasi
- klien mengatakan3. Frekuensi nafas nafas tidak P : intervensi
sesak nafas. normal. tersumbat. dihentikan

5. Baringkan klien
pada posisi
nyaman, semi
fowler.

6. Berikan bantuan
oksigen.

7. Kaji Kadar AGD


setiap hari.
1 april Perubahan nutrisi: Setelah dilakukan1. Pantau berat S:
2016 kurang dari kebutuhan tindakan badan setiap hari- BB klien kembali
13.00WIB berhubungan dengan keperawatan selama atau sesuai normal
ketidak cukupan 1x24 jam indikasi. - Klien
insulin, penurunan diharapkan masalah menhabiskan
masukan oral, status keperawatan nutrisi
2. Tentukan porsi makannya.
hipermetabolisme. kurang dari program diet dan Nafsu makan
DO : kebutuhan dapat pola makan klien mulai
- BB klien menurun teratasi. pasien dan membaik
- Klien tidak Kriteria hasil : bandingkan O:
menghabiskan porsi
1. Klien mencerna dengan makanan - Klien
makanannya. jumlah yang dihabiskan. mengatakan tidak
DS : kalori/nutrien yang mual dan muntah
- Klien mengatakan tepat. 3. Auskultasi bising lagi.
tidak nafsu makan 2. Menunjukkan usus, catat A : masalah
- Klien mengeluh mual tingkat energi adanya nyeri keperawatan
dan muntah. biasanya. abdomen/perut teratasi
3. Mendemonstrasikan kembung, mual, P : intervensi
BB stabil atau muntahan dihentikan
penambahan sesuai makanan yang
rentang normal. belum dicerna,
pertahankan
puasa sesuai
indikasi.

4. Berikan
makanan yang
mengandung
nutrien kemudian
upayakan
pemberian yang
lebih padat yang
dapat ditoleransi.

5. Libatkan
keluarga pasien
pada
perencanaan
sesuai indikasi.

6. Observasi tanda
hipoglikemia.

7. Kolaborasi
:
 Pemeriksaan
GDA dengan
finger stick.
 Pantau
pemeriksaan
aseton, pH dan
HCO3.
 Berikan
pengobatan
insulin secara
teratur sesuai
indikasi

7. Berikan larutan
dekstrosa dan
setengah salin
normal.
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Ketoasidosis Diabetik adalah keadaan kegawatan atau akut dari DM tipe I, disebabkan
oleh meningkatnya keasaman tubuh benda-benda keton akibat kekurangan atau defisiensi
insulin, di karakteristikan dengan hiperglikemia, asidosis, dan keton akibat kurangnya insulin (
Stillwell, 1992).
Diabetes ketoasidosis disebabakan oleh tidak adanya insulin atau tidak cukupnya jumlah
insulin yang nyata, keadaan ini mengakibatkan gangguan pada metabolisme karbohidrat, protein
dan lemak. Ada tiga gambaran kliniks yang penting pada diabetes ketoasidosis yaitu dehidrasi,
kehilangan elektrolit dan asidosis.
Komplikasi yang disebabkan oleh ketoasidosis adalah :
1. ARDS (adult respiratory distress syndrome)
2. Patogenesis terjadinya hal ini belum jelas, kemungkinan akibat rehidrasi yang berlebihan, gagal
jantung kiri atau perubahan permeabilitas kapiler paru.
3. DIC (disseminated intravascular coagulation)
4. Edema otak
5. Adanya kesadaran menurun disertai dengan kejang yang terjadi terus menerus akan beresiko
terjadinya edema otak

B. SARAN
Semoga asuhan keperawatan tentang ketoasidosis diabetikum ini dapat bermanfaan bagi
para pembaca baik masyarakan umum atau yang lainnya terutama bagi mahasiswa keperawatan.
Bertujuan untuk menambah pengetahuan kita tentang penyakit ketoasidosis dan dapat memahami
masalah yang timbul dari penyakit ini. Kritik dan saran sangat kami harapkan khususnya dari
para pembaca.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/13796218/laporan_pendahuluan_dan_kasus_askep_gawat_darurat_ke
toasidosis_diabetikum
http://mediskus.com/penyakit/kad-ketoasidosis-diabetik
http://putrisayangbunda.blog.com/2010/08/29/patofisiologi-ketoasidosis-kad/

BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Keto Asidosis Diabetikum (KAD) merupakan salah satu kompliasi akut DM akibat
defisiensi hormone insulin yang tidak dikenal dan bila tidak mendapat pengobatan segera akan
menyebabakan kematian. Etiologi dari KAD adalah Insulin tidak diberikan dengan dosis yang
kurang, keadaan sakit atau infeksi pada DM, manifestasi pertama pada penyakit diabetes yang
tidak terdiagnosis dan tidak diobati.
Ada tiga gambaran kliniks yang penting pada diabetes ketoasidosis yaitu dehidrasi,
kehilangan elektrolit dan asidosis. Dehidrasi disebabkan mekanisme ginjal dimana tubuh terjadi
hiperglikemia, sehingga ginjal mensekresikan dengan natrium dan air yang disebut poliuri.
Kehilangan elektrolit merupakan kompensasi dari defisiensi insulin. Sedangkan asidosis adalah
peningkatan pH dan diiringi oleh penumpukan benda keton dalan tubuh. Keadaan ketoasidosis
merupakan keadan yang memerlukan banyak pengontrolan dan pemantauan insulin dan cairan
elektrolit, karena bila kekurangan atau malah terjadi kelebihan akan mengakibatkan komplikasi
yang sulit untuk ditanggulangi.

B. SARAN
Bila menemukan klien yang DM tetapi belum terjadi KAD berikan informasi tentang KAD
dan pencegahan terhadap KAD. Bila menemukan klien dengan KAD, sebaiknya selalu kontrol
pemberian insulin dan cairan elektrolit sehingga meminimalkan terjadinya komplikasi yang tidak
diinginkan.

DAFTAR PUSTAKA

Brunner and Suddart.2001.Buku Ajar Medikal Keperawatan Vol.3.Jakarta : EGC.


Doengoes, Marilyn E..2000.Rencana Asuhan Keperawatan.Jakarta : EGC.
Mansjoer, Arif.2001.Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2.Jakarta : Media Aesculpius.
Novianto, Dewi. 2011.Askep Ketoasidosis Diabetikum.http//askep-ketoasidosis-diabetikum.html.
Diposkan pada 8 Desember 2011.
Wilkinson, Judith M. 2007.Buku Saku Diagnosa Keperawatan.Jakarta : EGC

S-ar putea să vă placă și