Sunteți pe pagina 1din 6

Identitas pasien

Nama:

Jenis Kelamin:

Umur:

Alamat:

Pendidikan Terakhir:

Agama:

Suku:

Pekerjaan:

Masuk Rumah Sakit:

Tanggal Pemeriksaan:

Keluhan utama: Nyeri perut

Anamnesis khusus:

Pasien datang ke IGD RS Muhammadiyah Bandung dengan keluhan nyeri perut sejak 1 hari
SMRS. Nyeri dirasakan terus menerus dan semakin lama semakin sakit.

Keluhan disertai dengan demam 1 hari hari SMRS, muntah 1 kali berisi makanan yang
dimakan pasien dan pasien merasa lemas.

Pasien menyangkal….

Pasien mengatakan ketika lahir sempat kuning. Ayah dan adik pasien juga memiliki penyakit
yang sama,

Pemeriksaan Fisik

Kesan Sakit : Tampak Sakit Sedang

Kesadaran : Compos Mentis

Tanda-tanda vital

 TD :
 Nadi :
 Respirasi :
 Suhu :

1. Kulit :
2. Kepala
 Bentuk :
 Rambut :
 Wajah :
 Mata :
 Hidung :
 Telinga :
 Mulut :

3. Leher
 KGB :
 Pembesaran kelenjar tiroid
Anemia (yang tidak berat)
Anak (umur < 6 tahun) menderita anemia jika kadar Hb < 9,3 g/dl (kira-kira sama
dengan nilai Ht < 27%). Jika timbul anemia, atasi - kecuali jika anak menderita gizi
buruk, untuk hal ini lihat bagian 7.4.6.

 Beri pengobatan (di rumah) dengan zat besi (tablet besi/folat atau sirup setiap
hari) selama 14 hari.

Catatan: jika anak sedang mendapatkan pengobatan sulfadoksin-pirimetamin, jangan


diberi zat besi yang mengandung folat sampai anak datang untuk kunjungan ulang 2
minggu berikutnya. Folat dapat mengganggu kerja obat anti malaria. Lihat bagian
7.4.6 untuk pemberian zat besi pada anak dengan gizi buruk.

 Minta orang tua anak untuk datang lagi setelah 14 hari. Jika mungkin,
pengobatan harus diberikan selama 2 bulan. Dibutuhkan waktu 2 - 4 minggu
Untuk menyembuhkan anemia dan 1-3 bulan setelah kadar Hb kembali normal
untuk mengembalikan persediaan besi tubuh.
 Jika anak berumur ≥ 2 tahun dan belum mendapatkan mebendazol dalam kurun
waktu 6 bulan, berikan satu dosis mebendazol (500 mg) untuk kemungkinan
adanya infeksi cacing cambuk atau cacing pita.
 Ajari ibu mengenai praktik pemberian makan yang baik.

Anemia Berat
Beri transfusi darah sesegera mungkin (lihat di bawah) untuk:

 semua anak dengan kadar Ht ≤ 12% atau Hb ≤ 4 g/dl


 anak dengan anemi tidak berat (haematokrit 13–18%; Hb 4–6 g/dl) dengan
beberapa tampilan klinis berikut:
o Dehidrasi yang terlihat secara klinis
o Syok
o Gangguan kesadaran
o Gagal jantung
o Pernapasan yang dalam dan berat
o Parasitemia malaria yang sangat tinggi (>10% sel merah berparasit).
 Jika komponen sel darah merah (PRC) tersedia, pemberian 10 ml/kgBB selama
3–4 jam lebih baik daripada pemberian darah utuh. Jika tidak tersedia, beri darah
utuh segar (20 ml/kgBB) dalam 3–4 jam.
 Periksa frekuensi napas dan denyut nadi anak setiap 15 menit. Jika salah satu di
antaranya mengalami peningkatan, lambatkan transfusi. Jika anak tampak
mengalami kelebihan cairan karena transfusi darah, berikan furosemid 1–2
mg/kgBB IV, hingga jumlah total maksimal 20 mg.
 Bila setelah transfusi, kadar Hb masih tetap sama dengan sebelumnya, ulangi
transfusi.
 Pada anak dengan gizi buruk, kelebihan cairan merupakan komplikasi yang
umum terjadi dan serius. Berikan komponen sel darah merah atau darah utuh, 10
ml/kgBB (bukan 20 ml/kgBB) hanya sekali dan jangan ulangi transfusi.
A. Komplikasi

Anemia hemolitik dapat menimbulkan komplikasi yang berat berupa gagal ginjal akut

(GGA). Pada malaria yang berat dapat menimbulkan komplikasi seperti: hiperpireksia, kolaps

sirkulasi (renjatan), hemoglobinuria (black water fever), hipogikemi (gula darah < 40

mg/dl).1,7,10

B. Penatalaksanaan

Terapi anemia hemolitik dapat digolongkan menjadi 3 yaitu:

1. Suportif dan simtomatik (sesuai kausa atau penyebab dasar)

Tujuan pengobatan anemia hemolitik meliputi:3,8,12

a) Menurunkan atau menghentikan penghancuran sel darah merah.

b) Meningkatkan jumlah sel darah merah

c) Mengobati penyebab yang mendasari penyakit.

Pada hemolisis akut dimana terjadi syok dan gagal ginjal akut, maka untuk

mengatasi hal tersebut harus mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit, serta

memperbaiki fungsi ginjal. Jika terjadi syok berat maka tidak ada pilihan selain

transfusi.3

Indikasi transfusi darah untuk : 1

1. Perdarahan akut dan masif (yang mengancam jiwa penderita) atau tidak ada

respon sebelumnya dengan pemberian cairan koloid/kristaloid.

2. Penyebab anemia kongenital yang memerlukan transfusi darah secara

periodik.

3. Setiap anemia dengan tanda-tanda anoksia akut dan berat yang mengancam

jiwa penderita.
Perhitungan dosis darah untuk transfusi didasarkan atas perhitungan

sebagai berikut:1

Pada seorang normal dengan volume eritrosit 30 cc/kg bb konsentrasi

Hb ialah 15 gr/dl. Jadi 2 cc eritrosit per kg bb setara dengan Hb 1 gr/dl. PRC

mengandung 60-70% eritrosit sehingga untuk menaikkan Hb 1 gr/dl diperlukan

3 cc/kg bb.1

Terapi suportif-simtomatik untuk anemia hemolitik diberikan untuk menekan

proses hemolisis, terutama di limpa (lien). Obat golongan kortikosteroid seperti

prednison dapat menekan sistem imun untuk membentuk antibodi terhadap sel darah

merah. Jika tidak berespon terhadap kortikosteroid, maka dapat diganti dengan obat

lain yang dapat menekan sistem imun misalnya rituximab dan siklosporin. Pada anemia

hemolitik kronik dianjurkan pemberian asam folat 0,15-0,3 mg/hari untuk mencegah

krisis megaloblastik.1,7,12

Pada thalasemia diberikan desferoxamine setelah kadar feritin serum sudah

mencapai 1000 mg/l secara subkutan dalam waktu 8-12 jam dalam dosis 25-50

mg/kgBB/hari minimal selama 5 hari setiap selesai transfusi.1

Terapi suportif pada malaria yaitu menjamin intake cairan dan elektrolit sesuai

kebutuhan per hari, transfusi PRC bila kadar Hb < 6 gr/dl, bila terjadi renjatan ditangani

sesuai protokol renjatan, bila terjadi kejang ditangani sesuai protokol kejang pada anak.

Dapat diberikan klorokuin bentuk tablet difosfat dan sulfat, kina dalam bentuk tablet

berlapis gula berisi 250 mg kina sulfat.1

2. Operatif

Pada beberapa tipe anemia hemolitik seperti talasemia, sumsum tulang tidak

dapat membentuk sel darah merah yang sehat. Sel darah merah yang terbentuk dapat

dihancurkan sebelum waktunya. Sehingga transplantasi darah dan sumsum tulang


mungkin dapat dipertimbangkan untuk mengobati jenis anemia hemolitik ini,

transplantasi ini mengganti stem sel yang rusak dengan stem sel yang sehat dari

pendonor.8

1. Prognosis

Prognosis pada anemia hemolitik tergantung pada etiologi dan deteksi dini. Prognosis

jangka panjang pada pasien dengan penyakit ini baik. Splenektomi dapat mengontrol penyakit

ini atau paling tidak memperbaikinya. Pada anemia hemolitik autoimun, hanya sebagian kecil

pasien mengalami penyembuhan dan sebagian besar memiliki perjalanan penyakit yang kronik.

Sebagai contoh penderita dengan hemolisis autoimun akut biasanya datang dengan keadaan

yang buruk dan dapat meninggal akibat hemolisis berlebihan.8,12

S-ar putea să vă placă și