Sunteți pe pagina 1din 38

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pelayanan kesehatan di Indonesia, khususnya pelayanan keperawatan saat ini
dihadapkan pada situasi yang menuntut peningkatan pelayanan mutu. Untuk menjawab
tuntutan ini perlu adanya upaya peningkatan mutu pelayanan keperawatan.
Berbicara tentang mutu pelayanan keperawatan tidak lepas dari proses
manajemen keperawatan. Sebagai suatu upaya untuk meningkatkan mutu pelayanan
keperawatan maka diterapkan dan diuji coba berbagai metode pemberian asuhan
keperawatan. Praktek klinik manajemen keperawatan merupakan penerapan konsep–
konsep manajemen keperawatan yang berhubungan dengan pengelolaan efektif
manajemen operasional dan asuhan keperawatan di ruang perawatan, sehingga dapat
meningkatkan mutu pelayanan atau asuhan keperawatan.
Keperawatan Indonesia sampai saat ini masih berada dalam proses mewujudkan
keperawatan sebagai profesi, maka akan terjadi beberapa perubahaan dalam aspek
keperawatan yaitu: penataan pendidikan tinggi keperawatan, pelayanan dan asuhan
keperawatan, pembinaan dan kehidupan keprofesian, dan penataan lingkungan untuk
perkembangan keperawatan. Oleh karena itu manajemen keperawatan di Indonesia di
masa depan perlu mendapatkan prioritas utama dalam pengembangan Keperawatan di
masa depan (FIK UI, 2011).
Perubahan yang terjadi terus menerus dalam system pelayanan kesehatan,
menuntut adanya pembaharuan dalam keperawatan terutama dalam pengelolaan asuhan
keperawatan. Pengelolaan asuhan keperawatan yang terfragmentasi menyebabkan kurang
adanya tanggung jawab perawat yang menyeluruh terhadap asuhan klien. Hal ini sangat
bertentangan dengan nilai–nilai professional dalam praktek keperawatan professional.
Pengelolaan asuhan keperawatan merupakan inti dari praktek keperawatan professional.
Dengan perkembangan tuntutan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan, maka
diperlukan suatu metode baru dalam penerapan pemberian asuhan keperawatan yaitu
salah satu diantaranya adalah model asuhan keperawatan prima, tatanan pelayan
kesehatan jiwa di masyarakat telah dikembangkan dengan baik. Tahap berikutnya adalah
mengembangkan pelayanan prima (excellen service) yang professional di Rumah Sakit
Jiwa. Untuk itu dikembangkan Model Praktek Keperawatan Professional (MPKP). Hal
ini dimaksudkan agar Rumah Sakit Jiwa sebagai rujukan tertinggi (top refferal) pelayanan
kesehatan jiwa (Nursing and Ward Management, 2012).
Upaya pengembangan dalam berbagai aspek keperawatan bersifat saling
berhubungan, saling tergantung, saling mempengaruhi yang satu dengan yang lain, oleh
karena itu inovasi dalam pendidikan keperawatan dan pengembangan praktek
keperawatan, ilmu keperawatan adalah merupakan fokus utama keperawatan Indonesia
dalam proses profesionalisasi. Salah satu kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang
perawat adalah kemampuan untuk mengelola (manajemen) baik dalam bidang
keperawatan maupun dalam bekerja sama atau melaksanakan fungsi koordinasi dengan
bidang-bidang yang lain sebagai bagian dari pelayanan kesehatan yang terintegrasi.
praktek keperawatan profesional yang diterapkan di rumah sakit diharapkan dapat
memperbaiki asuhan keperawatan yang diberikan untuk pasien dimana lebih diutamakan
pelayanan yang bersifat interaksi antar individu. Pernyataan tersebut juga sesuai dengan
ciri-ciri dari pelayanan keperawatan profesional yaitu memiliki otonomi, bertanggung
jawab dan bertanggung gugat (accountability), menggunakan metode ilmiah, berdasarkan
standar praktik dan kode etik profesi, dan mempunyai aspek legal. MPKP merupakan
suatu praktek keperawatan yang sesuai dengan kaidah ilmu menejemen modern dimana
kaidah yang dianut dalam pengelolaan pelayanan keperawatan di ruang MPKP adalah
pendekatan yang dimulai dengan perencanaan. Perencanaan di ruang MPKP adalah
kegiatan perencanaan yang melibatkan seluruh personil (perawat) ruang MPKP mulai
dari kepala ruang, ketua tim dan anggota tim (perawat asosiet). Dalam menerapkan
praktek keperawatan profesional karena bisa memberikan asuhan keperawatan yang
terbaik kepada klien namun karena berbagai kendala terutama reward yang belum
didapatkan dan dirasakan oleh perawat MPKP maka menjadikan motivasi dari perawat
menurun dan tidak bersemangat dalam menerapkan MPKP.
Pelayanan keperawatan yang diberikan di ruang MPKP memiliki pedoman dan
dasar yang dapat dipertanggungjawabkan bukan atas dasar kehendak perawat sendiri
dimana pelayanan yang diberikan disesuaikan dengan masalah pasien sehingga asuhan
keperawatan yang diberikan dapat efektif dan efisien sesuai sasaran masalah yang terjadi
pada pasien. Asuhan keperawatan yang diberikan pada pasien yaitu meliputi pelayanan
bio-psiko-sosial-spiritual jadi meliputi segala aspek kehidupan dari pasien tersebut baik
dari kesehatan fisik/jasmaninya, pikirannya, interaksi sosialnya maupun keagamaannya.
Profesionalisme keperawatan pada hakekatnya menekankna pada peningkatan
mutu pelayanan keperawatan sebagai suatu kewajiban moral profesi untuk melindungi
masyarakat terhadap praktek yang tidak profesional. Pelayanan keperawatan yang
profsioanl merupakan praktik keperawatan yang dilandasi oleh nilai-nilai professional,
yaitu nilai intelektual, komitmen moral terhadap diri sendiri, tanggung jawab pada profesi
dan masyarakat, otonomi, pengendalian tanggung jawab dan tanggung gugat. Sehingga
dalam pemberian asuhan keperawatan yang professional diperlukan sebuah pendekatan
manajemen.
Manajemen keperawatan harus dapat diaplikasikan dalam tatanan pelayanan nyata
yaitu di rumah sakit dan komunitas, sehingga perawat perlu memahami konsep dan
aplikasinya. Konsep yang harus dikuasai adalah konsep tentang pengelolaan perubahan,
konsep manajemen keperawatan, perencanaan, yang berupa rencana strategic melalui
pendekatan: pengumpulan data, analisis SWOT, dan menyusun langkah-langkah
perencanaan, pelaksanaan secara operasional, khususnya dalam pelaksanaan Model
Praktik Keperawatan Professional (MPKP) dan melakukan pengawasan dan
pengendalian. Penguasaan manajemen keperawatan tersebut tidak haya terbatas pada
perawat praktisi, namun juga harus ditanamkan sedari awal pada proses pembelajaran
mahasiswa keperawatan.
Tenaga perawat sebagai salah satu tenaga yang mempunyai kontribusi besar bagi
pelayanan kesehatan, mempunyai peranan penting untuk meningkatkan mutu pelayanan
kesehatan.Dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan kesehatan, seorang perawat harus
mampu melaksanakan asuhan keperawatan sesuai standar, yaitu dari mulai pengkajian
sampai dengan evaluasi dan yang sangat penting adalah disertai dengan sistem
pendokumentasian yang baik. Namun pada realitanya di lapangan, asuhan keperawatan
yang dilakukan belum disertai dengan sistem pendokumentasian yang baik dan belum
sesuai standar operasional prosedur, sehingga perawat mempunyai potensi yang besar
terhadap proses terjadinya kelalaian dan kesalahan dalam melakukan tindakan dalam
praktek.
Program pendidikan ners pada stase manajemen keperawatan merupakan suatu
kegiatan belajar yang memberikan kesempatan pada mahasiswa untuk mengaplikasikan
konsep atau teori yang telah didapat di pendidikan formal dalam praktik di lapangan,
mahasiswa profesi ners juga diharapkan dapat memberikan perubahan yang membangun
dalam pola pemberian pelayanan keperawatan sesuai dengan perkembangan saat ini.
Mahasiswa ners juga perlu memperoleh pengalaman manajemen pengelolaan ruangan
yang ada di lapangan saat ini sehingga mahasiswa ners pada akhirnya dapat belajar
mengatasi konflik dan masalah yang timbul selama pengelolaan ruangan berlangsung.
Berdasarkan latar belakang diatas maka mahasiswa tertarik untuk melakukan
praktek manajemen keperawatan di ruang Arjuna RSJ dr. Arif Zainudin Surakarta.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah melakukan prektek manajemen keperawatan selama 4 minggu mahasiswa
dapat melakukan pengelolaan pelayanan keperawatan dan pengelolaan ruangan
dengan pendekatan Model Praktik Keperawatan Profesional berdasarkan langkah-
langkah penyelesaian masalah (problem solving cycle) secara teknis operasional.
2. Tujuan Khusus
Setelah melakukan praktek manajemen keperawatan di Arjuna RSJ dr. Arif
Zainudin Surakarta, diharapkan mahasiswa dapat:
a. Untuk mengetahui fungsi pengendalian dalam manajemen
keperawatan
b. Untuk mengetahui indikator yang ada di ruangan
c. Untuk mengetahui kegiatan mutu yang ada diruangan
d. Untuk mengetahui bagaimana survey kepuasan dan masalah keperawatan yang
ada diruangan
e. Untuk mengetahui pelaksanaan Standar dan Ketersediaan SOP
f. Mampu melakukan analisa situasi dan identifikasi masalah
manajemen keperawatan yang meliputi :

 Melakukan pengkajian tentang keadaan ruang perawatan untuk menemukan


masalah-masalah yang ada
 Mengidentifikasi masalah keperawatan yang terkait dengan pelayanan
keperawatan maupun asuhan keperawatan.
 Menentukan prioritas masalah yang terkait dengan pelayanan keperawatan
maupun asuhan keperawatan.
 Menyusun perencanaan untuk menyelesaikan masalah yang ditemukan
berdasarkan prioritas masalah yang terkait dengan pelayanan keperawatan
maupun asuhan keperawatan.
 Melakukan implementasi berdasarkan rencana kegiatan yang disusun untuk
menyelesaikan masalah.
 Melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan kegiatan.
 Menyusun rencana tindak lanjut.

C. Manfaat
1. Institusi pendidikan
Membantu dalam proses belajar mengajar terutama penerapan manajemen
keperawatan di ruang perawatan dan memberikan informasi bagi mahasiswa maupun
guru terutatama mengenai pelaksanaan manajemen asuhan dan manajemen pelayanan
dalam melakukan pengelolaan ruangan.
2. Mahasiswa
Mahasiswa dapat memperoleh pengalaman dengan menerapkan teori manajemen
keperawatan secara langsung dan dapat mencari alternatif pemecahan masalah ketika
menghadapi hambatan dan kesulitan selama penerapan manajemen asuhan dan
pelayanan di ruang perawatan.
3. Rumah Sakit
Memberikan konstribusi terhadap pengembangan mutu pelayanan dan mutu asuhan
keperawatan. Sebagai bahan masukan untuk perencanaan pengembangan MPKP dan
sebagai bahan informasi untuk melakukan evaluasi terhadap Pelaksanaan Standar
Operasional Prosedur yang sudah ada dan mengadakan Standar Operasional Prosedur
yang belum ada sehingga dapat melakukan perbaikan kualitas mutu pelayanan
keperawatan secara bertahap.

4. Ruang Arjuna
Sebagai wacana baru untuk pengembangan asuhan keperawatan bagi pegawai atau
staff wisma Arjuna dan Mempermudah dalam proses pencapaian model MPKP yang
baik.
BAB II
TINJAUAN LITERATUR

A. Konsep Proses Manajemen


Dalam keperawatan, manajemen berhubungan dengan perencanaan (planning),
pengorganisasian (organizing), pengaturan staf (staffing), kepemimpinan (leading),
pengendalian (controling) aktifitas-aktifitas keperawatan (Swanburg, 2000). Pada
dasarnya manajemen keperawatan adalah proses dimana seorang perawat menjalankan
profesi keperawatannya. Segala bentuk dari organisasi perawatan kesehatan
memerlukan manajemen keperawatan untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
Follet yang dikutip oleh Wijayanti (2008) mengartikan manajemen sebagai seni
dalam menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain. Menurut Stoner yang dikutip oleh
Wijayanti, (2008) manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan, dan pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan
sumber daya-sumber daya manusia organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi
yang telah ditetapkan.
Gulick dalam Wijayanti (2008) mendefinisikan manajemen sebagai suatu bidang
ilmu pengetahuan (science) yang berusaha secara sistematis untuk memahami mengapa
dan bagaimana manusia bekerja bersama-sama untuk mencapai tujuan dan membuat
sistem ini lebih bermanfaat bagi kemanusiaan.
Sedangkan menurut G.R Terry (2010) menjelaskan bahwa manajemen merupakan
suatu proses khas yang terdiri atas tindakan-tindakan perencanaan, pengorganisasian,
dan pengendalian untuk menentukan serta mencapai tujuan melalui pemanfaatan
sumber daya manusia dan sumber daya lain.
B. Konsep Pengarahan dan Pengawasan
Menurut Douglas didalam Swansburg (2000), pengarahan adalah pengeluaran
penugasan, pesanan dan instruksi yang memungkinkan pekerja memahami apa yang
diharapkan darinya dan pedoman serta pandangan pekerja sehingga ia dapat bekerja dan
berperan secara efektif dan efisien untuk mencapai objektif organisasi. Pada pengarahan
yang harus dipertimbangkan adalah komunikasi dalam hubungan interpersonal.
Pengarahan itu dapat terjadi apabila seorang pemimpin mendapatkan masukan yang
optimum dari bawahannya untuk kepentingan semua masalah oleh karena itu seorang
pemimpin harus benar-benar mengerti keterbatasan bawahannya.
Di dalam manajemen keperawatan, yang dimaksud dengan pengarahan adalah
tindakan fisik dari manajemen keperawatan, proses interpersonal dimana personil
keperawatan mencapai objektif keperawatan (Swansburg, 2000). Sebagai seorang
pemimpin dalam manajemen keperawatan, ia harus mempunyai kemampuan untuk
membujuk bawahan bersama-sama bekerja keras untuk mencapai tujuan yang
diinginkan dalam pelayanan keperawatan.untuk mencapai hal tersebut pimpinan
keperawatan seharusnya telah dibekali ilmu dasar yang kuat tentang kebijaksanaan
organisasi, tujuan, program-program baru dan rencana untuk perubahan. Selain itu
pimpinan keperawatan juga harus mempunyai perilaku yang dapat diterima secara
sosial, kualitas personal yang dapat diterima bawahan, keterampilan dalam memimpin,
serta kemampuan komunikasi interpersonal yang baik. Jika semua ini ada pada seorang
pimpinan keperawatan maka pengarahan yang efektif dapat dilaksanakan sehingga
dukungan bawahan untuk mencapai tujuan manajemen keperawatan optimal. Secara
operasional keefektifan pengarahan dapat dilihat dari kesamaan komando dan
terciptanya tanggung jawab bawahan secara penuh kepada satu pimpinan.
Fungsi aktuasi memusatkan perhatian pada sumber daya manusia, sehingga ilmu
tentang perilaku manusia harus mampu dikuasai oleh pimpinan. Sikap kerja sama,
motivasi, objektifitas dan peka terhadap lingkungan harus dimiliki. Selain itu peranan
kepemimpinan (leadership) serta aspek komunikasi dalam organisasi perlu mendapat
perhatian para manajer organisasi.Agar nantinya mampu untuk actuating (memberi
bimbingan), motivating (membangkitkan motivasi), directing (memberikan arah),
influencing (mempengaruhi) dan commanding (memberikan perintah atau komando)
kepada anggota dan staf organisasi.
Tujuan fungsi aktuasi adalah;
a. Menciptakan kerja sama yang efektif dan efisien.
b. Mengembangkan kemampuan dan ketrampilan staf.
c. Menumbuhkan rasa memiliki dan mencintai pekerjaan.
d. Menciptakan suasana lingkungan yang meningkatkan motivasi dan prestasi kerja.
e. Membuat organisasi berkembang secara praktis.
Proses pengarahan dan implementasi program agar dapat dijalankan oleh seluruh
pihak dalam organisasi serta proses memotivasi agar semua pihak tersebut dapat
menjalankan tanggungjawabnya dengan penuh kesadaran dan produktifitas yang
tinggi.
a. Pengarahan :
1. Memberi pengarahan tentang penugasan kepada ketua tim
2. Memberi pujian kepada anggota tim yang melaksanakan tugas dengan baik
3. Memberi motivasi dalam peningkatan pengetahuan, ketrampilan, dan sikap
4. Menginformasikan hal-hal yang dianggap penting dan berhubungnan dengan
askep pasien
5. Melibatkan bawahan sejak awal hingga akhir kegiatan
6. Membimbing bawahan yang mengalami kesulitan dalam melaksankan
tugasnya
7. Meningktakan kolaborasi dengan anggota tim lain
b. Pengawasan :
1. Melalui komunikasi : mengawasi dan berkomunikasi langsung dengan ketua
tim maupun pelaksanaan mengenai asuhan keperawatan yang diberikan
kepada pasien
2. Melalui supervisi :
a) Pengawasan langsung dilakukan dengan cara inspeksi, mengamati sendiri,
atau melalui laporan langsung secara lisan, dan memperbaiki/mengawasi
kelemahan-kelemahan yang ada saat itu juga
b) Pengawasan tidak langsung, yaitu mengecek daftar hadir ketua tim,
membaca dan memeriksa rencana keperawatan serta catatan yang dibuat
selama dan esudah proses keperawatan dilaksanakan (didokumentasikan),
mendengar laporan ketua tim tentang pelaksanaan tugas
c) Evaluasi
d) Mengevaluasi upaya pelaksanaan dan membandingkan dengan rencana
keperawatan yang telah disusun bersama ketua tim
e) Audit keperawatan

B. Konsep Tata Tertib Dan Peraturan Rumah Sakit


1. Pengertian Rumah Sakit
Menurut WHO (World Health Organization), rumah sakit adalah bagian
integral dari suatu rganisasi sosial dan kesehatan dengan fungsi menyediakan
pelayanan paripurna (komprehensif), penyembuhan penyakit (kuratif) dan
pencegahan penyakit (preventif) kepada masyarakat. Rumah sakit juga
merupakan pusat pelatihan bagi tenaga kesehatan dan pusat penelitian medik.
Berdasarkan undang-undang No. 44 Tahun 2009 tentang rumah sakit, yang
dimaksudkan dengan rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang
menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.

2. Tugas dan Fungsi Rumah Sakit

Rumah Sakit mempunyai misi memberikan pelayanan kesehatan yang


bermutu dan terjangkau oleh masyarakat dalam rangka meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat. Tugas rumah sakit umum adalah melaksanakan upaya
pelayanan kesehatan secara berdaya guna dan berhasil guna dengan mengutamakan
penyembuhan dan pemulihan yang dilaksanakan secara serasi dan terpadu
dengan peningkatan dan pencegahan serta pelaksanaan upaya rujukan.
Untuk menyelenggarakan fungsinya, maka rumah sakit menyelenggarakan
kegiatan:

a. Pelayanan medis.
b. Pelayanan dan asuhan keperawatan.
c. Pelayanan penunjang medis dan nonmedis.
d. Pelayanan kesehatan kemasyarakatan dan rujukan.
e. Pendidikan, penelitian dan pengembangan.
f. Administrasi umum dan keuangan.

Sedangkan menurut undang-undang No. 44 tahun 2009 tentang rumah sakit, fungsi
rumah sakit adalah:

a. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai dengan


standar pelayanan rumah sakit.
b. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan
kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan medis.
c. Penyelenggaaan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam
rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan.
d. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta pengaplikasian
teknologi dalam bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan
kesehatan dengan memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang kesehatan.
3. Tujuan adanya tata tertib dan peraturan Rumah Sakit
Pasien / keluarga mendapat informasi yang jelas tentang peraturan yang berlaku
di Rumah Sakit, dengan harapan pasien/keluarga dapat kerjasama dengan tim
kesehatan untuk terwujudnya pelayanan kesehatan yang terbaik, berfokus pada
keselamatan dan kepuasan pasien/keluarga.
4. Hak dan Kewajiban Pasien
Sesuai dengan Undang-Undang No.4 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit.

A. Hak Pasien/ Keluarga


1. Memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan yang berlaku di
Rumah Sakit
2. Memperoleh informasi tentang hak dan kewajiban pasien
3. Memperoleh layanan yang manusiawi, adil, jujur dan tanpa diskriminasi.
4. Memperoleh layanan kesehatan yang bermutu sesuai dengan standart profesi
dan standart prosedur operasional
5. Memperoleh layanan yang efektif dan efisien sehingga pasien terhindar dari
kerugian fisik dan materi.
6. Mengajukan pengaduan atas kualitas pelayanan yang didapatkan.
7. Memilih dokter dan kelas perawatan sesuai dengan keinginannya dan
peraturan yang berlaku di Rumah Sakit.
8. Meminta konsultasi tentang penyakit yang dideritanya kepada dokter lain
yang mempunyai Surat Izin Praktik (SIP) baik di dalam maupun di luar
Rumah Sakit;
9. Mendapatkan prifasi dan kerahasiaan penyakit yang di derita termasuk data-
data medisnya;
10. Mendapatkan informasi yang meliputi diagnosis dan tata cara tindakan
medis, tujuan tindakanmedis, alternatif tindakan, risiko dan komplikasi yang
mungkin terjadi, dan prognosis terhadap tindakan yang dilakukan serta
perkiraan biaya pengobatan.
11. Memberikan persetujuan atau menolak atas tindakan yang akan dilakukan
oleh tenaga kesehatan terhadap penyakit yang dideritanya;
12. Didampingi keluarganya dalam keadaan kritis.
13. Menjalankan ibadah sesuai agama atau kepercayaan yang dianutnya selama
hal itu tidak mengganggu pasien lainnya.
14. Memperoleh keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam perawatan di
Rumah Sakit
15. Mengajukan usul, saran, perbaikan atas perlakuan Rumah Sakit terhadap
dirinya
16. Menolak pelayanan bimbingan rohani yang tidak sesuai dengan agama dan
kepercayaan yang dianutnya.
17. Menggugat dan/atau menuntut Rumah sakit apabila Rumah Sakit diduga
memberikan pelayanan yang tidak sesuai dengan standart baik secara perdata
ataupun pidana dan,
18. Mengeluhkan pelayanan Rumah Sakit yang tidak sesuai dengan standar
pelayanan melalui media cetakdan elektronik sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.

B. Kewajiban Pasien/ Keluarga


1. Mematuhi peraturan yang berlaku di Rumah Sakit.
2. Menggunakan fasilitas rumah sakit secara bertanggungjawab.
3. Menghormati hak-hak pasien lain, pengunjung dan hak Tenaga Kesehatan
serta petugas lainnya yang bekerja dirumah sakit.
4. Memberikan informasi yang jujur, lengkap dan akurat sesuai dengan
kemampuan dan pengetahuannya tentang masalah kesehatannya.
5. Memberikan informasi mengenai kemampuan finansial dan jaminan
kesehatan yang dimilikinya.
6. Mematuhi rencana terapi yang direkomendasikan oleh Tenaga Kesehatan di
rumah sakit dan disetujui olehpasien yang bersangkutansetelah mendapatkan
penjelasan sesuai ketentuan peraturan perundangundangan.
7. Menerima segala konsekuensi atas keputusan pribadinya untuk menolak
rencana terapi yang direkomendasikan oleh tenaga kesehatan dan/atau tidak
mematuhi petunjuk yang diberikan oleh Tenaga kesehatan dalam rangka
penyembuhan penyakit atau masalah kesehatannya.
8. Memberikan imbalan jasa atas pelayanan yang diberikan.
5. Peraturan dan Tata Tertib RSJD Surakarta
a. Pasien
1) Pasien tidak di perkenanakan membawa barang- barang dapat membahayakan
dirinya sendiri, pasien lain, pengunjung atau petugas rumah sakit
2) Pasien tidak diperkenanakan membawa barang-barang berharga selama
perawatan. Apabila bersi keras membawa, dan terjadi kerusakan atau
kehilangan bukan menjadi tanggung jawab pihak rumah sakit
3) Pasien wajib mengenakan seragam rumah sakit
4) Pasien wajib mengenakan gelang identitas
5) Pasien di larang meninggalkan ruang perwat tanpa seizin petugas
b. Keluarga pasien
1) Selama dalam masa perawatan, keluarga dianjurkan mengunjungi pasien
sedikitnya satu kali dalam seminggu untuk menunjang pengobatan
2) Keluarga bersedia datang, apabila sewaktu-waktu dipinggil oleh petugas
rumah sakit
3) Keluarga bersedia mengambil pasien secepat mungkin, apabila pasien sudah
diperbolehkan pulang
4) Keluarga menyetujui rumah sakit memulangkan pasien, apabila tidak segera
mengambil pasien yang sudah diperbolehkan pulang
5) Keluarga tidak melibatkan rumah sakit apabila masalah hukum pada pasien
yang tidak ada hubunganya dengan rumah sakit

c. Pengunjung
1) Pengunjung tidak diperkenankan membawa barang- barang yang dapat
membahayakan dirinya ,petugas maupun pasien.
2) Pengunjung diperkenankan mengajak pasien diluar perawatan namun masih
dilingkungan rumah sakit jiwa daerah surakarta atas seizin petugas
3) Pengnjung harus menjaga ketertiban dan kebersihan lingkungan rumah sakit
4) Waktu berkunjung:
PAGI : 09.00-12.00
SORE: 15.00-17.00
5) Pengunjung bertanggung jawab atas keamanan barang-barang pribadi selama
di ruamh sakit
6) Anak-anak berusia di bawah 10 tahun dilarang mengunjungi pasien
d. Penunggu
1. Pasien yang harus di tunggu adalah yang kondisi sakitnya perlu di dampingi
oleh keluarga dan sesuai dengan indikasi medis
2. Pasien yang boleh di tunggu adalah pasien kelas I dan VIP
3. Penunggu yang di ijinkan hanya satu orang
4. Penunggu harus memiliki kartu tunggu yang dapat diminta pada kepala ruang
atau perawat di ruangan
5. Penunggu harus memakai pakaian yang rapi , bersih , dan sopan.
6. Pergantian penunggu dianjurkan pada waktu jam berkunjung dan memberitahu
perawat ruangan
7. Penunggu ikut menjaga ketertiban dan kebersihan lingkungan rumah sakit

I. Pengkajian perencanaan

A. Visi dan misi oraganisasi


1. Visi rumah sakit
Menjadi pusat pelayanan kesehatan jiwa pilihan yang profesional dan berbudaya
Misi rumah sakit
1) Memberikan pelayanan kesehatan jiwa yang bermutu dan terjangkau
masyarakat
2) Meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan menerapkan niali-nilai
budya kerja aparatur
3) Mengembangkan sarana dan prasarana rumah sakit yang efektif dan efesien
4) Membudayakan kerahaman perilaku karyawan dalam memberkan pelayanan
sesuai dengan nilai-nilai keluhuran budaya jawa dan kearifan lokal
2. Keterkaitan visi dan misi keperwatan dan rumah sakit
Dari hasil wawancara dengan kepala ruang di dapatkan hasil bahwa, visi dan misi
keperawatan dengan rumah sakit saling terkait satu sama lain, sama-sama dalam
memberikan dan melaksanakan pelayanan kesehatan jiwa guna membina kehidupan
berkomunikasi, interaksi terapeutik dan social.
B. Filosofi oraganisasi
1. Filosofi rumah sakit
 Profesionalisme yang iklas
 Emosional yang cerdas
 Menuju pelayanan yang tuntas dan berkualitas
C. Peraturan organisasi
1. Peraturan rumah sakit
1) Hak dan Kewajiban Pasien
Sesuai dengan Undang-Undang No.4 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit.
2) Hak Pasien/ Keluarga
19. Memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan yang berlaku di
Rumah Sakit
20. Memperoleh informasi tentang hak dan kewajiban pasien
21. Memperoleh layanan yang manusiawi, adil, jujur dan tanpa diskriminasi.
22. Memperoleh layanan kesehatan yang bermutu sesuai dengan standart profesi
dan standart prosedur operasional
23. Memperoleh layanan yang efektif dan efisien sehingga pasien terhindar dari
kerugian fisik dan materi.
24. Mengajukan pengaduan atas kualitas pelayanan yang didapatkan.
25. Memilih dokter dan kelas perawatan sesuai dengan keinginannya dan
peraturan yang berlaku di Rumah Sakit.
26. Meminta konsultasi tentang penyakit yang dideritanya kepada dokter lain
yang mempunyai Surat Izin Praktik (SIP) baik di dalam maupun di luar
Rumah Sakit;
27. Mendapatkan prifasi dan kerahasiaan penyakit yang di derita termasuk data-
data medisnya;
28. Mendapatkan informasi yang meliputi diagnosis dan tata cara tindakan
medis, tujuan tindakanmedis, alternatif tindakan, risiko dan komplikasi yang
mungkin terjadi, dan prognosis terhadap tindakan yang dilakukan serta
perkiraan biaya pengobatan.
29. Memberikan persetujuan atau menolak atas tindakan yang akan dilakukan
oleh tenaga kesehatan terhadap penyakit yang dideritanya;
30. Didampingi keluarganya dalam keadaan kritis.
31. Menjalankan ibadah sesuai agama atau kepercayaan yang dianutnya selama
hal itu tidak mengganggu pasien lainnya.
32. Memperoleh keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam perawatan di
Rumah Sakit
33. Mengajukan usul, saran, perbaikan atas perlakuan Rumah Sakit terhadap
dirinya
34. Menolak pelayanan bimbingan rohani yang tidak sesuai dengan agama dan
kepercayaan yang dianutnya.
35. Menggugat dan/atau menuntut Rumah sakit apabila Rumah Sakit diduga
memberikan pelayanan yang tidak sesuai dengan standart baik secara perdata
ataupun pidana dan,
36. Mengeluhkan pelayanan Rumah Sakit yang tidak sesuai dengan standar
pelayanan melalui media cetakdan elektronik sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
3) Kewajiban Pasien/ Keluarga
9. Mematuhi peraturan yang berlaku di Rumah Sakit.
10. Menggunakan fasilitas rumah sakit secara bertanggungjawab.
11. Menghormati hak-hak pasien lain, pengunjung dan hak Tenaga Kesehatan
serta petugas lainnya yang bekerja dirumah sakit.
12. Memberikan informasi yang jujur, lengkap dan akurat sesuai dengan
kemampuan dan pengetahuannya tentang masalah kesehatannya.
13. Memberikan informasi mengenai kemampuan finansial dan jaminan
kesehatan yang dimilikinya.
14. Mematuhi rencana terapi yang direkomendasikan oleh Tenaga Kesehatan di
rumah sakit dan disetujui olehpasien yang bersangkutansetelah mendapatkan
penjelasan sesuai ketentuan peraturan perundangundangan.
15. Menerima segala konsekuensi atas keputusan pribadinya untuk menolak
rencana terapi yang direkomendasikan oleh tenaga kesehatan dan/atau tidak
mematuhi petunjuk yang diberikan oleh Tenaga kesehatan dalam rangka
penyembuhan penyakit atau masalah kesehatannya.
16. Memberikan imbalan jasa atas pelayanan yang diberikan.
2. Peraturan yang terkait dengan keperawatan
Peraturan dan Tata Tertib RSJD Surakarta
e. Pasien
6) Pasien tidak di perkenanakan membawa barang- barang dapat
membahayakan dirinya sendiri, pasien lain, pengunjung atau petugas
rumah sakit
7) Pasien tidak diperkenanakan membawa barang-barang berharga selama
perawatan. Apabila bersi keras membawa, dan terjadi kerusakan atau
kehilangan bukan menjadi tanggung jawab pihak rumah sakit
8) Pasien wajib mengenakan seragam rumah sakit
9) Pasien wajib mengenakan gelang identitas
10) Pasien di larang meninggalkan ruang perwat tanpa seizin petugas
b. Keluarga pasien
6) Selama dalam masa perawatan, keluarga dianjurkan mengunjungi pasien
sedikitnya satu kali dalam seminggu untuk menunjang pengobatan
7) Keluarga bersedia datang, apabila sewaktu-waktu dipinggil oleh petugas
rumah sakit
8) Keluarga bersedia mengambil pasien secepat mungkin, apabila pasien
sudah diperbolehkan pulang
9) Keluarga menyetujui rumah sakit memulangkan pasien, apabila tidak
segera mengambil pasien yang sudah diperbolehkan pulang
10) Keluarga tidak melibatkan rumah sakit apabila masalah hukum pada pasien
yang tidak ada hubunganya dengan rumah sakit
c. Pengunjung
7) Pengunjung tidak diperkenankan membawa barang- barang yang dapat
membahayakan dirinya ,petugas maupun pasien.
8) Pengunjung diperkenankan mengajak pasien diluar perawatan namun
masih dilingkungan rumah sakit jiwa daerah surakarta atas seizin petugas
9) Pengnjung harus menjaga ketertiban dan kebersihan lingkungan rumah
sakit
10) Waktu berkunjung:
PAGI : 09.00-12.00
SORE: 15.00-17.00
11) Pengunjung bertanggung jawab atas keamanan barang-barang pribadi
selama di ruamh sakit
12) Anak-anak berusia di bawah 10 tahun dilarang mengunjungi pasien
d. Penunggu
1) Pasien yang harus di tunggu adalah yang kondisi sakitnya perlu di
dampingi oleh keluarga dan sesuai dengan indikasi medis
2) Pasien yang boleh di tunggu adalah pasien kelas I dan VIP
3) Penunggu yang di ijinkan hanya satu orang
4) Penunggu harus memiliki kartu tunggu yang dapat diminta pada kepala
ruang atau perawat di ruangan
5) Penunggu harus memakai pakaian yang rapi , bersih , dan sopan.
6) Pergantian penunggu dianjurkan pada waktu jam berkunjung dan
memberitahu perawat ruangan
7) Penunggu ikut menjaga ketertiban dan kebersihan lingkungan rumah sakit
D. Perencanaan strategi organisasi
1) Rencana strategi rumah sakit (jangka panjang)
Dari hasil wawancara kepala ruang bidang keperwatan mengatakan bahwa rencana
jangka panjang rumah dakit adalah untuk menjadikan ruamah sakit yang maju
bukan hanya dalam kesehatan jiwa namun juga berkembang dalam semua bidang
kesehatan secara umum.
2) Rencana operasional
a) Rencana jangka pendek (tahunan,bulanan,mingguan,harian)
 Rencana Tahunan
o Kepala Ruang
Dari hasil wawancara dengan kepala ruang Arjuna mengatakan
bahwa untuk rencana tahunan sudah dibuat dan sudah ada
pendokumentasiannya. Pembuatan rencana tahunan kepala ruang
disesuaikan dengan uraian tugas kepala ruang dan dibuat oleh kepala
ruang. Selama pembuatan rencana tahunan kepala ruang tidak ada
kendala, Tetapi untuk pelaksanaannya kurang optimal, salah satunya
yaitu rapat bersama tim kesehatan, karena rapat ini melibatkan seluruh
instansi kesehatan jadi untuk menyamakan waktunya sangat sulit dan
jika rapat diadakan pasti ada yang tidak hadir karena ada kepentingan
pribadi.
 Rencana Bulanan
o Kepala Ruang
Dari hasil wawancara dengan kepala ruang Arjuna mengatakan
bahwa untuk rencana bulanan sudah dibuat setiap akhir bulan dan
sudah ada pendokumentasiannya. Pembuatan rencana bulanan kepala
ruang disesuaikan dengan uraian tugas kepala ruang dan dibuat oleh
kepala ruang. Selama pembuatan rencana bulanan kepala ruang tidak
ada kendala, dan untuk pelaksanaannya belum optimal. Salah satu
perencanaan bulanan yaitu supervisi kepada perawat pelaksana, rencana
tersebut pelaksanaannya kurang optimal karena kendalanya yaitu
perawat pelaksana terkadang siftnya bergantian dengan perawat lainnya
jadi tidak dilaksanakan supervisi pada perawat yang sudah ditentukan
sebelumnya.
o Kepala Tim
Dari hasil wawancara dengan kepala tim di Arjuna mengatakan
kepala tim selalu membuat rencana bulanan setiap awal bulan dan
sudah ada pendokumentasian rencana bulanan. Pembuatan rencana
bulanan kepala tim disesuaikan dengan uraian tugas kepala tim dan
dibuat oleh kepala tim. Selama pembuatan rencana bulanan kepala tim
tidak ada kendala atau masalah yang menghambat pembuatan rencana
bulanan.
 Rencana Harian
o Kepala Ruang
Dari hasil wawancara oleh kepala ruangan didapatkan data bahwa
rencana harian dibuat oleh katim dan perawat dengan adanya asuhan
keperawatan untuk pasien.
o Kepala Tim
Dari hasil wawancara dengan kepala tim didapatkan bahwa untuk
rencana harian sudah dibuat oleh katim. Cara pembuatan rencana
harian katim melihat dari uraian tugas katim setiap harinya. Dalam
pembuatan rencana harian katim tidak ada kendala dan masalah karena
sudah menjadi tanggung jawab katim. Untuk pendokumentasiannya
sudah ada.
Dari hasil observasi didapatkan bahwa kepala tim sudah ada
pendokmentasiannya.
o Perawat Pelaksana
Dari hasil wawancara dengan beberapa perawat pelaksana di
Arjuna di dapatkan hasil bahwa selalu membuat rencana harian setiap
harinya. Cara pembuatan rencana harian perawat pelaksana melihat
dari uraian tugas perawat pelaksana setiap harinya. Saat pembuatan
rencana harian perawat pelaksana di dapatkan kendala bahwa dalam
membuat rencana harian terkadang ada yang malas membuatnya.
Dari hasil observasi didapatkan terdapat 3 perawat pada shift pagi
yang membuat rencana harian. Ada 1 perawat yang melakuakn
evaluasi pada pasien. Tetapi tidak sesuai dengan SPO. Penyebabnya
yaitu perawat dalam melakukan pendokumentasian dikarenakan
kurang caring dengan pasien.
b) Manajemen waktu bekerja
Dari hasil wawancara dengan katim untuk manajemen waktu bekerja
perawat di ruang Arjuna yaitu terdapat 3 sift, yaitu pagi, siang dan malam.
Untuk sift pagi jam dinasnya dari jam 07.00-14.00 WIB, Sedangkan sift siang
dari jam 14.00-21.00 WIB, dan sift malam yaitu dari jam 21.00-07.00 WIB.
Dari hasil observasi tidak terdapat papan sift kerja, tetapi terdapat jadwal
sift dinas setiap hari dan dibuat selama satu bulan, dan jadwal dinas perawat
terdapat dimeja perawat diruang arjuna.
c) Perencanaan keuangan
Tidak terdapat rencana keuangan di ruangan
3) Keterlibatan perawat dalam rencana kegiatan ruangan
Dari hasil wawancara dengan ketua tim dan perawat pelaksana didapatkan
hasil bahwa untuk masing-masing perawat kurang optimal dalam melakukan
kegiatan seperti timbang terima. Untuk kegiatan TAK belum terjadwal.
Dari hasil observasi bahwa kegiatan TAK di ruangan dari hasil observasi
di ruangan kegiatan TAK hanya dilakukan oleh mahasiswa praktik, keterlibatan
perawat dalam kegiatan belum ada.

II. FUNGSI PENGORGANISASIAN

A. Struktur Organisasi
1. Struktur Organisasi Rumah Sakit
Dari hasil wawancara dengan kepala ruang Ruang Arjuna, Karu mengatakan bahwa
ruangan sudah mempunyai struktur organisasi rumah sakit dan sudah terpasang.
Dalam struktur organisasi tidak ada kendala, struktur organisasi sudah berjalan sesuai
dengan kemampuan masing-masing petugas.
2. Struktur Organisai Keperawatan
Setiap tim bertanggung jawab terhadap sejumlah pasien. Pengorganisasian di Ruang
Arjuna dengan MPKP terdiri dari :
Struktur organisasi adalah susunan komponen-komponen dalam suatu
organisasi. Pada pengertian struktur organisasi menunjukkan adanya pembagian kerja
dan menunjukkan bagaimana fungsi-fungsi atau kegiatan yang berbeda-beda
diintegrasikan atau dikoordinasikan. Struktur organisasi juga menunjukkan
spesialisasi pekerjaan. Struktur organisasi ruang MPKP menggunakan sistem
penugasan metode tim. Ruang MPKP dipimpin oleh kepala ruang yang membawahi
dua ketua tim. Ketua tim berperan sebagai perawat primer membawahi beberapa
perawat pelaksana yang memberikan asuhan keperawatan secara menyeluruh kepada
sekelompok pasien.
Dari hasil wawancara Karu mengatakan di Ruang Arjuna organisasi dalam
Ruang Arjuna sudah dibentuk, dari hasil observasi struktur organisasi belum
terpasang di dinding ruangan.
Struktur organisasi tersebut dapat digambarkan dalam bagan:

KEPALA RUANG
Sa’adah, S.Kep

KATIM I KATIM II
Joni Raharjo, S.Kep.Ns Luluk P, S.Kep.Ns

PERAWAT ASOSIATE TIM II


PERAWAT ASOSIATE TIM I

1. Budiono, S.Kep 1. Sri Subagyo, S.Kep

2. Dewi Wanto, Amd.Kep 2. Tri Marianto, S.Kep

3. Deni S, Amd.Kep 3. Mulyono Budi, S.Kep

4. Rokim, Amd.Kep 4. Harmadi, Amd.Kep

5. Arman, S.Kep.Ns 5. Heri, Amd.Kep


3. Mekanisme Pelaksanaan Pengorganisasian Di ruang Arjuna menggunakan
MPKP.
a) Kepala ruang membagi perawat yang ada menjadi dua tim dan tiap tim
diketuai masing-masing oleh seorang ketua tim yang terpilih melalui tes.
b) Kepala ruang bekerjasama dengan ketua tim mengatur jadwal dinas (pagi,
sore, malam).
c) Kepala ruang membagi klien untuk masing-masing tim.
d) Apabila suatu ketika satu tim kekurangan perawat pelaksana karena
kondisi tertentu, kepala ruang dapat memindahkan perawat pelaksana dari
tim ke tim yang mengalami kekurangan anggota.
e) Kepala ruang menunjukkan penanggung jawab shift sore, malam, dan shift
pagi apabila karena suatu hal kepala ruang sedang tidak bertugas. Untuk
itu yang dipilih adalah perawat yang paling kompeten dari perawat yang
ada sebagai pengganti kepala ruang adalah ketua tim, sedangkan jika ketua
tim berhalangan, tugasnya digantikan oleh anggota tim (perawat
pelaksana) yang paling kompeten diantara anggota tim.
f) Ketua tim menetapkan perawat pelaksana untuk masing-masing pasien.
g) Ketua tim mengendalikan asuhan keperawatan yang diberikan kepada
klien baik yang diterapkan oleh dirinya maupun perawat pelaksana anggota
timnya.
h) Kolaborasi dengan tim kesehatan jiwa lain dilakukan oleh ketua tim. Bila
ketua tim karena suatu hal tidak sedang bertugas maka tanggung jawabnya
didelegasikan kepada perawat paling expert yang ada dalam tim.
i) Masing-masing tim belum memiliki buku komunikasi.
j) Perawat pelaksana melakukan asuhan keperawatan kepada klien yang
menjadi tanggung jawabnya.
B. Pengorganisasian Perawatan Pasien
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala ruang di Ruang Arjuna metode
yang digunakan adalah metode penugasan tim. Dari hasil observasi didapatkan di
Ruang Arjuna bahwa metode yang digunakan tidak sesuai dengan metode tim, tetapi
mengarah pada metode fungsional.

C. Uraian Tugas
1) Uraian Tugas (Job Deskripstion) personil di MPKP
a) Kepala Ruang
 Management Approach :
 Perencanaan : Dalam perencanaan kepala ruang rencana jangka
pendek; harian, bulanan. Namun, untuk visi, misi, filosofi, dan tahunan
kepala ruang mengikuti kebijakan dari rumah sakit.
 Pengorganisasian : Kepala ruang menyusun struktur organisasi, jadwal
dinas, dan membuat daftar alokasi pasien.
 Pengarahan : Kepala ruang jarang memimpin operan, dan menciptakan
motivasi, dan mengatur pendelegasian serta jarang melakukan
supervisi.
 Pengendalian : Kepala ruang mengevaluasi indikator mutu, tidak
melakukan audit dokumentasi, jarang melakukan survei kepuasan;
pasien, keluarga, perawat, dan tenaga kesehatan lainnya, melakukan
survei masalah kesehatan / keperawatan.
 Compensatory reward
Kepala ruang melakukan penilaian kinerja ketua tim dan perawat
pelaksana, dan merencanakan atau melaksanakan pengembangan staf.
 Profesional relationship
Kepala ruang memimpin rapat keperawatan, memimpin DRK 1 x sebulan
dan melakukan rapat tim kesehatan, serta melakukan kolaborasi dengan
dokter.
 Patien care delivery ( PCD )
Mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan;
konsep diri dan harga diri rendah, perilaku kekerasan, halusinasi, waham,
risiko bunuh diri, dan defisit perawatan diri. Metode tim belum berjalan
dengan baik seperti tidak terlaksananya pembagian tugas pada perawat
terhadap pasien yang dikelola oleh setiap tim/perawat di Ruang Arjuna.

b) Ketua Tim
 Management Approach
 Perencanaan : Dalam perencanaan ketua tim menyusun rencana jangka
pendek, seperti harian dan bulanan yaitu mengajukan permintaan
kebutuhan operasional seperti kebutuhan ruangan dan kebutuhan
operasional pasien sehari-hari.
 Pengorganisasian : Ketua tim menyusun jadwal dinas bersama kepala
ruang, dan membagi alokasi pasien kepada perawat pelaksana.
 Pengarahan: belum berjalanya pre dan post conference secara
terstruktur, dan ketua tim sudah melakukan supervise namun belum
optimal/kadang-kadang dalam 1 bulan terakhir kepada anggota timnya.
Dari hasil observasi didapatkan Ketua tim belum terlaksananya dalam
memimpin pre post conference.
 Pengendalian: Ketua tim mengobservasi pelaksanaan asuhan
keperawatan pada pasien yang dilakukan perawat pelaksana, dan
memberikan umpan balik pada perawat pelaksana.
 Compensatory reward
Diklat melakukan penilaian kinerja perawat pelaksana yang dibantu oleh
karu.
 Profesional relationship
Ketua tim melaksanakan DRK dan melakukan kolaborasi dengan dokter.
 Pasien care delivery
Jumlah pasien di Ruang Arjuna sebanyak 16 pasien (minimal care) pada
tanggal 20 November 2017 dan jumlah bad sebanyak 23. Ketua Tim
mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan;
konsep diri dan harga diri rendah, perilaku kekerasan, halusinasi, waham,
risiko bunuh diri, dan defisit perawatan diri.

c) Perawat pelaksana
Dalam perencanaan perawat pelaksana sudah terlihat menyusun
rencana jangka pendek (rencana harian) hal ini tercatat dalam buku harian dan
asuhan keperawatan. Dan dari hasil observasi terlihat bahwa kurang
maksimalnya buku rencana harian tersebut.
d) Daftar Dinas Ruangan
Daftar yang berisi jadwal dinas, perawat yang bertugas, penanggung
jawab dinas/shift. Daftar dinas disusun berdasarkan tim, dibuat dalam satu
bulan sehingga perawat sudah mengetahui dan mempersiapkan dirinya untuk
melakukan dinas. Pembuatan jadwal dinas perawat dilakukan oleh kepala
ruang pada minggu terakhir tersebut untuk jadwal dinas pada bulan yang
selanjutnya bekerjasama dengan ketua tim. Setiap tim mempunyai anggota
yang berdinas pada pagi, sore, dan malam, dan yang lepas dari dinas (libur)
terutama yang telah berdinas pada malam hari.
e) Daftar pasien
Daftar pasien adalah daftar yang berisi nama pasien, nama dokter,
nama perawat dalam, penanggung jawab pasien, dan alokasi perawat dalam
menjalankan dinas di tiap shift. Daftar pasien menjadi tanggung jawab tiap
tim selama 24 jam. Setiap pasien mempunyai perawat yang bertanggung
jawab secara total selama dirawat dan juga setiap shift dinas. Dalam daftar
pasien tidak perlu mencantumkan diagnose dan alamat agar kerahasiaan
pasien terjaga. Daftar pasien juga menggambarkan tanggung jawab dan
tanggung gugat perawat atas asuhan keperawatan pasien sehingga
terwujudlah keperawatan pasien yang holistik. Daftar pasien juga memberi
informasi bagi kolega kesehatan lain dan keluarga untuk berkolaborasi
tentang perkembangan dan perawatan pasien. Daftar pasien di ruangn diisi
oleh ketua tim sebelum operan dengan dinas berikutnya dan dapat
dimodifikasi sesuai kebutuhan.

D. Klasifikasi Pasien
1. Tingkat Klasifikasi/Kategori Pasien
Berdasarkan hasil observasi di Ruang Arjuna didapatkan bahwa pasien
yang self care sebanyak 16 pasien ruangan sudah memiliki klasifikasi pasien
dimana klasifikasi tersebut berupa nomor, nama pasien, registrasi/kelas,
umur/pendidikan, alamat, tanggal masuk RS, tanggal masuk bangsal, program
pengobatan, pasien kelolaan.
2. Uraian Setiap Kategori
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala ruangan di Ruang Arjuna
didapatkan bahwa yang self care sebanyak 16. Uraian setiap katagori sudah
ada, namun masih ada kekurangan dalam uraian setiap kategori tersebut dimana
setiap pasien mempunyai jadwal masing-masing yang telah ditentukan oleh
perawat untuk di rehabilitas atau diberikan pelatihan.

E. Kualitas dan kuantitas pendokumentasian proses keperawatan


1. Format Pengkajian
Dari hasil wawancara pada tanggal 20 November 2017 dengan perawat
pelaksana di Ruang Arjuna didapatkan bahwa pengkajian dilakukan sudah sesuai
dengan Standar Prosedur Oprasional (SPO) yang meliputi : alasan masuk, riwayat
penyakit dahulu dan sekarang, pemeriksaan fisik, program terapi, kondisi fisik,
kebutuhan persiapan pulang, pengetahuan pasien dan terapi yang diberikan, tetapi
berdasarkan hasil observasi masih ada beberapa pengkajian yang kurang lengkap
seperti pengkajian data dasar terdokumentasi jadi satu dengan rekam medik yang
masih belum terisi dengan lengkap. Sedangkan data fokus terdokumentasi dalam
cacatan keperawatan.
2. Format Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan hasil wawancara pada tanggal 20 November 2017 dengan
ketua tim di Ruang Arjuna didapatkan hasil pada aspek diagnosa sudah lengkap
sudah sesuai dengan kondisi pasien, dimana diagnosa keperawatan sudah sesuai
dengan SPO yaitu diagnosa tunggal.

3. Format Perencanaan
Hasil wawancara dengan perawat pelaksana perencanaan perawatan
tindakan umum berdasarkan SOP rumah sakit dan melanjutkan rencana dari hari
sebelumnya, tidak dibuat sendiri oleh perawat, tetapi sudah berupa SOP dan
dilaksanakan sesuai format SP yang telah ditentukan.
4. Format Implementasi Tindakan
Berdasarkan hasil wawancara dengan ketua tim di Ruang Arjuna
didapatkan bahwa hasil pada aspek implementasi sudah sesuai dengan SP yang
direncanakan, namun kenyataannya masih ada 8 perawat yang belum
melaksanakan implementasi dengan maksimal seperti tidak pernah melakukan
interaksi dengan pasien.
5. Format Evaluasi
Dari hasil observasi pada tanggal 20-24 November 2017 beberapa
dokumentasi asuhan keperawatan didapatkan hasil bahwa evaluasi tindakan
keperawatan yang telah dilaksanakan didapatkan beberapa hasil evaluasi yang
masih kurang mengacu pada tujuan tindakan yang direncanakan, dan masih
jarang dilakukan validasi dari tindakan yang dilaksanakan. SOAP kurang relevan
seperti kurang lengkapnya isi dan rencana tindakan yang direkomendasikan
belum ada pada catatan keperawatan, dengan masalah keperawatan yang ada,
dan itu semua jarang dilakukan oleh perawat di Ruang Arjuna.
E. Sistem penghitungan tenaga kerja
Dalam penghitungan tenaga kerja, Ruang Arjuna menggunakan perumusan
Douglas (1984, dalam Swansburg & Swansburg, 1999) untuk menetapkan jumlah
perawat yang dibutuhkan dalam satu unit perawatan berdasarkan klasifikasi klien,
dimana masing-masing ketagori mempunyai nilai standar per shifnya.
Berdasarkan rumus formulasi Douglass, cara penghitungan kebutuhan
tenaga keperawatan berdasarkan tingkat ketergantungan klien adalah sbb :

Tingkat Jumlah Jumlah Kebutuhan Tenaga Kerja


Ketergantunga Pasien
n

Pagi Sore Malam

Minimal 16 16x0,17= 2.72 16x0,14= 2,4 16x0,07= 1,12

Parsial 0

Total 0

Jumlah 16 2,72 (3 orang) 2,4 (2 orang) 1,12 (1 orang)

Total : 3 + 2 + 1 = 6 orang

Jadi total tenaga perawat yang dibutuhkan adalah 6 orang

Jumlah tenaga lepas dinas perhari :


86 x 7
279 = 1.84 = 2 orang

Stuktural :
Ketua Tim = 2 orang
Kepala Ruangan = 1 orang +
Jumlah Struktural = 3 orang
Total jumah perawat = jumlah perawat + jumlah lepas + struktural
= 6 + 2 + 3 = 11 orang

Catatan :
a) Jumlah hari takkerja/ tahun
Hari minggu ( 52 hari) + cuti tahunan ( 12 hari ) + hari besar ( 12 hari ) +
cuti sakit/ izin (10hari) = 86 hari.
b) Jumlah hari kerja efektif/ tahun
Jumlah hari dalam 1tahun - jumlah hari takkerja = 365 - 86 = 279 hari.
c) Jumlah hari efektif/ minggu = 279 : 7 = 40 minggu
Jumlah jam kerja perminggu= 40 jam
d) Cuti hamil = 12 x 6 = 72 hari.
e) Jumlah tenaga keperawatan yang dibutuhkan di satu unit harus ditambah
20% (untuk antisipasi kekurangan / cadangan ).
f) Jumlah tenaga keperawatan yang dibutuhkan persif, yaitu dengan
ketentuan. Proporsi dinas pagi 47%, sore 36% dan malam 17%.

Kombinasi jumlah tenaga menurut Abdellah dan Levinne adalah 55% tenaga
profsional dan 45% tenaga non professional.

Dari penghitungan diatas didapatkan hasil bahwa jumlah perawat dan pasien
masih seimbang dan masih bisa dicover oleh perawat segala kebutuhan dan asuhan
keperawatan yang ada di ruangan.

III. Fungsi pengarahan

A. Motivasi

1) Strategi memotivasi individu dan kelompok


Berdasarkan wawancara dengan Ketua Tim, dan perawat pelaksana
strategi komunikasi yang dilakukan di ruang Arjuna adalah dengan iklim
motivasi yang sudah menjadi budaya dalam berkomunikasi di ruang Arjuna
yang bertujuan menciptakan lingkungan yang kondusif untuk meningkatkan
semangat dalam melakukan asuhan keperawatan dengan melakukan
reinforcement positif. Iklim motivasi dibangun dengan menggunakan
komunikasi yang biasa dilakukan dengan menyertakan kalimat motivasi
dalam setiap melakukan komunikasi, baik dengan sesama ataupun dengan
kelompok dalam kegiatan. Contoh iklim motivasi yang sering dilakukan
adalah “terimakasih sudah menjalankan tugas dengan baik”.
Berdasarkan observasi bahwa kepala ruang kurang melakukan motivasi
terhadap semua staf keperawatan yang ada, motivasi kurang saat melakukan
operan jaga dan tiap selsesai melakukan tindakan. Bentuk motivasi yang
dilakukan adalah dengan berdo’a sebelum memulai kegiatan, mengucapkan
kalimat motivasi “terimakasih sudah menjalankan tugas dengan baik” dan
memberikan usapan jempol serta senyuman.
Motivasi dalam melaksanakan opran pre confrence dan pos confrence
masih kurang, Dari hasil wawancara dengan ketua tim bahwa memang
belum optimal dalam menerapkan pre confrence dan pos confrence.

2) Sistem reward/punishmen
a.) Reward
Berdasarkan wawancara dengan ketua tim bahwa kegiatan reward
yang dilakukan di ruang Arjuna adalah apabila staf keperawatan
melakukan hal dengan baik, berdasarkan peraturan atau regulasi serta
SOP yang ada maka reward yang diberikan adalah dengan mengucapkan
“terimakasih”. Bentuk non-verbal dengan memberikan senyuman.
b.) Punishmen
Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan kepala ruang
bahwa kegiatan punishmen yang dilakukan di ruang Arjuna adalah
apabila staf melakukan kesalahan atau pelaksanaan tidak sesuai SOP
maka bentuk punishmen yang dilakukan adalah dengan bentuk teguran.
Bentuk punishmen yang dilakukan diruangan adalah dengan bentuk
konstruktif atau membangun.
B. Komunikasi
1. Strategi komunikasi
a) Operan(timbang trima)
Berdasarkan wawancara tgl 20 November 2017 yang dilakukan
dengan katim 2 bahwa operan tidak dilakukan dengan cara formal,
namun setiap hari masih dilakukan secara tim. Katim mengatakan tidak
dilakukan operan karena kondisi pasien tidak mengalami perubahan atau
perkembangan
Berdasarkan observasi yang dilakukan selama empat hari kegiatan
operan menunjukkan bahwa tidak adanya operan . Pelaksanaan operan
dilakukan berdasarkan
b) Pre dan Post Konfrence
Berdasarkan wawancara dengan kepala ruang dan ketua tim kegiatan
pre dan post konfrence blm bisa optimal di lakukan di ruangan, karena
keterbatasan waktu. Kegiatan pre dan post confrence berdasarkan metode
MPKP yang sebenarnya belum pernah dilaksanakan. Berdasarkan
wawancara alasan belum pernah dilakukan pre dan post confrrence
adalah karena keterbatasan waktu dan perbandingan antara jumlah
perawat dan pasien yang kadang tidak seimbang. Biasanya Katim
merekap planning Asuhan keperawatan dan di setor ke PA yang bertugas
jaga sesuai pembagian shift. Pre dan post conference dilakukan
berbarengan saat operan adalah untuk mengefisienkan waktu karena saat
pagi hari, kesibukan perawat meningkat.
Berdasarkan wawancara dengan 1 katim ruangan bahwa alasan tidak
dilakukannya kegiatan pre dan post konfrence dikarenakan bahwa
kegiatan tersebut tidak ada bedanya dan merupakan kegiatan yang
bertujuan untuk menyampaikan informasi mengenai kondisi pasien.
Berdasarkan observasi yang dilakukan selama tiga hari kegiatan Pre
dan Post confrence belum pernah dilakukan.
c) Case Konfrence
Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan ketua tim kegiatan
case confrence atau (DRK) diskusi refleksi kasus, termasuk kegiatan
interdisiplin belum pernah dilakukan karena terkendala dibutuhkan tim
medis lain yang seharusnya diikutkan dalam kegiatan tersebut, namun
karena tim medis lain tidak bisa hadir jadi belum pernah dilakukan.
Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan katim kegiatan case
confrence terkait masalah asuhan keperawatan sering dilakukan namun
tanpa terencana secara terstruktur sebelumnya, kegiatan case confrence
asuhan keperawatan pasien biasa dilakukan dalam kegiatan operan,
namun balum pernah di dokumentasikan.
Berdasarkan observasi kegiatan diskusi mengenai masalah dan
asuhan keperawatan pasien sering dilakukan namun dilakukan disela-sela
visit dokter.
2. Model komunikasi
Berdasarkan wawancara dengan ketua tim dan perawat pelaksana
bahwa model komunikasi yang dilakukan dengan menggunakan
komunikasi SBAR (Situation, Background, Assasement,
Recommendation) dan TBUK (Tulis, Baca, Ulangi, Kembali).
Komunikasi yang dilakukan secara lisan atau via telephone.
Berdasarkan observasi komunikasi tidak dilakukan dengan model
komunikasi SBAR. Komunikasi SBAR tidak diterapkan di
pendokumentasian Asuhan keperawatan. Komunikasi SBAR diterapkan
setiap hari, diluar jam kerja atau jam jaga shift. Komunikasi SBAr
dilakukan untuk berkonsultasi dengan DPJP mengenai kondisi terkini dan
planning implementasi yang dapat dilakukan selanjutnya.
C. Sistem Supervisi terhadap asuhan keperawatan.
1. Supervisi kelengkapan atribut.
Berdasarkan wawancara dengan katim supervisi kelengkapan atribut
belum dilakukan oleh kepala ruang.
2. Supervisi rencana harian
Berdasarkan observasi pelaksana saat shift pagi bahwa kegiatan supervisi
rencana harian belum optimal dilakukan oleh kepala ruang.
3. Supervisi asuhan keperawatan
Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan katim supervisi
dilakukan secara berjenjang yaitu kepala ruang mensupervisi ketua tim
kemudian ketua tim mensupervisi perawat pelaksana. Kegiatan supervisi
secara insidentil belum dilakukan. Dalam kegiatan supervisi terdapat
beberapa kendala yaitu pemahaman dan kesiapan yang akan disupervisi,
sehingga menyebabkan supervisi sulit untuk dilaksanakan.
Kegiatan yang sering dilakukan ketua tim adalah mengobservasi
kegiatan asuhan keperawatan secara tidak langsung, dan kadang ikut dan
menemani dalam melaksanakan asuhan keperawatan
D. Pendelegasian
1. Jenis pendelegasian
Jenis pendelegasian yang dilakukan di ruang Arjuna adalah
pendelegasiaan atau pelimpahan wewenang berdasarkan tingat jabatan. Baik
dalam mengambil keputusan, asuhan keperawatan.
2. Mekanisme pendelegasian
Mekanisme pendelegasian dilakukan secara terstruktur atau
berjenjang dan penerapannya dibagi menjadi dua yaitu pendelegasian
terencana dan insidentil biasanya di delegasikan ke ketua tim oleh kepala
ruang. Dimana pendelegasian secara terencana diterapkan sebagai
konsekuensi sistem penugasan yang diterapkan di ruang berdasarkan metode
MPKP yang diterapkan. Sedangkan pendelegasian secara insidentil adalah
dimana ketika salah satu personel/staff tidak bisa hadir maka pendelegasian
tugas ahrus dilakukan, dalam hal ini yang mengatur pendelegasian adalah
kepala ruang dan kepala ruang bisa berperan sebagai personel yang tidak
dapat hadir.
3. Prinsip pendelegasian
Prinsip pendelegasian yang dilakukan di ruang Arjuna adalah dengan
memperhitungkan siapa yang bisa hadir untuk bisa didelegasikan dan tidak
berperspektif pada pengalaman dan tingkat intelegensi.
4. Penetapan tugas yang akan didelegasikan
Penetapan tugas pendelegasian telah di dasarkan oleh SOP (Standar
Operasional Prosedur), tugas dan wewenang yang dilimpahkan telah
ditetapkan.Proses pendelegasian dilakukan berdasarkan SOP.
5. Tugas pendelegasian dengan jelas
Uraian pendelegasian tugas di ruang Arjuna terkait pendelegasian
asuhan keperawatan sudah tertulis apa yang dilimpahkan, dan ada buku bukti
pendelegasian dan paraf dari pendelegasi. Bukti pendelgasian wewenang karu
sudah ada formatnya namun pelaksanaan belum pernah dilakukan.
Dokumentasi pendelegasian tugas di runang Arjuna sudah ada.
E. Manajemen konflik
1. Konflik yang sering terjadi
Berdasarkan wawancara dengan katim bahwa konflik yang sering
terjadi di ruang Arjuna adalah masalah dokter konsulan. Dimana seharusnya
yang melakukan konsul ke dokter spesialis adalah dokter jaga, namun disini
yang melakukan konsul ke dokter spesialis adalah perawat yang jaga sehingga
menyebabkan tumpang tindih terhadap tugas perawat. Masalah tersebut belum
pernah berefek pada pasien karena perawat tidak menunda proses konsulan.
2. Cara penyelesaian konflik
Cara penyelesaian konflik yang sudah dilakukan adalah dengan
melakukan konsultasi dengan pihak medis/dokter.
a. Kolaborasi dan koordinasi
1. Peran Independen
Kegiatan koordinasi keperawatan independen adalah kegiatan
dalam melakukan asuhan keperawatan secara mandiri dengan
keputusan sendiri sesuai ranah keperawatan seperti pemenuhan
kebutuhan dasar fisiologis (pemenuhan kebutuhan oksigenasi,
pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit, pemenuhan kebutuhan
nutrisi, dll) yang biasa dilakukan perawat tiap jaga shift di ruang
Arjuna.
2. Peran Dependen
Merupakan fungsi perawat dalam melaksanakan kegiatan
asuhan keperawatan atas perintah atau instruksi dari perawat lain atau
dari perawat spesialis ke perawat general. Hal ini biasanya dilakukan
di ruang Arjuna adalah dari Karu ke Katim atau Katim ke perawat
pelaksana.
3. Peran Interdependen
Kegiatan koordinasi keperawatan interdependen adalah fungsi
ini dilakukan dalam kelompok tim yang bersifat saling
ketergantungan diantara tim yang satu dengan yang lainnya. Dalam
hal ini kegiatan yang biasa dilakukan di ruang Arjuna adalah kegiatan
anatara koordinasi Ketua Tim I dan Ketua Tim II. Berdasarkan
observasi dari tanggal 21 November didapatkan bahwa pelaksanaan
asuhan keperawatan dalam menegakkan rencana keperawatan belum
berdasarkan ONEC (Observation, Nursing Action, Education,
Collaboration) dan kegiatan yang biasa dilakukan adalah kolaborasi
pemberian terapi obat oleh dokter dan kolaborasi pemberikan makan
oleh ahli gizi.
F. Kolaborasi dan koordinasi
1. Kegiatan kolaborasi yang dilakukan adalah dengan melakukan kolaborasi
dengan tim medis seperti dokter, dokter spesialis, ahli gizi, ahli farmasi, dan
lain-lain dalam melakukan asuhan keperawatan agar tercapainya kesembuhan
pasien. Jenis kegiatan ini di ruang Arjuna adalah kegiatan kolaborasiu apabila
pasien di Unit pelayanan jiwa dan fisik ada yang mengeluh fisik maka
dikolaborasikan tentang terapinya ke pihak dokter spesialis yang mengurusi
fisik begitu juga dengan keluhan psikologi atau kejiwaan. Proses kolaborasi
secara delegatif dijelaskan dalam Undang-undang Republik Indonesia nomor
38 tahun 2014 tentang keperawatan Pasal 32 Ayat (4).
2. Jadwal pertemuan berkala
Kegiatan atau jadwal pertemuan berkala di ruang Arjuna dilakukan 1
bulan sekali dan direncanakan secara bersama.
Tujuan pertemuan berkala di ruang Arjuna adalah :
a) Berbagi informasi
b) Meningkatkan koordinasi dalam asuhan keperawatan
c) Mengevaluasi kinerja asuhan keperawatan
d) Membuat rencana bulanan
e) Studi kasus keperawatan dengan penyulit.

IV. Fungsi pengendalian

A. Program oengendalian mutu

1. Indikator mutu

2. Kegiatan mutu

B. Pelaksanaan Standar Dan Ketersediaan (SAK, SPO)

Wawancara :
Berdasarkan wawancara yang dilakukan pada tanggal 23 November 2017
didapatkan hasil bahwa :
 Karu dan Katim mengatakan pelaksanaan pendokumentasian keperawataan sudah
dilakukan sesuai dengan standar yang telah ditentukan dan sesuai dengan model
keperawatan yang sedang digunakan ruangan yaitu TIM-Primer dengan berpedoman dari
MPKP ruangan.
 Pelaksana pendokumentasian sudah dilakukan oleh Katim maupun Perawat Asosiet yang
bertugas saat itu.
 Katim dan Perawat Asosiet mengatakan kendala dalam melaksanakan pendokumentasian
keperawatan adalah format asuhan keperawatan yang kurang sistematis dan banyak form
yang harus doble pengisisannya seperti pada lembar asuhan keperawatan bagian atas
sudah tertera nama , alamat dan alamat pasien ,kemudian di bawah format tersebut juga
ditulis kembali nama, alamat dan tanggal lahir pasien.
Observasi :

 berdasarkan hasil observasi didapatkan hasil bahwa penulisannya belum sesuai dengan
SAK.

 Beberapa pendokumentasian masih ada yang tidak diisi seperti nomor RM pasien dan
identitas pasien

 Discart planning rata-rata belum diisi.

Studi Dok :

Kelengkapan pendokumentasian keperawatan sudah ada. Tetapi belum lengkap

Masalah :

Belum optimalnya pendokumentasian keperawatan di ruangan Arjuna

a. Pelaksanaan TAK
Wawancara :
Hasil wawancara yang dilakukan pada tanggal 23 dan 24 november 2017
didapatkan hasil :
 Karu :
Hasil wawancara dengan kepala ruangan Pelakasanaan TAK dan interaksi dilakukan
oleh seluruh mahasiswa praktikan di ruangan beserta perawat yang melakukan TAK.
Karu mengatakan pelaksanaan TAK dilakukan berpedoman pada SPO yang telah
tertera di ruangan. Untuk interaksi sudah dilakukan secara langsung oleh perawat.
Karu mengatakan bahwa pelaksanaan TAK yang dibuat kadang masih ada perawat
yang belum melaksanakan TAK sesuai dengan jumlah target TAK yang harus dicapai.
 Katim :
Dari hasil wawancara dengan katim didapatkan hasil bahwa pelaksanaan TAK sudah
terjadwal setiap bulannya, katim mengatakn saat memberikan TAK sudah berpedoman
pada SPO . Katim mengatakan Interaksi dilakukan saat pasien baru datang dan saat
pasien tidak ada kegiatan di ruangan. Katim mengatakn interaksi dilakukan tidak
terbatas oleh waktu kapan saja bias melakukan interaksi.
Katim mengatakan jarang membaca SPO sebelum melakukan tindakan Karena Katim
merasa itu memakan waktu yang lama sehingga nanti berdapat pada pasien yang
bosan menunggu lama dan cepat mengantuk. KAtim juga mengatakan SPO tidak
perlu terlalu sering dibaca, Jika sudah hafal dengan SPO dari TAK yang mau
dilaksanakan langsung saja pada penerapannya.
Katim mengatakan tidak ada kendala dalam melakukan TAK hanya saja saat TAK jika
pasiennya sedkit dan kurang konsentrasi TAK berjalan kurang bersemangat dan tidak
kooperatif.
Katim mengatakan sudah melakukan TAK sesuai dengan standar yang telah
ditentukan juga sudah melksankan sesuai urutannya.
Katim mengatakan belum pernah dilakukan supervisi terkait pelaksanan tindakan
apakah sudah sesuai SPO atau belum.
 Perawat pelaksana :
Dari hasil wawancara didapatkan bahwa:
Perawat mengatakan TAK dilakukan sudah sesuai SPO yang ada di ruangan, PP
mengatakan jarang membaca SPO terlebih dahulu sebelum kegiatan, PP mengatakan
kendala dalam melaksanakan TAK yaitu ketika pasien yang mengikuti kurang
kooperaif dalam mengikuti TAK, PP mengatakan sudah melakukan TAK sesuai urutan
prosedurnya namun kadang-kadang tidak sesuai karena lupa dan terlalu banyak yang
harus dihafalkan.
PP mengatakan interaksi sudah dilakukan setiap hari saat pasein tidak ada kegiatan
perawat mengatakan interaksi tidak terjadwal, jadi melihat situasi dan kondisi saat itu
baru interaksi dilakukan.

Observasi :

 Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada tanggal 25 November 2017 didapatkan
hasil bahwa perawat belum membaca SPO sebelum melakukan TAK
 Perawat dalam pelasanaan TAK kurang sistematis masih ada beberapa bagian yang belum
dilakukan seperi menjelaskan aturan dalam TAK atau mempersilahkan pasien untuk izin
atau minum dulu sebelum tidakan TAK dimulai pelaksanaannya juga belum sistematis saat
diminta menyebutkan langkah-langkahnya karena masih ada yang terlewat dan tidak
disebutkan.
 Interaksi dilakukan belum sesuai urutan prosedur interaksi
o Katim dan Perawat lupa mengevaluasi dan memvalidasi cara mengtasu masalah
pasien.
o Interaksi dilakukan hanya pada saat pasien pertama kali datang ke ruangan dan
perawat PP belum pernah melakukan interaksi pada pasien kelolaannya.
Hanya katim saja yang melakukan interaksi.
Belum ada pedoman ceklist prosedur interaksi sesuai SPO.

Studi Dok :

Hasil TAK sudah ditulis sesuai dengan kondisi pasien saat melakukan TAK .
Pendokumentasian TAK beberapa ada yang belum memberi paraf siapa yang melaksanakan
TAK dan belum mengisi jam(waktu) pelaksanaan TAK.

Masalah : belum efektifnya kegiatan TAK pada pasien karena ketidaksesuaian pelaksanaannya
dengan SPO dan tidak tersedianya ceklist prosedur interaksi ke pasien.

b. Ketersediaan SPO Untuk Kegiatan TAK dan Pendokumentasian


Wawancara :
Berdasarkan hasil wawacara dilakukan pada tanggal 23 november 2017 didapatkan
hasil bawa semua SOP sudah ada di ruangan. Diruang arjuna sudah dilakukan
pendokumentasian TAK, Penkes kelompok Semua kegiatan sudah mengacu atau
didasarkan pada SPO. Pendokumentasian menjadi hal penting karena dokumentasi
sebagai bukti bahwa perawat sudah melakukan tugasnya sesuai jadwal. Perawat
melakukan pendokumentasian setelah selesai melakukan tindakan yang diberikan.
Untuk format dokumentasi sudah ada diruangan.
Observasi :
Berdasarkan observasi didapatkan data bahwa SPO untuk kegiatan TAK sudah ada.
Perawat menuliskan laporan pelaksanaan di buku dokumentasi lengkap dengan paraf.
Untuk pendokumentasian Interaksi dengan pasien belum ada. Hasil interaksi langsung di
tulis pada SOAP asuhan keperawatan.

c. Pelaksanaan SPO Di Ruang Arjuna


Wawancara :
Berdasarkan wawancara didapatkan hasil bahwa pelaksanaan TAK dilakukan oleh
mahasiswa praktikan yang ada di ruang arjuna.

Observasi :
Berdasarkan observasi ditemukan data bahwa semua kegiatan sudah dilakukan,
namun masih kurang optimal, Hasil observasi juga ditemukan bahwa tidak tersedia
media penkes seperti flip chart dan leaflet. Untuk pemberian interaksi belum terlihat
perawat melakukan interaksi selam jaga/sift. Interaksi hanya dilakukan ketika ada pasien
baru. Interaksi yang dilakukan belum sesuai urutan cara interaksi yang benar. Karena di
ruangan belum da form/ceklist interaksi sebagai panduan saat interaksi.

d. Pelaksanaan dan Penerapan SPO oleh Perawat Saat Tindakan


1. Perawat Membaca SPO sebelum Tindakan
Wawancara :
Berdasarkan hasil wawancara kepada perawat arjuna didapatkan hasil bahwa
perawat sudah membaca SPO dulu sebelum melakukan tindakan pemberian TAK,
Penkes kelompok.
Observasi :
Berdasarkan observasi didapatkan data bahwa ketika mau melakukan tindakan
seperti TAK, interaksi atau penkes, perawat tidak terlihat membaca SPO atau
membuat catatan kecil. Selama pengkajian di ruangan arjuna belum tampak ada
perawat yang melakukannya. Setiap interaksi dilakukan oleh katim saja. dan ketika
Interaksi juga hanya ditekankan pada Fase kerja saja RTL jarang disebutkan dan
kontrak waktu selanjutnya. Pelaksanan TAK dan penkes perawat langsung meminta
pasien berkumpul untuk dilaksanakan TAK.

a. Penilaian penampilan kerja


1. Cara penilaian penampilan kerja

2. Alat penilaian penampilan kerja

3. Waktu penilaian kinerja

S-ar putea să vă placă și