Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
PELATIHAN
PELAKSANA MADYA PERAWATAN
GEDUNG
(SITE SUPERVISOR OF BUILDING
MAINTENANCE)
2005
KATA PENGANTAR
Salah satu modul pelatihan yang akan diberikan kepada peserta pelatihan Pelaksana
Madya Perawatan Bangunan Gedung adalah mengenai Spesifikasi Utilitas Bangunan
Gedung.
Penulisan dan penyusunan buku ini disesuaikan dengan posisi pelatihan, dimana Para
Peserta Pelatihan Pelaksana Madya Perawatan Bangunan Gedung (Site Supervisor of
Building Maintenance) ini bukanlah mereka yang masih awam dalam hal pekerjaan
Perawatan Bangunan Gedung.
Kami menyadari bahwa modul ini masih jauh dari sempurna baik ditinjau dari segi materi
sistematika penulisan maupun tata bahasanya. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan
saran dari para peserta dan pembaca semua, dalam rangka perbaikan dan
penyempurnaan modul ini.
Modul SSBM-04: Spesifikasi Utilitas Bangunan Gedung
Modul SSBM-04: Spesifikasi Utilitas Bangunan Gedung
LEMBAR TUJUAN
DAFTAR ISI
I
-
1
1.2 Skala Gambar
I
-
1
1.3 Tata Letak dan Kelengkapan
G
a
m
b
a
r
Modul SSBM-04: Spesifikasi Utilitas Bangunan Gedung
I
-
2
BAB II SPESIFIKASI SISTEM
TRANSPORTASI VERTIKAL
2.1 Umum
I
I
-
1
2.2 Tata Letak Lift
I
I
-
3
2.3 Perancangan Lift
I
I
-
7
2.3.1 Waktu Perjalanan Bolak
B
a
l
i
k
(
T
)
Modul SSBM-04: Spesifikasi Utilitas Bangunan Gedung
I
I
-
8
2.3.2 Beban Puncak Lift ................................................. II-10
2.3.3 Jumlah Lif.............................................................. II-11
2.3.4 Kebutuhan Ruang
Lif .......................................................................... II-14
BAB III SPESIFIKASI SISTEM PLAMBING
DAN POMPA MEKANIK
3.1 Sistem Pemipaan Pada
B
a
n
g
u
n
a
n
T
i
n
g
g
i
I
I
I
-
1
3.1.1 Jaringan Pipa Air Bersih .................................................. III-2
Modul SSBM-04: Spesifikasi Utilitas Bangunan Gedung
P
i
p
a
V
e
n
t
i
l
a
s
i
I
I
I
-
7
3.1.3 Peralatan Pengolah Air
L
i
m
b
a
h
I
Modul SSBM-04: Spesifikasi Utilitas Bangunan Gedung
I
I
-
1
1
I
I
I
-
1
8
3.2.1 Kebutuhan Keseharian .................................................... III-18
3.2.2 Kebutuhan Boiler ............................................................. III-20
3.2.3 Kebutuhan Pencegahan
d
a
n
P
e
n
g
e
Modul SSBM-04: Spesifikasi Utilitas Bangunan Gedung
n
d
a
l
i
a
n
K
e
b
a
k
a
r
a
n
I
I
I
-
2
2
I
V
Modul SSBM-04: Spesifikasi Utilitas Bangunan Gedung
-
1
4.2 Sistem Tata Udara
I
V
-
5
4.3 Perancangan Tata Udara
I
V
-
6
4.3.1 Beban Pendingin ............................................................. IV-7
4.3.2 Aplikasi Sistem Tata
U
d
a
r
a
I
V
-
1
0
4.3.3 Kebutuhan Ruangan ....................................................... IV-11
BAB V SPESIFIKASI SISTEM LISTRIK DAN
PENERANGAN
5.1 Dasar Instalasi Listrik
Modul SSBM-04: Spesifikasi Utilitas Bangunan Gedung
V
-
1
5.2 Lampu-Lampu Sebagai Sumber
C
a
h
a
y
a
V
-
4
5.2.1. Lampu-lampu pijar........................................................... V-4
5.2.2. Lampu-lampu pelepasan
l
i
s
t
r
i
k
V
-
7
5.2.3. Lampu-lampu pelepasan
l
i
s
t
r
i
Modul SSBM-04: Spesifikasi Utilitas Bangunan Gedung
(
l
a
n
j
u
t
a
n
)
V
-
8
5.2.4. Efisiensi Lampu ............................................................... V-10
5.3 Sistim-Sistim Illuminasi
V
-
1
1
5.3.1 Klasifikasi sistim
i
l
l
u
m
i
n
a
s
i
Modul SSBM-04: Spesifikasi Utilitas Bangunan Gedung
V
-
1
1
5.3.2 Faktor-faktor
p
e
r
t
i
m
b
a
n
g
a
n
i
l
l
u
m
i
n
a
s
i
.
V
-
Modul SSBM-04: Spesifikasi Utilitas Bangunan Gedung
1
3
5.4 Spesifikasi Illuminasi
V
-
1
6
5.4.1 Beberapa kriteria ............................................................. V-16
5.4.2 Illuminasi Yang
D
i
a
n
j
u
r
k
a
n
V
-
1
9
5.4.3 Kwalitas Warna ............................................................... V-21
5.4.4 Perimbangan Terhadap
C
a
h
a
y
a
Modul SSBM-04: Spesifikasi Utilitas Bangunan Gedung
A
l
a
m
i
V
-
2
4
5.5 Standar Penerangan Buatan Di
D
a
l
a
m
G
e
d
u
n
g
-
G
e
d
u
n
g
V
-
Modul SSBM-04: Spesifikasi Utilitas Bangunan Gedung
2
5
5.5.1. Ruang lingkup ................................................................. V-25
5.5.2. Pengertian-pengertian ..................................................... V-25
5.5.3. Prinsip-prinsip Umum ...................................................... V-25
5.5.4. Persyaratan Penerangan
KOMUNIKASI
l
a
n
g
a
n
B
a
h
a
y
a
K
e
b
a
k
a
r
a
n
P
a
s
i
f
V
I
I
-
1
Modul SSBM-04: Spesifikasi Utilitas Bangunan Gedung
B
a
h
a
y
a
K
e
b
a
k
a
r
a
Modul SSBM-04: Spesifikasi Utilitas Bangunan Gedung
A
k
t
i
f
V
I
I
-
1
4
7.2.1 Alat
P
e
n
g
i
n
d
e
r
a
a
n
/
P
e
r
i
n
g
Modul SSBM-04: Spesifikasi Utilitas Bangunan Gedung
a
t
a
n
D
i
n
i
(
D
e
t
e
k
t
o
r
)
V
I
I
-
1
4
r
a
n
V
I
I
-
1
5
RANGKUMAN
DAFTAR PUSTAKA
HAND OUT
Modul SSBM-04: Spesifikasi Utilitas Bangunan Gedung
2. Standar Latihan Kerja (SLK) disusun berdasarkan analisis dari masing-masing Unit
Kompetensi, Elemen Kompetensi dan Kriteria Unjuk Kerja yang menghasilkan
kebutuhan pengetahuan, keterampilan dan sikap perilaku dari setiap Elemen
Kompetensi yang dituangkan dalam bentuk suatu susunan kurikulum dan silabus
pelatihan yang diperlukan untuk memenuhi tuntutan kompetensi tersebut.
DAFTAR MODUL
Nomor
Kode Judul Modul
Modul
1 SSBM – 01 Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
9 SSBM – 09 Komputer
PANDUAN INSTRUKTUR
A. BATASAN
B. RENCANA PEMBELAJARAN
1. Ceramah : Pembukaan/
Bab I, Pendahuluan
Waktu : 25 menit
Waktu : 25 menit
BAB I
GAMBAR INSTALASI TERPASANG
Skala gambar tergantung dari jenis struktur bangunan gedung, yang biasanya
dibedakan antara untuk sistem plambing, listrik, tata udara, mekanikal, proteksi
kebakaran, dan tata suara (lihat tabel 1)
Gambar utilitas pada umumnya terdiri dari gambar instalasi terpasang (as
built drawings):
- Gambar sistem plambing
- Gambar sistem elektrikal dan elektronik
- Gambar sistem mekanikal
- Gambar sistem tata udara
- Gambar sistem transportasi vertikal
BAB II
SPESIFIKASI SISTEM TRANSPORTASI VERTIKAL
2.1. UMUM
Pada abad ke-19, tambang dan katrol digunakan untuk mengangkut orang dan
barang pada bangunan bertingkat. Peralatan ini digerakkan oleh tenaga air atau
uap, yang selanjutnya berkembang dengan ditemukannya motor listrik. Pada
tahun 1852 William Otis mendemonstrasikan lif untuk pertama kali dengan
memperhatikan aspek-aspek keselamatan manusia dan gedung pencakar langit
yang pertama menggunakan lif dengan mesin traksi yang diletakkan di puncak
bangunan adalah gedung Woolworth yang dibangun di New York tahun 1914.
Dewasa ini, terdapat dua jenis lif yang umum digunakan, yaitu jenis dengan motor
penggerak (traction lift) dan jenis dengan dongkrak hidrolik (hydraulic lift). Untuk
lif dengan motor penggerak. peletakan mesin dapat berada di atas ruang luncur
(di penthouse) atau di basemen (di samping ruang luncur). Kedua jenis peletakan
ini dapat terlihat pada Gambar 2.1. dan Gambar 2.2.
Kecepatan lif hidrolik antara 0,30 sampai 0,90 meter/detik dan kapasitas angkut
maksimumnya 10 ton (dengan tuas tunggal) dan dapat mengangkut sampai
dengan beban 50 ton (dengan tuas ganda).
Kecepatan lif dengan penggerak motor di atas adalah antara 2.5 sampai 9 meter/
detik. Lantai kereta lif mempunyai perbedaan sekitar 6 mm dengan permukaan
lantai bangunan. Pergerakan lif tipe ini sangat halus dan sangat efisien dalam
penggunaan energi listrik, namun harganya termasuk yang termahal
dibandingkan sistem lif lainnya.
Lif dengan motor di bawah hanya dapat digunakan untuk melayani paling banyak
delapan lantai dan biayanya sekitar 50% lebih mahal dibandingkan yang
bermesin di atas. Di samping itu, kecepatannya juga terbatas (sekitar 1
meter/detik).
Modul SSBM-04: Spesifikasi Utilitas Bangunan Gedung Bab II: Spek. Sistem Trans. Vertikal
Ruang luncur lif ditentukan dari jumlah dan konfigurasi tata letak lif dengan jumlah
maksimal empat buah dalam satu deretan.
Diagram pada Gambar 2.3. menunjukkan tata letak sekelompok lif yang baik dan
alternatif lain yang masih dapat dilakukan. Perlu diingat bahwa semua hambatan
yang dapat mengganggu arus lalu lintas perlu dihilangkan. Tata letak lain yang
juga sering dijumpai adalah bentuk Cul-de-Sac (jalan buntu) dan melingkar
(Gambar 2.4).
Untuk bangunan yang tingginya lebih dari 25 lantai, dianjurkan untuk membagi
layanan lif dengan mengelompokkan lantai yang dilayani, konsep zona, di mana
tiap zona dilayani oleh sejumlah lif tertentu.
Jika pembagian zona ini masih mengakibatkan jumlah lif tetap banyak. dapat
digunakan sejumlah lif dengan pintu masuk (entrance) terpisah dan ditempatkan
pada lantai transfer yang disebut "sky lobby', Sky lobby ini digunakan untuk
tempat transfer dari zona yang lebih rendah ke zona di atasnya. Di samping itu,
areal sky lobby ini dapat digunakan untuk tempat penampungan sementara pada
kondisi darurat (kompartemen kebakaran) dan kebutuhan aktivitas lainnya,
seperti ruang mekanikal elektrikal (mesin pengkondisian udara dan pompa air),
bak penampungan air (reservoir), restoran. lobby hotel, ruang pengelola, ruang
rapat, kolam renang. dan lain-lain.
Mengingat sky lobby memuat peralatan mekanik dan elektrik, maka secara struk-
turai lantainya sangai kaku dan kukuii, nehingga menarnbah ketahanan
bangunan terhadap gaya-gaya lateral yang diakibatkan oleh angin atau gempa
burni.
Pada bangunan yang tinggi dan luas, jumlah lif yang diperlukan meningkat
sebanding dengan jumlah lantai yang dilayani. Dengan demikian, jika mencapai
suatu ketmggian tertentu. maka areal luas yang digunakan untuk menempatkan
lif menjadi meningkat dan melebihi ketentuan ekonomis (di atas 20% luas lantai).
Jadi. pada umumnya sebuah lif hanya melayani sekitar 12-15 lantai, agar tidak
melampaui batas tunggu dan jumlah waktu perjalanan yang disyaratkan.
Jika hal tersebut dijumpai dalam suatu bangunan tinggi. maka ada beberapa hal
yang dapat dilakukan:
a. Sejumlah lantai dibagi atas beberapa zona: group I melayani sejumlah lantai
zona bawah, group II melayani sejumlah lantai zona tengah, dan group III
Modul SSBM-04: Spesifikasi Utilitas Bangunan Gedung Bab II: Spek. Sistem Trans. Vertikal
melayani sejumlah lantai zona atas. Dengan pembagian zona tersebut, beban
lif menjadi berkurang. Namun pembagian zona tidak memberi dampak pada
pengurangan luas inti, sebab ruang mesin lif tetap berada di lantai yang
sama, yang letaknya di atas group III (di penthouse).
b. Untuk mengurangi luas inti, khususnya pada lantai-lantai bagian atas, gedung
dibagi atas beberapa lobby yang ditempatkan pada lantai-lantai tertentu.
Selanjutnya, lif dengan kapasitas besar dan berkecepatan tinggi melayani
penumpang dari lobby utama di lantai dasar ke sky lobby, atau dari sky lobby
yang satu ke sky lobby berikutnya. Dari sky lobby orang dapat pindah dengan
menggunakan eskalator ke sejumlah lif yang melayani zona di atasnya
(Gambar 2.5.).
c. Jika penggunaan sky lobby belum juga dapat memenuhi ketentuan luas inti
yang disyaratkan, maka dapat digunakan lif double decker (Gambar 2.6).
Pengaturan tata letak lif pada lobby yang dikaitkan dengan pembagian zona
layanan lif dapat dilihat pada Gambar 2.7. Tiap zona lif biasanya melayani 10 - 15
lantai, dan 4 zona merupakan batas maksimum. Jika memerlukan zona lif lebih
dari empat, maka harus digunakan sky lobby (minimum dua lantai), dan di atas
sky lobby masih dimungkinkan untuk ditambah 2-3 lantai tambahan untuk ruang
mekanik/elektrik.
Gambar 2.7: Tata Letak Lif pada Lobby dan Zona Layanan Lif
Rancangan, instalasi, dan pemeliharaan untuk berbagai jenis peralatan lif sangat
tergantung pada peraturan dan ketentuan daerah setempat. Di Indonesia
rekomendasi penggunaan lif diberikan oleh Departemen Ketenagakerjaan,
karena menyangkut kesehatan dan keselamatan kerja orang yang ada pada
bangunan tersebut.
Ketentuan rancangan juga berkaitan dengan dimensi ruang mesin, akses yang
diperlukan, pencahayaan dan ventilasi. Persyaratan dan peraturan mungkin
berbeda antar daerah yang satu dengan yang lainnya. tetapi pada dasarnya
menuntut disediakannya suatu sistem peralatan, baik yang manual maupun yang
otomatis, sehingga lif dapat secara aman dioperasikan untuk kepentingan umum.
Kapasitas atau daya angkut suatu sistem lif harus cocok dengan kebutuhan trans-
portasi vertikal pada bangunan tertentu yang secara konsisten mengacu pada
kriteria rancangan kualitas bangunan. Rancangan yang tepat dapat dilakukan
Modul SSBM-04: Spesifikasi Utilitas Bangunan Gedung Bab II: Spek. Sistem Trans. Vertikal
Waktu perjalanan bolak balik lif (Round Trip Time - RTT) adalah waktu yang
dibutuhkan seseorang secara total, mulai dari masuk di lobby sampai ke lantai
yang dituju. Untuk itu, perlu diperhitungkan dan dijumlahkan waktu yang
diperlukan selama perjalanan tersebut:
a. Lif berhenti di lobby
b. Pintu lif terbuka
c. Orang/Penumpang masuk ke dalam lif.
d. Pintu lif tertutup
e. Lif bergerak sampai kecepatan maksimum
f. Lif melaju dalam kecepatan maksimum yang tetap
g. Laju kecepatan lif menurun untuk berhenti
h. Pintu lif terbuka
i. Orang/Penumpang ke luar
j. Pintu lif tertutup
Pada bangunan yang tidak begitu tinggi, sulit terjadi lif melaju dalam kecepatan
maksimum yang tetap, karena sebelum mencapai kecepatan maksimum. laju
kecepatan lif sudah menurun untuk berhenti di lantai tertentu. Buka tutup pintu lif
merupakan bagian terbesar dari waktu yang diperlukan dalam RTT, karenanya
akan lebih baik untuk menggunakan pintu dengan kecepatan buka-tutup yang
tinggi atau menggunakan dua daun pintu.
Dari hal tersebut di atas, maka RTT untuk satu zona pelayanan, secara
pendekatan terdiri dari:
a. Pintu membuka di lobby lantai dasar, membutuhkan 2 detik
Modul SSBM-04: Spesifikasi Utilitas Bangunan Gedung Bab II: Spek. Sistem Trans. Vertikal
Kecepatan lif untuk berbagai ketinggian bangunan dapat dilihat pada Tabel 2.1.,
sedangkan kapasitas lif dapat dilihat pada Tabel 2.2.
T
WT Persamaan 2.2
N
Untuk luas lantai bruto > 25000 m2, perlu ada satu lif barang
Lnetto n 2 P T2
N2 Persamaan 2.11
300 PB m
dengan waktu tunggu di zona 2 (WT2) adalah:
T2
WT2
N2
Persamaan 2.12
Dengan pendekatan yang sama, dapat dihitung waktu perjalanan bolak
balik (T), jumlah lif (N) dan waktu tunggu (WT) untuk bangunan dengan
pembagian zona lebih dari dua (dengan maksimum empat zona).
c. Lif Ekspres
Bangunan yang menggunakan sku lobby, semestinya dilengkapi dengan lif
ekspres yang melayani orang/penumpang dari loby utama ke sky lobby di
atasnya, atau dari sky lobby yang satu ke sky lobby yang lainnya.
Waktu perjalanan bolak balik untuk mencapai sky lobby adalah :
2h( ne 2 )
Te ( 3m 8 ) Persamaan 2.13
se
di mana: h adalah jarak lantai ke lantai (m)
se adalah kecepatan rata-rata lif ekspres (m/detik)
ne adalah jumlah lantai yang dilalui lif ekspres
m adalah daya angkut / kapasitas lif ekspres (orang)
BAB III
SPESIFIKASI SISTEM PLAMBING DAN POMPA MEKANIK
Instalasi pipa pada bangunan tinggi digunakan untuk mengalirkan air bersih
(panas dan dingin), air es untuk keperluan tata udara, air untuk keperluan
pencegahan dan penang-gulangan bahaya kebakaran, pembuangan air
kotor, air buangan, air hujan, dan air limbah. Di samping itu, ada pula
jaringan pipa untuk ventilasi dan saluran gas, dan di rumah sakit terdapat
pula saluran oksigen.
Jenis pipa yang digunakan juga beragam jenisnya: air bersih dialirkan
melalui pipa besi (steel pipe atau black pipe), pipa galvanis, pipa Poly Vinyl
Chloride (PVC) atau pipa tembaga (copper pipe). Pipa yang digunakan untuk
keperluan pencegahan dan penanggulangan bahaya kebakaran (hidran dan
sprinkler), dituntut untuk mampu menahan tekanan tertentu.
Jaringan pipa diatur menurut arah vertikal (riser, down feed, atau stand pipe)
yang disembunyikan dalam saluran di dalam tembok (shaft) sebagaimana
terlihat pada Gambar 3.1, sedangkan pada arah horizontal, biasanya
ditempatkan di atas langit-langit atau di lantai instalasi (lantai mekanik dan
elektrik).
Untuk membedakan antara pipa yang satu dengan yang lainnya, maka pipa
diberi warna dan diberi arah alirannya (Tabel 3.1.)
Gambar 3.1: Tipikal Saluran Pipa Air Bersih dan Air Kotor
Diagram distribusi air bersih (air dingin dan air panas), pasokan untuk kotak
hidran dan menara pendingin, serta Jaringan air buangan untuk bangunan
tinggi yang dibagi atas beberapa zona (zona utilitas biasanya melayani
sekitar 15 lantai), diperlihatkan pada Gambar 3.2.
Modul SSBM-04: Spesifikasi Utilitas Bangunan Gedung Bab III: Spek. Sistem Plambing & Pompa Mekanik
Pompa
T ekan Menara
(PT ) Pendingain
Pompa
T angki
Air
JP
Kotak
Hidran Lantai 45
JP
AD AB
Kotak ZONA 3
Hidran
JP
AP
T angki Kotak
Air Hidran
JP PA
Kotak
Hidran Lantai 30
JP
AD
AB Kotak ZONA 2
Hidran
JP
T angki Kotak
AP Hidran
Air
PA
Jaringan Kotak
Sprinkler Hidran Lantai 15
(JP)
JP AP
Kotak ZONA 1
AB Hidran
JP
Kotak
Hidran
Lantai Dasar
Pemanas Air
Pompa Air
(PA)
T angki Air Buangan
PT Bawah T anah
Pasokan
NOTASI: AD = Air Dingin Utama
AP = Air Panas Meter Air
AB = Air Buangan
Pada umumnya terdapat dua sistem pasokan air bersih yaitu sistem pasokan
ke atas (up feed), (baik dengan atau tanpa tangki penampung air), dan
pasokan ke bawah (down feed).
Pada sistem pasokan ke atas (up feed) air bersih dialirkan dengan tekanan
pompa (Gambar 3.3.a. dan gambar 3.3.b.), sedangkan pada pasokan ke
bawah (down feed), pompa digunakan untuk mengisi tangki air di atas atap.
Dengan menggunakan sakelar pelampung, pompa akan berhenti bekerja,
Modul SSBM-04: Spesifikasi Utilitas Bangunan Gedung Bab III: Spek. Sistem Plambing & Pompa Mekanik
jika air dalam tangki sudah penuh dan selanjutnya air dialirkan dengan
memanfaatkan gaya gravitasi (Gambar 3.3.c.). Pompa yang biasa digunakan
untuk bangunan tinggi adalah pompa sentrifugal (Gambar 3.4.).
Selanjutnya, air panas biasa dihasilkan oleh peralatan pemanas air, dari
yang kapasitasnya kecil (Gambar 3.5.) sampai dengan yang kapasitasnya
besar (Gambar 3.6.). Pemanas air ini ada yang menggunakan pembakaran
gas, listrik, atau tenaga surya (Gambar 3.7).
Untuk lebih menjelaskan bagaimana pipa-pipa pembuangan air kotor dan pipa
ventilasi tersebut dihubungkan satu dengan lainnya, Gambar 3.11.
memperlihatkan salah satu contoh aplikasi yang biasa dilakukan pada
bangunan tinggi.
Modul SSBM-04: Spesifikasi Utilitas Bangunan Gedung Bab III: Spek. Sistem Plambing & Pompa Mekanik
Untuk menghindari masuknya udara yang baunya tak sedap, maka pada
saluran pembuangan dipasang perangkap udara, berupa genangan air yang
tenahan akibat adanya sekat perangkap (menggunakan konsep pipa bejana
berhubungan). Perangkap udara dapat berbentuk pipa, tabung (Gambar 3.12.),
bak kontrol (Gambar 3.13), atau leher angsa (Gambar 3.14). Perangkap udara
ini juga dapat mencegah masuknya binatang kecil (kecoa, tikus, dll.) ke dalam
ruangan melalui pipa.
Modul SSBM-04: Spesifikasi Utilitas Bangunan Gedung Bab III: Spek. Sistem Plambing & Pompa Mekanik
Selanjuttnya, untuk air buangan atau air kotor yang mengandung lemak (air
buangan dari dapur perlu digunakan perangkap minyak (grease trap) seperti
yang terlihat pada Gambar 3.15. Dan untuk memudahkan perbaikan atau
pembersihan saluran pipa, jika terjadi penyumbatan oleh benda-benda atau
kotoran, pada saluran pembuangan disediakan lubang kontrol untuk
pembersihan (clean out), yang dapat ditempatkan pada lantai atau berupa
sumbat pada ujung pipa (Gambar 3.16.).
Pada bangunan rumah tinggal, air buangan/air kotor dibuang melalui septik
tank dan selanjutnya dialirkan kembali ke dalam tanah melalui rembesan.
Namun, pada bangunan tinggi, penggunaan septik tank dirasa kurang
memadai, oleh karenanya uniumnya digunakan sistem pengolahan air limbah
(SPT - Sewage Treatment Plant).
Pada dasarnya sistem pengolah limbah terdiri dari dua proses utama, yaitu
proses mekanik, berupa penyaringan, pemisahan, dan pengendapan, serta
proses biologi/kimia, berupa proses aktivitas bakteri yang memanfaatkan O2,
Modul SSBM-04: Spesifikasi Utilitas Bangunan Gedung Bab III: Spek. Sistem Plambing & Pompa Mekanik
dari udara (aerob) dan proses netralisasi cairan dengan asam atau
memasukkan bahan kimia untuk oksidasi, seperti aerasi dengan menggunakan
molekul O2, proses pengolahan endapan aktif (activated sludge process), dan
pemusnahan kuman (desinfection) dengan menggunakan kaporit (chlorine).
Secara skematik, proses pengolahan limbah dapat dilihat pada Gambar 3.18.
3.1.4 Sampah
Sebagai salah satu upaya melestarikan air tanah, kita membuat sumur
resapan yang berfungsi sebagai tempat untuk menampung dan
menyimpan curahan air hujan, sehingga dapat menambah kandungan
air tanah.
daerah yang tidak mudah longsoran/atau terjal, dan tidak dibuat pada
lokasi timbunan sampah dan/atau tanah yang mengandung bahan
pencemar. Oleh sebab itu, lokasi sumur resapan diharapkan sejauh
mungkin dari resapan septik tank dan hanya boleh diisi oleh air hujan
yang langsung tau melalui atap atau talang bangunan (Gambar 3.21).
Pada SRB (Gambar 8.20.) yang dibuat secara benar, sumur hanya
bertungsi pada musim penghujan, di mana pasokan air diperoleh dari
curah hujan yang kemudian dialirkan ke lapisan tidak kedap air melalui
sumur resapan. Pada musim kemarau, di mana tidak ada pasokan air
hujan, lapisan yang tadinya terisi air akan kembali kosong, disebabkan
karena penguapan dan/atau pemompaan sumur-sumur, sehingga akan
mengakibatkan terjadinya rongga-rongga di dalam lapisan tidak kedap
air dan berpotensi untuk diisi oleh air laut (intrusi atau kemungkinan
terjadinya penurunan muka tanah, yang disebabkan oleh berkurangnya
rongga-rongga di dalam tanah akibat tertekan oleh beban di atasnya,
baik yang berasal dari bangunan maupun kendaraan.
tanah tidak tercemar. Pemeriksaan atas mutu air perlu dilakukan agar
lapisan akifer tidak dicemari oleh unsur-unsur yang dapat menyebabkan
terkontaminasinya sumber daya air. Pencemaran air pada lapisan akifer
harus dihindarkan, mengingat kontaminasi air pada lapisan tanah ini
dapat berdampak buruk di kemudian hari dan sangat sulit diperbaiki.
Persyaratan mutu baku limbah cair didasarkan pada Surat Keputusan
Gubemur Kepala Daerah Ibu Kota Jakarta No. 582 tahun 1995 (Baku
Mutu Limbah Cair Industri/ Perusahaan/Badan) dan Peraturan Menteri
Kependudukan dan Lingkungan Hidup No. 03/MENKLH/1991, sedang
persyaratan air bersih yang digunakan adalah persyaratan yang
dikeluarkan oleh Departemen Kesehatan yang mengacu pada Peraturan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 416 tahun 1990 (Air Bersih).
Pemeriksaan mutu air perlu dilakukan pada dua titik; pertama pada
selokan sebelum air dialirkan ke dalam kotak Tirta Sakti (inlet), dan
kedua pada bilik terakhir kotak Tirta Sakti (outlet) sebelum air tersebut
dialirkan ke bak kedua, yang merupakan bak penampungan, sebelum
air tersebut 'disuntikkan' ke dalam lapisan tidak kedap air dan/atau
lapisan akifer.
Adakalanya mesin pendingin air yang biasa digunakan untuk sistem tata
udara berfungsi pula sebagai pemanas air, khususnya yang menggunakan
Absorption Chiller/Heater.
1) Jumlah standar pemakaian rata-rata per hari per unit (orang, tempat duduk
atau tempat tidur, dan lain-lain), seperti terlihat pada Tabel 3.2. untuk air
dingin dan Tabel 3.3. untuk kebutuhan air panas.
2) Jumlah dan jenis peralatan saniter yang digunakan (Tabel 3.5.)
3) Beban peralatan saniter (Tabel 3.6.)
Apartemen
Dengan ’shower’ Orang 45
Dengan bak mandi Orang 135
Rumah Sakit
Pasien Orang 180
Paramedis/dokter Orang 90
Pengunjung Orang 10
Laundry Kg cucian 20 **)
Hotel
Dengan ’shower’ Orang 70 – 90
Dengan bak mandi Orang 135
Karyawan Orang 25 – 45
Pengunjung Orang 15
Kolam renang Orang 45
Restoran/Dapur Orang 5*)
Laundry Kg cucian 20**)
Kantor
Karyawan Orang 45
Pengunjung Orang 5 – 10
Catatan: *) 3 x jumlah tempat tidur + 2 x jumlah kursi restoran
**) 3 – 7 kg per tempat tidur (untuk rumah sakit)
3 – 5 kg per kamar (untuk hotel)
Jika kebutuhan akan air panas mencapai jumlah yang cukup besar. seperti
pada hotel, maka air panas yang dihasilkan diperoleh dari Boiler, dengan
kebutuhan air:
Kebutuhan
Fungsi Bangunan
per hari (liter)
Modul SSBM-04: Spesifikasi Utilitas Bangunan Gedung Bab III: Spek. Sistem Plambing & Pompa Mekanik
Apartemen 20
Hotel 30
Kantor 10
Pertokoan 5
Rumah Sakit 15
Pada sistem tata udara, air diperlukan untuk air es yang disirkulasikan dari
chiller, AHU, cooling tower dan kembali lagi ke chiller. Di samping itu, air
juga dibutuhkan untuk menurunkan suhu air pada proses yang terjadi di
cooling tower:
Modul SSBM-04: Spesifikasi Utilitas Bangunan Gedung Bab III: Spek. Sistem Plambing & Pompa Mekanik
Adapun perkiraan populasi untuk bangunan dapat dilihat pada Tabel 3.8.
Modul SSBM-04: Spesifikasi Utilitas Bangunan Gedung Bab III: Spek. Sistem Plambing & Pompa Mekanik
Sedang kapasitas pompa diambil pada kebutuhan air pada waktu puncak
(Qmax), yaitu :
c qd
Qmaks ( m 3 / menit ) Persamaan 3.9
T
BAB IV
SPESIFIKASI SISTEM PENGKONDISIAN UDARA DAN
VENTILASI
Pada bangunan, ventilasi dan orientasi matahari adalah dua faktor utama yang
terkait dengan kepedulian kita terhadap lingkungan, karena secara langsung
hal ini berhubungan dengan tingkat kenyamanan. kesehatan, dan kenikmatan
penghuni atau pengguna bangunan. Ventilasi dibuat demi menjamin
tersedianya udara luar yang masuk ke dalam ruangan. sebab jika pertukaran
udara cukup baik, penghawaan dan pengkondisian udara dalam bangunan
tidak begitu diperlukan. Orientasi matahari berhubungan dengan cahaya yang
dapat dimanfatkan dalam ruang, agar tidak diperlukan pencahayaan buatan.
Namun perlu pula dipertimbangkan agar radiasi panas dapat dikurangi,
sehingga suhu udara tidak meningkat, yang berakibat diperlukannya
pengkondisian udara atau ventilasi mekanik.
Kedua faktor tersebut. ventilasi dan orientasi matahari, akan terkait pada
rancangan bangunan. Yang perlu diperhatikan adalah bagaimana agar
penggunaan energi untuk penghauaan/pengkondisian udara dan pencahayaan
buatan dapat dibuat seefisien mungkin.
Metode dan penggunaan bahan bangunan yang digunakan saat ini banyak
yang dapat berdampak pada kesehatan manusia dan pencemaran lingkungan,
mengingat bahwa sebagian besar bahan bangunan yang digunakan
merupakan bahan buatan pabrik yang diolah dan dibuat dengan menggunakan
Modul SSBM-04: Spesifikasi Utilitas Bangunan Gedung Bab IV: Spek. Sistem Pengkomdisian
Udara dan Ventilasi
campuran bahan kimia atau menggunakan sumber daya alam secara tidak
teratur dan tidak terencana.
Ini terdiri atas bahan alamiah dan sintetik yang mengandung karbon hidrogen
pada tingkat molekuler, baik berupa benda padat, cair maupun gas.
Campuran ini mudah menguap pada temperatur kamar, seperti: gas methan,
gas hidrokarbon, kapur barus, parafin, formaldehida, aseton, karbit, lilin,
minuman keras, deterjen, cat dan serat sintetik. Campuran ini banyak
ditemukan dalam bentuk kayu lapis, papan nartikel (particle board), perekat,
cat, fiberglass, cairan pembersih, karpet, plastik dan tenunan.
b. Pestisida
kayu yang ditumbuhi jamur atau sarang serangga (lebah. rayap dan
semut)
bukaan yang tidak tertutup secara baik atau tidak diberikan kawat kasa.
Nitrogen Dioksida
Nitrosen Oksida
Sulfur Oksida
Hidrogen Sianida
Karbon Mono-oksida
Karbon Dioksida
Formaldehida
Hidrokarbon
Gas Radon yang terkumpul dalam jumlah yang cukup tinggi di dalam
bangunan dapat menyebabkan dampak buruk akibat kandungan radioaktif
yang terkandung di dalamnya.
Polutan yang berasal dari unsur biologis, di antaranya yang berasal dari
tepung sari bunga, debu rumah tangga. serangga/kutu dan jamur, dapat
dikurangi dengan melakukan penyaringan (filtrasi) udara dan air.
e. Medan Elektromagnet
f. Kelembaban Udara
Mesin pengkondisian udara (AC - Air Conditioning) atau sistem tata udara yang
dipusatkan menggunakan Unit Penghantar Udara (Air Handling Unit), semakin
banyak digunakan pada bangunan tinggi. Penggunaan sistem tata udara ini
sejalan dengan perkembangan teknologi dan kebutuhan manusia untuk
mendapatkan kenyamanan di dalam bangunan.
Fungsi sistem tata udara adalah mempertahankan suhu dan kelembaban dalam
ruangan dengan cara menyerap panas yang ada dalam ruangan. Agar terjadi
proses penyerapan panas dalam ruangan, maka hams terjadi penguapan. Untuk
penguapan suatu zat diperlukan kalori (panas), di mana panas diperoleh dari
panas zat yang ada di sekiiar zat yang menguap tadi, sehingga zat yang ada di
sekitar zat yang menguap tersebut akan kehilangan panasnya. Dengan
diserapnya sebagian panas zat tersebut. maka zat tadi akan menjadi dingin.
Modul SSBM-04: Spesifikasi Utilitas Bangunan Gedung Bab IV: Spek. Sistem Pengkomdisian
Udara dan Ventilasi
Bahan yang mudah sekali menguap biasa disebut dengan istilah refrigerant, dan
bahan yang sering digunakan dikenal dengan istilah Freon (CCI 3F CH4 -
Trichloro Mono Fluoro Methan. CCl3F3 CH4 - Dichloro Difluoro Methan, CCl3F
C,H4 -Trichloro Trifluoro Ethane, C2Cl2F4 C2H6 - Dichloro Tetrafluoro Ethane).
Mesin tata udara terdiri dari kompresor yang berfungsi untuk mengalirkan zat
pendingin (refrigerant) ke dalam pipa tembaga yang berbentuk kumparan (coil).
Udara ditiupkan oleh kipas udara (blower ataufan) di sela-sela kumparan tadi,
sehingga panas yang ada dalam udara diserap oleh pipa refrigerant dan
kemudian mengembun. Udara yang melalui kumparan, dan telah diserap
panasnya. masuk ke dalam ruangan dalam keadaan sejuk/dingin. Selanjutnya
udara dalam ruang diisap dan selanjutnya proses penyerapan panas diulang
kembali.
Zona kenyamanan untuk tiap daerah juga berbeda, sehingga persyaratan tata
udara perlu dirancang sesuai dengan kondisi setempat (Gambar 4.2).
Modul SSBM-04: Spesifikasi Utilitas Bangunan Gedung Bab IV: Spek. Sistem Pengkomdisian
Udara dan Ventilasi
Persyaratan tata udara, khususnya yang terkait dengan pasokan udara untuk
ventilasi dapat dilihat pada Tabel 4.1.
Lburto
Okupansi Persamaan 4.1
L per orang
Modul SSBM-04: Spesifikasi Utilitas Bangunan Gedung Bab IV: Spek. Sistem Pengkomdisian
Udara dan Ventilasi
Kaca:
Sisi Utara 800
Sisii Selatan 400
Sisi Timur 900
Sisi Barat 1.000
Dinding:
Arah Utara 2,15 (t0 – t1)
Arah Selatan 2,15 (t0 – t1)
Arah Timur 2,15 (t0 – t1)
Arah Barat 2,15 (t0 – t1)
Catatan: Untuk Indonesia : (t0 – t1) = 5 = C
Beban kalor internal terdiri dari beban sensibel orang, yang dihitung dari
tingkat metabolik untuk kegiatan tertentu (Tabel 2.4), atau melalui
pendekatan dapat digunakan nilai Beban Sensibel Orang (BSO) dan Beban
Laten Orang (BLO), sebagai berikut :
Istirahat:
- Tidur 0.7 40
- Berbaring 0.8 46
- Duduk diam 1.0 58
- Berdiri 1.2 69
- Relaks
-
Berjalan (permukaan datar):
- Lambat (9 m/s) 2.0 116
- Sedang (1,3 m/s) 2.6 151
- Cepat (1,7 m/s) 3.8 221
Kegiatan kantor:
- Duduk membaca 1.0 58
- Menulis 1.0 58
- Mengetik 1.1 64
- Mengarsip, duduk 1.2 69
- Mengarsip, berdiri 1.4 81
- Berjalan mondar-mandir 1.7 98
- Mengangkat barang 2.1 122
Kegiatan kesehatan:
- Memasak 1.6 – 2.0 93 – 116
- Membersihkan rumah 2.0 – 3.4 116 – 197
- Duduk, bergoyang-goyang 2.2 128
- Menggergaji (di meja) 1.8 104
- Peralatan listrik ringan 2.0 – 2.4 116 – 139
- Peralatan berat 4.0 232
- Mengangkat beban 50 kg 4.0 232
- Menyekop 4.0 – 4.8 232 – 279
Kegiatan santai:
- Berdansa 2.4 – 4.4 139 – 256
- Latihan gerak 3.0 – 4.0 174 – 232
- Bermain tenis (tunggal) 3.6 – 4.0 209 – 232
- Bermain bola basket 5.0 – 7.6 291 – 442
- Gulat (pertandingan) 7.0 – 8.7 407 – 506
P L TAC 35,31
CFM 1 BTUJam Persamaan 4.6
60
BP
Kapasitas TR Persamaan 4.9
12.000
Hotel, asrama dan rumah sakit umumnya menggunakan uit fan coil di setiap
ruangan, agar suhu udara tiap ruangan dapat disesuaikan dengan kebutuhan,
sedang ruang besar yang ada di hotel dapat menggunakan AC Paket dengan
saluran horizontal.
Rumah sakit membutuhkan mutu udara dalam ruangan yang harus terjaga
kebersihannya untuk mencegah penyebaran virus atau bakteri, maka setiap
ruangan yang ada dibagi menjadi beberapa zona, sehingga tidak terjadi
percampuran udara yang mengandung kuman penyakit. Di samping itu
digunakan penyaringan udara (filter) yang khusus.
CFM 929
Lducating Persamaan 4.11
Vudara
Untuk perhitungan beban pendingin dan dimensi ruangan tata udara dapat
pula digunakan grafik yang tertera pada Gambar 2.3 dan Gambar 2.4.
Gambar 2.4: Kebutuhan Ruang untuk Peralatan AHU dan Saluran Udara
Modul SSBM-04: Spesifikasi Utilitas Bangunan Gedung Bab V: Spek. Sistem Listrik & Penrangan
BAB V
SPESIFIKASI SISTEM LISTRIK DAN PENERANGAN
Berinti dua atau tiga yang terdiri dari Di ruangan kering untuk alat-
kawat tembaga halus yang sejajar alat listrik kecil, seperti: radio,
NYZ satu dengan lainnya dan berisolasi dan lain-lain.
plastik PVC
Tegangan: 380 Volt
Ukuran:
NYZ : 2 x (0,5 - 0,75 mm 2)
NYD NYD : 3 x (0,5 - 0,75 mm 2)
Jika berinti lebih dari satu, maka Di bengkel, gudang, dan pabrik
dipilin dan dibungkus dengan selubung
dalam. Selubung luar dari plastik PVC Untuk instalasi tetap, juga
NYY (NAYA) untuk di dalam tanah, jika
Ukuran: 1 x (1,5 - 400 mm 2) pada waktu pemasangan tidak
(2 - 5) x (1,5 - 200 mm 2) ada gangguan mekanis
(7 - 40) x (1,5 - 2,5 mm 2)
Tegangan: 600 / 1.000 Volt
Jenis lampu ini dahulu diperkembangkan oleh Thomas Alva Edison dengan
memakai zat arang sebagai filamennya. Kini terutama dipakai filamen tungsten,
mengingat suhu operasi dan effisiensinya yang tinggi di dalam mengubah energi
listrik menjadi cahaya, di samping relatif murah serta mudah pengerjaannya.
Filamen ini akan menguap sehingga lambat laun berkurang ukurannya, dan
berkurang pula cahaya yang dipancarkan. Untuk sedapat-dapatnya mencegah
penguapan tersebut, lampu dapat diisi gas nitrogen, argon, krypton, hydrogen,
atau campuran dan padanya, bertekanan 0,8 atm. Gas ini bersifat inert, yaitu
tidak dapat bersenyawa dengan bahan filamennya. Untuk mencegah
menghitamnya bola lampu, dapat ditambahkan sedikit halogen (iodine, fluorine,
bromine, dll.). Karakteristik beberapa lampu pijar sebagai sumber cahaya ialah
sebagai berikut :
Effisiensi ini juga tergantung pada voltase nominal. Lampu-lampu yang didesign
untuk voltase rendah (seperti untuk kereta-api dan pesawat terbang) agak lebih
tinggi efflsiensinya, sedang lampu-lampu bervoltase tinggi agak lebih rendah
effisiensinya.
Jikalau lampu dioperasikan pada voltase lebih rendah daripada semestinya,
cahayanyapun segera berkurang. Jikalau voltase turun 10 % misalnya, fluks
cahaya tidak tanggung-tanggung turunnya yaitu kira-kira 30 %. Turunnya lumen
itu dapat dihitung dengan rumus:
lumen volt k
LUMEN VOLT
umur VOLT d
UMUR volt
10 L
H T
E WU
kacanya berwarna agak lebih mahal harganya, tetapi sebaliknya jenis yang
berlapis 20 % lebih rendah effisiensinya dalam melalukan cahaya;
bola lampu diberi berlapis perak atau aluminium sebagai cermin reflektor; di
dalam koordiriasi dengan posisi dan bentuk filamen dapat tercapai berbagai
pola berkas cahayanya; misalnya untuk penerangan showcase, spotlighting,
floodllghting, dsb.
Tokoh yang mengembangkan lampu-lampu ini ialah Sir Humphry Davy. Kita
mulai dengan meninjau lampu pelepasan listrik benisi gas air raksa bertekanan
rendah (sekitar 0,00008 atmosfir), yang disebut lampu fluorescent. Gas air
raksa mi mengubah 60 % dan input Watt menjadi radiasi ultraungu dengan
panjang gelombang 2537 Angstrom dan 2,25 % menjadi cahaya yang kelihatan
dengan panjang gelombang-gelombang tertentu 4.047, 4.358, 5.461, dan 5.780
Angstrom.
Sebelah dalam dan tabung lampunya diberi berlapis zat-zat kimia fluorescent,
seperti fosfor dan berbagai persenyawaan dan cadmium, zink, magnesium,
calcium, dsb. Zat-zat fluorescent ini lazim disebut “fosfor”. Zat “fosfor” inilah
yang merubah sebagian radiasi ultraungun pada panjang gelombang 2537
Angstrom menjadi cahaya berpanjang gelombang kontinu dalam spektrum
yang kelihatan.
Dengan mengatur pilihan dan campuran dan “fosfor” nya, pancarannya dapat
bervariasi antara 2.700 sampai 7.500 Angstrom, dengan puncaknya
menggeser dan 3.250 sampai 6.150 Angstrom. Sebagian lain dan radiasi
ultraungu tadi dirubah menjadi pancaran dalam daerah inframerah. Sehingga
akhirnya sekitar 20 % dan input Watt tadi diubah menjadi cahaya dalam
spektrum yang kelihatan, sedang selebihnya berupa pancaran inframerah dan
panas. Maka effisiensi lampu fluorescent ialah di sekitar 58 lumen per Watt,
yaitu 5 yang langsung diubah oleh gas air raksa dan listrik menjadi cahaya
yang kelihatan, dan 53 lagi yang pengubahannya liwat zat fluorescent (“fosfor”).
Maka tampaklah betapa pentingnya peranan yang dipegang oleh zat
fluorescent yang dilapiskan pada tabung lampu sebelah dalam. Semua lampu
fluorescent bekerja menurut prinsip tersebut diatas, baik yang tersedia dalam
buku-buku katalog dan diproduksi secara massa maupun yang diberi berbentuk
Modul SSBM-04: Spesifikasi Utilitas Bangunan Gedung Bab V: Spek. Sistem Listrik & Penrangan
Kita beralih sekarang kepada lampu-lampu pelepasan listrik yang berisi uap
bertekanan lebih tinggi. Jenisjenis uap yang ekonomis dan praktis ialah
mercury, sodium dan neon. Jenis uap dan tekanannya menentukan panjang
gelombang (jadi : warna) cahaya yang dipancarkan. Makin tiriggi tekanan
uapnya, panjang-gelombangnya makin bergeser ke arah waina merah.
Karena unsur-unsur jingga dan merah tidak terdapat dalam cahaya “putih” itu,
obyek-obyek yang disinari akan mengalami distorsi warna. Ungu, biru, hijau,
dan kuning tampak lebih cemerlang, sedang jingga dan merah tampak coklat-
kehitaman.
Lampu berisi uap sodium memerlukan waktu sekitar 30 menit untuk mencapai
output penuh. Umur design adalah sekitar 3000 jam kalau dipergunakan untuk
penerangan jalan raya.
Lampu berisi uap neon biasanya berdaya kecil, antara 0,25 sampai 5 watt.
Effisiensinyapun rendah, sekitar 0,3 lumen/watt. Berhubung output cahayanya
kurang, praktis tidak dipakai untuk keperluan penerangan. Namun banyak
dipakai sebagai lampu sinyal, dengan umur design 3000 jam.
Bab tentang lampu sebagai sumber cahaya ini akan kita akhiri dengan tinjauan
umum mengenai perkembangan effisiensi lampu-lampu sepanjang masa.
Lampu pijar dengan filamen dan zat arang pada tahun 1880 masih sangat
rendah effisiensinya, yaitu hanya menghasilkan fluks cahaya 3 lumen untuk
setiap watt yang dikonsumsi. Setelah beralih kepada filamen dan tungsten
tercapai kemajuan-kemajuan pesat, yaitu melampaui 10 lumen/watt sekitar
tahun 1905, melampaui 20 lumen/watt sekitar 1950, dan bahkan mencapai 30
lumen/watt sesudah tahun 1970.
Lampu pelepasan gas mercury intensitas tinggi mulai dalam tahun 1930-an
dengan effisiensi sekitar 30 lumen per watt, mencapai 40 lumen/watt sekitar
tahun 1950, melampaui 50 lumen/watt sebelum tahun 1970.
Ditinjau dalam masa krisis energi, maka gambaran penghematan energi ialah
sebagai berikut:
Lampu pijar memerlukan listrik 60 - 85 watt per 1000 lumen cahaya.
Lampu fluorescent memerlukan listrik 15 - 35 watt per 1000 lumen cahaya.
Lampu mercury memerlukan listrik 12 - 22 watt per 1000 lumen cahaya.
Lampu sodium memerlukan listrik 7 - 11 watt per 1000 lumen cahaya.
Gambaran penghematan energi ini masih terus bertambah baik di masa yang
akan datang.
CANDLES
LUX x COSINUS SUDUT
JARAK
Rumus ini tidak praktis, karena sumber cahaya perlu diumpamakan sebagai
sesuatu titik (jadi tidak cocok untuk lampu fluorescent, terlebih-lebih kalau
jaraknya kurang dan 5 kali ukuran lampunya sendiri). Begitupun rumus ini tidak
memperhitungkan cahaya yang dipantulkan oleh langit-langit, dinding dll. ke
arah permukaan yang perlu disinari. Lagi pula kalau terdapat beberapa sumber
cahaya, maka perlu dihitung sumbangan lux dan masing-masing sumber
tersebut.
lagi oleb tinggi pemasangannya di atas iantai (atau lehih tepat di atas
permukaan yang perlu diterangi). Jarak dan tinggi itu dipengaruhi juga oleh
karakteristik distribusi dan sumber-sumber cahaya yang dipakai. Pada
umumnya jarak di antara titik-titik cahaya itu kira-kira sama dengan tinggi
pemasangannya di atas lantai, dan maksimal 1,5 kali jarak antara sumber
cahaya dengan permukaan yang perlu diterangi. Namun untuk memberikan
cahaya penerangan secara khusus atau terarah, jarak di antara titik-titik cahaya
itu dapat lebih pendek dan tingginya di atas lantai; hal ini tergantung lagi pada
karakteristik distribusi cahaya dan lampu-lampunya.
Karakteristik distribusi cahaya itu ditetapkan oleh lampu beserta armatur
(luminaire) yang dipakai, antara lain oieh reflektornya yang merrghasilkan
berkas cahaya yang sempit terarah ataupun berka.s yang lebar diffus.
Lalu dikelompokkan ke dalam 5 jenis sistim illuminasi yang sudah disinggung di
atas :
sistim penerangan langsung,
sistim penerangan semi-langsung,
sistim penerangan diffus,
sistim penerangan semi-tidak-langsung,
sisitim penerangan tidak-langsung.
Faktor pemantulan itu tergantung dan warna dan finishing; dinding yang diber
jendela, pintu, furnishing (gordijn, dll.) kurang memantulkan, dan dinding kaca
bahkan praktis tidak memantulkan cahaya. Pemantulan ini tidak penting pada
sistim penerangan langsung, namun sangat penting pada sistim-sistim
penerangan tidak-langsung dan semi-tidak-langsung. Permukaan yang perlu
diterar. juga dapat memantulkan cahaya, misalnya 10 atau 30%. Lantai juga
memantulkan cahaya sekitar 10 %.
Ukuran-ukuran ruangan sudah tentu juga banyak pengaruhnya. Ruangan yang
luas lebih effisien dalam pemanfaatan cahaya daripada ruangan yang sempit,
karena kurang dinding-dindingnya yang dapat menyerap cahaya. Begitupu
ruangan yang tinggi langit-iangitnya iebih effisien penerangannya daripada
ruangan yang rendah. Untuk sistim penerangan langsung dan semi-langsung,
Modul SSBM-04: Spesifikasi Utilitas Bangunan Gedung Bab V: Spek. Sistem Listrik & Penrangan
p x1
K
t p 1
P = panjangruangan
1 = lebar ruangan
T = tinggi pemasangan sumber cahaya di atas
permukaan yang perlu diterangi.
Indeks-ruangan Kini bervariasi antara 0.60 dan 5.00. Beberapa. kali telah
disebutkan permukaan yang perlu diterangi. Yang dimaksudkan ialah suatu
permukaan horizontal, pada ketinggian mana kita lakukan pekerjaanpekerjaan
dalam ruangan termaksud. Jikalau kita bekerja sambil duduk,. tingginya kira-
kira 70 - 75 cm, dan jikalau kita berdiri kira-kira 80 - 85 cm. Maka berdasaratas
output dan karakteristik distribusi cahaya dan lampu-lampunya, pemantulan
oleh langit-langit dan dinding serta oleh permukaan yang perlu diterangi,
indeks-ruangan, dan cara penyebaran/pemasangan sumber-sumber cahaya di
dalam ruangan itu, dapatlah ditentukan suatu faktor-utilisasi (atau rendemen
penerangan). Faktor-utilisasi ialah prosentase cahaya dan lampu-lampu yang
secara nyata mencapai dan bermanfaat pada permukaan yang perlu diterangi.
Fluks cahaya yang diperlukan diukur dalam lumen. Illuminansi atau kekuatan
penerangan yang diinginkan pada permukaan yang perlu diterangi diukur
dalam lux. Luas ruangan (lebth tepat luas permukaan yang perlu diterangi)
diukur dalam m2.
fluks per armatur jumlah lampu per armatur x fluks per lampu
Kontras tersebut tadi, terutama kontras dalam illuminasi, juga sangat penting
untuk visual comfort and pleasantness. Seyogyanya kontras dalam illuminasi itu
tidak ada, artinya obyek yang perlu difihat sama illuminasi dengan lingkungan
sekitamya; kontras ini sebaiknya tidak melebihi faktor tiga.
Berdasarkan atas pertimbangan inilah meja-meja tulis, meja-meja sekolah,
mesin-mesin, alat-alat kantor, tegel dan penutup lantai dianjurkan berwarna
muda, yaitu untuk mengurangi kontras terhadap lingkungannya. Kontras itu
mengakibatkan kelelahan, terlebih-lebili kalau mata sudah sub-normal.
Kelelahan itu seterusnya dapat menyebabkan kesalahan-kesalahan dalam
pekerjaan, dan malahan kecelakaan. Komfort dan suasanasantai juga
terganggu oleh kesilauan. Kesilauan ini tergantung dan ukuran dan output-
cahaya serta penyebaran dan sumber-sumber cahayanya, jaraknya, sudut
pengamatan, tingkat illuminasi umumnya, ukuran ruangannya, jenis tugas
visuilnya, lamanya waktu pengamatan, kemampuan adaptasi dan mata, serta
kepekaan dan reaksi psykologis dan masing-masing individu. Kesilauan ini
terutama mengganggu kalau berasal dan sumber-sumber cahaya yang
berbeda dalam sudut antara 45 dan 85 derajat di atas mata kita (diukur dan
vertikal di atas mata kita).
Kesilauan ini dibagi dalam 4 derajat:
tiada kesilauan,
kesilauan yang tampak,
kesilauan yang mengganggu,
kesilauan yang tidak dapat ditolerir.
Foot-
Lux Uraian Uraian
candle
Foot-
Lux Uraian Uraian
candle
100 Teater dan concert hall, serta 5-10 Tugas-tugas visuil yang tidak terus-
kamar tidur dan kamar mandi menerus, serta tidak perlu
dalam hotel membedakan detail-detail yang
halus dan kurang kontrasnya.
200 Minimum untuk dapat mengamati 10-20 Tugas-tugas perkantoran dan pabrik
wajah orang secara jelas; yang tidak lama, membaca dan
minimum untuk ruangan-ruangan menjahit pada bahan berwarna
tempat tinggal dan bekerja muda.
1500 Pekerjaan bengkel dan mesin 100 Tugas-tugas visuil yang sangat
yang sangat luas, assembling berat dan/atau lama, seperti
alat-alat presisi dan elektronik, mengukir halus, menulis halus,
pemeriksaan onderdil-onderdil assembling halus, inspeksi daripada
kecil detail-detail halus dan kurang
kontras, menjahit pada bahan
berwarna gelap, dsb.
Modul SSBM-04: Spesifikasi Utilitas Bangunan Gedung Bab V: Spek. Sistem Listrik & Penrangan
Illuminasi sampai 1000 lux atau 100 footcandle ialah berupa penerangan umum
untuk keseluruhan ruangan, sedang illuminasi di atas 1000 lux atau di atas 100
footcandle adalah berupa tambahan penerangan secara lokal untuk tugas-
tugas visuil yang memerlukan ketepatan sangat tinggi atau sangat berat.
Dan tabel untuk Eropah-Barat dapat disimpulkan bahwa 20 lux adalah minimum
untuk daerah-daerah sirkulasi yang bukan tempat tinggal dan bukan tempat
kerja. Kemudian, 200 lux adalah minimum untuk ruanganruangan tempat
tinggal dan kerja. Illuminasi oprimum untuk ruangan-ruangan tempat kerja ialah
antara 1000 dan 3000 lux. Illuminasi 2000 lux ternyata memuaskan jumlah
pengamat yang paling banyak. Tugas visuil yang permukaannya banyak
memantulkan cahaya cukup diterangi dengan 1000 lux, misalnya, sedang
permukaan yang kurang memantulkan perlu diterangi dengan 3000 lux,
misalnya. Tambahan penerangan secara lokal itu malahan dapat mencapai
20.000 lux.
Warna lampunya sendiri tidak merupakan indikasi ten- tang effeknya kepada
warna obyek-obyek, bahkan dua lampu yang saling mirip warnanya dapat
berbeda sekali komposisi spektralnya sehingga sangat berbeda juga effeknya
kepada warna obyek-obyek yang diterangi. Lampu-lampu yang berwarna “putih”
lazim dikelompokkan lagi menjadi:
putih kemerahan (warna hangat),
putih “benar-benar” (warna sedang),
putih kebiruan (warna sejuk).
Warna lampunya ini perlu dikaitkan kepada illuminasi yang perlu kita peroleh
dan lampu-lampu itu, supaya dapat tercipta suasana yang
menyenangkan/nyaman. Untuk illuminasi di bawah 1000 lux disarankan
memilih lampu yang warnanya hangat yaitu putih-kemerahan. Illuminasi 1000 -
2000 lux sebaiknya memakai lampu berwarna sedang ytitu putih “benar-benar”.
Modul SSBM-04: Spesifikasi Utilitas Bangunan Gedung Bab V: Spek. Sistem Listrik & Penrangan
Sedang untuk illuminasi di atas 2000 lux seyogyanya dipilih warna sejuk yaitu
putih-kebiruan. Jadi secara umum, makin tinggi illuminasi yang diperlukan
makin sejuklah warna lampu yang dipilih, supaya tercipta suasana yang
nyaman.
Jikalau faktor warna lampu (appearance) dan faktor effek kepada warna obyek-
obyek yang diterangi (colour rendering capability) kita gabungkan, diperoleh
skema sebagai berikut:
Taraf illuminasi untuk langit-langit dan dinding (latar belakang) ini seyogyanya
agak di bawah taraf untuk permukaan tempat kerjanya sendiri. Untuk obyek-
obyeknya sendiri umumnya dianjurkan warna violet-biru, biru-hijau, dan hijau,
yang dipandang aman/neutral. Ataupun dapat dipilih warna merah dan jingga.
Pilihan terakhir ialah kuning. Warna obyek-obyek ini sebaiknya jenuh (highly
saturated). Obyek-obyek yang berdekatan letaknya hendaknya tidak terlalu
berbeda warnanya, agar lebih harmonis tampaknya. Namun warna di dalam
ruangan harus tetap segar, hidup dan bervariasi, agar tidak monoton sehingga
menjemukan. Obyek-obyek yang berwarna hangat, begitu juga bahan-bahan
makanan, akan lebih sedap tampaknya kalau diterangi dengan lampu-lampu
berwarna hangat pula.
Modul SSBM-04: Spesifikasi Utilitas Bangunan Gedung Bab V: Spek. Sistem Listrik & Penrangan
Namun lampu-lampu berwarna hangat itu sering merusak wajah dan obyek-
obyek berwarna sejuk. Maka untuk ruangan berisi obyek-obyek dan beraneka
warna lebih aman dipilih lampu-lampu berwarna sedang, yang bersifat allround.
Pada pemilihan lampu-lampu fluorescent lazimnya perlu dipilih antara
ekonomi/effisiensi lampu dan colour rendition, karena effisiensi yang tertinggi
tidak dapat dikombinasikan dengan colour rendering yang terbaik; yang satu
hanya tercapai dengan mengorbankan yang lain. Maka lampu-lampu
fluorescent lazim dibagi dalam 3 kelompok : bereffisiensi tinggi, effisiensi cukup
dikombinasikan dengan colour rendering cukup, serta colour rendering yang
baik. Dengan dikaitkan pada warna cahaya lampu misalnya terdapat type-type
sebagai berikut :
Ruangan yang sangat luas tanpa ada penerangan alami siang hari yang
menembus plafond, memerlukan penerangan buatan. Penerangan ini
dimaksudkan, di samping untuk menyediakan illuminasi yang memadai guna
pelaksanaan pekerjaan dan untuk menciptakan kondisi yang komfortabel bagi
mata serta untuk meniadakan kesilauan dan jendela-jendela, juga untuk
Modul SSBM-04: Spesifikasi Utilitas Bangunan Gedung Bab V: Spek. Sistem Listrik & Penrangan
5.5.2. Pengertian-pengertian
Penerangan umum,
Modul SSBM-04: Spesifikasi Utilitas Bangunan Gedung Bab V: Spek. Sistem Listrik & Penrangan
Modul SSBM-04: Spesifikasi Utilitas Bangunan Gedung Bab V: Spek. Sistem Listrik & Penrangan
Modul SSBM-04: Spesifikasi Utilitas Bangunan Gedung Bab V: Spek. Sistem Listrik & Penrangan
Modul SSBM-04: Spesifikasi Utilitas Bangunan Gedung Bab V: Spek. Sistem Listrik & Penrangan
Penerangan primer,
Modul SSBM-04: Spesifikasi Utilitas Bangunan Gedung Bab V: Spek. Sistem Listrik & Penrangan
Modul SSBM-04: Spesifikasi Utilitas Bangunan Gedung Bab V: Spek. Sistem Listrik & Penrangan
Modul SSBM-04: Spesifikasi Utilitas Bangunan Gedung Bab V: Spek. Sistem Listrik & Penrangan
Efek kepada warna objek yang diterangi, ditentukan oleh spektrum emisi
dan lampunya.
Indeks 100 menyatakan bahwa efek kepada warna sama dengan lampu
standar, yaitu menampakkan warna-warna secara “alamiah”, sedang
indeks yang jauh di bawah 100 menyatakan sangat merubah warna
aslinya.
Modul SSBM-04: Spesifikasi Utilitas Bangunan Gedung Bab V: Spek. Sistem Listrik & Penrangan
Peranan yang dipegang oleh penerangan alami siang hari perlu ditetapkan,
yaitu apakah penerangan alami siang hari diharap memberikan
sumbangan penting kepada penerangan di dalam gedung, atau apakah
jendela-jendela hanya dimaksudkan untuk memungkinkan melihat ke luar
gedung. Jikalau sumbangan cahaya matahari terbatas sifatnya, perlu
ditunjang dan dilengkapi dengan penerangan buatan supplementer.
Untuk ruangan yang sangat lebar sehingga hanya sebagian terjangkau
oleh penerangan alami siang hari, atau ruangan yang berjendela hanya
untuk maksud memandang keluar, ataupun ruangan yang tidak berjendela,
perlu disediakan penerangan buatan permanen.
Kombinasi permanen antara penerangan alami siang hari dan penerangan
buatari dikenal sebagai Permanent Supplementary Artificial Lighting in
Interiors (PSALI) dengan tingkat illuminasi penerangan buatan 500 lux.
Tingkat illuminasi yang diharapkan dan penerangan buatan ini pada siang
hari dapat lebih tinggi ataupun lebih rendah dan pada malam hari, untuk
masing-masing bagian ruangan tersendiri. Maka dapat dipilih tingkat
illuminasi yang lebih tinggi untuk diterapkan sepanjang hari dan malam,
ataupun disediakan sakelar untuk mengatur tingkat illuminasi itu. Warna
cahaya dan penerangan buatan perlu disesuaikan kepada warna cahaya
dan penerangan alami siang hari, misalnya dengan memilih lampu-lampu
tabung pelepasan listrik berwarna “daylight”.
Jadi variasi tetap perlu ada, berupa kontras, variasi dalam warna, variasi
dalam bentuk-bentuk permukaan yang diterangi, dan sebagainya.
Jikalau illuminasi yang ingin dicapai adalah lebih dan 300 lux, sebagai
sumber cahaya dapat dipergunakan keseluruhan langit-langit.
Jikalau kurang dan nilai tersebut, penggunaan keseluruhan langit-langit
sebagai sumber cahaya akan menciptakan suasana suram; dalam hal ini
dianjurkan untuk menggunakan sebagian saja dan seluruh langit-langit
sebagai sumber cahaya. Pemilihan seluruh langit-langit sebagai sumber
cahaya harus juga memperhitungkan timbulnya kesilauan.
Maka luminasi langit-langit pada sudut pandangan mata yang normal
sebaiknya tidak melampaui 500 candela per m2.
Ruangan-ruangan museum, pameran dan lain-lain kadang-kadang dapat
menyimpang dan pedoman-pedoman di atas, berdasarkan pertimbangan-
pertimbangan khusus.
Luminasi perlu disebarkan secara tepat di dalam ruangan, untuk
memusatkan perhatian kepada bagian-bagian interior tertentu ini
didasarkan atas fakta bahwa mata kita secara otomatis akan tertarik
kepada bagian-bagian yang tampak paling terang ataupun paling kontras
terhadap lingkungannya.
Di dalam ruang baca, halaman-halaman yang sedang dibaca hendaklah
tampak lebih terang dan pada permukaan mejanya, dan permukaan meja
tampak lebih terang dan pada lantai di bawahnya. Untuk ini dianjurkan
pemilihan warna-warna secara tepat, serta sistem penerangan buatan
yang sesuai pula.
5.5.4.1. Perumahan
memasang stopkontak kembar karena lebih rapi dan lebih aman daripada
memakai stekker cabang tiga.
Jumlah stopkontak yang diperlukan khusus untuk penerangan buatan di:
ruang tamu/duduk 2 atau 3 buah
ruang makan 1 buah
ruang tidur 1 atau 2 buah
ruang bekerja/belajar 2 buah
serambi 1 buah
Ruang tamu/duduk lazim diberi lebih dan satu titik cahaya untuk bisa
menambah atau mengurangi illuminasi keseluruhan ruangan,
menyebarkan cahaya ke bagianbagian tertentu dan ruangan (seperti meja,
lukisan, dsb), meningkatkari effek dekoratif, dsb.
Dapur memerlukan penerangan dengan illuminasi lebih tini dan 100 lux,
misalnya 200 lux, yang memusatkan perhatian ke permukaan tempat kerja.
Lampu tabung fluorescent sangat cocok karena kurang menimbulkan
bayangan, namun perlu dipilih lampu dengan indeks efek warna sekurang-
kurangnya 70. Dapat pula ditambah dengan penerangan merata untuk
keseluruhan ruangan dapur, dengan sakelar tersendiri.
Jikalau tangga terletak dalam hall yang besar, sakelar bawah dipasang
dekat pintu utama. Tangga diberi illuminasi 30-50 lux. Koridor diberi
illuminasi sekurang-kurangnya 1/5 illuminasi penerangan merata di dalam
kamar, minimum 20 lux. Dianjurkan bagian koridor di depan pintu elevator
diberi illuminasi lebih tinggi. Hall, lounge, lobby dsb. perlu diberi
penerangan merata yang cukup untuk membaca sepintas. Jikalau ada
meja tulis di situ, perlu diheri penerangan lokal yang tidak menimbulkan
kesilauan. Reception Counter diberi illuminasi lebih tinggi untuk menarik
perhatian hadirin. Hotel perlu diberi sistim penerangan darurat, terutama
dalam koridor dan tangga di atas pintu-pintu keluar. Untuk portal hotel
dianjurkan 100 lux.
5.5.4.3. Perkantoran
Modul SSBM-04: Spesifikasi Utilitas Bangunan Gedung Bab V: Spek. Sistem Listrik & Penrangan
light”.
Ruang sidang cukup diberi illuminasi 200 lux, karena terutama
dimanfaatkan untuk diskusi. Penerangan ini harus dapat diredupkan atau
dikurangi, untuk menunjukkan slides, film dan sebagainya.
Ruang gambar memerlukan tingkat illuminasi yang lebih tinggi, yaitu 500
lux pada permukaan meja gambar. ini dicapai dengan memasang baris-
baris lampu fluorescent yang kontinu (atau hampir kontinu) sepanjang
langit-langit, tegak lurus kepada baris-baris meja gambarnya, dan terletak
di kin dan kanan meja-meja gambar. Dapat juga masing-masing meja
gambar diberi tambahan penerangan lokal untuk m&engkapi penerangan
umum dalam ruangan, dan diatur supaya tidak menimbulkan kesilauan.
Koridor diberi illuminasi 50 lux, sekurang-kurangnya 1/5 daripada illuminasi
ruangan kantornya.
5.5.4.4. Sekolah
Papan tulis dan panggung ditambah penerangan lokalnya sampai 500 lux.
Kenyamanan visull perlu diperhatikan benar-benar agar para pelajar
senang berada dalam ruangan sekolah. Maka kesilauan baik langsung dan
armaturarmatur maupun dan pantulan permukaan-permukaan dan jendela-
jendela perlu dihindarkan. Illuminasi masing-masing armatur perlu dibatasi,
dan langit-langit perlu diberi illuminasi cukup agar armatur-armatur tidak
terlalu kontras terhadap latar belakangnya.
5.5.4.5. Industri
Pekerjaan yang amat halus, tepat dan teliti seyogyanya diberi penerangan
dengan illuminasi 1000 lux 2000 lux.
Dengan pemilihan lampu yang lebih kuat maka jumlah armatur yang
diperlukan dapat dikurangi. Armatur harus mudah dipasang dan dipelihana
serta lampunya mudah diganti.
Modul SSBM-04: Spesifikasi Utilitas Bangunan Gedung Bab V: Spek. Sistem Listrik & Penrangan
5.5.4.6. Pertokoan
Toko-toko yang besar, toko serta ada dan sebagainya pada umumnya
kurang menerima penerangan alami siang hari, sehingga terutama
tergantung pada penerangan buatan. Penerangan umum diperlukan untuk
memungkinkan pengunjung bergerak secara aman dalam semua ruangan
yang terbuka untuk umum, sedang untuk counter, pameran dan penjualan
diperlukan illuminasi yang lebih tinggi.
Kalau etalase hanya akan dipandang dan satu jurusan, penerangan utama
harus datang dan arah depan, sedang penerangan-penerangan tambahan
dan arah belakang dan samping. Hal ini dimaksudkan untuk memusatkan
perhatian kepada bagian-bagian tertentu. Lampunya sendiri tidak boleh
terlihat agar supaya tidak menimbulkari kesilauan. Lazimnya dipilih
kombinasi dan beberapa jenis lampu, seperti dalam studio foto.
Penerangan umum lazimnya diberikan oleh lampu-lampu tabung
fluorescent, sedang penerangan khusus diberikan oleh lampu-lampu pijar
di dalam armatur-armatur yang cocok; kadang-kadang dipakai filter
berwarria dan sistem penerangan kinetis untuk menciptakan efek-efek
khas. Etalase barang mahal seperti perhiasan dan parfum melulu diterangi
oleh lampu-lampu pijar.
Modul SSBM-04: Spesifikasi Utilitas Bangunan Gedung Bab V: Spek. Sistem Listrik & Penrangan
Ke dalam jenis gedung ini kita masukkan juga ruang makan, function room,
bar, nightclub, kantin pabrik, ruang makan asrama dan lain sejenisnya.
Sering penerangan ini lebih dibatasi lagi hingga 20 lux, untuk menciptakan
suasana intim bagi masing-masing meja secara individuil dengan
memasang lampu hias yang dapat memberikan perspectif. Lampu pijar
yang dipasang dalam armatur di atas meja acap kali dipakai untuk maksud
di atas, untuk menonjolkan peralatan makanan dan sekedar menerangi
wajah orang-orang di sekeliling meja. Dapat pula digunakan armatur yang
tergantung dan langit-langit sampai dekat di atas meja makan. Di
sepanjang dinding ditambahkan lampu-lampu dinding untuk memberikan
perspektif dan menunjukkan batas-batas ruangan, serta menambah
penerangan umum secara terbatas.
Modul SSBM-04: Spesifikasi Utilitas Bangunan Gedung Bab V: Spek. Sistem Listrik & Penrangan
Function room yang dipergunakan untuk beraneka jenis acara diberi sistem
penerangan umum dengan illuminasi, 300 lux atau lebih, namun semua
lampu harus dapat diredupkan secara kontinu dan serempak. Cara
meredupkan tidak boleh dicapai dengan mematikan sebagian lampu-lampu
di dalam suatu armatur, karena dapat menimbulkan kesan tidak merata.
Penerangan umum itu dapat dilengkapi dengan lampu-lampu dinding,
spotlights dsb. dengan sakelar tersendiri.
Jikalau function room juga diterangi oleh penerangan alami siang hari,
biasanya masih perlu ditambah dan dilengkapi dengan penerangan
buatan. Maka penerangan buatan ini perlu luwes, untuk penggunaan pada
siang hari, pada waktu cuaca agak gelap, dan pada malam hari.
Kantin pabrik, ruang makan asrama dan sejenisnya biasanya hanya diberi
penerangan umum oleh lampu pada langit-langit. Namun tetap perlu
diikhtiarkan untuk menciptakan suasana santai, dengan memilih lampu
yang warnanya “hangat” dan dengan indeks efek warna di atas 70. Tingkat
illuminasi sebaiknya mendekati 200 lux dan sekurang-kurangnya 100 lux.
Bar, nightclub dsb. diberi penerangan merata sekurangkurangnya 20 lux,
sedang bar-counter, meja-meja, biduanita dan pemusik-pemusik dsb,
diberi penerangan tambahan untuk menarik perhatian, misalnya sampai
200 lux. Sedang daerah pelayanan (service areas) diberi illuminasi yang
lebih tinggi, dengan diberi penerangan tambahan untuk dapur/spenkamer,
kassa dll dengan memakai armatur-armatur lokal. Botol-botol minuman di
belakang bar-counter sebaiknya diterangi secara menarik, dan arah
belakang ataupun depan.
Namun bar, nightclub dsb harus dapat pula diberi penerangan umum
dengan illuminasi lebih tinggi, untuk keperluan pembersihan dan
pemeliharaan sewaktu tidak ada tamu.
Modul SSBM-04: Spesifikasi Utilitas Bangunan Gedung Bab V: Spek. Sistem Listrik & Penrangan
Semua pintu perlu diberi tanda “exit” dan sistem penerangan dalam
keadaan bahaya perlu disediakan disamping sistem penerangan umum.
Foyer lazim dibuat terang dengan iliuminasi 200 lux supaya berfungsi
sebagai ikian yang besar daya tariknya. Penggunaan lampu-lampu tabung
fluorescent maupun lampulampu pijar untuk foyer, berdasar atas
pertimbanganpertimbangan esthetika. Armatur-armatur dipilih yang
menonjol efek dekoratifnya, namun dengan illuminasi cukup. Disamping
fungsinya sebagai ikian, foyer harus memungkinkan adaptasi visuil baik
bagi hadirin yang akan memasuki ruang pertunjukan maupun bagi yang
meninggalkan gedung itu, baik pada siang maupun pada malam hari.
Untuk keperluan itu illuminasi dalam koridor-koridor dan foyer yang menuju
ke ruang pertunjukan, diturunkan secara bertahap.
Semua pintu keluar harus diberi tanda “exit”, sedang auditorium dan
koridor-koridor serta tangga-tangga yang menuju keluar perlu diberi sistem
penerangan dalam keadaan bahaya. Pada waktu pertunjukan dinyalakan
penerangan primer, sedang dalam waktu istirahat dinyalakan penerangan
umum.
Museum. Agar supaya tercapai penerangan yang Lungsionil tepat dan juga
esthetis bermutu; maka perencana penerangan perlu bekerjasama erat
dengan perencana bangunan di dalam semua tahap perencanaan.
Warna, kecerahan dan finishing yang dipilih untuk langit-langit, dinding dan
lantai juga turut menentukan penglihatan, maka perlu diperhitungkan
masak-masak.
Mengingat bahwa letak dan corak dan pada barang pameran akan
berubah-ubah, maka tiap ruangan perlu ditangani secara tersendiri. Data-
data detail tentang pameran perlu disediakan untuk ahli penerangan, agar
dapat dipersiapkan penerangan yang tepat. Penerangan umum yang
memakai lampu tabung fluorescent dengan illuminasi merata yang kurang
daripada illuminasi benda yang dipamerkan ditambah dengan penerangan
khusus memakai lampu-lampu puar, lazimnya memenuhi harapan.
Untuk penerangan lokal dipilih armatur yang sesuai dengan bentuk meja
dan ukuran yang akan dibaca. Kesilauan langsung dan lampu perlu
dihindarkan, sedang kesilauan oleh pemantulan dapat dihindarkan dengan
memasang armatur di sebelah pembaca dan bukan di depannya.
Pusat perhatian itu diberi illuminasi 300 lux atau lebih. Armatur-armatur
dapat pula dipasang pada dinding, tiang, dsb. asal bentuknya sesuai
dengan latar belakangnya, dan keseluruhan ruangan sedap dipandang
mata, serta tidak terletak dalam garis pandangan jemaah.
Ruangan untuk pasien kini lazimnya diperuntukan tidak lebih dan 6 tempat
tidur, namun taraf penyembuhan masing-masing pasien dapat berbeda-
beda. Maka penerangan umum harus mencukupi untuk pasien-pasien
yang lebih sembuh, tanpa mengganggu pasien-pasien yang masih sakit.
Dianjurkan untuk memasang penerangan umum dengan illuminasi 100 lux,
dengan lampu-lampu tabung fluorescent jenis “daylight” atau “white de
luxe” dan indeks efek warna di atas 70.
Ruangan yang berisi 3 tempat tidur atau lebih biasanya tidak cukup
diterangi dengan lampu-lampu dinding saja.
Armatur yang digantung harus memancarkan lebih dan 10 % cahayanya
ke langit-langit. Armatur harus terbatas luminasinya agar tidak
menyebabkan kesilauan langsung bagi pasien yang berbaning. Armatun ini
harus mudah dipasang dan dibersihkan debunya. Sakelarnya dipasang di
samping pintu.
Di atas ujung kepala tempat tidur perlu dipasang lampu yang dapat
dinyalakan oleh pasien. illuminasinya harus cukup untuk membaca dsb
tanpa menimbulkan ketidaknyamanan bagi pasien-pasien lainnya.
Illuminasi di ujung kepala tempat tidur 100 lux, dan lampunya kurang
menghasilkan panas. Armaturnya harus memungkinkan pasien membaca
sambil berbaring ataupun duduk, dan juga tidak mengganggu penggeseran
tempat tidur, perabot dan peralatan lainnya. Luminasi armatur jangan
melebihi 350 candela per m2.
Pada malam han, sewaktu pasien tidur, masih perlu ada illuminasi untuk
memungkinkan perawat bergerak dalam ruangan. Untuk ruangan anak
dianjurkan 0,5 lux dan untuk ruangan dewasa 0,1 lux, dan tidak boleh
langsung menyinani pasien melainkan menerangi lantai. Kadang-kadang
cahaya yang masuk dan gang ke dalam ruangan sudah cukup.
Pasien yang sakit keras perlu diberi penerangan khusus untuk tetap
diawasi pada malam hari. Untuk itu lampu di atas ujung kepala tempat tidur
harus dapat diredupkan, atau di dalam armatur itu ditambahkan lampu lain
yang berkekuatan rendah. Illuminasi di bawab 5 lux sudah cukup untuk
tugas jaga malam ini. Sakelarnya ditempatkan di luar jangkauan pasien.
Perlu disediakan stopkontak guna menyambungkan lampu khusus untuk
pemeriksaan; kalau sewaktuwaktu perlu. Berkas cahayanya diarahkan ke
tempat tidur dengan illuminasi 300 lux atau lebih dan dengan indeks efek
warna yang baik yaitu di atas 85.
Ukuran kritis dan pada detail yang perlu diamati sangatlah kecil dan
kontrasnya juga sedikit sekali, sehingga illuminasi yang diperlukan pada
daerah operasi luas (sekitar 500 cm2) sangat tinggi yaitu 10.000 lux dan
bahkan sampai 20.000 lux. Illuminasi ini harus dapat divariasikan.
Namun dapat pula mencakup tugas visuil yang sangat cermat, dengan
detail-detail yang halus dan kurang kontras, misalnya membaca angka-
angka pada skala pengukur yang kecil, membedakan zat-zat dengan
mengamati warna dan corak ragamnya, menguraikan bahan
mengidentifikasikan obyek-obyek yang hergerak cepat dan lain-lainnya.
Kadang-kadang ada pekerjaan ilmiah yang pelaksanaannya akan lebih
lancar kalau diberi penerangan yang menonjolkan bentukbentuk/modelling.
Jni dapat dicapai dengan penambahan armatur lokal yang dapat diatur,
dengan menghindarkan kesilauan yang mengganggu. Ruangan
tertutup atau almari yang dalam sebaiknya diberi lampu yang dinyalakan
oleh terbukanya pintu. Beberapa laboratoria mengandung uap atau debu
yang korosif ataupun ekplosif, maka perlu dipilih armaturarmatur khusus.
Kebanyakan laboratoria memerlukan tingkat kebersihan yang tinggi, maka
armatur-armatur sebaiknya polos dan mudah dibersihkan.
Pada olah raga bola, baik pemain maupun penonton dan TV hams dapat
mengamati jalannya bola terhadap latar belakang langit-langit, dinding dan
lantai. Maka bola itu perlu diterangi secara seragam pada seluruh
perjalanannya. Illuminasi yang diperlukan 300 — 500 lux. Armatur-armatur
perlu ditempatkan secara cermat sepanjang tepi kin dan kanan, dan
ditutupi seperlunya untuk membatasi kesilauan.
Gedung olah raga untuk beraneka jenis olah raga diberi sistem
penerangan umum dengan illuminasi 200 lux, di samping beherapa sistem-
sistem penerangan khusus untuk cabang-cabang olah raga tertentu.
Sistem penerangan umum itu dapat berwujud barisbaris lampu fluorescent
sepanjang langit-langit, dengan lampu type “white de luxe” dan colour
rendering di atas 70. Sistem penerangan khusus/terarah dapat berwujud
lampu-lampu pijar yang disebar secara teratur di seluruh langit-langit.
Sistem penerangan khusus itu dapat digunakan sebagai pelengkap kepada
penerangan umum atau secara tersendiri.
Jikalau gedung olah raga itu juga dipergunakan untuk pertemuan besar,
pertunjukan musik, pesta dan Sebagainya, perlu disediakan kemungkinan
untuk tambahan penerangan yang bersifat fleksibel. Maka sistem
penerangari umum juga dibuat luwes, misalnya hanya dinyalakan
penerangan dan langit-langit atau dan dinding-dinding, dengan illuminasi
rata-rata 200 lux yang juga dapat diubah.
BAB V .........................................................................................................................1
SPESIFIKASI SISTEM LISTRIK DAN PENERANGAN..............................................1
5.1 DASAR INSTALASI LISTRIK ......................................................................1
5.2 LAMPU-LAMPU SEBAGAI SUMBER CAHAYA .........................................4
5.2.1. Lampu-lampu pijar...............................................................................4
5.2.2. Lampu-lampu pelepasan listrik ..........................................................7
5.2.3. Lampu-lampu pelepasan listrik (lanjutan) .........................................8
5.2.4. Efisiensi Lampu .................................................................................10
5.3 SISTIM-SISTIM ILLUMINASI .....................................................................11
5.3.1 Klasifikasi sistim illuminasi. ............................................................. 11
5.3.2 Faktor-faktor pertimbangan illuminasi.............................................13
5.4 SPESIFIKASI ILLUMINASI ........................................................................17
5.4.1 Beberapa kriteria................................................................................17
5.4.2 Illuminasi Yang Dianjurkan ............................................................... 19
5.4.3 Kwalitas Warna ..................................................................................21
5.4.4 Perimbangan Terhadap Cahaya Alami.............................................24
5.5 STANDAR PENERANGAN BUATAN DI DALAM GEDUNG-GEDUNG ....25
5.5.1. Ruang lingkup........................................................................................25
5.5.2. Pengertian-pengertian ..........................................................................25
5.5.3. Prinsip-prinsip Umum ...........................................................................36
5.5.4. Persyaratan Penerangan Buatan ......................................................... 44
Modul SSBM-04: Spesifikasi Utilitas Bangunan Gedung Bab VI: Spek. Tata Suara & Komunikasi
BAB VI
SPESIFIKASI TATA SUARA DAN KOMUNIKASI
Berbeda dengan sistem penerangan yang menggunakan arus bolak balik (AC), sistem
komunikasi (Gambar 6.1) dan tata suara (Gambar 6.2) pada umumnya menggunakan
arus searah (DC).
Atap
Dari Telkom
JB-T lp
JB-T lp
Operator PABX
Console
MDF - T lp JB-T lp
JB-T S
Dari MDF FA
JB-T lp
Surge
Arrestor Rectifier
220 Volt - 50 Hz
S
PLN / Genset = JB-T lp
Battery
Pembumian
RUANG PENGENDALIAN maksimum 0,5 Ohm
Lt. 2 JB-T lp,2
Lt.
Dasar JB-T lp,D
Atap
CS
VC
JB-TS WS
CS
VC
WS
JB-T S
CS
VC
JB-T S WS
Power
CS
Amplifier
VC
MDF-T S JB-T S W S
CS
VC
JB-T S W S
CS
Radio AM/FM Pembumian
maks. 1 Ohm VC
Cassette JB-T S W S
Speaker
Recorder, dll. Equalizer
Selector CS
All Call VC
VC
Priority Line
Lt. 1 JB-T S,1 W S
CS
Daya Listrik Rectifier
PLN / Genset VC
S
= Lt.
WS
Dasar JB-T S,D
CS
VC
Dari MCP - FA
JB-T S,B WS
RUANG PENGENDALIAN Basement
VC : Volum e Control
CS : Ceiling Speaker
W S : W all Speaker
Ruang untuk jaringan elektrik dan telepon harus disusun secara baik agar memudahkan
keperluan pemeriksaan (Gambar 6.3).
Modul SSBM-04: Spesifikasi Utilitas Bangunan Gedung Bab VI: Spek. Tata Suara & Komunikasi
Untuk Ruang Distribusi jaringan Telepon dapat dilihat pada Tabel 6.1.
500 m2 50 x 350 cm
1000 m2 125 x 225 cm
2000 m2 250 x 250 cm
Modul SSBM-04: Spesifikasi Utilitas Bangunan Gedung Bab VII: Spek.Sis. Proteksi Kebakaran
BAB VII
SPESIFIKASI SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN
Konsep konstruksi tahan api terkait pada kemampuan dinding luar, lantai, dan
atap untuk dapat menahan api di dalam bangunan atau kompartemen. Dahulu.
sistem yar.g mengukur ketahanan terhadap kebakaran dihitung dalam jumlah
jam, dan kandungan bahan struktur tahan api. Namun sekarang. hal ini dianggap
tidak cukup. dan spesifikasi praktis yang digunakan adalah suatu konstruksi yang
mempunyai tingkat kemampuan untuk bertahan terhadap api. Defmisi ini
menyatakan beberapa ketentuan yang terka.it pada kemampuan struktur untuk
tahan terhadap api tanpa mengalami perubahan benruk (deformasi) yang berarti.
dan mencegah menjalarnya api ke seluruh bangunan.
Dengan demikian. setiap komponen bangunan, dinding, lantai. kolom, dan balok
harils dapat tetap bertahan dan dapat menyelamatkan isi bangunan, meskipun
bangunan dalam keadaan terbakar.
Meskipun bahan baja tidak dapat terbakar (fire proof), baja akan meleleh jika
terkena panas yang tinggi (non-fire resistant). Oleh karenanya perlu dilindungi
agar panas yang ditimbulkan oleh api dapat dihambat penjalaran panasnya,
terutama pada kolom bangunan (Gambar 7.1.). Untuk balok baja, dapat
digunakan pendekatan yang sama, atau bisa juga kita menggunakan langit-langit
yang dapat mencegah perambatan api/panas.
Modul SSBM-04: Spesifikasi Utilitas Bangunan Gedung Bab VII: Spek.Sis. Proteksi Kebakaran
Gambar 7.1: Beberapa Cara untuk Menjadikan Baja Tahan terhadap Api
Beberapa syarat yang perlu dipenuhi oleh pintu keluar (Gambar 7.2), di antaranya
adalah:
c. Pintu juga harus dilengkapi dengan alat penutup pintu otomatis (door closer).
d. Pintu dilengkapi dengan tuas/tungkai pembuka pintu yang berada di luar
ruang tangga (kecuali tangga yang berada di lantai dasar, berada di dalam
ruang tangga), dan sebaiknya menggunakan tuas pembuka yang
memudahkan, terutama dalam keadaan panik (panic bar).
e. Pintu dilengkapi tanda peringatan: "TANGGA DARURAT - TUTUP KEMBALI"
f. Pintu dapat dilengkapi dengan kaca tahan api dengan luas maksimal 1 m 2 dan
diletakkan di setengah bagian atas dari daun pintu.
g. Pintu harus dicat dengan \varna merah.
Hal lain yang penting untuk diperhatikan adalah lokasi pintu keluar dan jarak dari
pintu keluar ke tempat yang aman di luar bangunan, sebagaimana tertera pada
Tabel 7.1.
Pendidikan 6 45 70
- Sistem terbuka TP 45 70
- Sistem fleksibel TP 45 70
Kesehatan
- Bangunan baru 9 30 45
- Bangunan yang adal TP 30 45
Hunian
- Hotel 10 30 45
- Apartemen 10 30 45
- Asrama 0 30 45
- Rumah Tinggal TP TP TP
Komsersial
- Pengunjung > 100 orang 15 30 45
- Ruang terbuka 0 TP TP
- Mal tertutup 15 70 90
- Perkantoran 15 70 90
Catatan: TP : Tidak Perlu.
Modul SSBM-04: Spesifikasi Utilitas Bangunan Gedung Bab VII: Spek.Sis. Proteksi Kebakaran
Koridor dan jalur keluar harus dilengkapi dengan tanda yang menunjukkan arah
dan lokasi pintu keluar (Gambar 7.3.). Tanda 'EXIT' atau 'KELUAR' dengan anak
panah menunjukkan arah menuju pintu keluar atau tangga kebakaran/darurat,
dan harus di-tempatkan pada setiap lokasi di mana pintu keluar terdekat tidak
dapat langsung terlihat.
Tanda 'EXIT' harus dapat dilihat dengan jelas, diberi lampu yang menyala pada
kondisi darurat, dengan kuat cahaya tidak kurang dari 50 lux dan luas tanda
minimum 155 cm2 serta ketinggian huruf tidak kurang dari 15 cm (tebal huruf
minimum 2 cm.).
7.1.4 Kompartemen
Beberapa syarat yang perlu dipenuhi oleh pintu keluar (Gambar 7.3), di antaranya
adalah:
berputar pada saat gulungan kabel terurai pada kecepatan di bawah 3,7
meter/detik.
Sistem inti yang terlihat pada Gambar 7.7. ini terdiri riari Unas nrlara dengan
empat bilah baling-baling yang lebarnya 30 cm. di mana ujung yang satu
terkunci pada sumbu gulungan. Rangka utama ini dilengkapi dengan landasan
luncur yang menjorok sekitar 30 cm. keluar bukaan jendela atau balkon.
Orang dengan berat sekitar 45 kilogram akan mendarat pada kecepatan 2,4,
sampai 2,7 meter/detik, sama dengan kecepatan orang yang melompat dari
ketinggian kursi. Setiap orang memiliki gulungannya masing-masing dan akan
terlepas dengan sendirinya begitu orang tersebut tiba di tanah, sehingga
gulungan kabel dapat digunakan oleh orang berikutnya.
Mengalirkan asap dari dalam gedung akan mengurangi bahaya bagi petugas
pemadam kebakaran dan akan mempercepat pencarian sumber api.
Pengeluaran asap melalui atap akan menyebabkan terjadinya pertukaran
udara lebih dingin yang berasal dari luar yang masuk dari lantai yang lebih
rendah. Masuknya udara segar ini akan menyebabkan api bertambah besar
(merupakan tambahan pasokan oksigen). Hal ini tentunya bukan sesuatu hal
yang dilematis, karena pertimbangan utamanya adalah mengurangi jumlah
asap dalam bangunan dan memungkinkan petugas pemadam kebakaran
untuk dapat melihat dengan lebih jelas, sehingga mengetahui dengan pasti
permasalahan yang dihadapi. Adanya pengaliran asap memungkinkan
petugas pemadam kebakaran untuk mengendalikan api tanpa mengalami
kesulitan pandangan. Di samping itu, bekerja pada kondisi yang lebih dingin
tanpa menggunakan alat bantu pernapasan akan lebih memudahkan
pekerjaan pemadaman api.
c. Ventilasi di atap gedung dapat secara permanen terbuka atau dibuka dengan
alat bantu tertentu atau terbuka secara otomatis. (Gambar 7.11.).
Sebelum tahun 1982. atrium dilarang pada bangunan tinggi, karena atrium
dikuatirkan dapat menjadi 'cerobong asap' bagi penjalaran api dan asap ke
seluruh bangunan. Tetapi sekarang banyak bangunan tinggi mempunyai
atrium di dalamnya. Hal ini diijinkan dengan memperthnbangkan hal-hal
sebagaimana yang terlihat pada Gambar 7.12. Di samping itu, terdapat
tambahan persyaratan yang perlu diperhatikan. yaitu:
a. Pintu keluar yang berada pada sekeliling atrium harus menggunakan pintu
tahan api.
Kecepatan evakuasi orang pada bangunan pada saat kebakaran baru saja
terjadi akan mengurangi kemungkinan banyaknya penghuni/pengguna
bangunan yang mengalami celaka/luka. Untuk keperluan ini, detektor asap dan
panas akan memberikan peringatan dini dan dengan demikian memberikan
banyak manfaat pada bangunan, karena biasanya evakuasi orang keluar
gedung membutuhkan waktu yang cukup panjang.
Ada beberapa jenis detektor yang dapat digunakan dalam gedung (Gambar
7.14.). Detektor ionisasi umumnya ditempatkan di dapur atau ruangan yang
berisi gas yang mudah terbakar/atau meledak. Detektor ini akan memberikan
peringatan jika terjadi kebocoran gas pada tingkat tertentu, sebelum terjadinya
kebakaran. Detektor asap me-rupakan alat yang diaktifkan oleh
fotoelektrik/fotoelektronik atau sel ion sebagai sensornya, sedang detektor
panas terdiri dari sebuah elemen yang sensitif terhadap perubahan suhu dalam
ruangan, yang diaktifkan oleh sirkuit elektronik. Selanjutnya, detektor ini
dihubungkan dengan alarm dan juga papan indikator untuk mengetahui lokasi
sumber api.
Modul SSBM-04: Spesifikasi Utilitas Bangunan Gedung Bab VII: Spek.Sis. Proteksi Kebakaran
Jika kebakaran diketahui secara lebih awal, maka kebakaran yang terjadi dapat
di-tanggulangi oleh penghuni/pengguna bangunan itu sendiri, sebelum api
menjadi besar dan tak terkendali. Sangat penting untuk segera memberitahukan
barisan/unit pemadam kebakaran tentang adanya suatu kebakaran. Pemadam
Api Ringan (PAR- Fire Extinghuiser) telah membuktikan kegunaan praktisnya
sebagai pencegah kebakaran kecil, termasuk oleh orang yang tidak
berpengalaman.
Hidran ditempatkan di luar bangunan pada lokasi yang aman dari api (Gambar
7.17.) dan penyaluran pasokan air ke dalam bangunan dilakukan melalui
katup 'Siamese' (Gambar 7.18.).
Modul SSBM-04: Spesifikasi Utilitas Bangunan Gedung Bab VII: Spek.Sis. Proteksi Kebakaran
Hidran kota bentuknya sama dengan Hidran halaman, tetapi mempunyai dua
atau tiga lubang untuk selang kebakaran.
7.2.3 Sprinkler
Untuk gedung yang tidak secara terus menerus digunakan, peringatan dini
kebakaran dengan menggunakan peralatan otomatis sangat diperlukan, agar
barisan pemadam kebakaran dapat segera menanggulangi kebakaran yang
terjadi. Penyembur air/gas (sprinkler) menyediakan suatu bentuk peringatan dan
terbukti merupakan alat pencegah/pe-madam api yang baik, sebelum api menjadi
besar dan tak terkendali serta menimbulkan banyak kerugian pada manusia.
bangunan, dan isinya. Pada sebagian besar bangunan tinggi, sprinkler ini
memberikan reaksi (response) yang cepat pada saat terjadinya api dan
memberikan waktu yang cukup bagi penghuni/pengguna bangunan untuk
mengatur proses evakuasi.
Modul SSBM-04: Spesifikasi Utilitas Bangunan Gedung Bab VII: Spek.Sis. Proteksi Kebakaran
Air tidak selalu cocok untuk memadamkan api yang berasal dari cairan yang berat
jenisnya lebih ringan dari air (seperti bensin dan spiritus/alkohol). atau api yang di-
sebabkan oleh arus pendek listrik karena air juga dapat membahayakan orang
akibat sengatan listrik. Air juga dapat merusak isi bangunan (misalnya: buku dan
alat-alat elektronik). Oleh karenanya, pada museum atau tempat penyimpanan
benda-benda seni, penggunaan busa, zat kimia kering dan karbon dioksida (CO2)
mungkin lebih cocok untuk memadamkan api.
Sprinkler dipasang pada jarak tertentu dan dihubungkan dengan jaringan pipa air
bertekanan tinggi (minimum 0,5 kg/cm2). Kepala sprinkler dirancang untuk
berfungsi jika panas telah mencapai suhu tertentu (Gambar 7.20). Umumnya
sprinkler dirancang untuk suhu 68° C dan air akan memancar pada radius sekitar
3,50 meter. Suhu kerja sprinkler dapat dilihat dari wama cairan yang ada dalam
tabung gelas pada Kepala Sprinkler (Tabel 7.3.) sedangkan untuk sprinkler yang
menggunakan segel kita dapat merujuk pada Tabel 7.4.
Modul SSBM-04: Spesifikasi Utilitas Bangunan Gedung Bab VII: Spek.Sis. Proteksi Kebakaran
Jingga 57oC
Merah 68oC
Kuning 79oC
Hijau 93oC
Biru 141oC
Ungu 182oC
Hitam 204oC / 260oC
Jika sprinkler bekerja, tekanan air dalam pipa akan turun, dan sensor otomatis
akan memberi tanda bahaya (alarm) dan lokasi yang terbakar akan terlihat pada
panel pengendalian kebakaran. Meskipun sistem sprinkler tidak pernah aktif
untuk jangka waktu yang cukup panjang. sesungguhnya sistem tersebut harus
Modul SSBM-04: Spesifikasi Utilitas Bangunan Gedung Bab VII: Spek.Sis. Proteksi Kebakaran
selalu ada dalam keadaan siap jika sewaktu-waktu terjadi kebakaran. Untuk itu
pemeriksaan dan latihan kebakaran perlu dilakukan secara berkala.
Pada kota-kota besar, diperlukan air untuk keperluan hidran, selang kebakaran,
dan sistem sprinkler yang dapat dipasok dan jaringan pipa air di jalan-jalan
utama. Untuk keperluan praktis. air dapat diperoleh dengan menyedot air dari
kolam renang, waduk, saluran riol kota atau sungai. Pengambilan air laut juga
cukup efektif, asal saja pipa yang digunakan telah dipertimbangkan terhadap
Modul SSBM-04: Spesifikasi Utilitas Bangunan Gedung Bab VII: Spek.Sis. Proteksi Kebakaran
Sejumlah cadangan air diperlukan untuk hidran dan sistem sprinkler, dan
umumnya disimpan dalam tempat penyimpanan air tertentu (reservoir). Jika
dimungkinkan, suatu tangki penyimpanan air dapat difungsikan ganda, baik
untuk keperluan keseharian maupun untuk keperluan pemadaman api. Agar di
dalam tangki selalu tetap tersedia cadangan air yang dapat dipergunakan jika
sewaktu-waktu terjadi kebakaran, maka lubang pasokan (outlet) untuk
kebutuhan keseharian dibedakan dengan lubang untuk keperluan pemadaman
api. (Gambar 7.21.)
Pasokan air dari luar harus ditanam di dalam tanah dan jika seandainya
dipasang di atas permukaan tanah, maka pipa perlu ditopang oleh struktur yang
tidak akan runtuh pada saat terjadi kebakaran.
a. Tangki Air
b. Tekanan Air
Tekanan air di berbagai lokasi kota berbeda. Pada umumnya tekanan air
tidak cukup kuat untuk hidran/selang kebakaran yang ditempatkan pada
ketinggian lebih dari 14 meter dari permukaan tanah. Untuk kondisi ini,
pompa diperlukan untuk memberikan tekanan yang cukup. Pada lokasi di
mana pasokan air tidak memadai, maka tangki air di atas bangunan dan
pompa tekan (booster pump) diperlukan untuk bangunan yang mempunyai
ketinggian kurang dari 25 meter.
Tekanan air pada lantai atau satu lantai di bawah tangki air ditempatkan,
biasanya lebih rendah dari yang disyaratkan bagi pengoperasian hidran.
Untuk itu diperlukan pompa diesel untuk memberikan tambahan tekanan
air.
BAB VII........................................................................................................................ 1
SPESIFIKASI SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN ....................................................... 1
7.1. SISTEM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN BAHAYA KEBAKARAN
PASIF 1
7.1.1 Konstruksl Tahan Api ............................................................................. 1
7.1.2 Pintu Keluar........................................................................................... 2
7.1.3 Koridor dan Jalan Keluar ....................................................................... 4
7.1.4 Kompartemen........................................................................................ 5
7.1.5 Evakuasi Darurat ................................................................................... 5
7.1.6 Pengendalian Asap ............................................................................... 9
7.2. PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN BAHAYA KEBAKARAN AKTIF14
7.2.1 Alat Penginderaan/Peringatan Dini (Detektor) ..................................... 14
7.2.2 Hidran dan Selang Kebakaran ............................................................ 15
7.2.3 Sprinkler .............................................................................................. 18
7.2.4 Pasokan Air ......................................................................................... 21
Modul SSBM-04: Spesifikasi Utilitas Bangunan Gedung Rangkuman
RANGKUMAN
Dalam pemasangan instalasi bangunan gedung perlu diperhatikan beberapa hal yaitu :
a. Secara umum gambar harus dilengkapi dengan keterangan yang menggunakan
Bahasa Indonesia.
b. Teknik menggambar harus benar dengan notasi yang baku (mis.: untuk sistem
plambing, listrik, mekanikal, dll).
c. Skala mengikuti ketentuan yang umum, dan dapat disesuaikan dengan kebutuhan.
d. Ukuran kertas A1 atau A0
Pada abad ke-19, tambang dan katrol digunakan untuk mengangkut orang dan barang
pada bangunan bertingkat. Peralatan ini digerakkan oleh tenaga air atau uap, yang
selanjutnya berkembang dengan ditemukannya motor listrik. Pada tahun 1852 William
Otis mendemonstrasikan lif untuk pertama kali dengan memperhatikan aspek-aspek
keselamatan manusia dan gedung pencakar langit yang pertama menggunakan lif
dengan mesin traksi yang diletakkan di puncak bangunan adalah gedung Woolworth yang
dibangun di New York tahun 1914.
Dewasa ini, terdapat dua jenis lif yang umum digunakan, yaitu jenis dengan motor
penggerak (traction lift) dan jenis dengan dongkrak hidrolik (hydraulic lift). Untuk lif
dengan motor penggerak. peletakan mesin dapat berada di atas ruang luncur (di
penthouse) atau di basemen (di samping ruang luncur).
Pada bangunan yang tinggi dan luas, jumlah lif yang diperlukan meningkat sebanding
dengan jumlah lantai yang dilayani. Dengan demikian, jika mencapai suatu ketmggian
tertentu. maka areal luas yang digunakan untuk menempatkan lif menjadi meningkat
dan melebihi ketentuan ekonomis (di atas 20% luas lantai). Jadi. pada umumnya
sebuah lif hanya melayani sekitar 12-15 lantai, agar tidak melampaui batas tunggu
dan jumlah waktu perjalanan yang disyaratkan.
Rancangan, instalasi, dan pemeliharaan untuk berbagai jenis peralatan lif sangat
tergantung pada peraturan dan ketentuan daerah setempat. Di Indonesia
rekomendasi penggunaan lif diberikan oleh Departemen Ketenagakerjaan, karena
menyangkut kesehatan dan keselamatan kerja orang yang ada pada bangunan
tersebut.
Modul SSBM-04: Spesifikasi Utilitas Bangunan Gedung Rangkuman
Ketentuan rancangan juga berkaitan dengan dimensi ruang mesin, akses yang
diperlukan, pencahayaan dan ventilasi. Persyaratan dan peraturan mungkin berbeda
antar daerah yang satu dengan yang lainnya. tetapi pada dasarnya menuntut
disediakannya suatu sistem peralatan, baik yang manual maupun yang otomatis,
sehingga lif dapat secara aman dioperasikan untuk kepentingan umum.
Kapasitas atau daya angkut suatu sistem lif harus cocok dengan kebutuhan trans-
portasi vertikal pada bangunan tertentu yang secara konsisten mengacu pada kriteria
rancangan kualitas bangunan. Rancangan yang tepat dapat dilakukan berdasarkan
jumlah mesin, ukuran, dan kecepatannya. Meskipun demikian perhitungan perjalanan
penumpang dilakukan berdasarkan anggapan yang diperoleh dari pengalaman atau
pengamatan terdahulu.
Perhitungan harus dilakukan secara realistis terhadap kebutuhan sekarang dan per-
kiraan di masa yang akan datang, mengingat sangat sulitnya kita melakukan
modifikasi setelah sistem lif terpasang. Penyempumaan hanya mungkin dilakukan
dengan mening-katkan sistem pengendalian, atau mungkin menambah kecepatan
mesin lif. Secara ideal, lif dirancang untuk melayani beban puncak (peak atau rush
hour).
Instalasi pipa pada bangunan tinggi digunakan untuk mengalirkan air bersih (panas
dan dingin), air es untuk keperluan tata udara, air untuk keperluan pencegahan dan
penang-gulangan bahaya kebakaran, pembuangan air kotor, air buangan, air hujan,
dan air limbah. Di samping itu, ada pula jaringan pipa untuk ventilasi dan saluran gas,
dan di rumah sakit terdapat pula saluran oksigen.
Jenis pipa yang digunakan juga beragam jenisnya: air bersih dialirkan melalui pipa
besi (steel pipe atau black pipe), pipa galvanis, pipa Poly Vinyl Chloride (PVC) atau
pipa tembaga (copper pipe). Pipa yang digunakan untuk keperluan pencegahan dan
penanggulangan bahaya kebakaran (hidran dan sprinkler), dituntut untuk mampu
menahan tekanan tertentu.
Jaringan pipa diatur menurut arah vertikal (riser, down feed, atau stand pipe) yang
disembunyikan dalam saluran di dalam tembok (shaft) sebagaimana terlihat pada
Gambar 3.1, sedangkan pada arah horizontal, biasanya ditempatkan di atas langit-
langit atau di lantai instalasi (lantai mekanik dan elektrik).
Modul SSBM-04: Spesifikasi Utilitas Bangunan Gedung Rangkuman
Pada bangunan, ventilasi dan orientasi matahari adalah dua faktor utama yang
terkait dengan kepedulian kita terhadap lingkungan, karena secara langsung hal ini
berhubungan dengan tingkat kenyamanan. kesehatan, dan kenikmatan penghuni
atau pengguna bangunan. Ventilasi dibuat demi menjamin tersedianya udara luar
yang masuk ke dalam ruangan. sebab jika pertukaran udara cukup baik,
penghawaan dan pengkondisian udara dalam bangunan tidak begitu diperlukan.
Orientasi matahari berhubungan dengan cahaya yang dapat dimanfatkan dalam
ruang, agar tidak diperlukan pencahayaan buatan. Namun perlu pula
dipertimbangkan agar radiasi panas dapat dikurangi, sehingga suhu udara tidak
meningkat, yang berakibat diperlukannya pengkondisian udara atau ventilasi
mekanik.
Kedua faktor tersebut. ventilasi dan orientasi matahari, akan terkait pada rancangan
bangunan. Yang perlu diperhatikan adalah bagaimana agar penggunaan energi
untuk penghauaan/pengkondisian udara dan pencahayaan buatan dapat dibuat
seefisien mungkin.
Metode dan penggunaan bahan bangunan yang digunakan saat ini banyak yang
dapat berdampak pada kesehatan manusia dan pencemaran lingkungan, mengingat
bahwa sebagian besar bahan bangunan yang digunakan merupakan bahan buatan
pabrik yang diolah dan dibuat dengan menggunakan campuran bahan kimia atau
menggunakan sumber daya alam secara tidak teratur dan tidak terencana.
Bangunan modern yang dirancang agar dapat melindungi manusia dari gangguan
luar (ruaca, binatang dan kejahatan manusia), merupakan suatu wadah fisik yang
terlindungi dari cuaca dengan atap yang tidak bocor, jendela yang tertutup agar tidak
terkontaminasi dengan udara yang sudah tercemar, dan dilengkapi dengan
penghawaan dan pencahayaan buatan serta diperindah dengan penutup lantai,
dinding, dan plafon yang terbuat dari bahan-bahan sintetik. Tanpa disadari,
Modul SSBM-04: Spesifikasi Utilitas Bangunan Gedung Rangkuman
bangunan modern seperti ini memberi peluang menurunnya mutu udara di dalam
bangunan. akibat pertukaran udara yang kurang baik.
Sumber daya listrik digunakan untuk keperluan penerangan, menjalankan pompa, lif, dan
transportasi vertikal. Daya listrik PLN dialirkan ke panel distribusi untuk selanjutnya
dialirkan ke lokasi dalam bangunan dengan menggunakan berbagai ragam kabel yang
kemudian dibedakan warnanya.
Jenis lampu ini dahulu diperkembangkan oleh Thomas Alva Edison dengan memakai zat
arang sebagai filamennya. Kini terutama dipakai filamen tungsten, mengingat suhu
operasi dan effisiensinya yang tinggi di dalam mengubah energi listrik menjadi cahaya, di
samping relatif murah serta mudah pengerjaannya. Filamen ini akan menguap sehingga
lambat laun berkurang ukurannya, dan berkurang pula cahaya yang dipancarkan. Untuk
sedapat-dapatnya mencegah penguapan tersebut, lampu dapat diisi gas nitrogen, argon,
krypton, hydrogen, atau campuran dan padanya, bertekanan 0,8 atm. Gas ini bersifat
inert, yaitu tidak dapat bersenyawa dengan bahan filamennya. Untuk mencegah
menghitamnya bola lampu, dapat ditambahkan sedikit halogen (iodine, fluorine, bromine,
dll.).
Tokoh yang mengembangkan lampu-lampu ini ialah Sir Humphry Davy. Kita mulai dengan
meninjau lampu pelepasan listrik benisi gas air raksa bertekanan rendah (sekitar 0,00008
atmosfir), yang disebut lampu fluorescent. Gas air raksa mi mengubah 60 % dan input
Watt menjadi radiasi ultraungu dengan panjang gelombang 2537 Angstrom dan 2,25 %
menjadi cahaya yang kelihatan dengan panjang gelombang-gelombang tertentu 4.047,
4.358, 5.461, dan 5.780 Angstrom.
Lampu pijar dengan filamen dan zat arang pada tahun 1880 masih sangat rendah
effisiensinya, yaitu hanya menghasilkan fluks cahaya 3 lumen untuk setiap watt yang
dikonsumsi. Setelah beralih kepada filamen dan tungsten tercapai kemajuan-kemajuan
Modul SSBM-04: Spesifikasi Utilitas Bangunan Gedung Rangkuman
Berbeda dengan sistem penerangan yang menggunakan arus bolak balik (AC),
sistem komunikasi dan tata suara pada umumnya menggunakan arus searah (DC).
Ruang untuk jaringan elektrik dan telepon harus disusun secara baik agar
memudahkan keperluan pemeriksaan.
Konsep konstruksi tahan api terkait pada kemampuan dinding luar, lantai, dan atap
untuk dapat menahan api di dalam bangunan atau kompartemen. Dahulu. sistem
yar.g mengukur ketahanan terhadap kebakaran dihitung dalam jumlah jam, dan
kandungan bahan struktur tahan api. Namun sekarang. hal ini dianggap tidak cukup.
dan spesifikasi praktis yang digunakan adalah suatu konstruksi yang mempunyai
tingkat kemampuan untuk bertahan terhadap api. Defmisi ini menyatakan beberapa
ketentuan yang terka.it pada kemampuan struktur untuk tahan terhadap api tanpa
mengalami perubahan benruk (deformasi) yang berarti. dan mencegah menjalarnya
api ke seluruh bangunan.
Koridor dan jalur keluar harus dilengkapi dengan tanda yang menunjukkan arah dan
lokasi pintu keluar. Tanda 'EXIT' atau 'KELUAR' dengan anak panah menunjukkan
arah menuju pintu keluar atau tangga kebakaran/darurat, dan harus ditempatkan pada
setiap lokasi di mana pintu keluar terdekat tidak dapat langsung terlihat.
Dengan makin banyaknya ancaman bahaya teror pada bangunan tinggi, perlulah
dicari upaya untuk dapat mengevakuasi 5.000 orang dalam waktu kurang dari 30
menit tanpa menggunakan tangga atau lif.
Suatu sistem yang dikembangkan baru-baru ini di Amerika Serikat merupakan fasilitas
evakuasi sebagai upaya yang terakhir jika orang terperangkap pada bangunan tinggi.
Teknologi ini bergantung pada tahanan udara dinamik. Pada saat evakuasi darurat, di
mana tangga dan lif tidak lagi berfungsi, maka penghuni/pengguna bangunan akan
menggunakan sejenis sabuk pengaman yang dikaitkan pada gulungan kabel. Begitu
gulungan ini terkunci pada sistem inti, yang merupakan perangkat kipas udara yang
kokoh dan diangkur pada bangunan, maka orang dapat melompat dan mendarat di
tanah dengan selamat. Tahanan dari bilah baling-baling kipas udara akan berputar
pada saat gulungan kabel terurai pada kecepatan di bawah 3,7 meter/detik.
Evakuasi darurat lain yang dapat digunakan adalah menggunakan semacam kantong
peluncur (chute system) yang ditempatkan pada ruang tangga. Dengan adanya
sistem ini, orang dapat memilih untuk keluar bangunan melalui tangga darurat atau
menggunakan kantong peluncur. Chute system ini dapat digunakan dengan aman
oleh orang cacat untuk mencapai lantai dasar dengan aman dan cepat.
Asap menjalar akibat perbedaan tekanan yang disebabkan oleh adanya perbedaan
suhu ruangan. Pada bangunan tinggi, perambatan asap juga disebabkan oleh
dampak timbunan asap yang mencari jalan keluar dan dapat tersedot melalui lubang
vertikal yang ada, seperti ruang tangga. ruang luncur lif, ruang saluran vertikal (shaft)
atau atrium. Perambatan ini dapat pula terjadi melalui saluran tata udara yang ada
dalam bangunan. Pada pusat perbelanjaan, mal, bioskop dan ruang
pertemuan/konvensi, berpeluang untuk menghasilkan timbunan asap dan panas
pada waktu terjadinya kebakaran. Pada situasi seperti ini, asap dapat menjalar
secara horizontal, menghalangi petugas pemadam kebakaran dan menyebabkan
terjadinya panas lebih awal sebelum api menjalar ke tempat itu. Asap panas dapat
menimbulkan titik api baru dan mensurangi efektivitas sistem sprinkler. Untuk
mencegah terjadinya penjalaran asap secara horizontal, dalam gedung perlu
dipasang tirai penghalang asap.
Kecepatan evakuasi orang pada bangunan pada saat kebakaran baru saja terjadi
akan mengurangi kemungkinan banyaknya penghuni/pengguna bangunan yang
mengalami celaka/luka. Untuk keperluan ini, detektor asap dan panas akan
memberikan peringatan dini dan dengan demikian memberikan banyak manfaat pada
Modul SSBM-04: Spesifikasi Utilitas Bangunan Gedung Rangkuman
bangunan, karena biasanya evakuasi orang keluar gedung membutuhkan waktu yang
cukup panjang.
Ada beberapa jenis detektor yang dapat digunakan dalam gedung. Detektor ionisasi
umumnya ditempatkan di dapur atau ruangan yang berisi gas yang mudah
terbakar/atau meledak. Detektor ini akan memberikan peringatan jika terjadi
kebocoran gas pada tingkat tertentu, sebelum terjadinya kebakaran. Detektor asap
me-rupakan alat yang diaktifkan oleh fotoelektrik/fotoelektronik atau sel ion sebagai
sensornya, sedang detektor panas terdiri dari sebuah elemen yang sensitif terhadap
perubahan suhu dalam ruangan, yang diaktifkan oleh sirkuit elektronik. Selanjutnya,
detektor ini dihubungkan dengan alarm dan juga papan indikator untuk mengetahui
lokasi sumber api.
Jika kebakaran diketahui secara lebih awal, maka kebakaran yang terjadi dapat di-
tanggulangi oleh penghuni/pengguna bangunan itu sendiri, sebelum api menjadi
besar dan tak terkendali. Sangat penting untuk segera memberitahukan barisan/unit
pemadam kebakaran tentang adanya suatu kebakaran. Pemadam Api Ringan (PAR-
Fire Extinghuiser) telah membuktikan kegunaan praktisnya sebagai pencegah
kebakaran kecil, termasuk oleh orang yang tidak berpengalaman.
Untuk gedung yang tidak secara terus menerus digunakan, peringatan dini kebakaran
dengan menggunakan peralatan otomatis sangat diperlukan, agar barisan pemadam
kebakaran dapat segera menanggulangi kebakaran yang terjadi. Penyembur air/gas
(sprinkler) menyediakan suatu bentuk peringatan dan terbukti merupakan alat
pencegah/pemadam api yang baik, sebelum api menjadi besar dan tak terkendali
serta menimbulkan banyak kerugian pada manusia. bangunan, dan isinya. Pada
sebagian besar bangunan tinggi, sprinkler ini memberikan reaksi (response) yang
cepat pada saat terjadinya api dan memberikan waktu yang cukup bagi
penghuni/pengguna bangunan untuk mengatur proses evakuasi.
Pada kota-kota besar, diperlukan air untuk keperluan hidran, selang kebakaran, dan
sistem sprinkler yang dapat dipasok dan jaringan pipa air di jalan-jalan utama. Untuk
keperluan praktis. air dapat diperoleh dengan menyedot air dari kolam renang, waduk,
saluran riol kota atau sungai. Pengambilan air laut juga cukup efektif, asal saja pipa
yang digunakan telah dipertimbangkan terhadap kemungkinan terjadinya korosi. Pada
daerah pinggiran kota, di mana kadangkala pipa distribusi air pada jalan-jalan utama
Modul SSBM-04: Spesifikasi Utilitas Bangunan Gedung Rangkuman
belum tersedia, tangki persediaan air atau bendungan dengan kapasitas penyimpanan
yang cukup besar diperlukan untuk dapat memadamkan api, jika terjadi kebakaran.
Sejumlah cadangan air diperlukan untuk hidran dan sistem sprinkler, dan umumnya
disimpan dalam tempat penyimpanan air tertentu (reservoir). Jika dimungkinkan,
suatu tangki penyimpanan air dapat difungsikan ganda, baik untuk keperluan
keseharian maupun untuk keperluan pemadaman api. Agar di dalam tangki selalu
tetap tersedia cadangan air yang dapat dipergunakan jika sewaktu-waktu terjadi
kebakaran, maka lubang pasokan (outlet) untuk kebutuhan keseharian dibedakan
dengan lubang untuk keperluan pemadaman api.
Modul SSBM-04: Spesifikasi Utilitas Bangunan Gedung Daftar Pustaka
DAFTAR PUSTAKA
3. Bill Creech, The Five Pillars of TQM (Lima Pilar TQM) Binarupa Aksara, 1996
6. Fandy Ciptono & Anastasia Diana, Total Quality manajemen, Penerbit Andi Offset
Yogyakarta 1995.
10. Istimawan Dipohusodo, Manajemen Proyek dan Konstruksi, Kanisius Yogyakarta, 1996
12. Jimmy S. Juwana, Ir, MSAE, Sistem Bangunan Tinggi, Penerbit Erlangga 2005
16. Mahendra Sultan Syah, Ir. Manajemen Proyek – Kiat Sukses Mengelola Proyek PT.
Gramedia Pusaka Utama, Jakarta Januari 2004.
17. Puspantoro, Benny, Ir, Ing, MSc Konstruksi Bangunan Bertingkat Rendah, Penerbit
Universitas Atmajaya Yogyakarta
Modul SSBM-04: Spesifikasi Utilitas Bangunan Gedung Daftar Pustaka
19. Soeharto, Imam, Manajemen Proyek dari Konseptual Sampai Operasional, 1995,
Penerbit Erlangga
20. Soeharto, Iman, Manajemen Proyek, Jilid 2 PT. Gelora Aksara Pratama, 2001
23. Vincent Gaspersz, Statiscal Process Contral (Penerapan teknik – Teknik Statistikal
Dalam Manajemen Bisnis Total).
25. Waskita Karya PT, Manual Perencanaan dan Pengendalian Proyek 1999.