Sunteți pe pagina 1din 197

SSBM – 04 = SPESIFIKASI UTILITAS BANGUNAN GEDUNG

PELATIHAN
PELAKSANA MADYA PERAWATAN
GEDUNG
(SITE SUPERVISOR OF BUILDING
MAINTENANCE)

2005

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM


BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI DAN SUMBER DAYA MANUSIA
PUSAT PEMBINAAN KOMPETENSI DAN PELATIHAN KONSTRUKSI
Modul SSBM-04: Spesifikasi Utilitas Bangunan Gedung

KATA PENGANTAR

Salah satu modul pelatihan yang akan diberikan kepada peserta pelatihan Pelaksana
Madya Perawatan Bangunan Gedung adalah mengenai Spesifikasi Utilitas Bangunan
Gedung.

Penulisan dan penyusunan buku ini disesuaikan dengan posisi pelatihan, dimana Para
Peserta Pelatihan Pelaksana Madya Perawatan Bangunan Gedung (Site Supervisor of
Building Maintenance) ini bukanlah mereka yang masih awam dalam hal pekerjaan
Perawatan Bangunan Gedung.

Kami menyadari bahwa modul ini masih jauh dari sempurna baik ditinjau dari segi materi
sistematika penulisan maupun tata bahasanya. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan
saran dari para peserta dan pembaca semua, dalam rangka perbaikan dan
penyempurnaan modul ini.
Modul SSBM-04: Spesifikasi Utilitas Bangunan Gedung
Modul SSBM-04: Spesifikasi Utilitas Bangunan Gedung

LEMBAR TUJUAN

MODUL PELATIHAN : Pelatihan Pelaksana Madya Perawatan Bangunan


Gedung (Site Supervisor of Building Maintenance )

MODEL PELATIHAN : Lokakarya Terstruktur

TUJUAN UMUM PELATIHAN :


Mampu mengawasi pekerjaan perawatan bangunan gedung sesuai dengan metode dan
prosedur yang dapat diterima, dinyatakan pada gambar teknik dan spesifikasi seperti
pada dokumen kontrak dan perjanjian kerja.

TUJUAN KHUSUS PELATIHAN :


Pada akhir pelatihan peserta mampu :

1. Menerapkan keselamatan dan kesehatan kerja.


2. Melaksanakan sesuai spesifikasi struktur bangunan gedung.
3. Melaksanakan sesuai spesifikasi arsitektur bangunan gedung.
4. Melaksanakan sesuai spesifikasi utilitas bangunan gedung.
5. Membuat alokasi waktu dan penjadwalan.
6. Membuat perhitungan rancangan anggaran biaya.
7. Mengawasi pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan dokumen kontrak.
8. Menggunakan teknologi bahan, bangunan dan konstruksi.
9. Menggunakan Komputer
10. Menjelaskan rekayasa bangunan.
11. Menggunakan perlengkapan dan metode kerja.
12. Melaksanakan manajemen pemeliharaan & perawatan bangunan gedung.
13. Melaksanakan manajemen supervisi lapangan & pelaporan.
14. Menjelaskan pranata pembangunan.
Modul SSBM-04: Spesifikasi Utilitas Bangunan Gedung

NO. DAN JUDUL MODUL : SSBM – 04 SPESIFIKASI UTILITAS BANGUNAN


GEDUNG

TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM (TIU)

Setelah mempelajari modul, peserta mampu melaksanakan sesuai spesifikasi utilitas


bangunan gedung dan menerapkan prinsip perawatan dan pemeliharaan bangunan
gedung sesuai ketentuan dokumen kontrak sebagai acuan dalam pelaksanaan
pekerjaan perawatan bangunan gedung sesuai peraturan yang berlaku sehingga layak
difungsikan.

TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS (TIK)

Pada akhir pelatihan peserta mampu :

1. Membaca gambar Instalasi terpasang pada gedung


2. Melaksanakan sesuai spesifikasi sistem transportasi Vertikal yang ada dalam
gedung
3. Melaksanakan sesuai spesifikasi sistem plumbing dan pompa mekanik
4. Melaksanakan sesuai spesifikasi dan sistem pengkondisian udara dan ventilasi yang
ada dalam gedung
5. Melaksanakan sesuai spesifikasi sistem instalasi listrik dan penerangan yang ada
6. Melaksanakan sesuai spesifikasi sistem tata suara dan komunikasi yang ada dalam
gedung
7. Melaksanakan sesuai spesifikasi sistem proteksi kebakaran yang ada dalam
gedung.
Modul SSBM-04: Spesifikasi Utilitas Bangunan Gedung

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................... i


LEMBAR TUJUAN.............................................................................................. ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ iv
DESKRIPSI SINGKAT PENGEMBANGAN
MODUL PELATIHAN PELAKSANA
MADYA PERAWATAN BANGUNAN
GEDUNG (Site Supervision of
Building Maintenance)..................................................................... vii
DAFTAR MODUL................................................................................................ viii
PANDUAN INSTRUKTUR .................................................................................. ix
BAB I GAMBAR UTILITAS BANGUNAN
GEDUNG
1.1 Penyajian Gambar

I
-
1
1.2 Skala Gambar

I
-
1
1.3 Tata Letak dan Kelengkapan
G
a
m
b
a
r
Modul SSBM-04: Spesifikasi Utilitas Bangunan Gedung

I
-
2
BAB II SPESIFIKASI SISTEM
TRANSPORTASI VERTIKAL
2.1 Umum

I
I
-
1
2.2 Tata Letak Lift

I
I
-
3
2.3 Perancangan Lift

I
I
-
7
2.3.1 Waktu Perjalanan Bolak
B
a
l
i
k

(
T
)
Modul SSBM-04: Spesifikasi Utilitas Bangunan Gedung

I
I
-
8
2.3.2 Beban Puncak Lift ................................................. II-10
2.3.3 Jumlah Lif.............................................................. II-11
2.3.4 Kebutuhan Ruang
Lif .......................................................................... II-14
BAB III SPESIFIKASI SISTEM PLAMBING
DAN POMPA MEKANIK
3.1 Sistem Pemipaan Pada
B
a
n
g
u
n
a
n

T
i
n
g
g
i

I
I
I
-
1
3.1.1 Jaringan Pipa Air Bersih .................................................. III-2
Modul SSBM-04: Spesifikasi Utilitas Bangunan Gedung

3.1.2 Jaringan Pipa Air Kotor


d
a
n

P
i
p
a

V
e
n
t
i
l
a
s
i

I
I
I
-
7
3.1.3 Peralatan Pengolah Air
L
i
m
b
a
h

I
Modul SSBM-04: Spesifikasi Utilitas Bangunan Gedung

I
I
-
1
1

3.1.4 Sampah ........................................................................... III-12


3.1.5 Sumur Resapan............................................................... III-13
3.1.6 Integrasi Pemipaan.......................................................... III-18
3.2 Perancangan Kebutuhan Air
B
e
r
s
i
h

I
I
I
-
1
8
3.2.1 Kebutuhan Keseharian .................................................... III-18
3.2.2 Kebutuhan Boiler ............................................................. III-20
3.2.3 Kebutuhan Pencegahan
d
a
n

P
e
n
g
e
Modul SSBM-04: Spesifikasi Utilitas Bangunan Gedung

n
d
a
l
i
a
n

K
e
b
a
k
a
r
a
n

I
I
I
-
2
2

3.2.4 Kebutuhan Tata Udara..................................................... III-22

BAB IV SPESIFIKASI SISTEM


PENGKONDISIAN UDARA DAN
VENTILASI
4.1 Mutu Udara Dalam Bangunan

I
V
Modul SSBM-04: Spesifikasi Utilitas Bangunan Gedung

-
1
4.2 Sistem Tata Udara

I
V
-
5
4.3 Perancangan Tata Udara

I
V
-
6
4.3.1 Beban Pendingin ............................................................. IV-7
4.3.2 Aplikasi Sistem Tata
U
d
a
r
a

I
V
-
1
0
4.3.3 Kebutuhan Ruangan ....................................................... IV-11
BAB V SPESIFIKASI SISTEM LISTRIK DAN
PENERANGAN
5.1 Dasar Instalasi Listrik
Modul SSBM-04: Spesifikasi Utilitas Bangunan Gedung

V
-
1
5.2 Lampu-Lampu Sebagai Sumber
C
a
h
a
y
a

V
-
4
5.2.1. Lampu-lampu pijar........................................................... V-4
5.2.2. Lampu-lampu pelepasan
l
i
s
t
r
i
k

V
-
7
5.2.3. Lampu-lampu pelepasan
l
i
s
t
r
i
Modul SSBM-04: Spesifikasi Utilitas Bangunan Gedung

(
l
a
n
j
u
t
a
n
)

V
-
8
5.2.4. Efisiensi Lampu ............................................................... V-10
5.3 Sistim-Sistim Illuminasi

V
-
1
1
5.3.1 Klasifikasi sistim
i
l
l
u
m
i
n
a
s
i
Modul SSBM-04: Spesifikasi Utilitas Bangunan Gedung

V
-
1
1
5.3.2 Faktor-faktor
p
e
r
t
i
m
b
a
n
g
a
n

i
l
l
u
m
i
n
a
s
i
.

V
-
Modul SSBM-04: Spesifikasi Utilitas Bangunan Gedung

1
3
5.4 Spesifikasi Illuminasi

V
-
1
6
5.4.1 Beberapa kriteria ............................................................. V-16
5.4.2 Illuminasi Yang
D
i
a
n
j
u
r
k
a
n

V
-
1
9
5.4.3 Kwalitas Warna ............................................................... V-21
5.4.4 Perimbangan Terhadap
C
a
h
a
y
a
Modul SSBM-04: Spesifikasi Utilitas Bangunan Gedung

A
l
a
m
i

V
-
2
4
5.5 Standar Penerangan Buatan Di
D
a
l
a
m

G
e
d
u
n
g
-
G
e
d
u
n
g

V
-
Modul SSBM-04: Spesifikasi Utilitas Bangunan Gedung

2
5
5.5.1. Ruang lingkup ................................................................. V-25
5.5.2. Pengertian-pengertian ..................................................... V-25
5.5.3. Prinsip-prinsip Umum ...................................................... V-25
5.5.4. Persyaratan Penerangan

BAB VI SPESIFIKASI TATA SUARA DAN

KOMUNIKASI

BAB VII SPESIFIKASI SISTEM PROTEKSI


KEBAKARAN
7.1 Sistem Pencegahan dan
P
e
n
a
n
g
g
u
Modul SSBM-04: Spesifikasi Utilitas Bangunan Gedung

l
a
n
g
a
n

B
a
h
a
y
a

K
e
b
a
k
a
r
a
n

P
a
s
i
f

V
I
I
-
1
Modul SSBM-04: Spesifikasi Utilitas Bangunan Gedung

7.1.1 Pintu Keluar ..................................................................... VII-2


7.1.3 Koridor dan Jalan Keluar ................................................. VII-4
7.1.4 Kompartemen .................................................................. VII-5
7.1.5 Evakuasi Darurat ............................................................. VII-5
7.1.6 Pengendalian Asap.......................................................... VII-9
7.2. Pencegahan Dan
P
e
n
a
n
g
g
u
l
a
n
g
a
n

B
a
h
a
y
a

K
e
b
a
k
a
r
a
Modul SSBM-04: Spesifikasi Utilitas Bangunan Gedung

A
k
t
i
f

V
I
I
-
1
4

7.2.1 Alat
P
e
n
g
i
n
d
e
r
a
a
n
/
P
e
r
i
n
g
Modul SSBM-04: Spesifikasi Utilitas Bangunan Gedung

a
t
a
n

D
i
n
i

(
D
e
t
e
k
t
o
r
)

V
I
I
-
1
4

7.2.2 Hidran dan Selang


K
e
b
a
k
a
Modul SSBM-04: Spesifikasi Utilitas Bangunan Gedung

r
a
n

V
I
I
-
1
5

7.2.3 Sprinkler .......................................................................... VII-18


7.2.4 Pasokan Air ..................................................................... VII-21

RANGKUMAN

DAFTAR PUSTAKA

HAND OUT
Modul SSBM-04: Spesifikasi Utilitas Bangunan Gedung

DESKRIPSI SINGKAT PENGEMBANGAN MODUL PELATIHAN


PELAKSANA MADYA PERAWATAN BANGUNAN GEDUNG
(Site Supervision of Building Maintenance)

1. Kompetensi kerja yang disyaratkan untuk jabatan kerja Pelaksana Madya


Perawatan Bangunan Gedung (Site Supervisor of Building Maintenance)
dibakukan dalam Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) yang
didalamnya telah ditetapkan unit-unit kerja sehingga dalam Pelatihan Pelaksana
Madya Perawatan Bangunan Gedung (Site Supervisor of Building Maintenance)
unit-unit tersebut menjadi Tujuan Khusus Pelatihan.

2. Standar Latihan Kerja (SLK) disusun berdasarkan analisis dari masing-masing Unit
Kompetensi, Elemen Kompetensi dan Kriteria Unjuk Kerja yang menghasilkan
kebutuhan pengetahuan, keterampilan dan sikap perilaku dari setiap Elemen
Kompetensi yang dituangkan dalam bentuk suatu susunan kurikulum dan silabus
pelatihan yang diperlukan untuk memenuhi tuntutan kompetensi tersebut.

3. Untuk mendukung tercapainya tujuan khusus pelatihan tersebut, maka berdasarkan


Kurikulum dan Silabus yang ditetapkan dalam SLK, disusun seperangkat modul
pelatihan (seperti tercantum dalam Daftar Modul) yang harus menjadi bahan
pengajaran dalam pelatihan Pelaksana Madya Perawatan Bangunan Gedung (Site
Supervisor of Building Maintenance).
Modul SSBM-04: Spesifikasi Utilitas Bangunan Gedung

DAFTAR MODUL

Pelaksana Madya Perawatan Bangunan Gedung


Jabatan Kerja :
(Site Supervisor of Building Maintenance)

Nomor
Kode Judul Modul
Modul
1 SSBM – 01 Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

2 SSBM – 02 Spesifikasi Struktur Bangunan Gedung

3 SSBM – 03 Spesifikasi Arsitektur Bangunan Gedung

4 SSBM – 04 Spesifikasi Utilitas Bangunan Gedung


5 SSBM – 05 Alokasi Waktu dan Penjadwalan

6 SSBM – 06 Perhitungan Rancangan Anggaran Biaya

7 SSBM – 07 Dokumen Kontrak

8 SSBM – 08 Teknologi Bahan, Bangunan & Konstruksi

9 SSBM – 09 Komputer

10 SSBM – 10 Rekayasa Bangunan

11 SSBM – 11 Perlengkapan dan Metode Kerja


Manajemen Pemeliharaan & Perawatan Bangunan
12 SSBM – 12
Gedung
13 SSBM – 13 Manajemen Supervisi Lapangan dan Pelaporan

14 SSBM – 14 Pranata Pembangunan


Modul SSBM-04: Spesifikasi Utilitas Bangunan Gedung

PANDUAN INSTRUKTUR

A. BATASAN

NAMA PELATIHAN : PELATIHAN PELAKSANA MADYA PERAWATAN


BANGUNAN GEDUNG (SITE SUPERVISOR OF
BUILDING MAINTENANCE)

KODE MODUL : SSBM - 04

JUDUL MODUL : SPESIFIKASI UTILITAS BANGUNAN GEDUNG

DESKRIPSI : Materi ini membahas pengetahuan Gambar instalasi


terpasang (as built drawings), Spesifikasi sistem
transportasi vertikal, Spesifikasi sistem plambing
dan pompa mekanik, Spesifikasi sistem
pengkondisian udara dan ventilasi, Spesifikasi
sistem listrik dan penerangan, Spesifikasi sistem
tata suara dan komunikasi, Spesifikasi sistem
proteksi kebakaran untuk pelatihan Pelaksana Madya
Perawatan Bangunan Gedung (Site Supervisor of
Building Maintenance).

TEMPAT KEGIATAN : Ruangan Kelas lengkap dengan fasilitasnya.

WAKTU PEMBELAJARAN : 4 (Empat) Jam Pelajaran (JP) (1 JP = 45 Menit)


Modul SSBM-04: Spesifikasi Utilitas Bangunan Gedung

B. RENCANA PEMBELAJARAN

KEGIATAN INSTRUKTUR KEGIATAN PESERTA PENDUKUNG

1. Ceramah : Pembukaan/
Bab I, Pendahuluan

 Menjelaskan tujuan instruksional  Mengikuti penjelasan TIU dan OHT


umum(TIU) dan Tujuan TIK dengan tekun dan aktif
instruksional khusus (TIK)  Mengikuti penjelasan maksud
 Menjelaskan maksud dan tujuan dan tujuan spesifikasi utilitas
spesifikasi utilitas bangunan bangunan gedung.
gedung.  Mengikuti penjelasan
 Menjelaskan pengertian pengertian spesifikasi utilitas
spesifikasi utilitas bangunan bangunan gedung.
gedung.  Mengajukan pertanyaan
apabila ada yang kurang jelas.
Waktu : 5 menit

2. Ceramah : Bab II, Gambar instalasi


terpasang (as built drawings)

Memberikan penjelasan, uraian  Mengikuti penjelasan, uraian OHT


atau-pun bahasan mengenai : atau bahasan instruktur
Gambar instalasi terpasang (as built dengan tekun dan aktif.
drawings).  Mengajukan pertanyaan
apabila ada yang kurang jelas.
Waktu : 25 menit

3. Ceramah : Bab III, Spesifikasi


sistem transportasi vertikal

Memberikan penjelasan, uraian  Mengikuti penjelasan, uraian OHT


atau-pun bahasan mengenai : atau bahasan instruktur
Spesifikasi sistem transportasi dengan tekun dan aktif.
vertikal.  Mengajukan pertanyaan
apabila ada yang kurang jelas.
Waktu : 25 menit

4. Ceramah : Bab IV, Spesifikasi


sistem plambing dan pompa
mekanik
 Mengikuti penjelasan, uraian OHT
Memberikan penjelasan, uraian atau bahasan instruktur
atau-pun bahasan mengenai : dengan tekun dan aktif.
Spesifikasi sistem plambing dan  Mengajukan pertanyaan
pompa mekanik. apabila ada yang kurang jelas.

Waktu : 25 menit

5. Ceramah : Bab V, Spesifikasi


sistem pengkondisian udara dan
ventilasi
 Mengikuti penjelasan, uraian OHT
Memberikan penjelasan, uraian atau bahasan instruktur
Modul SSBM-04: Spesifikasi Utilitas Bangunan Gedung

atau-pun bahasan mengenai : dengan tekun dan aktif.


Spesifikasi sistem pengkondisian  Mengajukan pertanyaan
udara dan ventilasi. apabila ada yang kurang jelas.

Waktu : 25 menit

6. Ceramah : Bab VI, Spesifikasi


sistem listrik dan penerangan

Memberikan penjelasan, uraian  Mengikuti penjelasan, uraian OHT


atau-pun bahasan mengenai : atau bahasan instruktur
Spesifikasi sistem listrik dan dengan tekun dan aktif.
penerangan.  Mengajukan pertanyaan
apabila ada yang kurang jelas.
Waktu : 25 menit

7. Ceramah : Bab VII, Spesifikasi


sistem tata suara dan komunikasi

Memberikan penjelasan, uraian  Mengikuti penjelasan, uraian OHT


atau-pun bahasan mengenai : atau bahasan instruktur
Spesifikasi sistem tata suara dan dengan tekun dan aktif.
komunikasi.  Mengajukan pertanyaan
apabila ada yang kurang jelas.
Waktu : 25 menit

8. Ceramah : Bab VIII, Spesifikasi


sistem proteksi kebakaran

Memberikan penjelasan, uraian  Mengikuti penjelasan, uraian OHT


atau-pun bahasan mengenai : atau bahasan instruktur
Spesifikasi sistem proteksi dengan tekun dan aktif.
kebakaran.  Mengajukan pertanyaan
apabila ada yang kurang jelas.
Waktu : 25 menit
Modul SSBM-04: Spesifikasi Utilitas Bangunan Gedung Bab I: Gambar Instalasi Terpasang

BAB I
GAMBAR INSTALASI TERPASANG

1.1. PENYAJIAN GAMBAR

a. Secara umum gambar harus dilengkapi dengan keterangan yang


menggunakan Bahasa Indonesia.
b. Teknik menggambar harus benar dengan notasi yang baku (mis.: untuk
sistem plambing, listrik, mekanikal, dll).
c. Skala mengikuti ketentuan yang umum, dan dapat disesuaikan dengan
kebutuhan.
d. Ukuran kertas A1 atau A0

1.2. SKALA GAMBAR

Skala gambar tergantung dari jenis struktur bangunan gedung, yang biasanya
dibedakan antara untuk sistem plambing, listrik, tata udara, mekanikal, proteksi
kebakaran, dan tata suara (lihat tabel 1)

Tabel 1.1: Skala Gambar

NO Jenis Gambar Denah/ Detail Keterangan Kelengkapan


Potongan Gambar
1 Plambing 1 : 100 1 : 20 - Mutu Bahan
- As Horizontal dan Vertikal
1 : 200 1 : 40 - Denah kunci
- Diameter Pipa
- Elevasi dan Kemringan
- Jenis dan tata letak peralatan
- Notasi fikstur
2 Mekanikal 1 : 100 1 : 20 - Mutu Bahan
- As Horizontal dan Vertikal
1 : 200 1 : 40 - Denah Kunci
- Elevasi
- Jenis dan tata letak peralatan
- Notasi tfikkstur
3 Listrik dan 1 : 100 1 : 20 - Mutu Bahan
Penerangan - Ukuran kabel
1 : 200 1 : 40 - As Horizontal dan Vertikal
- Denah Kunci
- Elevasi
- Jenis dan tata letak peralatan
- Notasi fikstur
Modul SSBM-04: Spesifikasi Utilitas Bangunan Gedung Bab I: Gambar Instalasi Terpasang

NO Jenis Gambar Denah/ Detail Keterangan Kelengkapan


Potongan Gambar
4 Tata udara 1 : 100 1 : 20 - Mutu Bahan
- Ukuran ducting
1 : 200 1 : 40 - As Horizontal dan Vertikal
- Denah Kunci
- Elevasi
- Jenis dan tata letak peralatan
- Notasi fikstur
5 Proteksi Kebakaran 1 : 100 1 : 20 - Mutu Bahan
- Ukuran pipa
1 : 200 1 : 40 - As Horizontal dan Vertikal
- Denah Kunci
- Elevasi
- Jenis dan tata letak peralatan
- Notasi fikstur
6 Transportasi Vertikal 1 : 100 1 : 20 - Mutu Bahan
- Ukuran lif/eskalator/travelator
1 : 200 1 : 40 - As Horizontal dan Vertikal
- Denah Kunci
- Elevasi
- Jenis dan tata letak peralatan
- Notasi fikstur

1.3. TATA LETAK DAN KELENGKAPAN GAMBAR

Gambar utilitas pada umumnya terdiri dari gambar instalasi terpasang (as
built drawings):
- Gambar sistem plambing
- Gambar sistem elektrikal dan elektronik
- Gambar sistem mekanikal
- Gambar sistem tata udara
- Gambar sistem transportasi vertikal

Kelengkapan Gambar (bila diperlukan):


- Isometrik Plambing (Gambar 1.1)
- Konsep Perencanaan Utilitas Bangunan
- Analisa Perhitungan Mekanikal dan Elektrikal
Modul SSBM-04: Spesifikasi Utilitas Bangunan Gedung Bab I: Gambar Instalasi Terpasang

Gambar 1.1: Diagram Isometrik Saluran Air Kotor dan Ventilasi


Modul SSBM-04: Spesifikasi Utilitas Bangunan Gedung Bab II: Spek. Sistem Trans. Vertikal

BAB II
SPESIFIKASI SISTEM TRANSPORTASI VERTIKAL

2.1. UMUM
Pada abad ke-19, tambang dan katrol digunakan untuk mengangkut orang dan
barang pada bangunan bertingkat. Peralatan ini digerakkan oleh tenaga air atau
uap, yang selanjutnya berkembang dengan ditemukannya motor listrik. Pada
tahun 1852 William Otis mendemonstrasikan lif untuk pertama kali dengan
memperhatikan aspek-aspek keselamatan manusia dan gedung pencakar langit
yang pertama menggunakan lif dengan mesin traksi yang diletakkan di puncak
bangunan adalah gedung Woolworth yang dibangun di New York tahun 1914.

Dewasa ini, terdapat dua jenis lif yang umum digunakan, yaitu jenis dengan motor
penggerak (traction lift) dan jenis dengan dongkrak hidrolik (hydraulic lift). Untuk
lif dengan motor penggerak. peletakan mesin dapat berada di atas ruang luncur
(di penthouse) atau di basemen (di samping ruang luncur). Kedua jenis peletakan
ini dapat terlihat pada Gambar 2.1. dan Gambar 2.2.

Kecepatan lif hidrolik antara 0,30 sampai 0,90 meter/detik dan kapasitas angkut
maksimumnya 10 ton (dengan tuas tunggal) dan dapat mengangkut sampai
dengan beban 50 ton (dengan tuas ganda).

Lif hidrolik ini mempunyai karakteristik:

Gambar 2.1: Lif Hidrolik


Modul SSBM-04: Spesifikasi Utilitas Bangunan Gedung Bab II: Spek. Sistem Trans. Vertikal

a. Tidak mengakibatkan tambahan beban di puncak bangunan


b. Hanya digunakan untuk kecepatan yang relatif rendah
c. Hanya digunakan untuk melayani lantai yang jumlahnya sedikit
d. Ada kemungkinan bau minyak merebak ke dalam kereta lif
e. Sangat baik untuk mensangkut beban" berat
f. Alas lantai kereta dapat berada pada level bangunan secara tepat
g. Tidak membutuhkan beban pengimbang (counter weight)
h. Memmbulkan suara yang lebih berisik dibandingkan dengan lif yang
digerakkan oleh motor traksi.

Gambar 2.2: Lif dengan Motor Traksi

Kecepatan lif dengan penggerak motor di atas adalah antara 2.5 sampai 9 meter/
detik. Lantai kereta lif mempunyai perbedaan sekitar 6 mm dengan permukaan
lantai bangunan. Pergerakan lif tipe ini sangat halus dan sangat efisien dalam
penggunaan energi listrik, namun harganya termasuk yang termahal
dibandingkan sistem lif lainnya.

Lif dengan motor di bawah hanya dapat digunakan untuk melayani paling banyak
delapan lantai dan biayanya sekitar 50% lebih mahal dibandingkan yang
bermesin di atas. Di samping itu, kecepatannya juga terbatas (sekitar 1
meter/detik).
Modul SSBM-04: Spesifikasi Utilitas Bangunan Gedung Bab II: Spek. Sistem Trans. Vertikal

2.2. TATA LETAK LIFT

Ruang luncur lif ditentukan dari jumlah dan konfigurasi tata letak lif dengan jumlah
maksimal empat buah dalam satu deretan.

Diagram pada Gambar 2.3. menunjukkan tata letak sekelompok lif yang baik dan
alternatif lain yang masih dapat dilakukan. Perlu diingat bahwa semua hambatan
yang dapat mengganggu arus lalu lintas perlu dihilangkan. Tata letak lain yang
juga sering dijumpai adalah bentuk Cul-de-Sac (jalan buntu) dan melingkar
(Gambar 2.4).

Gambar 2.3: Tata Letak Konfigureasi Lif


Modul SSBM-04: Spesifikasi Utilitas Bangunan Gedung Bab II: Spek. Sistem Trans. Vertikal

Gambar 2.4: Tata Letak Lif Cul de-Sac dan Malingkar

Untuk bangunan yang tingginya lebih dari 25 lantai, dianjurkan untuk membagi
layanan lif dengan mengelompokkan lantai yang dilayani, konsep zona, di mana
tiap zona dilayani oleh sejumlah lif tertentu.

Jika pembagian zona ini masih mengakibatkan jumlah lif tetap banyak. dapat
digunakan sejumlah lif dengan pintu masuk (entrance) terpisah dan ditempatkan
pada lantai transfer yang disebut "sky lobby', Sky lobby ini digunakan untuk
tempat transfer dari zona yang lebih rendah ke zona di atasnya. Di samping itu,
areal sky lobby ini dapat digunakan untuk tempat penampungan sementara pada
kondisi darurat (kompartemen kebakaran) dan kebutuhan aktivitas lainnya,
seperti ruang mekanikal elektrikal (mesin pengkondisian udara dan pompa air),
bak penampungan air (reservoir), restoran. lobby hotel, ruang pengelola, ruang
rapat, kolam renang. dan lain-lain.

Mengingat sky lobby memuat peralatan mekanik dan elektrik, maka secara struk-
turai lantainya sangai kaku dan kukuii, nehingga menarnbah ketahanan
bangunan terhadap gaya-gaya lateral yang diakibatkan oleh angin atau gempa
burni.

Pada bangunan yang tinggi dan luas, jumlah lif yang diperlukan meningkat
sebanding dengan jumlah lantai yang dilayani. Dengan demikian, jika mencapai
suatu ketmggian tertentu. maka areal luas yang digunakan untuk menempatkan
lif menjadi meningkat dan melebihi ketentuan ekonomis (di atas 20% luas lantai).
Jadi. pada umumnya sebuah lif hanya melayani sekitar 12-15 lantai, agar tidak
melampaui batas tunggu dan jumlah waktu perjalanan yang disyaratkan.

Jika hal tersebut dijumpai dalam suatu bangunan tinggi. maka ada beberapa hal
yang dapat dilakukan:

a. Sejumlah lantai dibagi atas beberapa zona: group I melayani sejumlah lantai
zona bawah, group II melayani sejumlah lantai zona tengah, dan group III
Modul SSBM-04: Spesifikasi Utilitas Bangunan Gedung Bab II: Spek. Sistem Trans. Vertikal

melayani sejumlah lantai zona atas. Dengan pembagian zona tersebut, beban
lif menjadi berkurang. Namun pembagian zona tidak memberi dampak pada
pengurangan luas inti, sebab ruang mesin lif tetap berada di lantai yang
sama, yang letaknya di atas group III (di penthouse).

b. Untuk mengurangi luas inti, khususnya pada lantai-lantai bagian atas, gedung
dibagi atas beberapa lobby yang ditempatkan pada lantai-lantai tertentu.
Selanjutnya, lif dengan kapasitas besar dan berkecepatan tinggi melayani
penumpang dari lobby utama di lantai dasar ke sky lobby, atau dari sky lobby
yang satu ke sky lobby berikutnya. Dari sky lobby orang dapat pindah dengan
menggunakan eskalator ke sejumlah lif yang melayani zona di atasnya
(Gambar 2.5.).

Gambar 2.5: Zona Lif dan Sky Lobby


Modul SSBM-04: Spesifikasi Utilitas Bangunan Gedung Bab II: Spek. Sistem Trans. Vertikal

Konsep ini memungkinkan dikuranginya ruang yang digunakan untuk lubang


lif. sebab alur perjalanan lif tidak perlu setinggi bangunan. Penggunaan sky
lobby ini memungkinkan bangunan berfungsi ganda: memuat apartemen atau
hotel di bagian atas, perkantoran di bagian tengah, dan fasilitas perbelanjaan
serta parkir di bagian bawah.

c. Jika penggunaan sky lobby belum juga dapat memenuhi ketentuan luas inti
yang disyaratkan, maka dapat digunakan lif double decker (Gambar 2.6).

Gambar 2.6: Lif Double Decker


Modul SSBM-04: Spesifikasi Utilitas Bangunan Gedung Bab II: Spek. Sistem Trans. Vertikal

Pengaturan tata letak lif pada lobby yang dikaitkan dengan pembagian zona
layanan lif dapat dilihat pada Gambar 2.7. Tiap zona lif biasanya melayani 10 - 15
lantai, dan 4 zona merupakan batas maksimum. Jika memerlukan zona lif lebih
dari empat, maka harus digunakan sky lobby (minimum dua lantai), dan di atas
sky lobby masih dimungkinkan untuk ditambah 2-3 lantai tambahan untuk ruang
mekanik/elektrik.

Gambar 2.7: Tata Letak Lif pada Lobby dan Zona Layanan Lif

2.3. PERANCANGAN LIFT

Rancangan, instalasi, dan pemeliharaan untuk berbagai jenis peralatan lif sangat
tergantung pada peraturan dan ketentuan daerah setempat. Di Indonesia
rekomendasi penggunaan lif diberikan oleh Departemen Ketenagakerjaan,
karena menyangkut kesehatan dan keselamatan kerja orang yang ada pada
bangunan tersebut.

Ketentuan rancangan juga berkaitan dengan dimensi ruang mesin, akses yang
diperlukan, pencahayaan dan ventilasi. Persyaratan dan peraturan mungkin
berbeda antar daerah yang satu dengan yang lainnya. tetapi pada dasarnya
menuntut disediakannya suatu sistem peralatan, baik yang manual maupun yang
otomatis, sehingga lif dapat secara aman dioperasikan untuk kepentingan umum.

Kapasitas atau daya angkut suatu sistem lif harus cocok dengan kebutuhan trans-
portasi vertikal pada bangunan tertentu yang secara konsisten mengacu pada
kriteria rancangan kualitas bangunan. Rancangan yang tepat dapat dilakukan
Modul SSBM-04: Spesifikasi Utilitas Bangunan Gedung Bab II: Spek. Sistem Trans. Vertikal

berdasarkan jumlah mesin, ukuran, dan kecepatannya. Meskipun demikian


perhitungan perjalanan penumpang dilakukan berdasarkan anggapan yang
diperoleh dari pengalaman atau pengamatan terdahulu.

Perhitungan harus dilakukan secara realistis terhadap kebutuhan sekarang dan


per-kiraan di masa yang akan datang, mengingat sangat sulitnya kita melakukan
modifikasi setelah sistem lif terpasang. Penyempumaan hanya mungkin dilakukan
dengan mening-katkan sistem pengendalian, atau mungkin menambah
kecepatan mesin lif. Secara ideal, lif dirancang untuk melayani beban puncak
(peak atau rush hour).

2.3.1 Waktu Perjalanan Bolak Balik (T)

Waktu perjalanan bolak balik lif (Round Trip Time - RTT) adalah waktu yang
dibutuhkan seseorang secara total, mulai dari masuk di lobby sampai ke lantai
yang dituju. Untuk itu, perlu diperhitungkan dan dijumlahkan waktu yang
diperlukan selama perjalanan tersebut:
a. Lif berhenti di lobby
b. Pintu lif terbuka
c. Orang/Penumpang masuk ke dalam lif.
d. Pintu lif tertutup
e. Lif bergerak sampai kecepatan maksimum
f. Lif melaju dalam kecepatan maksimum yang tetap
g. Laju kecepatan lif menurun untuk berhenti
h. Pintu lif terbuka
i. Orang/Penumpang ke luar
j. Pintu lif tertutup

Pada bangunan yang tidak begitu tinggi, sulit terjadi lif melaju dalam kecepatan
maksimum yang tetap, karena sebelum mencapai kecepatan maksimum. laju
kecepatan lif sudah menurun untuk berhenti di lantai tertentu. Buka tutup pintu lif
merupakan bagian terbesar dari waktu yang diperlukan dalam RTT, karenanya
akan lebih baik untuk menggunakan pintu dengan kecepatan buka-tutup yang
tinggi atau menggunakan dua daun pintu.

Dari hal tersebut di atas, maka RTT untuk satu zona pelayanan, secara
pendekatan terdiri dari:
a. Pintu membuka di lobby lantai dasar, membutuhkan 2 detik
Modul SSBM-04: Spesifikasi Utilitas Bangunan Gedung Bab II: Spek. Sistem Trans. Vertikal

b. Orang/Penumpang masuk dengan kecepatan 1,5 detik/orang. Jadi jika


kapasitas lif adalah 'm'. maka dibutuhkan 1,5 m detik.
c. Pintu lif tertutup, membutuhkan waktu 2 detik.
d. Pintu lif membuka di setiap lantai, membutuhkan 2(n - 1) detik
e. Orang/Penumpang ke luar di setiap lantai membutuhkan 1,5 m detik
f. Pintu lif menutup di setiap lantai, membutuhkan 2(n - 2) detik
2h( n  1)
g. Perjalanan bolak balik detik
s
Maka jumlah waktu yang dibutuhkan:
( 2h  4 s )( n  1)  s( 3m  4 )
T detik Persamaan 2.1
s
di mana: h adalah jarak lantai ke lantai (m)
s adalah kecepatan rata-rata lif (m/detik)
n adalah jumlah lantai yang dilayani lif
m adalah daya angkut / kapasitas lif (orang)

Kecepatan lif untuk berbagai ketinggian bangunan dapat dilihat pada Tabel 2.1.,
sedangkan kapasitas lif dapat dilihat pada Tabel 2.2.

Tabel 2.1: Kecepatan Lif yang direkomendasi (m/det)

Jumlah Lantai Kecil Menengah Besar Lif Barang


Kantor
2–5 1.25 1.5 – 2 2 1
5 – 10 2 2 2.5 1.5
10 – 15 2 2 – 2.5 2.5 – 3.5 2
15 – 25 2.5 2.5 – 3.5 3.5 2.5
25 – 35 - 4–5 5 2.5
35 – 45 - 5–6 6 3.5
45 – 60 - 6–7 7–8 4
Diatas 60 - - 9 4
Gedung Parkir
2–5 1.25
5 – 10 1–2
10 – 15 1.5 – 2.5
Hotel
2–6 0.5 – 1.5 1
6 – 12 1 – 2.5 1.5
12 – 20 2 – 2.5 2
20 – 25 2.5 – 3.5 2.5
25 – 30 3.5 – 4 2.5
30 – 40 3.5 – 5 3.5
40 – 50 5. – 6 4
Apartemen, Asrama/
Rumah Sakit
2–6 0.5 1
6 – 12 1 1
12 – 20 1.5 – 2.5 1
20 – 25 2 – 2.5 1.5
25 – 30 2.5 1.5
Modul SSBM-04: Spesifikasi Utilitas Bangunan Gedung Bab II: Spek. Sistem Trans. Vertikal

Tabel 2.2: Rekomendasi Kapasitas Lif (kg)

Jumlah Lantai Kecil Menengah Besar Lif Barang


Kantor 1250/1500 1500/1600 1600/2000 2000/3200
Parkir 1250 1500 1600 -
Komersial 1600 1600 2000 2000/4000
Hotel 1500 1600 1600 2000
Apartemen 1000/1250 1250 1500 -
Rumah Sakit 1000 1500 2000 2000
Catatan: Kapasitas Lif Kapasitas Penumpang (Orang)
(kg) 12
1000 17
1250 20
1500 23
1600 28
2000

Meskipun kecepatan lif bisa mencapai 9 m/detik, pada umumnya penggunaan


lif dibatasi pada kecepatan 7 m/detik, agar tidak mendekati kecepatan gravitasi
bumi (9,8 m/detik). Hal ini dimaksudkan untuk menghindari rasa tidak nyaman
(mual) bagi penumpang lif.

2.3.2 Beban Puncak Lift

Beban puncak lift dilakukan berdasarkan perhitungan empiris terhadap jumlah


penghuni gedung yang harus dapat diangkat oleh lif yang tersedia dalam lima
menit pada waktu tersibuk di bangunan tersebut.

Sebagai batasan, biasanya ditentukan dalam persentase (%) jumlah penghuni


gedung, sebagaimana tertera dalam Tabel 2.3.

Tabel 2.3: Persentase Beban Puncak lif di Indonesia


% x  Penghuni Perkiraan
Jenis Bangunan
Bangunan  Penghuni Bangunan (PB)

Kantor 4 4 m2 lantai netto/orang


Apartemen 3 3 m2 lantai netto/orang
Hotel 5 5 m2 lantai netto/orang

Dua kriteria yang digunakan untuk mengukur kualitas kinerja lif:

a. Waktu Tunggu (WT)

Waktu Tunggu (waiting interval) adalah waktu maksimum, yang diukur


dalam detik, antara pemanggilan lif (ditekannya tombol lift) di lobby utama
lantai dasar pada beban puncak dan datangnya lif (terbukanya pintu lif).
Modul SSBM-04: Spesifikasi Utilitas Bangunan Gedung Bab II: Spek. Sistem Trans. Vertikal

T
WT  Persamaan 2.2
N

dimana : N adalah jumlah lif.

Ketentuan perkiraan batas waktu tunggu tertera pada tabel berikut.

Tabel 2.4: Waktu Tunggu yang ideal

Jenis Bangunan WT (detik)


Kantor/Rumah Sakit 25 – 45
Apartemen 50 – 70
Hotel 40 – 70
Asrama 60 – 80
Kampus 40 – 60

b. Kapasitas Daya Angkut (Handling Capacity – HC)


Kapasitas lif tergantung dari kapasitas muat lif dan frekuensi
masul/keluarnya penumpang, yang diukur untuk jangka waktu lima menit
waktu tersibuk bangunan itu.

Daya angkut suatu lif dalam lima menit ditentukan berdasarkan:

5.6.m 5.60.m.N 300.m.N


HC    Persamaan 2.3
WT T T

Dimana : m adalah daya angkut/kapasitas lif (75 kg/orang)


WT adalah waktu tunggu (detik)
N adalah jumlah lif
T adalah waktu perjalanan bolak balik lif (detik)

2.3.3 Jumlah Lif

a. Jumlah lift utuk Satu Zona Pelayanan (Single Zone Service)


Jika beban puncak lif dalam suatu bangunan dihitung berdasarkan
perkiraan dari jumlah penghuni gedung (lihat tabel 2.3), maka beban
puncak lif (BPL):
P( Lbruto  Lint i )  n
BPL  Persamaan 2.4
PB
Di mana : P adalah % beban puncak lif (lihat Tabel 2.3)
Lbruto adalah luas bruto per lantai (m 2)
Linti adalah luas inti bangunan (m 2)
Lnetto adalah luas netto per orang
n adalah jumlah lantai bangunan
Modul SSBM-04: Spesifikasi Utilitas Bangunan Gedung Bab II: Spek. Sistem Trans. Vertikal

PB adalah perkiraan penghuni bangunan (Tabel 2.3)


Jumlah lif yang dibutuhkan :
BPL
N Persamaan 2.5
HC
dengan mensubstitusikan Persamaan 2.3 dan Persamaan 2.4 dalam
Persamaan 2.5 maka diperoleh :
Lnetto  P  T
N Persamaan 2.6
300  PB  m
Sebagai perkiraan, jumlah lif untuk kantor adalah satu lif untuk tiap 5.000
m2 luas lantai bruto, dan tambahan satu lif barang untuk 5 – 6 lif
penumpang. Jumlah dan kapasitas lif untuk bangunan perkantoran dapat
juga diperoleh dengan bantuan Tabel 2.5.

Untuk tabel 2.5 dapat digunakan dengan pertimbangan klasifikasi hotel,


dan hal-hal sebagai berikut:

1) Untuk setiap 100 kamar perlu disediakan sati lift barang.


2) Untuk pelayanan yang memuaskan, setiap 75 kamar dilayani oleh satu lif.
3) Kapasitas lif yang digunakan minimal untuk 16 orang.
4) Lif yang digunakan harus mampu mengangkut barang bawaan tamu yang
berat (koper atau meja saji makanan).
5) Ruang kamar tidak boleh berdekatan dengan ruang mesin lif.

Tabel 2.5: Perkiraan Jumlah dan Kapasitas Lif (Bangunan


Perkantoran)
Lantai Luas Lantai Bruto (x 100 m2)
Yang
Dilayani 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
18 4c 5c 5d 6d
17 4b 4d 5c 5e 6d
16 3c 4c 5c 5d 6d 6e
15 3b 4b 4d 5c 5d 6d 6e
14 4b 4c 4d 5c 5d 6d 6e
13 3b 4b 4c 4d 4d 5d 5e 6d 6d
12 3b 3c 4b 4c 4d 4e 5d 5e 6d 6e
11 3b 3b 3c 4b 4c 4d 4e 5b 5d 5e 6d 6d
10 2e 3b 3c 4b 4c 4c 4d 5c 5d 6e 6c 6d
9 2c 2d 3b 3c 3d 4b 4b 4c 4d 4e 5c 5d
8 2a 2c 2d 3a 3b 3b 3c 3d 4b 4b 4c 4d
7 2a 2a 2b 2c 2e 3a 3b 3b 3c 3d 4b
6 2a 2a 2a 2a 2v 2c 2d 2e 3a 3b
5 1c 1c 2a 2a 2a 2a 2a 2a 2a 2b
4 1b 1b 1b 1c 1c 1c 1c 2 2a
Catatan: a = kapasitas lif 10 orang
b = kapasitas lif 12 orang
c = kapasitas lif 16 orang
d = kapasitas lif 20 orang
e = kapasitas lif 24 orang

Bangunan yang tingginya kurang dari empat lantai harus dilengkapi


dengan minimal dua buah tangga, ramp, eskalator, atau lif untuk
Modul SSBM-04: Spesifikasi Utilitas Bangunan Gedung Bab II: Spek. Sistem Trans. Vertikal

penyandang tuna daksa.

Untuk luas lantai bruto > 25000 m2, perlu ada satu lif barang

Untuk apartemen, perlu diperhatikan :


1) Bagi setiap 300 unit perlu disediakan satu lif barang
2) Lif barang diperlukan jika blok hunian di mana pintu utama berada
ditempatkan pada ketinggian dua lantai dari lantai dasar.
3) Kapasitas lif yang digunakan minimal untuk 12 orang.
4) Unit hunian tidak boleh berdekatan dengan ruang mesin lif.

b. Jumlah lift utuk Banyak Zona Pelayanan (Multi Zone Service)


Perhitungan Jumlah Lif dilakukan untuk setiap zona pelayanan :
1) Perhitungan untuk zona 1 dengan n1 lantai yang dilayani:
Waktu perjalanan bolak balik zona 1 (T1) adalah:
( 2h  4 s1 )( n1  1)  s1 ( 3m  4 )
T1  Persamaan 2.7
s1
di mana: h adalah jarak lantai ke lantai (m)
s1 adalah kecepatan rata-rata lif (m/detik) pada zona 1
n1 adalah jumlah lantai yang dilayani lif pada zona 1
m adalah daya angkut / kapasitas lif (orang)
dan jumlah lif yang dibutuhkan pada zona 1 (N1) adalah
Lnetto  n1  P  T1
N1  Persamaan 2.8
300  PB  m
dengan waktu tunggu di zona 1 (WT1) adalah:
T1
WT1 
N1
Persamaan 2.9

2) Perhitungan untuk zona 2 dengan n2 lantai yang dilayani:


Waktu perjalanan bolak balik zona 2 (T2) adalah:
2h( n1  1) ( 2h  4 s 2 )( n2  1)  s 2 ( 3m  4 )
T1   Persamaan 2.10
s2 s2
di mana: h adalah jarak lantai ke lantai (m)
s2 adalah kecepatan rata-rata lif (m/detik) pada zona 2
n2 adalah jumlah lantai yang dilayani lif pada zona 2
m adalah daya angkut / kapasitas lif (orang)
dan jumlah lif yang dibutuhkan pada zona 2 (N2) adalah
Modul SSBM-04: Spesifikasi Utilitas Bangunan Gedung Bab II: Spek. Sistem Trans. Vertikal

Lnetto  n 2  P  T2
N2  Persamaan 2.11
300  PB  m
dengan waktu tunggu di zona 2 (WT2) adalah:
T2
WT2 
N2
Persamaan 2.12
Dengan pendekatan yang sama, dapat dihitung waktu perjalanan bolak
balik (T), jumlah lif (N) dan waktu tunggu (WT) untuk bangunan dengan
pembagian zona lebih dari dua (dengan maksimum empat zona).

c. Lif Ekspres
Bangunan yang menggunakan sku lobby, semestinya dilengkapi dengan lif
ekspres yang melayani orang/penumpang dari loby utama ke sky lobby di
atasnya, atau dari sky lobby yang satu ke sky lobby yang lainnya.
Waktu perjalanan bolak balik untuk mencapai sky lobby adalah :
2h( ne  2 )
Te  ( 3m  8 )  Persamaan 2.13
se
di mana: h adalah jarak lantai ke lantai (m)
se adalah kecepatan rata-rata lif ekspres (m/detik)
ne adalah jumlah lantai yang dilalui lif ekspres
m adalah daya angkut / kapasitas lif ekspres (orang)

dan jumlah lif ekspres yang dibutuhkan adalah


Lnetto  ne  P  Te
Ne  Persamaan 2.14
300  PB  m

dengan waktu tunggu lif ekspres adalah:


Te
WTe 
Ne
Persamaan 2.15

2.3.4 Kebutuhan Ruang Lif

a. Ruang Luncur Lif (Lift Shaft)


Secara umum kebutuhan ruang lif adalah:
1) Luas ruang luncur, antara 0,30 – 0,36 m2/orang.
Dalam rancangan biasa diambil nilai 0,36 m 2/orang.
Modul SSBM-04: Spesifikasi Utilitas Bangunan Gedung Bab II: Spek. Sistem Trans. Vertikal

2) Luas kereta lif (car lift), antara 0,18 – 0,22 m2/orang


Dalam rancangan biasa diambil nilai 0,20 m2/orang dengan jarak antar
kereta kurang lebih 0,30 meter (Gambar 2.8).

Gambar 2.8: Dimensi Ruang Luncir Lif

b. Ruang Lobby Lif


Jarak bebas koridor dan bukan lif dapat dilihat pada gambar 2.9.

Gambar 2.9: Dimensi dan Jarak Bebas Lobby Lif

c. Dimensi Ruang Mesin Lif/Pit


Dimensi ruang mesin perlu disediakan untuk motor penggerak traksi yang
ditempatkan tepat di atas ruang luncur lif, dan pit perlu disediakan di dasar
ruang luncur menahan mendaratnya lif di lantai dasar (Gambar 2.10).
Modul SSBM-04: Spesifikasi Utilitas Bangunan Gedung Bab II: Spek. Sistem Trans. Vertikal

Gambar 2.10: Dimensi Ruang Mesin dan Pit Lif


Modul SSBM-04: Spesifikasi Utilitas Bangunan Gedung Bab III: Spek. Sistem Plambing & Pompa Mekanik

BAB III
SPESIFIKASI SISTEM PLAMBING DAN POMPA MEKANIK

3.1 SISTEM PEMIPAAN PADA BANGUNAN TINGGI

Instalasi pipa pada bangunan tinggi digunakan untuk mengalirkan air bersih
(panas dan dingin), air es untuk keperluan tata udara, air untuk keperluan
pencegahan dan penang-gulangan bahaya kebakaran, pembuangan air
kotor, air buangan, air hujan, dan air limbah. Di samping itu, ada pula
jaringan pipa untuk ventilasi dan saluran gas, dan di rumah sakit terdapat
pula saluran oksigen.

Jenis pipa yang digunakan juga beragam jenisnya: air bersih dialirkan
melalui pipa besi (steel pipe atau black pipe), pipa galvanis, pipa Poly Vinyl
Chloride (PVC) atau pipa tembaga (copper pipe). Pipa yang digunakan untuk
keperluan pencegahan dan penanggulangan bahaya kebakaran (hidran dan
sprinkler), dituntut untuk mampu menahan tekanan tertentu.

Jaringan pipa diatur menurut arah vertikal (riser, down feed, atau stand pipe)
yang disembunyikan dalam saluran di dalam tembok (shaft) sebagaimana
terlihat pada Gambar 3.1, sedangkan pada arah horizontal, biasanya
ditempatkan di atas langit-langit atau di lantai instalasi (lantai mekanik dan
elektrik).

Untuk membedakan antara pipa yang satu dengan yang lainnya, maka pipa
diberi warna dan diberi arah alirannya (Tabel 3.1.)

Tabel 3.1: Warna Pipa Air Bersih dan Air Kotor

Fungsi Pipa Warna Pipa

Air Bersih Biru


Air Buangan Kuning
Air Limbah Coklat
Air untuk Sprinkler Merah
Modul SSBM-04: Spesifikasi Utilitas Bangunan Gedung Bab III: Spek. Sistem Plambing & Pompa Mekanik

Gambar 3.1: Tipikal Saluran Pipa Air Bersih dan Air Kotor

3.1.1 Jaringan Pipa Air Bersih

Untuk memasok kebutuhan air bersih pada bangunan tinggi, biasanya


digunakan pompa agar air dapat disalurkan ke tempat yang letaknya jauh dari
permukaan tanah dan jika bangunannya sangat tinggi, maka Jaringan
pemipaan dibagi atas beberapa zona.

Diagram distribusi air bersih (air dingin dan air panas), pasokan untuk kotak
hidran dan menara pendingin, serta Jaringan air buangan untuk bangunan
tinggi yang dibagi atas beberapa zona (zona utilitas biasanya melayani
sekitar 15 lantai), diperlihatkan pada Gambar 3.2.
Modul SSBM-04: Spesifikasi Utilitas Bangunan Gedung Bab III: Spek. Sistem Plambing & Pompa Mekanik

Pompa
T ekan Menara
(PT ) Pendingain
Pompa
T angki
Air

JP

Kotak
Hidran Lantai 45

JP
AD AB
Kotak ZONA 3
Hidran

JP
AP

T angki Kotak
Air Hidran

JP PA

Kotak
Hidran Lantai 30

JP
AD
AB Kotak ZONA 2
Hidran

JP

T angki Kotak
AP Hidran
Air

PA

Jaringan Kotak
Sprinkler Hidran Lantai 15
(JP)

JP AP
Kotak ZONA 1
AB Hidran

JP

Kotak
Hidran
Lantai Dasar
Pemanas Air
Pompa Air
(PA)
T angki Air Buangan
PT Bawah T anah

Pasokan
NOTASI: AD = Air Dingin Utama
AP = Air Panas Meter Air
AB = Air Buangan

Gambar 3.2: Skema Pemipaan untuk Bangunan Tinggi.

Pada umumnya terdapat dua sistem pasokan air bersih yaitu sistem pasokan
ke atas (up feed), (baik dengan atau tanpa tangki penampung air), dan
pasokan ke bawah (down feed).

Pada sistem pasokan ke atas (up feed) air bersih dialirkan dengan tekanan
pompa (Gambar 3.3.a. dan gambar 3.3.b.), sedangkan pada pasokan ke
bawah (down feed), pompa digunakan untuk mengisi tangki air di atas atap.
Dengan menggunakan sakelar pelampung, pompa akan berhenti bekerja,
Modul SSBM-04: Spesifikasi Utilitas Bangunan Gedung Bab III: Spek. Sistem Plambing & Pompa Mekanik

jika air dalam tangki sudah penuh dan selanjutnya air dialirkan dengan
memanfaatkan gaya gravitasi (Gambar 3.3.c.). Pompa yang biasa digunakan
untuk bangunan tinggi adalah pompa sentrifugal (Gambar 3.4.).

Gambar 3.3: Sistem Pasokan Air Bersih

Gambar 3.4: Pompa Air untuk Bangunan Tinggi


Modul SSBM-04: Spesifikasi Utilitas Bangunan Gedung Bab III: Spek. Sistem Plambing & Pompa Mekanik

Selanjutnya, air panas biasa dihasilkan oleh peralatan pemanas air, dari
yang kapasitasnya kecil (Gambar 3.5.) sampai dengan yang kapasitasnya
besar (Gambar 3.6.). Pemanas air ini ada yang menggunakan pembakaran
gas, listrik, atau tenaga surya (Gambar 3.7).

Gambar 3.5: Pemanas Air Kapasitas Kecil

Gambar 3.6: Pemanas Air Kapasitas Besar

Gambar 3.7: Pemanas Air Kapasitas Besar


Modul SSBM-04: Spesifikasi Utilitas Bangunan Gedung Bab III: Spek. Sistem Plambing & Pompa Mekanik

Pada bangunan yang membutuhkan pasokan air dengan mutu terjamin


(bebas dari polutan) atau penggunaan air yang didaur ulang, seperti halnya
pada keperluan untuk kolam renang, maka pasokan air perlu disaring melalui
alat penyaring bertekanan (pressure filter) sebagaimana terlihat pada
Gambar 3.8. Selanjutnya, pasokan air tersebut ditambahi kaporit untuk
mematikan kuman-kuman yang ada melalui alat pemberi kaporit (Gambar
3.9.).

Gambar 3.8: Alat Penyaring Air Bertekanan

Gambar 3.9: Alat Pemberi Kaporit


Modul SSBM-04: Spesifikasi Utilitas Bangunan Gedung Bab III: Spek. Sistem Plambing & Pompa Mekanik

3.1.2 Jaringan Pipa Air Kotor dan Pipa Ventilasi

Dalam praktek, gambar pemipaan biasanya menggunakan diagram isometrik,


seperti yang terlihat dalam jaringan pemipaan air buangan, air kotor dan
ventilasi (Gambar 8.10.). Penggunaan diagram isometrik dimaksudkan agar
secara rinci kita dapat mengetahui jenis, jumlah dan ukuran pipa beserta alat
penyambungnya.

Gambar 3.10: Diagram Isometrik Saluran Air Kotor dan Ventilasi

Untuk lebih menjelaskan bagaimana pipa-pipa pembuangan air kotor dan pipa
ventilasi tersebut dihubungkan satu dengan lainnya, Gambar 3.11.
memperlihatkan salah satu contoh aplikasi yang biasa dilakukan pada
bangunan tinggi.
Modul SSBM-04: Spesifikasi Utilitas Bangunan Gedung Bab III: Spek. Sistem Plambing & Pompa Mekanik

Gambar 3.11: Percabangan Jaringan Pipa Air Kotor dan Ventilasi

Untuk menghindari masuknya udara yang baunya tak sedap, maka pada
saluran pembuangan dipasang perangkap udara, berupa genangan air yang
tenahan akibat adanya sekat perangkap (menggunakan konsep pipa bejana
berhubungan). Perangkap udara dapat berbentuk pipa, tabung (Gambar 3.12.),
bak kontrol (Gambar 3.13), atau leher angsa (Gambar 3.14). Perangkap udara
ini juga dapat mencegah masuknya binatang kecil (kecoa, tikus, dll.) ke dalam
ruangan melalui pipa.
Modul SSBM-04: Spesifikasi Utilitas Bangunan Gedung Bab III: Spek. Sistem Plambing & Pompa Mekanik

Gambar 3.12: Perangkap Udara dan Tabung

Gambar 3.13: Bak Kontrol

Gambar 3.14: Leher Angsa


Modul SSBM-04: Spesifikasi Utilitas Bangunan Gedung Bab III: Spek. Sistem Plambing & Pompa Mekanik

Selanjuttnya, untuk air buangan atau air kotor yang mengandung lemak (air
buangan dari dapur perlu digunakan perangkap minyak (grease trap) seperti
yang terlihat pada Gambar 3.15. Dan untuk memudahkan perbaikan atau
pembersihan saluran pipa, jika terjadi penyumbatan oleh benda-benda atau
kotoran, pada saluran pembuangan disediakan lubang kontrol untuk
pembersihan (clean out), yang dapat ditempatkan pada lantai atau berupa
sumbat pada ujung pipa (Gambar 3.16.).

Gambar 3.15: Perangkap Lemak

Gambar 3.16: Lubang Kontrol untuk Pembersihan


Modul SSBM-04: Spesifikasi Utilitas Bangunan Gedung Bab III: Spek. Sistem Plambing & Pompa Mekanik

Untuk menghemat penggunaan pipa vertikal, lubang saluran pemipaan


(plumbing shaft) untuk fiistribusi air bersih, air kotor. air buangan, dan pipa
ventilasi biasanya diletakkan di dalam dinding di antara dua ruang WC yang
bersebelahan (Gambar 3.17.)

Gambar 3.17: Tipikal Letak Lubang Saluran Pemipaan

3.1.3 Peralatan Pengolah Air Limbah

Pada bangunan rumah tinggal, air buangan/air kotor dibuang melalui septik
tank dan selanjutnya dialirkan kembali ke dalam tanah melalui rembesan.
Namun, pada bangunan tinggi, penggunaan septik tank dirasa kurang
memadai, oleh karenanya uniumnya digunakan sistem pengolahan air limbah
(SPT - Sewage Treatment Plant).

Pada dasarnya sistem pengolah limbah terdiri dari dua proses utama, yaitu
proses mekanik, berupa penyaringan, pemisahan, dan pengendapan, serta
proses biologi/kimia, berupa proses aktivitas bakteri yang memanfaatkan O2,
Modul SSBM-04: Spesifikasi Utilitas Bangunan Gedung Bab III: Spek. Sistem Plambing & Pompa Mekanik

dari udara (aerob) dan proses netralisasi cairan dengan asam atau
memasukkan bahan kimia untuk oksidasi, seperti aerasi dengan menggunakan
molekul O2, proses pengolahan endapan aktif (activated sludge process), dan
pemusnahan kuman (desinfection) dengan menggunakan kaporit (chlorine).

Secara skematik, proses pengolahan limbah dapat dilihat pada Gambar 3.18.

Gambar 3.18: Skema Tipikal Sistem Pengolahan Limbah

3.1.4 Sampah

Corong pembuangan sampah dibuat serong ke bawah agar sampah yang


dibuang dari atas tidak masuk ke lantai di bawahnya. Sampah akan mengisi
bagian bak dan terdesak oleh sampah yang dibuang belakangan. Setelah
penuh, sampah akan dipadatkan dan selanjutnya bak penampungan yang
sudah penuh akan dibuang keluar bangunan dengan kendaraan (Gambar
3.19). Untuk mengurangi volume sampah yang dibuang, saluran sampah
dilengkapi dengan alat pembakar sampah (incinerator), di mana sampah
disalurkan melalui pengangkut sampah spiral ke dalam ruang pembakaran,
Modul SSBM-04: Spesifikasi Utilitas Bangunan Gedung Bab III: Spek. Sistem Plambing & Pompa Mekanik

dan sampah yang dibuang berupa abu (Gambar 3.20). Penampungan


sampah dengan alat pembakaran ini baik unruk sampah yang mengandung
bakteri (seperti yang ada pada rumah sakit).

Gambar 3.19: Saluran Pembuangan Sampah

3.1.5 Sumur Resapan

a. Sumur Resapan Biasa

Sebagai salah satu upaya melestarikan air tanah, kita membuat sumur
resapan yang berfungsi sebagai tempat untuk menampung dan
menyimpan curahan air hujan, sehingga dapat menambah kandungan
air tanah.

Berdasarkan Surat Keputusan Gubernur DKI Jakarta nomor 115 tahun


2001, sumur resapan dapat ditempatkan di areal pekarangan, pada
Modul SSBM-04: Spesifikasi Utilitas Bangunan Gedung Bab III: Spek. Sistem Plambing & Pompa Mekanik

daerah yang tidak mudah longsoran/atau terjal, dan tidak dibuat pada
lokasi timbunan sampah dan/atau tanah yang mengandung bahan
pencemar. Oleh sebab itu, lokasi sumur resapan diharapkan sejauh
mungkin dari resapan septik tank dan hanya boleh diisi oleh air hujan
yang langsung tau melalui atap atau talang bangunan (Gambar 3.21).

Gambar 3.20: Alat Pembakaran Sampah

b. Sumur Resapan Tirta sakti

Perbedaan yang mendasar antara sumur resapan yang umumnya


dikenal (SRB - Sumur Resapan Biasa) dengan sumur resapan Tirta
Sakti (SRTS) terletak pada optimasi dan pendayagunaannya, serta
manfaat yang diperolehnya. SRTS merupakan sumur resapan yang
dirancang berdasarkan kondisi setempat, sehingga model SRTS untuk
penggunaan umum tidak dapat dibuat. Namun demikian, secara prinsip
Modul SSBM-04: Spesifikasi Utilitas Bangunan Gedung Bab III: Spek. Sistem Plambing & Pompa Mekanik

SRTS mempunyai kesamaan dalam hal gagasan dasar dan proses


kerjanya.

Gambar 3.21: Sumur Resapan Biasa

Pada SRB (Gambar 8.20.) yang dibuat secara benar, sumur hanya
bertungsi pada musim penghujan, di mana pasokan air diperoleh dari
curah hujan yang kemudian dialirkan ke lapisan tidak kedap air melalui
sumur resapan. Pada musim kemarau, di mana tidak ada pasokan air
hujan, lapisan yang tadinya terisi air akan kembali kosong, disebabkan
karena penguapan dan/atau pemompaan sumur-sumur, sehingga akan
mengakibatkan terjadinya rongga-rongga di dalam lapisan tidak kedap
air dan berpotensi untuk diisi oleh air laut (intrusi atau kemungkinan
terjadinya penurunan muka tanah, yang disebabkan oleh berkurangnya
rongga-rongga di dalam tanah akibat tertekan oleh beban di atasnya,
baik yang berasal dari bangunan maupun kendaraan.

Pada SRTS, di kala musim hujan, sebagaimana halnya SRB, pasokan


air diperoleh dari air hujan. Mengingat SRTS mampu mengalirkan air
hujan pada beberapa lapisan tanah di bawahnya, baik pada lapisan
tidak kedap air, maupun lapisan akifer (aquifer), maka permukaan tanah
terhindar dari genangan air yang diakibatkan oleh jenuhnya tanah
permukaan dan/atau perkerasan. Pada musim kemarau, di mana
pasokan air ke sumur resapan tidak ada/berkurang, maka untuk
mengganti pasokan air hujan digunakan air limbah rumah tangga
Modul SSBM-04: Spesifikasi Utilitas Bangunan Gedung Bab III: Spek. Sistem Plambing & Pompa Mekanik

(limbah domestik) yang sudah disaring (difilter). Proses filtrasi ini


dilakukan dengan menggunakan kotak Tirta sakti, sebagai bagian
integral dari SRTS. Dengan demikian SRTS dapat berfungsi sepanjang
tahun, baik pada waktu musim hujan maupun musim kemarau, sehingga
rongga-rongga dalam lapisan tanah yang tidak kedap air dan lapisan
akifer selalu terisi pengganti air tanah (air tawar) yang hilang akibat
pemompaan dan/atau penguapan.

Untuk menjamin agar air laut tidak mengisi rongga-rongga di dalam


lapisan tanah tidak kedap air dan/atau lapisan akifer, rancangan SRTS
yang dilengkapi dengan bak penampungan air tawar (yang telah difilter).
Bak ini dimaksudkan agar dapat menampung sejumlah air dengan
volume yang cukup besar sebelum mengalirkannya secara vertical
melalui pipa yang diameternya jauh lebih lebih kecil dibandingkan
dengan diameter bak penampung di atasnya. Hal ini dimaksudkan agar
dihasilkan tekanan hidrostatik yang cukup tinggi pada lubang bukaan
dan/atau ujung pipa yang berada pada lapisan tanah tidak kedap air
dan/atau lapisan akifer di bawahnya. Tekanan ini diperoleh akibat gaya
gravitasi yang berasal dari berat sendiri air dalam bak penampungan,
yang besar tekanannya dapat dihitung dengan menggunakan rumus-
rumus hidrolika. Akibat tekanan yang cukup besar tadi, maka tekanan
air tawar ini akan berpengaruh hingga radius tertentu.

Mengingat rancangan SRTS mengacu pada kondisi setempat, maka


untuk memperoleh pemanfaatan SRTS yang optimal diperlukan
penyelidikan tanah (soil investigation tests). Dari hasil contoh tanah
(boring log) dapat diketahui secara rinci jenis dan ketebalan lapisan
tanah yang dibutuhkan untuk menentukan koefesien rembesan tanah
(pada lapisan tidak kedap air) beserta kedalaman dan tebal lapisannya.
Hal ini diperlukan untuk dapat menentukan kedalaman pipa yang perlu
dipasang. dimensi pipa dan jumlah serta besaran lubang pada pipa
Selanjutnya diperlukan data-data mengenai kebutuhan debit pasokan
air, curah hujan rata-rata dan tingkat penguapan pada musim kemarau,
untuk dapat menentukan volume bak penampungan. Kondisi limbah
domestik, dalam hal ini yang sudah berupa grey water perlu dianalisis
untuk menentukan rancangan kotak Tirta Sakti, baik dalam penentuan
jumlah bilik, dimensi kotak dan bahan filter yang digunakan (Gambar
Modul SSBM-04: Spesifikasi Utilitas Bangunan Gedung Bab III: Spek. Sistem Plambing & Pompa Mekanik

8.22). Kotak Tirta Sakti, seperti diuraikan sebelumnya, berfungsi sebagai


tempat untuk menyaring air kotor/limbah rumah tangga (limbah
domestik). Kotak ini terdiri dari beberapa sekat yang saling berhubungan
dengan kapasitas kotak antara 15-20 m3. Pada kotak ini, akibat adanya
reaksi dan proses un-aerob, terjadi akumulasi panas yang suhunya
mencapai sekitar 50°C (thermophilic digestion). Pada suhu sekitar 50°C
konsentrasi oksigen yang terlarut menjadi sangat rendah (5,6 ppm), dan
dapat membunuh mahluk hidup, termasuk bakteri coli yang biasanya
banyak terdapat dalam air limbah domestik.

Gambar 3.22: Sumur Resapan Tirta Sakti

Meskipun air hujan boleh secara langsung diserap ke dalam tanah,


namun mengingat kota-kota besar yang penuh dengan kendaraan dan
sampah berpotensi bagi pencemaran air hujan yang ada dalam selokan,
maka aliran air hujan yang ada dalam selokan, jika hendak dialirkan ke
dalam sumur resapan, perlu melalui proses penyaringan yang di-
lakukan di dalam kotak Tirta Sakti, agar mutu air yang masuk ke dalam
Modul SSBM-04: Spesifikasi Utilitas Bangunan Gedung Bab III: Spek. Sistem Plambing & Pompa Mekanik

tanah tidak tercemar. Pemeriksaan atas mutu air perlu dilakukan agar
lapisan akifer tidak dicemari oleh unsur-unsur yang dapat menyebabkan
terkontaminasinya sumber daya air. Pencemaran air pada lapisan akifer
harus dihindarkan, mengingat kontaminasi air pada lapisan tanah ini
dapat berdampak buruk di kemudian hari dan sangat sulit diperbaiki.
Persyaratan mutu baku limbah cair didasarkan pada Surat Keputusan
Gubemur Kepala Daerah Ibu Kota Jakarta No. 582 tahun 1995 (Baku
Mutu Limbah Cair Industri/ Perusahaan/Badan) dan Peraturan Menteri
Kependudukan dan Lingkungan Hidup No. 03/MENKLH/1991, sedang
persyaratan air bersih yang digunakan adalah persyaratan yang
dikeluarkan oleh Departemen Kesehatan yang mengacu pada Peraturan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 416 tahun 1990 (Air Bersih).

Pemeriksaan mutu air perlu dilakukan pada dua titik; pertama pada
selokan sebelum air dialirkan ke dalam kotak Tirta Sakti (inlet), dan
kedua pada bilik terakhir kotak Tirta Sakti (outlet) sebelum air tersebut
dialirkan ke bak kedua, yang merupakan bak penampungan, sebelum
air tersebut 'disuntikkan' ke dalam lapisan tidak kedap air dan/atau
lapisan akifer.

3.1.6 Integrasi Pemipaan

Adakalanya mesin pendingin air yang biasa digunakan untuk sistem tata
udara berfungsi pula sebagai pemanas air, khususnya yang menggunakan
Absorption Chiller/Heater.

Gambar berikut ini menunjukkan integrasi pemipaan yang digunakan untuk


air dingin, air es, air hangat, air panas, pipa pembuangan, dan pemasok
bahan bakar, serta cerobong asap (Gambar 3.21).

3.2 PERANCANGAN KEBUTUHAN AIR BERSIH

Perhitungan perkiraan kebutuhan air dimaksudkan untuk memperoleh


gambaran mengenai volume tangki penyimpanan air yang perlu disediakan
dalam suatu bangunan dan kapasitas pompa yang diperlukan.

3.2.1 Kebutuhan Keseharian

Kebutuhan air bersih dapat dihitung berdasarkan:


Modul SSBM-04: Spesifikasi Utilitas Bangunan Gedung Bab III: Spek. Sistem Plambing & Pompa Mekanik

1) Jumlah standar pemakaian rata-rata per hari per unit (orang, tempat duduk
atau tempat tidur, dan lain-lain), seperti terlihat pada Tabel 3.2. untuk air
dingin dan Tabel 3.3. untuk kebutuhan air panas.
2) Jumlah dan jenis peralatan saniter yang digunakan (Tabel 3.5.)
3) Beban peralatan saniter (Tabel 3.6.)

Gambar 3.23: Integrasi Sistem Pemipaan

Tabel 3.2: Kebutuhan Air Bersih (Air Dingin) per hari

Fungsi Bangunan Unit Kebutuhan (liter)

Apartemen Orang 135 – 225


Bioskop Kursi 15
Modul SSBM-04: Spesifikasi Utilitas Bangunan Gedung Bab III: Spek. Sistem Plambing & Pompa Mekanik

Hotell Orang 185 – 225


Kantor Orang 45 – 90
Restoran Kursi 80
Rumah Sakit Tempat tidur 280 – 470
Sekolah
Tanpa asrama Murid 45 – 90
Dengan Asrama Murid 135 – 225
Tabel 3.3: Kebutuhan Air Panas per hari

Fungsi Bangunan Unit Kebutuhan (liter)

Apartemen
Dengan ’shower’ Orang 45
Dengan bak mandi Orang 135
Rumah Sakit
Pasien Orang 180
Paramedis/dokter Orang 90
Pengunjung Orang 10
Laundry Kg cucian 20 **)
Hotel
Dengan ’shower’ Orang 70 – 90
Dengan bak mandi Orang 135
Karyawan Orang 25 – 45
Pengunjung Orang 15
Kolam renang Orang 45
Restoran/Dapur Orang 5*)
Laundry Kg cucian 20**)
Kantor
Karyawan Orang 45
Pengunjung Orang 5 – 10
Catatan: *) 3 x jumlah tempat tidur + 2 x jumlah kursi restoran
**) 3 – 7 kg per tempat tidur (untuk rumah sakit)
3 – 5 kg per kamar (untuk hotel)

3.2.2 Kebutuhan Boiler

Jika kebutuhan akan air panas mencapai jumlah yang cukup besar. seperti
pada hotel, maka air panas yang dihasilkan diperoleh dari Boiler, dengan
kebutuhan air:

Vair boiler  20 / liter / PK / jam Persamaan 3.5

Kebutuhan air dapat juga dihitung dengan pendekatan luasan bangunan,


seperti tertera pada Tabel 3.4. berikut ini.

Tabel 3.4: Kebutuhan Air per m2 Bangunan

Kebutuhan
Fungsi Bangunan
per hari (liter)
Modul SSBM-04: Spesifikasi Utilitas Bangunan Gedung Bab III: Spek. Sistem Plambing & Pompa Mekanik

Apartemen 20
Hotel 30
Kantor 10
Pertokoan 5
Rumah Sakit 15

Tabel 3.5: Jumlah Peralatan Saniter Minimum


Jenis Apartemen Kantor Hotel
Kloset 1 unit/keluarga < 10 orang = 1 unit 1 unit/kamar
11 – 30 orang = 2 unit
31 – 50 orang = 3 unit
51 – 75 orang = 4 unit
76 – 105 orang = 5 unit
106 – 145 orang = 6 unit
Dst. 1 unit untuk setiap
tambahan 40 orang
Wastafel 1 unit/keluarga < 20 orang = 1 unit 1 unit/kamar
21 – 40 orang = 2 unit
41 – 60 orang = 3 unit
61 – 80 orang = 4 unit
81 – 100 orang = 5 unit
101 – 125 orang = 6 unit
126 – 150 orang = 7 unit
151 – 175 orang = 8 unit
176 – 205 orang = 9 unit
Dst. 1 unit untuk setiap
tambahan 30 orang
Bak Mandi 1 unit/keluarga 2 unit/kantor 1 unit/kamar
Shower 1 unit/keluarga 2 unit/kantor 1 unit/kamar
Bak Cuci 1 unit/keluarga 1 unit/kantor 1 unit/lantai
(dapur)
Urinoir -- < 75 orang = 1 unit --
76 – 185 orang = 2 unit
186 – 305 orang = 3 unit
Dst. 1 unit untuk setiap
tambahan 120 orang
Bak Cuci 1 unit/keluarga -- --
(pakaian)

Tabel 3.6: Beban Peralatan Saniter


Jenis Peralatan Saniter Daya Buang Kebutuhan Air
Kloset 120 liter/menit 10,0 liter/menit
Wastafel 60 liter/menit 5,0 liter/menit
Bak Mandi 90 liter/menit 7,5 liter/menit
Shower 60 liter/menit 5,0 liter/menit
Bak Cuci (dapur) 90 liter/menit 7,5 liter/menit
Urinoir 120 liter/menit 10,0 liter/menit
Bak Cuci (pakaian) 60 liter/menit 5,0 liter/menit
Bidet 90 liter/menit 7,5 liter/menit
Pipa Tegak
Diameter 1¼ inci 60 liter/menit
Diameter 1½ inci 240 liter/menit
Diameter 2 inci 720 liter/menit
Diameter 2½ Inci 1260 liter/menit
Diameter 3 inci 1800 liter/menit
Diameter 4 inci 15000 liter/menit
Modul SSBM-04: Spesifikasi Utilitas Bangunan Gedung Bab III: Spek. Sistem Plambing & Pompa Mekanik

Diameter 5 inci 33000 liter/menit


Diameter 6 inci 57000 liter/menit
Diameter 8 inci 108000 liter/menit
Diameter 10 inci 168000 liter/menit
Diameter 12 inci 252000 liter/menit
Hidran
Diameter 3 inci 70 liter/menit
Diameter 4 inci 130 liter/menit
Diameter 5 inci 200 liter/menit
Diameter 6 inci 300 liter/menit
Atau kebutuhan dihitung berdasarkan pendekatan penggunaan peralatan
saniter, maka kebutuhan air dapat ditentukan berdasarkan Tabel 3.7.

Tabel 3.7: Kebutuhan Air Peralatan Saniter

Volume air tiap


Jenis Bangunan
penggunaan (liter)
Kloset 20
Wastafel 5
Bak Mandi 110
Shower 40
Bak Cuci (dapur) 25
Urinoir 2
Bak Cuci (pakaian) 75

3.2.3 Kebutuhan Pencegahan dan Pengendalian Kebakaran

Sprinkler dan hidran membutuhkan cadangan air yang diperhitungkan untuk


jangka waktu selama 30 menit. Selang waktu ini diambil dengan asumsi
bahwa jika api belum juga padam, maka petugas pemadam kebakaran
sudah tiba di lokasi.

Vair  sprinkler   sprinkler  18  30 liter Persamaan 3.1

Vair  hidran   hidran  400   30 liter Persamaan 3.2

3.2.4 Kebutuhan Tata Udara

Pada sistem tata udara, air diperlukan untuk air es yang disirkulasikan dari
chiller, AHU, cooling tower dan kembali lagi ke chiller. Di samping itu, air
juga dibutuhkan untuk menurunkan suhu air pada proses yang terjadi di
cooling tower:
Modul SSBM-04: Spesifikasi Utilitas Bangunan Gedung Bab III: Spek. Sistem Plambing & Pompa Mekanik

Vair  sirkulasi  8  13liter / menit / TR Persamaan 3.3

Vair  pendingin  1,5  2%Vair  sirkulasi Persamaan 3.4

Adapun perkiraan populasi untuk bangunan dapat dilihat pada Tabel 3.8.
Modul SSBM-04: Spesifikasi Utilitas Bangunan Gedung Bab III: Spek. Sistem Plambing & Pompa Mekanik

Tabel 3.8: Perkiraan Populasi

Fungsi Bangunan Unit Orang

Apartement Unit hunian 4,50 – 5,00


Kantor
Karyawan M2 0,10 – 0,15
Pengunjung M2 0,01 – 0,015
Sekolah
Murid - Sesuai dengan yang ada
Pengajar Murid 0,05
Karyawan Murid 0,01
Pengunjung Murid 0,02 – 0,05
Hotel
Tamu Tempat tidur 1,00
Karyawan Tempat tidur 2,50 – 3,00
Restoran Kursi 2,00 – 4,00
Pengunjung Tempat tidur 0,02 – 0,05
Rumah Sakit
Pasien Tempat tidur 1,00
Paramedis/dokter Pasien 10 – 15
Karyawan Pasien 25 – 30
Pengunjung Pasien 0,50 – 1,00

Jadi kebutuhan air bersih :

qd  Vair  boiler  Vair  keseharian  Vair  kebakaran  Vair  AC Persamaan 3.6

di mana : Vair  keseharian  Vair  dingin  Vair  panas

Vair  kebakaran  Vair  sprinkler  Vair  hidran

Vair  AC  Vair  sirkulasi  Vair  pendingin

Dengan diketehuinya kebutuhan air, qd’ maka kapasitas tangki penampungan


air dapat dihitung:

Volume tangki bawah tanah :

Vbt  40%  qd Persamaan 3.7

Volume tangki atas :

Va  15%  qd Persamaan 3.8


Modul SSBM-04: Spesifikasi Utilitas Bangunan Gedung Bab III: Spek. Sistem Plambing & Pompa Mekanik

Volume tangki penyimpanan air minimal 60 m3 dan volume tambahan tangki


penyimpanan air bawah tanah berdasarkan luas lantai bangunan dapat pula
dilakukan sebagaimana yang terlihat pada Tabel 3.9.

Tabel 3.9: Perkiraan Volume Tambahan Tangki Bawah Tanah

X luas lantai bangunan


Fungsi Bangunan
(m3)
Apartemen 0.012 – 0.015
Hotel 0.015 – 0.020
Perbelanjaan 0.005 – 0.006
Perkantoran 0.008 – 0.010
Rumah Sakit 0.015 – 0.020

Sedang kapasitas pompa diambil pada kebutuhan air pada waktu puncak
(Qmax), yaitu :

c  qd
Qmaks  ( m 3 / menit ) Persamaan 3.9
T

di mana : T adalah waktu pemakaian air rata-rata per hari:


T = 8 – 10 jam untuk kantor, hotel, apartemen & rumah sakit
T = 5 – 7 jam untuk restoran, sekolah & gedung pertemuan
c adalah faktor pemakaian pada jam puncak (c = 1,5 – 2,0)

Dan kapasitas pompa :

0,163  1,2  Qmaks  H t   air


P KW Persamaan 3.10

di mana: air adalah berat jenis air (= 1 kg/liter)


h adalah efisiensi motor pompa (h = 0,40 – 0,70)
Ht adalah tinggi angkat total

H t  h   n   1,3 Persamaan 3.11

di mana: h adalah jarak dari lantai ke lantai


n adalah jumlah lantai bangunan
Modul SSBM-04: Spesifikasi Utilitas Bangunan Gedung Bab IV: Spek. Sistem Pengkomdisian
Udara dan Ventilasi

BAB IV
SPESIFIKASI SISTEM PENGKONDISIAN UDARA DAN
VENTILASI

4.1 MUTU UDARA DALAM BANGUNAN

Pada bangunan, ventilasi dan orientasi matahari adalah dua faktor utama yang
terkait dengan kepedulian kita terhadap lingkungan, karena secara langsung
hal ini berhubungan dengan tingkat kenyamanan. kesehatan, dan kenikmatan
penghuni atau pengguna bangunan. Ventilasi dibuat demi menjamin
tersedianya udara luar yang masuk ke dalam ruangan. sebab jika pertukaran
udara cukup baik, penghawaan dan pengkondisian udara dalam bangunan
tidak begitu diperlukan. Orientasi matahari berhubungan dengan cahaya yang
dapat dimanfatkan dalam ruang, agar tidak diperlukan pencahayaan buatan.
Namun perlu pula dipertimbangkan agar radiasi panas dapat dikurangi,
sehingga suhu udara tidak meningkat, yang berakibat diperlukannya
pengkondisian udara atau ventilasi mekanik.

Kedua faktor tersebut. ventilasi dan orientasi matahari, akan terkait pada
rancangan bangunan. Yang perlu diperhatikan adalah bagaimana agar
penggunaan energi untuk penghauaan/pengkondisian udara dan pencahayaan
buatan dapat dibuat seefisien mungkin.

Dewasa ini perancangan dan penyelenggaraan bangunan yang dilakukan


dengan pendekatan teknologi modern dimaksudkan untuk menghasilkan
tingkat kenyamanan dan kenikmatan yang tinggi bagi pengguna atau penghuni
bangunan. Namun demikian. tanpa disadari, bangunan modern juga
mendatangkan permasalahan yang terkait dengan menurunnya mutu
lingkungan.

Metode dan penggunaan bahan bangunan yang digunakan saat ini banyak
yang dapat berdampak pada kesehatan manusia dan pencemaran lingkungan,
mengingat bahwa sebagian besar bahan bangunan yang digunakan
merupakan bahan buatan pabrik yang diolah dan dibuat dengan menggunakan
Modul SSBM-04: Spesifikasi Utilitas Bangunan Gedung Bab IV: Spek. Sistem Pengkomdisian
Udara dan Ventilasi

campuran bahan kimia atau menggunakan sumber daya alam secara tidak
teratur dan tidak terencana.

Bangunan modern yang dirancang agar dapat melindungi manusia dari


gangguan luar (ruaca, binatang dan kejahatan manusia), merupakan suatu
wadah fisik yang terlindungi dari cuaca dengan atap yang tidak bocor, jendela
yang tertutup agar tidak terkontaminasi dengan udara yang sudah tercemar,
dan dilengkapi dengan penghawaan dan pencahayaan buatan serta
diperindah dengan penutup lantai, dinding, dan plafon yang terbuat dari
bahan-bahan sintetik. Tanpa disadari, bangunan modern seperti ini memberi
peluang menurunnya mutu udara di dalam bangunan. akibat pertukaran udara
yang kurang baik.

Mutu udara di dalam bangunan bertambah buruk dengan digunakannya obat


pembasmi serangga (nyamuk, kecoa, dan serangga lainnya), tanaman bias di
dalam ruangan, asap rokok dan debu, serta gas beracun lainnya yang berasal
dari dapur dan garasi. Penurunan mutu udara di dalam ruangan menyebabkan
meningkatnya jumlah anak yang terkena penyakit asma dan alergi. Hal ini
disebabkan sebagian besar akitivitas manusia dilakukan di dalam ruangan
(manusia menggunakan sekitar 90% waktunya di dalam ruangan, baik di
rumah maupun di tempat kerja/kantor).

Penyebab menurunnya mutu udara di dalam bangunan yang dapat


dikategorikan sebagai penyebab polusi udara dalam ruang adalah:

a. Campuran Bahan Organik yang mudah menguap

Ini terdiri atas bahan alamiah dan sintetik yang mengandung karbon hidrogen
pada tingkat molekuler, baik berupa benda padat, cair maupun gas.
Campuran ini mudah menguap pada temperatur kamar, seperti: gas methan,
gas hidrokarbon, kapur barus, parafin, formaldehida, aseton, karbit, lilin,
minuman keras, deterjen, cat dan serat sintetik. Campuran ini banyak
ditemukan dalam bentuk kayu lapis, papan nartikel (particle board), perekat,
cat, fiberglass, cairan pembersih, karpet, plastik dan tenunan.

b. Pestisida

Secara teknis, ada pestisida yang dapat dikategorikan sebagai bahan


campuran organik yang mudah menguap, tetapi penggunaannya dapat
membawa dampak yang lebih luas pada kesehatan manusia dan
Modul SSBM-04: Spesifikasi Utilitas Bangunan Gedung Bab IV: Spek. Sistem Pengkomdisian
Udara dan Ventilasi

lingkungan. Meskipun bahan-bahan beracun juga banyak digunakan


dalam aktivitas bangunan, namun secara khusus pestisida digunakan
untuk tujuan membasmi tanaman dan binatang. Pestisida umumnya
digunakan untuk perbaikan tanah, sebelum dilakukannya proses
pelaksanaan pembangunan, perlindungan terhadap kayu, cat dan karpet.

Beberapa hal yang sering kali dapat mendatangkan masalah bagi


penghuni/pengguna bangunan, yang menyebabkan diperlukannya
pestisida, di antaranya adalah:

 bekas pohon yang ditebang dan kemudian menjadi sarang rayap

 kayu yang ditumbuhi jamur atau sarang serangga (lebah. rayap dan
semut)

 bukaan yang tidak tertutup secara baik atau tidak diberikan kawat kasa.

 dinding atau atap yang mengalami kebocoran atau meresapnya air.

c. Bahan yang Mudah Terbakar/Meletup

Bahan-bahan seperti gas, minyak, arang, kayu, dan tembakau yang


terbakar di dalam ruangan akan menghasilkan asap atau gas (emisi).
Emisi yang dapat mendatangkan bahaya, di antaranva adalah emisi dari:

 Nitrogen Dioksida
 Nitrosen Oksida
 Sulfur Oksida
 Hidrogen Sianida
 Karbon Mono-oksida
 Karbon Dioksida
 Formaldehida
 Hidrokarbon

Bahan-bahan ini dapat ditemukan jika dilakukan hal-hal tertentu, di


amaranya:

 Penerangan dengan menggunakan bahan bakar minyak/gas


 Alat masak yang diletakkan dalam ruangan yang kurang ventilasinya
 Garasi yang tidak terisolasi secara baik dengan ruang tinggal

 Tungku pembakaran yang terbuka


 Asap rokok
Modul SSBM-04: Spesifikasi Utilitas Bangunan Gedung Bab IV: Spek. Sistem Pengkomdisian
Udara dan Ventilasi

d. Bahan Alamiah yang Polutan

Gas Radon yang terkumpul dalam jumlah yang cukup tinggi di dalam
bangunan dapat menyebabkan dampak buruk akibat kandungan radioaktif
yang terkandung di dalamnya.

Logam tertentu. seperti aluminium, tembaga, dan timbal yang


terakumulasi dalam jaringan tubuh manusia dapat menyebabkan penyakit
hati, kerusakan otak dan gagal ginjal. Oleh sebab itu, air yang ingin
dikonsumsikan, terutama yang berasal dari sumur, perlu diuji mutu airnya,
apakah laik untuk digunakan bagi keperluan sehari-hari. Air yang
digunakan dapat pula tercemar oleh bakteri dan residu pestisida.

Polutan yang berasal dari unsur biologis, di antaranya yang berasal dari
tepung sari bunga, debu rumah tangga. serangga/kutu dan jamur, dapat
dikurangi dengan melakukan penyaringan (filtrasi) udara dan air.

e. Medan Elektromagnet

Medan Elektromagnet mungkin merupakan polutan yang paling


kontroversial. Penelitian dalam dua dekade terakhir menunjukkan bahwa
medan elektromagnet dapat menyebabkan timbulnya penyakit kanker
tertentu atau meningkatkan jumlah bayi yang lahir cacat.

Medan Elektromagnet dapat timbul akibat pemasangan jaringan kabel


listrik yang tidak sempurna, peralatan yang menggunakan motor, lintasan
kabel tegangan tinggi, atau tidak tersedianya sistem pembumian
(grounding system) pada panel listrik.

f. Kelembaban Udara

Sebagian besar gangguan kesehatan. baik yang berdampak pada


kondisi fisik maupun psikis, umumnya diakibatkan oleh rendahnya mutu
udara di dalam bangunan, akibat adanya pencemaran. Di samping itu,
kelembaban udara juga dapat membawa pengaruh pada mutu udara
yang dikaitkan dengan kemungkinan adanya bakteri, virus, jamur,
serangga, dan gangguan kesehatan lainnya, sebagaimana terlihat
dalam Gambar 4.1.
Modul SSBM-04: Spesifikasi Utilitas Bangunan Gedung Bab IV: Spek. Sistem Pengkomdisian
Udara dan Ventilasi

Gambar 4.1: Tingkat Kelembaban Relatif dalam Ruang

4.2 SISTEM TATA UDARA

Mesin pengkondisian udara (AC - Air Conditioning) atau sistem tata udara yang
dipusatkan menggunakan Unit Penghantar Udara (Air Handling Unit), semakin
banyak digunakan pada bangunan tinggi. Penggunaan sistem tata udara ini
sejalan dengan perkembangan teknologi dan kebutuhan manusia untuk
mendapatkan kenyamanan di dalam bangunan.

Fungsi sistem tata udara adalah mempertahankan suhu dan kelembaban dalam
ruangan dengan cara menyerap panas yang ada dalam ruangan. Agar terjadi
proses penyerapan panas dalam ruangan, maka hams terjadi penguapan. Untuk
penguapan suatu zat diperlukan kalori (panas), di mana panas diperoleh dari
panas zat yang ada di sekiiar zat yang menguap tadi, sehingga zat yang ada di
sekitar zat yang menguap tersebut akan kehilangan panasnya. Dengan
diserapnya sebagian panas zat tersebut. maka zat tadi akan menjadi dingin.
Modul SSBM-04: Spesifikasi Utilitas Bangunan Gedung Bab IV: Spek. Sistem Pengkomdisian
Udara dan Ventilasi

Bahan yang mudah sekali menguap biasa disebut dengan istilah refrigerant, dan
bahan yang sering digunakan dikenal dengan istilah Freon (CCI 3F CH4 -
Trichloro Mono Fluoro Methan. CCl3F3 CH4 - Dichloro Difluoro Methan, CCl3F
C,H4 -Trichloro Trifluoro Ethane, C2Cl2F4 C2H6 - Dichloro Tetrafluoro Ethane).

Mesin tata udara terdiri dari kompresor yang berfungsi untuk mengalirkan zat
pendingin (refrigerant) ke dalam pipa tembaga yang berbentuk kumparan (coil).
Udara ditiupkan oleh kipas udara (blower ataufan) di sela-sela kumparan tadi,
sehingga panas yang ada dalam udara diserap oleh pipa refrigerant dan
kemudian mengembun. Udara yang melalui kumparan, dan telah diserap
panasnya. masuk ke dalam ruangan dalam keadaan sejuk/dingin. Selanjutnya
udara dalam ruang diisap dan selanjutnya proses penyerapan panas diulang
kembali.

4.3 PERANCANGAN TATA UDARA


Kenyamanan bagi orang di dalam ruangan umumnya sekitar 10° C di bawah
suhu rata-rata tubuh manusia (sekitar 26° C). Namun tentunya persyaratan
suhu dan kelembaban udara dalam ruangan kadang-kadang ditentukan pula
oleh persyaratan yang dibutuhkan oleh peralatan/perlengkapan bangunan
yang ada di dalamnya (khususnya peralatan/ perlengkapan elektronik).

Zona kenyamanan untuk tiap daerah juga berbeda, sehingga persyaratan tata
udara perlu dirancang sesuai dengan kondisi setempat (Gambar 4.2).
Modul SSBM-04: Spesifikasi Utilitas Bangunan Gedung Bab IV: Spek. Sistem Pengkomdisian
Udara dan Ventilasi

Gambar 4.2: Zona Nyaman untuk Wilayah dengan Iklim Berbeda

4.3.1 Beban Pendingin

Persyaratan tata udara, khususnya yang terkait dengan pasokan udara untuk
ventilasi dapat dilihat pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1: Persyaratan Udara untuk Berbagai Fungsi Ruang


Pasokan Udara Untuk Ventilasi
Tipe Ruang m3 per jam Pertukaran
Tipe Ruang
per orang Udara per jam
Sekolah Hal Pertemuan 4 – 10
- Ruang Kelas 60 – 70 Bowling/biliard 10 – 20
- Ruang Pertemuan 35 – 45 Pabrik 2–4
- Ruang Senam/O.R. 70 Gedung Parkir 6 – 10
Bioskop 60 – 120 W.C. Umum 10 – 20
Rawat Inap R.S. 70 – 95 Ruang Ganti/Locker 6 – 10
Ruang Isolasi R.S. 200 – 245 Binatu 10 – 30
Ruang Makan 55 – 120 Ruang Operator 6 – 10
Hall Pesta 70 – 95 Ruang Merokok 10 – 20

Untuk kebutuhan udara dingin, sebagai pendekatan dapat digunakan Tabel


4.2.

Tabel 4.2: Bahan Pendingin

Fungsi Bangunan Beban per 100 m3 Ruangan (TR)

Apartemen 0.5 – 1.0


Hotel 1.0 – 1.5
Kampus 1.5 – 2.0
Kantor 1.5 – 2.0
Rumah Sakit 1.0 – 1.5

Catatan: 1 TR = 12.000 BTU = 1,5 HP = 1.12 KW

Untuk perhitungan beban pendingin secara rinci, perlu diketahui ukuran


ruangan (panjang, lebar dan tinggi), suhu (t0) dan kelembagaan (RH0) di luar
ruangan, suhu (t1) dan kelembaban (RH1, biasanya sekitar 50 – 80%) di dalam
ruangan, kulit bangunan, tinggi jendela dan langit-langit, serta tingkat
penghunian bangunan (okupansi).

Lburto
Okupansi  Persamaan 4.1
L per orang
Modul SSBM-04: Spesifikasi Utilitas Bangunan Gedung Bab IV: Spek. Sistem Pengkomdisian
Udara dan Ventilasi

di mana : Lper-orang = luas per orang diambil antara 15 – 20 per m2

a. Beban Sensibel Bangunan

Selanjutnya, untuk menghitung beban sensibel, baik beban kalor yang


melalui bidang kaca, maupun beban kalor yang disebabkan oleh transmisi
bidang dinding, kita perlu menentukan nilai-nilai yang terkait (Tabel 4.3).

Tabel 4.3: Beban Kalor (BTU/jam/m2)

Bidang Kulit Bangunan Beban Kalor (BTU/jam/m2)

Kaca:
Sisi Utara 800
Sisii Selatan 400
Sisi Timur 900
Sisi Barat 1.000

Dinding:
Arah Utara 2,15 (t0 – t1)
Arah Selatan 2,15 (t0 – t1)
Arah Timur 2,15 (t0 – t1)
Arah Barat 2,15 (t0 – t1)
Catatan: Untuk Indonesia : (t0 – t1) = 5 = C

Jadi Beban Sensibel Bangunan (BSD) :

BSD  Lbidang  Beban kalor Persamaan 4.2

b. Beban Kalor Internal

Beban kalor internal terdiri dari beban sensibel orang, yang dihitung dari
tingkat metabolik untuk kegiatan tertentu (Tabel 2.4), atau melalui
pendekatan dapat digunakan nilai Beban Sensibel Orang (BSO) dan Beban
Laten Orang (BLO), sebagai berikut :

BSO = okupansi  200 BTU Jam Persamaan 4.3

BSO = okupansi  250 BTU Jam Persamaan 4.4

Beban sensibel Flourescent (TL), digunakan :


Modul SSBM-04: Spesifikasi Utilitas Bangunan Gedung Bab IV: Spek. Sistem Pengkomdisian
Udara dan Ventilasi

BSL = ( wat)(1,25)  (3,4) BTU Jam Persamaan 4.5

Tabel 4.4: Tingkat Metabolik untuk Kegiatan Tertentu

Kegiatan Tingkat Watt/m2


Metabolik

Istirahat:
- Tidur 0.7 40
- Berbaring 0.8 46
- Duduk diam 1.0 58
- Berdiri 1.2 69
- Relaks
-
Berjalan (permukaan datar):
- Lambat (9 m/s) 2.0 116
- Sedang (1,3 m/s) 2.6 151
- Cepat (1,7 m/s) 3.8 221

Kegiatan kantor:
- Duduk membaca 1.0 58
- Menulis 1.0 58
- Mengetik 1.1 64
- Mengarsip, duduk 1.2 69
- Mengarsip, berdiri 1.4 81
- Berjalan mondar-mandir 1.7 98
- Mengangkat barang 2.1 122

Kegiatan kesehatan:
- Memasak 1.6 – 2.0 93 – 116
- Membersihkan rumah 2.0 – 3.4 116 – 197
- Duduk, bergoyang-goyang 2.2 128
- Menggergaji (di meja) 1.8 104
- Peralatan listrik ringan 2.0 – 2.4 116 – 139
- Peralatan berat 4.0 232
- Mengangkat beban 50 kg 4.0 232
- Menyekop 4.0 – 4.8 232 – 279

Kegiatan santai:
- Berdansa 2.4 – 4.4 139 – 256
- Latihan gerak 3.0 – 4.0 174 – 232
- Bermain tenis (tunggal) 3.6 – 4.0 209 – 232
- Bermain bola basket 5.0 – 7.6 291 – 442
- Gulat (pertandingan) 7.0 – 8.7 407 – 506

Catatan: 1 unit metabolik = 58,2 watt/m2

c. Beban Ventilasi atau Infiltrasi

Kebutuhan udara dapat dihitung dengan rumus pendekatan :

1) CFM Infiltrasi (CFM1), yaitu :


Modul SSBM-04: Spesifikasi Utilitas Bangunan Gedung Bab IV: Spek. Sistem Pengkomdisian
Udara dan Ventilasi

P  L  TAC  35,31
CFM 1  BTUJam Persamaan 4.6
60

di mana : P adalah panjang ruangan (meter)


L adalah lebar ruangan (meter)
T adalah tinggi ruangan (meter)
AC adalah jumlah
pertukaran udara per
jam (menggunakan
nilai pada Tabel 4.1
atau AC minimum =
2)

2) CFM Ventilasi (CFM2), yaitu :

CFM2 = [(t0 – t1)]1,08 + (RH0 – RH1)0,67] Persamaan 4.7

Jadi beban pendingin (BP) :

BP = BSB + BSO + BLO +BSL + CFM1 + CFM2 Persamaan 4.8

di mana : BSB adalah Beban Sensibel Bangunan (Persamaan 4.2)


BSO adalah Beban
Sensibel Orang
(Persamaan 4.3)
BLO adalah Beban Laten
Orang (Persamaan
4.4)
BSL adalah Beban
Sensibel Lampu
(Persamaan 4.5)
CFM1 adalah Beban
Infiltrasi (Persamaan
4.6)
CFM2 adalah Beban
Ventilasi (Persamaan
4.7)

Kapasitas Tata Udara :


Modul SSBM-04: Spesifikasi Utilitas Bangunan Gedung Bab IV: Spek. Sistem Pengkomdisian
Udara dan Ventilasi

BP
Kapasitas  TR Persamaan 4.9
12.000

4.3.2 Aplikasi Sistem Tata Udara

Pada bangunan perkantoran, pusat perbelanjaan dan pertokoan yang


menggunakan AC Central, unit penghantar udara – AHU dapat ditempatkan di
setiap lantai, atau satu AHU melayani dua atau beberapa lantai (tergantung
dari kapasitas AHU yang digunakan).

Hotel, asrama dan rumah sakit umumnya menggunakan uit fan coil di setiap
ruangan, agar suhu udara tiap ruangan dapat disesuaikan dengan kebutuhan,
sedang ruang besar yang ada di hotel dapat menggunakan AC Paket dengan
saluran horizontal.

Rumah sakit membutuhkan mutu udara dalam ruangan yang harus terjaga
kebersihannya untuk mencegah penyebaran virus atau bakteri, maka setiap
ruangan yang ada dibagi menjadi beberapa zona, sehingga tidak terjadi
percampuran udara yang mengandung kuman penyakit. Di samping itu
digunakan penyaringan udara (filter) yang khusus.

4.3.3 Kebutuhan Ruangan

Secara sederhana, kebutuhan ruangan bagi sistem tata udara dapat


ditentukan sebagai berikut :

Ruang AHU  0,5m 2 perTR Persamaan 4.10

 CFM  929
Lducating  Persamaan 4.11
Vudara

di mana : Lducating adalah luas penampang saluran udara


CFM adalah CFM1 + CFM2
Vudara adalah kecepatan aliran udara (1200 – 1700 fpm)

Sedang syarat dimensi saluran udara :

Bducating  (1  2 )Tducating Persamaan 4.12

di mana : Bducating adalah lebar saluran udara


Tducating adalah tinggi saluran udara

dan minimum jarak bebas langit-langit (JBL):


Modul SSBM-04: Spesifikasi Utilitas Bangunan Gedung Bab IV: Spek. Sistem Pengkomdisian
Udara dan Ventilasi

JBL  ( Tducating  10 )cm Persamaan 4.13

Jarak maksimum saluran udara (Lmax) :

Lmaks  ( 30  40 )meter Persamaan 4.14

Untuk perhitungan beban pendingin dan dimensi ruangan tata udara dapat
pula digunakan grafik yang tertera pada Gambar 2.3 dan Gambar 2.4.

Selanjutnya, kebutuhan luas ruangan akan digunakan untuk menata


pembagian ruang dalam inti bangunan atau bagian lantai tertentu, sedangkan
kapasitas beban pendingin digunakan untuk menghitung :

Daya listrik yang dibutuh :

1 TR = 12.000 Btuh = 1,5, PK = 1,12 kW Persamaan 4.12

Pasokan air yang dibutuhkan untuk sirkulasi adalah 8 – 11 liter/menit/TR, dan


tambahan 1,5 – 2% air sirkulasi untuk menara pendingin.
Modul SSBM-04: Spesifikasi Utilitas Bangunan Gedung Bab IV: Spek. Sistem Pengkomdisian
Udara dan Ventilasi

Gambar 2.3: Kebutuhan Ruang untuk Peralatan AC Sentral


Modul SSBM-04: Spesifikasi Utilitas Bangunan Gedung Bab IV: Spek. Sistem Pengkomdisian
Udara dan Ventilasi

Gambar 2.4: Kebutuhan Ruang untuk Peralatan AHU dan Saluran Udara
Modul SSBM-04: Spesifikasi Utilitas Bangunan Gedung Bab V: Spek. Sistem Listrik & Penrangan

BAB V
SPESIFIKASI SISTEM LISTRIK DAN PENERANGAN

5.1 DASAR INSTALASI LISTRIK

Sumber daya listrik digunakan untuk keperluan penerangan, menjalankan


pompa, lif, dan transportasi vertikal (Gambar 5.1).
Daya listrik PLN dialirkan ke panel distribusi untuk selanjutnya dialirkan ke
lokasi dalam bangunan dengan menggunakan berbagai ragam kabel
(Gambar 5.2) yang kemudian dibedakan warnanya (Gambar 5.3).

Gambar 5.1. Diagram Tipikal Pasokan Listrik


Modul SSBM-04: Spesifikasi Utilitas Bangunan Gedung Bab V: Spek. Sistem Listrik & Penrangan

TIPE KABEL KONSTRUKSI PENGGUNAAN

Berkawat satu atau lebih Untuk instalasi tetap di


Ukuran: 0,5 - 400 mm 2 dalam pipa
NYA
Berkawat halus lebih dari satu Untuk instalasi luar (tanpa
Ukuran: 0,5 - 400 mm 2 pipa) di luar jangkauan tangan

NYAF Isolasi dari plastik PVC Sebagai kabel penyambung


dalam panel listrik

Tegangan: 1.000 Volt.

Berkawat satu atau lebih Di ruangan kering, lembab, dan


basah
Isolasi dari plastik PVC
NYM Di bengkel, gudang, dan di
Jika lebih dari satu, maka dipilin dan udara terbuka (tidak dalam
dibungkus oleh selubung dalam tanah)

Ukuran: 1 x (1,5 - 16 mm 2) Untuk instalasi tetap di dalam


(2 - 5) x (1,5 - 35 mm 2) atau luar tembok

Tegangan: 500 Volt

Berinti dua atau tiga yang terdiri dari Di ruangan kering untuk alat-
kawat tembaga halus yang sejajar alat listrik kecil, seperti: radio,
NYZ satu dengan lainnya dan berisolasi dan lain-lain.
plastik PVC
Tegangan: 380 Volt
Ukuran:
NYZ : 2 x (0,5 - 0,75 mm 2)
NYD NYD : 3 x (0,5 - 0,75 mm 2)

Penghantar dari kawat-kawat Di ruangan kering untuk alat-


tembaga halus berisolasi alat listrik yang dapat dipindah-
plastik PVC, penghantar sejajar pindahkan, alat-alat yang
NYLHY (dua inti) atau dipilin ringan atau setengah berat,
seperti: alat bor tangan, dan
Ukuran: lain-lain
NYLHY : (2 - 3 - 4) x (0,5 - 1,5 mm 2)
NYMHY: (2 - 3 - 4) x (0,75 - 2,5 mm 2) Tegangan: NYLHY - 380 Volt
NYMHY NYMHY - 500 Volt

Gambar 5.2: Jenis-Jenis Kabel


Modul SSBM-04: Spesifikasi Utilitas Bangunan Gedung Bab V: Spek. Sistem Listrik & Penrangan

TIPE KABEL KONSTRUKSI PENGGUNAAN

Inti berkawat satu atau lebih Di ruangan kering, lembab, dan


berisolasi plastik PVC basah

Jika berinti lebih dari satu, maka Di bengkel, gudang, dan pabrik
dipilin dan dibungkus dengan selubung
dalam. Selubung luar dari plastik PVC Untuk instalasi tetap, juga
NYY (NAYA) untuk di dalam tanah, jika
Ukuran: 1 x (1,5 - 400 mm 2) pada waktu pemasangan tidak
(2 - 5) x (1,5 - 200 mm 2) ada gangguan mekanis
(7 - 40) x (1,5 - 2,5 mm 2)
Tegangan: 600 / 1.000 Volt

Inti berkawat satu atau lebih. Khusus untuk ditanam di


Bentuk bulat atau sektor, berisolasi dalam tanah, di dalam ruangan,
plastik PVC. Inti-inti dibungkus oleh dan di udara terbuka
selubung dalam sebagai pelindung
terhadap gangguan mekanis. Tegangan: 600 / 1.000 Volt
NYFGbY Kawat baja berbentuk pipih (F) atau 3.500 / 6.000 Volt
(NYRGbY) bulat (R) yang berlapis timah dibalut
pita baja
NAYFGbY
(NAYRGbY) Ukuran: (3 - 4) x (10 - 150 mm 2)

Inti berkawat satu atau lebih. Khusus untuk instalasi tetap di


Bentuk bulat atau sektor, berisolasi dalam tanah, di dalam ruangan,
plastik PVC. Sebagai pelindung dan di udara terbuka
terhadap bahaya listrik, setelah
lapisan selubung dalam, terdapat Tegangan: 600 / 1.000 Volt
NYCY (NAYCY) kawat-kawat tembaga sebagai
penghantar konsentris. Selubung luar
dari plastik PVC

Ukuran: (3 - 4) x (10 - 100 mm 2)

Gambar 5.2: Jenis-Jenis Kabel (lanjutan)

Gambar 5.3: Kode Warna Kabel


Modul SSBM-04: Spesifikasi Utilitas Bangunan Gedung Bab V: Spek. Sistem Listrik & Penrangan

5.2 LAMPU-LAMPU SEBAGAI SUMBER CAHAYA

5.2.1. Lampu-lampu pijar

Jenis lampu ini dahulu diperkembangkan oleh Thomas Alva Edison dengan
memakai zat arang sebagai filamennya. Kini terutama dipakai filamen tungsten,
mengingat suhu operasi dan effisiensinya yang tinggi di dalam mengubah energi
listrik menjadi cahaya, di samping relatif murah serta mudah pengerjaannya.
Filamen ini akan menguap sehingga lambat laun berkurang ukurannya, dan
berkurang pula cahaya yang dipancarkan. Untuk sedapat-dapatnya mencegah
penguapan tersebut, lampu dapat diisi gas nitrogen, argon, krypton, hydrogen,
atau campuran dan padanya, bertekanan 0,8 atm. Gas ini bersifat inert, yaitu
tidak dapat bersenyawa dengan bahan filamennya. Untuk mencegah
menghitamnya bola lampu, dapat ditambahkan sedikit halogen (iodine, fluorine,
bromine, dll.). Karakteristik beberapa lampu pijar sebagai sumber cahaya ialah
sebagai berikut :

Watt Lumen Lumen per Watt


10 78 7,8
25 260 10,4
40 465 11,6
60 835 13,9
100 1.620 16,2
150 2.600 17,3
200 3.650 18,2
300 3.850 19,5
500 9.850 19,9
1.000 21.000 21,0
1.500 33.500 22,3

Sekali lagi angka-angka tersebut sekedar menunjukkan orde kebesaran, namun


cukup membuktikan bahwa effisiensi pengubahan listrik menjadi cahaya
(dinyatakan dalam lumen per watt) bertambah baik pada lampulampu yang lebih
tinggi watt-nya. Effisiensi lampu bervariasi antara 7,5 untuk lampu pijar 10 Watt
sampai 22 untuk lampu 1.500 Watt.
Modul SSBM-04: Spesifikasi Utilitas Bangunan Gedung Bab V: Spek. Sistem Listrik & Penrangan

Effisiensi ini juga tergantung pada voltase nominal. Lampu-lampu yang didesign
untuk voltase rendah (seperti untuk kereta-api dan pesawat terbang) agak lebih
tinggi efflsiensinya, sedang lampu-lampu bervoltase tinggi agak lebih rendah
effisiensinya.
Jikalau lampu dioperasikan pada voltase lebih rendah daripada semestinya,
cahayanyapun segera berkurang. Jikalau voltase turun 10 % misalnya, fluks
cahaya tidak tanggung-tanggung turunnya yaitu kira-kira 30 %. Turunnya lumen
itu dapat dihitung dengan rumus:

lumen  volt k 
  
LUMEN  VOLT 

lumen = fluks cahaya pada voltase operasional


LUMEN = fluks cahaya pada voltase design
volt = voltase operasional
VOLT = voltase design
k = eksponen yang bernilai 3,38 — 3,51.

Lampu-lampu untuk penerangan bangunan lazim didesign untuk 750 - 1.000


jam-pijar, artinya ialah bahwa rata-rata umurnya mencapai 750 - 1.000 jam
dengan probabilitas kira-kira 55 %. Di dalam jangka waktu itu fluks cahaya yang
dipancarkan akan menurun sampai kira-kira 82 %, dan daya yang dikonsumsi
menurun sampai kira-kira 95 %.
Jikalau lampu dioperasikan pada voltase lebih rendah daripada semestinya,
umurnya akan bertambah panjang menurut rumus

umur  VOLT d 
  
UMUR  volt 

d = eksponen bernilai 13,1 — 13,5.

Namun cara-cara penanganan dan pembersihan lampu serta getaran-getaran


dapat saja memperpendek umurnya. Lampu-lampu yang telah mencapai dan
melampaui umur design, tidak effisien kerjanya sehingga cahaya yang
diperoleh tidak sepadan dengan harga energi listrik yang dikonsumsi, lagi pula
dalam waktu dekat diperkirakan lampu itu toh akan mati. Maka untuk
Modul SSBM-04: Spesifikasi Utilitas Bangunan Gedung Bab V: Spek. Sistem Listrik & Penrangan

bangunan-bangunan yang menggunakan banyak lampu akan lebih ekonomis


untuk serempak mengganti semua lampunya jika telah mencapai 80 - 100 %
dan umur design lampu, karena output cahaya dalam lumen sudah kurang dan
70 %. Di dalam rumah tinggal pun lebih ekonomis untuk mengganti lampu jika
telah berwarna hitam (karena endapan uap filamen kepada bola-lampunya),
daripada menunggu matinya.
Ekonomi lampu diukur menurut harga yang kita bayar per juta lumen-jam (yaitu
kira-kira output cahaya dan lampu 100 Watt selama umur rata-rata 750 jam-
pijar). Harga itu dihitung menurut rumus:

10  L 
H  T 
E  WU 

H = harga per juta lumen-jam, dalam US dollar


E = lumen per Watt rata-rata selama umur design
L= harga lampu terpasang dalam socket, dalam dollarsen
W = Watt rata-rata selama umur design
U = umur design, dalam ribuan jam
T= tarif kWh, dalam dollar sen.

kita mengenal bermacam-macam finishing dan warna lampu-pijan, rnasing-


masing dengan karaktenistik dan untuk maksud tertentu.
Misalnya:
 bola lampu diberi frosting di sebelah dalam, untuk sekedar mendifusikan
cahayanya sehingga kurang menyilaukan serta mengurangi bayang-
bayang; frosting ini menyerap kira-kira 1 - 1,5 % dan cahaya lampu;
 bola lampu berkaca putih atau diberi berlapis putih, untuk lebih sempurna
mendifusikan cahayanya; tetapi 15 % dan cahaya akan terserap;
 bola lampu diberi lapisan email untuk merefleksikan 80 % cahaya, terutama
untuk mengarahkan dan mendifusikan cahaya sehingga menghindarkan
kesilauan dan melembutkan bayang-bayang;
 bola lampu berkaca biru-hijau yang menyerap sebagian sinar-sinar merah
dan kuning sehingga cahayanya lebih putih, disebut “daylight”;
 bola lampu yang kacanya berwarna atau diben lapisan berwarna (di sebelah
dalam ataupun luar) ataupun berlapis keramik/email berwarna; jenis yang
Modul SSBM-04: Spesifikasi Utilitas Bangunan Gedung Bab V: Spek. Sistem Listrik & Penrangan

kacanya berwarna agak lebih mahal harganya, tetapi sebaliknya jenis yang
berlapis 20 % lebih rendah effisiensinya dalam melalukan cahaya;
 bola lampu diberi berlapis perak atau aluminium sebagai cermin reflektor; di
dalam koordiriasi dengan posisi dan bentuk filamen dapat tercapai berbagai
pola berkas cahayanya; misalnya untuk penerangan showcase, spotlighting,
floodllghting, dsb.

5.2.2. Lampu-lampu pelepasan listrik

Tokoh yang mengembangkan lampu-lampu ini ialah Sir Humphry Davy. Kita
mulai dengan meninjau lampu pelepasan listrik benisi gas air raksa bertekanan
rendah (sekitar 0,00008 atmosfir), yang disebut lampu fluorescent. Gas air
raksa mi mengubah 60 % dan input Watt menjadi radiasi ultraungu dengan
panjang gelombang 2537 Angstrom dan 2,25 % menjadi cahaya yang kelihatan
dengan panjang gelombang-gelombang tertentu 4.047, 4.358, 5.461, dan 5.780
Angstrom.
Sebelah dalam dan tabung lampunya diberi berlapis zat-zat kimia fluorescent,
seperti fosfor dan berbagai persenyawaan dan cadmium, zink, magnesium,
calcium, dsb. Zat-zat fluorescent ini lazim disebut “fosfor”. Zat “fosfor” inilah
yang merubah sebagian radiasi ultraungun pada panjang gelombang 2537
Angstrom menjadi cahaya berpanjang gelombang kontinu dalam spektrum
yang kelihatan.

Dengan mengatur pilihan dan campuran dan “fosfor” nya, pancarannya dapat
bervariasi antara 2.700 sampai 7.500 Angstrom, dengan puncaknya
menggeser dan 3.250 sampai 6.150 Angstrom. Sebagian lain dan radiasi
ultraungu tadi dirubah menjadi pancaran dalam daerah inframerah. Sehingga
akhirnya sekitar 20 % dan input Watt tadi diubah menjadi cahaya dalam
spektrum yang kelihatan, sedang selebihnya berupa pancaran inframerah dan
panas. Maka effisiensi lampu fluorescent ialah di sekitar 58 lumen per Watt,
yaitu 5 yang langsung diubah oleh gas air raksa dan listrik menjadi cahaya
yang kelihatan, dan 53 lagi yang pengubahannya liwat zat fluorescent (“fosfor”).
Maka tampaklah betapa pentingnya peranan yang dipegang oleh zat
fluorescent yang dilapiskan pada tabung lampu sebelah dalam. Semua lampu
fluorescent bekerja menurut prinsip tersebut diatas, baik yang tersedia dalam
buku-buku katalog dan diproduksi secara massa maupun yang diberi berbentuk
Modul SSBM-04: Spesifikasi Utilitas Bangunan Gedung Bab V: Spek. Sistem Listrik & Penrangan

khusus menurut keperluan pemakai. Semuanya menggunakan uap mercury


bertekanan rendah yang dilalui oleh pelepasan listrik sehingga beradiasi
terutama dalam daerah ultraungu pada panjang gelombang 2537 A. Radiasi ini
menyebabkan eksitasi pasa zat fluorescent “fosfor” yang melapisi sebelah
dalam tabung lampu, sehingga “fosfor” itu memancarkan cahaya pada warna
tertentu:

Zat Flourescent Cahaya Warna Lampu


Phospor 360 BL 3200-4500 A Ultra biru
Phospor E 2700-4000 A Ultra biru
Calcium tungstate 3100-7000 A Biru
Magnesium tungtaste 3600-7200 A Biru keputihan
Zinc silicate 4600-6400 A Hijau
Zinc berylium silicate 4800-7500 A Kuning-keputihan
Cadmium silicate 4800-7400 A Kuning-merah jambu
Cadminium borate 5200-7500 A Merah jambu

Effisiensinya bermacam-macam, mulai dan 4 - 5 lumen/ watt untuk lampu


warna merah, 25 - 30 lumen/watt untuk lampu-lampu berwarna biru dan merah-
jambu, sampai 70 lumen/watt untuk lampu hijau. Warna putih dicapai dengan
campuran dan zat-zat fluorescent yang memancarkan beraneka warna,
sehingga dapat diperoleh berbagai derajat keputihan seperti beberapa jenis
daylight, white, dsb.

Kini telah diperkembangkan lampu-lampu fluorescent generasi baru yang di


samping effisiensi yang tinggi (lebih dan 80 lumen per watt) juga distribusi
speltralnya mendekati grafik kepekaan mata sehingga baik effeknya kepada
warna obyek-obyek yang diterangi.

Secara umum dapat disimpulkan bahwa warna cahaya lampu-lampu pijar


meridekati warna siriar matahari antara setengah sampai satu jam sesudah
terbit, sedang warna cahaya lampu-lampu fluorescent “daylight” mendekati
warna sinar matahari lebih dan satu jam setelah terbit.

5.2.3. Lampu-lampu pelepasan listrik (lanjutan)


Modul SSBM-04: Spesifikasi Utilitas Bangunan Gedung Bab V: Spek. Sistem Listrik & Penrangan

Kita beralih sekarang kepada lampu-lampu pelepasan listrik yang berisi uap
bertekanan lebih tinggi. Jenisjenis uap yang ekonomis dan praktis ialah
mercury, sodium dan neon. Jenis uap dan tekanannya menentukan panjang
gelombang (jadi : warna) cahaya yang dipancarkan. Makin tiriggi tekanan
uapnya, panjang-gelombangnya makin bergeser ke arah waina merah.

Uap mercury bertekanan tinggi memancarkan pada 4 panjang-gelombang


dalam spektrum yang kelihatan, yaitu 4047, 4358, 5461 dan 5780 A yang
berwarna ungu, biru, hijau dan kuning. Distribusi energi diantara 4 warna itu
ditentukan oleh tekanan uapnya. Hasilnya ialah cahaya berwarna biru-hijau
keputihan, dengan effisiensi 30 - 65 lumen/watt.

Karena unsur-unsur jingga dan merah tidak terdapat dalam cahaya “putih” itu,
obyek-obyek yang disinari akan mengalami distorsi warna. Ungu, biru, hijau,
dan kuning tampak lebih cemerlang, sedang jingga dan merah tampak coklat-
kehitaman.

Untuk menanggulangi hal tersebut lampu-lampu mercury dapat dikombinasikan


dengan lampu-lampu pijar. Ataupun tabung lampu mercury diberi lapisan zat
“phosphor” untuk mengubah radiasi ultraungunya menjadi cahaya merah.

Lampu mercury memerlukan waktu 7 - 8 menit untuk mencapai out-put penuh.


Lampu ini sangat peka terhadap voltase, yang tidak boleh menyimpang lebih
dan 2,5 - 5,0 % terhadap design voltase. Jikalau voltase turun 2,5 %,
cahayanya akan merosot hampir 30 %. Jikalau voltase sering melebihi 5 %,
lampu akan cepat berkurang umurnya atau malahan rusak karena terlalu
panas. Umur design lampu mercury ialah misalnya sekitar 6000 jam, kalau tiap
kali dinyalakan untuk sekurangnya 10 jam. Umur itu merosot menjadi 3000 jam,
kalau hanya dinyalakan selama 5 jam tiap kalinya. Lampu mercury banyak
dipakai di dalam pabrik, studio televisi, untuk penerangan halaman luar dan
jalan raya, dll. Pada lampu metal halide ditambahkan iodide seperti indium,
thallium dan sodium, untuk lebih memperbaiki effisiensi lampu dan distribusi
spektral. Cocok untuk lapangan olah-raga, pusat keramaian kota, halaman
parkir kendaraan, dll. Effisiensinya sampai III lumen per watt.
Modul SSBM-04: Spesifikasi Utilitas Bangunan Gedung Bab V: Spek. Sistem Listrik & Penrangan

Lampu berisi uap sodium memerlukan waktu sekitar 30 menit untuk mencapai
output penuh. Umur design adalah sekitar 3000 jam kalau dipergunakan untuk
penerangan jalan raya.

Lampu berisi uap neon biasanya berdaya kecil, antara 0,25 sampai 5 watt.
Effisiensinyapun rendah, sekitar 0,3 lumen/watt. Berhubung output cahayanya
kurang, praktis tidak dipakai untuk keperluan penerangan. Namun banyak
dipakai sebagai lampu sinyal, dengan umur design 3000 jam.

5.2.4. Efisiensi Lampu

Bab tentang lampu sebagai sumber cahaya ini akan kita akhiri dengan tinjauan
umum mengenai perkembangan effisiensi lampu-lampu sepanjang masa.

Lampu pijar dengan filamen dan zat arang pada tahun 1880 masih sangat
rendah effisiensinya, yaitu hanya menghasilkan fluks cahaya 3 lumen untuk
setiap watt yang dikonsumsi. Setelah beralih kepada filamen dan tungsten
tercapai kemajuan-kemajuan pesat, yaitu melampaui 10 lumen/watt sekitar
tahun 1905, melampaui 20 lumen/watt sekitar 1950, dan bahkan mencapai 30
lumen/watt sesudah tahun 1970.

Filamen karbon 3 lumen/watt


Filamen tungsten vakum 10 lumen/watt
gas 20 lumen/watt
grosted 14 lumen/watt
argenta 14 lumen/watt
halogen 22 – 30 lumen/watt

Lampu fluorescent yang diperkembangkan sejak tahun 1930-an, mulai dengan


effisiensi sekitar 40 lumen/watt, telah melampaui 50 lumen/watt dalam perang
dunia ke 2, melampaui 70 lumen/watt sekitar tahun 1960, dan bahkan
melampaui 80 lumen/watt sebelum tahun 1970.

Filamen karbon 3 lumen/watt


Fluorescent warna warm white 44 lumen/watt.
daylight 49 lumen/watt.
White 80 lumen/watt.
Modul SSBM-04: Spesifikasi Utilitas Bangunan Gedung Bab V: Spek. Sistem Listrik & Penrangan

generasi baru 80 lumen/watt.

Lampu pelepasan gas mercury intensitas tinggi mulai dalam tahun 1930-an
dengan effisiensi sekitar 30 lumen per watt, mencapai 40 lumen/watt sekitar
tahun 1950, melampaui 50 lumen/watt sebelum tahun 1970.

Dengan tambahan iodide malahan melampaui 70 lumen sebelum tahun 1970,


dan kini mendekati 90 lumen/ watt.

Mercury dengan gelas terang 56 lumen/watt,


ditambahi iodide 83 lumen/watt.

Lebih impressif lagi adalah perkembangan lampu pelepasan gas sodium


intensitas tinggi. Dimulai dengan 55 lumen/watt pada tahun 1930-an, mencapai
75 lumen/ watt di tahun 1940-an, 100 lumen/watt di tahun 1950- an, 125
lumen/watt di tahun 1960-an, 150 lumen/watt di tahun 1970-an, dan kini sudah
menuju ke 190 lumen/ watt.

Sodium bertekanan tiriggi 118 lumen/watt.


bertekanan rendah 185 lumen/watt.

Ditinjau dalam masa krisis energi, maka gambaran penghematan energi ialah
sebagai berikut:
 Lampu pijar memerlukan listrik 60 - 85 watt per 1000 lumen cahaya.
 Lampu fluorescent memerlukan listrik 15 - 35 watt per 1000 lumen cahaya.
 Lampu mercury memerlukan listrik 12 - 22 watt per 1000 lumen cahaya.
 Lampu sodium memerlukan listrik 7 - 11 watt per 1000 lumen cahaya.
Gambaran penghematan energi ini masih terus bertambah baik di masa yang
akan datang.

5.3 SISTIM-SISTIM ILLUMINASI

5.3.1 Klasifikasi sistim illuminasi.

Kita dapat membedakan 5 jenis sistim illuminasi, yaitu


I. Sistim illuminasi langsung (direct lighting).
II. Sistim illuminasi semi-langsung (semi direct lighting)
III. Sistim illuminasi diffus (general diffuse lighting)
Modul SSBM-04: Spesifikasi Utilitas Bangunan Gedung Bab V: Spek. Sistem Listrik & Penrangan

IV. Sistim illuminasi semi-tidak-langsung (semi-indirect lighting)


V. Sistim illuminasi tidak-langsung (direct lighting).
Pada sistim langsung, 90 — 100 % daripada cahaya di arahkan secai-a
langsung kepada permukaan yang perlu diterangi. Sistim mi paling effektif
dalain menyediakan penerangan, namun juga mengakibatkan adanya
bayangan-bayangan yang mengganggu, serta memungkinkan kesilauan-
kesilauan baik karena penyinaran langsung maupun karena pemantulan sinar
lampu). Langit-langit dinding dan obyek-obyek di dalam ruangan perlu diberi
warna-warna cerah supaya tampak menyegarkan.

Pada sistim semi-langsung, 60 - 90 % daripada cahaya di arahkan langsung


kepada permukaan yang perlu diterangi, sedang selebihnya menerangi (serta
dipantulkan oleh) langit-langit dan dinding. Dengan demikian dapat kita kurangi
keberatan-keberatan daripada sistim langsung di atas. Kita catat bahwa
plesteran putih memiliki effisiensi pemantulan 90 %, sedang cat putih (mat)
antara 75 dan 90 %. Sistim illuminasi disebut diffus kalau separo cahaya
diarahkan kepada permukaan yang perlu diterangi, sedang separohnya lagi
menyinari (serta dipantulkan oleh) langit-langit dan dinding. Di dalam jenis
sistirn illuminasi mi termasuk sistim direct-indirect yang memancarkan separo
cahaya ke bawah dan separo ke atas, dan tidak atau kurang ke arah mata kita.
Masalah-masalah bayangan dan kesilauan masih terdapat pada sistim
illuminasi diffus ini.

Pada sistim semi-tidak langsung, 60 - 90 % daripada cahaya diarahkan ke


langit-langit dan dinding bagian atas, dan sisanya ke bawah. Maka langit-langit
perlu diberi finishing dan pemeliharaan yang baik. Masalah bayangan praktis
tidak ada, dan kesilauanpun dapat dikurangi.

Pada sistim-tidak-langsung, 90 - 100 % daripada cahaya diarahkan ke langit-


langit dan dinding bagian atas, untuk dipantulkan kemudian menerangi seluruh
ruangan berupa cahaya diffus. Keseluruhan langit-langit menjadi sumber
cahaya, maka perlu diberi finishing dan pemeliharaan yang baik, dengan warna
yang muda namun mat supaya tidak menyilaukan. Lampunya sendiri perlu
dibersihkan secara berkala, karena lapisan debu dan kotoran dapat
menyerapkan lebih dan 25 % output cahaya. Sistim tidak-langsung ini cocok
untuk perkantoran, kamar gambar, serta tempat-tempat kerja lain.
Modul SSBM-04: Spesifikasi Utilitas Bangunan Gedung Bab V: Spek. Sistem Listrik & Penrangan

Lampu-lampu fluorescent kini semakin populer, terutama dalam bentuk


ditanarnkan (diintergrasikan) ke dalam langit-langit, baik dalarn bangunan-
bangunan umum maupun dalam rumah-rumah kediaman. Umumya yang
panjang membuatnya sangat cocok untuk dipasang pada tempat-tempat yang
menyulitkan penggantian lampu. Lampu-lampu spotlight/downlight yang
dipasang pada langit-langit atau dinding untuk menerangi permukaan-
permukaan tertentu juga kian populer.

5.3.2 Faktor-faktor pertimbangan illuminasi.

Secara sederhana, design illuminasi menyangkut periyediaan sejumlah fluks


cahaya (lumen) dan sumber cahaya ke suatu permukaan yang perlu diterangi.
Lux, yaitu satuan fluks cahaya yang effektif mencapai tiap meter persegi
daripada permukaan itu yang tentu saja sebanding dengan kekuatan radiasi
daripada sumber cahayanya yang dinyatakan dalam candles. Lux itu
berbanding terbalik dengan kwadrat daripada jarak antara sumber
cahaya dengan permukaan yang perlu diterangi. Kalau permukaan itu tidak
tegak lurus pada berkas cahayanya, perlu dimasukkan pula cosinus sudutnya.

CANDLES
LUX  x COSINUS SUDUT
JARAK 

Rumus ini tidak praktis, karena sumber cahaya perlu diumpamakan sebagai
sesuatu titik (jadi tidak cocok untuk lampu fluorescent, terlebih-lebih kalau
jaraknya kurang dan 5 kali ukuran lampunya sendiri). Begitupun rumus ini tidak
memperhitungkan cahaya yang dipantulkan oleh langit-langit, dinding dll. ke
arah permukaan yang perlu disinari. Lagi pula kalau terdapat beberapa sumber
cahaya, maka perlu dihitung sumbangan lux dan masing-masing sumber
tersebut.

Pertimbangan-pertimbangan yang lebih praktis ialah sebagai berikut. Design


sistim illuminasi pada umumnya ditujukan kepada penyebaran tingkat
penerangan yang seragam ke seluruh ruangan, supaya terhindar timbulnya
sudut-sudut atau bagian-bagian yang gelap dan seluruh Iuangan itu secara
merata menjadi cocok untuk penggunaan yang dimaksudkan. Untuk tujuan
tersebut disebarlah titik-titik penerangannya; sedang jumlab titik ini ditentukan
oleh jarak yang diperbolehkan antara titik-titik cahaya tersebut; jarak ini diatur
Modul SSBM-04: Spesifikasi Utilitas Bangunan Gedung Bab V: Spek. Sistem Listrik & Penrangan

lagi oleb tinggi pemasangannya di atas iantai (atau lehih tepat di atas
permukaan yang perlu diterangi). Jarak dan tinggi itu dipengaruhi juga oleh
karakteristik distribusi dan sumber-sumber cahaya yang dipakai. Pada
umumnya jarak di antara titik-titik cahaya itu kira-kira sama dengan tinggi
pemasangannya di atas lantai, dan maksimal 1,5 kali jarak antara sumber
cahaya dengan permukaan yang perlu diterangi. Namun untuk memberikan
cahaya penerangan secara khusus atau terarah, jarak di antara titik-titik cahaya
itu dapat lebih pendek dan tingginya di atas lantai; hal ini tergantung lagi pada
karakteristik distribusi cahaya dan lampu-lampunya.
Karakteristik distribusi cahaya itu ditetapkan oleh lampu beserta armatur
(luminaire) yang dipakai, antara lain oieh reflektornya yang merrghasilkan
berkas cahaya yang sempit terarah ataupun berka.s yang lebar diffus.
Lalu dikelompokkan ke dalam 5 jenis sistim illuminasi yang sudah disinggung di
atas :
 sistim penerangan langsung,
 sistim penerangan semi-langsung,
 sistim penerangan diffus,
 sistim penerangan semi-tidak-langsung,
 sisitim penerangan tidak-langsung.

Faktor pemantulan cahaya oieh langit-langit .periu diperhitungkan juga,


misalnyà 30, 50 atau 70 %. Begitupun faktor pemantulan cahaya olehdinding-
dinding, misalnya 10, 30 atau 50 %.

Faktor pemantulan itu tergantung dan warna dan finishing; dinding yang diber
jendela, pintu, furnishing (gordijn, dll.) kurang memantulkan, dan dinding kaca
bahkan praktis tidak memantulkan cahaya. Pemantulan ini tidak penting pada
sistim penerangan langsung, namun sangat penting pada sistim-sistim
penerangan tidak-langsung dan semi-tidak-langsung. Permukaan yang perlu
diterar. juga dapat memantulkan cahaya, misalnya 10 atau 30%. Lantai juga
memantulkan cahaya sekitar 10 %.
Ukuran-ukuran ruangan sudah tentu juga banyak pengaruhnya. Ruangan yang
luas lebih effisien dalam pemanfaatan cahaya daripada ruangan yang sempit,
karena kurang dinding-dindingnya yang dapat menyerap cahaya. Begitupu
ruangan yang tinggi langit-iangitnya iebih effisien penerangannya daripada
ruangan yang rendah. Untuk sistim penerangan langsung dan semi-langsung,
Modul SSBM-04: Spesifikasi Utilitas Bangunan Gedung Bab V: Spek. Sistem Listrik & Penrangan

yang berpangaruh ialah tingginya pemasangan sumber cahaya di atas


permukaan yang perlu diterangi. Untuk sistim penerangan tidak-langsung dan
semi-tidak-langsung, tingginya langit-langit adalah menentukan. Ukuran
ukuran ruangan ini dinyatakan pengaruhnya dalam indeks-ruangan K:

p x1
K
t p  1

P = panjangruangan
1 = lebar ruangan
T = tinggi pemasangan sumber cahaya di atas
permukaan yang perlu diterangi.

Indeks-ruangan Kini bervariasi antara 0.60 dan 5.00. Beberapa. kali telah
disebutkan permukaan yang perlu diterangi. Yang dimaksudkan ialah suatu
permukaan horizontal, pada ketinggian mana kita lakukan pekerjaanpekerjaan
dalam ruangan termaksud. Jikalau kita bekerja sambil duduk,. tingginya kira-
kira 70 - 75 cm, dan jikalau kita berdiri kira-kira 80 - 85 cm. Maka berdasaratas
output dan karakteristik distribusi cahaya dan lampu-lampunya, pemantulan
oleh langit-langit dan dinding serta oleh permukaan yang perlu diterangi,
indeks-ruangan, dan cara penyebaran/pemasangan sumber-sumber cahaya di
dalam ruangan itu, dapatlah ditentukan suatu faktor-utilisasi (atau rendemen
penerangan). Faktor-utilisasi ialah prosentase cahaya dan lampu-lampu yang
secara nyata mencapai dan bermanfaat pada permukaan yang perlu diterangi.

Untuk masing-masing armatur (luminaire) disediakan tabel daripada faktor


utilisasi ini, sebagal fungsi daripada indeks-ruangan dan pemantulan oleh
langit-langit, din- ding serta permukaan yang perlu diterangi. Faktorutilisasi ini
bervariasi antara, misalnya 0,27 dan 0,78. Kita perlu juga memperhitungkan
depresiasi daripada lampu, reflektomya, permukaan-permukaan yang
memantulkan, dsb. karena depresiasi itu turut mengurangi taraf illuminasi.
Selama umur design-nya, lampu ratarata remancarkan 80 - 90 % daripada
lumen pada awal dipakainya. Debu yang menempel pada lampu, reflektornya
dan pada permukaan-permukaan yang memantulkan menyerap 15 - 25 % lagi,
meskipun dibersihkan secara teratur. Maka dalam keadaan baikpun hanya
tercapai illuminansi sekitar 70 % daripada keadaan awalnya, yang dinyatakan
Modul SSBM-04: Spesifikasi Utilitas Bangunan Gedung Bab V: Spek. Sistem Listrik & Penrangan

dengan faktor-pemeliharaan 0,70. Dengan sistim penerangan langsung di


dalam ruangan yang bebas daripada debu dan asap dapat tercapai faktor-
pemeliharaan yang lebih tinggi, sampai 0,90. Sebaliknya dengan sistim
penerangan tidak-langsung memakai armatur yang terbuka ataupun sumber
cahaya yang sukar dicapai sehingga jarang dibersihkan, faktorpemeliharaan
dapat merosot sampai 0,55.

Untuk keadaan rata-rata sering dipergunakan nilai 0,65 kalau pembersihan


lampu-lampu dilakukan setahun sekali. Maka fluks cahaya yang diperlukan
untuk menerangi sesuatu ruangan lazim dihitung dengan rumus:

illuminasi x luas ruangan


fluks cahaya 
faktor utilisasi x faktor depresiasi

Fluks cahaya yang diperlukan diukur dalam lumen. Illuminansi atau kekuatan
penerangan yang diinginkan pada permukaan yang perlu diterangi diukur
dalam lux. Luas ruangan (lebth tepat luas permukaan yang perlu diterangi)
diukur dalam m2.

Maka jumlah armatur yang perlu kita pasang ialah:

fluks yang diperlukan


fluks armatur 
fluks per armatur

Di dalam tiap armatur dapat dipasang satu ataupun lebih lampu-lampu,


sehingga:

fluks per armatur  jumlah lampu per armatur x fluks per lampu

Dan sebaliknyapun kita dapat menghitung illuminasi atau kekuatan penerangan


pada permukaan yang perlu diterangi, dengan rumus:
illuminasi =

jumlah lampu x fluks per lampu x faktor utilisasi x faktor depresiasi


luas ruangan
Modul SSBM-04: Spesifikasi Utilitas Bangunan Gedung Bab V: Spek. Sistem Listrik & Penrangan

5.4 SPESIFIKASI ILLUMINASI

5.4.1 Beberapa kriteria


Kriteria-kriteria pokok di dalam menerapkan illuminasi ialah:
 supaya tugas-tugas visuil dapat terlaksana secara baik, yaitu cepat dan
tepat (visual performance);
 supaya tercapai komfort dan suasana-santai bagi mata (visual comfort and
pleasantness);
 supaya diperhitungkan faktor-faktor ekonomi.

Di samping itu illuminasi yang banyak dimanfaatkan sebagai sarana untuk


dekorasi, pemberi warna, dan pencipta suasana, sebagai hasil daripada
banyaknya variasi lampu yang tersedia sekarang ini serta perkembangannya
yang masih terus berlangsung secara cepat. Memusatkan perhatian kita
kepada Indonesia, perlu pula diperhitungkan taraf perkembangan sosial-
ekonomi Negara kita dewasa ini dan dalam masa 10 tahun mendatang; lebih
khusus lagi taraf hidup rakyat banyak dan taraf elektrifikasi serta penyebaran
listrik untuk keperluan illuminasi, di dalam rangka turut mewujudkan Sila V
Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia. Sehingga kepada kriteria-
kriteria umum di atas perlu ditambahkan kriteria khusus supaya diperhitungkan
juga faktor-faktor sosial.
Riset mengenai permukaan yang cerah dan banyak memantulkan cahaya (80
%) dibandingkan terhadap permukaan yang gelap dan sedikit memantulkan
cahaya (8 %), menunjukkan bahwa permukaan yang gelap itu memerlukan
illuminasi (lux) yang 10 kali lebih besar.

Selanjutnya ditemukan (dalam percobaan dengan sistim penerangan yang


secara kontinu diperbesar cahayanya) bahwa untuk mampu mengamati
perbaikan dalam daya lihat kita, diperlukan illuminasi (lux) yang 2 - 2,5 kali lebih
besar daripada semula. Daya-lihat (atau lebih tepat : visual performance) ini
akan terus bertambah baik dengan membesarnya illuminasi itu, sampai
menjenuh pada sekitar 1000 lux (yaitu 1000 lumen untuk tiap-tiap m2).

Visual performance in selain ditentukan oleh illuminasi, juga dipengaruhi oleh


ukuran daripada obyek-obyek yang perlu dilihat, oleh kontras dalam warna dan
dalam illuminasi terhadap lingkungannya, serta oleh jaraknya ke mata kita.
Modul SSBM-04: Spesifikasi Utilitas Bangunan Gedung Bab V: Spek. Sistem Listrik & Penrangan

Kontras tersebut tadi, terutama kontras dalam illuminasi, juga sangat penting
untuk visual comfort and pleasantness. Seyogyanya kontras dalam illuminasi itu
tidak ada, artinya obyek yang perlu difihat sama illuminasi dengan lingkungan
sekitamya; kontras ini sebaiknya tidak melebihi faktor tiga.
Berdasarkan atas pertimbangan inilah meja-meja tulis, meja-meja sekolah,
mesin-mesin, alat-alat kantor, tegel dan penutup lantai dianjurkan berwarna
muda, yaitu untuk mengurangi kontras terhadap lingkungannya. Kontras itu
mengakibatkan kelelahan, terlebih-lebili kalau mata sudah sub-normal.
Kelelahan itu seterusnya dapat menyebabkan kesalahan-kesalahan dalam
pekerjaan, dan malahan kecelakaan. Komfort dan suasanasantai juga
terganggu oleh kesilauan. Kesilauan ini tergantung dan ukuran dan output-
cahaya serta penyebaran dan sumber-sumber cahayanya, jaraknya, sudut
pengamatan, tingkat illuminasi umumnya, ukuran ruangannya, jenis tugas
visuilnya, lamanya waktu pengamatan, kemampuan adaptasi dan mata, serta
kepekaan dan reaksi psykologis dan masing-masing individu. Kesilauan ini
terutama mengganggu kalau berasal dan sumber-sumber cahaya yang
berbeda dalam sudut antara 45 dan 85 derajat di atas mata kita (diukur dan
vertikal di atas mata kita).
Kesilauan ini dibagi dalam 4 derajat:
 tiada kesilauan,
 kesilauan yang tampak,
 kesilauan yang mengganggu,
 kesilauan yang tidak dapat ditolerir.

Derajat kesilauan yang mengganggu itu mengurangi kemampuan untuk melihat


jelas dan melaksanakan tugas visuil secara cepat dan tepat, di samping
menimbulkan rasa tidak nyaman. Derajat kesilauan yang tidak dapat ditolerir
bahkan dapat meniadakan kemampuan untuk melakukan tugas-tugas visuil.
Maka di dalam design sistim illuminasi hanya dibenarkan derajat kesilauan
yang tampak namun belum mengganggu.

Kesilauan juga dapat disebabkan oleh obyek-obyek dengan permukaan


mengkilat yang memantulkan cahaya dan lampu (atau dan matahani). Pantulan
cahaya itu menimbulkan rasa tidak nyaman di samping mengurangi kontras di
Modul SSBM-04: Spesifikasi Utilitas Bangunan Gedung Bab V: Spek. Sistem Listrik & Penrangan

permukaan tempat kerja sehingga mengganggu pelaksanaan tugas visuil.


Untuk mengurangi pantulan cahaya sedemikian disarankan:
1) Penempatan sistim penerangan dan permukaan tempat kenjanya
sedemikian nupa sehingga tugas visuilnya tidak terletak pada atau di dekat
sudut cermin antara lampu dan mata.
2) Menggunakan armatur (luminaire) berukuran besar namun agak rendah
output-cahayanya.
3) Menambah cahaya penerangan dan arah samping, kira-kira tegak-lurus
pada arah pengamatan.
4) Menggunakan permukaan meja, peralatan, kertas, dll. dengan finishing mat
untuk mengurangi effek pemantulan cahaya.

5.4.2 Illuminasi Yang Dianjurkan


Sampailah kita sekarang kepada taraf-taraf illuminasi yang dianjurkan di
negara-negara yang sudah maju, berdasar atas percobaan-percobaan dengan
mengerahkan banyak pengamat. Untuk Indonesia dewasa ini kiranya tepatlah
kita anjurkan batas-batas bawah/minimum, dengan mengingat pula bahwa
penerangan alamiah (natural lighting) dapat lebih dimanfaatkan di Indonesia
daripada di Amerika Serikat dan Eropah Barat.
(catatan: 1 footcandle = 10,764 lux).

EROPA BARAT AMERIKA SERIKAT

Foot-
Lux Uraian Uraian
candle

20 Minimum untuk dapat


membedakan wajah orang;
minimum untuk daerah-daerah
sirkulasi di luar bangunan

30 Daerah penyimpanan ternak dan -5 Membedakan obyek-obyek besar


barang di luar bangunan dan sekedar melihat;
kurang/berbahaya untuk tugas-
tugas visuil dan untuk melihat
secara cepat dan jelas.

50 Garasi, serta langit-langit dan


jalan orang di luar bangunan
Modul SSBM-04: Spesifikasi Utilitas Bangunan Gedung Bab V: Spek. Sistem Listrik & Penrangan

EROPA BARAT AMERIKA SERIKAT

Foot-
Lux Uraian Uraian
candle

75 Dok dan kade pelabuhan

100 Teater dan concert hall, serta 5-10 Tugas-tugas visuil yang tidak terus-
kamar tidur dan kamar mandi menerus, serta tidak perlu
dalam hotel membedakan detail-detail yang
halus dan kurang kontrasnya.

150 Daerah-daerah sirkulasi di dalam


kantor, pabrik, toko dan gudang

200 Minimum untuk dapat mengamati 10-20 Tugas-tugas perkantoran dan pabrik
wajah orang secara jelas; yang tidak lama, membaca dan
minimum untuk ruangan-ruangan menjahit pada bahan berwarna
tempat tinggal dan bekerja muda.

300 Pekerjaan-pekerjaan membaca


dan filling, pekerjaan
perbengkelan, industri makanan,
dsb.

500 Perkantoran umum, toko, 20-50 Pekerjaan-pekerjaan administrasi


gudang, assembling kendaeraan, dan pabrik yang agak lama,
percetakan, perbengkelan yang pekerjaan-pekerjaan membaca,
lebih halus perbengkelan, menjahit, menyulam,
dsb.

750 Ruang gambar, pekerjaan


koreksi, mesin-mesin perkantoran

1000 Menggambar yang teliti, 50-100 Menggambar, membaca yang sulit,


mewarnai, pekerjaan-pekerjaan koreksi, reparasi arloji, pekerjaan
assembling dan perbengkelan mesin yang halus, dsb.
yang halus

1500 Pekerjaan bengkel dan mesin 100 Tugas-tugas visuil yang sangat
yang sangat luas, assembling berat dan/atau lama, seperti
alat-alat presisi dan elektronik, mengukir halus, menulis halus,
pemeriksaan onderdil-onderdil assembling halus, inspeksi daripada
kecil detail-detail halus dan kurang
kontras, menjahit pada bahan
berwarna gelap, dsb.
Modul SSBM-04: Spesifikasi Utilitas Bangunan Gedung Bab V: Spek. Sistem Listrik & Penrangan

Illuminasi sampai 1000 lux atau 100 footcandle ialah berupa penerangan umum
untuk keseluruhan ruangan, sedang illuminasi di atas 1000 lux atau di atas 100
footcandle adalah berupa tambahan penerangan secara lokal untuk tugas-
tugas visuil yang memerlukan ketepatan sangat tinggi atau sangat berat.

Dan tabel untuk Eropah-Barat dapat disimpulkan bahwa 20 lux adalah minimum
untuk daerah-daerah sirkulasi yang bukan tempat tinggal dan bukan tempat
kerja. Kemudian, 200 lux adalah minimum untuk ruanganruangan tempat
tinggal dan kerja. Illuminasi oprimum untuk ruangan-ruangan tempat kerja ialah
antara 1000 dan 3000 lux. Illuminasi 2000 lux ternyata memuaskan jumlah
pengamat yang paling banyak. Tugas visuil yang permukaannya banyak
memantulkan cahaya cukup diterangi dengan 1000 lux, misalnya, sedang
permukaan yang kurang memantulkan perlu diterangi dengan 3000 lux,
misalnya. Tambahan penerangan secara lokal itu malahan dapat mencapai
20.000 lux.

5.4.3 Kwalitas Warna


Suatu aspek lain yang perlu dipertimbangkan ialah kwalitas-warna dan lampu-
lampu. Kwalitas-warna ini dibedakan lagi ke dalam
 Warna lampunya sendiri (appearance),
 Effek kepada warna obyek-obyek yang diterangi (colour rendering capability).

Warna lampunya sendiri tidak merupakan indikasi ten- tang effeknya kepada
warna obyek-obyek, bahkan dua lampu yang saling mirip warnanya dapat
berbeda sekali komposisi spektralnya sehingga sangat berbeda juga effeknya
kepada warna obyek-obyek yang diterangi. Lampu-lampu yang berwarna “putih”
lazim dikelompokkan lagi menjadi:
 putih kemerahan (warna hangat),
 putih “benar-benar” (warna sedang),
 putih kebiruan (warna sejuk).

Warna lampunya ini perlu dikaitkan kepada illuminasi yang perlu kita peroleh
dan lampu-lampu itu, supaya dapat tercipta suasana yang
menyenangkan/nyaman. Untuk illuminasi di bawah 1000 lux disarankan
memilih lampu yang warnanya hangat yaitu putih-kemerahan. Illuminasi 1000 -
2000 lux sebaiknya memakai lampu berwarna sedang ytitu putih “benar-benar”.
Modul SSBM-04: Spesifikasi Utilitas Bangunan Gedung Bab V: Spek. Sistem Listrik & Penrangan

Sedang untuk illuminasi di atas 2000 lux seyogyanya dipilih warna sejuk yaitu
putih-kebiruan. Jadi secara umum, makin tinggi illuminasi yang diperlukan
makin sejuklah warna lampu yang dipilih, supaya tercipta suasana yang
nyaman.

Untuk mengukur effek sesuatu lampu kepada warna obyek-obyek,


dipergunakan suatu indeks yang menyatakan bagaimana tampaknya 14 buah
warna-percobaan (secara psykophysik) kalau diterangi oleh lampu itu dibanding
kalau disinari dalam kondisi sama oleb sumber cahaya referensi yang mirip
warna lampunya. Kalau warna-warna percobaan itu tampakriya sama maka
lampu itu diben colour rendering index 100, dan kalau berbeda diberi indeks
lebih kecil dan 100. Lampu yang indeksnya mendekati nilai 100 memberikan
effek yang baik kepada warna obyek-obyek yang diterangi, sedang lampu yang
indeksnya jauh kurang dan 100 mengakibatkan distorsi warna pada obyek-
obyek.
Ruangan dengan obyek-obyek yang memerlukan effek warna yang baik,
seperti bahan tekstil, cat, percetakan, pameran, toko, rumah sakit, hotel,
restoran dan rumah tinggal, seyogyanya menggunakan lampu indeks 85 - 100.
Ruangan dengan obyek-obyek yang kurang memerlukan effek warna yang
baik, seperti perkantoran, sekolah dan pabrik, dapat memilih lampu dengan
indeks 70 - 85. Ruangan yang tidak menghiraukan warna obyek-obyek di
dalamnya dapat menggunakan lampu berindeks kurang dan 70. Lampu-lampu
pijar mempunyai indeks yang sangat baik, tetapi effisiensi lampunya agak
rendah. Lampu-lampu fluorescent generasi baru (dengan puncakpuncak energi
di daerah biru, hijau, dan jingga) juga baik indeknya tetapi rendah effisiensinya,
ataupun sebaliknya lampu-lampu pelepasan listrik bertekanan (lebih) tinggi
sangat baik indeksnya tetapi rendah effisiensinya, atau sebaliknya.

Jikalau faktor warna lampu (appearance) dan faktor effek kepada warna obyek-
obyek yang diterangi (colour rendering capability) kita gabungkan, diperoleh
skema sebagai berikut:

Warna Indeks efek kepada warna


Penerangan untuk
lampu obyek-obyek

Hotel, restoran, rumah tinggal Hangat


85 – 100
Pameran, toko, rumah sakit Sedang
Modul SSBM-04: Spesifikasi Utilitas Bangunan Gedung Bab V: Spek. Sistem Listrik & Penrangan

Bahan tekstil, cat percetakan Sejuk

Perkantoran, sekolah, pabrik di Hangat 70 – 85


daerah dingin

Idem di daerah sedang Sedang

Idem di daerah panas Sejuk

Ruangan yang tidak mementingkan


Kurang dari 70
warna obyek-obyek didalamnya
Sumber : Philips Lighting Manual.

Warna-warna yang diterapkan dalam sesuatu ruangan juga turut menentukan


visual comfort and pleasantness. Langit-langit lazimnya dicat putih sedang
permukaanpermukaan lain diberi warna-warna muda pastel, supaya membantu
tercapainya effisiensi penerangan yang tinggi. Warna-warna pastel sedemikian
merupakan latar-belakang yang aman/neutral untuk beraneka jenis obyek yang
ditempatkan dalam ruangan. Namun kadang-kadang dapat juga dipilih warna
latar-belakang yang sangat gelap. Warna latar-belakang itu lebih
mempengaruhi kesan kita tentang warna sesuatu obyek dibanding terhadap
pengaruh dan warna cahaya penerangannya. Warna latar-belakang yang tepat
dapat mengurangi effek buruk dan lampunya. Sedang warna latar-belakang
yang salah pilih dapat merusak effek baik dan lampunya. Wanita urnumnya
menyukai warna-warna hangat (merah, merah-kekuningan, kuning), sedang
pria lebih condong kepada warna-warna sejuk (biru, biru-kehijauan, hijau).
Namun untuk latar-belakang tetap dianjurkan memilih warna muda yang tidak
jenuh (desaturated).

Taraf illuminasi untuk langit-langit dan dinding (latar belakang) ini seyogyanya
agak di bawah taraf untuk permukaan tempat kerjanya sendiri. Untuk obyek-
obyeknya sendiri umumnya dianjurkan warna violet-biru, biru-hijau, dan hijau,
yang dipandang aman/neutral. Ataupun dapat dipilih warna merah dan jingga.
Pilihan terakhir ialah kuning. Warna obyek-obyek ini sebaiknya jenuh (highly
saturated). Obyek-obyek yang berdekatan letaknya hendaknya tidak terlalu
berbeda warnanya, agar lebih harmonis tampaknya. Namun warna di dalam
ruangan harus tetap segar, hidup dan bervariasi, agar tidak monoton sehingga
menjemukan. Obyek-obyek yang berwarna hangat, begitu juga bahan-bahan
makanan, akan lebih sedap tampaknya kalau diterangi dengan lampu-lampu
berwarna hangat pula.
Modul SSBM-04: Spesifikasi Utilitas Bangunan Gedung Bab V: Spek. Sistem Listrik & Penrangan

Namun lampu-lampu berwarna hangat itu sering merusak wajah dan obyek-
obyek berwarna sejuk. Maka untuk ruangan berisi obyek-obyek dan beraneka
warna lebih aman dipilih lampu-lampu berwarna sedang, yang bersifat allround.
Pada pemilihan lampu-lampu fluorescent lazimnya perlu dipilih antara
ekonomi/effisiensi lampu dan colour rendition, karena effisiensi yang tertinggi
tidak dapat dikombinasikan dengan colour rendering yang terbaik; yang satu
hanya tercapai dengan mengorbankan yang lain. Maka lampu-lampu
fluorescent lazim dibagi dalam 3 kelompok : bereffisiensi tinggi, effisiensi cukup
dikombinasikan dengan colour rendering cukup, serta colour rendering yang
baik. Dengan dikaitkan pada warna cahaya lampu misalnya terdapat type-type
sebagai berikut :

Cahaya Efisiensi cukup, Colour rendering


Efisiensi tinggi
lampu colour rendering baik
Hangat Warm white Warm white de lux Warm white special de
lux

Sedang White White de lux White special de lux

Sejuk Cool daylight Daylight/55 Daylight/57

5.4.4 Perimbangan Terhadap Cahaya Alami


Ruangan berjendela yang tidak cukup diterangi oleh penerangan alami siang
hari perlu memperoleh penerangan-buatan yang bersifat supplementer.
Penambahan ini terutama dimaksudkan untuk bagian-bagian ruangan yang
terjauh dan jendela, serta untuk menanggulangi kontraskontras yang tajam dan
mengganggu.

Supplemen penerangan-buatan itu pada siang hari perlu mempunyai illuminasi


500 lux atau lebih untuk mencapai keseimbangan yang baik terhadap
penerangan alami siang hari.

Ruangan yang sangat luas tanpa ada penerangan alami siang hari yang
menembus plafond, memerlukan penerangan buatan. Penerangan ini
dimaksudkan, di samping untuk menyediakan illuminasi yang memadai guna
pelaksanaan pekerjaan dan untuk menciptakan kondisi yang komfortabel bagi
mata serta untuk meniadakan kesilauan dan jendela-jendela, juga untuk
Modul SSBM-04: Spesifikasi Utilitas Bangunan Gedung Bab V: Spek. Sistem Listrik & Penrangan

mengatasi hambatan psykologis yaitu keengganan berada dalam ruangan yang


agak terasa terpisah dan cahaya alami untuk jangkajangka waktu yang lama.
Pertimbangan psykologis ini terlebih-lebih berlaku untuk ruangan yang sama
sekali tanpa cahaya alami, atau dihubungkan dengan alam bebas hanya oleh
jendela-jendela sempit (sebaiknya dipasang memanjang vertikal). Dalam
ruangan-ruangan sedemikian taraf illuminasi seyogyanya 1000 lux.

Jendela-jendela ruangan dapat merupakan sumber kesilauan olen masuknya


sinai matahari. Kesilauan mulai mengganggu kalau illuminasi dan jendela-
jendela ini mencapai 10.000 lux dan lebih. Dalam hal ini jendela-jendela perlu
diberi sarana pencegah kesilauan.

5.5 STANDAR PENERANGAN BUATAN DI DALAM GEDUNG-GEDUNG

5.5.1. Ruang lingkup


Standar mi mencakup pedoman-pedoman pokok untuk sistim penerangan
buatan di dalam gedung-gedung. Bagian pertama (IV-3) memuat uraian
mengenai prinsipprinsip umum yang menyangkut fungsi, tujuan dan rancangan.

Bagian kedua (IV-4) memuat persyaratan-persyaratan penerangan untuk


beberapa jenis gedung dan petunjukpetunjuk guna memenuhinya.

5.5.2. Pengertian-pengertian
Penerangan umum,
Modul SSBM-04: Spesifikasi Utilitas Bangunan Gedung Bab V: Spek. Sistem Listrik & Penrangan
Modul SSBM-04: Spesifikasi Utilitas Bangunan Gedung Bab V: Spek. Sistem Listrik & Penrangan
Modul SSBM-04: Spesifikasi Utilitas Bangunan Gedung Bab V: Spek. Sistem Listrik & Penrangan
Modul SSBM-04: Spesifikasi Utilitas Bangunan Gedung Bab V: Spek. Sistem Listrik & Penrangan

Penerangan primer,
Modul SSBM-04: Spesifikasi Utilitas Bangunan Gedung Bab V: Spek. Sistem Listrik & Penrangan
Modul SSBM-04: Spesifikasi Utilitas Bangunan Gedung Bab V: Spek. Sistem Listrik & Penrangan
Modul SSBM-04: Spesifikasi Utilitas Bangunan Gedung Bab V: Spek. Sistem Listrik & Penrangan

Penerangan dalam keadaan bahaya atau penerangan sekunder, iaiah


Modul SSBM-04: Spesifikasi Utilitas Bangunan Gedung Bab V: Spek. Sistem Listrik & Penrangan
Modul SSBM-04: Spesifikasi Utilitas Bangunan Gedung Bab V: Spek. Sistem Listrik & Penrangan
Modul SSBM-04: Spesifikasi Utilitas Bangunan Gedung Bab V: Spek. Sistem Listrik & Penrangan
Modul SSBM-04: Spesifikasi Utilitas Bangunan Gedung Bab V: Spek. Sistem Listrik & Penrangan

5.5.3. Prinsip-prinsip Umum

5.5.3.1. Fungsi penerangan buatan

Fungsi pokok penerangan buatan di dalam gedung-gedung; baik


diterapkan secara tersendiri maupun dalam kombinasi dengan
penerangan alami siang hari, adalah :
 menciptakan lingkungan yang memungkinkan penghuni-penghuni
melihat detail-detail dan tugas dan kegiatan visuil secara mudah dan
tepat.
 memungkinkan penghuni-penghuni berjalan dan bergerak secara
mudah dan aman.
Modul SSBM-04: Spesifikasi Utilitas Bangunan Gedung Bab V: Spek. Sistem Listrik & Penrangan

 menciptakan lingkungan visuil yang nyaman dan berpengaruh baik


kepada prestasi.

Instalasi penerangan perlu memenuhi fungsi pokok itu secara terpercaya


dalam kondisi pemakaian yang normal dengan pemeliharaan yang wajar.
Sejak dan taraf awal rancangan sesuatu gedung, sudab perlu dipikirkan
hubungan timbal balik antara penerangan alami siang hari dengan
penerangan buatan. Rancangan gedung akan menentukan peranan dan
bobot dan masing-masing sumber penerangan tersebut.

Ada kalanya penerangan buatan perlu menunjang dan melengkapi


penerangan alami siang hari secara sinambung. Atau penerangan buatan
perlu menunjang dan melengkapi apabila penerangan alami siang hari
sedang tidak inencukupi, untuk ruangan yang dirancang supaya diterangi
oleh penerangan alami siang hari sepenuhnya. Penerangan buatan juga
dapat menggantikan penerangan alami siang hari secara penuh dan
berlanjut pada siang hari.

Sewaktu memulai rancangan instalasi penerangan, perlu diperhatikan efek


penerangan buatan atas warna-warna yang diperlukan dalam tiap ruangan.
Tugas visuil tertentu memerlukan efek penerangan yang baik, untuk dapat
membedakan warna-warna atau untuk dapat menilai warna secara tepat.
Jikalau penerangan buatan perlu mirip sekali dengan penerangan alami
siang hari, maka baik efeknya kepada warna-warna yang diterangi maupun
warna cahayanya sendiri atau kromatisitasnya sama pentingnya.

Efek kepada warna objek yang diterangi, ditentukan oleh spektrum emisi
dan lampunya.

Sesuai dengan petunjuk dan International Commission on Illumination,


efek kepada warna dan suatu lampu dibandingkan terhadap efek kepada
warna dan lampu standar, dinyatakan dalam indeks Ra.

Indeks 100 menyatakan bahwa efek kepada warna sama dengan lampu
standar, yaitu menampakkan warna-warna secara “alamiah”, sedang
indeks yang jauh di bawah 100 menyatakan sangat merubah warna
aslinya.
Modul SSBM-04: Spesifikasi Utilitas Bangunan Gedung Bab V: Spek. Sistem Listrik & Penrangan

Maka lampu-lampu lazim dikelonipokkan sebagai berikut


 Efek warna tingkat 1 : Indeks 85 atau lebih (high fidelity).
 Efek warna tingkat 2 : Indeks 70 — 85 (medium fidelity).
 Efek warna tingkat 3 : Indeks 50 — 70 (low fidelity).

Indeks ini tidak merupakan petunjuk tentang warna cahaya lampunya


sendiri.
Warna cahaya lampu dapat menciptakan suasana sejuk (putih kebiruan),
suasana sedang (putih), suasana hangat (putih kemerahan). Warna
cahaya tidak memberikan petunjuk tentang efeknya kepada warna obyek
yang diterangi, karena cahaya yang mirip warnanya dapat berbeda
spektrum cahayanya. Warna cahaya lampu juga dapat dinyatakan dalam
suhu warna, yaitu
di atas 5000° K (sejuk), antara 3300° K dan 5000°K (sedang), dan di
bawah 3300°K (hangat).

5.5.3.2. Lingkungan Visuil

Penerangan dikatakan berhasil melaksanakan fungsi pokoknya secara


baik, jikalau tercipta kondisi visuil yang nyaman.
Berhasilnya fungsi penerangan tidak terjamin oleh tersedianya illuminasi
yang cukup atau tinggi.
Keuntungan daripada illuminasi yang cukup atau tinggi bahkan dapat
terhapuskan kalau tidak disertai oleh kenyamanan visuil.
Illuminasi yang direkomendasikan dalam standar ini merupakan nilai
minimal untuk ruangan tempat mengerjakan tugas visuil tertentu. Tugas
visuil itu dibedakan derajat kesukarannya, seperti detail yang perlu diamati
dan kontras yang dibutuhkan untuk membedakan detail tsb. Persyaratan
ini kemudian dihubungkan kepada data- data experimentil tentang
illuminasi yang diperlukan untuk mencapai ketajaman pengamatan yang
memadai serta efisien dalam visual performance, di dalam suasana
nyaman dengan memperhitungkan pula segi ekonomis.
Faktor yang sangat mempengaruhi taraf kenyamanan visuil ialah adanya
atau kurang adanya kontras yang menyolok.
Maka kita menyesuaikan daya lihat kepada nilai rata-rata luminasi di dalam
ruang pandangan. Jikalau dalam ruang pandangan itu terdapat hagian
Modul SSBM-04: Spesifikasi Utilitas Bangunan Gedung Bab V: Spek. Sistem Listrik & Penrangan

bagian yang sangat kontras terhadap luminasi rata-rata, timbullah ketidak


nyamanan dan pengurangan dalam kemampuan melihat. Maka kontras
yang tinggi perlu ditanggulangi dengan jalan menamhah luminasi dan
hagian yang relatif gelap atau mengurangi luminasi dan bagian yang terlalu
terang atau kedua-duanya. Inilah salah satu pertimbangan untuk memilih
warna-warna yang muda dan cerah untuk langit-langit, dinding dan
permukaan-permukaan lain. Ketidak nyamanan juga diakibatkan oleh
kesilauan, dan kesilauan yang sangat bahkan dapat meniadakan
kernampuan untuk melihat.

Faktor-faktor yang menyebabkan kesilauan ialah antara lain


a. luminasi dan sumber cahaya.
b. luminasi dan latar belakang.
c. ukuran sumber cahaya.
d. posisi sumber cahaya dalam ruang pandangan.
e. pemantulan cahaya oleh langit-langit, dinding dan permukaan-
permukaan lain.
f. perimbangan cahaya yang dipancarkan ke bawah dan ke atas oleh
armatur lampu.

Dengan mengatur dan mengubah faktor faktor tersebut kita dapat


menanggulangi kesilauan. Di Amerika Serikat dan Canada berlaku sistem
untuk mengukur taraf kenyamanan visuil yaitu Visual Comfort
Ratings/Probability System. Di Inggeris, Belgia, negara-negara
Skandinavia dan Afrika Selatan berlaku sistem untuk mengukur taraf
kesilauan yaitu Glare Index System. Di Perancis, Jerman, Nederland,
Austria dan Italia berlaku sistem untuk membatasi taraf kesilauan yaitu
Glare Limiting Method.
Di Australia berlaku sistem untuk membatasi luminasi dan lampu atau
armatur yaitu Luminance Limit System.
International Commission on Illumination pada tahun 1975 menyajikan
Interim Glare/Luminance Limiting Method, sambil menantikan penyusunan
International Glare Evaluation Method.
Dengan perkembangan penerangan buatan dalam gedung-gedung di
Indonesia di kemudian hari, perlu ditetapkan sistem pengukur dan
pembatas kesilauan untuk mencapai taraf kenyamanan visuil yang
memadai.
Modul SSBM-04: Spesifikasi Utilitas Bangunan Gedung Bab V: Spek. Sistem Listrik & Penrangan

Peranan yang dipegang oleh penerangan alami siang hari perlu ditetapkan,
yaitu apakah penerangan alami siang hari diharap memberikan
sumbangan penting kepada penerangan di dalam gedung, atau apakah
jendela-jendela hanya dimaksudkan untuk memungkinkan melihat ke luar
gedung. Jikalau sumbangan cahaya matahari terbatas sifatnya, perlu
ditunjang dan dilengkapi dengan penerangan buatan supplementer.
Untuk ruangan yang sangat lebar sehingga hanya sebagian terjangkau
oleh penerangan alami siang hari, atau ruangan yang berjendela hanya
untuk maksud memandang keluar, ataupun ruangan yang tidak berjendela,
perlu disediakan penerangan buatan permanen.
Kombinasi permanen antara penerangan alami siang hari dan penerangan
buatari dikenal sebagai Permanent Supplementary Artificial Lighting in
Interiors (PSALI) dengan tingkat illuminasi penerangan buatan 500 lux.
Tingkat illuminasi yang diharapkan dan penerangan buatan ini pada siang
hari dapat lebih tinggi ataupun lebih rendah dan pada malam hari, untuk
masing-masing bagian ruangan tersendiri. Maka dapat dipilih tingkat
illuminasi yang lebih tinggi untuk diterapkan sepanjang hari dan malam,
ataupun disediakan sakelar untuk mengatur tingkat illuminasi itu. Warna
cahaya dan penerangan buatan perlu disesuaikan kepada warna cahaya
dan penerangan alami siang hari, misalnya dengan memilih lampu-lampu
tabung pelepasan listrik berwarna “daylight”.

Jendela-jendela dapat memerlukan penerangan / illuminasi untuk


mengurangi kontras, ataupun sarana-sarana khusus untuk mengurangi
kesilauan dan langit yang dapat menimbulkan ketidak nyamanan.
Pemantulan cahaya oleh langit-langit, dinding, dan permukaan-permukaan
lain di dalam ruangan, dapat menimbulkan kesilauan juga, sehingga
menimbulkan ketidak nyamanan, dan mengurangi kontras yang dibutuhkan
untuk tugas visuil. Oleh sebab itu dianjurkan menerapkan finishing yang
“matt” bagi langit-langit, dinding dan permukaan-permukaan lain.

Kontras yang menyolok, yaitu dengan perbandingan luminasi melebihi 12:1


perlu dihindari. Namun kontras tetap diperlukan, baik untuk pelaksanaan
tugas visuil yang bersangkutan maupun untuk menciptakan suasana yang
hidup dan menimbulkan gairah.
Modul SSBM-04: Spesifikasi Utilitas Bangunan Gedung Bab V: Spek. Sistem Listrik & Penrangan

Jadi variasi tetap perlu ada, berupa kontras, variasi dalam warna, variasi
dalam bentuk-bentuk permukaan yang diterangi, dan sebagainya.
Jikalau illuminasi yang ingin dicapai adalah lebih dan 300 lux, sebagai
sumber cahaya dapat dipergunakan keseluruhan langit-langit.
Jikalau kurang dan nilai tersebut, penggunaan keseluruhan langit-langit
sebagai sumber cahaya akan menciptakan suasana suram; dalam hal ini
dianjurkan untuk menggunakan sebagian saja dan seluruh langit-langit
sebagai sumber cahaya. Pemilihan seluruh langit-langit sebagai sumber
cahaya harus juga memperhitungkan timbulnya kesilauan.
Maka luminasi langit-langit pada sudut pandangan mata yang normal
sebaiknya tidak melampaui 500 candela per m2.
Ruangan-ruangan museum, pameran dan lain-lain kadang-kadang dapat
menyimpang dan pedoman-pedoman di atas, berdasarkan pertimbangan-
pertimbangan khusus.
Luminasi perlu disebarkan secara tepat di dalam ruangan, untuk
memusatkan perhatian kepada bagian-bagian interior tertentu ini
didasarkan atas fakta bahwa mata kita secara otomatis akan tertarik
kepada bagian-bagian yang tampak paling terang ataupun paling kontras
terhadap lingkungannya.
Di dalam ruang baca, halaman-halaman yang sedang dibaca hendaklah
tampak lebih terang dan pada permukaan mejanya, dan permukaan meja
tampak lebih terang dan pada lantai di bawahnya. Untuk ini dianjurkan
pemilihan warna-warna secara tepat, serta sistem penerangan buatan
yang sesuai pula.

5.5.3.3. Rancangan penerangan buatan

Keputusan-keputusan tentang penerangan buatan perlu diambil pada


tahap awal rancangan sesuatu gedung, oleh “bouwheer”, arsitek, ahli
penerangan huatan, dan pihak-pihak lain yang lang- sung berkepentingan
(misalriya ahli tata-udara dan ahli-akustik).
Sebagai bahan pertimbangan diperlukan gambargambar rencana dan
penampang masing-masing ruangari, detail-detail konstruksi langit-langit
dan dinding, saluran saluran dan pipa pipa yang akari dipasang, warna dan
finishing dan langit-langit dan dinding serta lantai.
Modul SSBM-04: Spesifikasi Utilitas Bangunan Gedung Bab V: Spek. Sistem Listrik & Penrangan

Demikian juga rencana dekorasi interior, perabot-perabot dan mesin-


mesin. Langkah pertama ialah menentukan tugas-tugas visuil yang kan
dilakukan dalam gedung itu, serta persyaratan-persyaratan umum yang
diakibatkan oleh tugas visuil tersebut.
Langkah kedua ialah menentukan peranan yang akan dipegang oleh
penerangan buatan, baik dalam menciptakan suasana dan “kepribadian” di
dalam interior gedung tersebut maupun dalam menampakkan dan
menonjolkan bentuk gedungnya. Kemungkinan perubahan dalam
pemakaian gedung tersebut dikemudian hari, sebaiknya juga
dipertimbangkan.
Dengan jalan menyelami tugas-tugas visuil yang akan dilaksanakan dalam
masing-masing ruangan, dapatlah dipertimbangkan sistem penerangan
yang paling cocok serta lokasi dan pengaturan armatur lampu.
Pada umumnya dikenal 3 type sistem penerangan, yaitu:
a. Sistem penerangan merata.
b. Sistem penerangan terarah.
c. Sistem penerangan setempat.

Sistem penerangan merata memberikan illuminasi yang tersebar secara


cukup seragam di seluruh ruangan. Dengan demikian terciptalah kondisi
visuil yang merata untuk seluruh ruangan.
Keadaan ini cocok bagi ruangan yang tidak mempunyai tempat untuk
pelaksanaan tugas-tugas visuil yang khusus. Pada sistem penerangan
merata ini sejumlah armatur ditempatkan secara teratur di seluruh langit-
langit. Pada sistim penerangan terarah, seluruh ruangan memperoleh
cahaya dan suatu jurusan tertentu.
Sistem ini cocok untuk pameran atau penonjolan suatu objek, untuk
menciptakan hayangan bayangan supaya lebih tampak bentuk dan
susunannya, atau untuk menyoroti permukaan tertentu yang kemudian
menjacli sumber cahaya sekunder dengan jalan memantulkan cahaya.
Sistem penerangan terarah dapat juga digabungkan dengan sistem
penerangan merata, dengan maksud mengurangi efek menjemukan yang
mungkin ditimbulkan oleh penerangan merata.
Sistem penerangan terarah dicapai dengan memakai lampu pelepasan
listrik yang reflektomya diarahkan, ataupun memakai spotlight dengan
reflektor bersudut lebar.
Modul SSBM-04: Spesifikasi Utilitas Bangunan Gedung Bab V: Spek. Sistem Listrik & Penrangan

Pada sistem penerangan setempat, cahaya dikonsentrasikan pada tempat


melaksanakan tugas visuil.
Sistim penerangan setempat diperlukan untuk:
 tugas visuil yang lebih kritis.
 mengamati bentuk dan susunan benda yang memerlukan cahaya dan
arab tertentu.
 melengkapi penerangan umum yang mungkin terhalang mencapai
sesuatu bagian ruangan. membantu para pekerja yang sudah tua dan!
atau telah berkurang daya lihatnya.
 menunjang suatu tugas visuil yang pada mulanya tidak direncanakan
untuk ruang tersebut

Penerangan setempat dicapai dengan memasang sumber cahaya dilangit-


langit yang sempit berkasnya (disebut localized lighting), atau dengan
memasang sumber cahaya itu langsung di dekat tempat pelaksanaan
tugas visuil (local lighting). Penerangan setempat pada umumnya
dikombinasikan dengan sistem penerangan umum atau sistem penerangan
terarah.

Penerangan buatan dirancang sebagai sub-system dan pada keseluruhan


interior, dan diperhitungkan hubungan timbal-baliknya dengan penerangan
alami siang hari dan begitu pula kemungkinan integrasinya dengan sistem
tata udara dan akustik. Perimbangan antara keseluruhan biaya
pembangunan gedung dengan biaya untuk sistem penerangan buatan
perlu diketahui seawal mungkin. Begitu pula perimbangan antara biaya
investasi dan biaya operasi (termasuk biaya pemeliharaan) untuk sistem
penerangan buatan.

Arsitek dan ahli penerangan buatan kemudian dapat mendiskusikan detail-


detail, misalnya dengan urutan sebagai berikut :
a. Seberapa jauh penerangan buatan akan dipergunakan tersendiri
ataupun untuk menunjang dan melengkapi penerangari alami siang
hari.
b. Tingkat illuminasi yang diperlukan, baik untuk melaksanakan tugas
visuil tertentu maupun untuk penerangan umum dan interior gedung.
Modul SSBM-04: Spesifikasi Utilitas Bangunan Gedung Bab V: Spek. Sistem Listrik & Penrangan

c. Distribusi dan variasi luminasi yang diperlukan dalam keseluruhan


interior.
d. Arah cahaya yang diperlukan untuk menonjolkan hentuk dan
“kepribadian” gedung.
e. Warna-warna yang akan dipergunakan dalam gedung dan efek warna
dan cahaya.
f. Catatan tentang kesilauan di dalam keseluruhan lingkungan visuil.

Untuk ruangan kerja dipilih faktor-faktor reflektansi


 langit-langit 0,7 atau lebih.
 dinding 0,7 - 0,5
 lantai 0,3
 perahot 0,4

Illuminasi pada langit-langit, dinding, lantai dan perabot, hendaknya kurang


dan tugas visuilnya. Sistem penerangan buatan yang memenuhi
persyaratan-persyaratan tersebut di atas perlu direncanakan dalam
koordinasinya dengan aspek-aspek lain dan gedung.

Perlu dipertimbangkan pula segi-segi yang menyangkut pemeliharaan


system penerangan buatan di kemudian hari, seperti lokasi dan armatur,
herat, mudah dicapai, dan sehagainya.
Setelah gedung selesai dihangun, pemilik atau penghuni perlu diheri
gambar gambar instalasi penerangan buatan, dengan petunjuk lengkap
untuk operasi dan pemeliharaannya, termasuk pula petunjuk tentang
lampu yang dianjurkan untuk masing-masing titik cahaya.

5.5.4. Persyaratan Penerangan Buatan


Mengingat banyaknya jenis-jenis gedung, maka dalam standar penerangan
buatan ini akan dipilihkan beberapa yang umum.

5.5.4.1. Perumahan

Penerangan buatan di dalam perumahan (domestic lighting) perlu bersifat


luwes; maka di samping titik-titik cahaya yang tetap perlu disediakan
stopkontak-stopkontak dalam jumlah yang cukup, bahkan dianjurkan
Modul SSBM-04: Spesifikasi Utilitas Bangunan Gedung Bab V: Spek. Sistem Listrik & Penrangan

memasang stopkontak kembar karena lebih rapi dan lebih aman daripada
memakai stekker cabang tiga.
Jumlah stopkontak yang diperlukan khusus untuk penerangan buatan di:
 ruang tamu/duduk 2 atau 3 buah
 ruang makan 1 buah
 ruang tidur 1 atau 2 buah
 ruang bekerja/belajar 2 buah
 serambi 1 buah

Untuk perumahan tidak diperlukan penerangan umum yang merata dengan


taraf illuminasi yang tinggi; sebagai ancar-ancar ialah 50 — 100 lux,
dengan cahaya lampu yang berwarna “sedang” atau “hangat”. Penerangan
umum dengan tingkat illuminasi rendah, dilengkapi oleh penerangan-
penerangan setempat, sudah cukup. Penerangan setempat ini sering juga
berfungsi untuk memberikan effek dekoratif. Sakelar untuk penerangan
umum dipasang di samping pintu utama.

Ruang tamu/duduk lazim diberi lebih dan satu titik cahaya untuk bisa
menambah atau mengurangi illuminasi keseluruhan ruangan,
menyebarkan cahaya ke bagianbagian tertentu dan ruangan (seperti meja,
lukisan, dsb), meningkatkari effek dekoratif, dsb.

Ruang makan memerlukan penerangan yang memusatkan perhatian ke


permukaan meja makan. Dapat pula ditambah dengan penerangan umum
untuk keseluruhan ruangan, dengan sakelar tersendiri.

Dapur memerlukan penerangan dengan illuminasi lebih tini dan 100 lux,
misalnya 200 lux, yang memusatkan perhatian ke permukaan tempat kerja.
Lampu tabung fluorescent sangat cocok karena kurang menimbulkan
bayangan, namun perlu dipilih lampu dengan indeks efek warna sekurang-
kurangnya 70. Dapat pula ditambah dengan penerangan merata untuk
keseluruhan ruangan dapur, dengan sakelar tersendiri.

Kamar tidur (atau zit-slaapkamer) sebaiknya diberi lampu dan sakelar di


atas ujung kepala tempat tidur. Pula diperlukan lampu dengan illuminasi
tinggi di atas cermin tempat berhias, di atas meja tulis dan di atas wastafel.
Modul SSBM-04: Spesifikasi Utilitas Bangunan Gedung Bab V: Spek. Sistem Listrik & Penrangan

Berhubung penempatan tempat tidur dan mejameja kadang-kadang belum


pasti, diperlukan beberapa stopkontak dalam kamar tidur. Di atas gordijn
jendela dapat dipasang lampu-lampu tabung fluorescent.

Kamar mandi sebaiknya diberi illuminasi lebih tinggi dengan penerangan


merata minimum 100 lux. Terutama diperlukan lampu di atas wastafel
dengan illuminasi 200 lux, untuk mana dianjurkan lampu tabung
fluorescent dengan indeks efek warna di atas 85.

Juga perlu diperhatikan lampu-lampu di muka pintu keluar masuk, garasi,


gudang, almari yang dalam, loteng tempat menyimpan barang, jalan dan
pekarangan di sekitar rumah, jalan keluar darurat, kesemuanya dengan
sakelar yang ditempatkan dekat pintu yang bersangkutan. Lampu tabung
fluorescent yang kecil sangat ekonomis untuk keperluan ini.
Untuk jalan masuk mobil ke garasi dianjurkan illuminasi 10 lux.
5.5.4.2. Hotel dan Flat

Pedoman-pedoman pada 5.3.4.1 berlaku selain untuk perumahan, juga


untuk flat, hostel, hotel dan sejenisnya.

Di dalam ruangan tangga, lampu perlu dipasang sedemikian rupa agar


seluruh tangga diterangi tanpa ada kesilauan. Sakelar dua jalan perlu
dipasang, baik di bawah maupim di atas tangga.

Jikalau tangga terletak dalam hall yang besar, sakelar bawah dipasang
dekat pintu utama. Tangga diberi illuminasi 30-50 lux. Koridor diberi
illuminasi sekurang-kurangnya 1/5 illuminasi penerangan merata di dalam
kamar, minimum 20 lux. Dianjurkan bagian koridor di depan pintu elevator
diberi illuminasi lebih tinggi. Hall, lounge, lobby dsb. perlu diberi
penerangan merata yang cukup untuk membaca sepintas. Jikalau ada
meja tulis di situ, perlu diheri penerangan lokal yang tidak menimbulkan
kesilauan. Reception Counter diberi illuminasi lebih tinggi untuk menarik
perhatian hadirin. Hotel perlu diberi sistim penerangan darurat, terutama
dalam koridor dan tangga di atas pintu-pintu keluar. Untuk portal hotel
dianjurkan 100 lux.

5.5.4.3. Perkantoran
Modul SSBM-04: Spesifikasi Utilitas Bangunan Gedung Bab V: Spek. Sistem Listrik & Penrangan

Lazimnya ada variasi dalam penerangan buatan untuk ruang kantor


pejabat, ruang kantor yang besar/umum, ruang gambar dan sebagainya.

Penerangan itu tergantung pula dan ada atau tidaknya dinding-dinding


penyekat di dalam ruang yang bersangkutan. Jikalau tidak ada dinding-
dinding penyekat, atau penyekat-penyekat itu sudah pasti penempatannya,
dapatlah direncanakan titik-titik cahaya yang tetap berikut sakelar-
sakelarnya. Jikalau dinding-dinding penyekat belum diketahui
penempatannya, ataupun masih dapat diubah, instalasi penerangannya
perlu bersifat fleksibel agar penempatan armatur-armatur dapat
disesuaikan kemudian kepada letaknya penyekat-penyekat. Fleksibilitas ini
dapat tercapai dengan jalan

a. memasang titik-titik cahaya secara tetap dalam jumlah yang cukup


menurut sistem modul, sehingga armaturarmatur dapat disebarkan
secara memuaskan tanpa tergantung dan penyekatan ruangan,
b. menggunakan rel-rel penyambung lampu, sehingga armatur-armatur
dapat digeserkan sesuai dengan penyekatan ruangan.

Sakelar-sakelar kadang-kadang juga perlu dibagi menurut penyekatan


ruangan, yaitu dipasang pada dinding-dinding penyekat atau memakai tali-
tali penarik yang tergantung dan langit-langit.

Untuk perkantoran lazimnya cukup dipasang penerangan merata di langit-


langit dalam baris-baris yang lurus. Ruangan kantor yang lebar tidak
sepenuhnya terjangkau oleh penerangan alami siang hari, sehingga
diperlukan integrasi antara penerangan alami siang hari dan penerangan
buatan secara berimbang, dengan tetap mempertahankan suasana/efek
penerangan secara alamiah. Juga perlu diperhatikan kecenderungan untuk
memasang meja-meja tulls di dekat jendela. Illuminasi yang dianjurkan
untuk perkantoran ialah 300 lux atau lebih. Illuminasi ini terutama
diperlukan pada permukaan meja-kerja, yaitu kira-kira 75 cm di atas lantai.

Ada armatur-armatur yang jumlah lampu yang menyala di dalamnya dapat


diatur. Warna cahaya lampu yang dianjurkan ialah “sedang”. Timbulnya
kesilauan langsung perlu dicegah, pula kesilauan karena pemantulan
Modul SSBM-04: Spesifikasi Utilitas Bangunan Gedung Bab V: Spek. Sistem Listrik & Penrangan

cahaya oleh permukaan-permukaan perabot, mesin dan kertas yang


mengkilap, dinding-dinding penyekat yang berkaca dan lain-lain.

Dalam perkantoran modern, penerangan buatan lazim di-integrasikan


dengan sistim tata udara dan sistim akustik (integrated environmental
design). Keputusan untuk ini sebaiknya diambil sedini mungkin dalam
tahap rancangan bangunan.

Tiga jenis instalasi penerangan buatan yang lazim ialah


a. Armatur-armatur dipasang pada langit-langit atau digantungkan dan
langit-langit.
b. Armatur-armatur ditanamkan ke dalam langit-langit.
c. Keseluruhan langit-langit dijadikan sumber cahaya.

Armatur-armatur yang ditanamkan ke dalam plafond kurang cocok untuk


interior yang tidak cerah permukaannya, lagi pula kurang menerangi
plafondnya sendiri. Jikalau keseluruhan plafond dijadikan sumber cahaya,
luminasi dibatasi sampai 500 candela per m2 untuk sudut-sudut
pandangan yang normal, supaya tidak menimbulkan ketidaknyamanan
karena kesilauan. Supaya tercapai pernanfaatan cahaya yang baik, langit-
langit seyogyanya mempunyai pemantulan 70% dan dinding 50%.
Begitupun perabot-perabot dan lantai seyogyanya berwarna muda dan
cerah. Di dalam hal perlu diterapkan warna-warna yang tua, sebaiknya
ditambahkan penerangan tambahan secara terarah pada obyek-obyek
yang bersangkutan.

Dan segi ekonomi dianjurkan memakai lampu-lampu tabung fluorescent


untuk penerangan umum dalam perkantoran. Jikalau diperlukan
penerangan ekstra secara lokal, dapat dipilih lampu pijar atau lampu
tabung fluorescent lagi.
Untuk ruang kantor dengan perabot dan hiasan-hiasan bermutu (misalnya
ruang kantor penjabat), ataupun ruang kantor dengan banyak karyawati
berpakaian warnawarni, perlu dipilih lampu fluorescent dengan indeks efek
warna yang tinggi, di atas 70.

Jikalau penerangan buatan perlu di-integrasikan dengan penerangan alami


siang hari, maka waina cahaya lampunya juga harus tepat, misalnya “day
Modul SSBM-04: Spesifikasi Utilitas Bangunan Gedung Bab V: Spek. Sistem Listrik & Penrangan

light”.
Ruang sidang cukup diberi illuminasi 200 lux, karena terutama
dimanfaatkan untuk diskusi. Penerangan ini harus dapat diredupkan atau
dikurangi, untuk menunjukkan slides, film dan sebagainya.

Ruang gambar memerlukan tingkat illuminasi yang lebih tinggi, yaitu 500
lux pada permukaan meja gambar. ini dicapai dengan memasang baris-
baris lampu fluorescent yang kontinu (atau hampir kontinu) sepanjang
langit-langit, tegak lurus kepada baris-baris meja gambarnya, dan terletak
di kin dan kanan meja-meja gambar. Dapat juga masing-masing meja
gambar diberi tambahan penerangan lokal untuk m&engkapi penerangan
umum dalam ruangan, dan diatur supaya tidak menimbulkan kesilauan.
Koridor diberi illuminasi 50 lux, sekurang-kurangnya 1/5 daripada illuminasi
ruangan kantornya.

5.5.4.4. Sekolah

Ruang sekolah harus dapat dipergunakan untuk beraneka jenis tugas


visuil, seperti membaca, menggambar, percobaan-percobaan laboratorium,
kerajinan tangan yang halus, dst. Di dalam satu ruangan kadang-kadang
berlangsung beberapa tugas visuil yang saling berbeda. Maka penerangan
buatan perlu menyajikan illuminasi umum ke seuruh ruangan yang
memungkinkan penggunaan aneka ragam, termasuk pula dinding-dinding.
Kemudian dapat ditambahkan penerangan lokal seperlunya, misalnya
untuk papan tulis, meja kerja, meja baca, bagian pameran, terlebih-lebih
kalau letaknya jauh dan jendela. Panggung kuliah memerlukan
penerangan yang memungkinkan pemusatan perhatian hadinin, dengan
kemungkinan untuk memakai berbagai jenis alat pendidikan rupa rungu
(audio-visuil). Maka penerangannya harus dapat diredupkan, sebaiknya
dan suatu panel sakelar di pangung itu.
Penerangan buatan untuk sekolah luar biasa bagi anakanak yang kurang
sempurna penglihatannya memerlukan perhatian khusus; umumnya
diperlukan penerangan tambahan secara lokal dengan illuminasi yang
tinggi, tanpa menimbulkan kesilauan.
Modul SSBM-04: Spesifikasi Utilitas Bangunan Gedung Bab V: Spek. Sistem Listrik & Penrangan

Untuk ruang pelajaran dianjurkan illuminasi merata minimum 200 lux.


Tugas-tugas visuil yang memerlukan ketepatan tinggi sebaiknya dilakukan
dalam ruangan dengan illuminasi 300 lux.

Papan tulis dan panggung ditambah penerangan lokalnya sampai 500 lux.
Kenyamanan visull perlu diperhatikan benar-benar agar para pelajar
senang berada dalam ruangan sekolah. Maka kesilauan baik langsung dan
armaturarmatur maupun dan pantulan permukaan-permukaan dan jendela-
jendela perlu dihindarkan. Illuminasi masing-masing armatur perlu dibatasi,
dan langit-langit perlu diberi illuminasi cukup agar armatur-armatur tidak
terlalu kontras terhadap latar belakangnya.

Begitupun dipilih cahaya lampu berwarna “sedang” atau “hangat”, dengan


indeks efek warna sekurangkurangnya 70.

Penyebaran illuminasi dalam ruangan perlu mengarahkan perhatian


pelajar-pelajar kepada guru, papan tulis dan alat-alat peragaan di depan
kelas, serta kepada permukaan meja tulis pelajar-pelajar itu. Untuk itu
diperlukan bukan hanya sistim penerangan yang baik melainkan juga
pemilihan warna dengan faktor refleksi yang tepat. Penimbangan antara
penerangan langsung dan tidak langsung, variasi dalam bentuk-bentuk
permukaan yang diterangi, kontras visuil yang membangkitkan gairah
belajar dan tidak menjemukan, merupakan sarana-sarana untuk
menciptakan kenyamanan visuil.

Benda-benda kesenian memerlukan penerangan dengan efek warna


berkwalitas tinggi. Koridor diheri illuminasi sekurang-kurangnya 1/5 dan
illuminasi ruangan yang dilayani dengan minimum 50 lux.

5.5.4.5. Industri

Persyaratan-persyaratan penerangan huatan dalam industn ditentukan


oleh tugas visuilnya dan oleh kondisi lingkungannya. Tugas-tugas visuil itu
jauh lebih beraneka ragam daripada dalam kantor atau sekolah, clengan
detail yang besar ataupun sangat kecil, dengan detail berwarna terang
ataupun sangat gelap, dengan kontras yang jelas ataupun sangat kabur.
Makin herat tugas visuilnya, makin tinggi illuminasi yang diperlukan dan
makin ketat persyaratan penghindaran kesilauan.
Modul SSBM-04: Spesifikasi Utilitas Bangunan Gedung Bab V: Spek. Sistem Listrik & Penrangan

Untuk penerangan umum dipasang armatur-armatur dalam baris-baris


teratur di seluruh langit-langit. Baris- baris lampu sebaiknya tegak lurus
kepada baris-baris meja atau mesin (agar mengurangi bayangan dan
kesilauan), namun dapat juga dipasang sejajar (agar lebih santai).

Kalau dalam bagian-bagian ruangan tertentu dilakukan pekerjaan yang


lebih teliti, illuminasinya dapat dipertinggi dengan memasang lampu-lampu
yang kuat dan/atau memperkecil jarak antara armatur-armatur pada satu
baris ataupun antara baris-baris, atau juga dengan menambahkan
penerangan lokal.
Di dalam merencanakan sistem penerangan buatan, peranan penerangan
alami siang hari perlu diperhitungkan. Lazimnya penerangan alami siang
hari itu masuk dan jendela-jendela di dinding dan tidak cukup menerangi
seluruh ruangan yang lebar; maka penerangan buatan perlu menunjang
dan melengkapinya, dan sebaiknya dapat dinyatakan baris demi baris yang
sejajar dengan jendela.

Untuk pekerjaan-pekerjaan kasar dan rutin, pekerjaan pekerjaan dengan


detail berukuran besar, dan pekerjaan pekerjaan dengan bahan yang jelas
kontrasnya, cukup dengan illuminasi 100 lux - 200 lux.

Untuk pekerjaan sedang, tanpa konsentrasi yang besar dipenlukan


illuminasi 200 lux - 500 lux.
Makin halus pekerjaannya dan menyangkut inspeksi serta quality control,
ataupun makin halus detailnya dan kurang kontrasnya; makin tinggi
illuminasi yang diperlukan, yaitu 500 lux -1000 lux.

Pekerjaan yang amat halus, tepat dan teliti seyogyanya diberi penerangan
dengan illuminasi 1000 lux 2000 lux.

Bagian pabnik yang mernerlukan pengamanan visuil sewaktu tidak


beroperasi, dapat diberi illuminasi merata 20 lux.

Untuk ruangan atau bagian ruangan tempat pemeriksaan warna secara


teliti, sebaiknya diberi illuminasi 750 lux dengan lampu yang kwalitas efek-
warnanya tinggi, di atas 85.
Modul SSBM-04: Spesifikasi Utilitas Bangunan Gedung Bab V: Spek. Sistem Listrik & Penrangan

Lampu dengan kwalitas efek warna yang tinggi, biasanya mempunyai


efisiensi lebih rendah daripada lampu untuk penerangan umum.

Tinggi rendahnya pemasangan armature dan langitlangit mempengaruhi


penyebaran daripada sumber cahaya-sumber cahaya itu serta pemilikan
jenis reflektornya.

Kalau armatur-armatur dipasang dalam baris-baris teratur, maka jarak


diantara baris-baris itu tidak boleh lebih dan 1,5 kali tinggi armatur dan
meja-kerja, supaya tercapai illuminasi yang seragarn. Kalau tinggi
langitlangit kurang dan 7 m lazimnya dipilih reflektor yang menyebarkan
cahaya. Kalau langit-langit lebih dan 7 m tingginya, lebih ekonomis memilih
rellektor yang memusatkan cahaya ke bawab dalam berkas sempit.
Reflektor-reflektor ini perlu memancarkan sebagian cahayanya ke atas
(semi-langsung) agar supaya tercegah suasana seperti dalam terowongan,
dan untuk mengurangi kontras antara armatur dengan langit-langit. Lebih
baik lagi kalau langit-langit itu rata dan berwarna putih.

Di dalam industri dapat ditemui kondisi lingkungan yang mengakibatkan


perlunya dipilih lampu, armatur dan tindakan-tindakan pengaman yang
khusus.
Kondisi-kondisi termaksud ialah
a. banyak debu,
b. banyak air,
c. banyak cairan atau uap yang korrosif,
d. banyak debu atau uap yang memungkinkan ledakan,
e. bersuhu tinggi, atau rendah.

Armatur-armatur lazim digantungkan pada balok-balok atap. Perlu ditinjau


kemungkinan pemasangan rel-rel penyambung lampu, demi fleksibilitas di
dalam penyebaran maupun di dalam jumlah armature.

Dengan pemilihan lampu yang lebih kuat maka jumlah armatur yang
diperlukan dapat dikurangi. Armatur harus mudah dipasang dan dipelihana
serta lampunya mudah diganti.
Modul SSBM-04: Spesifikasi Utilitas Bangunan Gedung Bab V: Spek. Sistem Listrik & Penrangan

Sakelar-sakelar jangan tersebar di seluruh ruangan, melainkan dipusatkan


pada beberapa tempat yang memungkinkan pengawasan secara
menyeluruh. Jikalau penerangan buatan hanya dimaksudkan untuk
menunjang penerangan alami siang hari apabila cuaca sedang gelap,
dapat dipertimbangkan penggunaan photo-cell untuk menyalakan lampu
secara otomatis.

Lampu dan arinatur harus mudah dicapai tanpa mengganggu proses


produksi dalam industri. Untuk ruanganruangan yang sangat tinggi dapat
dipertimbangkan penggunaan “catwalk” (atau sarana lain sejenis) untuk
memudahkan pemeliharaan dan penggantian lampu. Dengan demikian
akan menekan biaya pemeliharaan lampu, meningkatkan mutu
penerangan, dan pula lebih aman, sehingga dalam jangka panjang dapat
mengimbangi biaya investasinya.

Lazimnya dipilih lampu-lampu pelepasan listrik karena effisiensinya tinggi


dan umurnya panjang. Kalau tinggi langit-langit di atas 7 m dapat
dipertimbangkan penggunaan metal halide, lampu sodium bertekanan
tinggi, atau lampu mercury bertekanan tinggi dengan koreksi warna;
lampu-lampu ini cocok, baik dan segi teknik maupun dan segi
pemeliharaan dan ekonomi.

Pada lampu-lampu pelepasan listrik dapat timbul efek stroboskopis


berpengaruh kurang baik, dan bahkan membahayakan sehingga perlu
diambil tindakan-tindakan untuk mengatasinya.

Untuk melaksanakan tugas-tugas visuil yang khusus, ditambah


penerangan lokal yang ditempatkan secara khusus pula yaitu sesuai
dengan persyaratan visuilnya. Penerangan tambahan ini berfungsi untuk
menonjolkan kontras antara detail yang perlu diamati dengan latar
belakangnya dan antara detail-detail itu sendiri.

Tugas-tugas seperti memeriksa obyek-obyek kecil atau merakit onderdil


halus, mengecek ukuran/dimensi, memeriksa obyek yang
bergerak/berputar, memeniksa bahanbahan seperti kaca, dan lain-lain,
memerlukan peralatan penerangan yang khas. Misalnya kaca pembesar
dengan lampu di dalamnya, proyektor untuk membesarkan gambar obyek,
Modul SSBM-04: Spesifikasi Utilitas Bangunan Gedung Bab V: Spek. Sistem Listrik & Penrangan

stroboskop yang melihatkan obyek berputar seolah-olah diam, cahaya


monokromatis seperti dan lampu sodium bertekanan rendah, dan lain-lain.

5.5.4.6. Pertokoan

Toko-toko yang besar, toko serta ada dan sebagainya pada umumnya
kurang menerima penerangan alami siang hari, sehingga terutama
tergantung pada penerangan buatan. Penerangan umum diperlukan untuk
memungkinkan pengunjung bergerak secara aman dalam semua ruangan
yang terbuka untuk umum, sedang untuk counter, pameran dan penjualan
diperlukan illuminasi yang lebih tinggi.

Maka kita dapa menyediakan penerangan merata dengan illuminasi 100


lux, lalu menambahkan illuminasi sampai 500 lux untuk bagian-bagian
pameran dan penjualan. ini banyak diterapkan pada butik, toko mas, dsb.

Ataupun kita dapat memberikan penerangan merata dengan illuminasi 500


lux, seperti dalam toko bertingkat dan supermarket. Kalau langit-langit
tinggi, sebagian cahaya perlu diarahkan ke atas.

Cara yang pertama memerlukan (dan memungkinkan) fleksibilitas, yaitu


penyesuaian penerangan kepada display yang berubah-ubah. Pemakaian
rel-rel penyambung dapat dipertimbangkan, baik untuk spotlights maupun
untuk armatur-armatur yang tergantung.

Dianjurkan untuk memakal kombinasi dan lampu pijar dengan lampu


tabung pelepasan listrik dengan tekanan rendah dan kalau penlu juga
lampu pelepasan listrik hertekanan tinggi. Lampu-lampu pijar (spot lighting)
memberikan efek warna dengan kwalitas tinggi, lebih menonjolkan bentuk
permukaan yang diterangi dan barangbarang yang dipamerkan, serta
rnnciptakan suasana cemerlang dan bergairah. Lampu-lampu pelepasan
listrik mempunyai effisiensi tinggi dan umur panjang, cocok untuk
penerangan umum dan kurang menimbulkan panas. Juga cocok untuk
menerangi rak-rak, karena diameternya kecil dan dapat dipilih berbagai
variasi warna.

Lampu mercury bertekanan tinggi dapat ditambahkan kalau diinginkan


illuminasi yang ekstra tinggi. Effisiensinya tinggi kurang memerlukan
Modul SSBM-04: Spesifikasi Utilitas Bangunan Gedung Bab V: Spek. Sistem Listrik & Penrangan

tempat, dan cocok dan segi esthetika. Namun lebih menimbulkan


kesilauan dan panas. Lampu-lampu pelepasan listrik bertekanan rendah
dan mercury bertekanan tinggi dipilih yang mempunyai efek warna yang
baik, yaitu di atas 70. Warna cahaya lampu dipilih yang dapat menciptakan
suasana “sedang”. Untuk ruang pameran dan penjualan yang terbuka,
cahaya dapat diarahkan pula kepada dindingdinding, untuk memberikan
perspektif kepada pameran serta menunjukkan batas-batas dan ruangan.
Spotlights sering diletakkan tersembunyi, tetapi kadang-kadang justru
ditonjolkan untuk memusatkan perhatian kepada barang dagangan yang
perlu dilihat.

Cara memamerkan barang-barang di dalam etalase disesuaikan kepada


lingkungannya, dan begitu pula cara penerangan dan tingkat illuminasinya
disesuaikan kepada lingkungan tersebut. Kalau etalase diterangi oleh
penerangan alami siang hari, sedang penerangan buatan juga dinyalakan
pada siang hari, maka diperlukan tingkat illuminasi yang sangat tinggi
untuk mampu “menyaingi” penerangan alami siang hari dan mengatasi
pemantulan oleh kaca etalase.

Untuk etalase toko di daerah perumahan dianjurkan illuminasi 500 - 1000


lux. Sedang di daerah pertokoan yang ramai dianjurkan 1000 - 2000 lux,
atau lebih. Nilainya sebagai ikian dan segi esthetika-nya perlu menonjol.

Kalau etalase hanya akan dipandang dan satu jurusan, penerangan utama
harus datang dan arah depan, sedang penerangan-penerangan tambahan
dan arah belakang dan samping. Hal ini dimaksudkan untuk memusatkan
perhatian kepada bagian-bagian tertentu. Lampunya sendiri tidak boleh
terlihat agar supaya tidak menimbulkari kesilauan. Lazimnya dipilih
kombinasi dan beberapa jenis lampu, seperti dalam studio foto.
Penerangan umum lazimnya diberikan oleh lampu-lampu tabung
fluorescent, sedang penerangan khusus diberikan oleh lampu-lampu pijar
di dalam armatur-armatur yang cocok; kadang-kadang dipakai filter
berwarria dan sistem penerangan kinetis untuk menciptakan efek-efek
khas. Etalase barang mahal seperti perhiasan dan parfum melulu diterangi
oleh lampu-lampu pijar.
Modul SSBM-04: Spesifikasi Utilitas Bangunan Gedung Bab V: Spek. Sistem Listrik & Penrangan

Penerangan dalam etalase sering diubah sehingga sistem penerangannya


perlu luwes. ini tercapai dengan banyak stop kontak yang tetap dan atau
dengan rel-rel penyambung. Ventilasi dalam etalase harus cukup agar
lampulampu dan barang-barang yang dipamerkan tidak terlalu panas.
Kalau penerangan buatan hanya ingin dinyalakan pada waktu penerangan
alami siang hari berkurang, maka dapat dipasang sakelar yang
dikendalikan oleh photo-cell. Pada larut malam biasanya hanya sebagian
penerangan etalase yang masih dinyalakan. Untuk penerangan merata
dapat dipilih lampu-lampu tabung fluorescent yang effisiensinya tinggi,
namun untuk menampakkan warna-warna barang yang dipamerkan secara
menanik seyogyanya dipilih lampu-lampu dengan efek warna yang baik,
walaupun lebih rendah effisiensinya, misalnya lampu-lampu fluorescent
jenis “colour matching” atau “northlight ‘dengan indeks 85 - 100.

Pemilihan jenis lampu ini perlu diperhitungkan sejak awal tahap


perancangan. Toko-toko sebaiknya diberi sistem penerangan dalam
keadaan bahaya, di samping dan terlepas daripada sistem penerangan
umum.

5.5.4.7. Restoran dan function room

Ke dalam jenis gedung ini kita masukkan juga ruang makan, function room,
bar, nightclub, kantin pabrik, ruang makan asrama dan lain sejenisnya.

Restoran dan ruang makan hotel memerlukan penerangan buatan yang


menciptakan suasana dan kepribadian tertentu, sedang illuminasi merata
cukup 100 lux di permukaan meja-meja makan.

Sering penerangan ini lebih dibatasi lagi hingga 20 lux, untuk menciptakan
suasana intim bagi masing-masing meja secara individuil dengan
memasang lampu hias yang dapat memberikan perspectif. Lampu pijar
yang dipasang dalam armatur di atas meja acap kali dipakai untuk maksud
di atas, untuk menonjolkan peralatan makanan dan sekedar menerangi
wajah orang-orang di sekeliling meja. Dapat pula digunakan armatur yang
tergantung dan langit-langit sampai dekat di atas meja makan. Di
sepanjang dinding ditambahkan lampu-lampu dinding untuk memberikan
perspektif dan menunjukkan batas-batas ruangan, serta menambah
penerangan umum secara terbatas.
Modul SSBM-04: Spesifikasi Utilitas Bangunan Gedung Bab V: Spek. Sistem Listrik & Penrangan

Function room yang dipergunakan untuk beraneka jenis acara diberi sistem
penerangan umum dengan illuminasi, 300 lux atau lebih, namun semua
lampu harus dapat diredupkan secara kontinu dan serempak. Cara
meredupkan tidak boleh dicapai dengan mematikan sebagian lampu-lampu
di dalam suatu armatur, karena dapat menimbulkan kesan tidak merata.
Penerangan umum itu dapat dilengkapi dengan lampu-lampu dinding,
spotlights dsb. dengan sakelar tersendiri.

Jikalau function room juga diterangi oleh penerangan alami siang hari,
biasanya masih perlu ditambah dan dilengkapi dengan penerangan
buatan. Maka penerangan buatan ini perlu luwes, untuk penggunaan pada
siang hari, pada waktu cuaca agak gelap, dan pada malam hari.

Kantin pabrik, ruang makan asrama dan sejenisnya biasanya hanya diberi
penerangan umum oleh lampu pada langit-langit. Namun tetap perlu
diikhtiarkan untuk menciptakan suasana santai, dengan memilih lampu
yang warnanya “hangat” dan dengan indeks efek warna di atas 70. Tingkat
illuminasi sebaiknya mendekati 200 lux dan sekurang-kurangnya 100 lux.
Bar, nightclub dsb. diberi penerangan merata sekurangkurangnya 20 lux,
sedang bar-counter, meja-meja, biduanita dan pemusik-pemusik dsb,
diberi penerangan tambahan untuk menarik perhatian, misalnya sampai
200 lux. Sedang daerah pelayanan (service areas) diberi illuminasi yang
lebih tinggi, dengan diberi penerangan tambahan untuk dapur/spenkamer,
kassa dll dengan memakai armatur-armatur lokal. Botol-botol minuman di
belakang bar-counter sebaiknya diterangi secara menarik, dan arah
belakang ataupun depan.

Untuk bagian terbesar sistem penerangan dalam bar, nightclub dsb.


dipergunakan lampu pijar berkekuatan rendah dalam armatur-armatur yang
mengutamakan efek dekoratif. Untuk daerah-daerah pelayanan ditambah
dengan lampu-lampu tabung fluorescent berwarna “hangat” dalam
armatur-armatur yang tertanam.

Namun bar, nightclub dsb harus dapat pula diberi penerangan umum
dengan illuminasi lebih tinggi, untuk keperluan pembersihan dan
pemeliharaan sewaktu tidak ada tamu.
Modul SSBM-04: Spesifikasi Utilitas Bangunan Gedung Bab V: Spek. Sistem Listrik & Penrangan

Di dalam dapur restoran, dapur hotel, dapur pabrik/ asrama, spenkamers,


dsb dimana dilakukan berbagai kegiatan yang bersangkutan dengan
persiapan dan penyajian hidangan-hidangan, maka penerangan umum
harus sesuai untuk berbagai kegiatan termaksud yaitu berilluminasi 200
lux. Untuk kegiatan-kegiatan penting sampai 300 lux, semuanya dengan
indeks efek warna di atas 70.

Armatur-armatur yang berdekatan dengan tempat memasak harus tahan


terhadap panas dan lembab dan mudah dibersihkan.

Semua pintu perlu diberi tanda “exit” dan sistem penerangan dalam
keadaan bahaya perlu disediakan disamping sistem penerangan umum.

5.5.4.8. Gedung pertemuan umum

Di dalam jenis gedung ini termasuk gedung pertemuan, gedung


pertunjukan, gedurig pameran, dll.

Disamping sistem penerangan umum perlu dipasang sistem penerangan


dalam keadaan bahaya yang segera harus menyala jikalau penerangan
umum terganggu, untuk memungkinkan hadirin meninggalkan gedung
secara cepat dan aman.

Foyer lazim dibuat terang dengan iliuminasi 200 lux supaya berfungsi
sebagai ikian yang besar daya tariknya. Penggunaan lampu-lampu tabung
fluorescent maupun lampulampu pijar untuk foyer, berdasar atas
pertimbanganpertimbangan esthetika. Armatur-armatur dipilih yang
menonjol efek dekoratifnya, namun dengan illuminasi cukup. Disamping
fungsinya sebagai ikian, foyer harus memungkinkan adaptasi visuil baik
bagi hadirin yang akan memasuki ruang pertunjukan maupun bagi yang
meninggalkan gedung itu, baik pada siang maupun pada malam hari.
Untuk keperluan itu illuminasi dalam koridor-koridor dan foyer yang menuju
ke ruang pertunjukan, diturunkan secara bertahap.

Ruang pertemuan atau perturijukan (auditorium) diberi penerangan buatan


yang menciptakan suasana yang sesuai dengan acaranya. Jikalau
auditorium itu dimanfaatkan untuk beranekajenis acara, maka
penerangannya harus luwes; antara lain illuminasinya harus dapat diubah
Modul SSBM-04: Spesifikasi Utilitas Bangunan Gedung Bab V: Spek. Sistem Listrik & Penrangan

dengan meredupkan lampu-lampu secara kontinu, ataupun dengan


menyalakan beberapa janing lampu-lampu secara tersendiri. Sebagai
ancar-ancar untuk illuminasinya ialah 100 - 200 lux.

Auditorium dapat diterangi secara langsung, secara tidak langsung,


ataupun kombinasi dan keduanya. Armatur-armatur yang tampak harus
dekoratif yang sesuai dengan keseluruhan interior. Warna cahaya lampu
dipilih “sedang” atau “hangat”.

Pentas diberi penerangan yang berfungsi menonjolkan dan menciptakan


suasana yang tepat untuk pementasan di atasnya. Illuminasi di atas
panggung lebih tinggi dan pada dalam auditorium, supaya perhatian
hadirin terarah ke panggung, misalnya sampai 500 lux.

Ruang pameran diterangi secara seragam oleh penerangan merata


dengan illuminasi 200 lux dan indeks efek warna yang baik, di atas 70.
Disediakan juga titik-titik cahaya dan stopkontak-stopkontak untuk
menambahkan penerangan lokal bagi stand-stand pameran.

Ruang dansa diberi penerangan merata berilluminasi 50 lux yang dapat


diredupkan dan meliputi lantai dansa serta daerah sekitarnya. ini dapat
dicapai dengan lampu-lampu fluorescent berwarna “hangat”, ditambah
lampu-lampu pijar yang cahayanya terarah untuk membubuhkan efek
cemerlang dan menonjolkan bentuk tertentu. Penggunaan filter berwarna
atau cahaya ultraungu, untuk menciptakan efek-efek khas, dapat juga
diterapkan dalam ruang dansa.

Semua pintu keluar harus diberi tanda “exit”, sedang auditorium dan
koridor-koridor serta tangga-tangga yang menuju keluar perlu diberi sistem
penerangan dalam keadaan bahaya. Pada waktu pertunjukan dinyalakan
penerangan primer, sedang dalam waktu istirahat dinyalakan penerangan
umum.

Sistim penerangan dalam keadaan bahaya harus sepenuhnya terpisah dan


sistem penerangan umum, dengan generator atau batery yang dipasang
tersendiri dalam ruangan tahan-kebakaran, dan dengan jaring-jaring listrik
yang sejauh mungkin letaknya dan jaring jaring penerangan umum dan
yang tidak dapat terpengaruh olehnya.
Modul SSBM-04: Spesifikasi Utilitas Bangunan Gedung Bab V: Spek. Sistem Listrik & Penrangan

Sakelar-sakelar untuk penerangan ruangan-ruangan yang terbuka bagi


umum dapat dikumpulkan dalam satu sakelar yang letaknya
memungkinkan pengawasan secara umum.

5.5.4.9. Gedung Kebudayaan

Dalam jenis gedung ini termasuk museum, gedung pameran barang


kesenian dan perpustakaan.

Museum. Agar supaya tercapai penerangan yang Lungsionil tepat dan juga
esthetis bermutu; maka perencana penerangan perlu bekerjasama erat
dengan perencana bangunan di dalam semua tahap perencanaan.

Untuk masing-masing gedung dan ruangan perlu dinilai persyaratan-


persyaratan fungsionilnya, kemudian ditentukan pemanfaatan sebaik-
baiknya dan pada penerangan alami siang hari dan penerangan buatan
atau kombinasi dan pada keduanya. Menurut persyaratan fungsi, warna
cahaya lampu dapat dipilih “sejuk” atau “sedang” atau “hangat”.

Konservasi barang-barang yang sangat bernilai dan tidak dapat digantikan


merupakan pertimbangan pokok untuk museum dan gedung pameran
barang kesenian. Maka kemungkinan efek-efek merusak dan radiasi
penerangan perlu diperhitungkan.

Lukisan-lukisan cat minyak, cat air, manuskrip-manuskrip tua, dsb. dapat


mengalami kekaburan dan perubahan warna, atau kerusakan dan lapisan
dasarnya sebagai akibat dan radiasi penerangan, terutama radiasi
ultraungu, dan juga radiasi inframerah.

Radiasi ultraungu terutama berasal dan lampu-lampu pelepasan listrik,


termasuk lampu-lampu tabung fluorescent (tenlebih-lebih yang single
coated). Maka perlu diambil tindakan-tindakan pengamanan, misalnya
dengan menggunakan ultra-violet absorbing varnishes, cellulose acetate
sleeves. Lampu pijar tungsten hanya sedikit memancarkan ultraungu, dan
lampu pijar tungsten halogen malah lebih sedikit lagi, sehingga lampu-
lampu ini lebih aman. Namun lampu pijar itu memancarkan inframerah,
sehingga perlu diamankan dengan filter penyerap panas.
Modul SSBM-04: Spesifikasi Utilitas Bangunan Gedung Bab V: Spek. Sistem Listrik & Penrangan

Illuminasi yang diterapkan untuk barang-barang yang kurang peka


terhadap cahaya seperti lukisan cat minyak dan barang-barang dan kulit,
dapat mencapai 150 lux. Sedang untuk barang yang peka terhadap
cahaya, seperti lukisan cat air, barang cetakan, barang-barang tekstil,
karpet, dsb. tidak boleh melebihi 50 lux. Sewaktu tidak ada pengunjung,
penerangan ini perlu dikurangi. Efek visuil dan lampu-lampu yang
dipergunakan tergantung dan kwalitas spektralnya. Sering diperlukan
kwalitas spektral yang mendekati cahaya matahani, walaupun kadang-
kadang hal ini kurang penting. Jikalau efek warna sangat penting, dipilih
lampu-lampu dengan indeks lebih dan 85. Warna cahaya lampunya juga
penting, supaya menciptakan suasana yang serasi dengan obyek-obyek
yang dipamerkan. Namun sebaiknya diadakan percobaan dengan
lampulampu pijar dan lampu-lampu tabung fluorescent sebagai bahan
perbandmgan unt’uk pemilihannya. Tujuan pokok dan pada penerangan
dalam museum dan gedung pameran barang kesenian adalah menerangi
permukaan tempat pemasangan barang, tanpa kesilauan yang
menimbulkan ketidak nyamanan atau mengurangi kemampuan
pengamatan.

Lazimnya diperlukan cahaya tambahan yang terarah kepada obyek-obyek,


dengan skema penerangan yang serasi dengan bentuk dan corak
obyeknya serta keseluruhan arsitektur ruangan. Maka lampu-lampu
ditempatkan sedemikian rupa agar menghindarkan timbulnya pantulan
cahaya yang mengganggu obyek-obyek yang diterangi. Bayangan-
bayangan harus sekecil mungkin sesuai dengan maksudnya.

Warna, kecerahan dan finishing yang dipilih untuk langit-langit, dinding dan
lantai juga turut menentukan penglihatan, maka perlu diperhitungkan
masak-masak.

Ruangan dengan illuminasi tinggi jangan ditempatkan berdampingan


dengan ruangan yang hanya diberi illuminasi terbatas (demi konservasi
barang-barang kesenian di dalamnya). ini dimaksudkan untuk
menghindarkan kesan yang menyeramkan, dan untuk menghindarkan
hambatan dalam adaptasi penglihatan, sebab hambatan sedemikian akan
mengurangi kemampuan visuil.
Modul SSBM-04: Spesifikasi Utilitas Bangunan Gedung Bab V: Spek. Sistem Listrik & Penrangan

Mengingat bahwa letak dan corak dan pada barang pameran akan
berubah-ubah, maka tiap ruangan perlu ditangani secara tersendiri. Data-
data detail tentang pameran perlu disediakan untuk ahli penerangan, agar
dapat dipersiapkan penerangan yang tepat. Penerangan umum yang
memakai lampu tabung fluorescent dengan illuminasi merata yang kurang
daripada illuminasi benda yang dipamerkan ditambah dengan penerangan
khusus memakai lampu-lampu puar, lazimnya memenuhi harapan.

Untuk memungkinkan perubahan-perubahan dalam layout pamerannya,


dapat dipertimbangkan cara penyambungan lampu yang luwes, misalnya
memakai rel-rel. Perpustakaan. Di dalam perpustakaan dilakukan
beraneka tugas visuil, seperti membaca (sepintas lalu ataupun terus
menerus), meneliti gambar dan peta, menulis, mengatur dan memilih buku-
buku dalam almari, mengetik dan mengatur kartu-kartu indeks, dll.
Demikianlah persyaratan-persyaratan untuk perpustakaan kecil, sedang
untuk perpustakaan yang besar ditambah lagi dengan penggunaan
peralatan rupa, rungu dan rupa rungu, peminjaman peralatan tersebut
serta pemeriksaan teliti sewaktu dikembalikan, dsb.

Seperti pada perkantoran, perhatian khusus perlu diberikan kepada


pencegahan kesilauan, haik yang langsung maupun yang dipantulkan,
misalnya dalam pemilihan perabot, mesin dan dekorasi yang tidak
mengkilap permukaannya.

Perpustakaan yang modern tidak permanen lay-outnya melainkan dapat


dirubah sesuai dengan perkembangannya. Maka pemasangan penerangan
lokal pada meja-meja kurang begitu lazim lagi, dan digantikan oleh
penerangan merata yang tidak tergantung pada lay-out perpustakaan.
Namun mengingat bentuk ruangannya (misalnya langit-langit yang tinggi)
dan pertimbangan ekonomi sering juga dihasilkan kompromi. Illuminasi
untuk penerangan merata dianjurkan 200 lux, sedang pada meja baca
dapat dipertinggi sampai 300 lux. Ruangan untuk buku referensi yang
jarang dibaca atau jarang penuh, dapat diberi penerangan merata yang
lebih rendah illuminasinya dan dilengkapi dengan penerangan-penerangan
lokal. Begitupun gudang almari buku yang hampir setinggi langit-langit
lebih tepat diberi penerangan lokal untuk masing-masing baris almari.
Modul SSBM-04: Spesifikasi Utilitas Bangunan Gedung Bab V: Spek. Sistem Listrik & Penrangan

Untuk penerangan lokal dipilih armatur yang sesuai dengan bentuk meja
dan ukuran yang akan dibaca. Kesilauan langsung dan lampu perlu
dihindarkan, sedang kesilauan oleh pemantulan dapat dihindarkan dengan
memasang armatur di sebelah pembaca dan bukan di depannya.

Penerangan tidak-langsung dapat dicapai dengan lampu yang dipasang


secara tersembunyi di atas almari-almari buku dan yang diletakkan dalam
ruangan secara simetris. Namun langit-langit yang terlalu terang akan
mengalihkan perhatian pembaca, di samping mungkin menimbulkan
kesilauan. Begitupun biaya listrik dan pemeliharaan menjadi tinggi, kecuali
kalau digunakan juga penerangan-penerangan lokal.

Di dalam almari-almari buku, cara penempatan buku serta labelnya


mempengaruhi penglihatan. Sempitnya ruangan di antara almari-almari
buku menyulitkan penyebaran illuminasi secara seragam dan atas sampai
ke bawah. Maka warna almari dan warna lantai perlu dipilih yang muda
supaya turut memantulkan cahaya ke bagian bawah almani. Illuminasi 50
lux pada punggung buku-buku sudah cukup, terlebih-lebih kalau hurufnya
cukup kontras terhadap latar belakangnya. Baris kontinu dan pada lampu-
lampu tabung fluorescent yang dipasang tepat di tengah antara baris-baris
almari buku merupakan penyelesaian yang memadai. Armaturnya harus
dipilih yang tidak menyilaukan kalau kita memandang sepanjang gang di
antara baris-baris almari, dan tinggi pemasangannya tidak boleh
mengganggu pengambilan buku-buku dan almari.
Untuk menghemat biaya listrik, tiap baris lampu dapat diberi sakelar
tersendiri.

5.5.4.10. Gedung Indah

Penerangan umum dalam gedung ibadah perlu sesuai dengan


keseluruhan arsitektur interior dan turut menciptakan suasana khidmat
upacara ibadah. Maka warna cahaya lampu dipilih “sedang” atau “hangat”.
Seterusnya perlu diberikan illuminasi yang cukup untuk memungkinkan
pemuka ibadah dan seluruh jemaah membaca secara mudah.

Illuminasi umum dianjurkan 100 — 200 lux.


Modul SSBM-04: Spesifikasi Utilitas Bangunan Gedung Bab V: Spek. Sistem Listrik & Penrangan

Jikalau gedung ibadah ini kompleks dalam desainnya, akan diperlukan


sistim penerangan yang cukup rumit untuk dapat menonjolkan detail-detail
arsitekturnya.

Armatur dapat disembunyikan di belakang balok atap, dalam jendela, di


belakang mimbar, di belakang altar, dsb agar dapat memusatkan perhatiari
jemaah kepada altar, pemuka agama, paduan suara, dsb.

Pusat perhatian itu diberi illuminasi 300 lux atau lebih. Armatur-armatur
dapat pula dipasang pada dinding, tiang, dsb. asal bentuknya sesuai
dengan latar belakangnya, dan keseluruhan ruangan sedap dipandang
mata, serta tidak terletak dalam garis pandangan jemaah.

Timbulnya kesilauan, baik langsung dan lampu maupun karena pantulan


oleh permukaan yang mengkilap, perlu dihindarkan.

Interior yang berbentuk memanjang dengan langitlangit yang tinggi cocok


untuk diheni sistem penerangan yang menunjukkan arah perhatian ke
ujung interior. Untuk itu dapat dipasang armatur floodllght secara
tersembunyi, yang mengarahkan cahayanya ke ujung interior. Jikalau
cabaya datang hanya dan satu arah, maka bentuk/model dan arsitektur
akan lebih menonjol. Begitupun barang seni di ujung ruangan akan tampak
detailnya. Arab dan pada cahaya penerangan buatan ini tidak perlu sama
dengan arab masuknya cahaya matabari. Untuk sudut pandangan yang
umum/ lazim, kesilauan yang mungkin ditimbulkan oleh cabaya terarah ini
perlu dihindarkan.

Interior memanjang juga dapat diterangi dengan armatur-armatur


tergantung, tetapi “efek modelling” lalu kurang tercapai. Kalau penerangan
buatan terutama terarah ke bawah, perlu ditamhabkan penerangan ke arab
atas agar langit-langit tidak gelap dan menyeramkan. Kalau dipasang
armatur-armatur yang tertanam dalam langit-langit, perlu diperhatikan agar
armatur itu tidak kontras terhadap latar-belakangnya.

5.5.4.11. Rumah Sakit


Modul SSBM-04: Spesifikasi Utilitas Bangunan Gedung Bab V: Spek. Sistem Listrik & Penrangan

Rumah sakit mempunyai tata-letak yang kompleks; masing-masing


ruangan dengan persyaratan penerangan tersendiri. Dalam standar ini
dicakup dua kelompok besar :
a. Ruangan untuk pasien,
b. Ruangan operasi, recovery atau intensive care, anaesthetika,
pemeriksaan, laboratorium, plaster, endoskopi, dsb.

Kelompok-kelompok lainnya, seperti daerah pelayanan (dapur, ruang


makan, ruang sterilisasi, ruang inkuhasi, ruang cucian, bengkel-bengkel
pemeliharaan dsb), ruang main anak-anak, ruang therapi, ruang kuliah,
ruang resepsi, dan ruangan perkantoran sudah tercakup dalam standar
terdahulu.

Dahulu ruangan untuk pasien memerlukan penerangan buatan yang


memenuhi persyaratan klinik dan staf medis, dan sekaligus menciptakan
suasana menyenangkan penuh optimisme bagi para pasien. Maka warna
cahaya memainkan peranan yang penting, yaitu dipilih yang “sedang” atau
“hangat”.

Kini pasien lazimnya tidak diperiksa di tempat tidurnya, melainkan diangkut


ke ruang pemeriksaan khusus. Maka dalam ruangan untuk pasien tidak
lagi diperlukan penerangan yang memenuhi persyaratan-persyaratan
klinik.

Ruangan untuk pasien kini lazimnya diperuntukan tidak lebih dan 6 tempat
tidur, namun taraf penyembuhan masing-masing pasien dapat berbeda-
beda. Maka penerangan umum harus mencukupi untuk pasien-pasien
yang lebih sembuh, tanpa mengganggu pasien-pasien yang masih sakit.
Dianjurkan untuk memasang penerangan umum dengan illuminasi 100 lux,
dengan lampu-lampu tabung fluorescent jenis “daylight” atau “white de
luxe” dan indeks efek warna di atas 70.

Untuk ruangan pasien dengan tinggi langit-langit 3 meter atau lebih


dipilihkan armatur yang digantung, sedang untuk yang lebih rendah
dipilihkan armatur yang dipasang pada atau ditanam dalam langit-langit.
Tinggi pemasangan armatur tersebut berhubungan dengan sudut
penglihatan pasien dan perawat maupun dengan penerangan langit-langit.
Modul SSBM-04: Spesifikasi Utilitas Bangunan Gedung Bab V: Spek. Sistem Listrik & Penrangan

Ruangan yang berisi 3 tempat tidur atau lebih biasanya tidak cukup
diterangi dengan lampu-lampu dinding saja.
Armatur yang digantung harus memancarkan lebih dan 10 % cahayanya
ke langit-langit. Armatur harus terbatas luminasinya agar tidak
menyebabkan kesilauan langsung bagi pasien yang berbaning. Armatun ini
harus mudah dipasang dan dibersihkan debunya. Sakelarnya dipasang di
samping pintu.

Di atas ujung kepala tempat tidur perlu dipasang lampu yang dapat
dinyalakan oleh pasien. illuminasinya harus cukup untuk membaca dsb
tanpa menimbulkan ketidaknyamanan bagi pasien-pasien lainnya.

Illuminasi di ujung kepala tempat tidur 100 lux, dan lampunya kurang
menghasilkan panas. Armaturnya harus memungkinkan pasien membaca
sambil berbaring ataupun duduk, dan juga tidak mengganggu penggeseran
tempat tidur, perabot dan peralatan lainnya. Luminasi armatur jangan
melebihi 350 candela per m2.

Pada malam han, sewaktu pasien tidur, masih perlu ada illuminasi untuk
memungkinkan perawat bergerak dalam ruangan. Untuk ruangan anak
dianjurkan 0,5 lux dan untuk ruangan dewasa 0,1 lux, dan tidak boleh
langsung menyinani pasien melainkan menerangi lantai. Kadang-kadang
cahaya yang masuk dan gang ke dalam ruangan sudah cukup.

Pasien yang sakit keras perlu diberi penerangan khusus untuk tetap
diawasi pada malam hari. Untuk itu lampu di atas ujung kepala tempat tidur
harus dapat diredupkan, atau di dalam armatur itu ditambahkan lampu lain
yang berkekuatan rendah. Illuminasi di bawab 5 lux sudah cukup untuk
tugas jaga malam ini. Sakelarnya ditempatkan di luar jangkauan pasien.
Perlu disediakan stopkontak guna menyambungkan lampu khusus untuk
pemeriksaan; kalau sewaktuwaktu perlu. Berkas cahayanya diarahkan ke
tempat tidur dengan illuminasi 300 lux atau lebih dan dengan indeks efek
warna yang baik yaitu di atas 85.

Koridor dibeni penerangan yang seimbang dengan kamar-kamar pasien,


agar supaya perawat tidak mengalami kesulitan visuil dalam berpindah dan
satu kamar ke kamar lainnya. Lampu tidak perlu dipasang di tengah
Modul SSBM-04: Spesifikasi Utilitas Bangunan Gedung Bab V: Spek. Sistem Listrik & Penrangan

koridor; melainkan boleh di dekat dinding berhadapan dengan pintu dan


terutama menerangi dinding termaksud. Penyebaran lampu secara tidak
symetris ini kurang menyilaukan pasien yang didorong dalam koridor,
sedang dinding yang terang itu memudahkan adaptasi visuil. Illuminasi
pada siang hari 100 lux (kalau tidak memperoleh cahaya matahani), dan
pada malam hari cukup 5 lux atau kurang.

Persyaratan-persyaratan terpenting untuk ruang operasi ialah kemampuan


untuk memeriksa aneka detail dan kulit, janingan dan organ-organ tubuh,
serta kemampuan mengendalikan instrumen-instrumen bedah di meja
operasi.

Ukuran kritis dan pada detail yang perlu diamati sangatlah kecil dan
kontrasnya juga sedikit sekali, sehingga illuminasi yang diperlukan pada
daerah operasi luas (sekitar 500 cm2) sangat tinggi yaitu 10.000 lux dan
bahkan sampai 20.000 lux. Illuminasi ini harus dapat divariasikan.

Untuk meja operasi dikenal 2 sistem penerangan


a. Armatur yang mengandung sistem optis tergantung dan langit-langit
dengan cantilever suspension dan dapat diatur oleh ahli bedah atau
assistennya. Armatur itu berisi satu atau lebih lampu pijar yang mudah
diganti lampunya, dan sederhana pengaturannya. Cahayanya harus
mencapai daerah operasi dan sudut yang lebar supaya tidak
menimbulkan bayang-bayang yang mengganggu.
Kritik utama terhadap sistem ini ialah bahwa kebersihan armatur sukar
dijamin dan bahwa armatur itu menghasilkan radiasi panas yang
terpusat secara lokal.
b. Beberapa proyektor tertutup dipasang pada langitlangit yang
transparant, serta dapat diatur dan kejauhan (remote control) untuk
mengarahkan berkas-berkas cahaya ke meja operasi. Sistem
penerangan ini fleksibel sekali, dan bermanfaat untuk teaching hospital
karena tidak menutupi pemandangan para peninjau. Namun lebih
kompleks dan memerlukan ketrampilan untuk mengatur proyektor-
proyektor itu dan kejauhan.

Merigingat tingginya illuminasi pada meja bedah, maka keseluruhan ruang


operasi diberi penerangan umum dengan illuminasi 300 lux. ini diperlukan
Modul SSBM-04: Spesifikasi Utilitas Bangunan Gedung Bab V: Spek. Sistem Listrik & Penrangan

untuk melakukan tugas-tugas bantuan dan menjalankan peralatan-


peralatan lainnya. Peralatan elektronik yang peka terhadap cahaya, perlu
dilindungi secara khusus.

Armatur untuk ruang operasi harus tertutup sepenuhnya, agar memenuhi


persyaratan-persyaratan kebersihan yang ketat dan mencegah jatuhnya
pecahan lampu ke meja operasi andaikata terjadi kerusakan.

Untuk penerangan langsung meja operasi dipilih lampu pijar tungsten


karena efek warnanya mendekati sinar matahari, dan terlebih penting lagi
sudah dikenal benar-benar oleh para dokter bedah.

Untuk penerangan umum bagi keseluruhan ruang operasi dipilih lampu-


lampu tabung fluorescent dengan warna cahaya “sejuk” dan indeks efek
warna di atas 85. Suatu keuntungan lampu fluorescent alah kurang
menghasilkan panas.

Penerangan umum dalam ruang-ruang anaesthetika, recovery, plaster,


endoskopi dan laboratorium harus sama dengan ruang operasi, yaitu
dengan illuminasi 300 lux dan efek warna yang sama (85). Dalam ruang
recovery perlu tersedia stopkontak-stopkontak guna menyambung lampu
khusus untuk pemeriksaan, sedang lampu di atas masing-masing tempat
tidur harus dapat diredupkan maupun ditingkatkan illuminasinya sampai
300 lux. Demikian juga dalam ruang anaesthetika perlu disediakan lampu
untuk pemeriksaan, yaitu spotlight yang permanen atau yang dapat
dipindah-pindahkan; di sini lampu-lampu penerangan umum harus juga
dapat diredupkan guna menciptakan kondisi lingkungan yang paling cocok.

Untuk penerangan umum dalam ruangan-ruangan tempat melakukan


pemeriksaan, dipilih lampu tabung fluorescent jenis “white de luxe”.

Ruangan X-ray cukup diberi penerangan umum dengan illuminasi 75 - 100


lux, misalnya dengan lampu-lampu dinding yang menciptakan suasana
tenteram.

Sistem penerangan amat penting bagi ruang-ruang operasi, anaesthetika,


recovery dan sterilisasi. Sistem ini harus terpercaya, aman serta
permanen. Khusus untuk meja operasi sistem penerangan dalam keadaan
Modul SSBM-04: Spesifikasi Utilitas Bangunan Gedung Bab V: Spek. Sistem Listrik & Penrangan

bahaya harus mampu menyediakan penerangan yang sepenuhnya sama


dengan sistem penerangan normal, tanpa terputus penerangannya. Semua
daerah lalulintas dan pintu-pintu ke luar juga harus diterangi oleh sistem
dalam keadaan bahaya tersebut.
5.5.4.12. Laboratorium

Ada laboratorium yang memerlukan pengendalian lingkungan, hal mana


sukar tercapai dengan jendela-jendela besar dan mahal. Ada pula
laboratorium yang memerlukan penggelapan sepenuhnya, atau yang
memerlukan banyak dinding untuk penempatan barang-barang. Maka
sering sekali laboratorium itu berjendela kecil, dan penerangan alami siang
hari di integrasikan dengan penerangan buatan.

Pekerjaan dalam laboratorium kadang-kadang hanya berupa membaca


dan menulis ataupun tugas visuil lainnya yang sederhana, dengan detail-
detail berukuran cukup besar dan jelas kontrasnya.

Namun dapat pula mencakup tugas visuil yang sangat cermat, dengan
detail-detail yang halus dan kurang kontras, misalnya membaca angka-
angka pada skala pengukur yang kecil, membedakan zat-zat dengan
mengamati warna dan corak ragamnya, menguraikan bahan
mengidentifikasikan obyek-obyek yang hergerak cepat dan lain-lainnya.
Kadang-kadang ada pekerjaan ilmiah yang pelaksanaannya akan lebih
lancar kalau diberi penerangan yang menonjolkan bentukbentuk/modelling.
Jni dapat dicapai dengan penambahan armatur lokal yang dapat diatur,
dengan menghindarkan kesilauan yang mengganggu. Ruangan

tertutup atau almari yang dalam sebaiknya diberi lampu yang dinyalakan
oleh terbukanya pintu. Beberapa laboratoria mengandung uap atau debu
yang korosif ataupun ekplosif, maka perlu dipilih armaturarmatur khusus.
Kebanyakan laboratoria memerlukan tingkat kebersihan yang tinggi, maka
armatur-armatur sebaiknya polos dan mudah dibersihkan.

Penerangan umum dalam laboratorium mempunyai illuminasi 300 lux atau


lebih. Warna cahaya lampu dipilih yang “sejuk” atau “sedang”. Untuk
keperluan tugas-tugas visuil yang berat ditambahkan penerangan lokal,
misalnya dengan armatur yang ditaruh pada meja dan dapat diatur.
Modul SSBM-04: Spesifikasi Utilitas Bangunan Gedung Bab V: Spek. Sistem Listrik & Penrangan

Beberapa peralatan, seperti mikroskop, sudah mempunyai lampu


tersendiri.
Langit-langit dinding, Iantai dan permukaan-permukaan lain yang luas
seyogyanya diberi warna yang muda dan polos untuk menghindarkan
kontras yang menyolok dan mengganggu, mengingat beraneka ragamnya
peralatan dan tugas visuil. Namun kadangkadang untuk permukaan meja
kerja dipilih warna yang gelap, seperti kayu yang dipeliter.

Beberapa laboratoria memerlukan efek warna yang baik, untuk


mengidentifikasikan bahan-bahan atau untuk menentukan tahap-tahap
dalam suatu proses. Maka perlu dipilih lampu yang efeknya mendekati
cahaya matahari, yaitu dengan indeks di atas 85. Dalam hal ini diperlukan
illuminasi 500 lux.

5.5.4.13. Gedung Olah Raga

Maksud utama penerangan buatan di sini ialah memenuhi keperluan visuil


para pemain, dengan catatan bahwa masing-masing cabang olah raga
mempunyai persyaratan yang berbeda. Selanjutnya perlu dipenuhi
keperluan visuil para perionton, dan begitu pula untuk televisi dan film.
Akhirnya penerangan perlu diintegrasikan dengan, serta menonjolkan
arsitektur bangunannya.

Penerangan harus memadai untuk memungkinkan pemain dan penonton


serta televisi mengikuti seluk-beluk permainan secara mudah. Hal ini
tergantung dan jenis permainan, ketepatan dan kecepatan, ukuran dan
bentuk/modelling serta warna dan detail-detail, derajat kontras terhadap
latar belakangnya, jarak dan para penontbn dan dan kamera TV, dan lain-
lain. Untuk TV hitam putih diperlukan paling sedikit illuminasi 300 lux pada
ketinggian 1,5 m di atas lantai/kanvas, sedangkan untuk TV berwarna
diperlukan paling sedikit 1000 lux.

Jenis dan penempatan armatur harus memperhitungkan kemungkinan


tertumbuk dalam permainan olah raganya. Pemeliharaannya harus mudah
dan murah.

Kesilauan pada para pemain perlu dibatasi sedapat-dapatnya. Namun


timbul kesulitan kalau pemain harus bebas melihat kesegala jurusan;
Modul SSBM-04: Spesifikasi Utilitas Bangunan Gedung Bab V: Spek. Sistem Listrik & Penrangan

dalam hal ini diatur agar pemasangan armatur-armaturnya setinggi


mungkin, dan agar supaya kesilauan dan sumber-sumber cahaya itu
secara adil mempengaruhi semua pemain. Kemungkinan kesilauan karena
pemantulan oleh langit-langit, dinding-dinding dan lantai juga perlu
dicegah. Latar belakang ini harus memberikan kontras yang jelas untuk
seluk-beluk permainan, tanpa menghasilkan kesilauan. Faktor pemantulan
langit-langit hendaknya 60 %, untuk dinding 30 - 60 % dan untuk lantai 25
% saja.

Dan segi penerangan, cabang-cabang olah raga dikelompokkan ke dalam


4 golongan:
a. Golongan olah raga kecekatan, seperti berenang.
b. Golongan olah raga combat, seperti tinju.
c. Golongan olah raga sasaran, seperti bowling.
d. Golongan olah raga bola, seperti bulutangkis.

Olah raga kecekatan memerlukan ruangan luas dengan penerangan umum


yang baik dengan illuminasi 200 lux dengan tambahan penerangan
khusus. Kolam renang diterangi baik dan arah atas maupun dan bawah air,
dengan tambahan penerangan untuk papan loncat.

Penerangan dan arah atas dengan sistem langsung, tidak-langsung


ataupun kombinasinya, menggunakan lampu-lampu tabung fluorescent
dan atau lampu sorot (lampu tungsten halogen, metal halide atau sodium
bertekanan tinggi).

Penerangan dibawah air menggunakan lampu-lampu sorot yang dipasang


60 cm di bawah permukaan air, dengan daya 100 watt per m2 permukaan
air. Armatur harus tahan terhadap kelembaban yarg tinggi dan chlorine.
Olah raga dengani track diberi penerangan khusus yang menonjolkan track
tersebut.

Pada olah raga combat, penerangan dikonsentrasikan dan dibatasi pada


daerah combat yang relatif kecil dengan illuminasi 1000 lux atau lebih,
tanpa menyebabkan kesilauan pada pemain maupun pada penonton serta
TV. Lampu-lampu sorot dipasang 6 meter di atas kanvas/lantai.
Modul SSBM-04: Spesifikasi Utilitas Bangunan Gedung Bab V: Spek. Sistem Listrik & Penrangan

Pada olah raga sasaran ditambahkan penerangan khusus yang terarah


pada sasaran dan sumber cahayanya tidak tampak dan tempat pemain
maupun dan tempat penonton, sehingga sasaran merupakan bagian yang
paling tinggi illuminasinya dalam lingkup pandangan. Pencegahan
kesilauan dan armatur-armatur penerangan umum juga perlu diperhatikan.
Illuminasi umum yang dianjurkan ialah 100 - 200 lux.

Pada olah raga bola, baik pemain maupun penonton dan TV hams dapat
mengamati jalannya bola terhadap latar belakang langit-langit, dinding dan
lantai. Maka bola itu perlu diterangi secara seragam pada seluruh
perjalanannya. Illuminasi yang diperlukan 300 — 500 lux. Armatur-armatur
perlu ditempatkan secara cermat sepanjang tepi kin dan kanan, dan
ditutupi seperlunya untuk membatasi kesilauan.

Untuk pertandingan-pertandingan bertaraf nasional maupun internasional


hendaklah diikuti peraturanperaturan dan federasi yang bersangkutan.

Gedung olah raga untuk beraneka jenis olah raga diberi sistem
penerangan umum dengan illuminasi 200 lux, di samping beherapa sistem-
sistem penerangan khusus untuk cabang-cabang olah raga tertentu.
Sistem penerangan umum itu dapat berwujud barisbaris lampu fluorescent
sepanjang langit-langit, dengan lampu type “white de luxe” dan colour
rendering di atas 70. Sistem penerangan khusus/terarah dapat berwujud
lampu-lampu pijar yang disebar secara teratur di seluruh langit-langit.
Sistem penerangan khusus itu dapat digunakan sebagai pelengkap kepada
penerangan umum atau secara tersendiri.

Jikalau gedung olah raga itu juga dipergunakan untuk pertemuan besar,
pertunjukan musik, pesta dan Sebagainya, perlu disediakan kemungkinan
untuk tambahan penerangan yang bersifat fleksibel. Maka sistem
penerangari umum juga dibuat luwes, misalnya hanya dinyalakan
penerangan dan langit-langit atau dan dinding-dinding, dengan illuminasi
rata-rata 200 lux yang juga dapat diubah.

Dekorasi-dekorasi ruangan dipilih yang berwarna muda, agar dapat


meningkatkan illuminasi dan mengurangi kesilauan. Warna cahaya lampu
dipilih “sejuk” atau “sedang”.
Modul SSBM-04: Spesifikasi Utilitas Bangunan Gedung Bab V: Spek. Sistem Listrik & Penrangan
Modul SSBM-04: Spesifikasi Utilitas Bangunan Gedung Bab V: Spek. Sistem Listrik & Penrangan

BAB V .........................................................................................................................1
SPESIFIKASI SISTEM LISTRIK DAN PENERANGAN..............................................1
5.1 DASAR INSTALASI LISTRIK ......................................................................1
5.2 LAMPU-LAMPU SEBAGAI SUMBER CAHAYA .........................................4
5.2.1. Lampu-lampu pijar...............................................................................4
5.2.2. Lampu-lampu pelepasan listrik ..........................................................7
5.2.3. Lampu-lampu pelepasan listrik (lanjutan) .........................................8
5.2.4. Efisiensi Lampu .................................................................................10
5.3 SISTIM-SISTIM ILLUMINASI .....................................................................11
5.3.1 Klasifikasi sistim illuminasi. ............................................................. 11
5.3.2 Faktor-faktor pertimbangan illuminasi.............................................13
5.4 SPESIFIKASI ILLUMINASI ........................................................................17
5.4.1 Beberapa kriteria................................................................................17
5.4.2 Illuminasi Yang Dianjurkan ............................................................... 19
5.4.3 Kwalitas Warna ..................................................................................21
5.4.4 Perimbangan Terhadap Cahaya Alami.............................................24
5.5 STANDAR PENERANGAN BUATAN DI DALAM GEDUNG-GEDUNG ....25
5.5.1. Ruang lingkup........................................................................................25
5.5.2. Pengertian-pengertian ..........................................................................25
5.5.3. Prinsip-prinsip Umum ...........................................................................36
5.5.4. Persyaratan Penerangan Buatan ......................................................... 44
Modul SSBM-04: Spesifikasi Utilitas Bangunan Gedung Bab VI: Spek. Tata Suara & Komunikasi

BAB VI
SPESIFIKASI TATA SUARA DAN KOMUNIKASI

Berbeda dengan sistem penerangan yang menggunakan arus bolak balik (AC), sistem
komunikasi (Gambar 6.1) dan tata suara (Gambar 6.2) pada umumnya menggunakan
arus searah (DC).

Atap

Dari Telkom

JB-T lp

JB-T lp

Operator PABX
Console
MDF - T lp JB-T lp

JB-T S

Dari MDF FA

JB-T lp

Surge
Arrestor Rectifier
220 Volt - 50 Hz
S
PLN / Genset = JB-T lp

Battery

Pembumian
RUANG PENGENDALIAN maksimum 0,5 Ohm
Lt. 2 JB-T lp,2

Lt. 1 JB-T lp,1

Lt.
Dasar JB-T lp,D

Basement JB-T lp,B

Gambar 6.1: Jaringan Instalasi Komunikasi dalam Bangunan


Modul SSBM-04: Spesifikasi Utilitas Bangunan Gedung Bab VI: Spek. Tata Suara & Komunikasi

Atap
CS

VC

JB-TS WS

CS

VC

WS
JB-T S
CS

VC

JB-T S WS

Power
CS
Amplifier
VC

MDF-T S JB-T S W S
CS

VC

JB-T S W S

CS
Radio AM/FM Pembumian
maks. 1 Ohm VC

Cassette JB-T S W S
Speaker
Recorder, dll. Equalizer
Selector CS

All Call VC

Lt. 2 JB-T S,2 W S


Mixer
Microphone
Sirene Pre-Amplifier CS

VC

Priority Line
Lt. 1 JB-T S,1 W S

CS
Daya Listrik Rectifier
PLN / Genset VC
S
= Lt.
WS
Dasar JB-T S,D
CS

VC
Dari MCP - FA
JB-T S,B WS
RUANG PENGENDALIAN Basement
VC : Volum e Control
CS : Ceiling Speaker
W S : W all Speaker

Gambar 6.2: Jaringan Instalasi Tata Suara

Ruang untuk jaringan elektrik dan telepon harus disusun secara baik agar memudahkan
keperluan pemeriksaan (Gambar 6.3).
Modul SSBM-04: Spesifikasi Utilitas Bangunan Gedung Bab VI: Spek. Tata Suara & Komunikasi

Gambar 6.3: Tipikal Ruang Panel

Untuk Ruang Distribusi jaringan Telepon dapat dilihat pada Tabel 6.1.

Tabel 6.1: Ukuran Tipikal Ruang Telepon

Luas Lantai Tipikal Dimensi Ruang

500 m2 50 x 350 cm
1000 m2 125 x 225 cm
2000 m2 250 x 250 cm
Modul SSBM-04: Spesifikasi Utilitas Bangunan Gedung Bab VII: Spek.Sis. Proteksi Kebakaran

BAB VII
SPESIFIKASI SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN

7.1. SISTEM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN BAHAYA


KEBAKARAN PASIF

Sistem pencegahan secara pasif bertumpu pada rancangan bangunan yang


memungkinkan orang keluar dari bangunan dengan selamat pada saat terjadi
kebakaran atau kondisi darurat lainnya.

7.1.1 Konstruksi Tahan Api

Konsep konstruksi tahan api terkait pada kemampuan dinding luar, lantai, dan
atap untuk dapat menahan api di dalam bangunan atau kompartemen. Dahulu.
sistem yar.g mengukur ketahanan terhadap kebakaran dihitung dalam jumlah
jam, dan kandungan bahan struktur tahan api. Namun sekarang. hal ini dianggap
tidak cukup. dan spesifikasi praktis yang digunakan adalah suatu konstruksi yang
mempunyai tingkat kemampuan untuk bertahan terhadap api. Defmisi ini
menyatakan beberapa ketentuan yang terka.it pada kemampuan struktur untuk
tahan terhadap api tanpa mengalami perubahan benruk (deformasi) yang berarti.
dan mencegah menjalarnya api ke seluruh bangunan.

Dengan demikian. setiap komponen bangunan, dinding, lantai. kolom, dan balok
harils dapat tetap bertahan dan dapat menyelamatkan isi bangunan, meskipun
bangunan dalam keadaan terbakar.

Meskipun bahan baja tidak dapat terbakar (fire proof), baja akan meleleh jika
terkena panas yang tinggi (non-fire resistant). Oleh karenanya perlu dilindungi
agar panas yang ditimbulkan oleh api dapat dihambat penjalaran panasnya,
terutama pada kolom bangunan (Gambar 7.1.). Untuk balok baja, dapat
digunakan pendekatan yang sama, atau bisa juga kita menggunakan langit-langit
yang dapat mencegah perambatan api/panas.
Modul SSBM-04: Spesifikasi Utilitas Bangunan Gedung Bab VII: Spek.Sis. Proteksi Kebakaran

Gambar 7.1: Beberapa Cara untuk Menjadikan Baja Tahan terhadap Api

7.1.2 Pintu Keluar

Beberapa syarat yang perlu dipenuhi oleh pintu keluar (Gambar 7.2), di antaranya
adalah:

a. Pintu harus tahan terhadap api sekurang-kurangnya dua jam.


b. Pintu harus dilengkapi dengan minimal tiga engsel.

Gambar 7.2: Pintu Darurat


Modul SSBM-04: Spesifikasi Utilitas Bangunan Gedung Bab VII: Spek.Sis. Proteksi Kebakaran

c. Pintu juga harus dilengkapi dengan alat penutup pintu otomatis (door closer).
d. Pintu dilengkapi dengan tuas/tungkai pembuka pintu yang berada di luar
ruang tangga (kecuali tangga yang berada di lantai dasar, berada di dalam
ruang tangga), dan sebaiknya menggunakan tuas pembuka yang
memudahkan, terutama dalam keadaan panik (panic bar).
e. Pintu dilengkapi tanda peringatan: "TANGGA DARURAT - TUTUP KEMBALI"
f. Pintu dapat dilengkapi dengan kaca tahan api dengan luas maksimal 1 m 2 dan
diletakkan di setengah bagian atas dari daun pintu.
g. Pintu harus dicat dengan \varna merah.

Hal lain yang penting untuk diperhatikan adalah lokasi pintu keluar dan jarak dari
pintu keluar ke tempat yang aman di luar bangunan, sebagaimana tertera pada
Tabel 7.1.

Tabel 7.1: Jarak Tempuh Keluar

Batasan Jarak Tempuh Maksimal


Fungsi Lorong Buntu Tanpa Sprinkler Dengan Sprinkler
(m’) (m’) (m’)
Ruang Pertemuan 6 45 70

Pendidikan 6 45 70
- Sistem terbuka TP 45 70
- Sistem fleksibel TP 45 70

Kesehatan
- Bangunan baru 9 30 45
- Bangunan yang adal TP 30 45

Hunian
- Hotel 10 30 45
- Apartemen 10 30 45
- Asrama 0 30 45
- Rumah Tinggal TP TP TP

Komsersial
- Pengunjung > 100 orang 15 30 45
- Ruang terbuka 0 TP TP
- Mal tertutup 15 70 90
- Perkantoran 15 70 90
Catatan: TP : Tidak Perlu.
Modul SSBM-04: Spesifikasi Utilitas Bangunan Gedung Bab VII: Spek.Sis. Proteksi Kebakaran

7.1.3 Koridor dan Jalan Keluar

Koridor dan jalur keluar harus dilengkapi dengan tanda yang menunjukkan arah
dan lokasi pintu keluar (Gambar 7.3.). Tanda 'EXIT' atau 'KELUAR' dengan anak
panah menunjukkan arah menuju pintu keluar atau tangga kebakaran/darurat,
dan harus di-tempatkan pada setiap lokasi di mana pintu keluar terdekat tidak
dapat langsung terlihat.

Tanda 'EXIT' harus dapat dilihat dengan jelas, diberi lampu yang menyala pada
kondisi darurat, dengan kuat cahaya tidak kurang dari 50 lux dan luas tanda
minimum 155 cm2 serta ketinggian huruf tidak kurang dari 15 cm (tebal huruf
minimum 2 cm.).

Gambar 7.3: Lokasi Tanda EKSIT (EXIT)


Modul SSBM-04: Spesifikasi Utilitas Bangunan Gedung Bab VII: Spek.Sis. Proteksi Kebakaran

7.1.4 Kompartemen

Kompartemen merupakan konsep yang penting dalam usaha penyelamatan


manusia dalam menghadapi bahaya kebakaran. Gagasan dasarnya adalah
menahan dan membatasi penjalaran api agar dapat melindungi penghuni atau
pengguna bangunan dan barang-barang dalam bangunan untuk tidak secara
langsung bersentuhan dengan sumber api. Pada bangunan tinggi, di mana
mengevakuasi seluruh orang dalam gedung dengan cepat adalah suatu hal yang
mustahil, kompartemen dapat menyediakan penampungan sementara bagi
penghuni atau pengguna bangunan untuk menunggu sampai api di-padamkan
atau jalur menuju pintu keluar sudah aman (Gambar 7.4.).

Gambar 7.4: Kompartemen untuk Tuna Daksa

7.1.5 Evakuasi Darurat

Beberapa syarat yang perlu dipenuhi oleh pintu keluar (Gambar 7.3), di antaranya
adalah:

a. Tangga Darurat/Tangga Kebakaran

Pada saat terjadinya kebakaran atau kondisi darurat, terutama pada


bangunan tinggi, tangga kedap api/asap merupakan tempat yang paling aman
dan hams bebas dari gas panas dan beracun. Ruang tangga yang bertekanan
(presurized stair well) diaktifkan secara otomatis pada saat kebakaran
(Gambar 7.5.) Pengisian ruang tangga dengan udara segar benekanan positif
akan mencegah menjalarnya asap dari lokasi yang terbakar ke dalam ruang
tangga. Tekanan udara dalam ruang tangga tidak boleh melampaui batas
aman, karena jika tekanan udara dalam ruang tangga terlalu tinggi, justru
akan menye-babkan pintu tangga sulit/tidak dapat dibuka. Pada gedung yang
Modul SSBM-04: Spesifikasi Utilitas Bangunan Gedung Bab VII: Spek.Sis. Proteksi Kebakaran

sangat tinggi perlu ditempatkan beberapa kipas udara (blower) untuk


memastikan bahwa udara segar yang masuk ke dalam ruang tangga jauh dari
kemungkinan masuknya asap. Di samping itu, bangunan yang sangat tinggi
perlu dilengkapi dengan lif kebakaran (Gambar 7.6.)

Gambar 7.5: Penempatan Peralatan Tekanan Udara


Modul SSBM-04: Spesifikasi Utilitas Bangunan Gedung Bab VII: Spek.Sis. Proteksi Kebakaran

Gambar 7.6: Tangga dan Lif Kebakaran

b. Evakuasi Darurat pada Bangunan Tinggi

Dengan makin banyaknya ancaman bahaya teror pada bangunan tinggi,


perlulah dicari upaya untuk dapat mengevakuasi 5.000 orang dalam waktu
kurang dari 30 menit tanpa menggunakan tangga atau lif.

Suatu sistem yang dikembangkan baru-baru ini di Amerika Serikat merupakan


fasilitas evakuasi sebagai upaya yang terakhir jika orang terperangkap pada
bangunan tinggi. Teknologi ini bergantung pada tahanan udara dinamik. Pada
saat evakuasi darurat, di mana tangga dan lif tidak lagi berfungsi, maka
penghuni/pengguna bangunan akan menggunakan sejenis sabuk pengaman
yang dikaitkan pada gulungan kabel. Begitu gulungan ini terkunci pada sistem
inti, yang merupakan perangkat kipas udara yang kokoh dan diangkur pada
bangunan, maka orang dapat melompat dan mendarat di tanah dengan
selamat (Gambar 7.7.). Tahanan dari bilah baling-baling kipas udara akan
Modul SSBM-04: Spesifikasi Utilitas Bangunan Gedung Bab VII: Spek.Sis. Proteksi Kebakaran

berputar pada saat gulungan kabel terurai pada kecepatan di bawah 3,7
meter/detik.

Gambar 7.7: Sistem Evakuasi Darurat

Sistem inti yang terlihat pada Gambar 7.7. ini terdiri riari Unas nrlara dengan
empat bilah baling-baling yang lebarnya 30 cm. di mana ujung yang satu
terkunci pada sumbu gulungan. Rangka utama ini dilengkapi dengan landasan
luncur yang menjorok sekitar 30 cm. keluar bukaan jendela atau balkon.
Orang dengan berat sekitar 45 kilogram akan mendarat pada kecepatan 2,4,
sampai 2,7 meter/detik, sama dengan kecepatan orang yang melompat dari
ketinggian kursi. Setiap orang memiliki gulungannya masing-masing dan akan
terlepas dengan sendirinya begitu orang tersebut tiba di tanah, sehingga
gulungan kabel dapat digunakan oleh orang berikutnya.

Evakuasi darurat lain yang dapat digunakan adalah menggunakan semacam


kantong peluncur (chute system) yang ditempatkan pada ruang tangga
(Gambar 7.8.). Dengan adanya sistem ini, orang dapat memilih untuk keluar
bangunan melalui tangga darurat atau menggunakan kantong peluncur. Chute
system ini dapat digunakan dengan aman oleh orang cacat untuk mencapai
lantai dasar dengan aman dan cepat.
Modul SSBM-04: Spesifikasi Utilitas Bangunan Gedung Bab VII: Spek.Sis. Proteksi Kebakaran

Gambar 7.8: Chute System

7.1.6 Pengendalian Asap

Asap menjalar akibat perbedaan tekanan yang disebabkan oleh adanya


perbedaan suhu ruangan. Pada bangunan tinggi, perambatan asap juga
disebabkan oleh dampak timbunan asap yang mencari jalan keluar dan dapat
tersedot melalui lubang vertikal yang ada, seperti ruang tangga. ruang luncur
lif, ruang saluran vertikal (shaft) atau atrium. Perambatan ini dapat pula terjadi
melalui saluran tata udara yang ada dalam bangunan. Pengalaman
menunjukkan bahwa ruang yang luas, seperti pusat perbelanjaan, mal,
bioskop dan ruang pertemuan/konvensi. berpeluang untuk menghasilkan
timbunan asap dan panas pada waktu terjadinya kebakaran. Pada situasi
seperti ini. asap dapat menjalar secara horizontal, menghalangi petugas
pemadam kebakaran dan menyebabkan terjadinya panas lebih awal sebelum
api menjalar ke tempat itu. Asap panas dapat menimbulkan titik api baru dan
mensurangi efektivitas sistem sprinkler. Untuk mencegah terjadinya penjalaran
asap secara horizontal, dalam gedung perlu dipasang tirai penghalang asap
(Gambar 7.9.).
Modul SSBM-04: Spesifikasi Utilitas Bangunan Gedung Bab VII: Spek.Sis. Proteksi Kebakaran

Gambar 7.9: Tirai Penghalang Asap

Mengalirkan asap dari dalam gedung akan mengurangi bahaya bagi petugas
pemadam kebakaran dan akan mempercepat pencarian sumber api.
Pengeluaran asap melalui atap akan menyebabkan terjadinya pertukaran
udara lebih dingin yang berasal dari luar yang masuk dari lantai yang lebih
rendah. Masuknya udara segar ini akan menyebabkan api bertambah besar
(merupakan tambahan pasokan oksigen). Hal ini tentunya bukan sesuatu hal
yang dilematis, karena pertimbangan utamanya adalah mengurangi jumlah
asap dalam bangunan dan memungkinkan petugas pemadam kebakaran
untuk dapat melihat dengan lebih jelas, sehingga mengetahui dengan pasti
permasalahan yang dihadapi. Adanya pengaliran asap memungkinkan
petugas pemadam kebakaran untuk mengendalikan api tanpa mengalami
kesulitan pandangan. Di samping itu, bekerja pada kondisi yang lebih dingin
tanpa menggunakan alat bantu pernapasan akan lebih memudahkan
pekerjaan pemadaman api.

Beberapa media yang dapat digunakan untuk mengendalikan asap sangat


tergantung dari fungsi dan luas bangunan, di antaranya:

a. Jendela, pintu, dinding/partisi dan lain-lain yang dapat dibuka sebanding


dengan luas lantai.

b. Saluran ventilasi udara yang merupakan sistem pengendalian asap otomatis.


Sistem ini dapat berupa bagian dari sistem tata udara atau ventilasi dengan
peralatan mekanis (exhaust fan atau blower) sebagaimana terlihat pada
Gambar 7.10.
Modul SSBM-04: Spesifikasi Utilitas Bangunan Gedung Bab VII: Spek.Sis. Proteksi Kebakaran

Gambar 7.10: Pengendalian Asap pada Bangunan Tinggi

c. Ventilasi di atap gedung dapat secara permanen terbuka atau dibuka dengan
alat bantu tertentu atau terbuka secara otomatis. (Gambar 7.11.).

d. Sistem penyedotan asap melalui saluran kipas udara di atas bangunan.

Gambar 7.11: Ventilasi Atap Bangunan

Sebelum tahun 1982. atrium dilarang pada bangunan tinggi, karena atrium
dikuatirkan dapat menjadi 'cerobong asap' bagi penjalaran api dan asap ke
seluruh bangunan. Tetapi sekarang banyak bangunan tinggi mempunyai
atrium di dalamnya. Hal ini diijinkan dengan memperthnbangkan hal-hal
sebagaimana yang terlihat pada Gambar 7.12. Di samping itu, terdapat
tambahan persyaratan yang perlu diperhatikan. yaitu:

a. Pintu keluar yang berada pada sekeliling atrium harus menggunakan pintu
tahan api.

b. Bangunan dengan fungsi hotel, apartemen dan asrama hanya boleh


mempunyai atrium maksimal 110 m2 dan dilengkapi dengan pintu keluar
yang tidak menuju atrium.
Modul SSBM-04: Spesifikasi Utilitas Bangunan Gedung Bab VII: Spek.Sis. Proteksi Kebakaran

Gambar 7.12: Dimensi Minimum Atrium

c. Adanya pemisahan vertikal, sehingga lubang atrium maksimal terbuka


setinggi tiga lantai.
d. Pemisahan vertikal ini berlaku pula bagi ruang pertemuan dengan kapasitas
300 orang atau lebih dan perkantoran yang berada di bawah apartemen,
hotel, atau asrama.
e. Mesanin dibuat dengan bahan yang tahan api sekurang-kurangnya dua jam.
f. Ruangan yang bersebelahan dengan mesanin dibuat dengan bahan tahan
api sekurang-kurangnya satu jam.
g. Jarak dan lantai dasar ke lantai mesanin sekurang-kurangnya adalah 2,2
meter,
h. Mesanin tidak boleh terdiri dari dua lantai.
i. 10% dari luas mesanin dapat ditutup (misalnya untuk kamar kecil, ruang
utilitas dan kompartemen).
j. Ruang mesanin yang tertutup harus mempunyai dua pintu keluar.
k. Jarak tempuh antar pintu keluar maksimum adalah 35 meter.

Berikutnya diperlihatkan beberapa tipikal tangga kedap asap, baik yang


menggunakan ventilasi alamiah (Gambar 7.13.a. dan Gambar 7.13.b.)
maupun menggunakan ventilasi mekanik (Gambar 7.13.c.)
Modul SSBM-04: Spesifikasi Utilitas Bangunan Gedung Bab VII: Spek.Sis. Proteksi Kebakaran

Gambar 7.13: Tipil Tangga Kedap Asap


Modul SSBM-04: Spesifikasi Utilitas Bangunan Gedung Bab VII: Spek.Sis. Proteksi Kebakaran

Pengendalian asap dapat dilakukan dengan beberapa cara:

a. Dengan jendela dan pintu yang dapat dibuka (Sistem 'A')


b. Terintegrasi dengan sistem tata udara (Sistem 'B')
c. Menggunakan ventilasi atap (Sistem 'C')
d. Penghisapan asap melalui saluran udara buang (exhaust fan) di atas
bangunan (sistem 'D').

7.2. PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN BAHAYA KEBAKARAN AKTIF


Tinggi bangunan merupakan faktor utama dalam penanggulangan bahaya
kebakaran. Di beberapa negara maju, bangunan yang mempunyai ketinggian
maksimum 25 meter dapat dengan mudah dipadamkan dari luar dengan
menggunakan tangga dan selang penyemprot yang dibawa oleh petugas
pemadam kebakaran. Untuk bangunan yang tingginya melebihi 25 meter,
pemadamannya perlu dilakukan dari dalam gedung. Oleh karena itu, bangunan
yang tingginya lebih dari 25 meter perlu dilengkapi dengan penyembur air
(sprinkler) yang bekerja secara otomatis, dan perlu juga disediakan lif darurat
yang dapat digunakan oleh petugas pemadam kebakaran.

7.2.1 Alat Penginderaan/Peringatan Dini (Detektor)

Kecepatan evakuasi orang pada bangunan pada saat kebakaran baru saja
terjadi akan mengurangi kemungkinan banyaknya penghuni/pengguna
bangunan yang mengalami celaka/luka. Untuk keperluan ini, detektor asap dan
panas akan memberikan peringatan dini dan dengan demikian memberikan
banyak manfaat pada bangunan, karena biasanya evakuasi orang keluar
gedung membutuhkan waktu yang cukup panjang.

Ada beberapa jenis detektor yang dapat digunakan dalam gedung (Gambar
7.14.). Detektor ionisasi umumnya ditempatkan di dapur atau ruangan yang
berisi gas yang mudah terbakar/atau meledak. Detektor ini akan memberikan
peringatan jika terjadi kebocoran gas pada tingkat tertentu, sebelum terjadinya
kebakaran. Detektor asap me-rupakan alat yang diaktifkan oleh
fotoelektrik/fotoelektronik atau sel ion sebagai sensornya, sedang detektor
panas terdiri dari sebuah elemen yang sensitif terhadap perubahan suhu dalam
ruangan, yang diaktifkan oleh sirkuit elektronik. Selanjutnya, detektor ini
dihubungkan dengan alarm dan juga papan indikator untuk mengetahui lokasi
sumber api.
Modul SSBM-04: Spesifikasi Utilitas Bangunan Gedung Bab VII: Spek.Sis. Proteksi Kebakaran

Gambar 7.14: Jenis-jenis Peringatan Dini Bahaya Kebakaran

7.2.2 Hidran dan Selang Kebakaran

Jika kebakaran diketahui secara lebih awal, maka kebakaran yang terjadi dapat
di-tanggulangi oleh penghuni/pengguna bangunan itu sendiri, sebelum api
menjadi besar dan tak terkendali. Sangat penting untuk segera memberitahukan
barisan/unit pemadam kebakaran tentang adanya suatu kebakaran. Pemadam
Api Ringan (PAR- Fire Extinghuiser) telah membuktikan kegunaan praktisnya
sebagai pencegah kebakaran kecil, termasuk oleh orang yang tidak
berpengalaman.

Berdasarkan lokasi penempatan, jenis hidran kebakaran dibagi atas:

1. Hidran Bangunan (Kotak Hidran - Box Hydrant)

Lokasi dan jumlah hidran dalam bangunan diperlukan untuk menentukan


kapasitas pompa yang digunakan untuk menyemprotkan air. Hidran perlu
ditempatkan pada jarak 35 meter satu dengan lainnya, karena panjang selang
kebakaran dalam kotak hidran adalah 30 meter, ditambah sekitar 5 meter jarak
semprotan air. Pada atap bangunan yang tingginya lebih dari 8 lantai, perlu
Modul SSBM-04: Spesifikasi Utilitas Bangunan Gedung Bab VII: Spek.Sis. Proteksi Kebakaran

juga disediakan hidran untuk mencegah menjalarnya api ke bangunan yang


bersebelahan (Gambar 7.15).

Gambar 7.15: Kotak Hidran

Hidran/selang kebakaran haras diletakkan di tempat yang mudah terjangkau


dan relatif aman, dan pada umumnya diletakkan di dekat pintu darurat
(Gambar 7.16.).

Gambar 7.16: Tipikal Letak Pipa Kebakaran dan Kotam Hitam

2. Hidran Halaman (Pole Hydrant)

Hidran ditempatkan di luar bangunan pada lokasi yang aman dari api (Gambar
7.17.) dan penyaluran pasokan air ke dalam bangunan dilakukan melalui
katup 'Siamese' (Gambar 7.18.).
Modul SSBM-04: Spesifikasi Utilitas Bangunan Gedung Bab VII: Spek.Sis. Proteksi Kebakaran

Gambar 7.17: Jarak Aman Hidran Halaman

Gambar 7.18: Hidran Halaman dan Katup ”Siamese”

3. Hidran Kota (Fire Hydrant)

Hidran kota bentuknya sama dengan Hidran halaman, tetapi mempunyai dua
atau tiga lubang untuk selang kebakaran.

Komponen hidran kebakaran terdiri dari: sumber air, pompa-pompa


kebakaran, selang kebakaran, penyambung, dan perlengkapan lainnya.

Untuk hidran kebakaran, diperlukan persyaratan teknis sesuai ketentuan


sebagai berikut:

1. Sumber persediaan air untuk hidran harus diperhitungkan minimum untuk


pemakaian selama 30 menit.
2. Pompa kebakaran dan peralatan listrik lainnya harus mempunyai aliran
listrik tersendiri dan sumber daya listrik darurat.
3. Selang kebakaran dengan diameter minimum 1,5 inci (3,8 cm.) harus
terbuat dari bahan yang tahan panas. dengan panjang maksimum 30
meter.
Modul SSBM-04: Spesifikasi Utilitas Bangunan Gedung Bab VII: Spek.Sis. Proteksi Kebakaran

4. Harus disediakan kopling penyambung yang sama dengan kopling dari


Barisan/Unit Pemadam Kebakaran.
5. Semua peralatan hidran harus dicat dengan waina merah.

Selanjutnya, pemasangan hidran kebakaran juga perlu memperhatikan hal-hal


sebagai berikut:

1. Pipa pemancar harus sudah terpasang pada selang kebakaran.


2. Hidran bangunan yang menggunakan pipa tegak (riser) ukuran 6 inci (15
cm) harus dilengkapi dengan kopling outlet dengan diameter 2.5 inci yang
bentuk dan ukurannya sama dengan kopling dari barisan/unit pemadam
kebakaran dan ditem-patkan pada rempat yang mudah dicapai oleh
petugas pemadam kebakaran.
3. Hidran halaman harus disambungkan dengan pipa induk dengan ukuran
diameter minimum 6 inci (15 cm.) dan mampu mengalirkan air 1.000
liter/menit. Maksimal jarak antar hidran adalah 200 meter dan penempatan
hidran harus mudah dicapai oleh mobil pemadam kebakaran (lihat Gambar
7.17.).
4. Hidran halaman yang mempunyai dua kopling outlet harus menggunakan
katub pembuka dengan diameter 4 inci (10 cm.) dan yang mempunyai tiga
kopling outlet harus menggunakan katup pembuka dengan diameter 6 inci
(15 cm.).
5. Kotak hidran bangunan harus mudah dibuka, dapat terlihat dan terjangkau
dan tidak terhalang oleh benda apapun.

7.2.3 Sprinkler

Untuk gedung yang tidak secara terus menerus digunakan, peringatan dini
kebakaran dengan menggunakan peralatan otomatis sangat diperlukan, agar
barisan pemadam kebakaran dapat segera menanggulangi kebakaran yang
terjadi. Penyembur air/gas (sprinkler) menyediakan suatu bentuk peringatan dan
terbukti merupakan alat pencegah/pe-madam api yang baik, sebelum api menjadi
besar dan tak terkendali serta menimbulkan banyak kerugian pada manusia.
bangunan, dan isinya. Pada sebagian besar bangunan tinggi, sprinkler ini
memberikan reaksi (response) yang cepat pada saat terjadinya api dan
memberikan waktu yang cukup bagi penghuni/pengguna bangunan untuk
mengatur proses evakuasi.
Modul SSBM-04: Spesifikasi Utilitas Bangunan Gedung Bab VII: Spek.Sis. Proteksi Kebakaran

Air tidak selalu cocok untuk memadamkan api yang berasal dari cairan yang berat
jenisnya lebih ringan dari air (seperti bensin dan spiritus/alkohol). atau api yang di-
sebabkan oleh arus pendek listrik karena air juga dapat membahayakan orang
akibat sengatan listrik. Air juga dapat merusak isi bangunan (misalnya: buku dan
alat-alat elektronik). Oleh karenanya, pada museum atau tempat penyimpanan
benda-benda seni, penggunaan busa, zat kimia kering dan karbon dioksida (CO2)
mungkin lebih cocok untuk memadamkan api.

Di beberapa negara maju, sprinkler otomatis disyaratkan untuk dipasangkan pada


bangunan yang tingginya lebih dari 25 meter. Di Indonesia, paduan pemasangan
sistem sprinkler untuk pencegahan bahaya kebakaran bangunan ditentukan
berdasarkan Standar Konstruksi Bangunan Indonesia (SKBI): 3.4.53.1987 yang
disahkan dengan Keputusan Menteri Pekerjaan Umum nomor 378/KPTS/1987,
sebagaimana tertera pada Tabel 7.2.

Tabel 7.2: Klasifikasi Bangunan

Klasifikasi Bangunan Tinggi/Jumlah Lantai Penggunaan Sprinkler

A. Tidak Bertingkat Ketinggian sampai dengan 8 Tidak diharuskan


meter atau satu lantai

B. Bertingkat Rendah Ketinggian sampai dengan 8 Tidak diharuskan


meter atau dua lantai

C. Bertingkat Rendah Ketinggian sampai dengan 14 Tidak diharuskan


meter atau 4 lantai

D. Bertingkat Tinggi Ketinggian sampai dengan 40 Tidak diharuskan


meter atau 8 lantai

E. Bertingkat Tinggi Ketinggian sampai dengan 40 Tidak diharuskan, mulai dari


meter atau 8 antai lantai satu

Sprinkler dipasang pada jarak tertentu dan dihubungkan dengan jaringan pipa air
bertekanan tinggi (minimum 0,5 kg/cm2). Kepala sprinkler dirancang untuk
berfungsi jika panas telah mencapai suhu tertentu (Gambar 7.20). Umumnya
sprinkler dirancang untuk suhu 68° C dan air akan memancar pada radius sekitar
3,50 meter. Suhu kerja sprinkler dapat dilihat dari wama cairan yang ada dalam
tabung gelas pada Kepala Sprinkler (Tabel 7.3.) sedangkan untuk sprinkler yang
menggunakan segel kita dapat merujuk pada Tabel 7.4.
Modul SSBM-04: Spesifikasi Utilitas Bangunan Gedung Bab VII: Spek.Sis. Proteksi Kebakaran

Gambar 7.19: Sprinkler

Tabel 7.3: Warna Cairan Tabung Gelas Sprinkler

Warna Cairan Suhu Pecah Tabung

Jingga 57oC
Merah 68oC
Kuning 79oC
Hijau 93oC
Biru 141oC
Ungu 182oC
Hitam 204oC / 260oC

Tabel 7.4: Warna Segel Sprinkler

Warna Segel Suhu Leleh Segel

Tak berwarna 68oC / 74oC


Putih 93oC
Biru 141oC
Kuning 182oC
Merah 227oC

Jika sprinkler bekerja, tekanan air dalam pipa akan turun, dan sensor otomatis
akan memberi tanda bahaya (alarm) dan lokasi yang terbakar akan terlihat pada
panel pengendalian kebakaran. Meskipun sistem sprinkler tidak pernah aktif
untuk jangka waktu yang cukup panjang. sesungguhnya sistem tersebut harus
Modul SSBM-04: Spesifikasi Utilitas Bangunan Gedung Bab VII: Spek.Sis. Proteksi Kebakaran

selalu ada dalam keadaan siap jika sewaktu-waktu terjadi kebakaran. Untuk itu
pemeriksaan dan latihan kebakaran perlu dilakukan secara berkala.

Susunan pemasangan pipa sprinkler dapat berupa:

a. Susunan cabang tunggal dengan kepala sprinkler dan pemasokan air di


tengah (Gambar 7.20.a.),
b. Susunan cabang tunggal dengan tiga kepala sprinkler dan pemasokan air di
ujung (Gambar 7.20.b.).
c. Susunan cabang ganda dengan tiga kepala sprinkler dan pemasokan air di
tengah (Gambar 7.20.c.).
d. Susunan cabang ganda dengan tiga kepala sprinkler dan pemasokan air di
ujung (Gambar 7.20.d.).

Gambar 7.20: Susunan Pipa Cabang Sprinkler

7.2.4 Pasokan Air

Pada kota-kota besar, diperlukan air untuk keperluan hidran, selang kebakaran,
dan sistem sprinkler yang dapat dipasok dan jaringan pipa air di jalan-jalan
utama. Untuk keperluan praktis. air dapat diperoleh dengan menyedot air dari
kolam renang, waduk, saluran riol kota atau sungai. Pengambilan air laut juga
cukup efektif, asal saja pipa yang digunakan telah dipertimbangkan terhadap
Modul SSBM-04: Spesifikasi Utilitas Bangunan Gedung Bab VII: Spek.Sis. Proteksi Kebakaran

kemungkinan terjadinya korosi. Pada daerah pinggiran kota, di mana


kadangkala pipa distribusi air pada jalan-jalan utama belum tersedia, tangki
persediaan air atau bendungan dengan kapasitas penyimpanan yang cukup
besar diperlukan untuk dapat memadamkan api, jika terjadi kebakaran.

Sejumlah cadangan air diperlukan untuk hidran dan sistem sprinkler, dan
umumnya disimpan dalam tempat penyimpanan air tertentu (reservoir). Jika
dimungkinkan, suatu tangki penyimpanan air dapat difungsikan ganda, baik
untuk keperluan keseharian maupun untuk keperluan pemadaman api. Agar di
dalam tangki selalu tetap tersedia cadangan air yang dapat dipergunakan jika
sewaktu-waktu terjadi kebakaran, maka lubang pasokan (outlet) untuk
kebutuhan keseharian dibedakan dengan lubang untuk keperluan pemadaman
api. (Gambar 7.21.)

Gambar 7.21: Tangki Penyimpanan Air Berfungsi Ganda

Pasokan air dari luar harus ditanam di dalam tanah dan jika seandainya
dipasang di atas permukaan tanah, maka pipa perlu ditopang oleh struktur yang
tidak akan runtuh pada saat terjadi kebakaran.

a. Tangki Air

Untuk bangunan tinggi, diperlukan tangki air di atas bangunan untuk


menyediakan air dengan tekanan tinggi yang dibutuhkan untuk
penyemprotan melalui hidran di bawahnya. Air yang tersimpan di dalam
tangki harus cukup untuk kebutuhan awal terjadinya api (sekitar 30 menit),
di mana waktu itu diperkirakan adalah waktu yang cukup bagi mobil barisan
pemadam kebakaran untuk melakukan persiapan. Tangki dengan kapasitas
Modul SSBM-04: Spesifikasi Utilitas Bangunan Gedung Bab VII: Spek.Sis. Proteksi Kebakaran

25 m3 cukup untuk memasok kebutuhan dua hidran yang beroperasi


selama sekitar 30 menit.

b. Tekanan Air

Tekanan air di berbagai lokasi kota berbeda. Pada umumnya tekanan air
tidak cukup kuat untuk hidran/selang kebakaran yang ditempatkan pada
ketinggian lebih dari 14 meter dari permukaan tanah. Untuk kondisi ini,
pompa diperlukan untuk memberikan tekanan yang cukup. Pada lokasi di
mana pasokan air tidak memadai, maka tangki air di atas bangunan dan
pompa tekan (booster pump) diperlukan untuk bangunan yang mempunyai
ketinggian kurang dari 25 meter.

Untuk efektivitas pengoperasian, tekanan hidran harus dapat menjangkau


ketinggian antara 26 - 66 meter (0,5 kg/cm2). Jika tekanan air terlalu
rendah, jarak semprotan air menjadi pendek, sebaliknya jika tekanan terlalu
tinggi, selang sulit dikendalikan. Pada bangunan yang sangat tinggi (> 40
meter), tekanan hidran perlu dibagi dalam tingkatan agar memenuhi kriteria
yang disyaratkan.

Tekanan air pada lantai atau satu lantai di bawah tangki air ditempatkan,
biasanya lebih rendah dari yang disyaratkan bagi pengoperasian hidran.
Untuk itu diperlukan pompa diesel untuk memberikan tambahan tekanan
air.

Untuk pangujian yang tingginya lebih dari 14 meter, perlu ditempatkan


penghubung hidran (Siamese) di luar bangunan, agar petugas pemadam
kebakaran dapat meng-hubungkan selang ke peralatan di mobil pemadam
kebakaran. sehingga jumlah dan tekanan air yang masuk ke dalam
instalasi/jaringan hidran di dalam bangunan dapat ditingkatkan.
Modul SSBM-04: Spesifikasi Utilitas Bangunan Gedung Bab VII: Spek.Sis. Proteksi Kebakaran

BAB VII........................................................................................................................ 1
SPESIFIKASI SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN ....................................................... 1
7.1. SISTEM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN BAHAYA KEBAKARAN
PASIF 1
7.1.1 Konstruksl Tahan Api ............................................................................. 1
7.1.2 Pintu Keluar........................................................................................... 2
7.1.3 Koridor dan Jalan Keluar ....................................................................... 4
7.1.4 Kompartemen........................................................................................ 5
7.1.5 Evakuasi Darurat ................................................................................... 5
7.1.6 Pengendalian Asap ............................................................................... 9
7.2. PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN BAHAYA KEBAKARAN AKTIF14
7.2.1 Alat Penginderaan/Peringatan Dini (Detektor) ..................................... 14
7.2.2 Hidran dan Selang Kebakaran ............................................................ 15
7.2.3 Sprinkler .............................................................................................. 18
7.2.4 Pasokan Air ......................................................................................... 21
Modul SSBM-04: Spesifikasi Utilitas Bangunan Gedung Rangkuman

RANGKUMAN

BAB I GAMBAR INSTALASI TERPASANG

Dalam pemasangan instalasi bangunan gedung perlu diperhatikan beberapa hal yaitu :
a. Secara umum gambar harus dilengkapi dengan keterangan yang menggunakan
Bahasa Indonesia.
b. Teknik menggambar harus benar dengan notasi yang baku (mis.: untuk sistem
plambing, listrik, mekanikal, dll).
c. Skala mengikuti ketentuan yang umum, dan dapat disesuaikan dengan kebutuhan.
d. Ukuran kertas A1 atau A0

BAB II SPESIFIKASI SISTEM TRANSPORTASI VERTIKAL

Pada abad ke-19, tambang dan katrol digunakan untuk mengangkut orang dan barang
pada bangunan bertingkat. Peralatan ini digerakkan oleh tenaga air atau uap, yang
selanjutnya berkembang dengan ditemukannya motor listrik. Pada tahun 1852 William
Otis mendemonstrasikan lif untuk pertama kali dengan memperhatikan aspek-aspek
keselamatan manusia dan gedung pencakar langit yang pertama menggunakan lif
dengan mesin traksi yang diletakkan di puncak bangunan adalah gedung Woolworth yang
dibangun di New York tahun 1914.

Dewasa ini, terdapat dua jenis lif yang umum digunakan, yaitu jenis dengan motor
penggerak (traction lift) dan jenis dengan dongkrak hidrolik (hydraulic lift). Untuk lif
dengan motor penggerak. peletakan mesin dapat berada di atas ruang luncur (di
penthouse) atau di basemen (di samping ruang luncur).

Pada bangunan yang tinggi dan luas, jumlah lif yang diperlukan meningkat sebanding
dengan jumlah lantai yang dilayani. Dengan demikian, jika mencapai suatu ketmggian
tertentu. maka areal luas yang digunakan untuk menempatkan lif menjadi meningkat
dan melebihi ketentuan ekonomis (di atas 20% luas lantai). Jadi. pada umumnya
sebuah lif hanya melayani sekitar 12-15 lantai, agar tidak melampaui batas tunggu
dan jumlah waktu perjalanan yang disyaratkan.

Rancangan, instalasi, dan pemeliharaan untuk berbagai jenis peralatan lif sangat
tergantung pada peraturan dan ketentuan daerah setempat. Di Indonesia
rekomendasi penggunaan lif diberikan oleh Departemen Ketenagakerjaan, karena
menyangkut kesehatan dan keselamatan kerja orang yang ada pada bangunan
tersebut.
Modul SSBM-04: Spesifikasi Utilitas Bangunan Gedung Rangkuman

Ketentuan rancangan juga berkaitan dengan dimensi ruang mesin, akses yang
diperlukan, pencahayaan dan ventilasi. Persyaratan dan peraturan mungkin berbeda
antar daerah yang satu dengan yang lainnya. tetapi pada dasarnya menuntut
disediakannya suatu sistem peralatan, baik yang manual maupun yang otomatis,
sehingga lif dapat secara aman dioperasikan untuk kepentingan umum.

Kapasitas atau daya angkut suatu sistem lif harus cocok dengan kebutuhan trans-
portasi vertikal pada bangunan tertentu yang secara konsisten mengacu pada kriteria
rancangan kualitas bangunan. Rancangan yang tepat dapat dilakukan berdasarkan
jumlah mesin, ukuran, dan kecepatannya. Meskipun demikian perhitungan perjalanan
penumpang dilakukan berdasarkan anggapan yang diperoleh dari pengalaman atau
pengamatan terdahulu.

Perhitungan harus dilakukan secara realistis terhadap kebutuhan sekarang dan per-
kiraan di masa yang akan datang, mengingat sangat sulitnya kita melakukan
modifikasi setelah sistem lif terpasang. Penyempumaan hanya mungkin dilakukan
dengan mening-katkan sistem pengendalian, atau mungkin menambah kecepatan
mesin lif. Secara ideal, lif dirancang untuk melayani beban puncak (peak atau rush
hour).

BAB III SPESIFIKASI SISTEM PLAMBING DAN POMPA MEKANIK

Instalasi pipa pada bangunan tinggi digunakan untuk mengalirkan air bersih (panas
dan dingin), air es untuk keperluan tata udara, air untuk keperluan pencegahan dan
penang-gulangan bahaya kebakaran, pembuangan air kotor, air buangan, air hujan,
dan air limbah. Di samping itu, ada pula jaringan pipa untuk ventilasi dan saluran gas,
dan di rumah sakit terdapat pula saluran oksigen.

Jenis pipa yang digunakan juga beragam jenisnya: air bersih dialirkan melalui pipa
besi (steel pipe atau black pipe), pipa galvanis, pipa Poly Vinyl Chloride (PVC) atau
pipa tembaga (copper pipe). Pipa yang digunakan untuk keperluan pencegahan dan
penanggulangan bahaya kebakaran (hidran dan sprinkler), dituntut untuk mampu
menahan tekanan tertentu.

Jaringan pipa diatur menurut arah vertikal (riser, down feed, atau stand pipe) yang
disembunyikan dalam saluran di dalam tembok (shaft) sebagaimana terlihat pada
Gambar 3.1, sedangkan pada arah horizontal, biasanya ditempatkan di atas langit-
langit atau di lantai instalasi (lantai mekanik dan elektrik).
Modul SSBM-04: Spesifikasi Utilitas Bangunan Gedung Rangkuman

BAB IV SPESIFIKASI SISTEM PENGKONDISIAN UDARA DAN VENTILASI

Pada bangunan, ventilasi dan orientasi matahari adalah dua faktor utama yang
terkait dengan kepedulian kita terhadap lingkungan, karena secara langsung hal ini
berhubungan dengan tingkat kenyamanan. kesehatan, dan kenikmatan penghuni
atau pengguna bangunan. Ventilasi dibuat demi menjamin tersedianya udara luar
yang masuk ke dalam ruangan. sebab jika pertukaran udara cukup baik,
penghawaan dan pengkondisian udara dalam bangunan tidak begitu diperlukan.
Orientasi matahari berhubungan dengan cahaya yang dapat dimanfatkan dalam
ruang, agar tidak diperlukan pencahayaan buatan. Namun perlu pula
dipertimbangkan agar radiasi panas dapat dikurangi, sehingga suhu udara tidak
meningkat, yang berakibat diperlukannya pengkondisian udara atau ventilasi
mekanik.

Kedua faktor tersebut. ventilasi dan orientasi matahari, akan terkait pada rancangan
bangunan. Yang perlu diperhatikan adalah bagaimana agar penggunaan energi
untuk penghauaan/pengkondisian udara dan pencahayaan buatan dapat dibuat
seefisien mungkin.

Dewasa ini perancangan dan penyelenggaraan bangunan yang dilakukan dengan


pendekatan teknologi modern dimaksudkan untuk menghasilkan tingkat kenyamanan
dan kenikmatan yang tinggi bagi pengguna atau penghuni bangunan. Namun
demikian. tanpa disadari, bangunan modern juga mendatangkan permasalahan yang
terkait dengan menurunnya mutu lingkungan.

Metode dan penggunaan bahan bangunan yang digunakan saat ini banyak yang
dapat berdampak pada kesehatan manusia dan pencemaran lingkungan, mengingat
bahwa sebagian besar bahan bangunan yang digunakan merupakan bahan buatan
pabrik yang diolah dan dibuat dengan menggunakan campuran bahan kimia atau
menggunakan sumber daya alam secara tidak teratur dan tidak terencana.

Bangunan modern yang dirancang agar dapat melindungi manusia dari gangguan
luar (ruaca, binatang dan kejahatan manusia), merupakan suatu wadah fisik yang
terlindungi dari cuaca dengan atap yang tidak bocor, jendela yang tertutup agar tidak
terkontaminasi dengan udara yang sudah tercemar, dan dilengkapi dengan
penghawaan dan pencahayaan buatan serta diperindah dengan penutup lantai,
dinding, dan plafon yang terbuat dari bahan-bahan sintetik. Tanpa disadari,
Modul SSBM-04: Spesifikasi Utilitas Bangunan Gedung Rangkuman

bangunan modern seperti ini memberi peluang menurunnya mutu udara di dalam
bangunan. akibat pertukaran udara yang kurang baik.

Mutu udara di dalam bangunan bertambah buruk dengan digunakannya obat


pembasmi serangga (nyamuk, kecoa, dan serangga lainnya), tanaman bias di dalam
ruangan, asap rokok dan debu, serta gas beracun lainnya yang berasal dari dapur
dan garasi. Penurunan mutu udara di dalam ruangan menyebabkan meningkatnya
jumlah anak yang terkena penyakit asma dan alergi. Hal ini disebabkan sebagian
besar akitivitas manusia dilakukan di dalam ruangan (manusia menggunakan sekitar
90% waktunya di dalam ruangan, baik di rumah maupun di tempat kerja/kantor).

BAB V SPESIFIKASI SISTEM LISTRIK DAN PENERANGAN

Sumber daya listrik digunakan untuk keperluan penerangan, menjalankan pompa, lif, dan
transportasi vertikal. Daya listrik PLN dialirkan ke panel distribusi untuk selanjutnya
dialirkan ke lokasi dalam bangunan dengan menggunakan berbagai ragam kabel yang
kemudian dibedakan warnanya.

Jenis lampu ini dahulu diperkembangkan oleh Thomas Alva Edison dengan memakai zat
arang sebagai filamennya. Kini terutama dipakai filamen tungsten, mengingat suhu
operasi dan effisiensinya yang tinggi di dalam mengubah energi listrik menjadi cahaya, di
samping relatif murah serta mudah pengerjaannya. Filamen ini akan menguap sehingga
lambat laun berkurang ukurannya, dan berkurang pula cahaya yang dipancarkan. Untuk
sedapat-dapatnya mencegah penguapan tersebut, lampu dapat diisi gas nitrogen, argon,
krypton, hydrogen, atau campuran dan padanya, bertekanan 0,8 atm. Gas ini bersifat
inert, yaitu tidak dapat bersenyawa dengan bahan filamennya. Untuk mencegah
menghitamnya bola lampu, dapat ditambahkan sedikit halogen (iodine, fluorine, bromine,
dll.).

Tokoh yang mengembangkan lampu-lampu ini ialah Sir Humphry Davy. Kita mulai dengan
meninjau lampu pelepasan listrik benisi gas air raksa bertekanan rendah (sekitar 0,00008
atmosfir), yang disebut lampu fluorescent. Gas air raksa mi mengubah 60 % dan input
Watt menjadi radiasi ultraungu dengan panjang gelombang 2537 Angstrom dan 2,25 %
menjadi cahaya yang kelihatan dengan panjang gelombang-gelombang tertentu 4.047,
4.358, 5.461, dan 5.780 Angstrom.

Lampu pijar dengan filamen dan zat arang pada tahun 1880 masih sangat rendah
effisiensinya, yaitu hanya menghasilkan fluks cahaya 3 lumen untuk setiap watt yang
dikonsumsi. Setelah beralih kepada filamen dan tungsten tercapai kemajuan-kemajuan
Modul SSBM-04: Spesifikasi Utilitas Bangunan Gedung Rangkuman

pesat, yaitu melampaui 10 lumen/watt sekitar tahun 1905, melampaui 20 lumen/watt


sekitar 1950, dan bahkan mencapai 30 lumen/watt sesudah tahun 1970.

BAB VI SPESIFIKASI TATA SUARA DAN KOMUNIKASI

Berbeda dengan sistem penerangan yang menggunakan arus bolak balik (AC),
sistem komunikasi dan tata suara pada umumnya menggunakan arus searah (DC).
Ruang untuk jaringan elektrik dan telepon harus disusun secara baik agar
memudahkan keperluan pemeriksaan.

BAB VII SPESIFIKASI SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN

Sistem pencegahan secara pasif bertumpu pada rancangan bangunan yang


memungkinkan orang keluar dari bangunan dengan selamat pada saat terjadi
kebakaran atau kondisi darurat lainnya.

Konsep konstruksi tahan api terkait pada kemampuan dinding luar, lantai, dan atap
untuk dapat menahan api di dalam bangunan atau kompartemen. Dahulu. sistem
yar.g mengukur ketahanan terhadap kebakaran dihitung dalam jumlah jam, dan
kandungan bahan struktur tahan api. Namun sekarang. hal ini dianggap tidak cukup.
dan spesifikasi praktis yang digunakan adalah suatu konstruksi yang mempunyai
tingkat kemampuan untuk bertahan terhadap api. Defmisi ini menyatakan beberapa
ketentuan yang terka.it pada kemampuan struktur untuk tahan terhadap api tanpa
mengalami perubahan benruk (deformasi) yang berarti. dan mencegah menjalarnya
api ke seluruh bangunan.

Koridor dan jalur keluar harus dilengkapi dengan tanda yang menunjukkan arah dan
lokasi pintu keluar. Tanda 'EXIT' atau 'KELUAR' dengan anak panah menunjukkan
arah menuju pintu keluar atau tangga kebakaran/darurat, dan harus ditempatkan pada
setiap lokasi di mana pintu keluar terdekat tidak dapat langsung terlihat.

Kompartemen merupakan konsep yang penting dalam usaha penyelamatan manusia


dalam menghadapi bahaya kebakaran. Gagasan dasarnya adalah menahan dan
membatasi penjalaran api agar dapat melindungi penghuni atau pengguna bangunan
dan barang-barang dalam bangunan untuk tidak secara langsung bersentuhan
dengan sumber api.
Modul SSBM-04: Spesifikasi Utilitas Bangunan Gedung Rangkuman

Dengan makin banyaknya ancaman bahaya teror pada bangunan tinggi, perlulah
dicari upaya untuk dapat mengevakuasi 5.000 orang dalam waktu kurang dari 30
menit tanpa menggunakan tangga atau lif.

Suatu sistem yang dikembangkan baru-baru ini di Amerika Serikat merupakan fasilitas
evakuasi sebagai upaya yang terakhir jika orang terperangkap pada bangunan tinggi.
Teknologi ini bergantung pada tahanan udara dinamik. Pada saat evakuasi darurat, di
mana tangga dan lif tidak lagi berfungsi, maka penghuni/pengguna bangunan akan
menggunakan sejenis sabuk pengaman yang dikaitkan pada gulungan kabel. Begitu
gulungan ini terkunci pada sistem inti, yang merupakan perangkat kipas udara yang
kokoh dan diangkur pada bangunan, maka orang dapat melompat dan mendarat di
tanah dengan selamat. Tahanan dari bilah baling-baling kipas udara akan berputar
pada saat gulungan kabel terurai pada kecepatan di bawah 3,7 meter/detik.

Evakuasi darurat lain yang dapat digunakan adalah menggunakan semacam kantong
peluncur (chute system) yang ditempatkan pada ruang tangga. Dengan adanya
sistem ini, orang dapat memilih untuk keluar bangunan melalui tangga darurat atau
menggunakan kantong peluncur. Chute system ini dapat digunakan dengan aman
oleh orang cacat untuk mencapai lantai dasar dengan aman dan cepat.

Asap menjalar akibat perbedaan tekanan yang disebabkan oleh adanya perbedaan
suhu ruangan. Pada bangunan tinggi, perambatan asap juga disebabkan oleh
dampak timbunan asap yang mencari jalan keluar dan dapat tersedot melalui lubang
vertikal yang ada, seperti ruang tangga. ruang luncur lif, ruang saluran vertikal (shaft)
atau atrium. Perambatan ini dapat pula terjadi melalui saluran tata udara yang ada
dalam bangunan. Pada pusat perbelanjaan, mal, bioskop dan ruang
pertemuan/konvensi, berpeluang untuk menghasilkan timbunan asap dan panas
pada waktu terjadinya kebakaran. Pada situasi seperti ini, asap dapat menjalar
secara horizontal, menghalangi petugas pemadam kebakaran dan menyebabkan
terjadinya panas lebih awal sebelum api menjalar ke tempat itu. Asap panas dapat
menimbulkan titik api baru dan mensurangi efektivitas sistem sprinkler. Untuk
mencegah terjadinya penjalaran asap secara horizontal, dalam gedung perlu
dipasang tirai penghalang asap.

Kecepatan evakuasi orang pada bangunan pada saat kebakaran baru saja terjadi
akan mengurangi kemungkinan banyaknya penghuni/pengguna bangunan yang
mengalami celaka/luka. Untuk keperluan ini, detektor asap dan panas akan
memberikan peringatan dini dan dengan demikian memberikan banyak manfaat pada
Modul SSBM-04: Spesifikasi Utilitas Bangunan Gedung Rangkuman

bangunan, karena biasanya evakuasi orang keluar gedung membutuhkan waktu yang
cukup panjang.

Ada beberapa jenis detektor yang dapat digunakan dalam gedung. Detektor ionisasi
umumnya ditempatkan di dapur atau ruangan yang berisi gas yang mudah
terbakar/atau meledak. Detektor ini akan memberikan peringatan jika terjadi
kebocoran gas pada tingkat tertentu, sebelum terjadinya kebakaran. Detektor asap
me-rupakan alat yang diaktifkan oleh fotoelektrik/fotoelektronik atau sel ion sebagai
sensornya, sedang detektor panas terdiri dari sebuah elemen yang sensitif terhadap
perubahan suhu dalam ruangan, yang diaktifkan oleh sirkuit elektronik. Selanjutnya,
detektor ini dihubungkan dengan alarm dan juga papan indikator untuk mengetahui
lokasi sumber api.

Jika kebakaran diketahui secara lebih awal, maka kebakaran yang terjadi dapat di-
tanggulangi oleh penghuni/pengguna bangunan itu sendiri, sebelum api menjadi
besar dan tak terkendali. Sangat penting untuk segera memberitahukan barisan/unit
pemadam kebakaran tentang adanya suatu kebakaran. Pemadam Api Ringan (PAR-
Fire Extinghuiser) telah membuktikan kegunaan praktisnya sebagai pencegah
kebakaran kecil, termasuk oleh orang yang tidak berpengalaman.

Untuk gedung yang tidak secara terus menerus digunakan, peringatan dini kebakaran
dengan menggunakan peralatan otomatis sangat diperlukan, agar barisan pemadam
kebakaran dapat segera menanggulangi kebakaran yang terjadi. Penyembur air/gas
(sprinkler) menyediakan suatu bentuk peringatan dan terbukti merupakan alat
pencegah/pemadam api yang baik, sebelum api menjadi besar dan tak terkendali
serta menimbulkan banyak kerugian pada manusia. bangunan, dan isinya. Pada
sebagian besar bangunan tinggi, sprinkler ini memberikan reaksi (response) yang
cepat pada saat terjadinya api dan memberikan waktu yang cukup bagi
penghuni/pengguna bangunan untuk mengatur proses evakuasi.

Pada kota-kota besar, diperlukan air untuk keperluan hidran, selang kebakaran, dan
sistem sprinkler yang dapat dipasok dan jaringan pipa air di jalan-jalan utama. Untuk
keperluan praktis. air dapat diperoleh dengan menyedot air dari kolam renang, waduk,
saluran riol kota atau sungai. Pengambilan air laut juga cukup efektif, asal saja pipa
yang digunakan telah dipertimbangkan terhadap kemungkinan terjadinya korosi. Pada
daerah pinggiran kota, di mana kadangkala pipa distribusi air pada jalan-jalan utama
Modul SSBM-04: Spesifikasi Utilitas Bangunan Gedung Rangkuman

belum tersedia, tangki persediaan air atau bendungan dengan kapasitas penyimpanan
yang cukup besar diperlukan untuk dapat memadamkan api, jika terjadi kebakaran.

Sejumlah cadangan air diperlukan untuk hidran dan sistem sprinkler, dan umumnya
disimpan dalam tempat penyimpanan air tertentu (reservoir). Jika dimungkinkan,
suatu tangki penyimpanan air dapat difungsikan ganda, baik untuk keperluan
keseharian maupun untuk keperluan pemadaman api. Agar di dalam tangki selalu
tetap tersedia cadangan air yang dapat dipergunakan jika sewaktu-waktu terjadi
kebakaran, maka lubang pasokan (outlet) untuk kebutuhan keseharian dibedakan
dengan lubang untuk keperluan pemadaman api.
Modul SSBM-04: Spesifikasi Utilitas Bangunan Gedung Daftar Pustaka

DAFTAR PUSTAKA

1. ,Peraturan Beton Indonesia 1971.

2. CONQUAS (Contruction Quality Assessment System) yang dikembangkan oleh


BCA (Building and Construction Assessment Authority).

3. Bill Creech, The Five Pillars of TQM (Lima Pilar TQM) Binarupa Aksara, 1996

4. Camellerie, J.F, Construction Methods and Equipment, Part 23 of Handbook of


Concrete Engineering by Marj Fintel, Van Nostrand Reinhold Company, New
York,1974

5. Caterpilar Performance Handbook, Edition 29

6. Fandy Ciptono & Anastasia Diana, Total Quality manajemen, Penerbit Andi Offset
Yogyakarta 1995.

7. Freedman, Sidney, Properties of Materials for reinforced Concrete, Part 6 of Handbook


of Concrete Engineering by Marj Fintel, Van Nostrand Reinhold Company, New York,
1974

8. Imam Soekoto, Mempersiapkan Lapisan Dasar Konstruksi I & II

9. Ir. Rochmanhadi, Alat-alat Berat dan Penggunaannya

10. Istimawan Dipohusodo, Manajemen Proyek dan Konstruksi, Kanisius Yogyakarta, 1996

11. James M Luthin, Drainage Engineering

12. Jimmy S. Juwana, Ir, MSAE, Sistem Bangunan Tinggi, Penerbit Erlangga 2005

13. Keputusan Menteri KIMPRASWIL Nomer : 362/KPTS/M/2004, tentang : Sistem


Manajemen Mutu Konstruksi Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah.

14. Keputusan Menteri Nomor 382/KPTS/M/2004 tentang Sistem Manajemen Mutu


Konstruksi Dep. PU. Dalam Bab V huruf C mengenai pengadaan dimana
persyaratan / kriteria dan tata cara evaluasi ditetapkan.

15. Keputusan Kepala Bapekin No 29/KPTS/KF/2003 mengenai Tata Cara Penilaian


Prasarana dan Sarana Kimpraswil.

16. Mahendra Sultan Syah, Ir. Manajemen Proyek – Kiat Sukses Mengelola Proyek PT.
Gramedia Pusaka Utama, Jakarta Januari 2004.

17. Puspantoro, Benny, Ir, Ing, MSc Konstruksi Bangunan Bertingkat Rendah, Penerbit
Universitas Atmajaya Yogyakarta
Modul SSBM-04: Spesifikasi Utilitas Bangunan Gedung Daftar Pustaka

18. R.L.Peurifoy, Contruction Planning, Equipment and Method

19. Soeharto, Imam, Manajemen Proyek dari Konseptual Sampai Operasional, 1995,
Penerbit Erlangga

20. Soeharto, Iman, Manajemen Proyek, Jilid 2 PT. Gelora Aksara Pratama, 2001

21. Sabnis, Gajanan M, Ph.D,P.E., Handbook of Composite Construction Engineering,


Van Nostrand Reinhold Company, New York,1979

22. Undang – undang No 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung,

23. Vincent Gaspersz, Statiscal Process Contral (Penerapan teknik – Teknik Statistikal
Dalam Manajemen Bisnis Total).

24. Waskita Karya PT, Manual Mutu 2000

25. Waskita Karya PT, Manual Perencanaan dan Pengendalian Proyek 1999.

S-ar putea să vă placă și