Sunteți pe pagina 1din 9

JURNAL BIOLOGI PAPUA ISSN: 2086-3314

Volume 2, Nomor 2 Oktober 2010


Halaman: 81–88

REVIEW

Inveksi Human Papilloma Virus (HPV) dan Pencegahannya pada


Remaja dan Dewasa Muda

AGNES SUPRAPTIWI RAHAYU*


Bagian Fisiologi Fakultas Kedokteran, Universitas Cenderawasih, Jayapura

Diterima: tanggal 6 Juli 2010 - Disetujui: tanggal September 2010


© 2010 Jurusan Biologi FMIPA Universitas Cenderawasih

ABSTRACT

Human papillomavirus (HPV) is a significant source of morbidity and mortality worldwide. The primary risk
factors for aquiring HPV are generally associated with sexual activity. Evidence suggest that condoms provide
some protection against infection and disease progression, but any genital contact is sufficient for HPV
transmission. Having more than one sexual partner often result in HPV infection. All sexually active adolescents
are at high risk for aquiring HPV. Persistent infection with high-risk HPV types (e.g HPV 16 or 18) is considered
necessary for the development cervical cancer. Most infection are asymptomatic and are efficiently cleared by he
immune system. The lesions that caused by HPV can regress in adolescent and young adult women. A small
percentage of adolescents will develop precancerous lesions that may progress to invasive cervical cancer.
Adolescents should be given appropriate education about HPV and the dangers associated with infection.
Vaccination for HPV infection should be given for presexually active children and adolescents.

Key words: human papilloma virus, adolescent, cervical cancer, vaccination.

PENDAHULUAN mempunyai resiko yang sama untuk


kemungkinan tertular infeksi HPV dan
Human papilloma virus (HPV) merupakan berkembangan menjadi penyakit.
penyebab infeksi menular seksual (IMS) yang Penyakit menular seksual di kalangan
paling banyak ditemukan di Amerika Serikat. remaja merupakan topik bahasan yang
Diperkirakan bahwa 20 juta penduduk Amerika, membutuhkan perhatian besar karena 50% dari
telah terinfeksi HPV dan setiap tahunnya kelompok remaja yang aktif secara seksual,
ditemukan 5,5 juta kasus baru (Cates, 1999). Suatu mengalami infeksi menular seksual dan 82% dari
penelitian epidemiologi menyatakan bahwa 75% infeksi tersebut disebabkan oleh HPV (Brown et al,
dari kelompok populasi yang aktif secara seksual 2005; Weinstock et al, 2004). Dari suatu penelitian
akan terinfeksi HPV pada beberapa waktu selama pada remaja, di Amerika, diperoleh hasil bahwa
periode kehidupannya. Saat ini pria dan wanita, mereka yang awalnya diketahui tidak terinfeksi
yang termasuk dalam kelompok seksual aktif, HPV, 55 % diantaranya diketahui positif terinfeksi
HPV dalam waktu 3 tahun kemudian (Moscicki et
al, 2001). Pada penelitian terhadap mahasiswa
*Alamat Korespondensi: yang semula tidak terinfeksi HPV dan tidak
Staf Pengajar Fakultas Kedokteran Uncen, Jln. Raya melakukan kontak seksual selama masa
Sentani–Abepura, Kampus Abepura, Jayapura perkuliahan, sekitar 30% diantaranya ditemukan
Papua. 99358 Telp: +62 85244719222, email: ..............
terinfeksi HPV dalam waktu 12 bulan sejak
82 JU RNA L B IOLOGI PA PU A 2(2) : 81–88

pertama kali melakukan kontak seksual dan kondom pada waktu melakukan kontak seksual
berkembang menjadi 50% dalam waktu 4 tahun tetap terinfeksi HPV pada daerah epitel kulit yang
(Winer et al, 2003). Besarnya angka ini tidak terlindungi oleh kondom (Winer et al, 2003).
menunjukkan betapa mudahnya penularan HPV, Suatu penelitian epidemiologi yang
melalui kontak seksual, terjadi di kalangan remaja dilakukan dalam jangka waktu yang cukup lama
dan wanita dewasa muda. melaporkan adanya hubungan antara aktivitas
Angka kejadian infeksi HPV pada pria seksual dengan penularan HPV. Semakin banyak
belum dapat dipastikan, kemungkinan karena pasangan seksual yang dimiliki oleh seseorang
kesulitan dalam mencari sampel yang adekuat maka semakin besar pula kemungkinan terinfeksi
untuk pemeriksaan DNA HPV. Perkiraan secara HPV, meskipun hanya mempunyai satu pasangan
umum, infeksi HPV pada pria berkisar antara 16 - seksual juga tidak menjamin terbebas dari
45%, atau kurang lebih sama seperti pada wanita. kemungkinan terinfeksi HPV. Penelitian terhadap
Seperti juga pada wanita, umumnya infeksi HPV para mahasiswi yang mengunjungi pusat
pada pria bersifat asimtomatik (tanpa gejala). pelayanan kesehatan di suatu universitas
Yang perlu diingat bahwa, infeksi HPV pada pria menunjukkan bahwa 20% dari mahasiswi yang
dapat berkembang bersama beberapa infeksi mempunyai satu pasangan seksual dipastikan
menular seksual lainnya seperti kutil kelamin telah terinfeksi HPV sedangkan 69% dari
(genital warts), kanker penis atau anus yang mahasiswa yang mempunyai pasangan seksual
bersifat invasif (Schiffman, 2003). lebih dari satu telah terinfeksi HPV (Ley et al,
1991). Penelitian yang melibatkan remaja dan
wanita usia dewasa muda menyatakan bahwa
PENULARAN HPV mempunyai pasangan seksual yang baru akan
meningkatkan resiko 10 kali lipat untuk
HPV ditularkan melalui kulit (skin to skin kemungkinan terinfeksi HPV. Faktor resiko
contact). Untuk dapat menyebabkan infeksi lainnya untuk terjadinya infeksi HPV adalah
fulminan, HPV harus mencapai sel basal melalui adanya riwayat infeksi herpes simpleks virus (HSV)
mikro abrasi atau melalui sekret atau cairan pada atau kutil genital (genital warts) sebelumnya. Hal
permukaan epitel skuamos atau mukosa epitelium ini tidak mengherankan karena HSV
yang dihasilkan selama aktivitas seksual menyebabkan terjadinya peradangan dan
(Schiffman, 2003). Secara umum, infeksi HPV merusak lapisan epitel, sehingga memudahkan
dianggap hanya dapat ditularkan melalui HPV untuk mencapai sel epitel basal (Moscicki et
hubungan seksual, namun HPV dapat juga al, 2001).
menginfeksi daerah anogenital (daerah sekitar anus Usia juga merupakan faktor yang penting,
dan genital). Perlu diingat bahwa HPV dapat karena infeksi HPV banyak ditemukan pada
ditularkan melalui kontak kulit (skin to skin kelompok wanita yang seksual aktif namun
contact), melalui jari-jari, pada waktu melakukan berusia di bawah 25 tahun (Weinstock et al, 2004).
masturbasi dan onani ataupun melalui alat bantu Meskipun faktor usia juga berhubungan dengan
seksual (sex toys). Bukti lain menyatakan bahwa kebiasaan atau perilaku seksual yang beresiko
HPV juga ditemukan pada wanita yang diketahui (seperti mempunyai banyak pasangan seksual,
tidak mempunyai riwayat melakukan kontak tidak menggunakan kondom pada saat
seksual dengan pria, sehingga meperkuat dugaan berhubungan), ada juga bukti lain yang
adanya cara penularan lain selain melalui kontak menyatakan bahwa remaja dan wanita usia
seksual. Lagipula, remaja yang mempunyai dewasa muda lebih rentan terhadap infeksi HPV
riwayat tidak melakukan kontak seksual namun dibandingkan wanita usia dewasa karena alasan
tetap melakukan kebiasaan seksual, seperti biologis. Pada wanita dewasa, tipe sel
tersebut di atas, tetap mempunyai resiko tertular predominan pada daerah genital adalah sel
HPV, dan pada remaja yang menggunakan skuamosa, sedangkan pada remaja dan wanita
RAHAYU, Inveksi Human Papilloma Virus 83

dewasa muda adalah tipe kolumner dan paritas tinggi (melahirkan lebih dari 3 kali), ada
metaplastik. Selama masa tumbuh kembang, bayi riwayat penggunaan kontrasepsi oral dalam
yang baru dilahirkan mempunyai epitel tipe jangka waktu lama, dan adanya infeksi HSV atau
squamo-columnar junction pada daerah ectocervix C. Trachomatis (Ley et al, 1991; Smith et al, 2004).
(lapisan paling luar pada serviks). Ketika Menariknya, beberapa penelitian terakhir
mencapai masa pubertas, secara bertahap, epitel menunjukkan pentingnya penggunaan kondom
kolumner akan mengalami perubahan menjadi untuk mencegah infeksi yang menetap.
epitel skuamosa. Selama proses ini, yang disebut Berdasarkan meta-analisis dari 20 penelitian,
metaplasia skuamosa, akan terbentuk suatu resiko perkembangan gejala sisa (sequelae) infeksi
daerah yang sangat luas dan terdiri dari sel HPV dapat diturunkan dengan penggunaan
transitional squamous, glandular dan sel metaplastik, kondom. Penjelasan mengenai mekanisme, secara
dimana kesemuanya ini merupakan kondisi yang molekuler, bagaimana kondom dapat mencegah
sangat memudahkan terjadinya replikasi HPV. perkembangan infeksi masih belum diketahui
Tidak hanya itu, proses perubahan sifat dan tipe secara pasti, namun diperkirakan bahwa
epitel ini dapat menyebabkan terjadinya penggunaan kondom dapat mengurangi jumlah
perubahan genetik sel epitel skuamosa virus yang ditransmisikan. Pada akhirnya,
metaplastik, akibat rangsangan dari HPV, yang dengan menurunkan jumlah virus yang
apabila terjadi infeksi yang bersifat menetap pada ditularkan, kondom dapat menurunkan
daerah tersebut akan menyebabkan terjadinya lesi kemungkinan perkembangan infeksi HPV dan
intraepitelial skuamosa tipe tinggi (High-grade membantu mempercepat pemulihan
Squamous Intraepithelial Lesions/HSIL). (Hogewoning et al, 2003). Penggunaan kondom
Semakin dini usia pertama kali melakukan memang tidak mampu untuk mencegah
hubungan seksual akan mempercepat proses penularan semua infeksi menular seksual, namun
perubahan dan pematangan serviks, dimana pada dapat digunakan untuk mencegah infeksi HPV
kelompok remaja yang telah aktif secara seksual, yang menetap dan membantu mempercepat
dan mempunyai pasangan seksual lebih dari satu, pemulihan infeksi HPV.
ditemukan lebih banyak epitel serviks yang telah
matur dibandingkan pada kelompok remaja yang
tidak aktif secara seksual (Ley et al, 1991). MANIFESTASI KLINIS

Telah diketahui bahwa HPV dapat


FAKTOR RESIKO menyebabkan terjadinya kutil kelamin (genital
warts), juga lesi pre-kanker dan kanker serviks.
Secara umum, meskipun penularan HPV HPV, diperkirakan, ikut terlibat sebagai penyebab
terjadi melalui hubungan seksual, proses keganasan pada daerah vulva, vagina, penis dan
perkembangan dan kesembuhan infeksi anus serta beberapa keganasan pada kulit dan
dipengaruhi oleh respon imun seseorang (Scott et pharing. Saat ini, telah diketahui, ada 40 tipe HPV
al, 2001). Faktor yang paling penting dalam proses yang diketahui dapat menyebabkan infeksi pada
perkembangan kanker serviks adalah adanya mukosa genital dan telah terklasifikasi menurut
infeksi HPV tipe resiko tinggi yang bersifat derajat kemampuan oncogenic (pencetus atau
menetap. Lagipula, remaja dengan imunitas penyebab kanker). HPV tipe resiko rendah dapat
seluler yang rendah mempunyai angka insiden menyebabkan lesi yang bersifat jinak (benign),
infeksi HPV yang tinggi dan membutuhkan waktu termasuk kutil kelamin dan lesi tingkat ringan di
yang lama untuk sembuh. Faktor resiko lainnya, daerah genital, tetapi tidak ditemukan pada
untuk kanker serviks invasif, adalah merokok, kasus–kasus kanker genital. HPV tipe resiko tinggi
mengkonsumsi alkohol, mempunyai pasangan mampu menyebabkan lesi pra-kanker tingkat
seksual (pria) yang tidak disunat (uncircumcised), ringan maupun berat, namun begitu istilah
84 JU RNA L B IOLOGI PA PU A 2(2) : 81–88

“resiko tinggi” diberikan karena HPV tipe ini maupun eksternal, seperti penis, vulva, vagina,
sering ditemukan pada kanker yang invasif serviks, di sekitar dan dalam anus. Saat ini
(Mc.Caffery et al, 2004; Winer et al, 2003). diperkirakan 1 % dari populasi seksual aktif, di
Masa inkubasi untuk perkembangan gejala Amerika, telah terjangkit kutil kelamin dengan
klinis, setelah infeksi HPV, sangat bervariasi. 500.000 sampai 1 juta kasus baru terdiagnosis
Kutil kelamin akan timbul dalam waktu beberapa setiap tahun (Mc Caffery et al, 2004).
bulan setelah terinfeksi HPV, sedangkan 97% manifestasi kutil kelamin disebabkan
perkembangan untuk menjadi kanker serviks oleh HPV tipe resiko rendah, tipe 6 atau 11.
membutuhkan waktu bertahun-tahun. Yang perlu Meskipun kutil kelamin termasuk dalam kategori
diwaspadai, sebagian besar infeksi HPV bersifat jinak (benign) dan tidak mempunyai
asimptomatis dan hanya dapat terdeteksi setelah kecenderungan untuk berkembang ke arah ganas,
melakukan tes DNA HPV. Pada individu yang faktor psikososial penderita perlu mendapat
tampak sehat meski terinfeksi HPV, lebih dari 75% perhatian pula. Hal ini disebabkan karena,
diantaranya akan sembuh dari infeksi dalam umumnya, para penderita seringkali gusar,
waktu 30 bulan. Hal ini terutama terjadi pada tersinggung dan marah-marah setelah
mereka yang terinfeksi HPV tipe resiko rendah terdiagnosis kutil kelamin dan mempunyai
(Winer et al, 2003). tingkat kecemasan yang tinggi selama proses
terapi dengan kauterisasi. Tidak semua penderita
Displasia Serviks Dan Kanker Serviks kutil kelamin menjalani terapi, seperti yang
Kanker serviks merupakan tipe keganasan dianjurkan. Hal ini disebabkan karena rasa nyeri
kedua terbanyak yang terjadi pada wanita di akibat proses kauterisasi, waktu pengobatan yang
seluruh dunia, dengan lebih dari 500.000 kasus lama (kunjungan harus dilakukan beberapa kali
baru terdiagnosis setiap tahunnya. The American ke pusat pengobatan) dan besarnya biaya yang
Cancer Society menyatakan bahwa di Amerika, harus dikeluarkan. Infeksi rekuren sering terjadi
pada tahun 2005, telah terdiagnosis 10.000 kasus akibat terapi yang tidak adekuat (Harper, 2004;
baru kanker serviks yang invasif. Karena HPV Mc Caffery et al, 2004).
telah teridentifikasi pada 99,7% kasus kanker
serviks, infeksi HPV tipe resiko tinggi (high risk) Perkembangan Kanker Serviks
yang bersifat menetap merupakan tahap awal Meskipun lebih dari 90% infeksi HPV dapat
untuk perkembangan kanker serviks (Stewart, sembuh secara spontan dengan bantuan respon
2003). imun, beberapa infeksi dapat menyebabkan LSIL,
Protein virus yang diekspresikan selama fase HSIL dan, berkembang menjadi kanker serviks.
infeksi aktif akan merangsang terjadinya LSIL terjadi tidak lama setelah terinfeksi HPV,
perubahan patologis yang meliputi proliferasi sel sedangkan HSIL akan terjadi bila ada infeksi HPV
basal, pembesaran ukuran inti sel, koilocytosis dan yang menetap. Kurang dari 40% HSIL yang akan
gambaran mitosis yang abnormal. Perubahan – mengalami penyembuhan sehingga HSIL
perubahan ini didefinisikan sebagai gambaran lesi dianggap bertanggung jawab sebagai pra-kanker.
intra epitel skuamosa (SIL/Squamous Dengan demikian, apabila diagnosa HSIL telah
Intraepithelial Lesions) (Solomon et al, 2002). ditegakkan, maka terapi harus segera diberikan
(Hogewoning et al, 2003)
Condyloma acuminata HPV tipe 16 merupakan tipe yang paling
Perkembangan infeksi lainnya yang perlu banyak ditemukan dan dianggap sebagai
diperhatikan, di kalangan remaja dan dewasa penyebab 40 – 60% kanker invasif di seluruh
muda, adalah Condiloma akuminata atau kutil dunia. Diperkirakan, pada infeksi HPV tipe
kelamin. Kutil kelamin berbentuk seperti multiple yang bersifat menetap dan wanita muda
kembang kol (cauliflower-like growths) yang yang diketahui terinfeksi HPV 2 tipe atau lebih,
umumnya ditemukan pada daerah genital internal kurang dari 82% diantaranya yang akan
RAHAYU, Inveksi Human Papilloma Virus 85

mengalami kesembuhan dari LSIL. Secara umum pada Program Imunisasi Nasional di Indonesia.
diperkirakan bahwa masa inkubasi, sejak virus Saat ini, dua jenis vaksin HPV, kuadrivalen dan
pertama kali masuk ke dalam tubuh sampai bivalen, telah dipasarkan. Keduanya
dengan terjadinya carcinoma in situ, membutuhkan dikembangkan dari partikel serupa-virus-non-
waktu antara 7 sampai 12 tahun. Karena itu, infeksius yang diciptakan melalui teknik DNA
pemeriksaan untuk mendeteksi lesi pre-invasif rekombinan. Vaksin kuadrivalen mengandung
harus dilakukan secara rutin untuk mencegah partikel serupa-virus-non-infeksius untuk HPV
agar tidak berkembang menjadi kanker serviks tipe 6, 11, 16 dan 18, sedangkan vaksin bivalen
(Harper, 2004). memiliki target eksklusif yaitu HPV tipe 16 dan
18. Tiga dosis vaksin intramuskuler
direkomendasikan selama periode 6 bulan;
PEMERIKSAAN DAN PENCEGAHAN sedangkan kemungkinan kebutuhan untuk dosis
booster belum ditetapkan (WHO, 2009).
Pada tahun 2003, American Cancer Society Vaksin-vaksin tersebut aman dan keduanya
menyarankan sebaiknya seorang wanita segera telah terbukti mampu memberikan proteksi dan
melakukan pemeriksaan serviks dalam waktu 3 hampir lengkap terhadap terhadap lesi-lesi pra-
tahun sejak pertama kali melakukan hubungan kanker dan patologi anogenital lain yang
seksual. Pemeriksaan dilakukan setiap tahun disebabkan oleh tipe-tipe HPV terkait selama 5-6
dengan tes sitologi Papanicolaou test atau, lebih tahun observasi. Konsistensi observasi-observasi
dikenal dengan, Pap smear. Apabila selama 3 ini memberikan harapan bahwa vaksin tersebut
tahun berturut-turut, pemeriksaan Pap smear juga dapat memberikan proteksi tinggi terhadap
memberikan hasil normal maka pemeriksaan rutin kanker serviks (WHO, 2009).
selanjutnya dilakukan setiap 2 tahun. Pada usia Para remaja yang saat ini telah memiliki
30 tahun, pemeriksaan serviks dapat dilakukan kesempatan untuk memperoleh vaksin HPV,
setiap 2 – 3 tahun sekali dengan catatan tidak diharapkan akan terbebas dari kanker serviks
mempunyai faktor resiko (misalnya dikemudian hari. Secara teoritis, pengaruh vaksin
imunosupresi) atau adanya riwayat abnormal pada penurunan resiko terjadinya kanker serviks
pada hasil pemeriksaan Pap smear sebelumnya. dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain:
Selain Pap smear, pemeriksaan dapat juga cakupan vaksinasi, jenis HPV yang dapat
dilakukan dengan metode sitologi, DNA HPV dan diproteksi dengan vaksin, dan lamanya pengaruh
colposcopy (Saslow et al, 2002). perlindungan vaksin (WHO, 2009).
Seperti juga vaksinasi yang umumnya
diberikan pada bayi dan anak, vaksin HPV
VAKSINASI HPV berperan sebagai profilaksis dan harus diberikan
sebelum terpapar virus HPV agar imunitas yang
Telah diketahui bahwa pemeriksaan awal dihasilkan dapat efektif. Program imunisasi HPV
terhadap kanker serviks dapat menurunkan angka sebaiknya diprioritaskan pada populasi target
kematian secara signifikan di negara berkembang, wanita berumur 9 – 10 sampai 13 tahun. Program-
namun tidak semua wanita di negara-negara program tersebut harus menjadi bagian strategi
tersebut mampu menjangkau layanan kesehatan terkoordinasi yang mencakup pendidikan
yang ada. Oleh karena itu, akan lebih baik jika mengenai perilaku-perilaku beresiko terinfeksi
mampu melakukan pencegahan sebelum terjadi HPV (WHO, 2009).
infeksi HPV. Saat ini, ada harapan pencegahan Bagaimana di Indonesia? Vaksin tersebut
dengan pemberian vaksin (imunisasi) (Stanley, sudah sudah digunakan oleh para remaja dari
2006). kalangan ekonomi menengah ke atas, namun
Vaksin HPV sudah mulai dapat diperoleh di memasukkan vaksinasi HPV ke dalam Program
pasaran, meskipun vaksin tersebut belum masuk Imunisasi Nasional harus dengan pertimbangan
86 JU RNA L B IOLOGI PA PU A 2(2) : 81–88

matang karena besarnya biaya yang dibutuhkan, mampu, sebagai bagian dari cara hidup sehat bagi
mengingat besarnya populasi remaja di Indonesia remaja.
yang menjadi sasaran vaksinasi dan perbedaan
tingkat kemudahan dalam pencapaian sarana
pelayanan (Stanley, 2006). DAFTAR PUSTAKA

Brown DR, Shew ML, Qadadri B, et al. A longitudinal study


KESIMPULAN of genital human papillomavirus infection in cohort of
closely followed adolescent women. J Infect Dis 2005
191:182-92.
Remaja, yang telah aktif secara seksual, Cates WJ. Estimates of the incidence and prevalence of
mempunyai mempunyai resiko tinggi terinfeksi sexually transmitted disease in the United States.
HPV. Meskipun HPV dapat dikontrol oleh sistem American Social Health Association Panel. Sex Transm
Dis 1999; 26:S2-7.
imun, pada wanita usia dewasa muda, infeksi
Harper DM. Why am I scared of HPV? CAA Cancer J Clin
HPV dapat bermanifestasi menjadi kutil kelamin 2004;54:245-7.
(genital warts), gambaran hasil pemeriksaan Hogewoning CJ, Bleeker MC, van den Brule AJ, et al.
sitologi serviks yang abnormal dan kanker serviks. Condom use promotes regression of cervical
Kegagalan sistem imun akan menyebabkan intraepithelial neoplasia and clearance of human
papillomavirus : randomized clinical trial. Intl J
terjadinya infeksi HPV, tipe high risk, yang bersifat Cancer 2003;107:811-6.
menetap dan pada akhirnya menjadi kanker Ley C, Bauer HM, Reingold A, et al. Determinants of genital
serviks. Faktor resiko lainnya, seperti merokok human papillomavirus infection in young woman. J
dan adanya infeksi menular seksual lainnya yang Natl Cancer Inst 1991;83:997-1003.
Mc Caffery K, Waller J, Forrest S, et al. Testing positive for
terjadi bersamaan, juga mempengaruhi
human papillomavirus in routine cervical screening:
perkembangan kanker serviks. Remaja putri, examination of psychosocial impact. BJOG
yang telah aktif seksual, disarankan untuk 2004;111:1437-443.
melakukan pemeriksaan ginekologis sebagai Moscicki AB, Hills N, Shiboski S, et al. Risk for incident
upaya deteksi dini terhadap kemungkinan adanya human papillomavirus infection and low grade
squamous intraepithelial lesion development in young
infeksi menular seksual atau kanker serviks. Para females. JAMA 2001;285:2995-3002.
remaja harus diberi pengetahuan tentang bahaya Saslow D, Runowicz CD, Solomon D, et al. American Cancer
dan akibat – akibat yang dapat ditimbulkan oleh Society guideline for the early detection of cervical
infeksi HPV. Penggunaan kondom berperan neoplasia and cancer. CA Cancer J Clin 2002;52:342-62.
Schiffman M, Kjaer SK. Chapter 2: natural history of
penting untuk mengontrol infeksi HPV dan anogenital human papillomavirus infection and
perkembangan penyakit akibat HPV sehingga, neoplasia. J Natl Cancer Inst Monogr 2003;31:14-9.
sebaiknya, direkomendasikan bagi remaja yang Scott M, Nakagawa M, Moscicki AB. Cell-mediated immune
aktif secara seksual. LSIL yang terjadi pada response to human papillomavirus infection. Clin
remaja, umumnya, bersifat relatif menetap dan Diagn Lab Immunol 2001;8:209-20.
Smith JS, Bosetti C, Munoz N, et al. Chlamydia trachomatis
untuk mengobservasinya dapat dilakukan dengan and invasive cervical cancer: pooled analysis of the
pemeriksaan sitologi berulang atau DNA HPV. IARC multicentric case-control study. Int J Cancer
Sebagai usaha profilaksis, vaksinasi diharapkan 2004;111:431-9.
dapat membantu menurunkan angka kesakitan Solomon D, Davey D, Kurman, et al. The 2001 Bethesda
System: terminology for reporting results of cervical
dan kematian akibat infeksi HPV secara cytology. JAMA 2002;287:2114-9.
signifikan. Sudah saatnya, tindakan profilaksis ini Stanley M. HPV vaccines. Best Pract. Res. Clin. Obstet.
dilakukan sejak masa anak – remaja, usia sekolah Gynaecol. 2006;20:279-93.
dasar dan menengah pertama. Bagi keluarga yang Stewart B, Kleihues P, eds. World Health Organization
mampu membiayai vaksinasi mandiri (tidak World Cancer Report. Lyons, France. World Health
Organization, 2003.
ditanggung oleh pemerintah) tidak perlu dilarang, Weinstock H, Berman S, Cates WJ. Sexually transmitted
tetapi justru disosialisasikan kepada mereka yang diseases among American youth: incidence and
RAHAYU, Inveksi Human Papilloma Virus 87

prevalence estimates, 2000. Perspect Sex Reprod Health Winer RL, Lee SK, Hughes JP, et al. Genital human
2004;36:6-10. papillomavirus infection: incidence and risk factor in a
WHO. WHO position on HPV vaccines. Vaccine. cohort female university students. Am J Epidemiol
2009;27:7236-37. 2003;157:218-26.
JURNAL BIOLOGI PAPUA ISSN: 2086-3314
Volume 2, Nomor 2 Oktober 2010
Halaman: 81–88

S-ar putea să vă placă și