Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
DI SUSUN OLEH :
ARHAM, S.kep
17.04.055
CI LAHAN CI INSTITUSI
( ) ( )
A. Latar belakang
Kesehatan memiliki berbagai macam ruang lingkup yang harus
dipenuhi, salah satu ruang lingkup kesehatan adalah kesehatan reproduksi.
Kesehatan reproduksi adalah keadaan sehat secara fisik, mental, dan sosial
secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan yang
berkaitan dengan sistem, fungsi, dan proses reproduksi baik pada laki-laki
dan perempuan. Pada saat ini terjadi banyak masalah kesehatan
reproduksi, diantaranya penyakit yang berkaitan dengan sistem reproduksi
salah satunya penyakit kista (Fadhilah, E. 2013).
Penyakit kista merupakan salah satu jenis penyakit yang hanya
dialami oleh kaum perempuan saja, penyakit kista ini berbentuk benjolan
yang berisi cairan dan digolongkan sebagai salah satu tumor yang jinak
(Indra, D. 2014).Kista dapat terjadi pada vagina, vulva dan ovarium.Kista
yang paling sering terjadi pada perempuan adalah kista yang berasal dari
ovarium sehingga sering disebut kista ovarium. Menurut Nugroho, T.
(2012: 92) Kista ovarium berarti kantung berisi cairan, normalnya
berukuran kecil, yang terletak di indung telur (ovarium).Kista indung telur
dapat terbentuk kapan saja, pada masa pubertas sampai menopause, juga
selama masa kehamilan.
Nugroho, T. (2012: 92) juga menegaskan bahwa, tanda dari kista
ovarium biasanya sering tanpa gejala, kecuali kalau kista tersebut
membesar penderita akan mengeluh nyeri di perut bagian bawah, nyeri
saat menstruasi, nyeri pada punggung terkadang menjalar sampai ke kaki.
Kowalak, (2011) juga menegaskan bahwa, komplikasi kista ovarium dapat
berupa torsi atau ruptur yang menyebabkan tanda- tanda akut abdomen
(nyeri tekan, distensi,regiditas pada abdomen) akibat perdarahan
intraperitoneal yang massif atau peritonitis. Komplikasi lain meliputi
infertilitas dan aminore. Berdasarkan uraian di atas, terdapat banyak
komplikasi akibat dari penyakit kista ovarium, sehingga harus dilakukan
tindakan dengan cepat dan tepat, untuk mengatasi masalah-masalah dan
komplikasi yang dapat terjadi akibat penyakit kista ovarium.
Berdasarkan data World Health Organization (WHO, 2010 dalam
Linawati. L, 2013), angka kejadian kista ovarium tertinggi ditemukan di
negara maju, dengan rata-rata kejadian 10 per 100.000 orang perempuan
dan angka kejadian kista ovarium di Amerika relatif lebih tinggi yaitu 7,7
per 100.000 orang bila dibandingkan dengan angka kejadian kista ovarium
di Asia dan Afrika. Berdasarkan data yang dikeluarkan Departemen
Kesehatan Republik Indonesia (Depkes RI, 2011 dalam Linawati. L,
2013), didapatkan sekitar 25-50% kematian wanita usia subur disebabkan
oleh masalah yang terkait dengan kehamilan dan persalinan serta penyakit
sistem reproduksi salah satunya adalah kista ovarium.
Berdasarkan data yang diperoleh dari Rumah Sakit Umum Daerah
Dr. H. MOCH Ansari Saleh Banjarmasin, khususnya di ruang Mutiara
pada tahun 2015 penyakit kista ovarium menduduki urutan ke delapan dari
sepuluh penyakit terbanyak gangguan sistem reproduksi dengan angka
kejadian sebanyak 11 orang dari 297 orang perempuan yang menderita
gangguan sistem reproduksi (Rekam Medik Rumah Sakit Umum Daerah
Dr. H. MOCH Ansari Saleh Banjarmasin, 2015).
Klien dengan kista ovarium membutuhkan tindakan keperawatan
yang tepat dan cepat melalui asuhan keperawatan yang diberikan secara
komprehensif meliputi biologis, psikologi, sosial dan spiritual dengan
menggunakan metode pendekatan Asuhan Keperawatan, sehingga dapat
membantu dalam pemenuhan kebutuhan klien dalam mengatasi masalah-
masalah yang timbul dan menurunkan resiko komplikasi pada klien
dengan kista ovarium
B. Anatomi fisiologi
1. Anatomi Fisiologi
Ovarium merupakan organ endokrin berbentuk oval, terletak di
dalam rongga peritoneum, sepasang kiri kanan.dilapisi mesovarium,
sebagai jaringan ikat dan jalan pembuluh darah dan saraf. Terdiri dari
korteks dan medulla.Ovarium berfungsi dalam pembentukan dan
pematangan folikel menjadi ovum (dari sel epitel germinal primordial
dilapisan terluar epitel ovarium dikorteks), ovulasi (pengeluaran ovum),
sintesis dan sekresi hormon-hormon steroid (ekstrogen dan progesteron)
(Purwaningsih, W & Fatmawati, S (2010: 5).
Ovarium merupakan kelenjar yang berada dipermukaan posterior
ligamentum latum, didekat infundibulum.Terdiri dari 2 buah, berbentuk
seperti almond, berwarna putih keruh. Memiliki panjang 4 cm, lebar 0,4
cm dan berat sekitar 3 gr. Ovarium dibungkus oleh peritoneum dan
ditopang oleh ligament mesovarium, ligamentum latum, ligament ovarika
dan ligament infundibulum. Ovarium dibagi atas dua bagian yaitu, bagian
korteks atau kulit dan bagian medulla. Korteks merupakan lapisan terluar,
terdiri atas stroma dan folikel ovarian, yaitu unit fungsional pada ovarium
yang sangat penting dalam proses oogenosit, sedangkan bagian medulla
terdiri stroma, pembuluh darah, limfatik, serabut saraf dan otot polos
(Tarwono & Aryani, R. 2009: 246).
Menurut Irianto, K (2013: 495) ovarium mengandung sel-sel telur
muda, folikel primordial, folikel de graaf, badan kuning (korpus luteum),
badan putih (korpus albikans). Indung telur membentuk hormon ekstrogen
dan hormon progesteron, yang berperan dalam peristiwa menstruasi
(haid).Ovarium mengeluarkan telur (ovum) setiap bulan silih berganti
kanan dan kiri.Pada saat telur dikeluarkan wanita disebut dalam masa
subur. Produksi telur pada wanita sesuai dengan usia adalah sebagai
berikut:
Saat lahir bagi wanita mempunyai sel telur 750.000.
Usia 6-15 tahun wanita mempunyai sel telur 439.000.
Usia 16-25 tahun wanita mempunyai sel telur 159.000.
Usia 26-35 tahun wanita mempunyai sel telur 59.000.
Usia 36-45 tahun wanita mempunyai sel telur 34.000.
Masa menopause semua telur menghilang.
Secara anatomi ukuran dan bentuk ovarium tergantung umur dan
stadium dari siklus menstruasi.Bentuk ovarium sebelum ovulasi adalah
ovoid dengan permukaan licin dan berwarna merah muda keabu-abuan.
Pada dewasa muda ovarium berbentuk ovoid pipih dengan panjang kurang
lebih 4 cm, lebar krang lebih 2 cm, tebal kurang lebih 1 cm, dan beratnya
kurang lebih 7 gram. Secara fisiologis, ovarium merupakan organ eksokrin
(sitogenik) dan endokrin. Ovarium disebut organ eksokrin karena mampu
menghasilkan ovum pada saat pubertas, sedangkan disebut organ kelenjar
endokrin karena menghasilkan hormon ekstrogen dan progesterone yang
memengaruhi pertumbuhan genetalia eksternal dan siklus menstruasi
(Mashudi, S. 2011: 19)
C. Pengertian
Menurut Winjosastro (2015: 159) kista ovarium merupakan suatu
tumor, baik yang kecil maupun yang besar, kistik atau padat, jinak atau
ganas.Kehamilan kista ovarium yang dijumpai yang paling sering adalah
kista dermonal, kista coklat atau kista lutein, kista ovarium yang cukup
besar dapat disebabkan kelainan letak janin dalam rahim atau dapat
menghalang-halangi masuknya kepala ke dalam panggul.
Menurut Nugroho, T (2012: 92) kista berarti kantung yang berisi
cairan. Kista ovarium (kista indung telur) berarti kantung berisi cairan,
normalnya berukuran kecil, yang terletak di indung telur (ovarium).Kista
indung telur dapat terbentuk kapan saja, pada masa pubertas sampai
menopause, juga selama masa kehamilan.
Menurut Saraswati, S (2010: 188) kista ovarium (kista indung
telur) biasanya berupa kantong yang tidak bersifat kanker yang berisi
material cairan setengah cair. Meskipun kista tersebut biasanya kecil dan
tidak menghasilkan gejala.
Menurut Robinson, J. M & Saputra, L (2014: 251) kista ovarium
merupakan kantung pada ovarium yang mengandung materi cairan atau
semisolid, biasanya tidak ganas.Kista ovarium biasanya berbentuk kecil
dan tidak menunjukkan gejala, namun memerlukan investigasi mendalam
karena adanya kemungkinan perubahan menjadi ganas.
An ovarian cyst is a sac or pouch filled with fluid or other tissue
that forms on the ovary. Ovarian cysts are quite common in women during
their childbearing years. A woman can develop one cyst or many cysts.
Ovarian cysts can vary in size. There are different types of ovarian cysts.
Most cysts are benign (not cancerous). Rarely, a few cysts may turn out to
be malignant (cancerous). (The American College of Obstetricians and
Gynecologists, 2015).
Jadi kista ovarium adalah suatu kantong abnormal pada satu ovarium yang
mengandung cairan atau materi semi padat yang dipengaruhi oleh
hormonal dengan siklus menstruasi.
D. Etiologi
Menurut Winjosastro (2015:159) kista ovarium dapat timbul akibat
pertumbuhan abdomen dari epithelium ovarium, dibagi menjadi 2, yaitu:
1. Kista non neoplasma
Disebabkan karena ketidakseimbangan hormon ekstrogen dan
progesteron diantaranya adalah:
E. Phatofisiologi
Menurut Kowalak (2011: 663) menegaskan bahwa kista ovarium
yang berukuran sangat kecil dan timbul dari folikel yang mengalami
distensi berlebihan.Distensi folikel yang berlebihan ini bisa disebabkan
oleh folikel yang belum ruptur atau yang sudah ruptur, tetapi tersekat
kembali sebelum cairan yang didalamnya meresap.Kista ovarium biasanya
terdiri atas darah atau cairan yang berkumpul didalam rongga. Kalau terus
menetap sampai masa manopause, kista tersebut akan menyekresi estrogen
dengan jumlah berlebihan sebagai reaksi terhadap hiper sekresi FSH
(follicle stimulating hormone)dan LH (luteinizing hormone), yang
normalnya terjadi pada masa manopause.
F. Tanda dan gejala
Menurut Nurarif, A.H & Kusuma, H (2015: 160) tanda gejala kista
ovariumyaitu, kadang-kadang kista ovarium ditemukan pada pemeriksan
fisik, tanpa ada gejala (asimtomatik). Mayoritas penderita kista ovarium
tidak menunjukkan adanya gejala sampai periode waktu tertentu.Hal ini
disebabkan perjalanan penyakit ini berlangsung secara tersembunyi
sehingga diagnosa sering ditemukan pada saat pasien dalam keadaan
stadium lanjut sampai pada waktu klien mengeluh adanya ketidakteraturan
menstruasi, nyeri pada perut bawah, timbul benjolan pada perut.
Pada umumnya kista adenoma ovarii serosim tidak mempunyai
ukuran yang amat besar dibandingkan dengan kista denoma musinosu.
Permukaan tumor biasanya licin, akan tetapi dapat pula berbagai karena
ovarium pun dapat berbentuk multivokuler. Meskipun lazimnya berongga
satu,warna kista putih ke abu-abuan. Ciri khas kista ini adalah potensi
pertumbuhan papiler kedalam rongga kista sebesar 0% dan keluar pada
permukaan kista sebesar 5% isi kista cair kuning dan kadang-kadang
coklat karena campuran darah. Tidak jarang kistanya sendiri pun kecil
tetapi permukaannya penuh dengan pertumbuhan papiler (solid papiloma).
Menurut Nugroho, T (2012: 94) tanda dan gejala kista ovarium yaitu:
a. Sering tanpa gejala
b. Nyeri saat menstruasi
c. Nyeri diperut bagian bawah
d. Nyeri pada saat berhubungan badan
e. Nyeri pada punggung terkadang menjalar sampai ke kaki
f. Terkadang disertai nyeri saat buang air kecil dan atau buang air besar
g. Siklus menstruasi tidak teratur, bisa juga jumlah darah yang keluar
banyak.
Menurut Saraswati, S (2010: 189) gejala gejala kista ovarium (kista
indung telur) biasanya tidak menghasilkan gejala, kecuali terjadi pecah
atau terpuntir sehingga menyebabkan sakit perut, distensi, dan kaku. Kista
yang besar atau kista dalam jumlah banyak dapat menyebabkan
ketidaknyamanan pada panggul, sakit pinggang, rasa sakit saat
berhubungan seksual, dan perdarahan uterus yang abnormal tidak seperti
pola gangguan ovulasi.Kista indung telur yang mengalami pemuntiran
menyebabkan sakit perut yang akut seperti serangan apendisitis.Kista
granulo lutein timbul pada permulaan kehamilan dan diameternya dapat
sebesar 5-6 cm dan menghasilkan rasa tidak enak didaerah
panggul.Apabila pecah, terjadi perdarahan massif pada satu sisi rongga
perut. Pada perempuan yang tidak hamil, kista ini akan membuat
menstruasi terlambat diikuti dengan perpanjangan dan perdarahan iriguler.
Kista indug telur polisistik juga menghasilkan tidak adanya menstruasi
sekunder, penurunan siklus menstruasi dan terjadi infertilitas.
Most ovarian cysts are small and not cause symptoms. Some cysts
may cause a dull or sharp ache in the abdomen and pain during certain
activities. Larger cysts may cause torsion (twisting) of the ovary that
causes pain. Cysts that bleed or rupture (burst) may lead to serious
problems requiring prompt treatment (The American College of
Obstetricians and Gynecologists, 2015).
Arti kutipan diatas:
Kebanyakan kista ovarium yang kecil tidak menimbulkan gejala, beberapa
kista dapat menyebabkan rasa nyeri atau tajam di perut dan sakit saat
kegiatan tertentu.Kista lebih besar dapat menyebabkan torsi dari ovarium
yang menyebabkan rasa sakit, kista yang berdarah atau pecah dapat
menyebabkan masalah serius yang membutuhkan pengobatan yang tepat.
G. Pemeriksaan penunjang
Menurut Nurarif, A.H & Kusuma, H (2015: 160) pemeriksaan
penunjang kista ovarium yaitu:
1. Pap smear
Untuk mengetahui displosia seluler menunjukkan kemungkinan adanya
kanker/kista.
2. Ultrasound/scan CT
Membantu mengidentifikasi ukuran/lokasi massa.
3. Laparoskopi
Dilakukan untuk melihat tumor perdarahan perubahan endometrial.
4. Hitung darah lengka
5. Foto rontgen
Pemeriksaan ini berguna untuk menentukan adanya hidrotoraks.
Menurut Nugroho, T (2012: 95) penegakan diagnosis kista
ovarium ditegakkan melalui pemeriksaan ultrasonografi atau USG
(abdomen atau transvaginal), kolposkopi screening, dan pemeriksaaan
darah (tumor marker atau penanda tumor).
Menurut Nugroho, T (2012: 95) pemeriksaan laboratorium kista
ovarium melakukan pemeriksaan sekret yang meliputi trichomonas,
candida/jamur, bakteri batang, bakteri kokus, epitel, lekosit, eritrosit,
epitel, PH dan hematologi misalnya HB (hemoglobin).
H. Komplikasi
Menurut Kowalak (2011: 663) komplikasi kista ovarium dapat
berupa torsi atau ruptur yang menyebabkan tanda-tanda akut abdomen
(nyeri tekan, distensi dan rigiditas pada abdomen) akibat perdarahan
intraperitoneal yang masif atau peritonitis. Komplikasi lain meliputi
infertilitas dan amenore.
I. Pencegahan
Menurut Nurarif, A.H & Kusuma, H (2015: 161) ada beberapa cara
pencegahan terhadap kista ovarium yaitu:
1. Hindari faktor-faktor pencetus penyakit dan istirahat yang cukup.
2. Biasakan olahraga teratur dan hidup bersih serta konsumsi makanan
yang banyak mengandung gizi
3. Pakailah alat kontrasepsi jika ingin melakukan senggama
4. Pemakaian kontrasepsi oral dapat digunakan untuk menekan aktivitas
ovarium.
Beberapa cara pencegahan terhadap kista, yaitu:
a) Kurangi makanan yang berkadar lemak tinggi.
vena jugularis.
frekuensi per-nafasan.
2) Palpasi
3) Perkusi
4) Auskultasi
Mashudi, (2011).Buku Ajar Anatomi dan Fisiologi Dasar. Jakarta: Salemba Medika.
Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2015).Nanda Nic Noc Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosis Medis. Yogyakarta: Mediaction.
DI SUSUN OLEH :
ARHAM, S.kep
17.04.055
CI LAHAN CI INSTITUSI
( ) ( )
Bronchial
Karakteristik sputum : Tidak ada sputum
Interaksisosial
Subyektif :
Status pernikahan : Menikah
Lama pernikahan : 8 Tahun
Tinggal serumah dengan : Suami dan anak
Obyektif :
Komunikasi verbal/nonverbal dengan orang terdekat : Suami, Orang tua dan
saudara
Integritas ego
Subyektif :
Perencanaan kehamilan : Tidak
Perasaan klien/keluargaterhadappenyakit : Menerima
Status hubungan : Menikah
Masalah keuangan : Tidak ada
Cara mengatasi stress : Dengar Lagu
Obyektif :
Status emosional : Terkontrol
Responfisiologis yang diamati : Kurang baik
Agama : Islam
Neurosensori
Subyektif :
Alergi/sensitivitas : Tidak ada
Penyakit masak anak-kanak : Tidak riwayat penyakit
Riwayat imunisasi : Lengkap
Infeksi virus terakhir : Tidak ada riwayat terkena virus
Binatang peliharaan di rumah : Kucing dan Ayam, Bebek
Masalah obstetric sebelumnya : Tidak ada
Jarak waktuk kehamilan terakhir: 3 Tahun
Riwayatkecelakaan : Tidak ada riwayat kecelakaan
Fraktur dislokasi : Tidak ada
Pembesaran kelenjar : Tidak ada pembesaran kelenjar lymfe dan
Obyektif :
Integritaskulit : Lembab
Cara berjalan : baik
Penyuluhan/pembelajaran
Subyektif :
Bahasa dominan : Indonesia
Pendidikan terakhir : SMA
Pekerjaan suami : Wiraswasta
Faktor penyakit dari keluarga : Tidak ada yang menderita dengan penyakit
yang sama dengan pasien
Sumber pendidikan tentang penyakit : Dokter dan tenaga kesehatan
lainnya
Pertimbangan rencana pulang
Tanggal infornasi diambil : Belum di ketahui
Pertimbangan rencana pulang : KU membaik tetapi harus control kembali
Tanggal perkiraanpulang : Belum diketahui
Ketersediaan sumber kesehatan terdekat : Rumah Sakit dan Puskesmas
Pemeriksaan diagnostic :
1. Pemeriksaan Laboratorium : 11-07-2018
Hasil : Non reaktif, result 93
2. USG tampak massa O 9,5x11,9 cm
No Nama Dosis Rute Golongan Indikasi
1 cefotaxiame 19 R/12jam IV Antibiotic Digunakan untuk mengobati
golongan infeksi bakteri atau mencegah
sefalosporin infeksi bakteri sebelum, atau
selama pembedahan tertentu.
2. Nabic 4x1
tab/2jam
3 Commoxosole 2x2
tab/6jam
ANALISIS DATA
1 Nyeri akut berhubungan dengan agens Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x8 1400 : Manajemen Nyeri
cedera biolgis (Perdarahan) jam maka klien dapat mengontrol nyeri dengan
DS : kriteria hasil : 1. Lakukan pengkajian nyeri komperhensif yang
1. Pasien mengatakan sakit pada perut meliputi lokasi, karakteristik, onset/durasi,
Kontrol Nyeri (1605)
bagian bawah
frekuensi, kualitas, intensitas, atau beratnya
2. Pasien mengatakan benjolan pada - 160502 klien mampu mengenali kapan nyeri
perut bagian bawah nyeri/factor pencetus
terjadi
DO: - 160501 klien mampu menggambarkan 2. Beri posisi yang nyaman
factor penyebab nyeri 3. Ajarkan tehnik distraksi dan relaksasi napas
1. Pasien Nampak memegang area
yang nyeri Tingkat Nyeri (2102) dalam
2. Pasien nampak meringis
4. Kolaborasi pemberian obat dengan tim medis
3. Pengkajian nyeri : - 210201 klien mampu melaporkan tingkat
P : saat beraktivitas nyeri yang berkurang
Q : tertusuk
R : perut bagian bawah
S : 3 T : hilang timbul
4. USG tampak massa O 9,5x11,9 cm
5. TD : 120/80 mmHg Pernf : 22
x/menit N : 80 x/menit S : 370c
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN HARI I
Nama/inisialklien : Nn .I
Diagnosamedis : Kista ovarium Ruangrawat : Az Zahra (Nifas)
No Diagnosa Keperawatan Hari/tanggal Jam Implementasi Evaluasi
1 Nyeri akut berhubungan Sabtu 1400 : Manajemen Nyeri Sabtu 14 Juli 2018 pkl : 14.00 WITA
dengan 14-07-2018
1. Lakukan pengkajian nyeri komperhensif yang S : klien mengatakan masih nyeri tapi
11. 00 tidak terlalu
meliputi lokasi, karakteristik, onset/durasi, frekuensi,
kualitas, intensitas, atau beratnya nyeri/factor O : Skala nyeri 2
pencetus A : Masalah Nyeri akut belum teratasi
Hasil : P : lanjutkan intervensi
Pengkajian PQRST :
- Management nyeri
P: pada saat beraktivitas
Q: Tajam/tekan
R: di perut bagian bawah
S: 3
11.20
T: Hilang timbul
2. Beri posisi yang nyaman
11.40
Hasil :berbaring atau posisi fowler
3. Ajarkan tehnik distraksi dan relaksasi napas
dalam
Hasil : Klien melakukan tehnik relaksasi nafas
dalam sesuai dengan yang diajarkan
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN HARI II
Nama/inisialklien : Nn .I
Diagnosamedis : Kista ovarium Ruangrawat : Az Zahra (Nifas)
No Diagnosa Keperawatan Hari/tanggal Jam Implementasi Evaluasi
1 Nyeri akut berhubungan Minggu 1400anajemen Nyeri Minggu 15 Juli 2018 pkl : 13.10
dengan 15-07-2018 1. Lakukan pengkajian nyeri komperhensif yang WITA
10. 00 meliputi lokasi, karakteristik, onset/durasi, S : klien mengatakan sudah tidak nyeri
frekuensi, kualitas, intensitas, atau beratnya O : -
nyeri/factor pencetus
A : Masalah Nyeri akut teratasi
Hasil :
Pengkajian PQRST : P:-