Sunteți pe pagina 1din 8

Solo Craft Gallery Expo

dengan Pendekatan Arsitektur Jawa Kontemporer


Betyona Bioza1, Titis Srimuda Pitana2, Gunawan3
Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Sebelas Maret1
Email: beebioza@student.uns.ac.id
Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Sebelas Maret 2
Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Sebelas Maret 3

Abstract: Solo Craft Gallery Expo is an effort to accommodate the presence of creative industries joined in the
craft subsector SMEs, and facilitating MICE activities in the city of Solo. The space is in the form of art
galleries as well as a market for good packaging and expo space with diverse capacities. Combining the two
functions of this building is a strategy for mutually supporting each other’s existences. Gallery space presented
as cultural charms, while the expo space plays a role in bringing visitors. The government policies in synergy
with the city’s potential efforts to support and facilitate the development of the city for more advances physical
quality and human resources. This system if it is associated with the city of Solo as location, intersects with the
image which is the city of culture. This last issue is associated with contemporary architecture, which is an
effort to locate and revive the values of cultural and society, as a reflection of the city’s identity. In this case,
the Javanese architecture which is the local architecture and result of the Javanese cultural community life,
deserve to be appreciated to exist as a force of local architecture. The process of aligning the image of the
building with the city image of the building of Solo Craft Gallery Expo, carried out through the application of
contemporary Javanese Architecture.

Keywords: MSME craft’s sub-sector, craft galleries, MICE facilities, contemporary Javanese architecture.

PENDAHULUAN setelah kuliner. Output produk dari para


Solo merupakan sebuah kota dengan pengrajin dipasarkan secara individu,
keberagamaan dalam perkembangan tradisi. memanfaatkan media social, dan kenalan mereka.
Memiliki sejarah panjang dengan potensi Ada pula yang memanfaatkan fasilitas berupa
keberagaman keraton dan juga proses akulturasi pasar-pasar tradisional dan ruang publik melalui
etnis, yaitu: Cina; Arab, dan Belanda. Dengan kegiatan mingguan sebagai kesempatan dalam
akar tradisi yang kuat, Solo tumbuh dengan menjual dan memasarkan produk mereka. Akan
perpaduan antara tradisi lokal dan tuntutan tetapi, untuk menjangkau pasar yang lebih luas,
perkembangan sebuah kota modern. Dengan ruang publik seperti car free day dan night market
segala keterbatasannya, masyarakat justru dirasa kurang cukup.
berproses kreatif, mengembangkaan apa yang Lokasi Solo yang menjadi jalur strategis
mereka punya sebagai upaya untuk bertahan peghubung Semarang, Yogyakarta dan Surabaya
hidup sekaligus mempertahankan tradisi. Mulai menjadi aspek penting dalam proses perkembang
dari kuliner, seni pertunjukan, kemampuan kota di sektor perdagangan dan jasa. Keberadaan
mereka dalam membuat sesuatu (keterampilan), potensi akar tradisi yang dituangkan melalui
arsitektur, dan lain-lain. kegiatan seni budaya dengan konsep-konsep
Data Dinas Koperasi dan UMKM tahun menarik menjadi magnet penarik perhatian
2015 menunjukan 2.796 pelaku industri kreatif wisatawan untuk berkunjung. Dampaknya, roda
dengan berbagai subsektor yang tersebar di Lima perekonomian semakin berputar dan
kecamatan. 820 di antaranya merupakan pembangunan infrastruktur semakin membaik,
merupakan pelaku industri kreatif subsektor Kota Solo pun semakin layak kunjung.
kerajinan, yang berada di posisi kedua teratas

1
Arsitektura, Vol. 15, No.1, April 2017: 61-70

Kepala Dinas Kebudayaan dan a. Observasi


Pariwisata kota Solo, Widdi Srihanto Melakukan pengamatan langsung
mengatakan, “Selain memiliki daya tarik sebagai terhadap objek penelitian di lapangan dengan
kota budaya dan pariwisata, Solo dinilai aman cara, sebagai berikut.
dan nyaman sehingga kerap dijadikan tempat 1) Mengunjungi para pelaku kerajinan dan
penyelenggaraan MICE, ditambah lagi pada pekerja seni pertunjukan di Surakarta untuk
2009, Kementrian Pariwisata dan Ekonomi mengetahui hal-hal terkait kerajinan yang
Kreatif mencanangkan Kota Solo sebagai salah mereka buat serta kegiatan yang dilakukan
satu kota tujuan MICE (travel.kompas.com/read dalam memepersiapkan seni pertunjukan,
/2013/11/11/1044316/Solo.Andalkan.Wisata. mengetahui sejarahnya, proses pembuatan,
Jasa – diakses 23 maret 2016).” Hingga saat ini proses pemasaran, apresiasi dari masyarakat
kegiatan MICE di Solo diakomodasi oleh hotel- luas, proses latihan, dll.
hotel. Akan tetapi, kapasitas ruang yang terbatas 2) Mengunjungi galeri dan expo center sebagai
tidak memungkinkan untuk kegiatan-kegiatan preseden.
dengan skala besar. b. Wawancara
Kebijakan pemerintah melalui program- 1) Melakukan interview kepada beberapa
program seperti eco cultural city, one village one pengrajin, untuk menggali lebih dalam
product, dan kota konferensi internasional mengenai kerajinan yang kental dengan
berbasis budaya lokal, merespon dan mendukung budaya, yang masih dipertahankan
keberadaan potensi-potensi kota dalam rangka keberadaannya hingga saat ini.
meningkatkan kualitas hidup masyarakat kota. 2) Melakukan tanya jawab kepada pengelola
Penghadiran Solo Craft Gallery Expo ini bangunan galeri dan expo center untuk
merupakan upaya pewadahan hasil kerajinan mengetahui tentang sistem pewadahan dan
bernilai seni budaya yang dimiliki masyarakat pelayanan yang ditawarkan.
Solo, serta mendukung strategi pemerintah yang c. Dokumentasi
tertuang dalam visi pembangunan jangka Melakukan perbendaharaan visual,
menengah 2010-2015 Solo Eco-Cultural City dengan cara, sebagai berikut.
“One Village, One Product” yang outputnya 1) Mendokumentasikan foto proses pembuatan
perlu difasilitasi, baik produk, maupun kegiatan maupun hasil karya kerajianan yang siap
yang berkaitan dengan pemasaran, penjualan, dipasarkan serta mengetahui dengan jelas
event, dan lain-lain. Selain itu Solo Craft Gallery mengenai dimensi dan ukuran sebuah hasil
Expo juga dapat menjadi tujuan wisata baru di karya kerajinan.
Kota Solo, dengan menjadikan craft sebagai 2) Mendokumentasikan beberapa bangunan
objek yang dapat menarik minat wisatawan untuk galeri dan expo center sebagai studi preseden.
datang serta nilai tawar dalam City Branding. d. Studi Literatur
Dan menjadi wadah yang memfasilitasi kegiatan Melakukan pengumpulan informasi yang
MICE bertaraf internasional. bersumber dari referensi (buku, media cetak dan
Upaya menyeleraskan citra Kota Solo media online) tentang program UNESCO The
sebagai Kota budaya dengan citra bangunan Solo Creative City Network, Solo sebagai kota kreatif,
Craft Gallery Expo diwujudkan melalui ekonomi dan industri kreatif di Kota Solo,
arsitektur Jawa kontemporer. Arsitektur Jawa kegiatan expo, sistem pewadahan galeri,
yang merupakan arsitektur hasil dari proses akrsitektur tradisional Jawa, arsitektur
kehidupan masyarakat jawa dalam kontemporer, arsitektur Jawa kontemporer.
berkebudayaan, layak untuk diapresiasi 2. Metode Analisis
keberadaannya sebagai suatu kekuatan arsitektur Melakukan analisis data dan informasi
lokal yang diangkat dan dijadikan identitas yang sudah dikumpulkan untuk mengidentifikasi
kelokalan sebuah Kota. permasalahan dan menganalisis masalah tersebut
ke arah pendekatan konsep perencanaan dan
perancangan solo craft gallery expo. Data dan
METODE informasi tersebut dikaji dan digunakan dalam
1. Metode pengumpulan data
Beyona Bioza, Solo Craft Gallery

proses perencanaan dan perancangan melalui tiga Sistem pewadahan yang menghasilkan kebutuhan
tahap pemrograman, yaitu sebagai berikut. ruang pada solo craft gallery expo adalah
a. Pemrograman fungsional sebagai berikut.
Menganalisis kegiatan, identifikasi a) Area penerima
pengguna, sruktur organisasi, area kegiatan, dan b) Area galeri
pensrtukturan pengguna dengan kegiatan pada c) Area pengelola
solo craft gallery expo. d) Area expo
b. Pemrograman performansi e) Area servis
Menganalisis identifikasi kebutuhan 2. Analisis Tapak
dengan pengguna, atribusi lingkungan dengan Berikut ini merupakan beberapa
pengguna, karakteristik respon lingkungan, dan pertimbangan potensi dalam pemilihan tapak.
potensi lingkungan untuk memperoleh 1) Berada di wilayah peruntukan pemerintahan,
performansi sistem ruang dan bangunan solo pariwisata budaya, perdagangan dan jasa.
craft gallery expo. 2) Keberadaan dengan eksisting yang
c. Pemrograman arsitektur mendukung, berupa perkantoran, fasilitas
Dilakukan untuk menganalisis tapak, transportasi (bandara, terminal dan stasiun)
ruang atau bangunan, dan tapak site solo craft serta fasilits penginapan,
gallery expo sesuai dengan efektifitas fungsi dan 3) Lokasi site yang terletak di area suburban,
spesifikasi bangunan yang direncanakan. (perbatasan antara Kota Solo dengan
Kabupaten Karanganyar) menjadikan area ini
3. Metode Penyajian tidak padat kendaraan yang menyebabkan
Penyajian hasil penelitian dilakukan kemacetan, sehingga memberikan
melalui tulisan deskriptif konsep perencanaan kemudahan dalam pencapaian menuju lokasi.
dan perancangan solo craft gallery expo. Selain 4) Jalan Adi Sucipto yang berada di depan site
itu disertai juga dengan tabel dan gambar diklasifikasikan sebagai jalan kelas dua, yaitu
informatif dalam bentuk skema, ilustrasi dan jalan arteri yang dapat dilalui kendaraan
sketsa ide yang komunikatif. bermotor dengan muatan sumbu terberat
hingga 10 ton. Hal ini mendukung
ANALISIS keberadaan kegiatan pameran yang diwadahi
1 Analisis Peruangan dan Sistem Pewadahan bangunan dalam hal transportasi pengadaan
Bertujuan untuk mendapatkan pola barang-barang yang dipamerkan.
kegiatan dan kebutuhan ruang pengguna pada
Solo Craft Gallery Expo yang terdiri dari
kegiatan pengunjung, pengelola, komunitas
perajin, volunteer, penyelenggara kegiatan dan
pengguna lainnya.
a. Analisis Peruangan
1. Pengguna
Adapun ruang-ruang yang dihasilkan Gambar 1. Tapak Terpilih
dari pengguna dan kegiatan, antara lain sebagai Sumber: google earth, 2016
berikut. Lokasi tapak terpilih berada di Jl. Adi
a) Komunitas Pengrajin yang tergabung dalam Sucipto No.178, Karangasem, Laweyan, Kota
jejaring UMKM Solo Surakarta, Jawa Tengah 57144. Tapak memiliki
b) Kurator bentuk persegi yang terpotong pada sisi selatan
c) Volunteer dan sisi barat yang menjadikan bentuknya
d) Tour guide trapesium siku-siku yang terbalik, dengan jalan di
e) Pengelola galeri dan expo sisi bagian selatan. Tapak memiliki luas area
f) Pengunjung galeri dan peserta kegiatan expo sebesar 37.490,845 m2. Eksisting tapak
g) Petugas servis berbatasan dengan Kali Gajah Putih (utara), Jalan
2. Sistem Pewadahan Adi Sucipto, Kantor DPRD Surakarta (selatan),
dan Pemukiman Penduduk (timur dan barat).

3
Arsitektura, Vol. 15, No.1, April 2017: 61-70

yang sama, begitu juga untuk jalur keluar dari


site.

+ +
Gambar 2. Tapak Terpilih
Sumber: konsep Bioza, 2016
3. Analisis Pengolahan Tapak
a. Analisis Pencapaian, View dan Orientasi Gambar 4. Potensi View Terbaik
Bangunan Sumber: Analisa Bioza, 2016
Bertujuan untuk mendapatkan pola
pencapaian yang mudah diakses, yaitu dengan Area yang memiliki potensi view terbaik
menempatkan posisi pintu masuk dan letak adalah area selatan site yang bersentuhan
fasilitas kelompok pewadahan secara tepat. langsung dengan Jalan Adi Sucipto. Potensi ini
Adapun pertimbangan dalam mengolah mempengaruhi orientasi bangunan dan zoning
pencapaian, antara lain sebagai berikut. sesuai dengan pengelompokan kegiatan. Untuk
1) Keberadaan jalan Adi Sucipto pada bagian orientasi, mengoptimalkan ekspos bangunan ke
selatan site yang merupakan satu-satunya arah luar melalui pengolahan tampilan fasad
jalan yang dapat dimanfaatkan sebagai akses bangunan. Untuk zoning, pada area ini akan
masuk dan keluar. ditempatkan area yang bersifat publik.
2) Site berada di bagian utara jalan, menjadikan Untuk orientasi bangunan, akan
posisi site berada di sisi kanan jalan jika diarahkan ke arah selatan menghadap Jalan Adi
diakses dari arah dalam Kota, sehingga Sucipto, yang memiliki potensi view terbaik ke
pencapaian menuju site dilakukan dengan dalam maupun ke luar site. Pengolahan orientasi
menyebrangi jalan. Hal ini memungkinkan terhadap site mempertimbangkan pergerakan
adanya penumpukan kendaraan saat akan kedatangan pengunjung, melibatkan aspek visual
menyebrang masuk ke dalam site. sehingga pengunjung dapat mengetahui dengan
jelas lokasi site beserta keberadaan pintu masuk.

b. Analisis Klimatologis
Analisis klimatologis bertujuan untuk
mengamati kemudian mendapatkan respon
desain terhadap pergerakan matahari dan
pergerakan udara pada lokasi site. Dengan
mempertimbangkan keberadaan lokasi site dan
lingkungan sekitarnya yang dapat mempengaruhi
kondisi site.

Gambar 3. Pola pencapaian ke site


Sumber: google earth, 2016

Jalan Adi Sucipto merupakan satu-


satunya jalan yang dapat dimanfaatkan sebagai
jalur masuk dan keluar pada site ini. Untuk
merespon kondisi ini, dilakukan pemisahan
melalui pemecahan sirkulasi dalam site bagi
pengunjung dan pengelola. Akan tetapi jalur
masuk Main Entrance untuk pengunjung, dan
Side Entrance untuk pengelola tetap melalui jalur
Beyona Bioza, Solo Craft Gallery

1) Pergerakan Matahari Site terpilih diapit Kali Gajah Putih dan


jalan adi sucipto pada sisi utara dan selatan,
sedangkan pada sisi timur dan barat merupakan
Pagi hari permukiman penduduk. Tidak adanya bangunan
tinggi di lingkungan site menyebabkan aliran
udara dari yang datang dari segala arah tanpa
terhalang apapun. Keberadaan peopohonan yang
ditanam di tepi jalan, menjadi filter udara yang
masuk ke site. Keleluasaan pergerakan angin ini
Siang hari perlu diperlakukan dengan baik agar tidak masuk
secara berlebihan ke dalam bangunan. Untuk itu
diperlukan upaya pengendalian angin dengan
cara diperlambat, dipecah, dan dibelokkan,
melalui penataan masa bangunan, serta
pemanfaatan vegetasi berupa pohon-pohon dan
Sore hari perdu.

Gambar 5 Pergerakan Matahari


Sumber: Analisa Bioza, 2016

Sinar matahari sebagai pencahayaan


alami pada site. Sinar yang mengenai sisi timur
pada pagi hari akan menimbulkan bayangan pada Gambar 6. Arah Pergerakan Udara
sisi barat, dapat memberikan tekstur dan suasana Sumber: Analisa Bioza, 2016
ruang. Masuknya sinar matahari dapat melalui
bukaan-bukaan berupa kisi-kisi, ventilasi dan Tatanan Massa yang terdiri dari beberapa
jendela. Pada siang hari, sinar matahari dibiarkan bangunan, mengoptimalkan pergerakan udara
masuk melalui area terbuka antar bangunan, dalam bangunan. Membiarkan ruang terbuka
sedangkan pada sore hari, sinar matahari yang hijau diantara massa bangunan mampu
mengenai sisi barat site akan menimbulkan menciptakan iklim mikro yang baik. Selain itu
bayangan pada sisi timur. Sama halnya dengan penggunaan jenis bukaan yang tepat dapat
sinar matahari pagi hari, sinar matahari sore dapat menjadi device dalam mengendalikan aliran
dimanfaatkan dalam memberikan tekstur dan udara.
suasana ruang, akan tetapi sifat silau dari
matahari sore perlu diperlakukan dengan baik.
Radiasi panas matahari menimbulkan
ketidaknyamanan pada bangungan, sehingga
dibutuhkan upaya agar tidak terjadi ekspos
langsung secara berlebihan pada permukaan
dinding yang terpapar sinar matahari, yaitu sisi
timur (pada pagi hari) dan sisi barat (pada sore
hari). Hal ini disiasati dengan upaya memperkecil Gambar 7. Pergerakan udara antar Massa
bidang yang bersentuhan dengan sinar matahari Sumber: Analisa Bioza, 2016
sehingga, penyerapan panas matahari ke dalam
ruang melalui bidang dinding menjadi lebih 4. Analisis Bentuk dan Tatanan
rendah. Selain itu penggunaan vegetasi sebagai Tata Massa mengikuti pola tata ruang
barrier dan permukaan air pada sisi yang sama rumah jawa yang terdiri dari beberapa Massa
sebagai penyerap panas. dalam satu lingkungan, membiarkan terjadinya
2) Pergerakan Udara interaksi antara ruang luar (lingkungan alam)

5
Arsitektura, Vol. 15, No.1, April 2017: 61-70

dengan ruang dalam (lingkungan buatan). berupa perbedaan ketinggian lantai. Untuk tetap
Karakteristik tatanan ruang pada rumah jawa memunculkan keterkaitannya dengan unsur alam,
merupakan kawasan simetris, dengan sumbu penggunaan material mengutamakan jenis
kosmis horizontal berupa empat arah mata angin material yang berasal dari alam, seperti
sebagai datum utara-selatan dan timur-barat, serta kayu/papan, bambu, serta dinding pasangan batu
sumbu vertikal yang terletak titik pusat bata.
pertemuan keempat arah mata angin tersebut,
yang dalam terminologi Jawa dikenal dengan
papat kiblat lima pancer.

Gambar 10. Anyaman Bambu untuk Dinding


Sumber: Jogja Heritage Society, hal.53

Senthong Tengah
2) Tiang.
Gadri, pekiwan
Senthong, tengen, Dalem
Ekspos tiang, sebagai elemen
senthong kiwo (ruang tengah) pembentuk ruang, diaplikasikan pada
Gandhok Pendhopo bangunan pendopo dan area pameran
Gambar 8. Analisis Tata Massa temporer.
Sumber: Analisa Bioza, 2016

5. Analisis Bentuk Bangunan


Bangunan tradisional jawa terdiri dari
elemen kepala (rangka dan penutup atap), badan
(tiang atau saka, dinding, pintu, jendela, Gambar 11. Expos Tiang
ventilasi) dan kaki (pondasi, lantai, umpak). Sumber: Konsep Bioza, 2017
a. Kepala (rangka dan penutup atap) 3) Pintu dan Jendela.
Penggunaan elemen atap akan dibedakan Perletakan pintu utama pada rumah jawa
menjadi beberapa bentuk atap, dengan tujuan biasanya diletakkan secara simetris di depan
membedakan sesuai dengan fungsi pewadahan rumah, pintu diletakkan di tengah, diapit jendela
kegiatan dalam bangunan. di sisi kiri dan kanan. Dari segi proporsi, tinggi
pintu harus diperhatikan sehingga terlihat tegak
lurus dan kokoh, ukurannya disesuaikan dengan
tinggi tiang mulai dari atas lantai sampai ke
(a) Atap (b) Area temporer,(c) Atap blandar. Jumlah daun pintu dan jendela rata-rata
expo kantor pengelola Galeri dua buah (kupu tarung). Keberadaan pintu dan
jendela berfungsi sebagai device masuknya udara
Gambar 9. Perbendaan bentuk atap ke dalam bangunan. Pintu dan Jendela.
Sumber: Konsep Bioza, 2017 Perletakan pintu utama pada rumah jawa
biasanya diletakkan secara simetris di depan
b. Badan (dinding, tiang, pintu, jendela) rumah, pintu diletakkan di tengah, diapit jendela
1) Dinding. di sisi kiri dan kanan. Dari segi proporsi, tinggi
Pandangan manusia jawa yang percaya pintu harus diperhatikan sehingga terlihat tegak
pada kekuatan kosmos, yang berasal dari lurus dan kokoh, ukurannya disesuaikan dengan
lingkungan alam, memandang perlu adanya tinggi tiang mulai dari atas lantai sampai ke
pembatas yang tegas antara ruang luar dengan blandar. Jumlah daun pintu dan jendela rata-rata
ruang dalam. Batas yang paling kuat adalah dua buah (kupu tarung). Keberadaan pintu dan
dinding pemisah, sedangkan yang lain adalah
Beyona Bioza, Solo Craft Gallery

jendela berfungsi sebagai device masuknya udara


ke dalam bangunan.

Gambar 14.Ornamen Rete-Rete

Gambar 12. Pintu dan Jendela Kupu Tarung


Sumber: Konsep Bioza, 2017
c. Kaki (pondasi, lantai, umpak)
Gambar 15. Ornamen Makutho

Gambar 13. Umpak


Sumber: Konsep Bioza, 2017
Gambar 16. Ornamen Krapyak
KESIMPULAN
Konsep perencanaan dan perancangan
Solo Craft Gallery Expo ini menerapkan
Arsitektur Jawa Kontemporer untuk
menyelaraskan citra bangunan dengan citra Kota
Solo sebagai Kota budaya. Strategi ini
merupakan upaya dalam mengangkat nilai-nilai
kebudayaan dan kemasyarakatan. Keberadaan Gambar 17. Perspektif Eksterior
Arsitektur jawa yang merupakan hasil dari proses
kehidupan masyarakat jawa dalam
berkebudayaan, layak untuk diapresiasi sebagai
suatu kekuatan arsitektur lokal yang dapat
dijadikan identitas sebuah Kota.
Pemunculan unsur arsitektur Jawa pada
bangunan tampak dari ornamen pada atap seperti,
ornamen rete-rete (Gambar 14), ornamen
makhuto (Gambar 15), ornamen krapyak Gambar 18. Fasad Droping area
(Gambar 16). Kemudian penataan massa
bangunan yang terdiri dari beberapa massa dalam
satu lingkungan, serta perbedaan bentuk atap
terlihat pada perspektif eksterior (Gambar 17)
dan fasad droping area (Gambar 18). Serta
penghadiran unsur alam seperti kolam air dan
tanaman teratai yang diletakkan di ruang luar
antar bagunan pengelola dan galeri, serta Gambar 19. Selasar pada Galeri
tanaman rambat di atas selasar galeri (Gambar
19).

7
Arsitektura, Vol. 15, No.1, April 2017: 61-70

REFERENSI
Jogja Heritage Society. 2007. Pedoman
Pelestarian Bagi Pemilik Rumah
Kawasan Pusaka Kotagede, Yogyakarta,
Indonesia. (tidak diterbitkan).
Organization of Kotagede Heritage
District Management (OPKP Kotagede).

S-ar putea să vă placă și