Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
PUSAT KURIKULUM
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
2007
ABSTRAK
Tujuan pembangunan nasional yaitu bahwa setiap warga negara berhak mendapat
pendidikan yang layak dan bermutu. Hal tersebut mengalami kendala karena belum
adanya perangkat kurikulum yang dapat mengakomodasi dan melayani kebutuhan spesifik
peserta didik. Sementara peserta didik sendiri memiliki kekhasan baik secara fisik, mental,
sosial, emosional, maupun kecerdasan. Salah satu yang memiliki kekhasan dalam
emosional adalah peserta didik yang mengalami kesulitan belajar. Mereka memiliki
kecerdasan rata-rata atau di atas rata-rata tetapi biasanya mengalami kesenjangan antara
prestasi belajar dengan potensi yang dimilikinya. Sementara sistem pembelajaran di
sekolah belum memungkinkan penyediaan layanan pendidikan yang sesuai untuk peserta
didik berkesulitan belajar.
Pengembangan model kurikulum bagi peserta didik yang mengalami kesulitan belajar ini
diharapkan dapat menjadi salah satu upaya dalam menangani peserta didik berkesulitan
belajar. Model kurikulum ini dapat digunakan sebagai salah satu acuan, pedoman, maupun
rambu-rambu bagi sekolah dalam menyelenggarakan pembelajaran bagi peserta didik
yang berkesulitan belajar. Didalam model ini terdapat informasi mengenai kesulitan
belajar sehingga dapat memberikan gambaran bagi sekolah dalam mengenali karakteristik
peserta didik berkesulitan belajar sehingga mereka mendapatkan pembelajaran dan
layanan yang sesuai dengan kebutuhan mereka masing-masing. Lebih lanjut,
pengembangan model kurikulum bagi peserta didik berkesulitan belajar ini dapat dijadikan
pedoman dalam menyusun kurikulum tingkat satuan pendidikan yang dapat
mengakomodasi peserta didik berkesulitan belajar pada satuan pendidikan dasar.
Ruang lingkup pengembangan model kurikulum ini meliputi model kurikulum bagi
peserta didik yang mengalami kesulitan belajar untuk Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah
(SD/MI), cakupan kesulitan belajar yang dibahas adalah kesulitan belajar membaca
(disleksia), menulis (disgrafia), dan berhitung (diskalkulia). Pengembangan model ini
melibatkan berbagai ahli pendidikan dan para praktisi yang berpengalaman yang berasal
dari perguruan tinggi, tenaga pendidik dan kependidikan, dan pihak lain yang terkait.
Kegiatan pengembangan ini dilaksanakan melalui beberapa tahap, antara lain: Penyusunan
Desain, Kajian Konsep, Kajian Kebutuhan Lapangan, Penyusunan Kerangka Model,
Penyusunan Model, Ujicoba Model, Analisis Hasil Ujicoba, Perbaikan Model, Presentasi
Model, Penyempurnaan Model, dan Finalisasi. Metode yang digunakan antara lain
pengumpulan data, observasi, workshop, diskusi fokus, serta wawancara. Pengembangan
kegiatan kajian kebutuhan lapangan dilakukan di daerah Tangerang sedangkan untuk
ujicoba model dilakukan di daerah Boyolali dan Garut.
Kegiatan ini menghasilkan model kurikulum bagi peserta didik yang mengalami kesulitan
belajar dan Contoh KTSP bagi Peserta didik yang mengalami kesulitan belajar, baik yang
dibuat oleh tim kerja maupun yang berasal dari sekolah yang dijadikan sekolah ujicoba
untuk model kurikulum bagi peserta didik berkesulitan belajar.
Dalam menangani masalah kesulitan belajar, perlu kerjasama antara guru, orang tua, serta
peserta didik. Salah satu faktor yang mempengaruhi lambatnya penanganan kesulitan
belajar dikarenakan kurangnya pengetahuan dan keterampilan guru dalam mengenali
peserta didik yang mengalami kesulitan dalam belajarnya. Untuk itu perlu dilakukan
identifikasi bagi peserta didik yang berguna untuk membantu dalam menangani peserta
didik yang mengalami kesulitan dalam belajar serta untuk menentukan metode
pembelajaran yang tepat untuk peserta didik tersebut. Guru dapat menggunakan Program
Pembelajaran Individual (PPI) sebagai salah satu upaya dalam menangani peserta didik
berkesulitan belajar. Program pembelajaran individual ini dirancang dan dilaksanakan
pada peserta didik secara individual.
Abstrak ....................................................................................................................... i
Daftar Isi ..................................................................................................................... ii
Bab I Pendahuluan .............................................................................................. 1
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Landasan Hukum ................................................................................. 1
C. Tujuan .................................................................................................. 2
D. Ruang Lingkup ..................................................................................... 2
Bab III Model Kurikulum Bagi Peserta Didik Berkesulitan Belajar ..................... 12
A. Pendahuluan/Identitas Sekolah/Lembaga ............................................ 12
B. Perumusan Visi, Misi, Tujuan .............................................................. 12
C. Struktur dan Muatan Kurikulum .......................................................... 12
D. Kalender Pendidikan ............................................................................ 14
E. Perencanaan Pembelajaran bagi Peserta Didik Berkesulitan Belajar ... 14
F. Kegiatan Pembelajaran bagi Peserta Didik Berkesulitan Belajar ........ 15
G. Penilaian ............................................................................................... 26
H. Program Pembelajaran Individual (PPI) .............................................. 29
A. Latar Belakang
Tujuan pembangunan nasional mengarah pada upaya peningkatan kesejahteraan dan
kualitas hidup secara merata di seluruh pelosok tanah air sesuai yang diamanatkan
UUD 1945. Dengan demikian secara hukum seluruh warga negara dijamin untuk
memiliki hak yang sama dalam menikmati hasil-hasil pembangunan termasuk hak
untuk memperoleh pendidikan yang layak dan bermutu.
Pendidikan yang layak dan bermutu merupakan sesuatu yang sangat penting dalam
menumbuhkan hidup menjadi utuh dan sempurna. Melalui proses pendidikan itulah
kepribadian individu dimatangkan dan dikembangkan, sehingga seorang peserta didik
menjadi manusia yang dewasa, utuh, dan mandiri. Proses pendidikan tersebut sangat
diperlukan bagi peserta didik, termasuk bagi peserta didik berkesulitan belajar.
Harapan pemerintah untuk dapat melayani seluruh komponen masyarakat akan
pendidikan yang layak dan bermutu selama ini belum sepenuhnya bisa terwujud
dengan adanya berbagai kendala di berbagai aspek. Kendala tersebut terletak pada sisi
komponen pendidikan itu sendiri sebagai subjek maupun pada kondisi masyarakat
(peserta didik) sebagai objek.
Salah satu aspek sisi komponen pendidikan yang menjadi kendala adalah belum
adanya perangkat kurikulum yang dapat mengakomodasi dan melayani kebutuhan
spesifik peserta didik. Sementara peserta didik sendiri memiliki kekhasan baik secara
fisik, mental, sosial, emosional, maupun kecerdasan.
Peserta didik berkesulitan belajar memerlukan perhatian khusus. Mereka memiliki
kecerdasan rata-rata atau di atas rata-rata. Di sekolah reguler, peserta didik
berkesulitan belajar umumnya tidak terdeteksi secara baik oleh guru. Mereka biasanya
mengalami kesenjangan antara prestasi belajar dengan potensi yang dimilikinya.
Sistem pembelajaran di sekolah reguler belum memungkinkan penyediaan layanan
pendidikan yang sesuai untuk peserta didik berkesulitan belajar. Untuk itu diperlukan
upaya-upaya tertentu agar peserta didik berkesulitan belajar di sekolah-sekolah reguler
dapat ditangani.
Salah satu upaya dalam penanganan bagi peserta didik berkesulitan belajar yaitu
dengan dikembangkannya sebuah model kurikulum khusus bagi mereka yang
berkesulitan belajar. Model kurikulum ini merupakan rancangan pengalaman
pembelajaran menyeluruh bagi peserta didik berkesulitan belajar pada satuan
pendidikan tertentu.
B. Landasan Hukum
1. Undang-undang Dasar 1945 pasal 31
• ayat (1) mengamanatkan bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan
pendidikan
• ayat (3) pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem
pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan ketaqwaan serta akhlak
mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan
undang-undang.
C. Tujuan
Tujuan Umum:
Model kurikulum ini dapat dijadikan acuan bagi sekolah dalam menyelenggarakan
pendidikan, sehingga kebutuhan akan layanan pendidikan bagi setiap peserta didik
dapat terpenuhi.
Tujuan Khusus:
Model kurikulum bagi peserta didik yang berkesulitan belajar disusun dengan tujuan :
• Memberikan gambaran kepada guru dan pihak lain dalam mengenali karakteristik
peserta didik berkesulitan belajar.
• Memberikan rambu-rambu kepada guru dalam menyelenggarakan pembelajaran
bagi peserta didik berkesulitan belajar.
• Memberikan arah dalam mengembangkan pembelajaran bagi peserta didik
berkesulitan belajar.
D. Ruang Lingkup
Lingkup pengembangan model kurikulum bagi peserta didik berkesulitan belajar
meliputi:
1. Model kurikulum bagi peserta didik berkesulitan belajar ini untuk Sekolah
Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI).
2. Kesulitan belajar yang dibahas dalam model ini meliputi:
a. Kesulitan belajar membaca atau disleksia
b. Kesulitan belajar menulis atau disgrafia
c. Kesulitan belajar berhitung atau diskalkulia
Kondisi kesulitan belajar berbeda dengan kondisi masalah belajar berikut ini:
a. Tunagrahita (Mental Retardation)
Anak tunagrahita memiliki inteligensi antara 50-70. Kondisi tersebut
menghambat prestasi akademik dan adaptasi sosialnya yang bersifat menetap.
b. Lamban Belajar (Slow Learner)
Slow learner adalah anak yang memiliki keterbatasan potensi kecerdasan,
sehingga proses belajarnya menjadi lamban. Tingkat kecerdasan mereka sedikit di
bawah rata-rata dengan IQ antara 80-90. Kelambanan belajar mereka merata pada
semua mata pelajaran. Slow learner disebut anak border line (”ambang batas”),
yaitu berada di antara kategori kecerdasan rata-rata dan kategori mental
retardation (tunagrahita)
c. Problem Belajar (Learning Problem)
Anak dengan problem belajar (bermasalah dalam belajar) adalah anak yang
mengalami hambatan belajar karena faktor eksternal. Faktor eksternal tersebut
berupa kondisi lingkungan keluarga, fasilitas belajar di rumah atau di sekolah, dan
lain sebagainya. Kondisi ini bersifat temporer/sementara dan mempengaruhi
prestasi belajar.
D. Identifikasi
Identifikasi dalam hal ini merupakan proses untuk menemukenali individu agar
diperoleh informasi tentang jenis-jenis kesulitan belajar yang dialami. Untuk
mengantisipasi kekeliruan dalam klasifikasi dan agar dapat diberikan layanan
pendidikan pada anak berkesulitan belajar, diperlukan semacam instrumen untuk
mengidentifikasi kondisi kesulitan belajar tersebut.
Instrumen ini berupa tabel inventori atau daftar ceklis. Instrumen ini bisa digunakan
guru kelas untuk mengidentifikasi kemampuan siswanya. Identifikasi dilakukan
melalui observasi atau pengamatan. Pada umumnya karakteristik peserta didik dapat
dikenali setelah 3 bulan pertama setelah mengikuti pembelajaran di kelas.
Melalui identifikasi akan diperoleh informasi tentang klasifikasi kesulitan belajar
yang dialami anak. Dari klasifikasi tersebut dapat disusun perencanaan program dan
tindakan pembelajaran yang sesuai. Identifikasi dilakukan melalui pengamatan
dengan menggunakan instrumen daftar cek. Berikut ini instrumennya.
Bila dari hasil pengamatan, seorang anak menunjukkan lebih dari delapan item
perilaku dalam daftar ceklis ini, kemungkinan anak tersebut berisiko mengalami
kesulitan belajar (Sumarlis, 2007). Untuk memperoleh informasi yang lebih akurat
mengenai kondisi kesulitan belajarnya, anak bisa dirujuk kepada tenaga ahli
(psikolog, pedagog), sehingga layanan pendidikan yang diberikan kepada anak
berkesulitan belajar menjadi lebih tepat. Namun, tanpa rujukan tenaga ahli pun, guru
tetap dapat menyusun program dan melaksanakan pembelajaran bagi peserta didik
yang mengalami kesulitan belajar.
Minggu
Satu Jam Jumlah jam
Efektif Waktu Jumlah
Satuan Pembelajaran Pembelajaran
Kelas Per Pembelajaran Jam
Pendidikan Tatap Muka Per Minggu
Tahun Per Tahun Pertahun
(Menit)
Ajaran
• Ketuntasan Belajar
Ketuntasan belajar disepakati oleh pihak sekolah dan komite sekolah pada
awal tahun pelajaran dengan mempertimbangkan kompetensi individu.
Ketuntasan setiap indikator yang telah ditetapkan dalam suatu kompetensi
berkisar antara 0 s/d 100%.
• Kenaikan Kelas dan kelulusan
Kenaikan kelas berdasarkan ketuntasan belajar dan kompetensi yang dicapai
peserta didik.
Penentuan peserta didik yang naik kelas dilakukan oleh sekolah dalam suatu
rapat dewan guru dengan mempertimbangkan SKB sikap, penilaian, budi
pekerti, dan kehadiran peserta didik yang bersangkutan.
Standar Minimal Kelulusan Sekolah Dasar dibuat oleh BSNP untuk dijadikan
acuan penyusunan naskah soal Ujian Sekolah sesuai dengan ketentuan PP 19
b. Pendekatan Perilaku
Menilik proses tahapan belajar membaca di atas, pendekatan teori perilaku
memandang bahwa membaca merupakan bentuk kemampuan yang
kemampuan dan hambatannya tampak pada saat proses membacanya sendiri.
Ketidaklancaran membaca merupakan salah satu bentuk hambatan yang sering
tampak.
a) Metode Bunyi/Fonik
Metode Membaca Permulaan dengan Pendekatan Perilaku
• Prinsip
1. Menamai huruf sesuai dengan “bunyi”-nya.
Misalnya: Huruf “k” dibunyikan /ek/ atau /ke/.
“g” dibunyikan /eg/ atau /ge/.
2. Contoh Pelafalan
Kata kaki : ek - a - ek - i,
bukan : ka - a - ka – i
• Langkah-langkah
1. Anak diperintahkan menggunakan bunyi huruf saat mengeja
2. Anak memanjangkan bunyi huruf tersebut saat akan menyambungkan dengan
bunyi huruf lain.
3. Pengajaran dimulai dengan susunan huruf KV-KV lalu dilanjutkan dengan pola
huruf lain yang lebih rumit
4. Anak dikenalkan dengan bunyi konsonan rangkap sebagai satu kesatuan bunyi.
Misalnya konsonan /ng/ dan /ny/
5. Selain itu anak juga dikenalkan dengan bunyi diftong (vokal rangkap sebagai
sebagai satu kesatuan bunyi. Misalnya diftong /ai/, /au/, dan /oi/
(Kirk & Minskoff, dalam Lerner 2000)
c. Pendekatan Kognitif
Menilik proses tahapan belajar membaca di atas, pendekatan teori kognitif
memandang bahwa membaca merupakan suatu pemrosesan terhadap
informasi yang berupa pola-pola. Baik itu pola penggabungan huruf menjadi
suku kata, suku kata menjadi kata maunpun gabungan kata menjadi kalimat.
Pola-polanya sendiri bisa diajarkan secara langsung maupun secara tak
langsung, atau anak akan menemukan sendiri polanya.
Model layanan pembelajaran yang ditawarkan oleh pendekatan pembelajaran
ini berupa kegiatan penemuan pola-pola seperti:
• Menemukan pola gabungan huruf vokal-konsonan menjadi suku kata
tertentu
• Menggunakan pola kata tertentu dalam kalimat (D-M dan M-D; frasa,
kata majemuk, kata ulang, dll.)
• Memahami pola kalimat sesuai jabatan katanya.
• Melakukan proses membaca pemahaman secara bertahap, sehingga
pengalaman membaca menjadi sesatu yang bermakna
• Rekomendasi : Metode Pengalaman Berbahasa untuk aktivitas
membaca permulaan dan Metode SAS, Metode KWL, Metode
Mindmap untuk aktivitas membaca pemahaman
K W L
(Sebelum membaca) (Saat membaca) Setelah membaca
What we KNOW What we WANT to find out What we have LEARNED
Apa yang INGIN kita
Apa yang sudah kita KETAHUI Apa yang telah kita PELAJARI
temukan
(Mengenai isi bacaan) (Dari isi bacaan)
(Dari isi bacaan)
TOPIK
UTAMA
Topik 3 Topik 4
Bertelur MAKHLUK
Beranak Tumbuhan
Hewan Alami
Bbrp Reptil
HIDUP Spora Tunas
Rimpang
Manusia Vegetatif
Membelah
Vegetatif
diri Buatan
Generatif
Amuba Cangkok
Okulasi Enten
Beranak
Mamalia
a) METODE DIKTE
Metode Menulis Permulaan/Lanjut dengan Pendekatan Perilaku
• Prinsip
1. Mendayagunakan kemampuan sensoris: Visual, Auditori, Taktil, dan
Kinestetik
2. Membiasakan anak mengasosiasikan bunyi (auditoris) dengan bentuk (visual)
huruf.
3. Membiasakan anak menuliskan (kinestetik) atas bunyi (auditoris) dalam
bentuk gambar huruf (visual)
4. Melatih proses menulis secara praktis
• Langkah-langkah
1. Anak menyimak huruf/kata yang dilafalkan guru
2. Ulangi pelafalan bila perlu
3. Anak menulis sambil melafalkan huruf/kata
4. Guru menulis contoh huruf/kata di papan tulis
5. Anak menyalin contoh dari gurunya di bawah ulisannya sendiri.
6. Ulangi langkah-langkah tersebut 2 – 3 kali.
7. Koreksi secara bersama-sama
Sebagai tambahan dapat dilakukan penilaian diri (refleksi). Penilaian diri adalah
suatu teknik penilaian. Dalam penilaian diri peserta didik diminta untuk menilai
dirinya sendiri berkaitan dengan status, proses dan tingkat pencapaian kompetensi
yang dipelajarinya.
Penerapan penilaian diri (self assessment) dalam bidang sains dapat dilakukan
dengan cara memberikan lembaran survei setelah peserta didik menuntaskan suatu
tugas / kegiatan (misalnya: proyek ilmiah, percobaan, presentasi, dan lain-lain)
6. Laporan Penilaian
Laporan penilaian terbagi menjadi 2 (dua), yaitu:
a. Laporan Kuantitatif
Berisi laporan mengenai penilaian hasil belajar peserta didik dalam bentuk
angka Penilaian kuantitatif menggunakan dua pendekatan penilaian, yaitu:
• Penilaian Acuan Patokan (PAP)
Mengacu pada patokan standar ketuntasan belajar (prestasi siswa,
dibandingkan patokan yang sudah ditetapkan sebelumnya). Hasil dari
pendekatan penilaian ini adalah nilai prestasi individu peserta didik.
• Penilaian Acuan Norma (PAN)
Mengacu pada nilai rata-rata kelas (prestasi seorang peserta didik
dibandingkan dengan semua peserta didik di kelasnya).
b. Laporan Kualitatif
Berisi laporan mengenai penilaian hasil belajar peserta didik dalam bentuk
deskripsi atau uraian. Selain aspek kognitif, dalam laporan ini diuraikan pula
pengaruh aspek-aspek afektif dan psikomotor serta faktor-faktor eksternal
peserta didik terhadap proses dan hasil belajarnya.
Materi yang diuraikan dalam laporan kualitatif antara lain berupa:
(1) Uraian perkembangan yang menunjukkan keunggulan dan kelemahan
peserta didik pada aspek akademik maupun perilaku.
(2) Uraian mengenai perbandingan prestasi belajar seorang peserta didik
dengan peserta didik yang lain
(3) Menguraikan kendala yang terjadi, solusi, dan rekomendasi yang
ditawarkan.
Pelayanan bagi peserta didik berkesulitan belajar sudah banyak dilakukan, tetapi
pelayanan tersebut belum teradministrasikan dengan baik. Pelayanan umumnya bersifat
insidental dan belum tertuang dalam dokumen kurikulum sekolah. Hal ini menyebabkan
layanan yang diberikan kepada peserta didik berkesulitan belajar belum optimal. Oleh
karena itu dengan dikembangkannya model kurikulum ini diharapkan peserta didik
berkesulitan belajar di sekolah dapat terlayani kebutuhan pendidikannya.
Model pengembangan kurikulum untuk peserta didik berkesulitan belajar ini bisa
dijadikan acuan untuk mengembangkan program pembelajaran bagi peserta didik
berkesulitan belajar di SD/MI. Sekolah dapat mengembangkan lebih lanjut model ini
sesuai dengan kondisi masing-masing. Model kurikulum ini bukanlah satu-satunya model
yang harus digunakan sekolah. Dalam hal ini sekolah memiliki keleluasaan untuk
mengembangkan sendiri sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik peserta didik. Terlebih
dalam hal metode atau strategi pembelajaran. Karena tidak ada metode atau strategi yang
salah atau benar, yang ada adalah metode/strategi yang tepat atau tidak tepat.
Nama : Kelas/Semester :
Tanggal Lahir : Tahun Pelajaran :
Usia : Jenis Kesulitan :
Orang tua/Wali : Profesi Orang tua/Wali :
A. Identitas Siswa
Nama :
Tempat dan tanggal lahir :
Umur :
Jenis kelamin :
Nama orang tua :
Alamat :
Kelas :
Tahun Pelajaran :
Jenis Kesulitan :
A. Pelaksanaan
• Tujuan Jangka Panjang
• Media
• Evaluasi
• Waktu Pelaksanaan
• Target
• Penanggungjawab
I. Pendahuluan
B. Landasan ........................................................................................................ 2
A. Visi …………………………………………………………..….................. 3
B. Misi ................................................................................................................ 3
C. Tujuan ............................................................................................................ 3
Lampiran
1. Silabus
2. RPP
3. PPI
C. Pengembangan Diri*)
1. Sepak bola 2 2 2 2
2. Seni Musik 2 2 2 2
3. Pencak Silat 2 2 2 2
4. Melukis 2 2 2 2
5. Bermain Peran 2 2 2 2
D. Pembelajaran Remedial 2 2 2 2
Jumlah 39 39 44 47
B. Muatan Kurikulum
1) Mata Pelajaran
meliputi Agama, Pendidikan Kewarganegaraan, Bahasa Indonesia,
Matematika, Ilmu Pegetahuan Alam (IPA), Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS),
Seni Budaya dan Keterampilan, serta Pendidikan Jasmani, Olahraga dan
Kesehatan yang dikembangkan ke dalam silabus berdasarkan standar
kompetensi dan kompetensi dasar.
2) Muatan Lokal
Disesuaikan dengan situasi, kondisi, dan kekhasan daerah masing-masing.
A. Mata Pelajaran
1. Pendidikan Agama 70 %
2. Pendidikan Kewarganegaraan 70 %
3. Bahasa Indonesia 65 %
4. Matematika 60 %
C. Pengembangan Diri*)
1. Sepak bola 75 %
2. Seni Musik 75 %
3. Pencak Silat 75 %
4. Melukis 75 %
5. Bermain Peran 75 %
Alokasi Alat/Bahan/Sumbe
Kompetensi Dasar Materi Ajar Indikator Kegiatan Pembelajaran Penilaian
Waktu r
5.2 Menjumlahkan Penjumlahan - Menjumlahkan • Siswa mengamati penjelasan Teknik tes: 4 jam Sumber:
dan dan bentuk pecahan guru tentang operasi - Tertulis pelajara - Silabus
mengurangkan pengurangan biasa penjumlahan pecahan biasa - Penugasan n - Buku cetak
berbagai bentuk pecahan - Mengurangkan dengan gambar atau benda matematika
pecahan bentuk pecahan konkrit Bentuk- - Gambar
biasa • Siswa menyimak penjelasan bentuk: - Benda konkrit
guru tentang operasi - Tes lisan (buah, kertas,
penjumlahan pecahan biasa - Essay karton, dll)
tanpa menggunakan gambar - Gunting/pisau
atau benda konkrit Instrument: untuk alat
• Siswa mengamati penjelasan - Daftar tugas potong
guru tentang operasi
pengurangan pecahan biasa
dengan gambar atau benda
konkrit
• Siswa menyimak penjelasan
guru tentang operasi
pengurangan pecahan biasa
tanpa menggunakan gambar
atau benda konkrit
1 1
sebuah apel, sebelah apel ( ) sebelah kesemek ( )
2 2
B. Kegiatan Inti
1. Siswa membuat pecahan dari benda yang disediakan. Misalnya membagi
sebuah apel menjadi 4 bagian yang sama besar.
2. Siswa menentukan nilai dari suatu bagian apel. Misalnya 1 bagian, 2 bagian,
dsbnya.
3. Menentukan penjumlahan dengan bagian-bagian apel. Misalnya 1 bagian
apel digabungkan dengan 1 bagian apel lainnya.
+ =
2 3 5
+ =
6 6 6
5. Siswa menghitung penjumlahan pecahan biasa yang penyebutnya sama tanpa
gambar
Contoh:
2 3 5
+ =
8 8 8
6. Siswa menghitung pengurangan dengan bantuan gambar/benda
Contoh:
3 2 1
- =
4 4 4
C. Kegiatan Akhir
• Guru menanyakan kepada siswa mengenai materi yang belum dipahami
• Guru memberikan tugas/PR.
& =
1 3
1 bagian & =
3 9
C. Kegiatan Akhir
o Guru menanyakan kepada siswa mengenai materi yang belum dipahami
o Guru memberikan tugas/PR.
B. Kegiatan Inti
1. Siswa menghitung penjumlahan pecahan biasa yang berbeda penyebutnya.
Contoh :
2 1 4 3 7
+ = + =
9 6 18 18 18
4. Formatif
C. Kegiatan Akhir
o Guru menanyakan kepada siswa mengenai materi yang belum dipahami
o Guru memberikan tugas/PR.
Pertemuan IV:
Tes Unit (Materi keseluruhan)
VIII. Penilaian
1. Penilaian proses selama kegiatan belajar mengajar berlangsung
2. Penilaian hasil dilaksanakan pada pertemuan terakhir
A. Pemahaman Gambar
1. Tentukanlah nilai dari gambar yang darsir berikut ini!
…. …. …. ….
…. …. …. ….
…. …. ….
…. …. ….
5 7 9
8 12 20
B. Penjumlahan
Hitunglah penjumlahan berikut ini!
4 2
1) + = ....
9 9
3 2
2) + = ....
10 5
14 7
3) + = ....
15 10
5 2
4) + = ....
6 9
3 3
5) + = ....
5 4
C. Pengurangan
Hitunglah pengurangan berikut ini!
9 3
1) - = ....
10 10
11 5
2) - = ....
12 6
14 3
3) - = ....
15 10
8 5
4) - = ....
9 6
3 2
5) 4 - 5 = ....
MENDENGARKAN
Standar Kompetensi: 1. Memahami teks dan cerita anak yang dibacakan
Alokasi Sumber
Kompetensi Dasar Indikator Materi Pokok Kegiatan Pembelajaran Penilaian
Waktu Belajar
1.2 Mengidentifikasi Menyebutkan tokoh- Menyimak Menyimak cerita anak yang Teknik Tes: 2 x 35 Standar Isi
tokoh, watak, tokoh dalam cerita. Cerita anak dibacakan dengan penuh • Tulisan menit 2006
latar, tema atau Menjelaskan sifat-sifat perhatian • Lisan BinaBahasa
amanat dari tokoh dalam cerita. mengidentifikasi tokoh- • Perbuatan Indonesia
cerita anak yang Menentukan latar tokoh dalam cerita Kelas 6,
dibacakan cerita menemukan sifat-sifat tokoh Bentuk Erlangga
Menentukan tema dalam cerita Buku-buku
Pilihan
cerita membedakan sifat-sifat yang relevan,
Ganda
Menjelaskan amanat tokoh dalam cerita. majalah,
Isian/Essay
cerita yang disimaknya Menentukan latar cerita koran
dengan mengutip kalimat Instrumen
atau paragraf yang
mendukung • Daftar
Menentukan tema cerita Tugas
yang disimaknya • Daftar
menuliskan kembali isi cerita Pertanyaan
dengan bahasa sendiri
mendeskripsikan amanat
cerita yang disimaknya
MENYIMAK
I. Standar Kompetensi
Memahami teks dan cerita anak yang dibacakan.
B. Kegiatan Inti
o Siswa menyimak pembacaan cerita dengan penuh perhatian.
o Siswa menuliskan nama-nama tokoh di kolom pada tabel yang disediakan.
o Siswa menuliskan watak masing-masing tokoh cerita sesuai isi cerita
o Siswa menjelaskan sifat tokoh-tokoh cerita dengan mengutip kalimat
pendukungnya.
o Siswa menentukan latar cerita dengan mengutip kalimat yang mendukung
o Tanya jawab secara bergiliran antarsiswa mengenai jalinan cerita
o Beberapa siswa mempresentasikan isi cerita berdasarkan catatan tabulasi dan
diskusi sebagai bahan diskusi
o Masing-masing siswa menentukan tema cerita yang disimak berdasarkan
catatan tabulasinya.
o Siswa menjelaskan amanat cerita yang disimaknya.
o Menuliskan kembali isi cerita dengan menggunakan bahasa sendiri
B. Sumber Belajar
Teks, Bina Bahasa Indonesia, SKKD
Jakarta, 2007
Mengetahui
A. Teks Bacaan
L U N A S
Ayah Aldi saeorang pedagang es mambo. Ibunya seoran pembuat kue. Berberapa
bulan terakhir ini, ayah Aldi beralih menjadi penjual kue karena musim hujan mulai tiba.
Kue dijajakan dari satu kampung ke kampung lainnya dengan gerobak dorong.
Aldi dan kakaknya, Biko, bertugas membersihkan gerobak dan menata kue dalam
gerobak. Beberapa hari ini tugas Biko mulai ringan karena Aldi sudah mau membantu. Hal
itu tentu saja membuat Biko gembira.
Biko pun mulai bertingkah. Ia mengurangi tugasnya dengan berpura-pura sibuk di
belakang rumah. Sekarang gilranmu, Di. Sudah lama aku bekerja sendiri. Aku juga ingin
seperti kamu dulu,” demikian alasan Biko.
Pagi itu ayah mereka ingin siap pergi berjualan lebih pagi. Akan tetapi, kue belum
selelai ditata. Tampak Aldi sedang bekerja sendirian.
“Mana Biko?” tanya ayahnya.
Aldi menunjuk ke arah belakang tanpa bicara. Ia takut terdengar kakaknya.
“Biko, kemari!” ayahnya memanggil.
“Saya sedang menyelesaikan PR, Yah,” katab Biko mengelak.
“Nak, kamu jangan mau enaknya saja. Aldi belum begitu terampil menata kue ini.
Kredit kita di bank memang sudah lunas. Tapi kita tetap harus meningkatkan semangat
kerja. Karena biaya sekolahmu dari kue ini, Nak” nasihat ayahnya.
Biko tampak tercenung. Segera kue-kue itu ditatanya. Bersamaan dengan itu sebuah
mobil bak terbuka berhenti. Seorang ibu turun dan berkata, “Pak, kuenya tak perlu dibawa.
Saya mau borong semuanya. Sekarang hitunglah harganya!”
“Harga semuanya, seratus lima puluh ribu rupiah, Bu!” kata ayah. Biko dan Aldi
mengangkut kue ke atas mobil.
Pembeli pergi. Wajah ayah, Biko dan Aldi tampak gembira. Ayah kembali memberi
nasihat bahwa kue buatan ibu mereka mulai dikenal orang. Pembeli harus dilayani dengan
baik, mutu kue harus ditingkatkan, dan kebersihannya harus dijaga.
Mendengar nasihat ayahnya, Biko dan Aldi sepakat akan membantu usaha orangtua
mereka.
Standar Kompetensi: 2. Mengenal sumber daya alam, kegiatan ekonomi, dan kemajuan teknologi di lingkungan kabupaten/kota dan provinsi
2.3 Mengenal • Menjelaskan Alat Menjelaskan yang • Modelling Teknik Tes: 2 x 35 Standar Isi
perkembangan perkembangan alat komunikasi dimaksud dengan alat • Tulisan menit BinaBahasa
komunikasi secara • Prompting
teknologi tradisioanl komunikasi tradisional • Lisan Indonesia
produksi, ringkas dan dan modern Kelas 6,
• Kinerja
komunikasi, • Menjelaskan manfaat modern Mendeskripsikan jenis- Erlangga
dan alat komunikasi jenis alat komunikasi Bentuk Buku-buku
transportasi • Menyebutkan alat-alat tradisional dan modern yang relevan,
Pilihan
serta teknologi komunikasi Mendeskripsikan ciri- majalah,
Ganda
pengalaman ciri alat-alat teknologi koran
tradisional dan modern Isian/Essay
menggunakan komunikasi tradisional
• Membedakan ciri-ciri
nya dan modern Instrumen
alat komunikasi
Membandingkan 2 jenis
tradisional dan modern
perbedaan alat-alat • Daftar
• Menjelaskan cara kerja Tugas
teknologi komunikasi
alat-alat komunikasi
tradisional dan modern. • Daftar
tradisional dan modern Pertanyaan
Menyimpulkan manfaat
penggunaan alat
komunikasi
I. Standar Kompetensi
Mengenal sumber daya alam, kegiatan ekonomi, dan kemajuan teknologi di
lingkungan kabupaten/kota dan provinsi
III. Indikator
• Menjelaskan perkembangan alat komunikasi secara ringkas
• Menjelaskan manfaat alat komunikasi
• Menyebutkan alat-alat teknologi komunikasi tradisional dan modern
• Membedakan ciri-ciri alat komunikasi tradisional dan modern
• Menjelaskan cara kerja alat-alat komunikasi tradisional dan modern
V. Langkah Pembelajaran
A. Kegiatan Awal
1. Beberapa siswa mencoba berkomunikasi jarak jauh dengan tanpa
menggunakan alat
2. Siswa berkomunikasi dengan menggunakan alat
B. Kegiatan Inti
1. Siswa dan guru mendiskusikan tentang kegiatan yang dilakukan saat kegiatan
awal
2. Siswa dengan bimbingan guru menyimpulkan manfaat penggunaan alat
komunikasi
3. Siswa menyimak dan mencatat penjelasan guru mengenai jenis-jenis alat
komunikasi tradisional dan modern
4. Siswa mendeskripsikan mengenai jenis-jenis alat komunikasi tradisional dan
modern pada format mind map yang disediakan
5. Siswa mengamati tayangan tentang perkembangan alat komunikasi dari taraf
tradisional sampai modern
6. Siswa menyimak penjelasan tambahan dari guru mengenai perkembangan
alat komunikasi tradisional sampai modern
7. Siswa menuliskan/mengisi jenis alat komunikasi modern atau tradisional ke
dalam format mind map yang disediakan
C. Kegiatan Akhir
1. Siswa dan guru menyimpulkan pembelajaran tentang alat komunikasi
tradisional dan modern
2. Siswa menyimak tambahan penjelasan guru tentang jenis, ciri, manfaat alat
komunikasi.
VII. Metode/Sumber
A. Metode
Tanya jawab, diskusi, penugasan tabulasi, mindmapping
B. Sumber Belajar
Teks, gambar, contoh alat komunikasi, CD tentang perkembangan alat
komunikasi, LKS
VIII. Penilaian
• Kinerja
• Tertulis
Tradisional
Arti
Jenis
Modern Alat
Komunikasi
Manfaat
TABULASI
Jenis/Ciri/Manfaat
DESKRIPSI KASUS
Iwan adalah anak laki-laki berusia 7 tahun 7 bulan yang duduk di kelas 1 SD. Di kelasnya
ada 43 siswa dengan satu orang guru. Saat ini Iwan telah mengenal beberapa huruf yang
sering digunakan sehari-hari. Sementara untuk huruf-huruf yang jarang digunakan seperti
X, V, F, Iwan masih mengalami kesulitan untuk menggunakannya.
Ketika diminta membaca, Iwan dapat membaca kata-kata yang terdiri dari dua suku kata,
dengan pola KV-KV. Untuk pola-pola yang lain, apalagi yang menggunakan huruf
sengau, Iwan mengalami kesulitan. Ketika menemukan huruf konsonan rangkap, Iwan
juga mengalami kesulitan. Biasanya ia menghilangkan salah satu hurufnya. Misalnya,
”empat” jadi ”epat”, ”tanda” jadi ”tada”.
Secara umum Iwan masih bisa bercakap-cakap dengan orang lain. Hanya saja apabila
diperhatikan secara lebih seksama, struktur bahasa yang digunakannya kurang baik karena
tidak mengikuti kaidah bahasa yang seharusnya.
Dengan kondisi Iwan saat ini, tampaknya ia perlu pembelajaran yang individual. Oleh
karena itu perlu disusun Program Pembelajaran Individual. Program ini dapat dilihat pada
bagian selanjutnya.
DESKRIPSI KASUS
Hani adalah anak perempuan berusia 11 tahun yang duduk di kelas 5 SD. Di kelasnya ada
40 siswa dengan satu orang guru. Saat ini Hani sudah dapat menjumlah dan mengurang
bilangan bulat positif. Hani juga dapat menjumlah bilangan negatif dengan negatif.
Hani dapat menjumlah bilangan negatif dengan negatif, tetapi Hani menemui kesulitan
ketika diminta menjumlah bilangan bulat yang berbeda, yaitu pada saat menjumlah
bilangan bulat positif dengan negatif dan menjumlah bilangan bulat negatif dengan positif.
Bulat negatif dengan positif, dan mengurang bilangan negatif dengan negatif, Hani
mengalami kendala.
Dengan kondisi Hani saat ini, tampaknya ia perlu pembelajaran yang individual. Oleh
karena itu perlu disusun Program Pembelajaran Individual. Program ini dapat dilihat pada
bagian selanjutnya.
Jakarta, ………..
Mengetahui
Kepala SD …… Guru Bidang Studi Matematika
………………… …………………….
NIP. ........... NIP. ………………
¾ Terdapat 2 jenis model, yang satu mewakili bilangan positif dan yang lain bilangan negatif.
¾ Bila bilangan positif dipasangkan dengan bilangan negatif, berapapun jumlahnya pasangan itu, maka nilainya nol.
=0
• =4
• ` = (-3)
• =0
• =?
Sama dengan :
3 + 2 = =5
-3 + (-4) = = -7
4 + (-5) = = -1
-4 + 6 = =2
• 4 - 3 = =1
• -5 - (-3) = = -2
• 3 - (-4) = =7
• -4 - 2 = = -6
• 3 - 5 = = -2
" Latihan 2
Selesaikalah soal-soal pengurangan berikut ini dengan bantuan ”kempyeng”!
Gambarkan hasilnya dibawah ini!
a) 8 - 3 = f) 8 - (-9) =
b) 3-7 = g) 9 - (-6) =
c) -8 - (-6) = h) -10 - 10 =
d) -3 - (-10) = i) -10 - 7 =
e) -9 - (-9) = j) -9 - 5 =
"Latihan 3
Selesaikalah soal-soal penjumlahan berikut ini tanpa bantaun ”kempyeng”!
a) 4+7 = f) 10 + (-3) =
b) 3+7 = g) 9 + (-6) =
c) -5 + (-4) = h) -8 + 9 =
d) -7 + (-4) = i) -10 + 8 =
e) 5 + (-10) = j) -9 + 7 =
" Latihan 4
Selesaikalah soal-soal pengurangan berikut ini tanpa bantuan ”kempyeng”!
a) 4 - 7 = f) 5 - (-7) =
b) 10 - 5 = g) 10 - (-4) =
c) -7 - (-4) = h) -9 - 9 =
d) -4 - (-9) = i) -9 - 5 =
e) -10 - (-8) = j) -10 - 4 =
a) 3 + 6 = =9
b) 5 + 6 = = 11
c) -4 + (-3) = = -7
d) -3 + (-5) = = -8
e) 5 + (-9) = = -4
f) 9 + (-7) = =2
g) 10 + (-6) = =4
i) -10 + 8 = = -2
j) -9 + 6 = = -3
b) 3 - 7 = =6
c) -8 - (-6) = = -2
e) -9 - (-9) = =0
f) 8 - (-9) = = 17
g) 9 - (-6) = = 15
i) -10 - 7 = = -17
j) -9 - 5 = = -14
a) 4 + 7 = 11 a) 4 - 7 = -3
b) 3 + 7 = 10 b) 10 - 5 = 5
c) -5 + (-4) = -9 c) -7 - (-4) = -3
d) -7 + (-4) = -11 d) -4 - (-9) =5
e) 5 + (-10) = -5 e) -10 - (-8) = -2
f) 10 + (-3) =7 f) 5 - (-7) = 12
g) 9 + (-6) =3 g) 10 - (-4) = 14
h) -8 + 9 = 1 h) -9 - 9 = -18
i) -10 + 8 = -2 i) -9 - 5 = -14
j) -9 + 7 = -2 j) -10 - 4 = -14