Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Zat adiktif atau istilah yang paling dikenal kalangan masyarakat luas dengan istilah
narkoba adalah berasal dari kata narkotik dan bahan adiktif. Istilah tersebut kemudian
berkembang menjadi napza, yang merupakan kependekan dari narkotik, alkohol,
psikotropika, dan zat adiktif lainnya. Narkotik adalah obat-obatan yang bekerja pada susunan
saraf pusat dan digunakan sebagai analgesik (pengurang rasa sakit) pada bidang kedokteran.
Psikotropika adalah obat-obatan yang efek utamanya pada aktivitas mental dan perilaku,
biasanya digunakan untuk pengobatan gangguan kejiwaan. Bahan adiktif adalah bahan yang
apabila digunakan dapat menimbulkan kecanduan atau ketergantungan. Pemakai dapat
merasa tenang, merasa segar, bersemangat, menimbulkan efek halusinasi, dan memengaruhi
suasana perasaan pemakai. Efek inilah yang sering dimanfaatkan pemakai saat ia merasa
kurang percaya diri, khawatir tidak diakui sebagai kawan, melarikan diri dari permasalahan,
atau bahkan hanya untuk sekedar rekreasi (bersenang-senang).
Oleh karena itu penulis berinisiatif untuk menulis makalah tentang asuhan keperawatan
pada pasien Napza. Melihat maraknya penggunaan Napza di kalangan masyarakat, munkin di
karenakan banyak yang tidak mengetahui dampak negative dari barang tersebut.
1
BAB II
PEMBAHASAN
Zat adiktif atau istilah yang paling dikenal kalangan masyarakat luas dengan istilah
narkoba adalah berasal dari kata narkotik dan bahan adiktif. Istilah tersebut kemudian
berkembang menjadi napza, yang merupakan kependekan dari narkotik, alkohol,
psikotropika, dan zat adiktif lainnya. Narkotik adalah obat-obatan yang bekerja pada susunan
saraf pusat dan digunakan sebagai analgesik (pengurang rasa sakit) pada bidang kedokteran.
Psikotropika adalah obat-obatan yang efek utamanya pada aktivitas mental dan perilaku,
biasanya digunakan untuk pengobatan gangguan kejiwaan. Bahan adiktif adalah bahan yang
apabila digunakan dapat menimbulkan kecanduan atau ketergantungan. Pemakai dapat
merasa tenang, merasa segar, bersemangat, menimbulkan efek halusinasi, dan memengaruhi
suasana perasaan pemakai. Efek inilah yang sering dimanfaatkan pemakai saat ia merasa
kurang percaya diri, khawatir tidak diakui sebagai kawan, melarikan diri dari permasalahan,
atau bahkan hanya untuk sekedar rekreasi (bersenang-senang).
Tanpa disadari, narkoba sekali digunakan akan menimbulkan keinginan mencoba lagi,
merasakan lagi, dan mengulang terus sampai merasakan efek dari obat-obatan yang
dikonsumsi, yang akibatnya akan terjadi overdosis. Jika tidak mengonsumsi, maka tidak
tahan untuk memenuhi keinginannya, tetapi jika mengonsumsi akan khawatir mati akibat
overdosis. Hal ini merupakan lingkaran setan. Oleh karena itu, narkoba sekali dicoba akan
membelenggu seumur hidup.
2
menimbulkan perubahan pada perilaku, emosi, kognitif, persepsi dan kesadaran seseorang.
Ada dua macam zat psikoaktif, yaitu bersifat adiksi dan nonadiksi. Zat psikoaktif yang
bersifat nonadiksi adalah obat neuroleptika untuk kasus gangguan jiwa, psikotik, dan obat
antidepresi.
Narkotik adalah istilah yang muncul berdasar Undang-Undang Narkotika Nomor 9
Tahun 1976, yaitu zat adiktif kanabis (ganja), golongan opioida, dan kokain. Ketiga istilah
ini sering disebut sebagai narkoba, yang kemudian berkembang menjadi istilah napza.
Seseorang yang menggunakan zat adiktif akan dijumpai gejala atau kondisi yang
disebut intoksikasi (teler) yaitu kondisi zat adiktif tersebut bekerja dalam susunan saraf pusat
yang menyebabkan perubahan memori, perilaku, kognitif, alam perasaan, dan kesadaran.
3
1. Eksperimental adalah kondisi penggunaan tahap awal, yang disebabkan rasa ingin tahu.
Biasanya dilakukan oleh remaja, yang sesuai tumbuh kembangnya ingin mencari
pengalaman baru atau sering juga dikatakan sebagai taraf coba-coba.
2. Rekreasional adalah penggunaan zat adiktif pada waktu berkumpul dengan teman sebayanya,
misalnya waktu pertemuan malam minggu, ulang tahun, dan sebagainya. Penggunaan ini
bertujuan untuk rekreasi bersama teman sebayanya.
3. Situasional merupakan penggunaan zat yang merupakan cara untuk melarikan diri atau
mengatasi masalah yang dihadapi. Biasanya individu menggunakan zat bila sedang dalam
konflik, stres, dan frustasi.
4. Penyalahgunaan adalah penggunaan zat yang sudah bersifat patologis, sudah mulai
digunakan secara rutin, paling tidak sudah berlangsung selama 1 bulan, sudah terjadi
penyimpangan perilaku, serta mengganggu fungsi peran di lingkungan sosialnya,
pendidikan, dan pekerjaan. Walaupun pasien menderita cukup serius akibat menggunakan,
pasien tersebut tidak mampu untuk menghentikan.
5. Ketergantungan adalah penggunaan zat yang sudah cukup berat, sehingga telah terjadi
ketergantungan fisik dan psikologis. Ketergantungan fisik ditandai dengan kondisi toleransi dan
sindroma putus zat.
Zat adiktif yang biasa digunakan ini penting diidentifikasi untuk mengkaji masalah
keperawatan yang mungkin terjadi sesuai dengan zat yang digunakan.
4
Tabel17.1 Zat Adiktif yang Disalahgunakan
Golongan Jenis
Opioida Morfin, heroin (puthao), candu, kodein, petidin.
Kanabis Ganja (mariyuana), minyak hasish.
Kokain Serbuk kokain, daun koka.
Alkohol Semua minuman yang mengandung ethyl
alkohol, seperti brandy, bir, wine, whisky,
cognac, brem, tuak, anggur cap orang tua, dan
lain-lain.
Sedatif–Hipnotik Sedatin (BK), rohipnol, mogadon, dulomid,
nipam, mandrax.
MDA (Methyl Dioxy Amphe tamine) Amfetamin, benzedrine, dexedrine
MDMA (Methyl Dioxy Meth Ekstasi
Amphetamine)
Halusinogen LSD, meskalin, jamur, kecubung.
Solven & Inhalasia Glue (aica aibon), aceton, thinner, N2O.
Nikotin Terdapat dalam tembakau.
Kafein Terdapat dalam kopi.
dan lain-lain
Efek dan cara penggunaan zat adiktif ini perlu dikenali agar masyarakat dapat
mengidentifikasi karakteristik atau bahan dan alat yang biasa digunakan oleh penyalah guna
zat. Beberapa cara dan efek pada tubuh tampak seperti pada tabel berikut.
5
Tabel17.2 Efek dan Cara Penggunaa Zat Adiktif
No. Jenis Cara Penggunaan Efek pada Tubuh
1. Opium, heroin, Dihirup melalui hidung, Merasa bebas dari rasa sakit,
morfin disuntikkan melalui otot atau tegang, euforia.
pembuluh darah vena.
2. Kokain Ditelan bersama minuman, Merasa gembira, bertenaga,
diisap seperti rokok, atau lebih percaya diri
disuntikkan.
3. Kanabis, Dicampur dengan tembakau. Rasa gembira, lebih percaya
mariyuana, ganja diri, relaks.
4. Alkohol Diminum Bergantung kandungan
alkoholnya.
5. Amfetamin Diisap, ditelan Merasa lebih percaya diri,
mengurangi rasa lelah,
meningkatkan konsentrasi.
6. Sedatif Ditelan Merasa lebih santai,
menyebabkan kantuk.
6
2.7 Sindroma Putus Zat (Withdrawal)
1. Kejang berhubungan dengan putus zat alkohol, sedatif hipnotik.
2. Gangguan persepsi (halusinasi) berhubungan dengan putus zat alkohol, sedatif hipnotik.
3. Gangguan proses berpikir (waham) berhubungan dengan putus zat alkohol, sedatif
hipnotik.
4. Gangguan tidur (insomnia, hipersomnia) berhubungan dengan putus zat alkohol, sedatif
hipnotik, opioida, MDMA (ekstasi).
5. Gangguan rasa nyaman (mual, muntah) berhubungan dengan putus zat alkohol, sedatif
hipnotik, opioida.
6. Gangguan rasa nyaman (nyeri sendi, otot, tulang) berhubungan dengan putus zat opioida.
7. Gangguan afektif (depresi) berhubungan dengan putus zat MDMA (ekstasi).
8. Perilaku manipulatif berhubungan dengan putus zat opioida.
9. Terputusnya program perawatan (melarikan diri, pulang paksa) berhubungan dengan
kurangnya sistem dukungan keluarga.
10. Cemas (keluarga) berhubungan dengan kurangnya pengetahuan dalam merawat pasien
ketergantungan zat adiktif.
11. Potensial gangguan nutrisi (kurang dari kebutuhan) berhubungan dengan putus zat
opioida.
7
6. Potensial melarikan diri berhubungan dengan ketergantungan psikologis ganja dan
alkohol.
7. Potensial kambuh (relaps) berhubungan dengan kurang/tidak adanya sistem dukungan
keluarga.
8
BAB III
ASKEP
1. Pengkajian
Pengkajian pada seseorang dengan penyalahgunaan zat biasanya disebabkan oleh beberapa hal
seperti:
a. Faktor individu
Individu dengan kepribadian rendah diri, mudah kecewa, suka coba-coba / bereksperimen
dan bersikap antisosial, berisiko untuk melakukan penyalahgunakan zat(Napza)
b. Faktor Lingkungan
Lingkungan pergaulan yang kurang baik dapat mendorong seseorang melakukan
penyalahgunaan zat (napza), misalnya komunikasi dalam keluarga yang tidak akrab,
kelompok sebaya yang menggunakan napza dan banyaknya tempat untuk memperoleh
napza dengan mudah. Selain itu, pengawasan dari masyarakat yang longgar, misalnya
hukum yang tidak tegas menyebabkan peredaran napza secara gelap terus berlangsung.
c. Faktor zat
a) Zat itu sendiri memberikan kenikmatan, mudah diperoleh dan harganya terjangkau,
diperoleh dengan gratis/tanpa keluar biaya.
b) Situasi yang berisiko tinggi untuk menggunakan napza adalah kondisi emosi yang
tidak stabil, konflik dengan orang lain, dan adanya tekanan sosial.
d. Sumber koping
Yang sangat dibutuhkan untuk membantu indivu terbebas dari penyalahgunaan zat yaitu
kemampuan individu untuk melakukan komunikasi yang efektif, ketrampilan
menerapkan sikap asertif dalam kehidupan sehari-hari,perlunya dukungan sosial yang
kuat, pemberian alternative kegiatan yang menyenangkan,ketrampilan melakukan teknik
reduksi stress, ketrampilan kerja dan motivasi untuk mengubah perilaku.
e. Mekanisme koping.
Individu dengan penyalahgunaan zat seringkali mengalami kegagalan dalam mengatasi
masalah. Mekanisme koping sehat dan individu tidak mampu mengembangkan perilaku
adaptif.
9
f. Mekanisme pertahanan ego yang khas digunakan pada individu penyalahguna zat
meliputi penyangkalan terhadap masalah, rasionalisasi, projeksi, tidak tanggung jawab
terhadap perilakunya, dan mengurangi jumlah alkohol atau obat yang digunakan.
10
11
12
13
4. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan hasil pengkajaian maka diagnosa keperawatan yang dapat ditegakkan adalah:
Koping individu tidak efektif
5. Tindakan Keperawatan
Tindakan keperawatan untuk pasien:
a. Tujuan
1) Pasien dapat mengatasi tanda dan gejala intoksikasi atau putus zat
2) Pasien dapat mengenali dampak penggunaan zat
3) Pasien dapat meningkatkan motivasi untuk berhenti menggunakan zat
4) Pasien dapat mengontrol keinginan untuk menggunakan zat
5) Pasien dapat meningkatkan kemampuan menyelesaikan masalah
6) Pasien dapat mengubah gaya hidup
14
7) Pasien dapat menggunakan terapi psikofarmaka secara tepat dan benar
b. Tindakan
1) Diskusikan bersama pasien tentang dampak penggunaan zat terhadap:
a) Kesehatan : tanda dan gejala intoksikasi dan penyakit fisik
b) Sosial atau hubungan dengan orang lain (pergaulan)
c) Pendidikan atau pekerjaan
d) Ekonomi atau keuangan
e) Hukum
2) Diskusikan tentang kehidupan pasien sebelum menggunakan zat, kemudian harapan
pasien untuk kehidupan sekarang dan masa yang akan datang setelah tahu
dampaknya.
3) Diskusikan cara meningkatkan motivasi untuk berhenti.
15
5) Diskusikan cara menyelesaikan masalah yang sehat
a) Mengenali cara pasien menyelesaikan masalah selama ini, misalnya segera
menggunakan zat bila ada masalah
b) Untung rugi cara tersebut digunakan
c) Tawarkan cara yang sehat untuk menyelesaikan masalah, contoh:
(1) Secara verbal : jika pasien sering dicurigai dan dituduh pakai NAPZA oleh orang
tua maka pasien mengungkapkan bahwa pasien kecewa belum dipercaya oleh
keluarga, kemudian bicarakan dengan orang tua bahwa tidak dipercaya itu
membuat kesal dan dapat menimbulkan sugesti, katakan hal-hal yang diharapkan
terhadap orang lain secara jujur dan terbuka, sepakati dengan orang tua kalau
pasien akan mengatakan secara jujur pada keluarga jika pasien ternyata pakai lagi,
dan keluarga akan membantu pasien untuk berobat
(2) Secara fisik : ambil waktu luang untuk diri sendiri dengan jalan-jalan, melakukan
aktifitas untuk menyalurkan kekesalan, seperti olah raga, relaksasi atau kegiatan
lain yang disukai pasien
(3) Secara sosial : cari bantuan orang lain untuk menyelesaikan masalah
(4) Secara spiritual : mengadukan masalah kepada Tuhan dan menyakini bahwa akan
ada bantuan dari YANG MAHA KUASA
d) Latih pasien menggunakan cara tersebut dengan:
(1) Mengenali situasi yang berisiko tinggi
(2) Kondisi emosi negatif, misalnya kesal, dituduh pakai lagi
(3) Konflik dengan orang lain, misalnya bertengkar karena dilarang keluar rumah
atau dituduh mencuri
(4) Tekanan sosial, misalnya dipaksa sebagai syarat untuk bergabung dengan
kelompok tertentu
(5) Tidak menggunakan zat untuk menyelesaikan masalah, tetapi menggunakan
cara yang sehat menyelesaikan masalah.
(6) Diskusikan gaya hidup yang sehat
16
d) Latih pasien mengubah gaya hidup
(1) Tentukan aktivitas sehari-hari dan hobi
(2) Buat jadwal aktivitas
(3) Tentukan pelaksanaan jadwal tersebut
7) Latih pasien minum obat sesuai terapi dokter tekankan pada prinsip benar dosis
obatnya
17
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Zat adiktif atau istilah yang paling dikenal kalangan masyarakat luas dengan istilah
narkoba adalah berasal dari kata narkotik dan bahan adiktif. Istilah tersebut kemudian
berkembang menjadi napza, yang merupakan kependekan dari narkotik, alkohol,
psikotropika, dan zat adiktif lainnya. Narkotik adalah obat-obatan yang bekerja pada susunan
saraf pusat dan digunakan sebagai analgesik (pengurang rasa sakit) pada bidang kedokteran.
Psikotropika adalah obat-obatan yang efek utamanya pada aktivitas mental dan perilaku,
biasanya digunakan untuk pengobatan gangguan kejiwaan. Bahan adiktif adalah bahan yang
apabila digunakan dapat menimbulkan kecanduan atau ketergantungan. Pemakai dapat
merasa tenang, merasa segar, bersemangat, menimbulkan efek halusinasi, dan memengaruhi
suasana perasaan pemakai. Efek inilah yang sering dimanfaatkan pemakai saat ia merasa
kurang percaya diri, khawatir tidak diakui sebagai kawan, melarikan diri dari permasalahan,
atau bahkan hanya untuk sekedar rekreasi (bersenang-senang).
Tanpa disadari, narkoba sekali digunakan akan menimbulkan keinginan mencoba lagi,
merasakan lagi, dan mengulang terus sampai merasakan efek dari obat-obatan yang
dikonsumsi, yang akibatnya akan terjadi overdosis. Jika tidak mengonsumsi, maka tidak
tahan untuk memenuhi keinginannya, tetapi jika mengonsumsi akan khawatir mati akibat
overdosis. Hal ini merupakan lingkaran setan. Oleh karena itu, narkoba sekali dicoba akan
membelenggu seumur hidup.
4.2 Saran
18
DAFTAR PUSTAKA
Endang, Hanik, dkk. 2015. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika.
19