Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
TINJAUAN PUSTAKA
Limbah kulit udang terdiri dari tiga komponen utama yaitu protein (25%-
Kandungan kitin pada limbah kulit udang sekitar 20%-50% berat kering. Polimer
glukosamin) (Horton 2002). Ikatan antara monomer kitin adalah ikatan glikosida
pada posisi β- (1-4). Struktur molekul kitin berupa rantai lurus panjang. Kitin
2.2 Kitin
Kitin berasal dari bahasa yunani chitin, yang berarti kulit kuku. Yang
Adanya kitin dapat dideteksi dengan reaksi warna Van Wesslink. Pada cara ini
kitin direaksikan dengan I2-KI yang memberikan warna coklat, kemudian jika
ditambahkan asam sulfat berubah warnanya menjadi violet. Perubahan warna dari
coklat hingga menjadi violet menunjukkan reaksi positif adanya kitin (Fahry,
2012).
selulosa. Kitin umumnya banyak dijumpai pada hewan avertebrata laut, darat, dan
jamur dari genus Mucor, Phycomyces, dan Saccharomyces (Hirano, 1986; Knorr,
1991). Pada umumnya kitin tidak terdapat dalam keadaan bebas di alam, kitin
berikatan dengan protein, mineral dan beberapa pigmen. Kitin merupakan
homopolimer dari residu Nasetil- D–glukosamin yang terikat melalui ikatan β-1,4
glikosidik (Gambar 1). Kitin ini merupakan sumber daya alam yang dapat
Kitin adalah polimer polimer linier dengan rantai panjang tanpa rantai
pada posisi (1-4). Perbedaan keduanya adalah gugus hidroksil pada atom karbon
alfa pada molekul selulosa digantikan dengan gugus asetamida pada molekul
kitin, pada atom C nomor 2 pada setiap monomer pada selulosa terikat gugus
(Purwanti, 2014).
2.2.1 Sifat Fisik Kitin
Secara umum kitin (C8H13 O5N)n mempunyai bentuk fisis berupa kristal
berwarna putih hingga kuning muda, tidak memiliki rasa, tidak berbau dan
memiliki berat molekul yang besar dengan nama kimia Poly N-acetyl-D-
reaktivitas kimia,tidak beracun (non toxic) dan bersifat biodegradable. Kitin tidak
larut dalam air (bersifat hidrofobik), dalam alkohol serta tidak larut dalam asam
maupun alkali encer. Kitin dapat larut dengan proses degradasi mengglmakan
asam-asam mineral pekat pada asam formiat anhidrous, namun tidak jelas apakah
semua jenis kitin dapat larut dalam asan formiat anhidrous. Mudah tidalmya kitin
terlarut sangat tergantung pada derajat kristalisasi, karena hanya B-kitin yang
terlarut dalam asam formiat anhidrous. Sifat kelarutan, derajat berat molekul,
kelengkapan gugus asetil berbeda-beda menurut sumber bahan dan metode yang
2.3 Kitosan
suatu polimer yang bersifat polikationik. Keberadaan gugus hidroksil dan amino
ion logam berat maupun kation dari zat-zat organik (protein dan lemak). Interaksi
kation logam dengan kitosan terjadi melalui pembentukan kelat koordinasi oleh
atom N gugus amino dan O gugus hidroksil (Taolee et al., 2001). Kitosan juga
dapat membentuk sebuah membran yang berfungsi sebagai adsorben pada waktu
terjadinya pengikatan zat-zat organik maupun anorganik oleh kitosan. Hal ini
(Agustina, 2015)
2) dalam bidang pengolahan air, chitosan dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku
makanan di Jepang, Eropa dan Amerika Serikat, sebagai perangkap lemak yang
anti tumor, cicatrizant, homeostatic dan anti koagulan, obat salep untuk luka,
(Kusumawati, 2009).
mengikat air dan minyak. Hal ini didukung oleh adanya gugus polar dan non polar
sebagai bahan pengental atau pembentuk gel yang sangat baik, sebagai pengikat,
dengan pengecilan ukuran kulit udang dan cangkang kepiting, yang dilanjutkan
protein ini dilakukan dengan melarutkan kulit udang dan cangkang kepiting ke
mineral dengan melarutkan ke dalam asam klorida (HCl). Setelah melalui kedua
proses ini maka terbentuklah yang disebut kitin. Ekstraksi kitin yang dihasilkan
penghilangan gugus asetil pada kitin untuk mengubah kitin menjadi kitosan dapat
seperti jenis pelarut, konsentrasi, waktu, dan suhu proses ekstraksi. Kitosan
bentuk morfologi diantaranya struktur yang tidak teratur, bentuknya kristalin atau
semikristalin. Selain itu dapat juga berbentuk padatan amorf berwarna putih
dengan struktur kristal tetap dari bentuk awal chitin murni. Kitosan mempunyai
rantai yang lebih pendek daripada rantiai kitin. Kelarutan kitosan dalam larutan
asam serta viscositas larutannya tergantung dari derajat deasetilasi dan derajat
terkandung pada molekulnya lebih besar dari 7% berat dan dcrajad deaselilasi
Fahry, A Rasydi. 2012. Pemanfaatan Limbah Kulit Udang dan Limbah Kulit Ari
Singkong Sebagai Bahan Baku Pembuatan Plastik Biodegradable. Jurnal
Teknik Kimia. Vol 18(3).
Kusumawati, Nita. 2009. Pemanfaatan Limbah Kulit Udang Sebagai Bahan Baku
Pembuatan Membran Ultrafiltrasi. Jurnal Inotek. Vol 13(2).
Purwanti, Ani. 2014. Evaluasi Proses Pengolahan Limbah Kulit Udang Untuk
Meningkatkan Mutu Kitosan yang Dihasilkan. Jurnal Teknologi. Vol 7(1).
Trisnawati, Elin., dkk. 2013. Pembuatan Kitosan dari Kulit Cangkang Kepiting
Sebagai Bahan Pengawet Buah Duku dengan Variasi Lama Pengawetan.
Jurnal Teknik Kimia. Vol 19(2).
Sari, P Diana., Abdiani Maya Ira. 2015. Pemanfaatan Kulit Udang dan Cangkang
Kepiting Sebagai Bahan Baku Kitosan. Jurnal Teknik Kimia. Vol 18(3).
Dompeipen, J Edward., dkk. 2016. Isolasi Kitin dan Kitosan dari Limbah Kulit
Udang. Majalah BIAM. Vol 12(1).
Agustina, Sry. 2015. Isolasi Kitin, Karakterisasi, dan Sintesis Kitosan dari Kulit
Udang. Jurnal Kimia. Vol 9(2).
Pratiwi, Rianta. 2014. Manfaat Kitin dan Kitosan dalam Kehidupan Manusia.
Jurnal OseanaI. Vol 39(1).