Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
____________________ ____________________
NIP. NIP.
BAB I
PENDAHULUAN
2. Saraf Spinal
Medulla spinalis terdiri dari 31 segmen jaringan saraf dan masing-masing
memiliki sepasang saraf spinal yang keluar dari kanalis vertebralis melalui
foramina intervetebralis (tulang pada tulang belakang). Saraf-saraf spinal diberi
nama sesuai dengan foramina interveterbralis tempat keluarnya saraf-saraf
tersebut, kecuali saraf servikal pertama yang keluar diantara tulang oksipital dan
vertebra servikal pertama (Price dan Wilson, 2005:1033).
Masing-masing saraf spinal dihubungkan dengan medulla spinalis oleh dua
radiks; radiks anterior dan radiks posterior. Radiks anterior terdiri atas berkas
serabut saraf yang membawa impuls saraf menjauhi susunan saraf pusat. Serabut
saraf seperti ini dinamakan serabut eferen. Serabut eferen yang menuju ke otot
skeletal dan menyebabkan otot ini berkontraksi atau biasanya dinamakan serabut
motorik (Snell, 2006:26).
Radiks posterior terdiri atas berkas serabut saraf yang membawa impuls ke
susunan saraf pusat dan dinamakan serabut aferen. Karena serabut ini berkaitan
dengan penghantaran informasi mengenai sensasi raba, nyeri, suhu, dan vibrasi,
serabut ini dinamakan serabut sensorik (Snell, 2006:26).
B. Patologi
1. Definisi
Guillain Barre Syndrome (GBS) adalah suatu sindroma klinis dari
kelemahan akut ekstremitas tubuh, yang disebabkan oleh kelainan
saraf tepi. Penyakit ini merupakan suatu kelainan sistem kekebalan
tubuh manusia yang menyerang bagian dari susunan saraf tepi dirinya
sendiri dengan karekterisasi berupa kelemahan atau arefleksia dari
saraf motorik yang sifatnya progresif. Kelainan ini kadang kadang juga
menyerang saraf sensoris, otonom, maupun susunan saraf pusat.
Namun, terdapat varian GBS yang melibatkan saraf kranial
ataupun murni motorik. Pada kasus berat, kelemahan otot dapat
menyebabkan kegagalan nafassehingga mengancam jiwa.
2. Etiologi
Etiologi dari GBS sendiri belum diketahui pasti, tetapi respon
alergi dan respon autoimun sangat mungkin sekali. Beberapa peneliti
berkeyakinan bahwa sindrome tersebut berasal dari virus. Tetapi tidak
ada virus yang dapat diisolasi sejauh ini. GBS paling banyak
ditimbulkan oleh adanya infeksi (Pernapasan dan Gastrointestinal) 1-4
minggu sebelum terjadi serangan penurunan neurologis.
Teori yang berlaku sekarang menganggap GBS, merupakan
suatu penyakit autoimun oleh karena adanya antibody antimyelin yang
biasannya didahului dengan faktor pencetus. Dan etiologinya diduga
disebabkan karena:
a. Infeksi : Misal Radang Tenggorokan atau Radang lainnya
b. Infeksi virus : Measles, Mumps, Rubela, Influenza A, Influenza
B, Varicella zoster, Infections Mono Nucleosis (Vaccinia,
Variola, Hepatitis Inf, Coxakie)
c. Vaksin : Rabies, swine flu
d. Infeksi yang lain : Mycoplasma Pneumonia, Salmonella
Thyposa, Brucellosis, Campylobacter Jejuni
e. Keganasan : Hodgkin’s Disease, Carcinoma, Lymphoma
Pada dasarnya Guillain Barre adalah “Self Limited” atau bisa
tumbuh dengan sendirinya. Namun sebelum mencapai kesembuhan
bisa terjadi kelumpuhan yang meluas sehingga pada keadaan ini
penderita memerlukan respirator untuk alat bantu nafasnya.
3. Tanda dan Gejala
Gejala awal antara lain adalah rasa seperti ditusuk-tusuk jarum
di ujung jari kaki atau tangan atau mati rasa di bagian tubuh tersebut.
Kaki terasa berat dan kaku mengeras, lengan terasa lemah dan telapak
tangan tidak bisa mengenggam erat atau memutar sesuatu dengan baik
(buka kunci, buka kaleng dan lain-lain). Gejala awal ini bisa hilang
dalam tempo waktube berapa minggu, penderita biasanya tidak merasa
perlu perawatan atau susah menjelaskannya pada tim dokter untuk
meminta perawatan lebih lanjut karena gejala-gejala akan hilang pada
saat diperiksa. Gejala tahap berikutnya pada saat mulai muncul
kesulitan berarti, misalnya : kaki susah melangkah, lengan menjadi
sakit lemah, dan kemudian dokter menemukan syaraf refleks lengan
telah hilang fungsinya (Anonim, 2006).
Gejala awal biasanya kelemahan atau rasa kesemutan pada
kaki.Rasa itu dapat menjalar ke bagian tubuh atas tubuh. Pada
beberapa kasus bisa menjadi lumpuh, Hal ini bias menyebabkan
kematian. Pasien kadang membutuhkan alat respirator untuk
bernapas.Gejala biasanya memburuk setelah beberapa minggu,
kemudian stabil. Banyak orang bisa sembuh,namun kesembuhan bisa
didapatkan dalam minggu atau tahun (CDC, 2012 ; Marjo, 1978
;Sidarta, 2004 ; Walshe, 1978).
C. Pendekatan Fisioterapi
1. Electrical Muscle Stimulation
Electrical Muscle Stimulation (EMS) juga disebut sebagai
neuromuscular electrical stimulation (NMES), Transcutaneous
Electrical Nerve Stimulation (TENS), atau electromyostimulation
adalah pengobatan di mana arus dua fase memberikan rangsangan
pada otot-otot dalam berbagai cara, termasuk denyutan, lonjakan atau
kontraksi yang bertujuan untuk mencegah terjadinya kejang otot dan
atrofi otot, meningkatkan sirkulasi darah lokal dengan merangsang
jaringan otot, penguatan jaringan otot untuk mempercepat
penyembuhan, mempertahankan atau meningkatkan jangkauan
gerak,re-edukasi otot, dan stimulasi otot betis untuk mencegah
trombosis vena.
3. Passive Exercise
Suatu pemberian terapi manual ketika pasien tidak mampu
melakukan gerakan akibat kekuatan otot yang melemah. Yang
diberikan pada lengan dan tungkainya. Yang bertujuan antara lain :
a. Mencegah terjadinya kontraktur.
b. Mempertahankan integritas sendi dan jaringan lunak.
c. Membantu sirkulasi dan vaskularisasi dinamik.
4. Core Stability
Core stability exercise prinsipnya yaitu mengkontraksikan otot
stabilisator trunk yaitu multifidus, transversus abdominis, internal
oblique. Serta diikuti dengan kontraksi otot-otot perut dalam
mempertahankan posisi panggul yang optimal, dengan memelihara
vertebra netral dan stabil. Secara lebih rinci, stabilitas inti adalah
interaksi koordinasi dan kekuatan antara otot perut, trunk, diafragma
dan otot pantat selama aktifitas untuk memastikan vertebra agar tetap
stabil dan kuat dalam pergerakannya sehari-hari.
Manfaat core stability exercise untuk memperbaiki stabilitas
postural dengan latihan motor kontrol yaitu melakukan ko-kontraksi
pada otot transversus abdominus dan otot multifidus, dengan adanya
efek stabilisasi ko-kontraksi dapat disamakan mengaktifkan deep
muscle korset untuk mendukung segmen vertebra yang akan
memperbaiki postur. Sehingga akan menurunkan tekanan pada diskus
intervertebralis yang menurunkan nyeri (Francka, 2010).
5. Bridging Exercise
Teknik bridging exercise adalah salah satu bentuk latihan
untuk meningkatkan postural control, memelihara postural aligment
dan meningkatkan neuromuscular control. Latihan bridging exercise
merupakan komponen penting dalam memberikan kekuatan local dan
keseimbangan untuk memaksimalkan aktifitas secara efisien. Kerja
core stability memberikan suatu pola adanya stabilitas proksimal yang
digunakan untuk mobilitas pada distal. Pola proksimal ke distal
merupakan gerakan kesinambungan yang melindungi sendi pada distal
yang digunakan untuk mobilisasi saat bergerak. Saat bergerak otot-otot
core meliputi trunk dan pelvic yang bertanggung jawab untuk
memelihara stabilitas spine dan pelvic, sehingga membantu dalam
aktifitas, disertai perpindahan energi dari bagian tubuh yang besar
hingga kecil selama beraktifitas (Rifai, 2015).
Latihan ini menimbulkan kontraksi otot etika otot sedang
berkontraksi, sintesa protein kontraktil otot berlangsung jauh lebih
cepat daripada kecepatan penghancurnya sehingga menghasilkan
aktin dan miosin yang bertambah banyak secara progersif di dalam
miofibril. Kemudian miofibril itu sendiri akan memecah di dalam
setiap serat otot untuk membentuk miofibril baru. Peningkatan jumlah
miofibril tambahan yang menyebabkan serat otot menjadi hipertropi.
Dalam serat otot yang mengalami hipertropi terjadi peningkatan
komponen sistem metabolisme fostagen, termasuk ATP dan
fosfokreatin. Hal ini mengakibatkan peningkatan kemampuan sistem
metabolik aerob dan anaerob yang dapat meningkatkan energi dan
kekuatan otot. (Kusnanto dkk, 2014). Tujuan dari latihan ini adalah
penguatan otot gluteus untuk Penguatan m. gluteus maksimus,m.
hamstring, m. erector spine, m. Multifidus dan sebagai latihan dasar
untuk meningkatkan stabilitas dan keseimbangan tulang belakang
(Quin, 2012).
BAB III
PROSES FISIOTERAPI
C. Anamnesis Khusus
Keluhan utama : Kelemahan pada keempat ekstremitas
Lokasi keluhan : Kedua lengan dan tungkai
Kapan terjadi : 4 hari yang lalu
RPP : Dialami sejak 2 hari yang lalu tepatnya pada hari
Minggu 13 Mei 2018 saat pasien sedang istirahat.
Kelemahan ini dirasakan secara tiba-tiba, 2 hari
sebelumnya pasien sempat mengeluhkan kram
diseluruh bagian tubuhnya tetapi pasien masih bisa
berjalan dan mengendarai motor. Riwayat demam
sebelumnya tidak ada. Mual dan muntah tidak ada.
Riwayat trauma : Tidak ada
Riwayat Penyakit : Hipertensi
RiwayatPenyakitKeluarga : Tidakadakeluarga yang menderitapenyakit
yang sama.
D. Pemeriksaan Fisik
1. Vital Sign
Tekanan Darah : 160/90 mmHg
Denyut Nadi : 83 x/menit
Pernapasan : 18 x/menit
Suhu : 36.7oC
2. Inspeksi / Observasi
Statis :
a) Pasien terlihat lemah
b) Terpasang infus
c) Extremitas Superior (Kiri dan Kanan ) terlihat : Internal rotasi
shoulder + Fleksi Jari-jari. (Mid position)
d) Extremitas Inferior
Tungkai kanan terlihat : External rotasi hip + Fleksi knee.
Tungkai kiri terlihat : External rotasi hip + Fleksi knee +
Plantar fleksi ankle.
Dinamis :
a) Pasien sulit mengangkat kedua lengan dan tungkainya.
3. Palpasi
a) Terdapat spasme pada otot bicep brachii, otot upper trapezius, otot
quadriceps femoris, dan otot hamstring.
b) Tidak ada oedema.
c) Tidak ada nyeri tekan.
Interpretasihasil :
1. Composmentis : 15-14
2. Apatis : 13-12
3. Delirium : 11-10
4. Somnolen : 9-7
5. Stupor : 6-4
6. Coma : 3
Hasil : E4 M6 V5(Composmentis)
Keterangan
:Sadarsepenuhnyabaikterhadapdirinyadanlingkungannyadandapatmenj
awabpertanyaanpemeriksaandenganbaik.
2. Tes Kognitif
a) Komunikasi : Baik
b) Atensi : Baik
c) Motivasi : Baik
d) Emosi : Baik
e) Problem solving : Baik
Hasil Pemeriksaan :
Dextra Sinistra
Extremitas Superior 3 2
Extremitas Inferior 1 1
Hasil Pemeriksaan :
Dextra Sinistra
Extremitas Superior 4 3
Extremitas Inferior 2 2
5. Tes Reflex
Refleks Dextra Sinistra
Patella Negatif Negatif
Refleks Achilles Negatif Negatif
Fisiologis Biceps Normal Normal
Tricep Normal Normal
Refleks
Babinsky Negatif Negatif
Patologis
6. Tes Sensorik
a) Tes tajam tumpul : Normal
b) Tes rasa sakit : Normal
c) Tes rasa gerak : Normal
7. Tes Motorik
Item yang diukur Keterangan
Terlentang ke tidur miring kanan
Dapat dilakukan dengan bantuan
dan kiri
Terlentang ke duduk di samping bed Dapat dilakukan dengan bantuan
Keseimbangan duduk Tidak dapat dilakukan
Duduk ke berdiri Tidak dapat dilakukan
Posisi mengangkat pantat Tidak dapat dilakukan
Posisi geser pantat Tidak dapat dilakukan
8. Tes Koordinasi
Dextra Sinistra
Finger to nose Mampu Mampu
Finger to therapist finger Mampu Mampu
Heel to knee Tidak mampu Tidak mampu
Heel to toe Tidak mampu Tidak mampu
Pasien dapat melakukan tes koordinasi tetapi interpretasi cukup baik.
9. Tes Keseimbangan
Reaksikeseimbangandenganmengangkatpantat(bridging),
dudukdanmenekuklututbelum dapatdilakukan
dankeseimbangankurang.
10. Pemeriksaan Autonom
BAK : Lancar
BAB : Tidak lancar
F. Pemeriksaan Penunjang
1. X-Ray
Kesan :
Dilatatio et athreosclerosis aortae
Elevasi diafraghma dextra (proses intrahepatik?)
2. Hasil Laboratorium
GDS : 132 mg/ul
Ureum : 16 mg/dl
Kreatinin : 0.67 mg/dl
SGOT : 19 U/L
SGPT : 21 U/L
Na+ : 147
K+ : 3.42
CL : 105 mmol/l
H. Rencana Fisioterapi
Tujuan Jangka Pendek :
1. Mempertahankan dan memperbaiki kekuatan otot.
2. Mempertahankan ROM
3. Melatih keseimbangan
4. Memperbaiki mobilitas fisik
Prosedur Pelaksanaan :
a) PosisiPasien : Tidurterlentang di atas bed
dalamkeadaanrileks.
b) PosisiFisioterapis : Berada di samping bed
c) TeknikPelaksanaan :
1) Instruksikanpasienuntukmerubahposisiterlentangkeposisi
miring kekananataukekiri. (PosisiSim).
2) Instruksikanpasienuntukberbaringditempattidurdenganbagi
ankepaladitinggikan / lebihtinggidaripada kaki. (Posisi
Anti Trendelenburg)
3) Mintapasienuntukmerubahposisitersebutkuranglebihtiap 2
jam termasuksewaktutidur.
2. Breathing Exercise
Tujuan : Untukmembantupolanapaspasien&menguatkanototabdomen.
Prosedur Pelaksanaan :
B. Posisipasein : Supine lying denganrileks.
C. PosisiFisoterapi : Berdiri di sampingpasien.
D. Pelaksanaan : Tanganfisioterapifiksasi di bagian abdomen
pasienkemudianmintapasienuntukmendorongtanganfisioterapid
engannapasnyadengancaramenariknapasdalammelaluihidungke
mudian di hembuskanmelaluimulut. Ulangisebanyak 5 sampai
8 kali.
3. Passive Exercise
Tujuan : Untuk mencegah terjadinya kontraktur pada keempat
anggota gerak pasien akibat jarang digerakkan,
mempertahankanintegritassendidanjaringanlunak, serta
membantusirkulasidanvaskularisasidinamik.
Prosedur Pelaksanaan :
E. PosisiPasien : Tidurterlentang di atas bed
dalamposisianatomi.
F. PosisiFisioterapis : Berada di sampinganggotageraklengan /
tungkaipasien yang di tes.
G. TeknikPelaksanaan :
1. EkstremitasAtas
Fisioterapismemberikan latihan gerakan pasif terhadap
lengan pasien secara berulang-ulang.
2. Ekstremitas Bawah
Fisioterapis memberikan latihan gerakan pasif terhadap
tungkai pasien secara berulang-ulang.
4. Strengthening Exercise
Tujuan : Untukpenguatanotot-
ototpadakeduaekstremitasyaituextremitas superior danexremitas
inferior.
Prosedur Pelaksanaan :
a) Posisipasien : Supine Lying rileksdiatas bed
b) Posisifisioterapis : Berdiridisampingpasien.
c) Teknik Pelaksanaan:
Fisioterapismemberikanlatihanpenguatanpadakeduatangandank
eduatungkaimulaidarijaritangansampai shoulder
danmulaidarijari kaki sampaipada hip pasien. Hal
itudilakukansebanyak 3-5 kali repetisi.
H. Evaluasi
Setelahpemberianterapiselamabeberapaharitidursaatmalamharitida
klagigelisah, kelemahanototmulaimenurun,
peningkatankekuatanototpasienmulaimembaikditandaidengankontraksi
yang mulaimeningkat dan lengan mulai dapat di angkat, aktifitas daily
living (ADL) dan perbaikan keseimbangan belum dapat dinilai.
I. Edukasi
1. Pasien diharapkan untuk tetap melakukan terapi ke fisioterapi.
2. Minta keluarga untuk melakukan latihan yang telah di berikan/ di
ajarkan ke fisioterapi seperti posisi baring yang baikdanbenar,
latihanmengangkatpantatdalamposisiterlentang dan
latihanmenggerakkansepertimenekukjari-
jaritangan,menekuktangan,mengangkattangankeatas, menekuklutut,
mengangkat kaki dangerakanpadatanganseperti yang
telahdiberikanpadafisioterapissertamemberitahananpadakeduatanganda
nkeduatungkaidenganbantuankeluarga.
3. Keluarga pasien diharapkan memberikan motivasi pasien untuk latihan
setiap hari.
J. Dokumentasi
BAB IV
PENUTUP