Sunteți pe pagina 1din 21

PERENCANAAN STRUKTUR PONDASI BAWAH DENGAN

METODE CONE PENETRATION TEST (SONDIR)


STUDI KASUS GEDUNG KAMPUS B UNHASY TEBUIRENG JOMBANG

Proposal Skripsi

Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Teknik

Oleh
Tri Mar’atus Sholichah
NIM : 1494094012

UNIVERSITAS HASYIM ASY’ARI TEBUIRENG JOMBANG


FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
2018
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Universitas Hasyim Asy’ari (UNHASY) merupakan perguruan tinggi

swasta berbasis pesantren yang berada dibawah naungan Pondok Pesantren

Tebuireng Desa Cukir Kecamatan Diwek Kabupaten Jombang, Jawa Timur.

UNHASY terletak kurang lebih delapan kilometer kearah selatan dari kota

Jombang, tepatnya pada jalan Irian Jaya nomor 55 Tebuireng Jombang.

Universitas Hasyim Asy’ari berdiri pada tahun 1967 oleh K. H. Muhammad

Yusuf Hasyim yang pada saat itu beliau menjabat sebagai pengasuh pondok

pesantren Tebuireng. Saat ini yayasan UNHASY diketuai oleh Prof. Dr. H.

Imam Suprayogo dan dipimpin oleh rektor Dr. H. C. Ir. K. H. Salahuddin

Wahid.

Universitas Hasyim Asy’ari saat ini memiliki dua gedung, biasa disebut

dengan kampus A dan kampus B. Kampus A UNHASY merupakan gedung

kampus lama yang didominasi oleh program studi agama, sedangkan kampus B

merupakan gedung baru UNHASY yang terdiri dari program studi umum. saat

ini, kampus B sedang merencanakan gedung baru untuk menambah fasilitas

ruang perkuliahan, sehingga diperlukan perancangan dan perencanaan yang

tepat guna menjadi gedung yang kokoh dan kuat untuk masa kedepannya.

Dalam merencanakan konstruksi bangunan yang kokoh, maka diperlukan

daya dukung tanah yang cukup dan jenis tanah yang mempunyai stabilitas baik

yang dapat menahan beban dari struktur bangunan diatasnya. Akan tetapi, jika

ditemui tanah tersebut tidak mempunyai daya dukung tanah yang cukup, maka
akan dilakukan teknik perbaikan tanah agar dapat menunjang kekuatan dari

tanah itu sendiri.

Untuk mengetahui kekuatan dari daya dukung tanah, dapat dilakukan

penyelidikan tanah yaitu salah satunya dengan pengujian sondir (Cone

Penetration Test) maupun dengan pengujian SPT (Standard Penetration Test).

Cone Penetration Test atau biasa disebut dengan sondir merupakan salah satu

pengujian tanah yang banyak digunakan di Indonesia, pengujian ini dilakukan

untuk mengetahui seberapa dalam letak dari lapisan tanah keras. Sedangkan

Standard Penetration Test atau boring merupakan pengujian untuk mengetahui

estimasi nilai kerapatan relatif tanah.

Berdasarkan hasil dari pengujian tanah tersebut, akan didapat nilai daya

dukung tanah sehingga dapat menentukan strategi perencanaan jenis pondasi

yang tepat untuk bangunan diatasnya. Pemilihan dari jenis pondasi sendiri

bergantung pada beban-beban yang harus didukung, kondisi tanah, dan juga

estimasi biaya antara pembuatan pondasi dan biaya struktur bangunan itu

sendiri. Sehingga, dalam perencanaan pondasi terdapat pertimbangan-

pertimbangan yang harus diperhitungkan, antara lain mnghitung jumlah beban

efektif yang akan disalurkan ke tanah, menentukan nilai daya dukung tanah

yang diizinkan, dan juga menghitung luas dasar pondasi. Dalam hal ini, akan

terjadi tekanan pada dasar pondasi yang berupa perhitungan momen lentur

maupun gaya geser yang terjadi pada pelat pondasi tersebut.

Berdasarkan latar belakang diatas, penulis tertarik untuk mengkaji tentang

bagaimana strategi yang tepat guna dalam merencanakan suatu struktur pondasi
pada proyek pembangunan Gedung di kampus B UNHASY. Sehingga penulis

memberi judul untuk skripsi ini “PERENCANAAN STRUKTUR PONDASI

BAWAH DENGAN METODE CONE PENETRATION TEST (SONDIR)

STUDI KASUS GEDUNG KAMPUS B UNHASY TEBUIRENG

JOMBANG”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, permasalahan yang menjadi topik

dalam penelitian ini adalah

1. Bagaimanakah struktur tanah pada Gedung kampus B Unhasy

berdasarkan Cone Penetration Test (Sondir)?

2. Bagaimanakah strategi perencanaan pondasi bawah setelah didapatkan

hasil dari Cone Penetration Test?

C. Tujuan Pembahasan

Adapun tujuan dari penulisan skripsi ini antara lain:

1. Mengetahui struktur tanah yang terdapat pada Gedung kampus B

Unhasy dengan menngunakan metode Cone Penetration Test (Sondir.

2. Memberikan strategi perencanaan pondasi bawah yang tepat guna

berdasarkan hasil dari Cone Penetration Test.


D. Manfaat Pembahasan

Manfaat yang diperoleh dari penulisan skripsi ini antara lain:

1. Bagi mahasiswa

a. Dapat menerapkan teori tentang mekanika tanah, Teknik pondasi

dan struktur bangunan yang telah didapatkan dari perkuliahan dan

membandingkannya di lapangan.

b. Dapat mengetahui beberapa metode yang digunakan dalam

perancangan dan perencanaan pondasi.

2. Bagi instansi umum

a. Menjadi salah satu bahan pertimbangan untuk merekrut tenaga kerja

dalam proyek konstruksi bangunan Gedung.

b. Sebagai bahan pertimbangan untuk acuan penelitian dan

pembangunan proyek selanjutnya.

3. Bagi peneliti selanjutnya

a. Dapat memahami metode yang digunakan dalam merencanakan

pondasi untuk bangunan Gedung.

b. Sebagai salah satu referensi dalam menyelesaikan tugas akhir

perkuliahan.

c. Dapat menerapkan dan mengembangkan ilmu pengetahuan tentang

Teknik pondasi.
E. Batasan Masalah

Untuk menghindari perluasan topik pembahasan dalam penelitian ini,

penulis membatasi beberapa bahasan pada penulisan skripsi ini, antara lain:

1. Pengujian tanah yang dilakukan dalam penelitian ini berupa pengujian

sondir atau Cone Penetration Test (CPT).

2. Penelitian ini hanya dilakukan pada area pembangunan proyek Gedung

kampus B UNHASY Tebuireng Jombang.

3. Output dari penelitian berupa strategi perancangan pondasi yang tepat

pada proyek pembangunan Gedung kampus B UNHASY Tebuireng

Jombang.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu merupakan penelitian yang dilakukan oleh orang lain

sebelum penelitian yang dilakukan penulis tentang tema yang berhubungan

antara objek yang diteliti sebelumnya dan yang diteliti oleh penulis. Penelitian

terdahulu bisa berupa jurnal maupun tugas akhir yang telah diujikan dan

dinyatakan valid atas apa yang telah diteliti. Dari penelitian terdahulu, penulis

dapat menambah wawasan dari apa yang telah dikaji oleh para peneliti

sebelumnya. Dalam penelitian sebelumnya, penulis belum menemukan

penelitian yang sesuai dengan apa yang tertulis pada judul skripsi yang penulis

ajukan, akan tetapi meskipun penelitian tersebut tidak sesuai, penulis dapat

mengabil ilmu dari penelitian terdahulu sebagai bahan referensi dalam membuat

penelitian dan juga sebagai bahan acuan dalam menyelesaikan tugas skripsi.

Berikut merupakan beberapa penelitian terdahulu yang telah penulis peroleh

untuk dijadikan referensi dalam penyelesaian skripsi ini.


Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

no. Nama, Tahun, Publikasi Judul Masalah Variabel Hasil Perbedaan


A. Aguslimi Shafira Putri Penentuan Daya Dukung Kendala infrastruktur Kondisi tanah, Penelitian yang dilakukan
Pada penelitian ini,
AP, 2016, Jurnal Prodi Tanah Berdasarkan Hasil dalam mengangkut pengukuran CPT, menghasilkan informasi
diperoleh hasil pengukuran
Geofisika Pengukuran Cone barang hasil tambang pengujian daya dukung tanah untuk
CPT berupa tanah yang
Penetration Test (CPT) batubara. laboratorium, pembangunan infrastruktur.
didominasi oleh lempung
Dan Uji Laboratorium daya dukung Berbeda dengan penelitian
lanauan, sehingga dapat
1 tanah. yang dilakukan penulis,
menentukan daya dukung
tidak hanya daya dukung
dari tanah tersebut serta
saja yang diteliti, akan
memetakan daya dukung
tetapi mengkaji strategi
tanah area sekitar
perencanaan pondasi yang
pertambangan.
tepat guna.
Kukuh Prayogo dan Penyelidikan Struktur Dan Perencanaan pondasi Penyelidikan Hasil yang diperoleh Penulis meneliti tentang
Hasriyasti Saptowati, 2016, Karakteristik Tanah Untuk yang cocok untuk tanah, lapisan peneliti berupa perencanaan struktur lapisan tanah serta
Jurnal Perangkat Nuklir Desain Pondasi Irradiator Gedung irradiator. tanah, pondasi, pondasi alternatif untuk mengkaji tentang
2 Gamma Kapasitas 2 MCi pondasi bored Gedung irradiator. perencanaan pondasi yang
pile. cocok untuk diterapkan
berdasarkan hasil pengujian
CPT.
B. Tanah

1. Definisi tanah

Tanah mempunyai beberapa definisi mendasar yang dikelompokkan

berdasarkan pendekatan alam, yaitu:

a. Tanah menurut ahli geologi (berdasarkan pendekatan geologis)

Tanah didefinisikan sebagai lapisan permukaan bumi yang berasal

dari bebatuan yang telah mengalami serangkaian pelapukan oleh gaya-

gaya alam, sehingga membentuk regolit (lapisan partikel halus).

b. Tanah menurut ahli ilmu alam murni (berdasarkan pendekatan

pedologi)

Tanah adalah bahan padat (baik berupa mineral maupun organik)

yang terletak dipermukaan bumi, yang telah dan sedang serta terus

mengalami perubahan yang dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti bahan

induk, iklim, organisme, topografi, dan juga waktu.

c. Tanah menurut ahli pertanian (berdasarkan pendekatan edhapologi)

Tanah merupakan media untuk tumbuhnya tanaman dan berfungsi

untuk menyuplai kebuuhan air dan hara ke akar.

2. Identifikasi tanah

Tanah dapat diidentifikasi berdasarkan ukuran butiran dari tanah itu

sendiri (Hary, 1996). Butiran-butiran yang mempunyai diameter lebih besar

dari 2 mm diklasifikasikan sebagai kerikil. Jika butiran tanah tersebut dapat

dilihat oleh mata akan tetapi ukuran butirannya kurang dari 2 mm maka

disebut dengan pasir. Tanah pasir sendiri dibedakan menjadi 3, yaitu pasir
kasar (ukuran butir berkisar 2 – 0,6 mm), pasir sedang (ukuran butir 0,6 –

0,2 mm), dan juga pasir halus (ukuran butir 0,2 – 0,06).

Identifikasi tanah juga dapat dikelompokkan lagi meskipun tanah

tersebut mempunyai butiran yang halus, seperti tanah lanau dan tanah

lempung. Tanah lanau merupakan tanah yang mempunyai butiran halus

yang terdiri dari fraksi-fraksi tanah mikroskopis yang mengembangkan

plastisitas atau kohesi. Sedangkan tanah lanau merupakan tanah berbutir

lebih halus daripada tanah lanau, tanah ini berasal dari kumpulan butiran

mineral kristalin yang bersifat mikroskopis dan berbentukserpihan-

serpihan. Adapun cara untuk membedakan antara tanah lanau dan tanah

lempung yaitu dengan mengambil sampel tanah basah yang dicetak dan

dikeringkan, yang kemudian dipecahkan ke dalam fragmen-fragmen yang

berukuran sekitar 1/8 inchi (3,1 mm) dan ditekan menggunakan jari telunjuk

dan ibu jari. Fragmen dari tanah lempung akan pecah jika ditekan dengan

keras, sedangkan tanah lanau dapat dipecahkan dengan mudah.

3. Klasifikasi tanah

Terdapat tiga macam sistem klasifikasi tanah, yaitu klasifikasi tekstur,

klasifikasi sistem kesatuan tanah, dan klasifikasi sistem AASHTO. Berikut

akan dijelaskan sistem klasifikasi tanah.

a. Klasifikasi tekstur

Yang dimaksud dengan klasifikasi tekstur yaitu klasifikasi

berdasarkan presentase susunan butir tanah, seperti pasir, lumpur, dan

juga lempung. Klasifikasi ini dikembangkan oleh departemen Pertanian

Amerika Serikat (U.S. Department of Agriculture), yang kemudian


dikembangkan secara lebih lanjut sehingga dapat digunakan untuk

pekerjaan jalan raya, dan dilebih dikenal dengan klasifikasi tanah

berdasar persentase susunan butir tanah oleh U.S. Public Roads

Administration.

lempung

Persentase pasir
Gambar 2.1 Diagram klasifikasi tekstur tanah

b. Klasifikasi kesatuan tanah

Klasifikasi kesatuan tanah yaitu klasifikasi berdasarkan hasil

percobaan laboratorium. Percobaan yang dilakukan adalah menentukan

ukuran butir dengan menggunakan ayakan. Jika persentase tanah yang

melalui ayakan no. 200 kurang dari 50%, maka tanah tersebut

digolongkan tanah yang berbutir kasar. Sedangkan jika persentase tanah

tersebut lebih besar dari 50% melalui ayakan no. 200, maka tanah

tersebut digolongkan tanah berbutir halus. Untuk tanah berbutir halus,


akan diklasifikasikan lagi berdasarkan plastisitas dan kadar senyawa

organiknya.

Dalam percobaan laboratorium, semua jenis tanah diberi tanda

berupa dua huruf penunjuk. Huruf-huruf yang digunakan adalah sebagai

berikut:

1. Huruf pertama : O (organik), C (lempung), dan M (lumpur/lanau)

2. Huruf kedua : H (batas cair tinggi), dan L (batas cair rendah)

Jika antara huruf pertama dan kedua dikombinasikan, maka

penamaan dari butiran tanah dapat dibagi menjadi enam, yaitu OH, OL,

CH, CL, MH, dan ML. Pengelompokan tanah tersebut dapat diketahui

dengan menggunakan diagram plastisitas (Plasticity Chart).


Indeks plastisitas (PI)

Batas cair (LL)


Gambar 2.2 Diagram plastisitas

Pada diagram tersebut, garis A menunjukkan batas empiris antara

lempung anorganik (CL dan CH), lanau anorganik (ML dan MH), dan

tanah organik (OL dan OH). Garis tegak lurus pada batas cair 50
menunjukkan garis pemisah antara lanau dan lempung. Angka 4 dan 7

merupakan batas cair yang berkisar 29, menunjukkan sifat tanah yang

mengalami gejala saling berhimpitan, sehingga garis A pada daerah ini

menjadi suatu daerah.

c. Klasifikasi AASHTO

Klasifikasi tanah menurut AASHTO dikelompokkan menjadi tujuh,

yaitu kelompok A-1 sampai dengan A-7. Pengelompokan tanah ini

didasarkan pada kriteria berikut.

1) Ukuran butir, meliputi:

a) Kerikil, butiran tanah tersebut jika melalui ayakan dengan

lubang 75 mm dan tertinggal diatas ayakan no. 10 dengan

lubang 2 mm.

b) Pasir, butiran tanah melalui ayakan no. 10 (2 mm) dan

tertinggal diatas ayakan no. 200 dengan lubang 0,074 mm.

c) Lumpur dan lempung, butiran tanah ini dapat melalui ayakan

no. 200.

2) Plastisitas, jika tanah tersebut mempunyai indeks plastisitas

sebesar kurang dari 10, maka tanah tersebut digolongkan

menjadi tanah lumpur. Sedangkan jika tanah tersebut

mempunyai indeks plastisitas lebih dari 11, maka tanah tersebut

digolongkan menjadi tanah lempung.

3) Batu yang berukuran lebih dari 75 mm tidak termasuk dalam

klasifikasi ini.
Dibawah ini akan dijelaskan gambar pengelompokan klasifikasi

tanah menurut AASHTO. Gambar tersebut menunjukkan daerah

hubungan antara batas cair dan indeks plastisitas tanah.

Gambar 2.3 Daerah batas cair dan indeks plastisitas tanah kelompok
A-2, A-4, A-5, A-6, dan A-7
Gambar tersebut menunjukkan kelompok tanah A-4, A-5, A-6, dan

A-7 merupakan tanah lumpur dan lempung, yang berkisar 35% atau

lebih tanah tersebut melalui ayakan no. 200. Sedangkan kelompok A-1,

A-2, dan A-3 merupakan tanah berbutir kasar. Adapun untuk lebih

detailnya, klasifikasi tanah menurut AASHTO akan dijelaskan pada

tabel 2.1 berikut.


Tabel 2.1 Sistem klasifikasi tanah AASHTO

C. Penyelidikan Tanah

Penyelidikan tanah adalah upaya untuk memperoleh informasi tentang

bawah tanah dalam menentukan perencanaan pondasi bangunan. Tujuan dari

penyelidikan tanah adalah untuk mengetahui kedalaman tanah keras sehingga

tanah tersebut dapat memberikan daya dukungnya atau tanah tersebut dapat

mengkontribusikan penurunan yang diakibatkan oleh struktur yang akan di

bangun diatasnya. Upaya yang dilakukan dalam penyelidikan tanah antara lain,

lubang cobaan, pengeboran tanah, pengambilan sampel tanah, pengujian

laboratorium, dan observasi air dalam tanah.

Penyelidikan tanah sangat dibutuhkan bergantung dari besarnya beban

bangunan, tingkat keamanan yang diinginkan, kondisi lapisan tanah, dan

ketersediaan dana untuk penyelidikan tanah tersebut. Sehingga, untuk bangunan

sederhana atau ringan, terkadang tidak perlu melakukan penyelidikan tanah,


dikarenakan kondisi tanah dapat diketahui dari pengalaman setempat. Adapun

teknik penyelidikan tanah lebih detailnya akan dijelaskan sebagai berikut.

1. Lubang cobaan (Trial-pit)

Teknik penyelidikan tanah ini dilakukan dengan cara menggali tanah

permukaan secara langsung. Ukuran lubang galian berkisar antara 0,6 m ×

1,25 m, hal ini untuk memungkinkan seseorang dapat menggali didalamnya.

Sedangkan kedalaman dari tanah galian tersebut sesuai dengan yang

dibutuhkan, hingga mencapai data tanah yang dapat mewakili.

Keuntungan dari teknik lubang cobaan adalah dapat mengidentifikasi

tanah secara langsung dan juga dapat mengetahui kepadatan dan kondisi air

tanah di lapangan. Sedangkan kekurangan dari teknik ini adalah perletakan

lubang galian tidak bisa sembarangan, karena jika titik galian tersebut

berada pada tempat-tempat dinding dan kolom yang akan dibangun, maka

akan mengurangi kekuatan tanah dasar, karena jika kedalaman lubang

cobaan lebih dalam dari kedalaman dasar pondasi, maka akan menurunkan

kekuatan dari tanah urug yang telah ditimbunkan.

2. Bor tangan (Hand Auger)

Teknik bor tangan merupakan teknik penyelidikan tanah yang paling

sederhana, yaitu dengan menggunakan alat bor. Bor tangan dilakukan

dengan memasukkan alat bor dan memutarnya hingga kedalaman yang

dibutuhkan, akan tetapi bor tangan umumnya hanya dapat menembus

hingga 10 m. bor tangan dapat dilakukan hanya pada tanah yang mempunai

nilai kohesi yang cukup, sehingga lubang bor dapat stabil di sepanjang

lubangnya.
3. Bor cuci (Wash Boring)

Penyelidikan tanah dengan menggunakan bor cuci dilakukan dengan

cara menyemprotkan air sambil memutar-mutar pipa selubung (casing)

untuk memudahkan penembusan ujung mata bor. Teknik penyelidikan

tanah ini tidak mengganggu tanah yang berada dibawah mata bor, akan

tetapi teknik ini tidak dapat diterapkan pada tanah yang mengandung batuan

besar. Pengambilan sampel tanah dilakukan dengan menggantu ujung mata

bor menggunakan tabung, sehingga tanah tersebut diambil secara kering dan

dapat diidentifikasi jenis tanah tersebut.

4. Penyelidikan dengan pencucian (Wash Probing)

Teknik penyelidikan tanah dengan pencucian merupakan teknik yang

dilakukan dengan cara memasukkan air yang bertekanan tinggi yang

dilewatkan melalui pipa ke lubang tanah galian, pipa tersebut digerakkan

secara vertikal, sehingga tanah dan air akan keluar dari sekeliling pipa air

tersebut. Tujuan dari penyelidikan ini adalah untuk mengetahui kedalaman

pertemuan antara tanah lunak dan tanah keras atau padat. Penyelidikan ini

biasa dilakukan pada pelabuhan maupun tanah dibawah dasar sungai,

sehingga dapat diketahui kedalaman pasir atau lanau yang terletak diatas

lapisan keras atau batu.

5. Bor putar (Rotary Drill)

Penyelidikan tanah dengan menggunakan bor putar dapat dilakukan

untuk semua jenis tanah. Alat bor putar ini dapat menembus lapisan tana

keras maupun batu hingga mencapai kedalaman lebih dari 40 m.

penyelidikan ini dilakukan dengan cara memutar batang bor, sehingga dapat
menekan ujung mata bor. Putaran dari mata bor akan membentuk gerusan

cincin hingga sedalam kedalaman yang dibutuhkan. Penyelidikan ini dapat

dilakukan dengan tanpa menggunakan pipa selubung (casing). Jika tanah

pada lubang bor akan longsor, maka pengeboran dilakukan dengan

penggunaan cairan kental dari bahan lempung vulkanik tikstropik dan air,

hal ini bertujuan untuk menahan sisi lubang bor dan menutup pori tanah

yang lolos air disekeliling lubang bor.


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada kampus B Universitas Hasyim Asy’ari

Tebuireng Jombang.

B. Objek Penelitian

Objek penelitian berupa tanah yang diuji menggunakan Cone Penetration Test

(CPT) atau sondir. Pengujian tanah tersebut dilakukan sebanyak tiga kali atau tiga

titik sondir di area proyek pambangunan Gedung kampus B UNHASY Tebuireng

Jombang.

C. Teknik Pengumpulan Data

Dalam melakukan suatu penelitian, diperlukan cara untuk mengumpulkan data-

data yang dibutuhkan dalam penelitian. Pengumpulan data tersebut bertujuan untuk

mendapatkan data atau informasi yang baik dan terstruktur serta memastikan

keakuratannya dalam setiap penelitian. Sehingga kebenaran informasi yang

diperoleh dapat dipertanggungjawabkan. Adapun teknik pengumpulan data yang

digunakan oleh penulis yaitu:

1. Observasi

Merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan cara mengamati

langsung terhadap objek yang diteliti. Pada penelitian ini, observasi dilakukan

pada lokasi proyek, yaitu pada lokasi yang akan dibangun untuk Gedung

perkuliahan kampus B UNHASY Tebuireng Jombang.

2. Dokumentasi

Pengumpulan data dengan teknik dokumentasi yaitu dengan menghimpun

dan menganalisis dokumen, baik berupa dokumen tertulis, gambar, maupun

elektronik. Teknik dokumentasi dalam penelitian ini berupa dokumentasi


proyek dan dokumentasi tertulis. Dokumentasi proyek dan tertulis berasal dari

penelitian yang dilakukan di kampus B UNHASY Tebuireng Jombang.

3. Analisis data

Teknik analisis data merupakan teknik yang bertujuan untuk mengolah data

menjadi sebuah informasi sehingga data tersebut menjadi mudah untuk

dipahami dan bermanfaat untuk menemukan solusi permasalahan dari apa yang

diteiti. Data yang akan dianalisis berasal dari data tertulis berdasarkan

penelitian yang dilakukan pada gedng kampus B UNHASY Tebuireng

Jombang.

D. Langkah-langkah Penelitian

Mulai

Studi Pustaka

Data

Data hasil pengukuran


Pengukuran CPT
di lapangan

Pengolahan Data

Penentuan Jenis Tanah


dan Daya Dukung
Tanah

Strategi Perencanaan
Pondasi

Selesai

Flowchart 3.1 alur penelitian

Langkah-langkah dalam melakukan penelitian antara lain:

1. Studi pustaka, merupakan langkah awal dalam penelitian yaitu mengkaji

teori-teori yang berhubungan dengan penelitian yang akan dilakukan.


Pengkajian teori yang dibutuhkan berupa teori tentang tanah, pengujian

CPT dan juga struktur pondasi.

2. Data, langkah penelitian berikutnya berupa pengumpulan data.

Pengumpulan data dilakukan berdasarkan survei yang dilakukan di lokasi

proyek, yaitu pada Gedung kampus B UNHASY Tebuireng Jombang.

3. Pengolahan data, dalam tahap penelitian ini, data hasil survei diolah

berdasarkan perhitungan dan pengujian CPT di lapangan kampus B

UNHASY Tebuireng Jombang.

4. Penentuan jenis tanah dan daya dukung tanah, data ini didapat dari

pengolahan data CPT di lapangan yang kemudian didapatkan informasi

jenis dari struktur tanah yang ada di kampus B UNHASY Tebuireng

Jombang. Sehingga dapat menentukan daya dukung dari tanah tersebut.

5. Strategi perencanaan pondasi, setelah diketahui daya dukung dari tanah

pada lokasi proyek, maka dapat menentukan strategi pemilihan jenis

pondasi yang cocok untuk bangunan Gedung kampus B YNHASY

Tebuireng Jombang.

S-ar putea să vă placă și