Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
Disusun oleh :
2015
KEKERASAN YANG TERJADI PADA DUNIA PENDIDIKAN
INDONESIA
Kekerasan yang juga dinilai sebagai suatu tindakan yang melanggar HAM
(Hak Asasi Manusia) dan tindakan yang dikategorikan telah melanggar HAM
inipun sudah banyak mewarnai di hampir setiap aspek kehidupan baik sosial,
budaya bahkan pendidikan. Dunia pendidikan yang diharapkan mampu
menyelesaikan masalah apapun tanpa kekerasan pun masih jauh dari harapan. Saat
ini bahkan banyak kasus kekerasan terutam adalam pendidikan yang sering kita
jumpai diberbagai media massa baik cetak maupun elektronik. Mulai dari kasus
pengeroyokan, perkelahian, tawuran, bullying bahkan kekerasan seksual. Hal ini
sangat menampar dan mencoreng dunia pendidikan.
Sumber dan faktor penyebab adanya kekerasan yang terjadi pada dunia
pendidikan dimungkinkan karena adanya berbagai faktor diantaranya yaitu :
- Sebagai alasan untuk menegakkan kedisiplinan disekolah, contoh seorang
anak yang terlambat datang kesekolah hari disuruh lari keliling lapangan
sebanyak yang di inginkan oleh yang dihukum.
- Anak yang mempunyai latar belakang pendidikan keras dirumah (di didik
dengan kekerasan seperti apabila melakukan kesalahan dipukul oleh oreng
tuanya) apabila merasa tidak terima dilampiaskan kepada temannya saat di
sekolah.
- Motif menunjukkan rasa solidaritas, proses pencarian jati diri, serta
kemunginan adanya gangguan psikologis dalam diri siswa maupun guru.
Misalnya tawuran antar pelajar dapat dilatarbelakangi karena siswa merasa
menjadi satu golongan yang “membela teman” atau “membela
sekolahnya” jadi menimbulkan kekerasan antar siswa/tawuran antar siswa.
- Maraknya berbagai tayagan di media khususnya elektronik yang
memperlihatkan adegan kekerasan yang sangat mudah untuk diakses
kemudian dicontoh ataupun ditiru oleh anak sekolah.
Kurikulum apapun yang mencoba membangun generasi yang proaktif dan optimis
tidak akan pernah efektif mencapai tujuannya apabila sistem hukuman fisik masih
diimplementasikan dalam dunia pendidikan sekolah. Untuk itu ada solusi yang
akan ditawarkan. Yakni adanya reposisi orang tua dalam mendidik anak dalam
keluarga dan guru dalam mendidik murid di sekolah. Reposisi ini berupa
perubahan signifikan pada paradigma masyarakat yang masih sering
menggunakan hukuman fisik dalam mendidik. Selain itu juga perubahan untuk
mulai menempatkan guru ataupun orang tua dalan posisi setara dengan pribadi
seorang anak. Dengan membiarkan anak melakukan ekspresi dan melakukan
keunikan-keunikannya sendiri maka akan membentuk mental yang bagus dan
tidak apatis, keunikan anak disini tidak harus dipahami sebagai suatu kesalahan,
melainkan suatu perkembangan anak itu sendiri. Kesadaran anak juga harus
dibangun dengan sering mengajak berdialog dan menciptakan komunikasi yang
hangat, dan bukan memberikan perintah-perintah dan larangan. Yang terpenting
adalah membangun kepribadian untuk sering berpendapat dan mendengarkan
pendapat-pendapat mereka. Dan sadarilah masa depan negeri ini ada ditangan
anak-anak kita dan oleh karena itu peran orang tua dan guru sangat besar dalam
menciptakan kepribadian seorang anak.
2. Humanisasi Pendidikan
Selain menjadi seorang pengajar, seorang guru juga berperan sebagai pendidik
dan motivator bagi siswa-siswinya. Sebagai seorang pengajar, guru dituntut
berkerja cerdas dan kreatif dalam mentranformasikan ilmu atau materi kepada
siswa. Dan berupaya sebaik mungkin dalam menjelaskan suatu materi sehingga
materi tersebut bisa diaplikasikan dalam keseharian siswa itu sendiri.
Tugas sebagai pendidik adalah tugas yang sangat berat bagi seorang guru. Guru
dituntut mampu menanamkan nilai-nilai moral, kedisiplinan, sopan santun, dan
ketertiban sesuai dengan peraturan atau tata tertib yang berlaku di sekolah masing-
masing. Dengan demikian, diharapkan siswa tumbuh menjadi peribadi yang sigap,
mandiri, dan disiplin. Dan sebagai motivator, guru harus mampu menjadi pemicu
semangat siswanya dalam belajar dan meraih prestasi. Dari penjelasan di atas,
yang terpenting untuk menanggulangi munculnya praktik bullying di sekolah
adalah ketegasan sekolah dalam menerapkan peraturan dan sanksi kepada segenap
warga sekolah, termasuk di dalamnya guru, karyawan, dan siswa itu sendiri.
Rekomendasi
Referensi :
Suyanto Bagong. (2010). Masalah Sosial Anak. Jakarta : Kencana Media Group.