Sunteți pe pagina 1din 25

Asuhan Keperawatan Pasien dengan

Disritmia Ventrikel Fibrilasi


Apr 24

oleh

Kelompok 8
Farida Nur Qomariyah (142310101071)
Rini Sulistyowati (142310101092)
Leony Ayu Lestari (142310101017)
Iqbal Luthfi Nauri (142310101083)
Laily Fajariatul Hasanah (142310101022)

DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL…………………………………………………………………….i
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………..ii
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………….iii
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang………………………………………………………………. …. 1

1.2 Rumusan Masalah………………………………………………………….. …. 2

1.3 Tujuan………………………………………………………………………………. 2

1.4 Manfaat………………………………………………………………………… …. 2

1.5 Epidemiologi…………………………………………………………………. …. 2

BAB 2. TINJAUAN TEORI


2.1 DefinisiVentrikel Fibrilasi……………………………………………….. …. 4

2.2 Etiologi Ventrikel Fibrilasi………………………………………………….. 4

2.3 Patofisiologi Ventrikel Fibtrilasi………………………………………….. 5

2.4 Tanda dan gejala Ventrikel Fibrilasi……………………………………… 6

2.5 Prosedur Diagnostik Ventrikel Fibrilasi………………………………… 7


2.6 Penatalaksanaan Medis Ventrikel Fibrilasi…………………………….. 8

BAB 3. ASUHAN KEPERAWATAN


3.1 Pengkajian………………………………………………………………………… 12

3.2 Diagnosa Keperawatan (NANDA)………………………………………. 15

3.3 Perencanaan Keperawatan (NOC)……………………………………….. 15

3.4 Intervensi Keperawatan (NIC)…………………………………………….. 20

3.5 Evaluasi Keperawatan (SOAP)……………………………………………. 27

BAB 4. PEMBAHASAN
4.1 Algoritma……………………………………………………………………… …. 31

4.2 Pembahasan Terkait Jurnal……………………………………………… …. 36

BAB 5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan……………………………………………………………………….. 39

5.2 Saran………………………………………………………………………………… 39

DAFTAR PUSTAKA

BAB 1. Pendahuluan

 Latar Belakang
Telah diketahui bahwa aktivitas irama jantung terletak pada permukaan jantung dekat muara vena
cava superior, yaitu pada punyak atrium kanan.Kumpulan sel-sel ini disebut NA node yang bertindak
sebagai pace maker.Melalui pace maker ini aktivitas otot jantung secara sinkron memompa darah ke
sirkulasi paru-paru dan ke sirkulasi darah sistemik (ke seluruh tubuh).Suatu keadaan di mana terjadi
kehilangan sinkronisasi yang disebut sebagai fibrilasi.Fibrilasi dapat terjadi pada atrium
maupun ventrikel.Pada atrium dikenal sebagai fibrilasi atrium sedangkan pada ventrikeldikenal
sebgai fibrilasi ventrikel.
Disritmia atau aritmia dapat diartikan sebagai abnormalitas irama jantung.Disritmia bisa diakibatkan
oleh gangguan otomatisasi, gangguan hantaran, atau kombinasi keduanya.Ada beberapa macam jenis
aritmia, salah satunya adalah fibrilasi ventrikel.Fibrilasi ventrikel (Ventricular Fibrillation) adalah
kontraksi sangat cepat yang tidak beraturan pada ruang bawah jantung (ventrikel).Fibrilasi ventrikel
merupakan jenis terburuk dari gangguan irama jantung dan merupakan bentuk
serangan jantung.Pada kondisi fibrilasi ventrikel jantung memompa darah ke seluruh tubuh pada
jantung berkontraksi pada saat yang bersamaan yang menyebabkan kontraksi jantung menjadi
disorganisasi.Kekacauan denyut jantung yang parah ini biasanya berakhir dengan kematian dalam
hitungan menit, kecuali segera dirawat misalnya implantable cardiac defiblator (ICD) dan Resusitasi
Kardiopulmoner (CPR).
Fibrilasi ventrikel ini merupakan penyebab kematian tersering mengikuti infark miokard
akut.Umumnya merupakan keadaan yang reversibel dengan pengobatan yang memadai, dan
pengenalannya menjadi dasar pemantauan kardiak dalam CCU.Faktor resiko termasuk hipokalemia,
ketidakseimbangan asam-basa dan katekolamin seperti adrenalin IV.Harus dikenali dari kolaps
kardiovaskuler dan suatu EKG yang menunjukkan bentuk kompleks QRS yang kacau.Pengobatan
adalah dengan kardioversi arus searah segera, diikuti lignokain (100 mg dalam 2 menit) dan natrium
bikarbonat untuk memperbaiki asidosis metabolik yang timbul setelah suatu periode henti jantung.
Pengobatan oral untuk mencegah resiko kekambuhan adalah sama seperti pada takikardia ventrikel.
Bentuk dan ukuran gelombang pada fibrilasi ventrikel sangat bervariasi, dan tidak terlihat gelombang
P, QRS maupun T. Tidak ada depolarisasi ventrikel yang terorganisasi sehingga ventrikel tidak
mampu berkontraksi sebagai suatu kesatuan.Kenyataannya, ventrikel kelihatan seperti bergetar
dengan sangat cepat dan tidak teratur tanpa menghasilkan curah jantung.Sehingga tidak ada atau
hanya sedikit darah yang dipompa oleh jantung ke seluruh tubuh. Bentuk fibrilasi ventrikel ada yang
kasar ( coarse ) dan halus ( fine ) tergantung pada besarnya amplitudo gelombang fibrilasi.

 Rumusan Masalah
1.2.1 Apakah yang dimaksud dengan Ventrikel Fibrilasi?

1.2.2 Bagaimana asuhan keperawatan untuk pasien penderita Ventrikel Fibrilasi?

1.2.3 Bagaiman algoritma sesuai AHA terbaru dan pembahasan jurnal mengenai

Ventrikel Fibrilasi?.

 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui pengertian tentang Ventrikel Fibrilasi;

1.3.2 Untuk mengetahui asuhan keperawatan untuk pasien Ventrikel Fibrilasi;

1.3.3 Untuk mengetahui algoritma sesuai AHA dan pembahasan jurnal mengenai Ventrikel Fibrilasi.

 Manfaat
1.4.1 Kita dapat menambah wawasan kita tentang Ventrikel Fibrilasi;

1.4.2 Kita sebagai perawat dapat mengetahui tentang asuhan keperawatan untuk pasien dengan
Ventrikel Fibrilasi.

 Epidemiologi
Kejadian VF di dunia tidak msuk akal, sehingga sulit untuk menilai kejadian
yang sebenarnya.Dari 300.000 kasus gangguan imun yang terjadi setiap tahun di Amerika Serikat,
hanya sepertiga yang dikaitkan dengan VF. Kejadian VF 0,08-0,16% pertahun pada orang dewasa.
Persentase ini lebih banyak daripada kematian yang diakibatkan oleh kanker paru, kanker payudara
dan AIDS. Pada usia anak dan remaja, kejadian bertahun mencapai 1,3-8,5 per 100.000 orang.
Penyakit jantung koroner adalah penyebab terjadinya VF paling tinggi yakni sekitar 50% kematian
manusia.
Insidensi VF paling tinggi dialami pada pria dibandingkan wanita dengan perbandingan 3:1. Hal ini
disebabkan karena insidensi penyakit jantung koroner banyak terjadi pada pria. Insidensi VF sama
dengan prevalensi penyakit jantung koroner, dengan tingkat puncak VF terjadi pada usia45-75 tahun.
Proporsi kematian mendadak dari penyakit jantung koroner dapat menurunkan tingkat usia. Pada
penelitian Framing Heart Study didapatkan bahwa kematian mendadak dikarenakan penyakit jantung
koroner pada pria yaitu 62% pada usia 45-54 tahun, 58% pada pria berusia 55-64 tahun dan 42%
pada pria berusia 65-74 tahun. Menurut Kuller, 31% kematian mendadak terjadi pada pasien berusia
20-29 tahun.
BAB 2. Tinjauan Teori
2.1 Definisi Ventrikel Fibrilasi
Ventrikel fibrilasi merupakan aritmia ventrikel yang sangat ekstrim,paling sering mendahului
kematian mendadak pada orang dewasa. VF terjadibila ventrikel mengalami depolarisasi secara
kacau dan cepat , sehingga ventrikel tidak berkontraksi sebagai satu unit tetapi bergetar secara
inefektif. Mekanisme yang terjadi pada VF adalah jantung tidak dapat menghasilkan curah jantung ,
tekanan darah tidak terukur dan cardiac arrest.Memiliki irama tidak teratur dengan frekuensi yang
tidak dapat dihitung, gelombang P tidak ada dan kompleks QRS lebar seta tidak teratur. Tidak ada
jarak kompleks yang terlihat, hanya ada oksilasi tidak teratur dari garis dasar.Terdapat jenis VF kasar
( coarse VF ) dan VF halus ( fine VF ).
Ventrikel Fibrilasi Kadang-kadang dipicu oleh serangan jantung, fibrilasi ventrikel menyebabkan
tekanan darah menurun, memotong pasukan darah ke organ vital.Merupakan gangguan darurat yang
membutuhkan penanganan medis segera, bisa menyebabkan penderitanya jatuh dalam beberapa
detik.Kondisi ini paling sering menjadi penyebab kematian jantung mendadak.Perawatan gawat
darurat, termasuk CPR (Cardiopulmonary Resuscitation) dan guncangan jantung dengan alat yang
disebut defibrillator.Pengobatan untuk fibrilasi ventrikel meliputi obat-obatan, dan perangkat implant
yang dapat mengembalikan irama jantung ke kondisi normal.

2.2 Etiologi
Penyebab yang paling umum dari fibrilasi ventrikel adalah heart attack, akan tetapi fibrilasi ventrikel
dapat terjadi ketika jantung tidak memperoleh oksigen yang cukup, atau orang tersebut memiliki
penyakit jantung yang lain.

Fibrilasi ventrikel dapat disebabkan antara lain:

1. Gangguan jantung struktural


 Iskemik atau infark miokard akibat penyakit jantung koroner.
 Kardiomiopati
1. Gangguan jantung nonstruktural
 Mekanik (commotio cordis)
 Luka atau sengatan listrik
 Pre-eksitasi (termasuk Wolf-Parkinson-White syndrome)
 Heart block
 Channelopathies
 Long QT syndrome
 Short QT syndrome
 Brugada syndrome
1. Noncardiac respiratory
 Bronchospasm
 Aspirasi
 Hipertensi pulmonal primer
 Emboli pulmonal
 Tension pneumotoraks
 Metabolik atau toksik
1. Gangguan elektrolit dan asidosis
 Obat-obatan
 Keracunan
 Sepsis
1. Neurologik
 Kejang
 Perdarahan intrakranial atau strok iskemik
 Tenggelam

2.3 Patofisiologi
Aktivitas listrik pada fibrilasi ventrikel ditandai oleh depolarisasi sel yang tidak beraturan melalui
otot jantung ventrikel.Berkurangnya depolarisasi yang terkoordinasi mencegah terjadinya kontraksi
yang efektif dari otot jantung dan pengeluaran darah dari jantung.Pada pemeriksaan EKG tidak
ditemukan kompleks QRS walaupun jarak amplitudo yang melebar pada aktivitas listrik ditemukan,
dari gelombang sinus di ventrikel menyebabkan terjadinya fibrilasi ventrikel yang mungkin sulit
dibedakan dengan asistol.Aritmia ini dipertahankan oleh adanya jalur masuk yang berulang-ulang
karena bagian dari otot jantung mengalami depolarisasi secara konstan.Fibrilasi ventrikel dimulai
ketika daerah pada miokard memiliki bagian refraksi dan bagian konduksi pada jalur masuk.Adanya
kombinasi ini menghasilkan irama sendiri.
Fibrilasi ventrikel terjadi pada situasi klinis yang bervariasi, namun lebih sering dihubungkan dengan
penyakit jantung koroner (PJK) dan sebagai kondisi terminal.Fibrilasi ventrikel dapat disebabkan
oleh iskemia atau infark miokard akut (merefleksikan instabilitas elektrik yang disebabkan oleh
ketidakseimbangan biokimiawi pada miokard), dan atau dapat pula disebabkan oleh skar infark yang
kronik.Takikardia Ventrikel monomorfik dan polimorfik dapat memburuk menjadi fibrilasi ventrikel
yang menyebabkan kematian.Namun di luar konteks iskemia miokard akut, fibrilasi ventrikel lebih
jarang terjadi dibandingkan dengan Takikardi ventrikel sebagai kejadian primer.Fibrilasi ventrikel
kemungkinan merupakan aritmia dasar pada mayoritas pasien dengan kematian jantung
mendadak.Akumulasi kalsium intraseluler, aktivitas radikal bebas, gangguan metabolik, dan
modulasi autonom memiliki pengaruh yang besar pada perkembangan fibrilasi ventrikel pada
iskemik.Terdapat 3 jenis sel dalam jantung yang berperan dalam proses impuls normal di dalam
jantung, yaitu:
1. Sel perintis (pacemaker cells) Sumber daya listrik jantung.
Nodus sino- atrial (SA) adalah pacemaker jantung.Ia terletak di atas krista terminalis, dibawah
pembukaan vena cava superior di dalam atrium kanan
2. Sel konduksi listrik Kabel jantung.
Impuls yang dihasilkan oleh nodus SA diantar melalui otot-otot atrial untuk menyebabkan
sinkronisasi kontraksi atrial.Impuls tiba ke nodus atrioventrikular (AV) yang terletak di septum
interatrial dibawah pembukaan sinus koronaria. Dari sini impuls diantar ke ventrikel melalui serabut
atrioventrikular (His) yang turun ke dalam septum interventrikular. Serabut His terbagi menjadi 2
cabang kanan dan kiri yang menghantar serabut Purkinje untuk tetap didalam subendokardium dari
ventrikel.Posisi serabut Purkinje menentukan kontraksi ventrikel yang hampir sinkron.

3. Sel miokardium Mesin kontraksi jantung.


Jika sebuah gelombang depolarisasi mencapai sebuah sel jantung, kalsium akan dilepaskan ke dalam
sel sehingga sel tersebut berkontraksi. Sel jantung memiliki banyak sekali protein kontraktil, yaitu
aktin dan miosin.
2.4 Tanda dan Gejala (Manifestasi Klinis)
Manifestasi klinis dari ventrikel fibrilasi adalah henti nafas dan henti jantung, dimana pada kondisi
ini jantung hanya bergetar saja tidak mampu berkerja sebagai pompa, berarti terjadi kematian klinis
yang dapat berlanjut menjadi kematian biologis.Penderita biasanya sudah tidak sadar dan tidak ada
respon saat dicek kesadarannya.

Kondisi di mana ruang bawah jantung berdetak terlalu cepat dapat menyebabkan fibrilasi ventrikel.
Tanda-tanda dan gejala awalnya, meliputi:

 Nyeri dada
 Denyut jantung cepat (takikardia)
 Pusing
 Mual
 Sesak napas
 Hilangnya kesadaran

2.5 Prosedur Diagnostik


Fribilasi ventrikel selalu didiagnosis sebagai kondisi atau situasi darurat. Kita akan mengetahui jika
pasien mengalami fibrilasi ventrikel berdasarkan pemeriksaan dari:

1. Monitor Jantung yaitu sebuah monitor jantung yang akan membaca impuls listrik sehingga kita
akan mengetahui detak jantung pasien berdetak secara normal, atau berdetak secara abnormal
dan atau tudak berdetak sama sekali.
2. Cek Nadi : pada fibrilasi ventrikel tidak ditemukan denyut nadi.Pemeriksaan untuk Diagnosa
Penyebab Fibrilasi Ventrikel.
Tenaga kesehatan perlu melakukkan pemeriksaan untuk mengetahui penyebab terjadinya fibrilasi
ventrikel pada pasien, yaitu diantaranya :

1. Elekftrokardiogram (EKG)
Pemeriksaan ini mencatat aktivitas kelistrikan di jantung pasien dengan cara menempelkan lempeng
elektroda pada kulit pasien. Impuls yang dicatat sebagai gelombang akan ditampilkan pada monitor
atau dicetak diatas kertas khusus. Karena jantung mengalami cedera otot, jantung tidak dapat
melakukan impuls listrik secara normal, dalam EKG menunjukkan pasien sedang mengalami
serangan jantung atau telah terjadi serangan jantung.

1. Tes Darah
Pengambilan sampel darah bertujuan untuk menguji keberadaan enzim hati tertentu yang bocor
kedalam aliran darah pasien jika hati pasien mengalami kerusakan akibat serangan jantung.

1. X-Ray Dada
Gambaran X-Ray dada pasien bertujuan untuk memeriksa ukuran dan bentuk jantung serta pembuluh
darah

1. Ekokardiogram
Pemeriksaan ini menggunakan gelombang suara untuk menghasilkan gambar jantung pasien. Selama
ekokardiogram, gelombang suara diarahkan pada jantung pada pasien dari traduser dan perangkat
lainnya. Nantinya akan diproses secara elektronik, gelombang suara memberikan gambar video dari
jantung anda.
1. Kateterisasi Koroner (Angiogram)
Pemeriksaan ini dilakukan untuk menentukan apakah arteri koroner pasien menyempit atau
tersumbat. Pewarna cair disuntikkan melalui tabung panjang tipis (kateter) yang dimasukkan melalui
arteri pasien, biasanya arteri yang terdapat di kaki pasien. Pewarna cair akan membuat arteri pasien
menjadi terlihat pada X-Ray yang akan memperlihatkan daerah penyumbatan arteri.

1. Tomografi jantung terkomputerisasi (CT) atau Magnetic Resonance Imaging (MRI)


Meskipun pemeriksaan ini lebih digunakan untuk pemeriksaan gagal jantung. Pemeriksaan ini dapat
mendiagnosa masalah jantung lainnya. Pasien berbaring di meja dalam sebuah mesin bebentuk donat.
Tabung X-Ray di dalam mesin akan berputar untuk mengambil gambar organ di dada dan
jantung.Pemeriksaan MRI jantung pasien berbaring di atas meja didalam sebuah tabung panjang
yang menghasilkan medan magnet yang berjqalan dalam partikel atom dan beberapa sel pasien.
Gelombang radio bertujuan untuk menghasilkan sinyal yang menggambarkan jantung pasien.

2.6 Penatalaksanaan Medis


Penatalaksanaan medis pada aritmia ventrikel dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu:

1. Obat-obatan anti aritmia


Penggunaan obat-obatan anti aritmia harus berhati-hati, karena efek obat tersebut juga bisa
menyebabkan aritmia atau memperburuk aritmia.Obat anti aritmia diberikan pada kondisi pasien
dengan hemodinamik yang stabil.Jenis obat-obatan yang digunakan sebagai anti aritmia ventrikel
adalah:
1. Amiodaron
Pada VT atau VF tanpa nadi diberikan 300 mg iv bolus diencerkan20-30 cc, dapat diulang dengan
dosis 150 mg selang waktu 3-5menit sampaidosis maksimal 2,2 gram dalam 24 jam. Dapatdiberikan
secara drip dengan dosis 0,5 mg/ menit.

1. Lidokain
Pada cardiac arrest dosis 1,0 – 1,5 mg/kg BB iv bolus dan dapatdiulang dengan dosis 0,5 – 0, 75
mg/kg BB. Dapat diberikanperdrip dengandosis 1-4 mg / menit.

1. Magnesium sulfat
Pada ventrikel fibrilasi diberikan dengan dosis 1-2 gr diencerkan dalam 10 cc iv bolus dan diberikan
cepat dengan memperhatikanefek hipotensi dan asistol.

2. Terapi dengan listrik, meliputi:


A. Defibrilasi
 Pengobatan dengan menggunakan aliran listrik dalam waktu yangsingkat secara
unsinkron
 Indikasi : Ventrikel fibrilasi dan ventrikel takikardi tanpa nadi
 Energi pertama adalah 200 joule, kedua 200-300 joule, ketiga 360joule
 Jenis alat : selain defibrillator yang biasa digunakan di rumah sakit,ada jenis lain dari
alat ini yaitu:
B. Automatic External defibrillator ( AED ) yaitu defibrillator otomatis yang dapat dipakai
oleh orang awam, tanpa harus mengenali gambaran EKG, karena defibrillatortersebut
akan secara otomatis menganalisa dan menginstrusikanperlu tidaknya dilakukan
defibrilasi.
C. AICD (automatic implantable cardioverter defibrillators)yaitu alat defibrilasi yang
ditanam dibawah kulit pasien, dan jikaVT atau VF terdeteksi maka AICD mengeluarkan
0,05sampai 34Joule listrik dan dapat berulang sampai 4 kali jika aritmia
menetap.Menurut penelitian Robert Sheldon, seorang doctor dari Universitasdi Kanada,
AICD lebih baik dibanding pengobatan untuk pasienlansia, terbukti dapat menurunkan
angka kematian 30 % pada penderita VF/VT.
i. Cardioversi
 Pengobatan yang menggunakan aliran listrik dalam waktusingkat secara sinkron
 Indikasi pada aritmia ventrikel : Ventrikel takikardi dengannadi ( + ) dan
hemodinamik tidak stabil
 Energi pertama adalah 100 joule, kedua 200 joule, ketiga 300joule dan keempat
360 joule.
ii. PTCA ( Percutaneous Transluminal Coronary Angioplasty )
a. Bertujuan membuka pembuluh darah koroner yang menyempit dengan cara
dilatasi dengan kateter balonsehingga aliran darah pulih kembali.
b. Indikasi: ventrikel takikardi dan ventrikel fibrilasi berulang yang
berhubungan dengan iskemik miokard, syokkardiogenik
Adapun penatalaksanaan menurut jenis aritmia adalah :

1. Ventrikel Ekstra sistol ( VES )


 Mengatasi penyebab aritmianya, misalnya karena gangguan elektrolit , maka elektrolit dikoreksi
terlebih dahulu.
 Jika VES jarang sekali biasanya, biasanya tidak memerlukan agenanti aritmia.
 Jika VES sering atau > 6 x/ mnt, berurutan atau multiform diatasidengan agen anti aritmia seperti
amniodaron atau lidokai
1. Ventrikel takikardia ( VT )
 Jika pasien secara hemodinamik stabil, maka diatasi dengan agen antiaritmia
 Jika pasien menjadi tidak stabil, tetapi nadi (+ ) , maka dilakukancardioversi ( sinkronisasi )
dengan energi mulai dari 100 joule
 Jika nadi tidak teraba, maka dilakukan defibrilasi dengan energi mulai dari 200 joule.
1. Ventrikel fibrilasi
 Pada keadaan emergency dimana alat defibrilasi tidak siap, maka dapat dilakukan prekordial
thump ( pukulan )
 Jika alat defibrilasi sudah siap, segera lakukan defibrilasi dengan energi awal 200 joule, lalu 300
joule dan 360 joule
 Jika tidak terjadi perubahan, dapat dilakukan kompresi eksternal sambil menunggu alat siap
 Jika aritmia terjadi secara kontinue, maka untuk jangka panjang dapat digunakan AICD.

BAB 3. Asuhan Keperawatan

3.1 Pengkajian
3.1.1 Riwayat Kesehatan
1. Riwayat penyakit sekarang
2. Riwayat penyakit dahulu
Riwayat penyakit terdahulu yang pernah diderita klien, seperti penyakit jantung rematik, penyakit
jantung koroner, hipertensi, dan trauma.
3. Riwayat kesehatan keluarga
Riwayat kesehatan keluarga yang berhubungan dengan penyakit jantung atau jenis penyakit
kardiovaskuler lainnya.

3.1.2 Pengkajian: Pola Gordon, NANDA


1. Pola Persepsi Kesehatan
Pasien datang ke rumah sakit dengan kegawat daruratan mengenai penyakit jantung.Tingkat
kesadaran pasien menurun.

2. Pola Nutrisi dan Cairan


Gejala : Hilang nafsu makan, tidak toleran terhadap makanan, mual, muntah, penurunan berat badan

Tanda : edema, penurunan berat badan,perubahan turgor

3. Pola Eleminasi
4. Pola Aktivitas atau Latihan
Gejala : lemah, lelah, penurunan kesadaran

Tanda : perubahan frekuensi jantung saat beraktivitas

5. Pola Tidur atau Istirahat


Gejala : lemah, lelah, penurunan kesadaran, cemas

Tanda : perubahan frekuensi jantung/TD

6. Pola Kognitif atau Perseptual


Gejala : nyeri dada, cemas

Tanda : kejang, penurunan tingkat kesadaran, sesak, disorientasi, bingung, kehilangan memori,
perubahan pola bicara/kesadaran, pingsan, koma.gelisah,

7. Pola Persepsi Diri


Gejala : cemas, bingung, merasa tidak berdaya

Tanda : penurunan tingkat kesadaran

8. Pola Peran dan Hubungan


Keluarga menemani pasien atau tidak dapat mempengaruhi status kesehatan pasien

9. Pola Seksualitas atau Reproduksi


10. Pola Koping atau Toleransi Stres
Gejala : bingung, lelah, lemah, gugup, takut akan kematian

Tanda : Cemas, takut, menolak, gelisah

11. Pola Nilai dan Kepercayaan


Nilai spiritual dan kepercayaan pasien terhadap Tuhan yang tinggi dapat meningkatkan status
kesehatan pasien
3.1.3 Pemeriksaan Fisik
Mata : konjungtiva, sclera

Leher : JVP, bising arteri karotis

Paru :- bentuk dada

 pergerakan dada
 asimetris dada
Pernapasan :- frekuensi, irama, jenis

 suara napas
 Suara tambahan (ronchi, wheezing, krepitasi)
Jantung :- tekanan darah

 nadi : frekuensi, irama


 suara jantung
 apeks jantung
 suara tambahan : S3, S4, Gallop
 bising jantung: thrill
Abdomen : acites, bising usus

Ekstremitas : temperature, kelembaban, edema, sianosis

3.1.4 Analisa Data dan Masalah


Vibrilasi ventrikel dapat terjadi pada kondisi iskemia dan infark miokard, manipulasi kateter pada
ventrikel, gangguan karena kontak dengan listrik, pemanjangan interval QT, atau sebagai irama akhir
pada pasien dengan kegagalan sirkulasi, atau pada kejadian takikardi ventrikel yang
memburuk. Penyebab yang paling umum dari fibrilasi ventrikel adalah heart attack, akan tetapi
fibrilasi ventrikel dapat terjadi ketika jantung tidak memperoleh oksigen yang cukup, atau orang
tersebut memiliki penyakit jantung yang lain. Fibrilasi ventrikel dapat disebabkan antara lain:
Gangguan jantung struktural, Gangguan jantung nonstructural, Noncardiac respiratory, Gangguan
elektrolit dan asidosis, Neurologik.

3.1.5 Pathway

3.2 Diagnosa Keperawatan (NANDA)


1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan gangguan konduksi elektrikal dan penurunan
kontraktilitas m
2. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan tidak efektifnyadaya pompa jantung.
3. Nyeri berhubungan dengan iskemia jaringan.
4. Anxietas berhubungan dengan takut terhadap ancaman kematian, lingkungan perawatan dan
pengobatan kritis.
5. Intolerans aktivitas berhubungan dengan kelemahan/kelelahan.
6. Kurang pengetahuan tentang penyebab/kondisi pengobatanberhubungan dengan kurang
informasi/salah pengertian kondisi medis/kebutuhan terapi, tidak mengenal sumber informasi.
7. Gangguan pola napas berhubungan dengan edema paru
8. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan kram otot
9. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia

3.3 Perencanaan Keperawatan (NOC)


1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan gangguan konduksi elektrikal dan
penurunan kontraktilitas m
Tujuan: Setelah dilakukan perawatan selama 3 x 24 jam pasien dapat
mempertahankan curah jantung yang adekuat.

NOC:

1. Cardiac pump effectiveness


2. Circulation status
3. Vital sign status
Kriteria hasil:

1. Tanda vital dalam rentang normal (Tekanan darah.nadi, respirasi)


2. Dapat mentoleransi aktivitas, tidak ada kelelahan
3. Tidak ada edema paru, perifer, dan tidak ada asites
4. Tidak ada penurunan kesadaran
5. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan tidak efektifnyadaya pompa jantung.
Tujuan: Setelah dilakukan perawatan selama 3 x 24 jam pasien perfusi jaringan adekuat

NOC:

1. Circulation status
2. Tissue perfusion: cerebral
Kriteria hasil:

1. Mendemonstrasikan status sirkulasi yang ditandai dengan:


 Tekanan sistol dan diastole dalam rentang normal
 Tidak ada ortostatik hipertensi
 Tidak ada tanda-tanda peningkatan tekanan intracranial (tidak lebih dari 15 mmHg)
1. Mendemonstrasikan kemampuan kognitif yang ditandai dengan:
 Berkomunikasi dengan jelas dan sesuai dengan kemampuan
 Menunjukkan perhatian, konsentrasi dan orientasi
 Memproses informasi
 Membuat keputusan dengan benar
1. Menunjukkan fungsi sensori motori cranial yang utuh: tingkat kesadaran membaik,tidak ada
gerakan-gerakan involunter.
2. Nyeri berhubungan dengan iskemia jaringan.
Tujuan: Setelah dilakukan perawatan selama 3 x 24 jam nyeri pada pasien berkurang

NOC:
1. Pain level
2. Pain control
3. Comfort level
Kriteria hasil:

1. Pasien mampu mengontrol nyeri (mengetahui penyebab nyeri, mampu menggunakan tehnik
nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan)
2. Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri
3. Mampu mengenali nyeri (skala,intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)
4. Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
5. Ansietas berhubungan dengan takut terhadap ancaman kematian, lingkungan perawatan
dan pengobatan kritis.
Tujuan: Setelah dilakukan perawatan selama 2 x 24 jam pasien tidak menunjukkan tanda-tanda
ansietas

NOC:

1. Anxiety self-control
2. Anxiety level
3. Coping
Kriteria hasil:

1. Klien mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala cemas


2. Mengidentifikasi, mengungkapkan dan menunjukkan tehnik untuk mengontrol cemas
3. Vital sign dalam batas normal
4. Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh dan tingkat aktivitas menunjukkan berkurangnya
kecemasan
5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan/kelelahan.
Tujuan: Setelah dilakukan perawatan selama 3 x 24 jam pasien tidak menunjukkan intoleransi
aktivitas

NOC:

1. Energy conservation
2. Activity tolerance
3. Self care: ADLs
Kriteria hasil:

1. Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa disertai peningkatan tekanan darah, nadi dan RR
2. Mampu melakukan aktivitas sehari-hari (ADLs) secara mandiri
3. Tanda-tanda vital normal
4. Energy psikomotor
5. Level kelemahan
6. Mampu berpindah: dengan atau tanpa bantuan alat
7. Status kardiopulmonari adekuat
8. Sirkulasi status baik
9. Status respirasi: pertukaran gas dan ventilasi adekuat
10. Kurang pengetahuan tentang penyebab/kondisi pengobatanberhubungan dengan kurang
informasi/salah pengertian kondisi medis/kebutuhan terapi, tidak mengenal sumber
informasi.
Tujuan: Setelah dilakukan perawatan selama 2 x 24 jam pasien tidak menunjukkan kurangnya
pengetahuan

NOC:

1. Knowledge: disease process


2. Knowledge: health behavior
Kriteria hasil:

1. Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit, kondisi, prognosis dan program
pengobatan
2. Pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan secara benar
3. Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan perawat/tim kesehatan
lainnya
4. Gangguan pola nafas berhubungan dengan edema paru
Tujuan: Setelah dilakukan perawatan selama 3 x 24 jam pola nafas normal

NOC:

1. Respiratory status: Ventilation


2. Respiratory status: Airway
3. Vital sign status
Kriteria hasil:

1. Pasien mampu mendemonstrasikan batuk efektif dan suara napas yang bersih, tidak ada
sianosis dan dyspnea (mampu bernapas dengan mudah, tidak ada pursed lips)
2. Menunjukkan jalan napas yang paten (klien tidak merasa tercekik, irama napas, frekuensi
pernapasan dalamrentang normal, tidak ada suara napas abnormal
3. Tanda-tanda vital dalam rentang normal (tekanan darah, nadi, pernapasan)
4. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan kram otot
Tujuan: Setelah dilakukan perawatan selama 2 x 24 jam pasien merasa nyaman

NOC:

1. Ansiety
2. Fear level
3. Sleep deprivation
4. Comfort, readiness for enchanced
Kriteria hasil:

1. Mampu mengontrol kecemasan


2. Status lingkungan yang nyaman
3. Mengontrol nyeri
4. Kualitas tidur dan istirahat adekuat
5. Agresi pengendalian diri
6. Respon terhadap pengobatan
7. Kontrol gejala
8. Status kenyamanan meningkat
9. Dapat mengontrol ketakutan
10. Support sosial
11. Keinginan untuk hidup
12. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia
Tujuan: Setelah dilakukan perawatan selama 2 x 24 jam kebutuhan nutrisi terpenuhi

NOC:

1. Nutrition status
2. Nutrition status: food and fluid intake
3. Nutritional status: nutrient intake
4. Weight control
Kriteria hasil:

1. Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan


2. Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan
3. Mampu mengidentifikasi kbutuhan nutrisi
4. Tidak ada tanda-tanda melnutrisi
5. Menunjukkan peningkatan fungsi pengecapan dari menelan
6. Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti

 Intervensi Keperawatan (NIC)


1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan gangguan konduksi elektrikal dan
penurunan kontraktilitas m
Intervensi:

Cardiac care:

1. Evaluasi adanya nyeri dada (intensitas, lokasi, durasi)


2. Catat adanya disritmia jantung
3. Catat tanda dan gejala penurunan cardiac output
4. Monitor status kardiovaskuler
5. Monitor status pernafasan yang menandakan gagal jantung
6. Monitor abdomen sebagai indicator penurunan perfusi
7. Monitor balance cairan
8. Monitor adanya perubahan tekanan darah
9. Monitor respon pasien terhadap efek pengobatan antiaritmia
10. Atur periode latihan dan istirahat untuk menghindari kelelahan
11. Monitor toleransi aktivitas pasien
12. Monitor adanya dispneu, fatigue, takipnu dan ortopneu
13. Anjurkan untuk menurunkan stress
Vital sign monitoring:

1. Monitor TD, nadi, suhu, dan RR


2. Catat adanya fluktuasi tekanan darah
3. Monitor VS saat pasien berbaring, duduk, atau berdiri
4. Auskultasi TD pada kedua lengan dan bandingkan
5. Monitor TD, nadi, RR, sebelum, selama dan setelah aktivitas
6. Monitor kualitas nadi
7. Monitor jumlah dan irama jantung
8. Monitor bunyi jantung
9. Monitor frekuensi dan irama pernapasan
10. Monitor suara paru
11. Monitor pola pernapasan abnormal
12. Monitor suhu, warna dan kelembaban kulit
13. Monitor sianosis perifer
14. Monitor adanya cushing triad (tekanan nadi yang melebar, bradikardi dan peningkatan sistolik)
15. Identifikasi penyebab dari perubahan vital sign
16. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan tidak efektifnyadaya pompa jantung.
Intervensi:

Peripheral sensation management (manajemen sensasi perifer):

1. Monitor adanya daerah tertentu yang hanya peka terhadap panas/dingin/tajam/tumpul


2. Monitor adanya paretese
3. Instruksikan keluarga untuk mengobservasi kulit jika ada isi atau laserasi
4. Gunakan sarung tangan untuk proteksi
5. Batasi gerakan pada kepala, leher dan punggung
6. Monitor kemampuan BAB
7. Kolaborasi pemberian analgetik
8. Monitor adanya tromboplebitis
9. Diskusikan mengenai penyebab perubahan sensasi
10. Nyeri berhubungan dengan iskemia jaringan.
Intervensi:

Pain management:

1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi,


frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi
2. Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
3. Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien
4. Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri
5. Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau
6. Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lain tentang ketidakefektifan kontrol nyeri masa
lampau
7. Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan
8. Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan
kebisingan
9. Kurangi faktor presipitasi nyeri
10. Pilih dan lakukan penanganan nyri (farmakologi, non farmakologi dan interpersonal)
11. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi
12. Ajarkan tentang teknik non farmakologi
13. Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
14. Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
15. Tingkatkan istirahat
16. Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil
17. Monitor penerimaan pasien tentang manajemen nyeri
Analgesic Administration:

1. Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas, dan derajat nyeri sebelum pemberian obat
2. Cek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis, dan frekuensi
3. Cek riwayat alergi
4. Pilih analgesic yang diperlukan atau kombinasi dari analgesic ketika pemberian lebih dari satu
5. Tentukan pilihan analgesic tergantung tipe dan beratnya nyeri
6. Tentukan analgesic pilihan, rute pemberian dan dosis optimal
7. Pilih rute pemberian secara IV, IM untuk pengobatan nyeri secara teratur
8. Monitor vital sign sebelumdan sesudah pemberian analgesic pertama kali
9. Berikan analgesic tepat waktu terutama saat nyeri hebat
10. Evaluasi efektivitas analgesic, tanda dan gejala
11. Ansietas berhubungan dengan takut terhadap ancaman kematian, lingkungan perawatan
dan pengobatan kritis.
Intervensi:

Anxiety reduction (penurunan kecemasan)

1. Gunakan pendekatan yang menenangkan


2. Nyatakan dengan jelas harapan terhadap pelaku pasien
3. Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan selama prosedur
4. Pahami prespektif pasien terhadap situasi stress
5. Temani pasien untuk memberikan kemanan dan mengurangi takut
6. Dorong keluarga untuk menemani pasien
7. Lakukan back/neck rub
8. Dengarkan dengan penuh perhatian
9. Identifikasi tingkat kecemasan
10. Bantu pasien mengenal situasi yang menimbulkan kecemasan
11. Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan, ketakutan, persepsi
12. Instruksikan pasien menggunakan teknik relaksasi
13. Berikan obat untuk mengurangi kecemasan
5. Intolerans aktivitas berhubungan dengan kelemahan/kelelahan.
Intervensi:

Activity therapy:

1. Kolaborasikan dengan tenaga rehabilitasi medic dalam merencanakan program terapi yang
tepat
2. Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang mampu dilakukan
3. Bantu untuk memilih aktivitas konsisten yang sesuai dengan kemampuan fisik, psikologi dan
social
4. Bantu untuk mengidentifikasi dan mendapatkan sumber yang diperlukan untuk aktivitas yang
diinginkan
5. Bantu untuk mendapatkan alat bantuan aktivitas seperti kursi roda, krek
6. Bantu untuk mengidentifikasi aktivitas yang disukai
7. Bantu klien untuk membuat jadwal latihan diwaktu luang
8. Bantu pasien/keluarga untuk mengidentifikasi kekurangan dalam beraktivitas
9. Sediakan penguatan positif bagi yang aktif beraktivitas
10. Bantu pasien untuk mengembangkan motivasi diri dan penguatan
11. Monitor respon fisik, emosi, sosial, dan spiritual
6. Kurang pengetahuan tentang penyebab/kondisi pengobatanberhubungan dengan kurang
informasi/salah pengertian kondisi medis/kebutuhan terapi, tidak mengenal sumber
informasi.
Intervensi:

Teaching: disease process:

1. Berikan pnilaian tentang tingkat pengetahuan pasien tentang proses penyakit yang spesifik
2. Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan bagaimana hal ini berhubungan dengan anatomi dan
fisiologi, dengan cara yang tepat
3. Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada penyakit, dengan cara yang tepat
4. Gambarkan proses penyakit, dengan cara yang tepat
5. Identifikasi kemungkinan penyebab, dengan cara yang tepat
6. Sediakan informasi pada pasien tentang kondisi, dengan cara yang tepat
7. Hindari jaminan yang kosong
8. Sediakan bagi keluarga atau SO informasi tentang kemajuan pasien dengan cara yang tepat
9. Diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin diperlukan untuk mencegah komplikasi di
masa yang akan datang dan atau proses pengontrolan penyakit
10. Diskusikan pilihan terapi atau penanganan
11. Dukung pasien untuk mengeksplorasi atau mendapatkan second opinion dengan cara yang
tepat atau diindikasikan
12. Rujuk pasien pada grup atau agensi di komunitas local, dengan cara yang tepat
13. Instruksikan pasien mengenai tanda dan gejala untuk melaporkan pada pemberi perawatan
kesehatan, dengan cara yang tepat.
14. Gangguan pola nafas berhubungan dengan edema paru
Intervensi:

Airway Management:

1. Buka jalan napas


2. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
3. Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan napas buatan
4. Lakukan fisioterapi suara napas, catat adanya suara tambahan
5. Berikan bronkodilator bila perlu
6. Berikan pelembab udara kassa basah NaCl lembab
7. Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan
8. Monitor respirasi dan status O2
Oxigen Therapy:

1. Bersihkan mulut, hidung dan secret bila ada


2. Pertahankan jalan napas yang paten
3. Atur peralatan oksigenasi
4. Monitor aliran oksigen
5. Pertahankan posisi pasien
6. Observasi adanya tanda-tanda hipoventilasi
7. Monitor adanya kecemasan pasien terhadap oksigenasi
Vital sign monitoring:
1. Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
2. Catat adanya fluktuasi tekanan darah
3. Monitor VS saat pasien berbaring, duduk,atau berdiri
4. Auskultasi TD pada kedua lengan dan bandingkan
5. Monitor TD, nadi, RR, sebelum, selama dan setelah aktivitas
6. Monitor kualitas dari nadi
7. Monitor frekuensi dan irama pernapasan
8. Monitor suara paru
9. Monitor pola pernapasan abnormal
10. Monitor suhu, warna dan kelembaban kulit
11. Monitor sianosis perifer
12. Monitor adanya cushing triad (tekanan nadi yang melebar, bradikardi,peningkatan sistolik)
13. Identifikasi penyebab dari perubahan vital sign
14. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan kram otot
Intervensi:

Anxiety reduction (penurunan kecemasan)

1. Gunakan pendekatan yang menenagkan


2. Nyetakan dengan jelas harapan terhadap pelaku pasien
3. Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan selama prosedur
4. Pahami perspektif pasien terhadap situasi stress
5. Temani pasien untuk memberikan keamanan dan mengurangi takut
6. Dorong keluarga untuk menemani pasien
7. Lakukan back/neck rub
8. Dengarkan dengan penuh perhatian
9. Identifikasi tingkat kecemasan
10. Bantu pasien mengenal situasi yang menimbulkan kecemasan
11. Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan, ketakutan, persepsi
12. Intruksikan pasien menggunakan teknik relaksasi
13. Berikan obat untuk mengurangi kecemasan
Environtment Management Comfort

Pain Management

9. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia


Intervensi:

Nutrition management:

1. Kaji adanya alergi makanan


2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan
pasien
3. Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake Fe
4. Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan vitamin C
5. Berikan substansi gula
6. Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat utuk mencegah konstipasi
7. Berikan makanan yang terpilih (sudah dikonsultasikan dengan ahli gizi)
8. Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan makanan harian
9. Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori
10. Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi
11. Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan
Nutrition Monitoring:

1. BB pasien dalam batas normal


2. Monitor adanya penurunan berat badan
3. Monitor tipe dan jumlah aktivitas yang biasa dilakukan
4. Monitor interaksi anak atau orangtua selama makan
5. Monitor lingkungan selama makan
6. Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak selama jam makan
7. Monitor kulit kering dan perubahan pigmentasi
8. Monitor turgor kulit
9. Monitor kekeringan,rambut kusam dan mudah patah
10. Monitor mual dan muntah
11. Monitor kadar albumin, total protein, Hb, dan kadar Ht
12. Monitor pertumbuhan dan perkembangan
13. Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan jaringan konjungtiva
14. Moitor kalori dan intake nutrisi
15. Catat adanya edma, hiperemik, hipertonik papilla lidah dan cavitas oral
16. Catat jika lidah berwarna magenta, scarlet

 Evaluasi Keperawatan (SOAP)


1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan gangguan konduksi elektrikal dan
penurunan kontraktilitas m
S: – Pasien mengatakan adanya perdarahan dihidung

 Pasien mengatakan merasa pusing


 Pasien mengatakan merasa kesulitan bernafas
O: – Pasien tampak tidak tenang

 Pasien tampak lemah


 TD
 Nadi
 RR
 Turgor kulit
 CRT
 Tidak adanya suara napas tambahan
A: Masalah teratasi

P: Hentikan intervensi

2. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan tidak efektifnyadaya pompa jantung.


S:- Pasien mengeluh sakit kepala dan pusing

 Pasien mengatakan sesak


O: – Hb
 Eritrosit
 Anemis
 CRT
 Nadi perifer lemah
A: Masalah teratasi

P: Hentikan intervensi

3. Nyeri berhubungan dengan iskemia jaringan.


S: Pasien mengatakan “nyeri dada”

O: – Pasien tampak memegangi dada

 Pasien merintis kesakitan pada bagian dada


A: Masalah teratasi

P: Hentikan intervensi

4. Ansietas berhubungan dengan takut terhadap ancaman kematian, lingkungan perawatan


dan pengobatan kritis.
S: – Pasien mengatakan “saya takut jika penyakit saya bertambah

parah”

 Keluarga mengatakan bahwa pasien selalu merasa cemas


 Keluarga mengatakan bahwa pasien sering melamun
O: – Pasien tampak murung

 Pasien tampak cemas dan gelisah


 Pasien terlihat diam dan tidak banyak bicara
A: Masalah teratasi

P: Hentikan intervensi

5. Intolerans aktivitas berhubungan dengan kelemahan/kelelahan.


S: Pasien mengatakan “tidak dapat melakukan aktivitas sendiri, harus dibantu keluarga karena
merasa lemas”

O:- Pasien tampak lemas

 Pasien tampak kelelahan


 Pasien menunjukkan adanya klemahan otot
A: Masalah teratasi

P: Hentikan intervensi

6. Kurang pengetahuan tentang penyebab/kondisi pengobatanberhubungan dengan kurang


informasi/salah pengertian kondisi medis/kebutuhan terapi, tidak mengenal sumber
informasi.
S: Pasien mengatakan tidak mengetahui tentang penyakitnya, tujuan tindakan yang dilakukan oleh
perawat dan kondisi tubuhnya

O: – Pasien tampak bingung

 Pasien tampak gelisah


 Pasien tampak takut
A: Masalah teratasi

P: Hentikan intervensi

7. Gangguan pola napas berhubungan dengan edema paru


S: Pasien mengatakan napas tidak teratur dan sesak

O: – TD

 RR
 Retraksi dinding dada
 Sianosis
 Pasien tampak sesak
A: Masalah teratasi

P: Hentikan intervensi

8. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan kram otot


S: – Pasien mengatakan masih nyeri

 Pasien mengatakan tidak bisa tidur dengan nyaman


O: – Pasien tampak cemas dan gelisah

 Pasien sering mengeluh nyeri


A: Masalah teratasi

P: Hentikan intervensi

9. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia


S: – Pasien mengatakan mual dan muntah

 Pasien mengatakan tidak nafsu makan


 Pasien mengatakan lemas
O: – pasien tampak lemas

 Pasien tidak menghabiskan makanannya


 BB
A: Masalah teratasi

P: Hentikan intervensi
BAB 4. Pembahasan
 Algoritma
Empat jenis ritme jantung yang menyebabkan henti jantung yaitu ventrikular fibrilasi (VF),
ventrikular takikardia yang sangat cepat (VT), pulseless electrical activity (PEA), dan asistol. Untuk
bertahan dari empat ritme ini memerlukan bantuan hidup dasar/ Basic Life Support dan bantuan
hidup lanjutan/ Advanced Cardiovascular Life Support (ACLS) (American Heart
Association (AHA), 2005). Berdasarkan American Heart Association (AHA) pada Advanced Cardio-
vascular Life Support (ACLS) 2010 tentang Adult Cardiac Arrest, dikemukakan bahwa kunci
bertahan hidup pada cardiac arrest adalah Basic Live Support (BLS) dan sistem ACLS yang
terintegrasi dengan baik. Dasar berhasilnya ACLS adalah Resusitasi Jantung Paru (RJP) yang
berkualitas, dan untuk VF/ pulseless VT diperlukan defibrilasi yang cepat dan tepat.
Fibrilasi ventrikel , takikardia ventrikel tanpa denyut adalah penyebab tersering henti jantung yang
dapat disembuhkan. Tingkat keberhasilan menurun sebanyak 7-10% untuk tiap menit penundaan
defibrilasi. Beri muatan pada defibrilator dan beri tiga kejutan dengan energi 200 J, 200 J dan 360 J.
Setelah berhasil melakukan kardioversi, mungkin terjadi asistol dan / atau denyut lemah (kekagetan
miokardial) transien (≥ 10 detik); maka lakukan RJP selama 1 menit setelah tiga kejutan sebelum
mengevaluasi ulang irama jantung. Jika VF/VT menetap, amankan jalan nafas (endotracheal tube),
masker laring (laryngeal mask airway [LMA] ) atau Combi-Tube. Pasang ventilator dengan
kecepatan 12 nafas/menit menggunakan oksigen 100%.Pasang jalur intravena perifer (jalur sentral
tidak aman selama melakukan RJP).Berikan adrenalin (epinefrin) untuk memperbaiki efikasi RJP
(efek α-adrenaergik menyebabkan vasokontriksi.Meningkatkan tekanan perfusi miokard
dan otak.VF/VT yang refrakter mungkin merespon terhadap kejutan lanjutan atau pemberian
amiodaron.Lidokain (lignokain), atau prokainamid intavena (jangan pernah berikan obat-obat ini
dalam kombinasi ini).Lanjutkan sampai sirkulasi kembali, atau diambil keputusan untuk
berhenti.Berikan bikarbonat jika pH ≥7.1 pada overdosis trisiklik, atau jika ada hiperkalemia.
Ventrikel fibrilasi merupakan sebab paling sering yang menyebabkan kematian mendadak akibat
SCA.The American Heart Association (AHA) menggunakan 4 mata rantai penting untuk
mempertahankan hidup korban untuk mengilustrasikan 4 tindakan penting dalam menolong korban
SCA akibat ventrikel fibrilasi. Empat mata rantai tersebut adalah:
1. Sesegera mungkin memanggil bantuan Emergency Medical Service (EMS) tenaga medis
terdekat
2. Sesegera mungkin melakukan RJP
3. Sesegera mungkin melakukan defibrilasi
4. Sesegera mungkin dilakukan Advanced Life Support diikuti oleh perawatan postresusitasi.
Sebagaimana kondisi VF, kondisi aritmia lain yang dapat menyebabkan SCA juga memerlukan
tindakan resusitasi jantung dan paru (RJP) yang sebaiknya segera dilakukan. Adapun algoritma dari
RJP yaitu:

 Pembahasan Terkait Isi Jurnal


Fibrilasi ventrikel (VF) umumnya terjadi pada pasien diluar rumah sakit Cardiac Arrest (OHCA) 18-
63% dari semua kasus. Setengah dari pasien mengalami VF dalam dua menit pertama setelah
konversi VF. 74% pasien mengalami VF ketika masa pra-hospital. Pedoman saat ini untuk resusitasi
kardiopulmonal dikeluarkan pada tahun 2005 (G2005) yaitu disarankan segera melakukan RJP.
Namun, pedoman resusitasi pada tahun 2000 (G2000) menyarankan untuk melakukan analisis ritme
setelah kejutan sebelum melakukan RJP selama satu menit. Jurnal yang berjudul “Time in Recurrent
Ventricular Fibrillation and Survival After Out-of-Hospital Cardiac Arrest” membahas mengenai
pedoman manakah yang lebih efisien waktu dalam melakukan RJP untuk menyelamatkan hidup
pasien.
Metode pengumpulan data yang diambil oleh peneliti yaitu data dari pelayanan

darurat medis regional (EMS) di Amsterdam. EMS mengirimkan dua ambulan dan 1 paramedis.
Semua paramedis memenuhi persyaratan dan dilengkapi dengan defiblator manual sedangkan dan
juga ada responden yang dilengkapi defiblator eksterna otomatis (AED) yaitu pemadam kebakaran
dan polisi terlatih dalam bantuan kegawat daruratan dan pemakaian AED. Penelitian ini
mengumpulkan prospektif data pada semua pasien resusitasi yang dilakukan oleh tenaga EMS seperti
ketika pasien mengalami trauma, tenggelam, overdosis obat, asfiksia, atau kondisi non kardiak.
Analisis melalui rekaman defibrilator dari EKG. EKG diklasifikasikan bahwa RJP selama 1 menit
kompresi rasio ventilasi 15:2 lalu ritme setelah kejutan dianalasis. Sedangkan EKG diklasifikasikan
sesuai dengan G2005 bahwa RJP selama 2 menit,kompresi rasio ventilasi 30:2 tanpa analisis ritme
setelah kejutan.

Semua kejutan ditampilkan dalam EKG dan dianalisis untuk keberhasilan kejutan. Kejutan dapat
dikatakan berhasil jika terminasi VF setidaknya 5 detik dengan pelepasan defibrilasi. Awal VF
adalah waktu interval anggota EMS memberikan RJP pertama.

4.2.1 Hasil
Hasil yang didapatkan dalam penelitian ini adalah, apabila tim medis menggunakan pedoman G2005,
maka median yang diambil 1,2 menit lebih lama setelah defibrilator pasien berhasil (p<0,001). Pasien
dengan G2005 rata-rata menghabiskan 1,3 menit VF berulang. Sebanyak 282 pasien di rumah
sakit cardiac arrest yang memakai pedoman G2000 menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan tingkat
neurologis yang signifikan dibandingkan dengan 240 pasien di rumah sakit cardia
arrest menggunakan pedoman G2005.
Perubahan pedoman utama adalah melakukan inisiasi RJP selama 2 menit sebelum melakukan
kejutan pertama. Tenaga medis baru saja memakai pedoman G2005 sedangkan pedoman G2000 tim
medis sudah diberi pelatihhan selama kurang lebih satu tahun. Pelatihan untuk G2005 tim medis
bertujuan untuk meningkatkan teknik penyelamatan pasien.dan meningkatkan kinerja tim medis.
Sehingga, dengan pedoman G2005 diharapkan dapat meningkatkan kelangsungan hidup pasien.
Namun, dari penelitian ini, tidak ada perbedaan yang signifikan antara pedoman G2000 dan G2005
dalam melakukan RJP.
Percobaan klinis yang dilakukan secara acak oleh peneliti menunjukkan bawa kekambuhan VF lebih
besar penanganannya dengan G2005 daripada dengan pedoman G2000. Cara untuk mengakhiri VF
sesegera mungkin agar tidak terjadi kekambuhan adalah dengan RJP terus-menerus. Keberulangan
VF dapat menurunkan keberlangsugan hidup pasien dan RJP merupakan cara untuk meningkatkan
hidup pasien.

Penelitian mernunjukkan bahwa meningkatnya waktu VF berulang dengan meningkatnya jumlah


kekambuhan VF dapat menurunkan kelangsungan hidup neurologis. Penggunaan G2000 maupun
G2005 tidak memberikan pengaruh terhadap peningkatan waktu pengulangan VF. Hubungan antara
pengulangan VF dan kelangsungan hidup neurologis tidak berubah setelah dilakukan penyelamatan.
pada waktu darurat, penurunan kelangsungan hidup dapat terjadi jika menggunakan pedoman G2000,
namun pada waktu di ruang operasi G2000 efektif dalam penanganan pasien. Jadi, baik
mengggunakan pedoman G2000 maupun pedoman G2005 tidak ada perbedaan yang spesifik dalam
menyelamatkan hidup pasien VF sehingga tidak ada masalah jika tim medis menggunakan pedoman
G2000 atau G2005 untuk melakukan RJP

4.2.2 Aplikasi di Indonesia


RJP merupakan salah satu yang mendasari bantuan hidup dasar dalam kegawatdaruratan. Penderita
dengan henti jantung seperti VF dapat terjadi dimana saja. Oleh karena itu, sebagai tenaga kesehatan
harus siap melakukan pertolongan dengan segera. Baik menggunakan pedoman G2000 maupun
G2005 dalam pelaksanaan RJP dapat diaplikasikan oleh tenaga kesehatan untuk menyelamatkan
hidup pasien karena keduanya sama-sama dapat menyelamatkan nyawa pasien.

BAB 5. Penutup
5.1 Kesimpulan
Fibrilasi ventrikel merupakan keadaan denyutan ventrikel yang cepat dan tidak efektif, denyut
jantung tidak terdengar dan tidak teraba serta tidak ada respirasi, biasanya berakhir dengan kematian
dalam waktu beberapa menit, kecuali jika tindakan penanganan tepat segera dilakukan. Penyebab
yang paling umum dari fibrilasi ventrikel adalah heart attack, akan tetapi fibrilasi ventrikel dapat
terjadi ketika jantung tidak memperoleh oksigen yang cukup, atau orang tersebut memiliki penyakit
jantung yang lain. Tanda dan gejala yang muncul ketika seseorang terkena fibrilasi ventrikel adalah
Nyeri dada, denyut jantung cepat (takikardia), pusing, mual, sesak napas, hilangnya kesadaran.
Proses diagnostic yang dapat dilakukan dapat berupa, pemeriksaan fisik, laboratorium, pemeriksaan
EKG, foto rontgen toraks, ekokardiografi, kateterisasi Koroner (Angiogram), tomografi jantung
terkomputerisasi (CT) atau Magnetic Resonance Imaging (MRI).

The American Heart Association (AHA) menggunakan 4 mata rantai penting untuk mempertahankan
hidup korban untuk mengilustrasikan 4 tindakan penting dalam menolong korban SCA akibat
ventrikel fibrilasi. Empat mata rantai tersebut adalah:
1. Sesegera mungkin memanggil bantuan Emergency Medical Service (EMS) tenaga medis
terdekat
2. Sesegera mungkin melakukan RJP
3. Sesegera mungkin melakukan defibrilasi
4. Sesegera mungkin dilakukan Advanced Life Support diikuti oleh perawatan postresusitasi.
Selain itu, kami menyimpulkan berdasarkan jurnal yang telah kami analisis bahwa pengaruh
peningkatan waktu VF berulang pada kelangsungan hidup neurolgis secara signifikan tidak berbeda
antara penggunaan G2000 dan penggunaan G2005

5.2 Saran
Kita sebagai perawat harus meningkatkan pengetahuan mengenai fibrilasi ventrikel yang merupakan
salah satu gangguan yang terjadi pada pasien penderita disritmia. Serta sebagai seorang perawat
harus memahami mengenai asuhan keperawatan untuk pasien fibrilasi ventrikel sehingga kita dapat
memberikan pelayanan asuhan keperawatan yang optimal di bidang kesehatan.

DAFTAR PUSTAKA
Davey, patrick. 2005. At a Glance Medicine. Jakarta:Erlangga

Gabriel, J. F.1996. Fisika Kedokteran. Jakarta:EGC

Gray, houn H., et al.2003.Lectures Notes Kardiologi.Jakarta: Erlangga


Hayes, Peter C., & Mackay, Tahomas W. 1997.Buku Saku Diagnosis dan Terapi.

Jakarta :EGC

http://circ.ahajournals.org/content/122/11/1101.full (diakses pada tanggal 19 Oktober 2015)


http://emedicine.medscape.com/article/158712-overview#a6 (diakses pada tanggal 21 Oktober 2012,
09.10 WIB)
http://www.goapotik.com/index.php?route=news/article&news_id=288(diakses pada
tanggal 20 Oktober 2015, 19.45 WIB)

http://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/ventricular-fibrillation/basics/tests-diagnosis/con-
20034473 (diakses pada tanggal 21 Oktober 2015 7.31 WIB)
http://www.sehatfresh.com/fibrilasi-ventrikel/ (diakses pada tanggal 20 Oktober 2015,
19.30 WIB)

S-ar putea să vă placă și