Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kehamilan ektopik ialah suatu kehamilan yang berbahaya bagi wanita yang
bersangkutan berhubungan dengan besarnya kemungkinan terjadi keadaan yang gawat
keadaan yang gawat ini dapat terjadi apabila kehamalan ektopik terganggu. Kehamilan
ektopik terganggu merupakan peristiwa yang dapat di hadapi oleh setiap dokter, karna sangat
beragamnya gambaran klinik kehamilan ektopik terganggu itu. Hal yang perlu di ingat ialah,
bahwa pada setiap wanita dalam masa produksi dengan gangguan atau keterlambatan haid
yang di sertai dengan nyeri perut bagian bawah, perlu dipikirkan kehamilan ektopik
terganggu.
Dalam keadaan normal kehamilan akan terjadi intrauterine, nidasi akan terjadi pada
endometrium korpus uteri. Dalam keadaan abnormal implantasi hasil konsepsi terjadi di luar
endometrium rahim, disebut kehamilan ekstrauterin.
Kehamilan ekstrauterin tidaklah identik dengan kehamilan ektopik, karena kehamilan
pada pars intrestisial tuba dan kehamilan pada kanalis servikalis masih terdapat dalam rahim,
nemun jelas sifatnya abnormal dan ektopik. Dalam pembicaraan selanjutnya keduanya
dimasukkan dalam kehamilan ektopik.
B. Rumusan Masalah
Sesuai dengan latar belakang diatas dapat dirumuskan Asuhan Kebidanan Pada Ibu
Hamil dengan Kehamilan Ektopik Terganggu.
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Dapat memberikan Asuhan Kebidanan pada ibu hamil dengan Kehamilan Ektopik Terganggu.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melaksanakan pengkajian, pengumpulan data dengan cara Anamesa dan observasi
b. Mampu menegakan diagnosa mengkaji masalah dan kebutuan berdasarkan interpretasi data
yang telah dikumpulkan
c. Mampu mengindentifikasi adanya masalah potensial
d. Mampu mengidentifikasi perlunya tindakan segera, kolaborasi dan rujukan
e. Mampu membuat rencana asuhan sebagai dasar untuk melaksanakan asuhan kebidanan
f. Mampu melakukan Implementasi secara efektif dan efisien
g. Mampu mengevaluasi asuhan kebidanan yang diberikan
D. Manfaat
1. Bagi Rumah Bersalin
Dapat meningkatkan pelayanan kesehatan pada ibu hamil dengan Kehamilan Ektopik
Terganggu.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Dapat digunakan sebagai referensi untuk menambah wawasan khususnya dalam asuhan
kebidanan pada ibu hamil dengan Kehamilan Ektopik Terganggu.
3. Bagi Mahasiswa
Sebagai upaya peningkatan pengetahuan dalam memberikan asuhan yang sesuai dengan 7
langkah Varney.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
Kehamilan ektopik adalah kehamilan yang terjadi di luar kavum uteri.
Sering disebut juga kehamilan ekstrauterin. Penyebutan ini kurang tepat, karena kehamilan
pada cornu uteri atau serviks uteri (intrauterin) juga masih termasuk sebagai kehamilan
ektopik.
Menurut Taber (1994), kehamilan ektopik adalah gestasi diluar kavum uteri.
Kehamilan ektopik merupakan istilah yang lebih luas daripada kehamilan ekstrauterin, karena
istilah ini mencakup gestasi pada pars interstisialis tuba, kehamila kornu (gestasi pada kornu
uteri yang rudimenter), dan kehamilan servikalis (gestasi dalam kanalis servikalis) dan juga
kehamilan abdominal, kehamilan ovarial dan kehamilan tuba.
Menurut Mansjoer (1999), kehamilan ektopik adalah implanttasi dan pertumbuhan
hasil konsepsi diluar endometrium kavum uteri.
Menurut Manuaba (1998), terdapat dua pengertian yang perlu mendapat perhatian,
yaitu kehamilan ektopik adalah kehamilan yan berimplantasi diluar endometrium normal dan
kehamilan ekstrauterin adalah kehamilan yang berimplantasi diluar uterus. Dengan
pengertian ini maka kehamilan pada pars interstitial tuba dan kehamilan pada servikal
termasuk kehamilan ekstrauterin, tetapi mempunyai sifat kehamilan ektopik yang sangat
berbahaya.
Menurut Winkjosastro (2002), kehamilan ektopik terjadi bila telur yang dibuahi
berimplantasi dan tumbuh diluar endometrium kavum uteri. Kehamilan ekstrauterin tidak
sinonim dengan kehamilan ektopik karena kehamilan pada pars interstisialis tuba dan kanalis
servikalis masih termasuk dalam uterus, tetapi jelas bersifat ektopik.
Menurut Saifuddin (2000), kehamilan ektopik adalah kehamilan dimana setelah
fertilisasi, implantasi terjadi diluar endometrium kavum uteri. Sedangkan kehamilan ektopik
tergangguialah kehamilan ektopik yang mengalami abortus atau rupture apabila masa
kehamilan berkembang melebihi kapasitas ruang implantasi (misalnya : Tuba).
B. ETIOLOGI
Menurut Manjoer (1999), etiologi kehamilan ektopik antara lain :
1. Faktor Tuba
a. Salpingitis
Perlekatan Tuba
b. Kelainan Kongenital Tuba
c. Pembedahan sebelumnya
d. Endometriosis
e. Tumor yang mengubah bentuk tuba
f. Kehamilan ektopik sebelumnya
2. Kelainan Zigot
a. Kelainan kromosom
b. Malformasi
3. Faktor Ovarium
a. Migrasi luar ovum (perjalanan ovum dari ovarium kanan ke tuba kiri atau sebaliknya).
b. Pembesaran Ovarium
c. Unextruded Ovarium
d. Penggunaan hormon eksogen (estrogen) seperti pada kontrasepsi oral.
e. Faktor lain :
a) Aborsi tuba
b) Pemakaian IUD
C. MACAM KEHAMILAN EKTOPIK
Menurut Taber (1994), macam-macam kehamilan ektopik berdasarkan tempat implantasinya
antara lain :
a) Kehamilan Abdominal
Kehamilan/gestasi yang terjadi dalam kavum peritoneum (sinonim : kehamilan
intraperitoneal)
b) Kehamilan Ampula
Kehamilan ektopik pada pars ampularis tuba fallopii. Umumnya berakhir sebagai abortus
tuba.
c) Kehamilan Servikal
Gestasi yang berkembang bila ovum yang telah dibuahi berimplantasi dalam kanalis
servikalis uteri.
d) Kehamilan Heterotopik Kombinasi
Kehamilan bersamaan intrauterine dan ekstrauterin.
e) Kehamilan Kornu
Gestasi yang berkembang dalam kornu uteri.
f) Kehmailan Interstisial
Kehamilan pada pars interstisialis tuba fallopii.
g) Kehamilan Intraligamenter
Pertumbuhan janin dan plasenta diantara lipatan ligamentum latum, setelah rupturnya
kehamilan tuba melalui dasar dari tuba fallopii.
h) Kehamilan Ismik
Gestasi pada pars ismikus tuba fallopii.
i) Kehamilan Ovarial
Bentuk yang jarang dari kehamilan ektopik dimana blastolisis berimplantasi pada permukaan
ovarium.
j) Kehamilan Tuba
Kehamilan ektopik pada setiap bagian dari tuba fallopii.
D. PATOGENESIS
Menurut Manuaba (1998), dengan terjadinya implantasi di dalam lumen tuba dapat terjadi
beberapa kemungkinan, antara lain :
a. Hasil konsepsi mati dini.
a) Tempatnya tidak mungakin memberikan kesempatan tumbuh kembang hasil konsepsi mati
secara dini.
b) Karena kecilnya kemungkinan di resorbsi.
b. Terjadi Abortus.
a) Kesempatan berkembang yang sangat kecil menyebabkan hasil konsepsi mati dan lepas
dalam lumen.
b) Lepasnya hasil kondepsi menimbulkan perdarahan dalam lumen tuba atau keluar lumen serta
bentuk timbunan darah.
c) Tuba tampak berwarna biru pada saat dilakukan operasi.
c. Tuba fallopii pecah.
a) Karena tidak dapat berkembang dengan baik maka tuba dapat pecah.
b) Jonjot Villi menembus tuba, sehingga terjadi rupture yang menimbulkan timbunan darah ke
dalam ruangan abdomen.
c) Rupture tuba menyebabkan hasil konsepsi terlempar keluar dan kemungkinan untuk
melakukan implantasi menjadi kehamilan sekunder.
d) Kehamilan abdominal dapat mencapai cukup besar.
E. PENANGANAN
Menurut Taber (1994), penangan kehamilan ektopik antara lain :
A. Kehamilan Tuba
1) Data Subjektif
Gejala saat ini :
Nyeri abdomen,terutama nyeri pelvic unilateral maupun bilateral pada abdomen
bagian bawah,pada abdomen bagian atas atau seluruh abdomen.Perdarahan pervaginam atau
bercak-bercak pada rahim.
Riwayat haid normalyang terakhir kemungkinan yang terjadi 6 sampai 8 minggu sebelum
mulai timbulnya nyeri abdomen dan bercak perdarahan pervaginam.
Sinkope atau perubahan-perubahan ortostatik.
Nausea, Vomitus dan pembengkakkan payudara.
Tekanan pada rectum atau suatu urgensi atau defekasi.
Riwayat penyakit dahulu :
Pernah mengalami keahmilan ektopik.
Riwayat kontrasepsi oral atau AKDR.
Riwayat operasi tuba
Nyeri abdomen, terutama nyeri pelvic unilateral maupun bilateral pada abdomen bagian
bawah, pada abdomen bagian atas atau seluruh abdomen.
Riwayat haid normalyang terakhir kemungkinan yang terjadi 6 sampai 8 minggu sebelum
mulai timbulnya nyeri abdomen dan bercak perdarahan pervaginam.
Sinkope atau perubahan-perubahan ortostatik.
Nausea, Vomitus dan pembengkakkan payudara.
Tekanan pada rectum atau suatu urgensi atau defekasi.
Riwayat penyakit dahulu :
Pernah mengalami keahmilan ektopik.
Riwayat kontrasepsi oral atau AKDR.
Riwayat operasi tuba.
2) Data Objektif
3) Pemeriksaan Fisik
4) Pemeriksaan umum :
Shock Hipovolemik dan Hipotensi Ortostatik (Postural)
Pemeriksaan Abdomen :
Rasa sakit di kuadran bawah unilateral.
Bising usus menurun.
Mungkin ditemukan distensi dengan perasaan seperti adonan pada palpasi.
Sebelum terjadi ruptur, temuan-temuan pada pemeriksaan abdomen biasanya normal.
Pemeriksaan Pelvis :
Nyeri unilateral pada pelvis dan rasa sakit yang terlokalisir pada suatu daerah adneksa.
Tes Laboratorium :
Pemeriksaan darah lengkap dengan apusan darah.
Urinalis normal.
Golongan darah dan rhesus untuk penggantian darah jika ada indikasi.
3) Penilaian
Diagnosis banding
Abortus iminens atau abortus inkompletus dari kehamilan intrauterine.
Inveksipelvis.
Korpus luteum persisten dengan perdarahan intra abdominal.
Kista ovarium dengan torsi atau Torsi Adneksa.
Apendisitisakut.
4)Rencana
Data diagnostic tambahan
Kuldosentesis
Cairan peritoneum di aspirasi dan kavum Douglasi Posterior dengan menusukkan jarum
ajang No.16 atau 18 melalui torniks posterior.
Tes kehamilan untuk HCG.
Laju endap darah biasanya dalam batas-batas normal.
Penetapan hematokrit secara serial.
Ultrasonografi : masa adneksa, cairan dalam kavum douglasi.
Foto abdomen :Cairan bebas dalam kavum peritoneum.
Laparoskopi.
Kuretase Endometrium.
Kaolpotomi atau Kuldoskopi.
Penatalaksanaanv
Prinsip kerja umum :
1. Rawat inap segera.
2. Operasi segera setelah diagnostic di tegakkan.
3. Penggantian darah sebagai indikasi Hipovolemia atau anemia.
Langkah-langkah spesifik :
Tindakan preoperasi.
Keputusan operasi :
1. Kolpotomi atau Insisi Caparotomi.
2. Mereseksi atau mempertahankan tuba.
3. Reseksi kornu dengan Salpingektomi.
4. Mengangkat atau membiarkan ovarium pada sisi yang terkena.
B. Kehamilan Abdominal
1) Data Subjektif
Gejala saat ini :
Nyeri abdomen bagian bawah atau intermitting.
Jika bayinya hidup, gerakan janin akan dirasakan sangat nyeri.
Riwayat haid terakhir sesuai umur kehamilan. Kehamilan abdominal aka menjadi simtomatik
antara gestasi 12 dan 40 minggu.
Nausea, vomitus, dan diare merupakan gejala-gejala yang bervariasi.
Riwayat penyakit dahulu :
Riwayat spotting.
Perdarahan irengular.
2) Data Objektif
Pemeriksaan Umum :
- Seringkali normal.
Pemeriksaan Abdomen :
Abdomen lebih sakit daripada normal.
Bagian-bagian janin dapat teraba sedemikian dekat dengan dinding abdomen.
DJJ seringkali tidak ada.
KontraØksi uterus tidak dapat di palpasi.
Lengkungan uterus tidak ada.
Pemeriksaan Pelvis :
Serviks sering berpindah tempat ke anterior dan superior.
Serviks kaku.
Uterus mungkin berpindah tempat ke atas dan di identifikasi terpisah dari janin.
3)Penilaian
Diagnosis banding :
Kehamilan intrauterine.
4)Rencana
Data diagnostic tambahan :
Ultrasonografi : kavum uteri kosong.
Oxitocin Challenge Test.
Adanya kontraksi uterus menyingkirkan diagnosis kehamilan abdominal.
Foto abdomen.
Histerogram.
Angiografi Pelvis.
Penatalaksanaan
Rawat inap.
Laparotomi Eksplorasi.
C. Kehamilan Servikal
1) Data Subjektif
Perdarahan pervaginam.
Demam dan menggigil.
2) Data Objektif
Pemeriksaan pelvis :
• Serviks mengalami distensi dan berbanding tipis dengan OUE berdilatasi sebagian.
• Fundus uteri sedikit membesar.
3) Penilaian
Diagnosis banding :
Abortus iminens.
Abortus Aseptik.
Keganasan Servikal.
Plasenta Previa.
4) Rencana
Penatalaksanaan :
Intervensi bedah.
Kuret.
Ligasi cabang desensus artei uterine.
Histerektomi.
D. Kehamilan Ovarial
1) Data Subjektif
Nyeri abdomen.
Perdarahan pervaginam.
Amenore.
2) Data Objektif
Pemeriksaan abdomen dan pelvis : member kesan perdarahan intra abdominal.v
3) Penilaian
Diagnosis banding :
a. Kehamilan tuba.
b. Perdarahan Korpus Luteum.
c. Tumor Ovarium.
4) Rencana
Tes HCG.
Laparoskopi Diagnostik
Laparotomi Eksplorasi
Pada waktu pembedahan, ooforektomi atau wedge resection sebagian biasanya diperlukan.
6)TINDAKAN BIDAN
Menurut Manuaba (1998), kehamilan ektopik terganggu merupakan masalah klinis yang
memerlukan penanganan spesialis, sehingga rujukan merupakan langkah yang sangat
penting. Dengan gambaran klinis kehamilan ektopik terganggu, kiranya bidan dapat
menegakkan diagnosis kemungkinan, sehingga sikap yang diambil adalah segera merujuk
penderita ke Puskesmas, Dokter atau langsung ke Rumah Sakit.s
Sering terjadi pada :
1.Kelainan tuba atau adanya riwayat penyakit tuba (misalnya salpingitis), menyebabkan
oklusi atau kerusakan silia tuba.
2.Riwayat operasi tuba, sterilisasi,dsb.
3.Riwayat penyakit radang panggul lainnya.
4.Penggunaan IUD yang mencegah terjadinya implantasi intrauterin.
5.ovulasi yang multipel akibat induksi obat-obatan, usaha fertilisasi in vitro, dsb.
Isi konsepsi yang berimplantasi melakukan penetrasi terhadap lamina propria dan pars
muskularis dinding tuba. Kerusakan tuba lebih lanjut disebabkan oleh pertumbuhan invasif
jaringan trofoblas. Karena trofoblas menginvasi pembuluh darah dinding tuba, terjadi
hubungan sirkulasi yang memungkinkan jaringan konsepsi bertumbuh.
Pada suatu saat, kebutuhan embrio di dalam tuba tidak dapat terpenuhi lagi oleh suplai darah
dari vaskularisasi tuba itu.
Ada beberapa kemungkinan akibat hal ini :
1. kemungkinan terbentuknya jaringan mola berisi darah di dalam tuba, karena aliran darah di
sekitar chorion menumpuk, menyebabkan distensi tuba, dan mengakibatkan ruptur
intralumen kantung gestasi di dalam lumen tuba.
2. kemungkinan “tubal abortion”, lepas dan keluarnya darah dan jaringan ke ujung distal
(fimbria) dan ke rongga abdomen.
3. kemungkinan reabsorpsi jaringan konsepsi oleh dinding tuba sebagai akibat pelepasan dari
suplai darah tuba.
4. kemungkinan ruptur dinding tuba ke dalam rongga peritoneum, sebagai akibat erosi villi
chorialis atau distensi berlebihan tuba – keadaan ini yang umum disebut kehamilan ektopik
terganggu / kehamilan ektopik dengan ruptur tuba.
DEFINISI KHUSUS
Kehamilan ektopik terganggu ( KET ) ialah kehamilan ektopik tuba yang ruptur
GEJALA / TANDA
1.Ada riwayat terlambat haid dan gejala kehamilan muda.
2.Akut abdomen, terutama nyeri perut kanan / kiri bawah.
3.Perdarahan per vaginam (dapat juga tidak ada).
4.Keadaan umum ibu dapat baik sampai buruk / syok, tergantung beratnya perdarahan yang
terjadi.
5.Kadang disertai febris
DIAGNOSIS
1.Anamnesis : riwayat terlambat haid / amenorrhea, gejala dan tanda kehamilan muda, dapat
ada atau tidak ada perdarahan per vaginam, ada nyeri perut kanan atau kiri bawah.
2.Pemeriksaan fisis : keadaan umum dan tanda vital dapat baik sampai buruk, ada tanda akut
abdomen. Saat pemeriksaan adneksa dengan vaginal touché, ada nyeri bila porsio digerakkan
(nyeri goyang porsio)
3.Pemeriksaan penunjang diagnostik : urine B-hCG (+), kuldosentesis (ditemukan darah di
kavum Douglasi), USG.
4.Diagnosis pasti hanya ditegakkan dengan laparotomi.
DIAGNOSIS BANDING
Hati-hati dengan diagnosis banding, misalnya appendisitis pada usia kehamilan muda :
mungkin ada tanda kehamilan, mungkin juga ada tanda akut abdomen – sebaliknya
kehamilan ektopik terganggu belum tentu pula disertai gejala pendarahan.
Berbagai macam kesulitan dalam proses kehamilan dapat dialami para wanita yang telah
menikah. Namun, dengan proses pengobatan yang dilakukan oleh dokter saat ini bisa
meminimalisir berbagai macam penyakit tersebut. Kehamilan ektopik diartikan sebagai
kehamilan di luar rongga rahim atau kehamilan di dalam rahim yang bukan pada tempat
seharusnya, juga dimasukkan dalam kriteria kehamilan ektopik, misalnya kehamilan yang
terjadi pada cornu uteri. Jika dibiarkan, kehamilan ektopik dapat menyebabkan berbagai
komplikasi yang dapat berakhir dengan kematian (2).
Istilah kehamilan ektopik lebih tepat daripada istilah ekstrauterin yang sekarang masih
banyak dipakai. Diantara kehamilan-kehamilan ektopik, yang terbanyak terjadi di daerah
tuba, khususnya di ampulla dan isthmus. Pada kasus yang jarang, kehamilan ektopik
disebabkan oleh terjadinya perpindahan sel telur dari indung telur sisi yang satu, masuk ke
saluran telur sisi seberangnya (3,4).
Definisi Kehamilan Ektopik Terganggu (KET)
Istilah ektopik berasal dari bahasa Inggris, ectopic, dengan akar kata dari bahasa Yunani,
topos yang berarti tempat. Jadi istilah ektopik dapat diartikan “berada di luar tempat yang
semestinya”. Apabila pada kehamilan ektopik terjadi abortus atau pecah, dalam hal ini dapat
berbahaya bagi wanita hamil tersebut maka kehamilan ini disebut kehamilan ektopik
terganggu (4,7).
Insiden Kehamilan Ektopik Terganggu (KET)
Sebagian besar wanita yang mengalami kehamilan ektopik berumur antara 20 – 40 tahun
dengan umur rata-rata 30 tahun. Namun, frekuensi kehamilan ektopik yang sebenarnya sukar
ditentukan. Gejala kehamilan ektopik terganggu yang dini tidak selalu jelas (1).
Etiologi Kehamilan Ektopik Terganggu (KET)
Kehamilan ektopik terjadi karena hambatan pada perjalanan sel telur dari indung telur
(ovarium) ke rahim (uterus). Dari beberapa studi faktor resiko yang diperkirakan sebagai
penyebabnya adalah (3,4,6):
a. Infeksi saluran telur (salpingitis), dapat menimbulkan gangguan pada motilitas saluran
telur.
b. Riwayat operasi tuba.
c. Cacat bawaan pada tuba, seperti tuba sangat panjang.
d. Kehamilan ektopik sebelumnya.
e.Aborsi tuba dan pemakaian IUD.
f. Kelainan zigot, yaitu kelainan kromosom.
g. Bekas radang pada tuba; disini radang menyebabkan perubahan-perubahan pada
endosalping, sehingga walaupun fertilisasi dapat terjadi, gerakan ovum ke uterus terlambat.
h. Operasi plastik pada tuba.
i. Abortus buatan.
Patofisiologi Kehamilan Ektopik Terganggu (KET)
Prinsip patofisiologi yakni terdapat gangguan mekanik terhadap ovum yang telah dibuahi
dalam perjalanannya menuju kavum uteri. Pada suatu saat kebutuhan embrio dalam tuba
tidak dapat terpenuhi lagi oleh suplai darah dari vaskularisasi tuba itu. Ada beberapa
kemungkinan akibat dari hal ini (3,4,5):
1. Kemungkinan “tubal abortion”, lepas dan keluarnya darah dan jaringan ke ujung distal
(fimbria) dan ke rongga abdomen. Abortus tuba biasanya terjadi pada kehamilan ampulla,
darah yang keluar dan kemudian masuk ke rongga peritoneum biasanya tidak begitu banyak
karena dibatasi oleh tekanan dari dinding tuba.
2. Kemungkinan ruptur dinding tuba ke dalam rongga peritoneum, sebagai akibat dari
distensi berlebihan tuba.
3. Faktor abortus ke dalam lumen tuba.
Ruptur dinding tuba sering terjadi bila ovum berimplantasi pada ismus dan biasanya pada
kehamilan muda. Ruptur dapat terjadi secara spontan atau karena trauma koitus dan
pemeriksaan vaginal. Dalam hal ini akan terjadi perdarahan dalam rongga perut, kadang-
kadang sedikit hingga banyak, sampai menimbulkan syok dan kematian (1).
Manifestasi Klinik Kehamilan Ektopik Terganggu (KET)
Gejala dan tanda kehamilan ektopik terganggu sangat berbeda-beda; dari perdarahan yang
banyak yang tiba-tiba dalam rongga perut sampai terdapatnya gejala yang tidak jelas
sehingga sukar membuat diagnosanya. Gejala dan tanda tergantung pada lamanya kehamilan
ektopik terganggu, abortus atau ruptur tuba, tuanya kehamilan, derajat perdarahan yang
terjadi dan keadaan umum penderita sebelum hamil. Perdarahan pervaginam merupakan
tanda penting kedua pada kehamilan ektopik terganggu.
Hal ini menunjukkan kematian janin. Kehamilan ektopik terganggu sangat bervariasi, dari
yang klasik dengan gejala perdarahan mendadak dalam rongga perut dan ditandai oleh
abdomen akut sampai gejala-gejala yang samar-samar sehingga sulit untuk membuat
diagnosanya (1).
Diagnosis Kehamilan Ektopik Terganggu (KET)
Walaupun diagnosanya agak sulit dilakukan, namun beberapa cara ditegakkan, antara lain
dengan melihat (5,6,8):
1. Anamnesis dan gejala klinis
Riwayat terlambat haid, gejala dan tanda kehamilan muda, dapat ada atau tidak ada
perdarahan per vaginam, ada nyeri perut kanan / kiri bawah. Berat atau ringannya nyeri
tergantung pada banyaknya darah yang terkumpul dalam peritoneum.
2. Pemeriksaan fisis
a. Didapatkan rahim yang juga membesar, adanya tumor di daerah adneksa.
b. Adanya tanda-tanda syok hipovolemik, yaitu hipotensi, pucat dan ekstremitas dingin,
adanya tanda-tanda abdomen akut, yaitu perut tegang bagian bawah, nyeri tekan dan nyeri
lepas dinding abdomen.
c. Pemeriksaan ginekologis
Pemeriksaan dalam: seviks teraba lunak, nyeri tekan, nyeri pada uteris kanan dan kiri.
3. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium : Hb, Leukosit, urine B-hCG (+).
Hemoglobin menurun setelah 24 jam dan jumlah sel darah merah dapat meningkat.
b. USG : – Tidak ada kantung kehamilan dalam kavum uteri
- Adanya kantung kehamilan di luar kavum uteri
- Adanya massa komplek di rongga panggul
4. Kuldosentesis : suatu cara pemeriksaan untuk mengetahui apakah dalam kavum Douglas
ada darah.
5. Diagnosis pasti hanya ditegakkan dengan laparotomi.
6. Ultrasonografi berguna pada 5 – 10% kasus bila ditemukan kantong gestasi di luar uterus.
Penanganan Kehamilan Ektopik Terganggu (KET)
Penanganan kehamilan ektopik pada umumnya adalah laparotomi. Pada laparotomi
perdarahan selekas mungkin dihentikan dengan menjepit bagian dari adneksa yang menjadi
sumber perdarahan. Keadaan umum penderita terus diperbaiki dan darah dalam rongga perut
sebanyak mungkin dikeluarkan. Dalam tindakan demikian, beberapa hal yang harus
dipertimbangkan yaitu : kondisi penderita pada saat itu, keinginan penderita akan fungsi
reproduksinya, lokasi kehamilan ektopik. Hasil ini menentukan apakah perlu dilakukan
salpingektomi (pemotongan bagian tuba yang terganggu) pada kehamilan tuba. Dilakukan
pemantauan terhadap kadar HCG (kuantitatif). Peninggian kadar HCG yang berlangsung
terus menandakan masih adanya jaringan ektopik yang belum terangkat (1,2,3).
Penanganan pada kehamilan ektopik dapat pula dengan transfusi, infus, oksigen, atau kalau
dicurigai ada infeksi diberikan juga antibiotika dan antiinflamasi. Sisa-sisa darah dikeluarkan
dan dibersihkan sedapat mungkin supaya penyembuhan lebih cepat dan harus dirawat inap di
rumah sakit (5,7).
Komplikasi Kehamilan Ektopik Terganggu (KET)
Komplikasi yang dapat terjadi yaitu (4,7):
- Pada pengobatan konservatif, yaitu bila kehamilan ektopik terganggu telah lama
berlangsung (4-6 minggu), terjadi perdarahan ulang, Ini merupakan indikasi operasi.
- Infeksi
- Sterilitas
- Pecahnya tuba falopii
- Komplikasi juga tergantung dari lokasi tumbuh berkembangnya embrio
Prognosis Kehamilan Ektopik Terganggu (KET)
Kematian karena kehamilan ektopik terganggu cenderung turun dengan diagnosis dini dengan
persediaan darah yang cukup. Hellman dkk., (1971) melaporkan 1 kematian dari 826 kasus,
dan Willson dkk (1971) 1 diantara 591 kasus. Tetapi bila pertolongan terlambat, angka
kematian dapat tinggi. Sjahid dan Martohoesodo (1970) mendapatkan angka kematian 2 dari
120 kasus.
Penderita mempunyai kemungkinan yang lebih besar untuk mengalami kehamilan ektopik
kembali. Selain itu, kemungkinan untuk hamil akan menurun. Hanya 60% wanita yang
pernah mengalami kehamilan ektopik terganggu dapat hamil lagi, walaupun angka
kemandulannya akan jadi lebih tinggi. Angka kehamilan ektopik yang berulang dilaporkan
berkisar antara 0 – 14,6%. Kemungkinan melahirkan bayi cukup bulan adalah sekitar 50%
(1,2,7).
Diagnosa Banding Kehamilan Ektopik Terganggu (KET)
Diagnosa banding (6,7,8):
-Infeksi pelvik
-Kista folikel
-Abortus biasa
-Radang panggul,
-Torsi kita ovarium,
-Endometriosis
BAB III
KASUS
ASUHAN KEBIDANAN PADA NY “C” G1P0A0
UMUR KEHAMILAN 12 MINGGU DENGAN KEHAMILAN PATOLOGI
DI RB BUAH HATI
Dirawat di ruang : -
B. Data Subjektif
1. Alasan dating/dirawat
Ibu ngetakan ingin memeriksakan kehamilannya
2. Keluhan utama
Ibu mengeluh nyeri perut bagian bawah dengan mengeluarkan darah sedikit (flek) pada celan.
3. Riwayat menstruasi
Menarche : 13 tahun Siklus : ± 28 hari
Lama : 5-7 hari Teratur : Ya
Sifat darah : encer bercampur gumpalan Keluhan : Tidak ada
4. Riwayat perkawinan
Status perkawinan: Syah Menikah ke : 1x
Lama : 1 tahun Usia menikah pertama kali:
24tahun.
c. Imunisasi TT
Ibu mengatakan belum pernah mendapatkan imunisai TT
d. Riwayat operasi
Ibu mengatakan tidak mempunyai riwayat operasi
b. Eliminasi
BAB
Frekuensi : 1-2 x/hari 1 x/hari
Warna : Kuning kecoklatan Kuning kecoklatan
Konsistensi : Lunak Lunak
Keluhan : Tidak ada Tidak ada
BAK
Frekuensi : 5-6 x/hari 10-11 x/hari
Warna : Kuning jernih Kuning jernih
Konsistensi : Cair Cair
Keluhan : Tidak ada Tidak ada
c. Istirahat
Tidur siang
Lama : 1-2 jam/hari 1-2 jam/hari
Keluhan : Tidak ada Tidak ada
Tidur malam
Lama : 7-8 jam/hari 6 jam/hari
Keluhan : Tidak ada Tidak ada
d. Personal Hygiene
Mandi : 2 x/hari 2 x/hari
Ganti pakaian : 2 x/hari 2 x/hari
Gosok gigi : 3 x/hari 3 x/hari
Keramas : 2 x/minggu 2x/minggu
e. Pola seksualitas
f. Frekuensi : 2 x/minggu 1 x/minggu
Keluhan : Tidak ada Tidak ada
10. Kebiasaan yang mengganggu kesehatan (merokok, minum jamu, minuman beralkohol)
Ibu mengatakan tidak mempunyai kebiasaan yang mengganggu kesehatan seprti merokok,
minum jamu, dan minum minuman beralkohol
2. Pemeriksaan Fisik
Kepala : keriting, tidak ada ketombe, dan tidak mudah rontok, keadaan
bersih
Wajah : Oval, tidak odema, tidak ada cloasma gravidarum
Mata : kelopak mata: simetris, tidak ada oedema
Hidung : bentuk simetris, keadaan bersih, tidak ada polip, fungsi
penciuman normal
Mulut : lidah tidak terdapat stomatitis, gigi tidak ada lubang dan caries
Palpasi
Leopold I : tidak teraba adanya balotemen perut bagian bawah sedikit
mengembung dan tegang.
Leopold II : tidak di lakukan
Leopold III : tidak di lakukan
Leopold IV : tidak di lakukan
4. Data penunjang
HB : 9 gr%
Protein uterus : tidak dilakukan
USG : tidak terlihat kerangka janin dan ditemukan kantung gestasi
yang terdapat di lumen tuba.
PP tes : hasil positif
DO :
- Ibu terlihat tampak lemah
- Ibu terlihat tampak pucat
- Ibu kurang dan makan dan minum atau tidak nafsu
- Ibu mengalami pengeluaran darah sedikit-sedikit tapi berlangsung continues
D. Patologi
Menurut Sarwono Prawirohardjo, , Buku Ilmu Kebidanan (1976).
Proses implantasi ovum yang dibuahi, yang terjadi di tuba pada dasarnya sama dengan di
kavum uteri. Telur di tuba bernidasi secara kolumner atau inter kolumner. Pada yang pertama
telur berimplantasi pada ujung atau sisi jonjot endosalping. Perkembangan telur selanjutnya
di batasi oleh kurangnya vaskularisasi dan biasanya telur mati secara dini dan kemudian di
resorbsi.
Mengenai nasib kehamilan dalam tuba terdapat beberapa kemungkinan, karena tuba bukan
tempat untuk pertumbuhan hasil konsepsi, tidak mungkin janin tumbuh secara utuh seperti
dalam uterus. Sebagian besar kehamilan tuba terganggu pada umur kehamilan antara 6
sampai 10 minggu.
E. Gambaran klinik.
Menurut Sarwono Prawirohardjo, , Buku Ilmu Kebidanan (1976).
Gejala dan tanda kehamilan tuba terganggu sangat berbeda: Dari perdarahan banyak yang
tiba-tiba dalam ronga perut sampai terdapat nya gejala yang tidak jelas, sehingga sukar
membuat diagnosanya. Gejala dan tanda tergantung pada lamanya kehamilan ektopik
terganggu, abortus atau ruptur tuba, tuanya kehamilan ektopik terganggu, derajat perdarahan
yang terjadi dan keadaan umum penderita sebelum hamil.
F. Diagnosis
Menurut Sarwono Prawirohardjo, , Buku Ilmu Kandungan (1989).
Kesukaran membuat diagnosis yang pasti pada kehamilan ektopik, gejala-gejala kehamilan
ektopik beraneka ragam, sehingga pembuatan diagnosis kadang-kadang menimbulkan
kesukaran yang terpenting dalam pembuatan diagnosis kehamilan ektopik ialah supaya pada
pemeriksaan penderita selalu waspada terhadap kemungkinan kehamilan ini.
Menurut Sarwono Prawirohardjo, Buku pelayanan kesehatan maternal dan neonatal 2002.
G. Gejala
Menurut buku obstetri patologi universitas padjajaran 1984
Kisah yang has dari kehamilan ektopik terganggu ialah seorang wanita yang sudah terlambat
haid nya, sekonyong-konyong nyeri perut kadang-kadang jelas lebih nyeri sebelah kiri atau
sebelah kanan. Selanjutnya pasien pening dan kadang-kadang pinsan sering keluar darah
pervaginam.
Gejala-Gejala Yang Terpenting:
a. Nyeri perut: nyeri perut ini paling sering dijumpai biasanya nyeri datang setelah
mengangkat benda yang berat. Buang air besar namun kadang-kadang bisa juga pada waktu
sedang istirahat.
b. Adanya AMENOREA: amenorea sering di temukan walaupun hanya pendek saja sebelum
di ikuti oleh perdarahan.
c. PERDARAHAN: perdarahan dapat berlangsung kontinu dan biasanya berwarna hitam.
d. Shock karena hypovoluemia.
e. Nyeri Bahu dan Leher (iritasi diafragma)
f. Nyeri pada palpasi : perut penderita biasanya tegang dan agak kembung.
g. Pembesaran uterus: pada kehamilan ektopik uterus membesar.
h. Gangguan kencing: kadang-kadang terdapat gejala besar kencing karena perangsangan
peritonium oleh darah di dalam rongga perut.
i. Perubahan darah: dapat di duga bahwa kadar haemoglobin turun pada kehamilan tuba yang
terganggu karena perdarahan yang banyak dalam rongga perut.
H. Diagnosis Banding
Menurut Sarwono Prawirohardjo, Buku pelayanan kesehatan maternal dan neonatal 2002.
a. Abortus imminens
b. Penyakit radang panggul (akut / kronik)
c. Torsi kista ovaril
I. Penatalaksanaan Atau Penanganan
Menurut Sarwono Prawirohardjo, Buku pelayanan kesehatan maternal dan neonatal 2002.
a. Setelah diagnosis ditegakan, segera lakukan persiapan untuk tindakan operatif gawat
darurat.
b. Ketersediaan darah pengganti bukan menjadi syarat untuk melakukan tindakan operatif
karena sumber perdarahan harus dihentikan.
c. Upaya stabilisasi dilakukan dengan segera merestorasi cairan tubuh dengan larutan
kristaloid NS atau RL (500 ml dalam lima menit pertama) atau 2l dalam dua jam pertama
(termasuk selama tindakan berlangsung)
d. Bila darah pengganti belum tersedia, berikan autotransfusion berikut ini
1) Pastikan darah yang dihisap dari rongga obdomen telah melalui alat pengisap dan wadah
penampung yang steril
2) Saring darah yang tertampung dengan kain steril dan masukan kedalam kantung darah
(blood bag) apabila kantung darah tidak tersedia masukan dalam botol bekas cairan infus
(yang baru terpakai dan bersih) dengan diberikan larutan sodium sitrat 10ml untuk setiap
90ml darah.
3) Transfusikan darah melalui selang transfusi yang mempunyai saringan pada bagian tabung
tetesan.
e. Tindakan dapat berupa :
1) Parsial salpingektomi yaitu melakukan eksisi bagian tuba yang mengandung hasil
konsepsi.
2) Salpingostomi (hanya dilakukan sebagai upaya konservasi dimana tuba tersebut
merupakan salah satu yang masih ada) yaitu mengeluarkan hasil konsepsi pada satu segmen
tuba kemudian diikuti dengan reparasi bagian tersebut. Resiko tindakan ini adalah kontrol
perdarahan yang kurang sempurna atau rekurensi (hasil ektopik ulangan).
f. Mengingat kehamilan ektopik berkaitan dengan gangguan fungsi transportasi tuba yang di
sebabkan oleh proses infeksi maka sebaiknya pasien di beri anti biotik kombinasi atau
tunggal dengan spektrum yang luas.
g. Untuk kendali nyeri pasca tindakan dapat diberikan:
1) Ketoprofen 100 mg supositoria.
2) Tramadol 200 mg IV.
3) Pethidin 50 mg IV (siapkan anti dotum terhadap reaksi hipersensitivitas)
h. Atasi anemia dengan tablet besi (SF) 600 mg per hari.
i. Konseling pasca tindakan
1) Kulanjutan fungsi reproduksi.
2) Resiko hamil ektopik ulangan.
3) Kontrasepsi yang sesuai.
4) Asuhan mandiri selama dirumah.
5) Jadwal kunjungan ulang.
J. Komplikasi Potensial
Menurut Ben-Zion Buku Kedaruratan Obstetri dan ginekologi 1994
Komplikasi-komplikasi kehamilan tuba yang biasa adalah ruptur tuba atau abortus tuba,
aksierosif dari trofroblas dapat menyebabkan kekacauan dinding tuba secara mendadak:
ruptur mungkin paling sering timbul bila kehamilan berimplatasi pada pars ismikus tuba yang
sempit, abortus tuba dapat menimbulkan hematokel pelvis, reaksi peradangan lokal dan
infeksi skunder dapat berkembang dalam jaringan yang berdekatan dengan bekuan darah
yang berkumpul.
K. Prognosis
Menurut Sarwono Prawirohardjo, Ilmu Kebidanan 1976
Kematian karena kehamilan ektopik terganggu cenderung dengan diagnosis dini dan
persediaan darah yang cukup, Hellman dkk, (1971) 1 kematian diantara 826 kasus, dan
Willson dkk. (1971) 1 antara 591. Tetapi bila pertolongan terlambat angka kematian dapat
tinggi, Sjahid dan Martohoesodo (1970) Mendapat angka kematian 2 dari 120 kasus,
Sedangkan Tarjamin dkk (1973) 4 dari 138 kehamilan ektopik.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kehamilan ektopik ialah suatu kehamilan yang berbahaya bagi wanita yang bersangkutan
berhubungan dengan besarnya kemungkinan terjadi keadaan yang gawat keadaan yang gawat
ini dapat terjadi apabila kehamalan ektopik terganggu. macam-macam kehamilan ektopik
berdasarkan tempat implantasinya antara lain :
a.Kehamilan Abdominal
Kehamilan/gestasi yang terjadi dalam kavum peritoneum (sinonim : kehamilan
intraperitoneal)
b.Kehamilan Ampula
Kehamilan ektopik pada pars ampularis tuba fallopii. Umumnya berakhir sebagai abortus
tuba.
c.Kehamilan Servikal
Gestasi yang berkembang bila ovum yang telah dibuahi berimplantasi dalam kanalis
servikalis uteri.
d.Kehamilan Heterotopik Kombinasi
Kehamilan bersamaan intrauterine dan ekstrauterin.
e.Kehamilan Kornu
Gestasi yang berkembang dalam kornu uteri.
f.Kehmailan Interstisial
Kehamilan pada pars interstisialis tuba fallopii.
g.Kehamilan Intraligamenter
Pertumbuhan janin dan plasenta diantara lipatan ligamentum latum, setelah rupturnya
kehamilan tuba melalui dasar dari tuba fallopii.
h.Kehamilan Ismik
Gestasi pada pars ismikus tuba fallopii.
i.Kehamilan Ovarial
Bentuk yang jarang dari kehamilan ektopik dimana blastolisis berimplantasi pada permukaan
ovarium.
j.Kehamilan Tuba
Kehamilan ektopik pada setiap bagian dari tuba fallopii.
B. Saran
1. Mahasiswi diharapkan untuk mengetahui bagaimana kehamilan ektopik.
2. Mahasiswi diharapkan untuk bisa mengatasi permasalahan pada kehamilan ektopik.
3. Jika menemukan kasus kehamilan ektopik sebaiknya dilakukan rujukan.
DAFTAR PUSTAKA
I. PENGKAJIAN
Tanggal / jam : 29 Mei 2006 / 12.30 WIB
Tempat : Paviliun F2 RUMKITAL Dr. RAMELAN
RM : 00.20.22.24
A. Data Subyektif
1. Identitas
Nama istri : Ny. M Nama suami : Tn. S
Umur : 28 th Umur : 31 th
Agama : Islam Agama : Islam
Suku/bangsa : Jawa/Indo Suku/bangsa : Jawa/Indo
Pendidikan : S1 Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : TNI - AL
Alamat: Jl.Tj. Harapan 61 E Pangkat : Sersan Kepala
Alamat : Jl. Tj. Harapan 61 E
2. Status perkawinan
Istri
Perkawinan ke : I (satu)
Lama perkawinan : ± 3 tahun
Umur kawin : 25 tahun
Suami
Perkawinan ke : I (satu)
Lama perkawinan : ± 3 tahun
Umur kawin : 28 tahun
3. Keluhan utama
Ibu mengatakan keluar darah dari kemaluan (flek-flek), kadang keluar bersamaan dengan
kencing.
4. Riwayat kebidanan
a. Riwayat Menstruasi
Menarche : 14 th
Siklus : Teratur, 28 hari
Lamanya : ± 6-7 hari
Banyaknya : ± 2-3 kotex / hari
Warna : Merah
Bau : Anyir
Keluhan : Disminorea (-), flor albus (-)
HPHT : Px mengatakan lupa.
HPL : -
d. Istirahat
Selama hamil : Siang : ± ½ - 1 jam / hari
Malam : ± 6 - 7 jam / hari
Saat MRS : Ibu tidak bisa tidur.
e. Personal hygiene
ama hamil : Mandi 2 kali / hari, gosok gigi 2 - 3 kali/ hari, ganti baju dan celana dalam 2 - 3 kali/ hari.
t MRS : Mandi 2 kali / hari (diseka dengan air hangat), gosok gigi 2 kali / hari, ganti baju dan celana
dalam 3 - 4 kali/ hari.
f. Seksual
Ibu mengatakan jarang melakukan hubungan seksual karena takut keguguran seperti hamil
anak pertama.
8. Riwayat psikososial
Hubungan ibu dengan suami, keluarga dan tetangga baik.
B. Data Obyektif
1. Pemeriksaan fisik umum
a. Keadaan umum
Kesadaran : Composmenitis
Postur tubuh : Lordosis
TB/BB : 159 cm
BB sbl hamil : 50 kg
BB slm hamil : 54 kg
b. Tanda-tanda vital
Tensi : 110 / 70 mmHg
Nadi : 80 kali/menit
Suhu : 37º C
RR : 24 kali/menit
d. Perkusi
Tidak dilakukan.
3. Pemeriksaan UPL
Tidak dilakukan.
4. Pemeriksaan dalam
Tidak dilakukan.
6. Kesimpulan
GII P00010 UK 8 minggu dengan kehamilan ektopik.
Kebutuhan :
- Dukungan psikologis
- Pendampingan secara terus menerus
- Nutrisi
I
Tanggal 29 Mei 2006 Jam : 12.30 WIB
Dx : GII P00010 UK 8 minggu dengan kehamilan ektopik.
Tujuan : Setelah dilakukan askeb diharapkan dalam waktu 2 jam ibu dalam keadaan baik dan ibu
mengerti keadaannya saat ini.
riteria : - TTV dalam batas normal (T : 110/70 – 130/90 mmHg, S : 36 – 37 ºC, N : 76 – 88
x/menit, RR : 16 – 20 x/menit).
- Terjadi perdarahan ± 50 cc.
ntervensi :
1. Lakukan pendekatan dengan pasien.
R/ Terjalin hubungan baik dengan pasien sehingga pasien lebih kooperatif terhadap setiap
tindakan yang kita lakukan.
. Berikan dukungan psikologis pada pasien.
R/ Ibu lebih tenang dan dapat menerima keadaan.
. Observasi TTV.
R/ deteksi dini adanya kelainan.
. Lakukan kolaborasi dengan dokter dalam pemberian therapi.
R/ Fungsi dependent bidan.
TASI
Tanggal 29 Mei 2006
Dx : GII P00010 UK 8 minggu dengan kehamilan ektopik.
13.00 - Menganjurkan px untuk tidur dan bed tres total.
- Membantu semua kebutuhan ibu seperti memberi minum, menyuapi
makanan dan membantu BAK.
13.30 - Memasang infuse dengan cairan RL (24 tetes).
- Memeriksa TTV :
- T : 110/70 mmHg - N : 80 x/menit
- S : 37º C - RR : 22 x/menit
- Lingkar Abdomend : Tidak ada pembesaran lingkar perut.
VII. EVALUASI
Tanggal 29 Mei 2006 Jam 14.00 WIB.
S : Px mengatakan nyeri pada bagian perut sebelah kanan.
O : - K/U Ibu :
Kesadaran : Composmenitis
- T : 110/70 mmhg
- N : 80 x/menit
- S : 37º C
- RR : 22 x/menit
- Lingkaran Abdomend : Tidak ada pembesaran lingkar perut.
- Perdarahan : ± 50 cc
A : GII P00010 UK 8 minggu dengan kehamilan ektopik + pre operasi.
P : Persiapan operasi.
3.1.1.1 IDENTITAS
f. Imunisasi
ibu mengatakan belum pernah mendapatkan imunisasi TT.
3.1.2 DATA OBJEKTIF
3.1.2.1 Pemeriksa umum
a. KU : Baik
b. TTV : TD : 110/90 mmhg
N : 80x/ menit
S : 37,0 derajat celcius
RR : 20x/ menit
c. BB sebelum hamil : 43 kg
d. BB selama hamil : 45 kg
e. Kenaikan BB : 2 kg
f. Tinggi badan : 157 cm
g. LILA : 21 cm
3.1.2.2 Pemeriksaa Fisik
a. Inspeksi
-Rambut : keriting,tidak ada ketombe dan tidak mudah rontok,keadaan bersih.
-Mata : kelopak mata simetris.tidak ada odema (+,+)
-Konjungtiva: pucat sklera: tidak ada ikterus
-Hidung : bentuk simetris.keadaan bersih,tidak ada polip,fungsi penciuman normal.
-Mulut/gigi : lidah bersih,tidak ada stomatitis,gigi tidak berlubang,tidak ada karies.
-Telinga : bentuk simetris (+/+),keadaan bersih,tidak ada kotoran,pendengaran baik.
-Leher : tidak ada pembesaran kelenjart hyroid.
-Dada : bentuk simetris (+/+),puting susu menonjol,kolostum belum keluar.
-Abdomen : tidak ada bekas luka operasi,perut bagian bawah sedikit menggembung dan
nyeri tekan.
b. Palpasi
- Leopold 1 : belum teraba
- Leopold 2 : tidak dilakukan
- Leopold 3 : tidak dilakukan
- TBJ : -
c. Auskultasi : tidak terdengar denyut jantung janin
3.1.2.3 Pemeriksaan Panggul luar
1. Distansia Spinarum : 26 cm
2. Distansia Cristarum : 27 cm
3, Conjungtiva eksterna : 20 cm
4, Lingkar Panggul : 89 cm
3.1.2.3 Pemeriksaan Laboratorium
- Hb : 9,gr %
- Protein uterus : tidak dilakukan
- USG : tidak terlihat rangka janin dan ditemukan gestasi
yang terdapat dituba.
- PP Tes :(+)
3.6 PELAKSANAAN
1. a. Menjelaskan pada dan keluarga tentangt kondisi ibu saat ini , bahwa ketika
dilakukan pemeriksaan leoplod uterusteraba bulat lebat tetapi tidak teraba balotemen.
Pada saat USG tenyata kehamilan berimplantas dan tumbuh diluar rahim yaitu tuba.
b. Jelaskan pada ibu bahwa kehamilan di luar rahim,tumbuh di tuba,kehamilan ini
biasanya tidak bertahan berakhir dengan abortus.
c. Anjurkan untuk keluarga agar selalu memberi dukungan pada kehamilan ibu.
2. a. Ibu segera memeriksakan kehamilannya lebih lanjut ke dokter spesialis
kandungan agar ibu dan keluarga lebih jelas dengan tindakan lebih lanjut untuk
kehamilannya.
b. Beritahu ibu tentang tindakan laparotomi yaitu pembedahan di bagian perut dan
segera lakukan tindakan lapartomi di rumah sakit oleh dokter untuk menghilangkan
sumber perdarahan.
c. Menganjurkan ibu untuk untuk istirahat.
a. Istirahat tidur 8-9 jam/hari
b. Melarang ibu untuk melakukan aktifitas yang berat karena dapat terjadi
perdarahan yang berat.
d. a. Jelaskan pada ibu tentang makanan yang banyak mengandung
protein,vitamin,karbohidrat,lemak,mineral,misalnya makanan sehari-hari nasi,sayur dan
tambahan susu.
b. Beritahu ibu agar makan teratur 3x sehari dan minum 7-8 gelas/hari.
e. a.Jelaskan pada ibu tentang kelanjutan funngsi reproduksinya,kelenjar fungsi
reproduksi ibu hanya 60% dari wanita yang pernah dapat KET menjadi hamil
lagi,walaupun angka kemandulannya akan jadi lebih tinggi.
b. Menjelaskan pada ibu tengtang resiko kehamilan yang berulang itu dilaporkan
berkisar antara 0-14,6% kemungkinan melahirkan bayi cukup bulan 50%
c. Memberitahu tentang kontrasepsi yang baik digunakan yaitu dengan
menggunakan kondom/dengan KB kalender.
3.7 EVALUASI
Tanggal : 15 Desember 2007 Jam : 18.30 Wib
Dx : Ny “M” dengan GIPOOOOO Uk 12 minggu, dengan KET
S : Ibu mengerti tentang keadaannya sendiri ibu mengatakan
cukup istirahat.
O : Ibu tampak mengerti dan bisa mengulangi penjelasan petugas
serta bisa menjawab pertanyaan serta bisa menjawab
pertanyaan petugas.
A : Ny’M” dengan GIPOOOOO UK 12 minggu dengan KET
P : - Rencana dilanjutkan
- Diskusi tindakan laparotomi oleh dokter di rumah sakit
- Mengingatkan pasien untuk istirahat teratur.
- evaluasi saat kunjung berikutnya.
BAB 4
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Kehamilan ektopik adalah implantasi dan pertumbuhan hasil konsepsi diluar
endometrium kavum uteri , hamil ini di tandai dengan : Amenorea , gejala kehamilan
muda dan pendarahan yang berwarna cokelat , dan pemeriksaan vagina terdapat nyeri
goyang bila serviks digoyangkan nyeri pada perabaan dan kavum douglasi menonjol
karena ada pembekuan darah. Pada kasus seperti ini, segera ambil tindakan.
4.2 SARAN
1. diharapkan kepada kita semua tenaga kesehatan apabila merasakan dan
mengetahui
Gejala seperti yang telah dijelaskan / dituliskan dan melakukan tindakan.
2. Bagi klien diharapkan melakukan control kebidanan apabila sewaktu – waktu
ada
Keluhan.
DAFTAR PUSTAKA
I. PENGUMPULAN DATA
Tanggal: 8 Desember 2007 Pukul: 10.00 WIB
A. Pengkajian
1. Identitas
Nama Istri : Ny Melati Nama Suami : Tn. Ari
Umur : 25 Tahun Umur : 30 Tahun
Suku : Jawa Suku : Jawa
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Jl. Budi Santoso No. 107 Kota Metro Alamat : Jl. Budi Santoso No. 107 Kota Metro
2. Keluhan Utama
Ibu mengatakan hamil anak pertama usia kehamilan 3 bulan datang untuk memeriksakan
kehamilannya, ibu mengeluh nyeri perut bagian bawah dengan mengeluarkan darah sedikit (flek)
pada celana
3. Riwayat Hidup
Menarche : 13 tahun
Siklus : kurang lebih 28 hari
Banyaknya : 2 x ganti pembalut
Lamanya : 5-7 hari
Sifat darah : encer bercampur gumpalan
HPHT : 22 September 2007
TP : 29 Januari 2008
4. Riwayat Perkawinan
Ibu menikah I kali, status perkawinan syah sebagai istri pertama, usia perkawinan 1 tahun, usia saat
pernikahan 24 tahun. Ibu mengatakan pernikahannya cukup bahagia dan dalam keluarga tidak
mengalami masalah.
5. Riwayat hamil bersalin dan nifas yang lalu
Ibu hamil anak pertama
6. Riwayat kehamilan sekarang
a. Tanda-tanda kehamilan (trimester I)
PP tes 20 Oktober : hasil positif
b. Pergerakan fetus belum dirasakan
c. Keluhan yang di rasakan
Mual dan muntah : ya
Nyeri perut : ya
Sakit kepala : tidak ada keluhan
Penglihatan : tidak ada keluhan
Rasa nyeri atau panas waktu BAK : tidak ada keluhan
Rasa gatal panas vagina dan sekitarnya : tidak ada keluhan
Pengeluaran pervaginam : ibu mengatakan darah sedikit pada vagina
Oedema : tidak ada oedema
7. Riwayat kesehatan ibu dan keluarga
a. Kesehatan ibu
Ibu tidak pernah di rawat di RS, penyakit keturunan tidak ada, penyakit menular tidak ada, dan
penyakit menahun tidak ada.
b. Kesehatan keluarga
Ibu mengatakan di dalam keluarga tidak ada yang menderita penyakit yang menular dan penyakit
menular dan penyakit keturunan.
V. RENCANA
1. Beritahu ibu dan keluarga tentang kondisi ibu saat ini
a. Menjelaskan kondisi ibu
b. Jelaskan tentang kehamilan ibu saat ini
c. Melibatkan keluarga dalam memberikan dukungan
2. Berikan konseling pada ibu saat ini
a. Anjurkan ibu untuk segera rujuk
b. Beritahu ibu bahwa akan dilakukan tindakan laparatomi
3. Anjurkan ibu untuk istirahat
a. Beritahu ibu untuk istirahat cukup
b. Beritahu ibu untuk makan secara rutin
4. Anjurkan ibu untuk memenuhi kebutuhan gizi
a. Memberitahu ibu untuk makan-makanan yang bergizi
b. Memberitahu ibu untuk makan secara rutin
5. Berikan konseling untuk pasca tindakan
a. Kelanjutan fungsi produksi
b. Resiko hamil ektopik ulangan
c. Kontrasepsi yang sesuai
VI. PELAKSANAAN
1. a. Menjelaskan pada dan keluarga tentang kondisi ibu saat ini, bahwa ketika dilakukan
pemeriksaan Leopold uterus teraba bulat lebar tetapi tidak teraba balotemen. Tinggi fundus 20 cm
kemudian pada saat USG ternyata kehamilan berimplantasi dan tumbuh di luar rahim yaitu di tuba.
b. Jelaskan pada ibu bahwa kehamilan ibu ini adalah kehamilan di luar rahim, janin tumbuh di tuba
kehamilan ini biasanya tidak bertahan berakhir dengan abortus.
c. Anjurkan untuk keluarga, agar selalu memberi dukungan pada kehamilan ibu
2. a. Ibu segera memeriksakan kehamilannya lebih lanjut ke dokter spesialis kandungan agar ibu dan
keluarga lebih jelas dengan tindakan lebih lanjut untuk kehamilannya
b. Beritahu ibu tentang tindakan laparatomi yaitu pembedahan di bagian perut dan segera lakukan
tindakan laparatomi di rumah sakit oleh dokter untuk menghilangkan sumber perdarahan.
3. Menganjurkan ibu untuk istirahat
a. Istirahat tidur 8-9 jam / hari
b. Melarang ibu untuk melakukan aktivitas yang berat karena dapat terjadi perdarahan yang berat.
4. a. Jelaskan pada ibu tentang makan-makanan yang banyak mengandung gizi yaitu makanan yang
mengandung protein, vitamin, karbohidrat, lemak, mineral. Misalnya makanan sehari-hari; nasi,
sayur, buah-buahan. Sayur misalnya; wortel, tomat, bayam, katu. Lauk misal; tempe, tahu, telur, hati,
daging. Buah misalnya; jeruk, apel, melon, pepaya, dan di tambah minum susu.
b. Beritahu ibu agar makan teratur 3x sehari, dan minum 7-8 gelas / hari
5. a. Jelaskan pada ibu tentang kelanjutan fungsi reproduksinya kelenjar fungsi reproduksi ibu hanya
60% dari wanita yang pernah dapat KET menjadi hamil lagi, walaupun angka kemandulannya akan
jadi lebih tinggi.
b. Menjelaskan pada ibu tentang resiko kehamilan yang berulang itu dilaporkan berkisar antara 0-
14,6% kemungkinan melahirkan bayi cukup bulan adalah 50%
c. Memberitahu tentang kontrasepsi yang baik digunakan yaitu dengan menggunakan kondom atau
dengan KB kalender.
VII. EVALUASI
a. Ibu mengerti tentang keadaannya saat ini
b. Ibu mengatakan cukup istirahat
c. Melakukan kolaborasi dengan dokter
d. Ibu dilakukan tindakan laparatomi oleh dokter di rumah sakit.
e. Ibu mengatakan nyeri pada perut hilang
f. Ibu mengerti tentang resiko kehamilan ulang
g. Ibu tahu alat kontrasepsi yang baik digunakan
h. Cemas ibu sudah berkurang