Sunteți pe pagina 1din 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perawat profesional harus menghadapi tanggung jawab etik dan konflik

yang mungkin meraka alami sebagai akibat dari hubungan mereka dalam praktik

profesional. Kemajuan dalam bidang kedokteran, hak klien, perubahan sosial dan

hukum telah berperan dalam peningkatan perhatian terhadap etik. (Kusnanto,

2004).

Standard perilaku perawat ditetapkan dalam kode etik yang disusun oleh

asosiasi keperawatan internasional, nasional, dan negera bagian atau provinsi.

Perawat harus mampu menerapkan prinsip etik dalam pengambilan keputusan

dan mencakup nilai dan keyakinan dari klien, profesi, perawat, dan semua pihak

yang terlibat. Perawat memiliki tanggung jawab untuk melindungi hak klien

dengan bertindak sebagai advokat klien (Hidayat, 2008).

Keperawatan sebagai suatu profesi harus memiliki suatu landasan dan

lindungan yang jelas. Para perawat harus tahu berbagai konsep hukum yang

berkaitan dengan praktik keperawatan karena mereka mempunyai akuntabilitas

terhadap keputusan dan tindakan profesional yang mereka lakukan. (Potter,

2012).

Secara umum terdapat dua alasan terhadap pentingnya para perawat tahu

tentang hukum yang mengatur praktiknya. Alasan pertama untuk memberikan

kepastian bahwa keputusan dan tindakan perawat yang dilakukan konsisten

dengan prinsip-prinsip hukum. Kedua, untuk melindungi perawat dari liabilitas.

Untuk itu, dalam makalah ini akan dibahas tentang etik dan hukum dalam

keperawatan.

1
B. Tujuan

1. Tujuan Umum :

Adapaun tujuan penulisan makalah ini adalah agar kita dapat

mengetahui dan memahami nilai, etik dan legalitas hukum keperawatan.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui dan memahami nilai-nilai dalam keperawatan

b. Mengetahui dan memahami etik keperawatan

c. Mengetahui dan memahami prinsip etik keperawatan

d. Mengetahui dan memahami hukum dalam praktik keperawatan

e. Mengetahui dan memahami proses legalisasi dalam keperawatan

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Nilai-nilai Keperawatan

1. Pengertian

Nilai merupakan suatu keyakinan personal mengenai harga atas suatu

ide tingkah laku, kebiasaan atau objek yang menyususn suatu dasar standar

yang mempengaruhi tingkah laku. Nilai-nilai berhubungan satu sama lain

serta membentuk sistem nilai. Perawat juga tekah menetapkan nilai dan

harus mengembangkan kesadaran bagaimana sistem nilai mereka sendiri

akan mempengaruhi klien. Pemahaman sistem nilai akan memahami perawat

bertindak secara profesional. (Hidayat, 2008).

2. Nilai yang diperlukan perawat

Menurut Potter (2012) Gambaran nilai-nilai keperawatan adalah

bagaimana pengetahuan, profesional, pemahaman, pemberian makna serta

sikap perawat mengenai nilai-nilai keperawatan yang tersebar dalam

beberapa pernyataan, yakni :

a. Altruisme

Merupakan perilaku yang menggambarkan kepedulian dan

kesejahteraan orang lain. Sikap dari nilai

altruisme yang ditampilkan perawat meliputi pemberian perhatian,

komitmen atau prinsip yang dipegang teguh oleh perawat untuk

mempertahankan janji, rasa iba, kemurahan hati, serta ketekunan.

Pada altruisme salah satu yang penting adalah sifat empati atau

merasakan perasaan orang lain di sekitar kita. Hanya altruisme timbal

balik yang mempunyai dasar biologis. Kerugian potensial dari

3
altruisme yang dialami individu diimbangi dengan kemungkinan

menerima pertolongan dari individu lain. Beberapa ahli mengatakan

bahwa altruisme merupakan bagian “sifat manusia” yang ditentukan

secara genetika, karena keputusan untuk memberikan pertolongan

melibatkan proses kongnisi sosial komplek dalam mengambil

keputusan yang rasional (Latane&Darley, Schwartz, dalam Sears, 1991).

Perawat yang memiliki nilai yang baik pasti akan menggali

metode dan keterampilan yang diperlukan untuk memberdayakan

asuhan yang efektif (Bishof & Scudder, 1990). Mereka menunjukkan

kepedulian terhadap klien dengan mendukung dan menguatkan klien,

sehingga klien dapat sembuh dari sakitnya, dapat mengatasi

kelemahannya, dan hidup lebih sehat. Mereka peduli dengan

kesejahteraan klien. Kehadiran kepedulian seringkali membantu proses

penyembuhan (Bishof & Scudder, 1990).

b. Persamaan

Persamaan adalah mempunyai hak dan status yang sama, sikap

yang dapat ditunjukkan perawat yaitu menerima, adil atau tidak

diskrinatif.

c. Empati

Adalah berusaha menempatkan diri pada seseorang

yang bersangkutan sehingga dapat merasakan apa yang dirasakan oleh

orang yang besangkutan tersebut. Empati berbeda dengan simpati, sikap

melibatkan perasaan terhadap sesuatu hal, sehingga tidak dapat lagi

berfikir objektif merupakan sikap simpati yang tidak seharusnya dimiliki

oleh perawat. Senyum dan rasa empati yang ditimbulkan setidaknya akan

menjadi multivitamin dosage tinggi yang tanpa antibiotik atau

obat yang super keras akan menyembuhkan rasa terpelentirnya hati

4
seorang pasien yang sedang menderita penyakit sekeras apapun. Ada

hal yang tidak bisa di teliti secara ilmiah dan juga tidak harus dengan

percobaan yang mahal, ada yang timbul dari hati yaitu keikhlasan untuk

menolong sesama.

d. Kebebasan

Kebebasan adalah memiliki kapasitas untuk memilih kegiatan

termasuk percaya diri, harapan, disiplin, serta kebebasan.

e. Keadilan

Prinsip keadilan dibutuhkan untuk terpai yang sama dan adil

terhadap orang lain yang menjunjung prinsip-prinsip moral, legal dan

kemanusiaan. Nilai ini direfleksikan dalam prkatek profesional

ketika perawat bekerja untuk terapi yang benar sesuai hukum, standar

praktek dan keyakinan yang benar untuk memperoleh kualitas pelayanan

kesehatan.

f. Otonomi

Otonomi adalah kemampuan untuk menentukan sendiri atau

mengatur diri sendiri. Prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa

individu mampu berpikir logis dan memutuskan. Orang dewasa dianggap

kompeten dan memiliki kekuatan membuat keputusan sendiri, memilih

dan memiliki berbagai keputusan atau pilihan yang dihargai. Prinsip

otonomi ini adalah bentuk respek terhadap seseorang, juga dipandang

sebagai persetujuan tidak memaksa dan bertindak secara rasional.

Otonomi merupakan hak kemandirian dan kebebasan individu yang

menuntut pembedaan diri. Praktek profesioanal merefleksikan otonomi

saat perawat menghargai hak hak pasien dalam membuat keputusan

tentang perawatan dirinya.

5
g. Non- Malefience

Non –malefience adalah tidak melukai atau tindak menimbulkan

bahaya atau cidera bagi orang lain.

h. Benefience

Benefience adalah hanya melakukan suatu yang baik, kebaikan,

memerlukan penegakan dari kesalahan atau kejahatan orang lain.

Benefisiensi berarti hanya mengerjakan sesuatu yang baik. Kebaikan

juga memerlukan pencegahan dari kesalahan atau kejahatan,

penghapusan kesalahan atau kejahatan dan peningkatan kebaikan oleh

diri dan orang lain. Kadang-kadang dalam situasi pelayanan kesehatan

kebaikan menjadi konflik dengan otonomi.

i. Kejujuran

Kejujuran adalah berarti dengan penuh dengan kebenaran nilai ini

diperlukan oleh pemberi pelayanan kesehatan untuk menyampaikan

kebenaran pada setiap klien dan untuk meyakinkan bahwa klien sangat

mengerti. Prinsip veracity berarti penuh dengan kebenaran. Nilai ini

diperlukan oleh pemberi pelayanan kesehatan untuk menyampaikan

kebenaran pada setiap klien dan untuk meyakinkan bahwa klien sangat

mengerti. Prinsip veracity berhubungan dengan kemampuan seseorang

untuk mengatakan kebenaran. Informasi harus ada agar menjadi akurat,

komprensensif, dan objektif untuk memfasilitasi pemahaman dan

penerimaan materi yang ada, dan mengatakan yang sebenarnya kepada

klien tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan keadaan dirinya

selama menjalani perawatan. Walaupun demikian, terdapat beberapa

argument mengatakan adanya batasan untuk kejujuran seperti jika

kebenaran akan kesalahan prognosis klien untuk pemulihan atau adanya

hubungan paternalistik bahwa ”doctors knows best” sebab individu

6
memiliki otonomi, mereka memiliki hak untuk mendapatkan informasi

penuh tentang kondisinya. Kebenaran merupakan dasar dalam

membangun hubungan saling percaya.

j. Fidelity

Prinsip fidelity dibutuhkan untuk kebutuhan individu mengharigai

janji dan komitmennya terhadap orang lain. Prinsip fidelity dibutuhkan

individu untuk menghargai janji dan komitmennya terhadap orang lain.

Perawat setia pada komitmennya dan menepati janji serta menyimpan

rahasia klien. Ketaatan, kesetiaan, adalah kewajiban seseorang untuk

mempertahankan komitmen yang dibuatnya. Kesetiaan, menggambarkan

kepatuhan perawat terhadap kode etik yang menyatakan bahwa tanggung

jawab dasar dari perawat adalah untuk meningkatkan kesehatan,

mencegah penyakit, memulihkan kesehatan dan meminimalkan

penderitaan.

B. Etika Keperawatan

1. Pengertian

Etik keperawatan adalah norma-norma yang di anut oleh perawat

dalam bertingkah laku dengan pasien, keluarga, kolega, atau tenaga

kesehatan lainnya di suatu pelayanan keperawatan yang bersifat

professional. Perilaku etik akan dibentuk oleh nilai-nilai dari pasien, perawat

dan interaksi sosial dalam lingkungan. (PPNI, 2010).

2. Tujuan

Tujuan kode etik keperawatan Menurut PPNI (2010) adalah sebagai

berikut :

7
a. Merupakan dasar dalam mengatur hubungan antar perawat, klien atau

pasien, teman sebaya, masyarakat, dan unsur profesi, baik dalam profesi

keperawatan maupun dengan profesi lain di luar profesi keperawatan.

b. Merupakan standar untuk mengatasi masalah yang silakukan oleh

praktisi keperawatan yang tidak mengindahkan dedikasi moral dalam

pelaksanaan tugasnya.

c. Untuk mempertahankan bila praktisi yang dalam menjalankan tugasnya

diperlakukan secara tidak adil oleh institusi maupun masyarakat.

d. Merupakan dasar dalam menyusun kurikulum pendidikan kepoerawatan

agar dapat menghasilkan lulusan yang berorientasi pada sikap

profesional keperawatan.

e. Memberikan pemahaman kepada masyarakat pemakai / pengguna tenaga

keperawatan akan pentingnya sikap profesional dalam melaksanakan

tugas praktek keperawatan.

3. Komponen

Menurut PPNI (2010) kode etik keperawatan Indonesia tersebut terdiri

dari 4 bab dan 16 pasal.

a. Bab 1, terdiri dari empat pasal, menjelaskan tentang tanggung jawab

perawat terhadap individu, keluarga, dan masyarakat.

b. Bab 2, terdiri dari lima pasal menjelaskan tentang tanggung jawab

perawat terhadap tugasnya.

c. Bab 3, terdiri dari dua pasal, menjelaskan tanggung jawab perawat

terhadap sesama perawat dan profesi kesehatan lain.

d. Bab 4, terdiri dari empat pasal, menjelaskan tentang tanggung jawab

perawat terhadap profesi keperawatan.

e. Bab 5, terdiri dari dua pasal, menjelaskan tentang tanggung jawab

perawat terhadap pemerintah, bangsa, dan tanah air.

8
C. Prinsip Etik Keperawatan

1. Pengertian

Prinsip bahwa etika adalah menghargai hak dan martabat manusia,

tidak akan pernah berubah. Prinsip ini juga diterapkan baik dalam bidang

pendidikan maupun pekerjaan. Juga dalam hak-haknya memperoleh

pelayanan kesehatan. Ketika mengambil keputusan klinis, perawat seringkali

mengandalkan pertimbangan mereka dengan menggunakan kedua

konsekuensi dan prinsip dan kewajiban moral yang universal. Hal yang

paling fundamental dari prinsip ini adalah penghargaan atas sesama.

2. Macam-macam Prinsip etika keperawatan

Prinsip-prinsip etika keperawatan adalah sebagai berikut:

a. Advokasi

Advokasi adalah memberikan saran dalam upaya melindungi dan

mendukung hak – hak pasien. Hal tersebut merupakan suatu kewajiban

moral bagi perawat dalam mempraktekan keperawatan professional.

Contoh: seorang perawat memberikan informasi kepada pasien tentang

hak dan kewajiban yang di miliki oleh pasien, sehingga pasien bisa

terhindar dari praktek tidak sah dan pelanggaran etika.

b. Responsibilitas ( tanggung jawab )

Eksekusi terhadap tugas – tugas yang berhubungan dengan peran

tertentu dari perawat. Misalnya pada saat memberikan obat, perawat

bertanggung jawab untuk mengkaji kebutuhan klien dengan

memberikannya dengan aman dan benar. Contoh: saat memberikan

obat, perawat bertanggungjawab untuk mengkaji kebutuhan klien

dengan memberikan dengan aman dan benar juga mengevaluasi respon

klien terhadap pasien tersebut.

9
c. Loyalitas

Suatu konsep yang melewati simpati, peduli, dan hubungan timbal

balik terhadap pihak yang secara profesional berhubungan dengan

perawat. Contoh: seorang perawat harus bisa menepati janjinya baik

kepada klien maupun rekan seprofesi.

d. Akuntabilitas ( Tanggung guggat)

Akuntabilitas dapat menjawab segala hal yang berubungan dengan

tindakan seseorang. Contoh: seorang perawat A diberikan tugas untuk

memberikan obat berbentuk cair kepada seorang pasien, obat tersebut

diberikan dengan cara di teteskan, tetapi ia memberikannya dengan cara

di suntikan sehingga pasien mengalami kelumpuhan maka perawat

tersebut harus berani bertanggungjawab dan menerima sangsi.

e. Hak (Right)

Berprilaku sesuai dengan perjanjian hukum, peraturan-peraturan

dan moralitas, berhubungan dengan hukum legal.(Webster’s, 1998).

Contoh : Klien berhak untuk mengetahui informasi tentang penyakit dan

segala sesuatu yang perlu diketahuinya

D. Hukum Dalam Praktik Keperawatan

1. Fungsi Hukum dalam Praktek Keperawatan

Menurut Kozier (2009) hukum mempunyai beberapa fungsi bagi

keperawatan :

a. Hukum memberikan kerangka untuk menentukan tindakan keperawatan

mana yang sesuai dengan hukum.

b. Membedakan tanggung jawab perawat dengan profesi yang lain.

c. Membantu menentukan batas-batas kewenangan tindakan keperawatan

mandiri.

10
d. Membantu dalam mempertahankan standar praktek keperawatan dengan

meletakkan posisi perawat memiliki akuntabilitas di bawah hukum.

2. Dasar Hukum

Dalam Undang Undang Nomer 38 Tahun 2014 Tentang Keperawatan

disebutkan bahwa tugas dan wewenang perawat adalah pemberi asuhan

keperawatan, penyuluh dan konselor bagi klien, pengelola pelayanan

keperawatan, peneliti keperawatan, pelaksana tugas berdasarkan pelimpahan

wewenang, dan atau pelaksana tugas dalam keadaan keterbatas tertentu.

Selanjutnya disebutkan perawat dalam menjalankan tugas sebagai pemberi

asuhan keperawatan dibidang upaya kesehatan perorangan, perawat

berwenang melakukan :

a. Melakukan pengkajian keperawatan secara holistik

b. Menetapkan diagnosisi keperawatan

c. Merencanakan tindakan keperawatan

d. Melaksanakan tindakan keperawatan

e. Mengevaluasi hasil tindakan keperawatan

f. Melakukan rujukan

g. Memberikan tindakan pada keadaan gawat darurat sesuai dengan

kompetensi

h. Memberikan konsultasi keperawatan dan berkolaborasi dengan dokter

i. Melakukan penyuluhan kesehatan dan konseling dan

j. Melakukan penatalaksaan pemberian obat kepada klien sesuai dengan

resep tenaga medis atau obat bebas dan obat bebas terbatas.

Perawat dalam menjalankan tugasnya dalam menerima wewenang

sebagaimana yang dimaksud dalam UU Keperawatan hanya dapat diberikan

secara tertulis oleh tenaga medis kepada perawat untuk melakukan sesuatu

tindakan medis dan melakukan evaluasi pelaksanaannya. Wewenang yang

11
diberikan terbagi menjadi dua yakni tugas yang diberikan secara delegasi dan

atau yang diberikan secara mandat. Dalam UU No. 38 tahun 2014 secara jelas

dijelaskan yang mana tindakan keperawatan delegasi dan tindakan

keperawatan mandat.

a. Pasal 32 ayat (3) Pelimpahan wewenang secara delegatif untuk melakukan

sesuatu tindakan medis diberikan oleh tenaga medis (dokter) kepada

perawat dengan disertai pelimpahan tanggung jawab. Tindakan hanya

dapat diberikan pada perawat profesi/vokasi terlatih sesuai kompetensi

yang dibutuhkan. Ini berarti tanggung jawab ada pada perawat yang

melakukan tindakan medis. Dalam penjelasan UU No. 38 tahun 2014

pasal 32 ayat (4) dijelaskan bahwa tindakan medis yang dapat dilimpahkan

secara delegatif, antara lain menyuntik, memasang infus, dan memberikan

imunisasi dasar sesuai dengan program pemerintah.

b. Pasal 32 ayat (5) pelimpahan wewenang secara mandat diberikan oleh

tenaga medis (dokter) kepada perawat untuk melakukan sesuatu tindakan

medis dibawah pengawasan. Tanggung jawab berada pada pemberi

mandat. Tindakan medis yang dapat dilimpahkan secara mandat, antara

lain adalah pemberian terapi parenteral dan penjahitan luka.

E. Proses Legalisasi Dalam Keperawatan

1. Pengertian

Aspek Legal Keperawatan adalah Aspek aturan Keperawatan dalam

memberikan asuhan keperawatan sesuai lingkup wewenang dan tanggung

jawabnya pada berbagai tatanan pelayanan, termasuk hak dan

kewajibannya.Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang

merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan, didasarkan pada ilmu

dan kiat keperawatan ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok, dan

12
masyarakat baik sehat maupun sakit yang mencakup seluruh proses

kehidupan manusia.

2. Prinsip dasar legislasi praktik keperawatan

a. Harus jelas membedakan tiap katagori tenaga keperawatan.

b. Badan yang mengurus legislasi bertanggung jawab aatas system

keperawatan.

c. Pemberian lisensi berdasarkan keberhasilan pendidikan dan ujian sesuai

ketetapan

d. Memperinci kegiatan yang boleh dan tidak boleh dilakukan perawat

3. Tujuan Legislasi Keperawatan

a. Mempertahankan dan meningkatkan mutu pelayanan keperawatan

b. Melidungi masyarakat atas tindakan yang dilakukan

Menetapkan standar pelayanan keperawatan

c. Menapis IPTEK keperawatan

d. Menilai boleh tidakya praktik

e. Menilai kesalahan dan kelalaian

4. Proses penetapan dan pemeliharaan kompetensi dalam praktek keperawatan

Meliputi :

a. Pemberian lisensi

Pemberian lisensi adalah pemberian izin kepada seseorang yang

memenuhi persyaratan oleh badan pemerintah yang berwenag, sebelum ia

diperkenankan melakukan pekerjaan dan prakteknya yang telah ditetapkan

b. Registrasi

Registrasi merupakan pencantuman nama seseorang dan informasi lain

pada badan resmi baik milik pemerintah maupun non pemerintah. Perawat

yang telah terdaftar diizinkan memakai sebutan registered nurse. Untuk

dapat terdaftar, perawat harus telah menyelesaikan pendidikan

13
keperawatan dan lulus ujian dari badan pendaftaran dengan nilai yang

diterima. Izin praktik maupun registrasi harus diperbaharui setiap satu atau

dua tahun.

c. Sertifikasi

Sertifikasi merupakan proses pengabsahan bahwa seorang perawat telah

memenuhi standar minimal kompetensi praktik pada area spesialisasi

tertentu seperti kesehatan ibu dan anak, pediatric , kesehatan mental,

gerontology dan kesehatan sekolah. Sertifikasi telah diterapkan di

Amerika Serikat. Di Indonesia sertifikasi belum diatur, namun demikian

tidak menutup kemungkinan dimasa mendatang hal ini dilaksanakan.

d. Akreditasi

Akreditasi merupakan suatu proses pengukuran dan pemberian status

akreditasi kepada institusi, program atau pelayanan yang dilakukan oleh

organisasi atau badan pemerintah tertentu. Hal-hal yang diukur meliputi

struktur, proses dan kriteria hasil. Pendidikan keperawatan pada waktu

tertentu dilakukan penilaian/pengukuran untuk pendidikan D III

keperawatan dan sekolah perawat kesehatan dikoordinator oleh Pusat

Diknakes sedangkan untuk jenjang S 1 oleh Dikti. Pengukuran rumah

sakit dilakukan dengan suatu sistem akrteditasi rumah sakit yang sampai

saat ini terus dikembangkan

14
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Aspek Legal Etik Keperawatan adalah Aspek aturan Keperawatan dalam

memberikan asuhan keperawatan sesuai lingkup wewenang dan tanggung

jawabnya pada berbagai tatanan pelayanan, termasuk hak dan kewajibannya yang

diatur dalam undang-undang keperawatan.

Praktik keperawatan yang aman memerlukan pemahaman tentang batasan

legal yang ada dalam praktik perawat. Sama dengan semua aspek keperawatan,

pemahaman tentang implikasi hukum dapat mendukung pemikiran kristis

perawat. Perawat perlu memahami hukum untuk melindungi hak kliennya dan

dirinya sendiri dari masalah. Perawat tidak perlu takut hukum, tetapi lebih

melihat hukum sebagai dasar pemahaman terhadap apa yang masyarakat

harapkan dari penyelenggara pelayanan keperawatan yang profesional.

B. Saran

1. Perlunya kehatian-hatian seseorang tentunya keperawatan dalam melakukan

suatu tindakan agar tidak terjadi sesuatu yang dapat menyababkan kejadian

yang fatal akibatnya.

2. Adanya berbagai pendekatan yang bersifat persuasif, konsultatif dan

partisipatif semua pihak (Stake Holder) yang terkait dalam penyelenggaran

Praktik Keperawatan berorientasi kepada pelayanan yang bermutu.

3. Perlu adanya peraturan perundang-undangan dibidang keperawatan yang

diselenggarakan oleh tenaga keperawatan dapat mengayomi dan bersikap

mendidik sekaligus bersifat menghukum yang mudah dipahami dan

dilaksanakan, karena penyelenggaraan praktik keperawatan menyangkut

15
berbagai pihak sehingga yang terkait hendaknya bersifat proaktif dalam

melaksanakan peraturan perundang-undangan tersebut

4. Setelah mengatahui perkembangan UU yang mengatur tentang praktek keper

awatan, sebagai calon perawat atau mahasiswa keperawatan harus

meningkatkan mutu belajar agar memiliki kemampuan berpikir rasional

dalam menyalankan tugas sebagai perawat profesional.

16
DAFTAR PUSTAKA

Kusnanto (2004). Pengantar Profesi & Praktik Keperawatan


Profesional.Jakarta:EGC

Robert Prihardjo, (2006).Praktik Keperawatan Profesional : Konsep Dasar Dan


Hukum, EGC , Jakarta.

Hidayat, A. Aziz Alimul, (2008), Pengantar Konsep Dasar Keperawatan, Jakarta:


Salemba Medika.

Kathleen koenig Blass. (2006). Praktik Keperawatan Profesional: Konsep


dan Perspektif Edisi 4.Jakarta : EGC

Mimin, Suhaemin. (2003). Etika dalam Praktik Keperawatan. Jakarta: EGC.

NANDA (2005). Nursing Diagnosis: Definitions and classification,


USA:Philadelphia

Potter, Perry. (2012). Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta: EGC/

Praptiningsih S. (2006). Hukum Perawat. Jakarta: Raja Grafindo Persada;.

Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). (2014). Etika Perawat Indonesia.


Jakarta: PPNI

17

S-ar putea să vă placă și