Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
b. Surgical/dissecting scissors adalah gunting dengan ujung yang lancip dan dipakai
untuk memotong jaringan tubuh (Gambar 2).
d. Knifeholders adalah alat yang berbentuk batang pipih yang berfungsi memegang pisau
bedah (knife) yang tersedia dalam beberapa ukuran dan berfungsi untuk membuat
irisan atau memotong jaringan di tepi luka.
e. Needleholders adalah instrumen untuk memegang jarum yang dipakai untuk menjahit
(Gambar 5)
Gambar 5. Needleholders
f. Needle (jarum) yang terdiri atas bagian ujung belakang (untuk mengaitkan benang)
bagian tubuh sebagai tempat pemegang jarum dan ujung depan jarum (Gambar 6). Ada
dua bentuk ujung jarum yaitu berbentuk segitiga (cutting) untuk menjahit kulit dan
berbentuk bulat (round) untuk menjahit jaringan lunak di bawah kulit (Gambar 6.a. dan
6.b).
Jenis-jenis jarum :
- Berdasarkan lengkung jarum :
Dilihat dari bentuk lengkung lingkaran, misalnya : jarum 2/8, artinya
lengkungnya adalah sama dengan lengkung ¼ lingkaran, ataupun jarum 3/8, 4/8,
5/8 dan seterusnya maksimal jarum 5/8.
- Berdasar panjang jarum :
Panjang jarum diukur dari ujung ke ujungnya, yaitu dalam ukuran milimeter,
misalnya : jarum 12 artinya 12 mm, jarum 6 artinya 6 mm.
- Berdasarkan bentuk ujung atau penampang badan jarum :
1. Jarum bulat : penampangnya bulat berujung tajam dan bulat.
2. Jarum tajam: penampangnya segitiga dan ujungnya pun tajam segitiga.
3. Jarum bulat tajam : penampangnya bulat dan ujungnya tajam.
g. Cotton-swab forceps adalah alat untuk memegang kasa yang telah dibasahi dengan
cairan disinfektan untuk melakukan disinfeksi luka/daerah operasi (Gambar 7).
Gambar 7. Cotton-swab forceps
h. Towel forceps adalah instrumen untuk menjepit duk steril / kain penutup daerah
operasi (Gambar 8).
Bahan
a. Benang
Benang jahit bedah telah dibuat dari berbagai macam bahan berbeda yang dapat dibagi
menjadi 2 kelompok yaitu bahan benang yang dapat diserap dan yang tidak dapat diserap.
Benang yang tidak dapat diserap pada umumnya dipakai untuk penjahitan kulit dan
pembuluh darah. Sementara benang yang dapat diserap digunakan untuk menjahit jaringan
lain dibawah kulit dan organ interna.
Bahan benang yang dapat diserap, dibagi menjadi 2 yaitu:
1. Alami (natural)
Cat gut merupakan bahan benang jahit bedah yang dapat diserap, cat gut dapat
dibagi menjadi 2 yaitu :
Plain cut gut : dibuat dari bahan kolagen sapi dan domba. Benang ini hanya memiliki
daya pengikat selama 7-10 hari dan akan diabsorbsi secara sempurna oleh tubuh
melalui enzim proteolitik jaringan dalam waktu 70 hari.
Chromic cut gut : dibuat dari bahan yang sama dengan plain cut gut, namun dilapisi
dengan larutan garam chromium untuk memperpanjang waktu diabsorbsinya sampai
90 hari.
2. Buatan (synthetic)
Benang yang dibuat dari bahan sintetis, seperti Polyglactin (merk dagang Vicryl dan
Satil), Polyglecapran (merk dagang monocryl atau mono syn) dan Polydioxanone (merk
dagang PDS II). Benang jenis ini memiliki daya pengikat lebih lama yaitu 2-3 minggu dan
diserap lengkap dalam waktu 90-120 hari.
Bahan benang yang tidak dapat diserap, juga dibagi menjadi 2 yaitu:
1. Alami (natural)
Sutera (silk) merupakan bahan benang tidak terserap pertama kali dikenal dan
sampai sekarang masih digunakan. Bahan dibuat dari protein organik bernama fibroin,
yang terkandung di dalam serabut-serabut sutera hasil produksi ulat sutera. Dalam hal
kekuatan regangan dan kemampuan mengikatnya jauh dibawah benang sintetik yang
baru.
2. Buatan (synthetic)
Poliester multifilen (Dacron) ialah benang yang tidak terserap yang dibuat diluar
kawat baja tahan karat. Dia mempunyai daya taut yang baik bila dibikin simpul,
tetapi kebutuhan benang kepang juga ada padanya dan tidak selemas sutera. Benang
semacam ini tidak ketat bila dibaut simpul.
Plastik monofilamen (nilon) tidak bereaksi terhadap tubuh dan mudah ditarik melalui
jaringan. Daya regangannya sedang saja dan daya ikat simpulnya rendah. Bahan ini
kaku dan sukar digerakkan.
Kawat baja tahan karat adalah paling kuat sangat tidak reaktif dan daya taut
simpulnya baik. Sangat sukar menggunakan bahan ini dan sering menyebabkan
perlukaan pada tangan yang menjahit. Simpul kawat subkutan sering menyebabkan
rasa tidak enak pada pasien. Benang kawat yang diputir saja dan tidak disimpul akan
kehilangan daya ikatnya.
Kesimpulan penting dari beberapa jenis benang adalah tidak ada satu benang pun yang
cocok untuk semua keadaan. Yang baik dilakukan oleh tenaga medis yang akan menjahit
ialah membuat pilihan yang tepat.
Teknik Heacting
Persiapan alat Heacting
1. Sterilisasi dan cara sterilisasi
Sterilisasi adalah suatu tindakan untuk membuat suatu alat atau bahan menjadi dalam
keadaan steril.
a. Secara kimia : yaitu dengan bahan yang bersifat bakterisid (membunuh bakteri) seperti
formalin, savion dan alkohol.
b. Secara fisik, yaitu dengan :
1. Panas kering:
Selama 20 menit pada 2000
Selama 30 menit pada 1800
Selama 90 menit pada 1600
2. Uap bertekanan (autoclave) : selama 15 menit pada 1200 dan tekanan 2 atam.
3. Panas basah yaitu di dalam air mendidih selama 30 menit. Cara ini hanya dianjurkan
jika cara yang lain tidak tersedia.
2. Mempersiapkan benang jahit
Benang jahit biasanya disediakan oleh perawat bagian instrumen. Setiap unit (tabung
atau sampul) dipindahkan dari cairan yang steril ke tempat yang steril dengan memakai
pinset yang steril. Jika benang berada di dalam tabung kaca, maka sekitar tabung tersebut
dibungkus dengan kain pembalut dari kasa untuk melindungi tangan waktu tabung tersebut
dipecahkan. Jika benang berada di dalam sampul plastik, maka ujung sampul dipotong
dengan gunting setelah terlebih dahulu benang yang ada didalamnya didorong ke arah yang
berlawanan dengan ujung sampul tersebut, agar benang di dalamnya tidak terpotong.
Bila benang catgut dipindahkan dari tempatnya, maka ia ditiraskan dan diregangkan
untuk mengatasi kekusutan. Benang ini dipotong sesuai dengan panjang yang diinginkan
dan dilindungi dengan handuk steril, dimana hanya ujungnya saja yang menonjol keluar. Bila
diperlukan, setiap helai benang dapat diambil dengan mudah menggunakan instrumen, dan
tidak dalam keadaan kusut. Benang catgut yang utuh dipotong menjadi empat bagian,
setiap bagian untuk satu ikatan. Setiap seperempat bagian itu ditarik kira-kira 4 inci
melewati mata jarum dan digunakan untuk jahitan terputus. Untuk jahitan yang kontinu
biasanya digunakan separuh dari panjang benang yang ditarik sekitar 4 inci melewati mata
jarum tersebut.
Untuk mengikat pembuluh darah yang telah diklem, dokter bedah menggunakan
seluruh benang yang ada dalam tabung. Karena tabung ini dapat digenggam oleh tangan
dokter ketika menempatkan ikatan di sekitar hemostat, maka dengan cara ini dapat
menghemat banyak gerakan yang diperlukan. Dewasa ini, seluruh benang yang utuh
disediakan dalam bentuk gulungan atau kumparan. Benang yang tidak terserap telah
dipotong sesuai dengan panjang yang diinginkan sebelum dimasukkan ke dalam kemasan ;
benang yang belum dipotong hanya diletakkan di bawah handuk. Benang yang panjang
untuk ikatan kontinu telah digulung sebelum dikemas.
3. Memasang benang pada jarum
Kira-kira sepanjang 4 inci benang dipasang melalui mata jarum. Jarum yang bentuknya
lurus tidak perlu pemegang jarum. Untuk memasang pemegang jarum pada jarum yang
melengkung, maka jarum dipegang pada tangan kiri, dimana permukaannya yang cekung
atau bagian dalamnya menghadap ke atas dan ujung jarum berada di sebelah kiri. Dengan
tangan kanan, pemegang jarum dipasang pada kurang lebih seperempat dari jarak antara
mata jarum ke ujung jarum. Benang dimasukkan dari lengkungan bagian dalam sehingga
ujung benang yang pendek menonjol pada lengkung bagian luar guna mencegah
tercabutnya benang tersebut dengan mudah. Tangan kiri memegang kedua ujung benang
dan meletakkannya pada mulut pemegang jarum di bagian distal dari jarum. Dengan
demikian mencegah tercabutnya benang.
Cara memegang alat
Instrumen tertentu seperti pemegang jarum, gunting dan pemegang kasa dipegang
seperti pada Gambar 10.a. : yaitu ibu jari dan jari keempat sebagai pemegang utama,
sementara jari kedua dan ketiga dipakai untuk memperkuat pegangan tangan. Untuk
membuat simpul benang setelah jarum ditembuskan pada jaringan, benang diingkarkan
pada ujung pemegang jarum seperti terlihat pada gambar 10.b.
Jahitan Pengunci
Jahitan hemostatik kontinu adalah jahitan pengunci yang biasanya berupa jahitan
berulang yang digunakan pada seluruh lapisan usus, dimana ikal dibuat di atas ujung jarum
sehingga ketika jarum keluar, ia melewati ikal dan bila ditarik akan terbentuk jahitan
pengunci. Sebagian besar perdarahan dapat dikendalikan dengan jahitan ini. Beberapa ahli
bedah mengunci jahitan berulang pada kulit.
Jahitan Lembert
Jahitan ini termasuk salah satu jahitan yang sering digunakan pada operasi gastro-
intestinal. Jahitan Lembert dapat digunakan sebagai jahitan terputus-putus atau kontinu.
Jarum dimasukkan pada jarak 2,5 mm dari tepi luka insisi dan langsung ke bawah
melalui dinding usus untuk menembus lapisan serosa dan muskularis tetapi tidak sampai ke
lapisan submukosa. Kemudian arahnya diubah dan jarum dikeluarkan dari tepi luka. Jarum
dimasukkan kembali dekat tepi insisi untuk mempertautkan usus, melalui lapisan serosa dan
muskularis, lalu keluar dari dinding usus tanpa menembus lumen viskus. Kemudian jahitan
diikat cukup rapat untuk mempertautkan lapisan serosa, tetapi jangan terlalu kencang
karena dapat menjepit dinding usus. Antara jahitan yang satu dengan yang lain diberi jarak 3
sampai 5 mm.
Jahitan Cushing
Ini merupakan jahitan kontinu terbalik yang digunakan untuk menutup lapisan luar
dari anastomosis gastrointestinal. Jarum di masukkan pada jarak kurang lebih 2,5 mm dari
tepi luka pada usus. Jahitan menembus lapisan serosa dan muskularis lalu dikeluarkan lagi.
Jahitan serupa dibuat pada sisi usus yang lain dan dimulai tepat berlawanan dengan tempat
dimana jahitan keluar pada sisi pertama sehingga jahitan melintasi daerah luka pada sudut
kanan.
Jahitan Conell
Ini adalah jahitan kontinu berbentuk hutuf U yang menembus semua lapisan usus.
Jahitan dimulai pada jarak kurang lebih 4 mm dari tepi luka dan paralel dengan luka. Jahitan
Connell diletakkan dengan cara yang sama dengan jahitan cushing, hanya saja jahitan ini
menembus seluruh lapisan usus.
Setelah dibuat jahitan pertama, jahitan ini diikat dengan simpul pada bagian dalam
atau luar usus, tergantung pada letak jahitannya. Jika simpul berada di dalam usus, jahitan
ini dibawa ke luar melalui dinding usus. Kemudian dibuat jahitan pada setiap sisi usus
sejajardg luka, pada jarak 4 mm dari tepi luka. Benang menembus semua lapisan usus,
masuk kedalam lumen pada jarak kira-kira 3 mm, lalu dikembalikan ke sisi yang sama. Cara
ini diulangi lagi pada tepi luka yang lain. Jahitan diikat pada ujungnya. Jahitan menyilang
daerah luka hanya dari bagian luar dinding gut menembus bagian luar dinding lainnya yang
berhadapan dengannya.
Gambar 22. Jahitan Conell
Jahitan Connell digunakan untuk menutup lapisan pertama pada anastomosis
gastrointestinal. Karena jahitan ini menembus seluruh lapisan dinding usus, maka bersifat
hemostatik. Jahitan Connell selalu dikerjakan dengan benang cutgut dan lapisan luarnya
diperkuat dengan jahitan terbalik kedalam.
Jahitan Retensi
Jahitan retensi berulang dibuat dan diikat dengan cara yang sama seperti jahitan
berulang lainnya. Akan tetapi jahitan ini dapat meliputi lebih banyak jaringan termasuk juga
seluruh bagian dari dinding perut.
Yang jelas, benang harus terbuat dari bahan yang kuat. Beberapa ahli bedah
menggunakan jalinan benang sutera, tetapi yang lainnya menegaskan benang sutera dapat
bertindak sebagai perantara timbulnya infeksi. Kawat yang dibuatdari baja anti karat
(stainless steel), #28 merupakan bahan yang jauh lebih baik untuk membuat jahitan Retensi.
Reaksi jaringan yang ditimbulkannya minimal dan dapat dibiarkan untuk waktu yang lebih
lama tanpa perlu merasa kuatir. Jalinan kawat bahkan labih kuat dan lebih mudah untuk
ditangani karena lebih liat (pliant).
Sangat disayangkan bahwa masih ada kebiasaan meletakkan karet kecil untuk
menutupi daerah jahitan kendali, dengan maksud untuk mencegah tekanan. Seringkali karet
ini dapat menyebabkan nekrosis. Cara yang baik untuk mencegah nekrosis adalah dengan
menghindari tekanan yang berlebihan pada daerah jahitan. Kasa dibawah jahitan juga dapat
membantu.
Kurangnya jumlah jahitan retensi, tidak membantu pasien dan dokter bedah juga akan
merasa tidak tenang. Jahitan retensi yang terlalu jarang tidak berguna; sebaiknya jarak
antara jahitan yang satu dengan yang lain adalah kurang lebih ½ inci. Jahitan retensi
biasanya sering digunakan untuk memperkuat luka didaerah perut yang telah dijahit lapis
demi lapis. Akan tetapi jumlah jahitan retensi yang cukup dan dibuat dengan baik, dapat
memberikan penutupan yang memuaskan tanpa memerlukan jahitan pada lapisan
bawahnya. Sebenarnya, jahitan ini hanya digunakan untuk menutup luka yang terbuka
dimana anda tidak dapat mengenali lagi setiap lapisannya. Jumlah jahitan retensi yang sama
diperlukan untuk memperkuat penutupan atau bila jahitan ini merupakan satu-satunya cara
yaitu menutup luka.
Penyebab kegagalan yang tersering pada jahitan retensi adalah jumlah jahitannya
yang tidak adekuat. Saya sering kali melihat penyembuhan yang terhambat pada luka yang
ditutup dengan jahitan lapis demi lapis, kemudian disertai dengan jahitan retensi dari pada
luka yang dijahit hanya dengan salah satu cara tersebut diatas. Hal ini dapat saja terjadi
karena jahitan retensi yang dibuat dengan tidak baik, mendukung penutupan lapisan yang
tidak ade kuat, jadi kombinasi dari dua penutupan yang tidak adekuat, tidak sebaik satu
penutupan yang dilakukan dengan benar.
Jahitan Jauh-Dekat-Dekat-Jauh
Ini adalah jenis lain dari jahitan retensi. Semua keterangan mengenai jahitan retensi
yang telah dijelaskan diatas berlaku juga untuk disini. Jahitan ini mempunyai keunggulan
yaitu dapat mempertautkan tepi luka lebih baik. Pada setiap jahitan diletakkan kasa
dibawahnya untuk mencegah terlukanya kulit dan tidak memerlukan pembalutan lainnya.
Gambar 34. Pindah jempol kiri ke bagian dalam Gambar 35. Bentuk sengkelit di atas jempol
untai tak bekerja dengan memakai untai kerja di tangan kanan
Gambar 42. Tekuk telunjuk tangan kanan Gambar 43. Sapu untai kerja melalui sengkelit
untuk menangkap untai tak kerja dengan jari telunjuk
Gambar 45. Ambil untai kerja di atas jari tangan
Gambar 44. Tangkap untai kerja dengan
kanan dari sisi ulnaris dengan dipegang jempol
tangan kanan dan kencangkan dengan telunjuk
dan telunjuk
kanan
Gambar 48. Sapu untai kerja melalui sengkelit Gambar 49. Kencangkan pintal dengan telunjuk
dengan menggunakan jari tengah kanan kiri
Gambar 50. Pegang pemegang jarum sejajar
dengan insisi atau pembuluh darah yang akan Gambar 51. Bentuk sengkelit di sekeliling
diikat. Angkat ujung untai tak kerja ke atas instrume. Bikin sengkelit ganda bila mau dibikin
instrumen. Sisakan untai kerja pendek-pendek simpul gesekan
Gambar 52. Tangkap ujung untai kerja Gambar 53. Balik untai tak kerja dan bawa untai
kerja ke arah anda
Mengangkat Jahitan
Lamanya jahitan dibiarkan pada tepatnya dapat bervariasi. Pilihan setiap dokter bedah
ikut berperan dalam mengambil keputusan dan jahitan jangan diangkat tanpa persetujuan
dokter bedah. Kebiasaan umum yang berkenaan dengan waktu adalah sebagai berikut :
Jahitan pda kulit wajah dan leher 2 sampai 5 hari
Jahitan pada kulit lainnya 5 sampai 8 hari
Jahitan retensi 10 sampai 14 hari
(Retenton suture)
Perbedaan waktu ini dihubungkan dengan kecepatan penyembuhan luka pada masing-
masing tempat, serta tujuan awal dari dilakukannya jahitan tersebut. proses penyembuhan
luka lebih lambat pada orang lanjut usia dan individu yang kurang gizi, dengan gangguan
aliran darah. Biasanya daerah kulit kepala dan leher, yang mempunyai aliran darah yang
sangat baik, sembuh paling cepat. Tanpa menghiraukan waktu pengangkatan, jahitan tetap
dibiarkan pada tempatnya jika luka belum sembuh benar. Satu-satunya perkecualian
terhadap kebiasaan ini adalah jika ada infeksi di sekitar jahitan.