Sunteți pe pagina 1din 24

HEACTING

Definisi Teknik Penjahitan Luka


Penjahitan luka adalah suatu tindakan operasi untuk saling mendekatkan tepi-tepi
suatu luka secara mekanis (dengan bahan yang secara umum disebut benang) sampai luka
tersebut sembuh dan cukup kuat untuk menahan beban fisiologis (tarikan, tekanan,
peregangan) tanpa support mekanis apapun (Dr.Suharto,dr.,DTM&H , dkk )

Alat dan Bahan Penjahitan Luka


Alat
a. Forceps (pinset) yang terdiri atas dua bentuk yaitu anatomic forceps (Gambar 1.a.) yang
tidak memiliki gigi pada ujungnya dan surgical forceps (Gambar 1.b.) yang mempunyai
gigi pada bagian ujungnya.
Anatomic forceps digunakan untuk memegang struktur jaringan lunak dibawah kulit,
seperti tendo, otot, fascia, saraf dan pembuluh darah.
Surgical forceps dipakai untuk memegang jaringan kulit dan subkutan.

Gambar 1.a. Anatomic Forceps. 1.b. Surgical forceps.

b. Surgical/dissecting scissors adalah gunting dengan ujung yang lancip dan dipakai
untuk memotong jaringan tubuh (Gambar 2).

Gambar 2. Surgical/dissecting scissors


c. Suture scissors adalah gunting dengan ujung tumpul dan digunakan untuk memotong
benang (Gambar 3).

Gambar 3. Suture scissors.

d. Knifeholders adalah alat yang berbentuk batang pipih yang berfungsi memegang pisau
bedah (knife) yang tersedia dalam beberapa ukuran dan berfungsi untuk membuat
irisan atau memotong jaringan di tepi luka.

Gambar 4. Knifeholders dan knife (dalam berbagai ukuran)

e. Needleholders adalah instrumen untuk memegang jarum yang dipakai untuk menjahit
(Gambar 5)

Gambar 5. Needleholders
f. Needle (jarum) yang terdiri atas bagian ujung belakang (untuk mengaitkan benang)
bagian tubuh sebagai tempat pemegang jarum dan ujung depan jarum (Gambar 6). Ada
dua bentuk ujung jarum yaitu berbentuk segitiga (cutting) untuk menjahit kulit dan
berbentuk bulat (round) untuk menjahit jaringan lunak di bawah kulit (Gambar 6.a. dan
6.b).

Gambar 6. Anatomi jarum 6.a. Jarum cutting 6.b. Jarum round

Jenis-jenis jarum :
- Berdasarkan lengkung jarum :
Dilihat dari bentuk lengkung lingkaran, misalnya : jarum 2/8, artinya
lengkungnya adalah sama dengan lengkung ¼ lingkaran, ataupun jarum 3/8, 4/8,
5/8 dan seterusnya maksimal jarum 5/8.
- Berdasar panjang jarum :
Panjang jarum diukur dari ujung ke ujungnya, yaitu dalam ukuran milimeter,
misalnya : jarum 12 artinya 12 mm, jarum 6 artinya 6 mm.
- Berdasarkan bentuk ujung atau penampang badan jarum :
1. Jarum bulat : penampangnya bulat berujung tajam dan bulat.
2. Jarum tajam: penampangnya segitiga dan ujungnya pun tajam segitiga.
3. Jarum bulat tajam : penampangnya bulat dan ujungnya tajam.

g. Cotton-swab forceps adalah alat untuk memegang kasa yang telah dibasahi dengan
cairan disinfektan untuk melakukan disinfeksi luka/daerah operasi (Gambar 7).
Gambar 7. Cotton-swab forceps

h. Towel forceps adalah instrumen untuk menjepit duk steril / kain penutup daerah
operasi (Gambar 8).

Gambar 8. Towel forceps

i. Hemostatic forceps adalah instrumen yang mirip dengan needleholders, tetapi


berfungsi untuk menjepit ujung pembuluh darah sebelum dilakukan ligasi (pengikatan)
pembuluh darah tersebut (Gambar 9).

Gambar 9. Hemostatic forceps


j. Duk steril adalah kain steril yang digunakan untuk mempersempit daerah operasi
dengan cara menutup bagian tubuh lain yang tidak steril sehingga tindakan operasi
dapat dilakukan di daerah yang steril.
k. Alat suntik untuk menyuntikkan obat anestesi lokal.

Bahan
a. Benang
Benang jahit bedah telah dibuat dari berbagai macam bahan berbeda yang dapat dibagi
menjadi 2 kelompok yaitu bahan benang yang dapat diserap dan yang tidak dapat diserap.
Benang yang tidak dapat diserap pada umumnya dipakai untuk penjahitan kulit dan
pembuluh darah. Sementara benang yang dapat diserap digunakan untuk menjahit jaringan
lain dibawah kulit dan organ interna.
 Bahan benang yang dapat diserap, dibagi menjadi 2 yaitu:
1. Alami (natural)
Cat gut merupakan bahan benang jahit bedah yang dapat diserap, cat gut dapat
dibagi menjadi 2 yaitu :
 Plain cut gut : dibuat dari bahan kolagen sapi dan domba. Benang ini hanya memiliki
daya pengikat selama 7-10 hari dan akan diabsorbsi secara sempurna oleh tubuh
melalui enzim proteolitik jaringan dalam waktu 70 hari.
 Chromic cut gut : dibuat dari bahan yang sama dengan plain cut gut, namun dilapisi
dengan larutan garam chromium untuk memperpanjang waktu diabsorbsinya sampai
90 hari.
2. Buatan (synthetic)
Benang yang dibuat dari bahan sintetis, seperti Polyglactin (merk dagang Vicryl dan
Satil), Polyglecapran (merk dagang monocryl atau mono syn) dan Polydioxanone (merk
dagang PDS II). Benang jenis ini memiliki daya pengikat lebih lama yaitu 2-3 minggu dan
diserap lengkap dalam waktu 90-120 hari.
 Bahan benang yang tidak dapat diserap, juga dibagi menjadi 2 yaitu:
1. Alami (natural)
Sutera (silk) merupakan bahan benang tidak terserap pertama kali dikenal dan
sampai sekarang masih digunakan. Bahan dibuat dari protein organik bernama fibroin,
yang terkandung di dalam serabut-serabut sutera hasil produksi ulat sutera. Dalam hal
kekuatan regangan dan kemampuan mengikatnya jauh dibawah benang sintetik yang
baru.
2. Buatan (synthetic)
 Poliester multifilen (Dacron) ialah benang yang tidak terserap yang dibuat diluar
kawat baja tahan karat. Dia mempunyai daya taut yang baik bila dibikin simpul,
tetapi kebutuhan benang kepang juga ada padanya dan tidak selemas sutera. Benang
semacam ini tidak ketat bila dibaut simpul.
 Plastik monofilamen (nilon) tidak bereaksi terhadap tubuh dan mudah ditarik melalui
jaringan. Daya regangannya sedang saja dan daya ikat simpulnya rendah. Bahan ini
kaku dan sukar digerakkan.
 Kawat baja tahan karat adalah paling kuat sangat tidak reaktif dan daya taut
simpulnya baik. Sangat sukar menggunakan bahan ini dan sering menyebabkan
perlukaan pada tangan yang menjahit. Simpul kawat subkutan sering menyebabkan
rasa tidak enak pada pasien. Benang kawat yang diputir saja dan tidak disimpul akan
kehilangan daya ikatnya.
Kesimpulan penting dari beberapa jenis benang adalah tidak ada satu benang pun yang
cocok untuk semua keadaan. Yang baik dilakukan oleh tenaga medis yang akan menjahit
ialah membuat pilihan yang tepat.

b. Cairan desinfektan : pavidon – iodine 10%


c. Cairan NaCl 0,9% dan perhidrd 5% untuk mencuci luka
d. Anestesi lokal : lidokain 2%
e. Sarung tangan
f. Kasa steril

Teknik Heacting
Persiapan alat Heacting
1. Sterilisasi dan cara sterilisasi
Sterilisasi adalah suatu tindakan untuk membuat suatu alat atau bahan menjadi dalam
keadaan steril.
a. Secara kimia : yaitu dengan bahan yang bersifat bakterisid (membunuh bakteri) seperti
formalin, savion dan alkohol.
b. Secara fisik, yaitu dengan :
1. Panas kering:
 Selama 20 menit pada 2000
 Selama 30 menit pada 1800
 Selama 90 menit pada 1600
2. Uap bertekanan (autoclave) : selama 15 menit pada 1200 dan tekanan 2 atam.
3. Panas basah yaitu di dalam air mendidih selama 30 menit. Cara ini hanya dianjurkan
jika cara yang lain tidak tersedia.
2. Mempersiapkan benang jahit
Benang jahit biasanya disediakan oleh perawat bagian instrumen. Setiap unit (tabung
atau sampul) dipindahkan dari cairan yang steril ke tempat yang steril dengan memakai
pinset yang steril. Jika benang berada di dalam tabung kaca, maka sekitar tabung tersebut
dibungkus dengan kain pembalut dari kasa untuk melindungi tangan waktu tabung tersebut
dipecahkan. Jika benang berada di dalam sampul plastik, maka ujung sampul dipotong
dengan gunting setelah terlebih dahulu benang yang ada didalamnya didorong ke arah yang
berlawanan dengan ujung sampul tersebut, agar benang di dalamnya tidak terpotong.
Bila benang catgut dipindahkan dari tempatnya, maka ia ditiraskan dan diregangkan
untuk mengatasi kekusutan. Benang ini dipotong sesuai dengan panjang yang diinginkan
dan dilindungi dengan handuk steril, dimana hanya ujungnya saja yang menonjol keluar. Bila
diperlukan, setiap helai benang dapat diambil dengan mudah menggunakan instrumen, dan
tidak dalam keadaan kusut. Benang catgut yang utuh dipotong menjadi empat bagian,
setiap bagian untuk satu ikatan. Setiap seperempat bagian itu ditarik kira-kira 4 inci
melewati mata jarum dan digunakan untuk jahitan terputus. Untuk jahitan yang kontinu
biasanya digunakan separuh dari panjang benang yang ditarik sekitar 4 inci melewati mata
jarum tersebut.
Untuk mengikat pembuluh darah yang telah diklem, dokter bedah menggunakan
seluruh benang yang ada dalam tabung. Karena tabung ini dapat digenggam oleh tangan
dokter ketika menempatkan ikatan di sekitar hemostat, maka dengan cara ini dapat
menghemat banyak gerakan yang diperlukan. Dewasa ini, seluruh benang yang utuh
disediakan dalam bentuk gulungan atau kumparan. Benang yang tidak terserap telah
dipotong sesuai dengan panjang yang diinginkan sebelum dimasukkan ke dalam kemasan ;
benang yang belum dipotong hanya diletakkan di bawah handuk. Benang yang panjang
untuk ikatan kontinu telah digulung sebelum dikemas.
3. Memasang benang pada jarum
Kira-kira sepanjang 4 inci benang dipasang melalui mata jarum. Jarum yang bentuknya
lurus tidak perlu pemegang jarum. Untuk memasang pemegang jarum pada jarum yang
melengkung, maka jarum dipegang pada tangan kiri, dimana permukaannya yang cekung
atau bagian dalamnya menghadap ke atas dan ujung jarum berada di sebelah kiri. Dengan
tangan kanan, pemegang jarum dipasang pada kurang lebih seperempat dari jarak antara
mata jarum ke ujung jarum. Benang dimasukkan dari lengkungan bagian dalam sehingga
ujung benang yang pendek menonjol pada lengkung bagian luar guna mencegah
tercabutnya benang tersebut dengan mudah. Tangan kiri memegang kedua ujung benang
dan meletakkannya pada mulut pemegang jarum di bagian distal dari jarum. Dengan
demikian mencegah tercabutnya benang.
Cara memegang alat
Instrumen tertentu seperti pemegang jarum, gunting dan pemegang kasa dipegang
seperti pada Gambar 10.a. : yaitu ibu jari dan jari keempat sebagai pemegang utama,
sementara jari kedua dan ketiga dipakai untuk memperkuat pegangan tangan. Untuk
membuat simpul benang setelah jarum ditembuskan pada jaringan, benang diingkarkan
pada ujung pemegang jarum seperti terlihat pada gambar 10.b.

Gambar 10. Cara memegang


Needleholders
Gambar 10.b. cara membuat simpul dengan Needleholders
Pinset lazim dipegang dengan tangan kiri, di antara ibu jari serta jari kedua dan ketiga
(Gambar 11).

Gambar 11. Cara memegang forceps

Persiapan penjahitan luka (kulit)


a. Rambut disekitar luka dicukur bersih sampai batas sekitar 3 cm dari tepi luka.
b. Kulit dan luka didesinfeksi dengan cairan povidone iodene 10% dimulai dari bagian
tengah kemudian menjauh dari luka dengan gerakan melingkar.
c. Daerah operasi dipersempit dengan duk steril, sehingga bagian yang terbuka hanya
daerah kulit dan luka dimana penjahitan akan dilakukan, sementara bagian tubuh lain
yang tidak steril tertutup.
d. Dilakukan anestesi lokal dengan cara melakukan injeksi infiltrasi pada kulit disekitar
luka.
e. Luka dibersihkan dengan cairan perhidrol dan dibilas dengan cairan NaCl.
f. Jaringan kulit, subkutan dan fascia yang mati dibuang dengan cara mengiris dengan
pisau bedah atau memotong dengan gunting.
g. Luka dicuci ulang dengan cairan perhidrol dan dibilas dengan cairan NaCl.
h. Jaringan subkutan dijahit dengan benang yang dapat diserap, seperti plain cut gut atau
polyglactin dengan teknik jahitan simple interrupted suture.
i. Kulit dijahit dengan benang yang tidak dapat diserap, seperti benang dari bahan silk
atau nylon.

Cara Penatalaksanaan Heachting


Teknik Penjahitan Kulit
Penjahitan luka bedah dimaksudkan untuk mempertemukan dan mempertahankan
posisi kedua permukaan luka tanpa mengganggu peredaran darah setempat supaya luka
dapat sembuh per primam intentionem.
Ada beberapa macam cara penjahitan kulit. Cara apapun yang dilakukan, ada
beberapa prinsip yang perlu diperhatikan :
a. Cara memegang kulit pada tepi luka dengan surgical forceps harus dilakukan secara
halus untuk mencegah trauma lebih lanjut pada jaringan tersebut.
b. Ukuran jaringan kulit yang akan “diambil “ dari kedua tepi luka sebaiknya sama
besarnya.
c. Tempat tusukan jarum sebaiknya sekitar 1-3 cm dari tepi luka, tergantung jenis dan
lokasi luka yang dijahit. Khusus untuk daerah wajah dianjurkan dengan jarak 2-3 mm.
d. Jarak antara dua jahitan sebaiknya kurang lebih sama dengan jarak tusukan jarum dari
tepi luka.
e. Tepi kulit sebaiknya diusahakan dalam keadaan membuka ke luar (everted) setelah
dilakukan penjahitan.

Simple Interupted Suture


Teknik penjahitan ini dilakukan sebagai berikut (Gambar 12) :
a. Jarum ditusukkan pada kulit sisi pertama (No.1) dengan sudut sekitar 90 o masuk
kedalam jaringan subkutan, melewati bagian tengah luka, kemudian ditusukkan lebih
lanjut melalui jaringan subkutan dibawah kulit dan menembus kulit pada sisi lainnya
tersebut (No.2).
b. Perlu diingat bahwa ukuran (lebar dan kedalaman) jaringan kulit dan subkutan yang
dijahit pada kedua sisi luka harus diusahakan sama sehingga kedua tepi luka dapat
mendekat pada posisi yang tepat dalam posisi membuka ke arah luar (everted).
c. Dibuat simpul benang dengan pemegang jarum (Gambar 10.b) dan benang ikat.
d. Penjahitan dilakukan dari ujung luka ke arah ujung luka yang lain sehingga diperoleh
hasil seperti pada Gambar 13.
Indikasi : dapat pada semua luka
Kontra indikasi : tidak ada
Gambar 12. Simple interrupted suture Gambar 13. Hasil akhir

Vertical Mattress Suture


Teknik penjahitan ini dilakukan untuk mendapatkan eversi tepi luka untuk luka dimana
tepinya cenderung mengalami inversi, misalnya kulit yang tipis. Teknik ini dilakukan sebagai
berikut (Gambar 14) :
1. Jarum ditusukkan pada tepi jauh (No.1) kulit sisi luka pertama, melintasi luka dan kulit
pada sisi lainnya, kemudian ke luar pada kulit tepi jauh (No. 2) sisi yang kedua.
2. Jarum kemudian ditusukkan kembali pada tepi dekat (No.3) kulit sisi kedua secar tipis,
menyeberangi luka dan dikeluarkan kembali pada tepi dekat kulit sisi yang pertama
(No.4).
3. Dibuat simpul dan benang diikat.

Gambar 14. Vertical Mattress Suture


Subcuticular Continous Suture
Pada teknik penjahitan ini, benang ditempatkan tersembunyi di dalam jaringan dermis
sehingga yang terlihat hanya bagian kedua ujung benang yang terletak di dekat kedua ujung
luka dan dilakukan sebagai berikut (Gambar 15).
1. Tusukkan jarum pada kulit sekitar 1-2 cm dari ujung luka keluar didaerah dermis kulit
salah satu tepi luka.
2. Benang kemudian dilewatkan pada jaringan dermis kulit sisi yang lain secar bergantian
terus menerus sampai pada ujung luka yang lain, untuk kemudian dikeluarkan pada
kulit 1-2 cm dari ujung luka yang lain.
3. Dengan demikian maka benang berjalan menyusuri kulit pada kedua sisi secara paralel
di sepanjang luka tersebut.

Gambar 15. Subcuticular continous suture

Jahitan Pengunci
Jahitan hemostatik kontinu adalah jahitan pengunci yang biasanya berupa jahitan
berulang yang digunakan pada seluruh lapisan usus, dimana ikal dibuat di atas ujung jarum
sehingga ketika jarum keluar, ia melewati ikal dan bila ditarik akan terbentuk jahitan
pengunci. Sebagian besar perdarahan dapat dikendalikan dengan jahitan ini. Beberapa ahli
bedah mengunci jahitan berulang pada kulit.

Gambar 16. Jahitan Pengunci


Michel,s Clip
Klep Michel’s dapat merapatkan kulit yang terluka dengan baik. Tepi luka dipegang
dengan ujung pinset yang bergerigi dan klep dipasang dengan menggunakan sebuah
aplikator khusus. Klep ini hanya digunakan pada kulit, tidak pernah ditanam dalam jaringan.
Waktu mengangkat klep, salah satu ujung klep dipegang dengan pinset, kemudian aplikator
dimasukkan ke bawah penjepit dan ditutup. Jepitan akan terlepas dari kulit.

Gambar 17. Jahitan Michel,s Clip


Aplikator sebaiknya tidak dicabut sampai kait lepas dari kulit karena kait yang masih
ada pada kulit dapat menimbulkan rasa nyeri bila dicabut sebelum lepas benar. Sudut dari
ujung-ujung klip sedemikian dekat sehingga akan menyebabkan jalan keluar dari kulit
berada pada jalur yang benar tanpa menimbulkan rasa tidak enak.

Gambar 18. Jahitan Michel,s Clip

Jahitan terbalik kedalam (Inverting Suture)


Semua jahitan yang telah dijelaskan sampai sekarang ini digunakan untuk
mempertautkan jaringan. Pada keadaan tertentu di perlukan satu jahitan dimana tepi
jaringannya akan terlipat, misalnya pada anastomosis usus. Jika mukosa dipertautkan
dengan mukosa, permukaannya tidak akan tertutup, tetapi serosa akan mudah menutup
dengan serosa. Selanjutnya jika jahitan melewati seluruh lapisan dinding usus, maka dapat
timbul infeksi melalui lubang keluarnya jarum. Dengan alasan inilah, maka penutupan usus
hanya perlu melibatkan satu lapisan yang dapat mempertautkan lapisan serosa dengan
serosa tidak perlu menembus seluruh lapisan usus. Sebenarnya satu lapisan sudah cukup
untuk mempertautkan jaringan usus tetapi sebagian besar anastomosis usus dibuat dengan
dua lapisan ; lapisan dalam, melalui semua lapisan usus dan lapisan luar, hanya melalui
lapisan luar (serosa dan muskularis), mempertautkan serosa dengan serosa.
Dapat digunakan jahitan terputus-putus maupun kontinu. Jika digunakan jahitan
kontinu, sebaiknya dipakai cutgut yang langsung berhubungan dengan jarum. Bila dijahit
secara terputus-putus dapat digunakan cutgut, sutera (silk) atau katun. Karena lapisan
dalam menembus mukosa, biasanya digunakan cutgut.

Jahitan Lembert
Jahitan ini termasuk salah satu jahitan yang sering digunakan pada operasi gastro-
intestinal. Jahitan Lembert dapat digunakan sebagai jahitan terputus-putus atau kontinu.
Jarum dimasukkan pada jarak 2,5 mm dari tepi luka insisi dan langsung ke bawah
melalui dinding usus untuk menembus lapisan serosa dan muskularis tetapi tidak sampai ke
lapisan submukosa. Kemudian arahnya diubah dan jarum dikeluarkan dari tepi luka. Jarum
dimasukkan kembali dekat tepi insisi untuk mempertautkan usus, melalui lapisan serosa dan
muskularis, lalu keluar dari dinding usus tanpa menembus lumen viskus. Kemudian jahitan
diikat cukup rapat untuk mempertautkan lapisan serosa, tetapi jangan terlalu kencang
karena dapat menjepit dinding usus. Antara jahitan yang satu dengan yang lain diberi jarak 3
sampai 5 mm.

Gambar 19. Jahitan Lambert


Jahitan kontinu dimulai pada tempat yang sama dengan jahitan yang terputus-putus,
tetapi ada kalanya jahitan kontinu disusun miring. Jahitan kontinu membutuhkan waktu
yang lebih singkat dan hasilnya lebih rapat dibandingkan dengan jahitan yang terputus-
putus, tetapi kemungkinan timbulnya strangulasi lebih besar dari jahitan kontinu. Jahitan
Lembert biasanya digunakan untuk lapisan luar dari anastomosis gastrointestinal.

Gambar 20. Jahitan Lambert


Jahitan Halsted
Inilah jahitan terputus-putus yang merupakan modifikasi dari jahitan Lembert. Jahitan
Halsted terdiri dari jahitan matras horizontal dimana ujung ikal berada pada satu sisi luka
dan dua ujung ikal yang bebas pada sisi yang lainnya. Setiap jalur pada jahitan matras dibuat
dengan cara sama seperti jahitan Lembert-jahitan seromuskular terbalik diletakkan tegak
lurus terhadap tepi luka. Jahitan ini bermanfaat untuk mempertautkan jaringan yang rapuh.

Jahitan Cushing
Ini merupakan jahitan kontinu terbalik yang digunakan untuk menutup lapisan luar
dari anastomosis gastrointestinal. Jarum di masukkan pada jarak kurang lebih 2,5 mm dari
tepi luka pada usus. Jahitan menembus lapisan serosa dan muskularis lalu dikeluarkan lagi.
Jahitan serupa dibuat pada sisi usus yang lain dan dimulai tepat berlawanan dengan tempat
dimana jahitan keluar pada sisi pertama sehingga jahitan melintasi daerah luka pada sudut
kanan.

Gambar 21. Jahitan Cushing

Jahitan Conell
Ini adalah jahitan kontinu berbentuk hutuf U yang menembus semua lapisan usus.
Jahitan dimulai pada jarak kurang lebih 4 mm dari tepi luka dan paralel dengan luka. Jahitan
Connell diletakkan dengan cara yang sama dengan jahitan cushing, hanya saja jahitan ini
menembus seluruh lapisan usus.
Setelah dibuat jahitan pertama, jahitan ini diikat dengan simpul pada bagian dalam
atau luar usus, tergantung pada letak jahitannya. Jika simpul berada di dalam usus, jahitan
ini dibawa ke luar melalui dinding usus. Kemudian dibuat jahitan pada setiap sisi usus
sejajardg luka, pada jarak 4 mm dari tepi luka. Benang menembus semua lapisan usus,
masuk kedalam lumen pada jarak kira-kira 3 mm, lalu dikembalikan ke sisi yang sama. Cara
ini diulangi lagi pada tepi luka yang lain. Jahitan diikat pada ujungnya. Jahitan menyilang
daerah luka hanya dari bagian luar dinding gut menembus bagian luar dinding lainnya yang
berhadapan dengannya.
Gambar 22. Jahitan Conell
Jahitan Connell digunakan untuk menutup lapisan pertama pada anastomosis
gastrointestinal. Karena jahitan ini menembus seluruh lapisan dinding usus, maka bersifat
hemostatik. Jahitan Connell selalu dikerjakan dengan benang cutgut dan lapisan luarnya
diperkuat dengan jahitan terbalik kedalam.

Jahitan Purse String


Jahitan terbalik ke dalam ini dibuat melingkar disekitar lubang sirkular yang akan
dibalikkan kedalam. Jahitan purse string biasanya digunakan untuk menanam putung
appandiks. Sesungguhnya jahitan ini adalah jahitan Lembert terputus-putus yang dibentuk
disekitar lubang.

Gambar 23. Jahitan Conell


Setelah selesai menjahit, ikatan pertama dari simpul mati diletakkan pada ujung
jahitan lalu lakukanlah transaksi keatas sambil appendiks dibalik kedalam. Adanya seorang
asisten sangat membantu untuk memegang bagian jahitan purse-string itu tepat
berlawanan dengan simpul dan melakukan traksi keatas pada bagian dari jahitan ini. setelah
putung berhasil dimasukkan, jahitan ditarik dan diikat. Jahitan ini sebaiknya tidak mengenai
semua lapisan usus, tetapi jika hal ini terjadi maka perlu diperkuat dengan jahitan terbalik
(inverting sutures).
Jahitan Terbalik Keluar (Everting Suture)
Pada permulaan dari anastomosis pembuluh darah, dipikirkan bahwa perlu
mempertautkan permukaan bagian dalam. Eversi dengan jahitan terputus-putus atau
kontinu sangat memuaskan, tetapi beberapa ahli bedah sekarang lebih sering menggunakan
jahitan kontinu yang berulang dengan hasil yang sama baiknya.

Gambar 24. Jahitan Terbalik Keluar (Everting Suture)

Jahitan Retensi
Jahitan retensi berulang dibuat dan diikat dengan cara yang sama seperti jahitan
berulang lainnya. Akan tetapi jahitan ini dapat meliputi lebih banyak jaringan termasuk juga
seluruh bagian dari dinding perut.
Yang jelas, benang harus terbuat dari bahan yang kuat. Beberapa ahli bedah
menggunakan jalinan benang sutera, tetapi yang lainnya menegaskan benang sutera dapat
bertindak sebagai perantara timbulnya infeksi. Kawat yang dibuatdari baja anti karat
(stainless steel), #28 merupakan bahan yang jauh lebih baik untuk membuat jahitan Retensi.
Reaksi jaringan yang ditimbulkannya minimal dan dapat dibiarkan untuk waktu yang lebih
lama tanpa perlu merasa kuatir. Jalinan kawat bahkan labih kuat dan lebih mudah untuk
ditangani karena lebih liat (pliant).
Sangat disayangkan bahwa masih ada kebiasaan meletakkan karet kecil untuk
menutupi daerah jahitan kendali, dengan maksud untuk mencegah tekanan. Seringkali karet
ini dapat menyebabkan nekrosis. Cara yang baik untuk mencegah nekrosis adalah dengan
menghindari tekanan yang berlebihan pada daerah jahitan. Kasa dibawah jahitan juga dapat
membantu.
Kurangnya jumlah jahitan retensi, tidak membantu pasien dan dokter bedah juga akan
merasa tidak tenang. Jahitan retensi yang terlalu jarang tidak berguna; sebaiknya jarak
antara jahitan yang satu dengan yang lain adalah kurang lebih ½ inci. Jahitan retensi
biasanya sering digunakan untuk memperkuat luka didaerah perut yang telah dijahit lapis
demi lapis. Akan tetapi jumlah jahitan retensi yang cukup dan dibuat dengan baik, dapat
memberikan penutupan yang memuaskan tanpa memerlukan jahitan pada lapisan
bawahnya. Sebenarnya, jahitan ini hanya digunakan untuk menutup luka yang terbuka
dimana anda tidak dapat mengenali lagi setiap lapisannya. Jumlah jahitan retensi yang sama
diperlukan untuk memperkuat penutupan atau bila jahitan ini merupakan satu-satunya cara
yaitu menutup luka.
Penyebab kegagalan yang tersering pada jahitan retensi adalah jumlah jahitannya
yang tidak adekuat. Saya sering kali melihat penyembuhan yang terhambat pada luka yang
ditutup dengan jahitan lapis demi lapis, kemudian disertai dengan jahitan retensi dari pada
luka yang dijahit hanya dengan salah satu cara tersebut diatas. Hal ini dapat saja terjadi
karena jahitan retensi yang dibuat dengan tidak baik, mendukung penutupan lapisan yang
tidak ade kuat, jadi kombinasi dari dua penutupan yang tidak adekuat, tidak sebaik satu
penutupan yang dilakukan dengan benar.

Jahitan Jauh-Dekat-Dekat-Jauh
Ini adalah jenis lain dari jahitan retensi. Semua keterangan mengenai jahitan retensi
yang telah dijelaskan diatas berlaku juga untuk disini. Jahitan ini mempunyai keunggulan
yaitu dapat mempertautkan tepi luka lebih baik. Pada setiap jahitan diletakkan kasa
dibawahnya untuk mencegah terlukanya kulit dan tidak memerlukan pembalutan lainnya.

Gambar 25. Jahitan Jauh-Dekat-Dekat-Jauh

Jahitan Untuk Tujuan Khusus


Jahitan Hemostatik
Suatu saat anda akan berhadapan dengan suatu kasus dimana daerah luka tetap
merembes, meskipun tidak tampak pembuluh darah yang menyembur. Jahitan hemostatik
yang terdiri dari dua ikal (loop) jahitan berulang yang satu sama lainnya diletakkan pada
sudut kanan, akan membantu menghentikan perembesan darah.
Jahitan Ligasi
Ini adalah ikatan kedua yang diletakkan pada pembuluh darah yang penting agar tidak
terlepas. Karean jahitan ini memotong pembuluh darah, mak ikatan konvensionalnya harus
diletakkan promaksimal terhadapnya, jika tidak, jahitan ini akan menimbulkan perdarahan
atau bahkan dapat merobek pembuluh darah. Ikatan harus dibuat cukup jauh di belakang
pembuluhdarah guna menghindari kemungkinan terlepasnya satu sisi jahitan dari ujung
pembuluh darah. Pertama, dibuat ikatan pada sebagian pembuluh darah, kemudian pada
seluruh keliling pembuluh darah. Telah ada perubahan teknik pembedahan yang
memungkinkan digunakannya penjepit.

Gambar 26. Jahitan Jauh-Dekat-Dekat-Jauh


Jahitan Matras Horizontal
Jahitan-jahitan ini letaknya horizontal. Setiap satu jahitan, mengambil tempat untuk dua
jahitan karena letaknya pararel dengan tepi luka. Jahitan ini dapat terputus-putus atau
kontinu. Jahitan hanya menyilang tepi luka pada setiap ujungnya.

Gambar 27. Jahitan Matras Horizontal

Teknik Membuat Simpul

Gambar 29. Bentuk sengkelit di atas jari telunjuk


Gambar 28. Taruh telunjuk tangan kiri di dengan menggunakan untai kerja di tangan
bawah untai tak bekerja kanan

Gambar 31. Ayunkan jempol dan telunjuk ke


Gambar 30. Rapatkan jempol dan telunjuk sebelah sengkelit untuk menangkap untai kerja.
tangan kiri jauh dari persimpangan dua untai Pindahkan bahu kanan ke arah meja agar gerakan
yang membentuk sengkelit ini enak
Gambar 33. Telunjuk tangan kiri sekarang berada
pada posisi yang tepat untuk ditaruh dekat
Gambar 32. Loloskan untai kerja baik-baik simpul, sementara untai kerja ditarik ke arah
melalui sengkelit dan tangkap kembali dengan sebelah operator. Kedua untai dan simpul harus
tangan kanan tetap berada pada satu garis lurus tiap kali pintal
dieratkan

Gambar 34. Pindah jempol kiri ke bagian dalam Gambar 35. Bentuk sengkelit di atas jempol
untai tak bekerja dengan memakai untai kerja di tangan kanan

Gambar 37. Ayunkan jempol dan jari telunjuk ke


Gambar 36. Rapatkan jempol kiri dan telunjuk
bagian sebelah sengkelit untuk menangkap untai
agar sengkelit terpisah
kerja. Putar bahu kiri ke arah pasien pada tahap
ini
Gambar 38. Loloskan untai kerja melalui Gambar 39. Telunjuk kanan sekarang ada pada
sengkelit dan tangkap kembali dia dengan posisi untuk ditaruh dekat simpul sementara
tangan kanan untai kerja ditarik ke arah operator

Gambar 40. Ambil panjang untai kerja


secukupnya, taruh di atas jari tangan kanan, Gambar 41. Pindahkan untai tak kerja ke atas
pegang untai dengan jempol dan jari tengah telunjuk kanan untuk membentuk sengkelit

Gambar 42. Tekuk telunjuk tangan kanan Gambar 43. Sapu untai kerja melalui sengkelit
untuk menangkap untai tak kerja dengan jari telunjuk
Gambar 45. Ambil untai kerja di atas jari tangan
Gambar 44. Tangkap untai kerja dengan
kanan dari sisi ulnaris dengan dipegang jempol
tangan kanan dan kencangkan dengan telunjuk
dan telunjuk
kanan

Gambar 46. Pindahkan untai tak kerja ke atas


jari tengah tangan kanan untuk membentuk Gambar 47. Teknik jari tengah untuk menarik
sengkelit untai tak kerja di belakang untai kerja

Gambar 48. Sapu untai kerja melalui sengkelit Gambar 49. Kencangkan pintal dengan telunjuk
dengan menggunakan jari tengah kanan kiri
Gambar 50. Pegang pemegang jarum sejajar
dengan insisi atau pembuluh darah yang akan Gambar 51. Bentuk sengkelit di sekeliling
diikat. Angkat ujung untai tak kerja ke atas instrume. Bikin sengkelit ganda bila mau dibikin
instrumen. Sisakan untai kerja pendek-pendek simpul gesekan

Gambar 52. Tangkap ujung untai kerja Gambar 53. Balik untai tak kerja dan bawa untai
kerja ke arah anda

Gambar 54. Ulangi keempat gerakan pertama


pada kolom kiri dengan arah kebalikannya
Teknik Menggunting Benang
Ketika menggunting benang, anda menutup gunting seperti biasanya. Sisipkan
sebagian kecil mulut gunting yang terbuka di atas jahitan dan turunkan sampai ke simpul.
Agar panjang benang yang akan ditinggalkan dapat ditentukan, maka miringkanlah gunting
itu baru potong benangnya. Jagalah ujung gunting agar tetap kelihatan dan jangan
menutupnya kecuali anda dapat melihat bahwa ujungnya bebas dari jaringan. Jika anda
tidak yakin bahwa anda dapat memotong benang dengan tepat dan aman, maka jangan
lakukan pengguntingan. Anda perlu memberitahu dokter bedah bahwa posisi anda tidak
tepat untuk menggunting.

Gambar 55. Teknik Menggunting Benang


Angkat ujung benang dari tempatnya setelah dipotong. Jahitan catgut pada jaringan
bagian dalam sebaiknya ditinggalkan dengan panjang kurang lebih ¼ inchi. Jahitan dari
benang yang tidak terserap untuk jaringan bagian dalam dapat dipotong tepat pada
simpulnya. Benang yang ditinggalkan pada jahitan terputus (interrupted skin) sebaiknya
dipotong cukup pendek agar tidak mudah terjerat pada jahitan sebelahnya.

Mengangkat Jahitan
Lamanya jahitan dibiarkan pada tepatnya dapat bervariasi. Pilihan setiap dokter bedah
ikut berperan dalam mengambil keputusan dan jahitan jangan diangkat tanpa persetujuan
dokter bedah. Kebiasaan umum yang berkenaan dengan waktu adalah sebagai berikut :
Jahitan pda kulit wajah dan leher 2 sampai 5 hari
Jahitan pada kulit lainnya 5 sampai 8 hari
Jahitan retensi 10 sampai 14 hari
(Retenton suture)
Perbedaan waktu ini dihubungkan dengan kecepatan penyembuhan luka pada masing-
masing tempat, serta tujuan awal dari dilakukannya jahitan tersebut. proses penyembuhan
luka lebih lambat pada orang lanjut usia dan individu yang kurang gizi, dengan gangguan
aliran darah. Biasanya daerah kulit kepala dan leher, yang mempunyai aliran darah yang
sangat baik, sembuh paling cepat. Tanpa menghiraukan waktu pengangkatan, jahitan tetap
dibiarkan pada tempatnya jika luka belum sembuh benar. Satu-satunya perkecualian
terhadap kebiasaan ini adalah jika ada infeksi di sekitar jahitan.

Teknik Pengangkatan Jahitan


Bersihkan daerah jahitan dengan alkohol secara berhati-hati. Gunakan hidrogen peroksida
untuk menghancurkan dan mengangkat krusta yang berasal dari serum yang mengering di
sekitar jahitan.
Ambil satu ujung benang dengan pinset dan pisahkan benang jika tertanam dalam kulit.

Gambar 56. Teknik Pengangkatan Jahitan


Sambil memegang benang dengan pinset, secara hati-hati angkatlah benang keluar dari
lubang kulit lainnya. Jika jahitan kontinu yang akan diangkat, potonglah benang pada setiap
lubang kulit pada satu sisi dan nagkat jahitan melalui lubang kulit yang lain. Tujuan setiap
tindakan adalah mengangkat jahitan tanpa menarik benang yang tampak pada bagian luar
kulit.

S-ar putea să vă placă și