Sunteți pe pagina 1din 8

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Air Susu Ibu (ASI) merupakan nutrisi dengan kandungan gizi

terbaik dan sesuai bagi pertumbuhan dan perkembangan optimal bayi.

WHO/UNICEF menetapkan Global Strategy for Infant and Young Child

Feeding untuk mencapai tumbuh kembang bayi secara optimal yang ada

di Indonesia dengan Penyusunan Strategi Nasional Pemberian Makanan

Bayi dan Anak yaitu memberikan ASI dalam 30 menit setelah kelahiran,

memberikan hanya ASI saja atau ASI Eksklusif sejak lahir sampai bayi

berusia 6 bulan, memberikan makanan pendamping ASI (MP-ASI) yang

cukup dan bermutu sejak bayi berusia 6 bulan dan meneruskan

pemberian ASI sampai anak berumur 2 tahun, serta menetapkan target

pencapaianASI eksklusif sebesar 80% dari total bayi (Depkes, 2006).

Pemerintah mengeluarkan Keputusan Menteri Kesehatan

No.450/MENKES/IV/2004 tentang pemberian ASI eksklusif pada bayi

selama 6 bulan untuk mencapai pertumbuhan, perkembangan dan

kesehatan bayi yang optimal. Keputusan Menteri Kesehatan tersebut

kemudian diperbarui dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia

Nomor 33 tahun 2012 yang menyatakan mendapatkan ASI merupakan

hak asasi bayi yang harus dipenuhi.

ASI adalah makanan pertama alami untuk bayi, yang menyediakan

semua energi dan nutrisi yang dibutuhkan bayi selama 6 bulan pertama

1
kehidupan. merekomendasikan bahwa bayi harus disusui secara eksklusif

selama 6 bulan pertama, dan tambahan 18 bulan atau lebih, untuk disusui

bersama dengan makanan pendamping untuk pencapaian pertumbuhan

dan perkembangan yang memuaskan. Pemberian ASI eksklusif

didefinisikan sebagai pemberian ASI kepada bayi, tanpa tambahan

makanan atau minuman, bahkan air dalam 6 bulan pertama kehidupan,

dengan pengecualian vitamin, suplemen mineral atau obat-obatan.

Meskipun manfaat pemberian ASI eksklusif secara luas dianjurkan

secara global, hanya 35% bayi di seluruh dunia yang disusui secara

eksklusif selama 4 bulan pertama kehidupan mereka. Di Afrika, Asia,

Amerika Latin, dan negara-negara Karibia, bukti menunjukkan bahwa

hanya 47-57% bayi kurang dari 2 bulan, dan 25-31% bayi 2-5 bulan

diberikan ASI eksklusif. Bahkan meskipun, Sub-Sahara Afrika adalah

salah satu yang prevalensi menyusui nya tertinggi pada 1 tahun di seluruh

dunia; namun, hanya 37% bayi berusia kurang dari 6 bulan yang diberi

ASI secara eksklusif.

Di Indonesia, berdasarkan hasil pemantauan status gizi 2016

menyebut bahwa pencapaian ASI eksklusif di Indonesia baru sekitar 54%.

Itu berarti masih ada 46% bayi lainnya yang tidak mendapat ASI eksklusif

dengan berbagai alasan. Angka tersebut masih jauh dari target nasional

yang diharapkan, dimana pemberian ASI Eksklusif seharusnya mencapai

80%.

2
Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Sulawesi Selatan 2015,

cakupan pemberian ASI eksklusif di provinsi Sulawesi Selatan selama tiga

tahun berturut-turut mengalami fluktuatif yaitu tahun 2013 (62,70%),

kemudian tahun 2014 menurun (56,31%). Sedangkan berdasarkan data

dari Dinas Kesehatan Kota Makassar, cakupan pemberian ASI eksklusif di

Makassar mengalami peningkatan yaitu dari tahun 2014 (61,03%)

kemudian tahun 2015 (72,43%). Cakupan pemberian ASI eksklusif di

wilayah kerja Puskesmas Ballaparang terbilang cukup rendah, yaitu tahun

2012 (79,75%) kemudian tahun 2013 (55,95%) serta pada tahun 2014

(50,52%).

Pemberian Air Susu Ibu (ASI) memiliki peranan penting dalam

membentuk sumber daya manusia yang berkualitas dan merupakan

upaya kesehatan primer untuk meningkatkan kelangsungan hidup bayi

dan anak. Bayi yang memperoleh ASI segera setelah dilahirkan akan

memiliki kekebalan tubuh (imunitas) yang lebih tinggi sehingga lebih tahan

terhadap ancaman penyakit (Hanson, 2009). Semakin lama seorang ibu

menyusui bayinya maka semakin jauh jarak antar kelahiran bagi anak-

anaknya, sehingga waktu asuh ibu kepada bayi lebih optimal dan terbukti

memiliki pengaruh positif secara langsung dan tidak langsung terhadap

kelangsungan hidup bayi dan anaknya (Conde Agudelo, 2007). Menyusui

merupakan tradisi atau praktik turun-temurun yang saat ini mulai terancam

keberadaannya akibat modernisasi. Pola dan tren lamanya pemberian ASI

akan bervariasi menurut kecepatan dan tingkat modernisasi yang diadopsi

3
oleh ibu-ibu (Abada, 2001). Ketersediaan minuman (susu) formula dan

makanan padat pendamping ASI instan menjadi salah satu faktor

modernisasi yang dapat berpengaruh pada lamanya ibu menyusui yang

lebih singkat.

Ada beberapa faktor yang berhubungan dengan pemberian ASI

Eksklusif diantaranya adalah efikasi diri, paritas, peran suami, pekerjaan,

dan sosial ekonomi. Diantara faktor-faktor tersebut yang paling

berpengaruh dengan pemberian ASI Eksklusif adalah efikasi diri (Utami,

2014). Rendahnya angka balita yang disusui dapat dipengaruhi oleh

berbagai faktor, baik internal maupun eksternal. Faktor internal, yaitu yang

berasal dari ibu, diantaranya, tingkat pengetahuan, kondisi kesehatan, dan

persepsi ibu. Sedangkan faktor eksternal dapat berupa dukungan orang

terdekat, petugas kesehatan, promosi susu formula, dan budaya di

lingkungan tempat tinggal ibu. Faktor internal yang pertama, yaitu tingkat

pengetahuan ibu, memiliki andil dalam pemberian ASI eksklusif. Novita

(2008) menemukan tingkat pengetahuan berbanding lurus dengan tingkat

pendidikan dan berbanding.

Keberhasilan pemberian ASI Eksklusif tidak lepas dari faktor

psikologis ibu yaitu keinginan dan keyakinan ibu untuk memberikan ASI

yang disebut dengan istilah efikasi diri dalam menyusui. Menurut Dennis

(2010) efikasi diri menyusui (Breastfeeding Self-Efficacy) adalah

keyakinan diri seorang ibu pada kemampuannya untuk menyusui atau

memberikan ASI Ekslusif pada bayinya. Efikasi diri dalam menyusui juga

4
merupakan prediktor utama untuk memulai inisiasi menyusui, durasi

menyusui dan praktik menyusui eksklusif (Zhu, 2014).

Berdasarkan penelitian di California oleh Pollard dan Guil (2009)

yang menyatakan bahwa secara signifikan terdapat korelasi positif antara

nilai dasar efikasi diri pada ibu menyusui dan lama pemberian ASI pada 6

bulan postpartum, yang berarti bahwa semakin tinggi efikasi diri maka

akan semakin lama pemberian ASI.

Menurut Dennis (2010) mengembangkan teori Bandura tentang

beberapa sumber yang dapat mempengaruhi efikasi diri dalam menyusui

(Breastfeeding Self-Efficacy), yaitu: pengalaman keberhasilan

(pengalaman menyusui sebelumnya), pengalaman orang lain (melihat

orang lain menyusui), dan dukungan suami dalam menyusui.

Pengalaman keberhasilan dalam hal ini pengalaman menyusui pada

masa lalu. Seorang ibu yang pernah berhasil menyusui dapat meningkat

rasa kepercayaan dirinya serta dapat menumbuhkan keinginan yang kuat

pada dirinya untuk melakukan tindakan atau kebiasaan menyusui tersebut

(khoiriyah, 2014).

Selain itu pengalaman melihat orang lain menyusui juga

mempengaruhi proses menyusui. (Hoddinot et al., 2010; dalam Febriana,

2014). Pengalaman melihat orang lain menyusui mempengaruhi minat

wanita dalam menyusui. Wanita yang tidak pernah menyusui, namun

pernah melihat orang menyusui lebih berminat untuk menyusui anaknya

5
dibandingkanwanita yang tidak pernah melihat orang menyusui.

(Hoddinott et al., 2010;dalam Febriana, 2014).

Selain pengalaman menyusui, dukungan suami atau keluarga akan

sangat dibutuhkan ibu untuk meningkatkan rasa percaya diri dalam

menghadapi dan memecahkan masalah menyusui sehingga mencegah

penghentian menyusui secara dini (Yusria, 2011).

Efikasi diri penting untuk segera ditingkatkan setelah melahirkan

karena pengungkapan kesulitan dalam awal menyusui berhubungan

dengan ketidakefektifan menyusui eksklusif (Jager et al., 2012). Efikasi diri

penting dalam proses menyusui namun penelitian tentang faktor-faktor

yang mempengaruhi efikasi diri menyusui masih terbatas. Sebuah

penelitian di Inggris membuktikan bahwa pengalaman menyusui,

pengalaman orang lain, dan persuasi verbalmempengaruhi efikasi diri

menyusui (Entwistle et al.,2009).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan permasalahan di atas, dapat

dirumuskan permasalahan penelitian ini adalah apa faktor-faktor yang

mempegaruhi lamanya pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja

puskesmas Ballaparang ?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Menganalisis faktor-faktor yang mempegaruhi lamanya pemberian

ASI eksklusif di wilayah kerja puskesmas Ballaparang.

6
2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari penelitian ini adalah untuk mengetahui :

a. Untuk mengetahui pengaruh pekerjaan terhadap lamanya pemberian

ASI eksklusif di wilayah kerja puskesmas Ballaparang.

b. Untuk mengetahui pengaruh pendidikan terhadap lamanya

pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja puskesmas Ballaparang.

c. Untuk mengetahui pengaruh paritas terhadap lamanya pemberian

ASI eksklusif di wilayah kerja puskesmas Ballaparang.

d. Untuk mengetahui pengaruh dukungan suami terhadap lamanya

pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja puskesmas Ballaparang.

e. Untuk mengetahui pengaruh efikasi diri terhadap lamanya pemberian

ASI eksklusif di wilayah kerja puskesmas Ballaparang.

f. Untuk mengetahui pengaruh pengalaman keberhasilan menyusui

terhadap lamanya pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja

puskesmas Ballaparang.

g. Untuk mengetahui pengaruh pengalaman melihat orang lain

menyusui eksklusif terhadap lamanya pemberian ASI eksklusif di

wilayah kerja puskesmas Ballaparang.

h. Untuk mengetahui variabel yang paling dominan mempengaruhi

lamanya pemberian ASI eksklusif.

7
D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Instansi pendidikan

Penelitian ini dapat menjadi bahan informasi dan referensi

kepustakaan untuk menambah pengetahuan tentang ASI Eksklusif

khususnya tentang faktor-faktor yang mempengaruhi lamanya

pemberian ASI Eksklusif.

2. Bagi Pelayanan Kesehatan

Penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi atau dasar dalam

memberikan pelayanan kesehatan. Sehingga dapat bekerja sama

dalam mencapai keberhasilan ASI Eksklusif.

3. Bagi peneliti

Hasil yang diperoleh oleh peneliti dapat memberikan informasi baru

bagi peneliti dan dapat dijadikan dasar bagi peneliti berikutnya yang

lebih spesifik lagi tentang faktor faktor yang mempengaruhi lamanya

pemberian ASI eksklusif.

S-ar putea să vă placă și