Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
Jurusan Keperawatan
OLEH :
Bambang Supriyadi
NIM : P1337420817003
2018
1
TUGAS INDIVIDU
Mengetahui
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Chronic kidney disease (CKD) atau yang sering disebut juga dengan gagal
ginjal kronis (GGK) adalah kerusakan pada ginjal yang menyebabkan ginjal tidak
dapat membuang racun dan produk sisa dari darah, dengan ditandai adanya protein
dalam urin serta penurunan laju filtrasi glomerulus yang berlangsung selama lebih
dari 3 bulan (Black & Hawks, 2009). Sebanyak 10% dari populasi dunia terkena
GGK, dan jutaan diantaranya meninggal setiap tahun karena pengobatan yang tidak
terjangkau (World Kidney Day, 2015). Menurut studi Global Burden of Disease
tahun 2010, GGK menempati peringkat ke-27 dalam daftar penyebab kematian
diseluruh dunia pada tahun 1990, namun naik menjadi peringkat ke-18 pada tahun
2010 (Jha et al., 2013). Lebih dari 2 juta orang diseluruh dunia saat ini menerima
pengobatan dengan dialisis atau transplantasi ginjal untuk tetap hidup, namun angka
ini mungkin hanya mewakili 10% dari orang yang benar-benar membutuhkan
hiperkalemia, asidosis metabolik, anemia, dan gangguan tulang dan mineral (Walt et
al., 2015). Selain itu, pasien dengan GGK juga memiliki beberapa kondisi
komorbiditas seperti hipertensi, diabetes, gagal jantung, obstruksi saluran kemih, dan
lain sebagainya (KDOQI, 2002). Penyakit yang lebih dari satu pasti akan mengarah
pada penggunaan beberapa obat yang sering disebut dengan polifarmasi (Nobili et
al., 2011). Polifarmasi tersebut dikaitkan dengan peningkatan risiko terjadinya drug
3
Munculnya beberapa kondisi yang telah disebutkan di atas, memungkinkan
komplikasi maupun komorbid yang ada. Seperti salah satu penelitian oleh Marquito
dkk (2013) menyatakan bahwa dalam peresepan obat yang diberikan kepada pasien
GGK berpotensi menimbulkan interaksi obat yang dipengaruhi oleh beberapa faktor
risiko seperti diabetes melitus, hipertensi, obesitas dan kondisi GGK yang lebih
lanjut. Selain itu, penelitian dari Manley dkk (2005) melaporkan kejadian DRPs
sebanyak 1.593 kasus yang terjadi pada 395 pasien dialisis. Menurut penelitian dari
Joel dkk (2013) kejadian DRPs pada GGK berbanding lurus dengan jumlah obat
yang diberikan. Begitu pula pada penelitian yang dilakukan oleh Rani dkk (2014)
Model konsep dan teori Keperawatan sister Callista Roy Merupakan model
perilaku yang mal adaptif. Dalam memahami konsep ini, Callista Roy
berinteraksidengan lingkungan.
diantaranya :
4
a. Focal stimulasi yaitu stimulus yang langsung beradaptasi dengan seseorang
makhluk biopsikososial dan spiritual sebagai satu kesatuan yang utuh memiliki
5
individu selalu berinteraksiterhadap perubahan lingkungan.Jadi tujuan asuhan
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
Disease (CKD)
Disease (CKD).
e. Untuk mengetahui reflective practice: masalah yang perlu solusi atau inovasi
6
BAB II
KELOLAAN KASUS
PENGKAJIAN KEPERAWATAN
A. DATA UMUM
1. Nama/ Initial : Tn S
5. Agama : Islam
1. HEALTH PROMOTION
a. Keadaan Umum
minggu yang lalu disertai dengan nyeri pada ulu hati, nafsu makan
menurun, kaki bengkak ± 1 bulan yang lalu. Mual (+) muntah (-), keluarga
7
Injeksi Pantoprazole, Injeksi SA 2 amp, Salbutamol 4 mg/12 jam, lasix 1
Pasien mengatakan tidak pernah sakit sebelumnya dan pertama kali opname
diRS, pasien hanya sakit biasa dan kadang merasa agak sesak namun hanya
Jika pasien sakit, pasien hanya membeli obat dari warung atau minum
- Pola Hidup
Pasien seorang tenaga kuli pasar yang berangkat pagi dan pulang sore hari,
pasien jarang melakukan olah raga secara rutin, pasien banyak makan
buah-buahan yang dibeli oleh istrinya dari pasar, namun pasien jarang
minum air putih atau sedikit minum walaupun kerja dan aktivitas berat
sebagai kuli pasar. Pasien kadang begadang diluar rumah sambil ngopi
dengan teman-teman.
Pasien dan istri bekerja dipasar, istri bekerja sebagai penjual ayam potong
dan pasien bekerja sebagai kuli pasar. Pasien nerinteraksi baik dengan
8
teman-teman dan keluarga.Pasien melakukan pembayaran administrasi RS
kemih (diuretik)
traneksamat perdarahan.
2. NUTRITION
a. A(Antropometri)
9
2) Lingkar perut pasien adalah 80 cm
Hb 6,7 mg%
Tg 153 mg/dl
sekarang
10
h. Pola Asupan Cairan : Pasien dianjurkan untuk membatasi asupan
tpm
l. Pemeriksaan Abdomen :
3. ELEMINATION
a. Sistem Urinari
BAK karena terasa sakit saat BAK. Setiap BAK pasien diminta lapor
11
Tidak terdapat riwayat kelainan kandung kemih, pasien tidak mengaami
BPH pasien mengalami iritasi pada saluran kemih sehingga sakit saat
BAK
urine total : 600 cc/ 24 jam, bau khas amoniak, warna pekat kuning
kecoklatan
a. Sistem Gastrointestinal
1) Pola eliminasi
Pasie BAB 1x sehari dengan konsistensi lunak, warna coklat dan bau
khas
b. Sistem Integument
Kulit; Warna: sawo matang, agak kering, akral teraba hangat, kapilarisasi
refil <2 detik. Pada ekstremitas bawah kaki mengalami edema dan
12
1. ACTIVITY/REST
a. Istirahat/tidur
pasien malam hari selama 6-7 jam dan siang hari pasien
tidur 2 jam
b. Aktivitas
3) ADL
13
4) Bantuan ADL : Dibantu oleh keluarga.
5) Kekuatan otot : 4 4
4 4
aktif.
c. Cardio respons
5) Pemeriksaan jantung
14
Kiri bawah : SIC IV Linea Medio Clavicularis
Sinistra
bunyi S3 dan S4
d. Pulmonary respon
tonsilitis
5) Pemeriksaan paru-paru
d) Auskultasi : Vesikuler
15
2. PERCEPTION/COGNITION
a. Orientasi/kognisi
b. Sensasi/persepsi
16
3) Penggunaan alat bantu : pasien tidak memakai kaca mata, alat
kulitnya.
c. Communication
komunikasi sehari-hari
3. SELF PERCEPTION
a. Self-concept/self-esteem
pengobatan penyakitnya
yang dialaminya.
17
3) Keinginan untuk mencederai : pasein tampak sedih namun tak ada
lain
4. ROLE RELATIONSHIP
a. Peranan hubungan
pemberi asuhan
18
5. SEXUALITY
a. Identitas seksual
mempunyai anak
6. COPING/STRESS TOLERANCE
a. Coping respon
istrinya
tidur
berdoa.
19
2) Kemampuan untuk berpartisipasi : pasien aktif dalam kegiatan
dari pasar
lingkungannya.
dengan istrinya
7. SAFETY/PROTECTION
8. COMFORT
20
9. GROWTH/DEVELOPMENT
P-LCR 19,9
21
K 4.73 3.6-5.5 Normal
Mmol/L
Cl 85,6 95-108 Normal
Mmol/L
Interprestasi EKG
Gelombang P,Q,R,S,T normal, irama reguler jarak R-R’ 7 kotak besar HR 300/7 =
42x/menit
USG Abdoment
Hepar : Uk. Dbn permukaan rata, tepi tajam. Parenkim homogen V.porta/duct dalam
Ren Dx dan sinistra ukuran mengecil. batas kortek medula tidak jelas, ekogenositas
meningkat. PCS agak melebar, batu (-) aorta tidak tampak pembesaran
22
DAFTAR MASALAH
23 Juli 18
Pasien mengatakan nyeri
13.00
saat BAK Nyeri Akut
Skala nyeri 4
Nyeri seperti terbakar
Nyeri menyebar sampai
scrotum
Pasien mengatakan nyeri
setelah DC dilepas (Dx 3)
23
23 Juli 18 Pasien mengatakan tahu
13.00 tentang penyakitnya tapi Ancietas
tidak tahu tentang
penatalaksanaanya
Pasien tampak cemas dan
hanya diam
Pasien menolak untuk
dilakukan HD karena
pengalaman dari kakanya
(Dx 4)
24
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
Ureum 8,46 mg/dl Bunyi nafas bersih, termasuk CVP,MAP, PAP dan
PCWP
Creatini 136,8 mg/dl tidak ada dvspneu/
ortopneu Monitor vital sign
Terbebas dari distensi Montor indikasi retensi /
vena jugularis, reflek kelebihan cairan (cracles, CVP,
hepatojugular (+) edema, distensi vena leher,
Memelihara tekanan asites)
vena sentral, tekanan Kaji lokasi dan luas edema
kapiler paru, output Monitor masukan makanan /
jantung dan vital sign cairan dan hitung intake kalori
dalam batas normal Monitor status nutrisi
Terbebas dan Kolaborasi pemberian diuretik
kelelahan, kecemasan sesuai interuksi
atau kebingungan Batasi masukan cairan pada
Menjelaskan indikator keadaan hiponatrermi dilusi
kelebihan cairan dengan serum Na < 130 mEq/l
Kolaborasi dokter jika tanda
25
cairan berlebih muncul
memburuk
Fluid Monitoring
Tentukan riwayat jumlah dan tipe
intake cairan dan eliminasi
Tentukan kemungkinan faktor
resiko dan ketidakseimbangan
cairan (Hipertermia, terapi
diuretik, kelainan renal, gagal
jantung, diaporesis, disfungsi
hati, dll)
Monitor berat badan, BP, HR,
dan RR
Monitor serum dan elektrolit
urine
Monitor serum dan osmilalitas
urine
Monitor tekanan darah
orthostatik dan perubahan irama
jantung
Monitor parameter hemodinamik
infasif
Catat secara akurat intake dan
output
Monitor adanya distensi leher,
rinchi, eodem perifer dan
penambahan BB
Monitor tanda dan gejala dari
odema
26
energi dan kelelahan Ventilation Atur intake untuk cairan
Ditandai dengan: Respiratory status : mengoptimalkan keseimbangan.
Pasien mengatakan Airway patency Monitor respirasi dan status O2
nafas terasa sesak Vital sign Status
Pernafasan ireguler, Setelah dilakukan Oxygen Therapy
tampak pemakaian otot tidakan keperawatan Pertahankan jalan nafas yang
bantu tambahan selama 3 x 24 jam paten
Hb 6,7 mg% pasien masalah teratasi. Atur peralatan oksigenasi
tampak anemis Kriteria Hasil: Monitor aliran oksigen
Pasien terpasang O2 3 Mendemonstrasikan Pertahankan posisi pasien
lpm batuk efektif dan Onservasi adanya tanda tanda
RR 24x/menit suara nafas yang hipoventilasi
bersih, tidak
ada Monitor adanya kecemasan pasien
sianosis dan dyspneu terhadap oksigenasi
(mampu
mengeluarkan Vital sign Monitoring
sputum, mampu Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
bernafas dengan
Catat adanya fluktuasi tekanan
mudah, tidak ada
darah
pursed lips)
Monitor VS saat pasien berbaring,
Menunjukkan jalan
duduk, atau berdiri
nafas yang paten
Auskultasi TD pada kedua lengan
(klien tidak merasa
dan bandingkan
tercekik, irama nafas,
Monitor TD, nadi, RR, sebelum,
frekuensi pernafasan
selama, dan setelah aktivitas
dalam rentang
Monitor kualitas dari nadi
normal, tidak ada
Monitor frekuensi dan irama
suara nafas abnormal)
pernapasan
Tanda Tanda vital
Monitor suara paru
dalam rentang normal
Monitor pola pernapasan
(tekanan darah, nadi,
abnormal
pernafasan)
Monitor suhu, warna, dan
27
kelembaban kulit
Monitor sianosis perifer
Monitor adanya cushing triad
(tekanan nadi yang melebar,
bradikardi, peningkatan sistolik)
Identifikasi penyebab dari
perubahan vital sign
28
berkurang Pilih dan lakukan penanganan nyeri
(farmakologi, non farmakologi dan
inter personal)
Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
menentukan intervensi
Ajarkan tentang teknik non
farmakologi
Berikan anaIgetik untuk mengurangi
nyeri
Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
Tingkatkan istirahat
Kolaborasikan dengan dokter jika
ada keluhan dan tindakan nyeri tidak
berhasil
Monitor penerimaan pasien tentang
manajemen nyeri
Analgesic Administration
Tentukan lokasi, karakteristik,
kualitas, dan derajat nyeri sebelum
pemberian obat
Cek instruksi dokter tentang jenis
obat, dosis, dan frekuensi
Cek riwayat alergi
Pilih analgesik yang diperlukan atau
kombinasi dari analgesik ketika
pemberian lebih dari satu
Tentukan pilihan analgesik
tergantung tipe dan beratnya nyeri
Tentukan analgesik pilihan, rute
pemberian, dan dosis optimal
Pilih rute pemberian secara IV, IM
untuk pengobatan nyeri secara
teratur
29
Monitor vital sign sebelum dan
sesudah pemberian analgesik
pertama kali
Berikan analgesik tepat waktu
terutama saat nyeri hebat
Evaluasi efektivitas analgesik, tanda
dan gejala
5 Ansietas b.d krisis NOC: kaji dan dokumentasikan tingkat
situasional dan Tingkat ansietas kecemasan pasien, termasuk reaksi
ketidakberdayaan Pengendalian diri fisik
Ditandai dengan: terhadap ansietas berikan informasi factual
Pasien mengatakan tahu Konsentrasi; menyangkut diagnosis, terapi dan
tentang penyakitnya tapi kemampuan untuk prognosis
tidak tahu tentang fokus pada stimulasi instruksikan pasien tentang
penatalaksanaanya tertentu penggunaan teknik relaksasi
Pasien tampak cemas Koping; tindakan Lakukan kolaborasi tentang
dan hanya diam personal untuk pemberian obat untuk menurunkan
Pasien menolak untuk mengatasi stressor ansietas jika perlu
dilakukan HD karena yang membebani pada saat ansietas berat, lakukan
pengalaman dari sumber-sumber pendampingan pasien, bicara
kakanya individu dengan tenang, dan berikan
Setelah dilakukan ketenangan serta rasa nyaman
tidakan keperawatan Lakukan dorongan kepada pasien
selama 2 x 24 jam untuk mengungkapkan secara verbal
masalah teratasi. pikiran dan perasaan untuk
Kriteria Hasil: mengeksternalisasikan ansietas
Ansietas berkurang, Bantu pasien untuk memfokuskan
dibuktikan oleh pada situasi saat ini, sebagai cara
tingkat ansietas hanya untuk mengidentifikasi mekanisme
ringan sampai sedang koping yang dibutuhkan untuk
dan selau mengurangi ansietas
menunjukkan Berikan lingkungan yang tenang
pengendalian diri dan batasi kontak dengan orang lain
30
terhadap ansietas, diri, Berikan komunikasi terapeutik
koping. dengan pendekatan yang tenang dan
Menunjukkan meyakinkan
pengendalian diri Berikan aroma terapi untuk
terhadap ansietas menurunkan kecemasan (evidence
based)
31
IMPLEMENTASI TINDAKAN KEPERAWATAN
penatalaksanaanya BBG
mengurangi stress
14.00 1,2,3,4, Menghitung balance Infus masuk 750 cc + minum 400
= + 50cc
Mengatur posisi
32
Memonitor TTV TD 120/70mmHg HR 64x/menir
terapi
tenang
TD 120/65 mmHg, HR
Memonitor K.U dan
70x/menit, RR 16x/menit
TTV
23.00 Pasien merasa lebih nyaman
Merapikan tempat tidur
Memberikan terapi
Injeksi masuk, tidak terlihat nyeri
33
injeksi saat pemberian injeksi
pengunjung beristirahat
pasien
10.00 Mengatur pemberian O2 dihentikan
O2
PRC masuk 250 cc, tidak
Memasang tranfusi ke 2
ditemukan alergi
baik
Memberikan obat
Obat peroral masuk, tidak ada
peroral pada pasien
reaksi alergi dan rasa mual
34
pada pasien
O2
25-7-2018 07.00 Menciptakan suasana Pasien beristirahat
tenang
TD 110/75 mm Hg RR 20x/menit
Memonitor K.U dan
HR 72x/menit S 36,8
TTV
Pasien merasa nyaman BBG
Merapikan tempat tidur
Cefoperazone, ketorolac, kalnex,
Memberikan terapi
pantoprazole, lasix masuk dan
injeksi
tidak ada rasa nyeri
pasien
35
CATATAN PERKEMBANGAN
Rabu,25 Juli 1 S: Pasien mengatakan sudah membatasi cairan yang masuk BBG
mg/dL
P: Lanjutkan intervensi
2018 O: RR 20x/menit
bernafas
A: Masalah teratasi
P: pertahankan intervensi
36
P: Lanjutkan intervensi
P: Lanjutkan Intervensi
pemberian tindakan HD
37
PENGKAJIAN KEPERAWATAN II
C. DATA UMUM
1. Nama/ Initial : Tn SW
5. Agama : Islam
Unspecific
1. HEALTH PROMOTION
a. Keadaan Umum
Sehari sebelum dibawa ke Rumah sakit pasien merasakan mual dan kepala
kadar GDS yang diukur dengan alat cek gula otomatis adalah 276 mg%
kemudia pasien diberikan obat penurun kadar gula darah. Pagi harinya
dibawa ke IGD RSUD RAA Soewondo Pati. Dari hasil pemeriksaan fisik
38
36,70C SpO2 87% kesadaran koma GCS E1M1V1 =3 reflek pupil
amlodipin 1-0-0 advice cek GDS/ 24 jam sledding scale . Kemudian pasien
jarang sakit dan hanya masuk angin biasa. Pasien jarang memeriksakan
Apabila pasien merasakan sakit, pasien akan membeli obat dari warung
sembuh.
- Pola Hidup
Pasien adalah seorang petani dan peternak setiap hari pasien harus bekerja
pagi hingga sore hari, pasien jarang minum air putih. Pasien kadang
Pasien bekerja sebagai seorang petani dan peternak sedangkan istri bekerja
39
dengan masyarakat dan keluarga. Pasien melakukan pembayaran
lainnya
esofagitis.
2. NUTRITION
a. A(Antropometri)
40
10) Lingkar dada pasien 110
Hb 5,8 mg%
GCS E2M4V2
nafsu makan
4.
41
Pasien minum mendapatkan bolus D40% 28
flash = 200 cc
j. Cairan keluar : urin dalam 24 jam 700 cc dan BAB (-) IWL
15x75= 1125
l. Pemeriksaan Abdomen :
1) Inspeksi : perut bawah kuadaran 1-4 datar, acites (-) tidak terdapat
3. ELEMINATION
a. Sistem Urinari
urine total : 600 cc/ 24 jam, bau khas amoniak, warna pekat kuning
kecoklatan
c. Sistem Gastrointestinal
42
3) Pola eliminasi
d. Sistem Integument
Kulit; sawo matang,kapilarisasi refil <2 detik, akral dingin, kulit kering
10. ACTIVITY/REST
e. Istirahat/tidur
4) Jam tidur : Jam tidur pasien adalah 6-8 jam dimalam hari dan 1-1,5
9) ADL
43
e) Makan : makan pasien dibantu oleh istrinya diatas
tempat tidur
4 4
aktif.
g. Cardio respons
jantung
44
e) Inspeksi : Ictus kordis tidak terlihat
Sinistra
bunyi S3 dan S4
h. Pulmonary respon
tonsilitis
45
pada permukaan dinding dada, RR pada saat
h) Auskultasi : Vesikuler
11. PERCEPTION/COGNITION
d. Orientasi/kognisi
46
waktu dan mampu mengenali orang
dengan baik.
e. Sensasi/persepsi
kulitnya.
f. Communication
komunikasi sehari-hari
b. Self-concept/self-esteem
47
5) Perasaan cemas/takut : pasien merasa cemas setelah
tindakan haemodialisa.
keadaanya.
lain
b. Peranan hubungan
48
dengan diit dan membatasi minum atau
10) Interaksi dengan orang lain : interaksi pasien dengan keluarga dan
14. SEXUALITY
b. Identitas seksual
b. Coping respon
istrinya
tidur
49
5) Kegiatan keagamaan yang diikuti : pasien beragama Islam, pasien
berdoa.
dari pasar
lingkungannya.
solusi.
16. SAFETY/PROTECTION
17. COMFORT
pengkajian dilakukan.
50
e. Rasa tidak nyaman lainnya : Pasien merasakan ketidak nyamanan
18. GROWTH/DEVELOPMENT
P-LCR 23,9
51
SGPT 39,6 <45 U/L Normal
52
16. 04.00 (2/8/2018) 54 D10 % + D40% 3 flash
Interprestasi EKG
USG Abdoment
Hepar : ukuran tak membesar, permukaan rata, parenkim homogen, v. Porta/ hep/ duct
Gail bladder : double wall (-) sludge (-) batu (+) multiple uk besar = 1 cm
Ren Dx : ukursn dbn, batas kortex medula tidak jelas, ekogonesitas meningkat, PCS &
KESAN :
Hidroureter sinistra
53
DAFTAR MASALAH
Tangga
Ttd.
N Tanggal
Data Fokus Masalah Keperawatan l
o /Jam Perawat
Teratasi
Cr 19,78 renal
Hasil USG Kholelitiasis,
hidonefrosis Sinistra dan
Dextra.
Oli guri
54
23 Juli 18 Pasien mengatakan tidak Ancietas
13.00 tahu tentang penyakitnya
tapi tidak tahu tentang
penatalaksanaanya
Pasien tampak cemas dan
hanya diam
Pasien menolak untuk
dilakukan HD karena
pasien merasa takut (Dx 4)
55
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
56
Pemahaman manajemen,Hipoglikemia
manajemen Diabetes Mendorong pemantauan diri kadar
Status nutrisi adekuat glukosa darah
Olahraga teratur Membantu pasien untuk
menafsirkan kadar glukosa darah
Tinjau catatan glukosa darah
dengan pasien dan / atau keluarga
Anjurkan pasien untuk melaporkan
tingkat urin keton sedang atau
tinggi untuk kesehatan profesional
Memberikan bantuan dalam
menyesuaikan rejimen untuk
mencegah dan mengobati
hipoglikemia (misalnya, minuman
manis dll oral), seperti ditunjukkan
Memfasilitasi kepatuhan terhadap
diet dan latihan
2 Risiko ketidakefektifan NOC NIC
perfusi ginjal b.d Circulation status Acid-Base Management
kerusakan fungsi ginjal Elektrolit and Acid Observasi status hidrasi
Ditandai dengan : Base balance (kelembaban membran mukosa, TD
Produksi urin pasien 600 Fluid balance ortostatik, dan keadekuatan dinding
cc/24 jam Hidration nadi)
Hasil Lab Ur 283,7 Tissue prefusion : Monitor HMT, ureum, albumin, total
Cr 19,78 renal protein, serum osmolalitas dan urine
Hasil USG Kholelitiasis, Urinary eliminasion Observasi tanda-tanda cairan
hidonefrosis Sinistra dan Setelah dilakukan berlebih / retensi (CVP meningkat,
Dextra. tindakan keperawatan oedem, distensi vena leher dan
Oli guri 3x24 jam masalah asites)
57
normal serum, elektrolit urine
Tidak ada gangguan Monitor hemodinamik status
mental, orientasi Bebaskan jalan nafas
kognitif dan kekuatan Manajemen akses intravena
otot Pasien hemodialisis
Na, K, Cl, Ca, Mg, Observasi terhadap dehidrasi
BUN, creat dan biknat Monitor TD
dalam batas normal Monitor BUN, creat, HMT dan
Tidak ada distensi elektrolit
vena leher Timbang BB sebelum dan sesudah
Tidak ada bunyi paru prosedur
tambahan Kaji status mental
Intake output Monitor CT
seimbang Pasien peritoneal dialysis
Tidak adaoedem Kaji temperature, TD, denyut
perifer dan asites perifer, RR dan BB
Tidak ada rasa haus Kaji BUN, creat pH, HMT, elektrolit
yang abnormal selama prosedur
Membran mukosa Monitor adanya respiratory distress
lembab Monitor banyaknya dan penampakan
Hematokrit dbn cairan
Warna dan bau urine ·Monitor tanda-tanda infeksi
dalam batas normal
3 Resiko Kelebihan Volume NOC: NIC
Cairan b.d Penurunan Electrolit and acid Fluid management
fungsi filtrasi Ginjal base balance Timbang popok/pembalut jika
Ditandai dengan: Fluid balance diperlukan
Urine pasien 600 cc/ 24 Hydration Pertahankan catatan intake dan
jam Setelah dilakukan output yang akurat
Oliguri tidakan keperawatan Pasang urin kateter jika
Kulit kering dan agak selama 3 x 24 jam diperlukan
kasar masalah teratasi. Monitor hasil Hb yang sesuai
58
kalemi Terbebas dari edema, Hmt, osmolalitas urin)
efusi, anaskara Monitor status hemodinamik
Bunyi nafas bersih, termasuk CVP,MAP, PAP dan
tidak ada dvspneu/ PCWP
ortopneu Monitor vital sign
Terbebas dari distensi Montor indikasi retensi /
vena jugularis, reflek kelebihan cairan (cracles, CVP,
hepatojugular (+) edema, distensi vena leher,
Memelihara tekanan asites)
vena sentral, tekanan Kaji lokasi dan luas edema
kapiler paru, output Monitor masukan makanan /
jantung dan vital sign cairan dan hitung intake kalori
dalam batas normal Monitor status nutrisi
Terbebas dan Kolaborasi pemberian diuretik
kelelahan, kecemasan sesuai interuksi
atau kebingungan Batasi masukan cairan pada
Menjelaskan indikator keadaan hiponatrermi dilusi
kelebihan cairan dengan serum Na < 130 mEq/l
Kolaborasi dokter jika tanda
cairan berlebih muncul
memburuk
Fluid Monitoring
Tentukan riwayat jumlah dan tipe
intake cairan dan eliminasi
Tentukan kemungkinan faktor resiko
dan ketidakseimbangan cairan
(Hipertermia, terapi diuretik,
kelainan renal, gagal jantung,
diaporesis, disfungsi hati, dll)
Monitor berat badan, BP, HR, dan
RR
Monitor serum dan elektrolit urine
Monitor serum dan osmilalitas urine
59
Monitor tekanan darah orthostatik
dan perubahan irama jantung
Monitor parameter hemodinamik
infasif
Catat secara akurat intake dan output
Monitor adanya distensi leher,
rinchi, eodem perifer dan
penambahan BB
Monitor tanda dan gejala dari
odema
4 Ansietas b.d krisis NOC: kaji dan dokumentasikan tingkat
situasional dan Tingkat ansietas kecemasan pasien, termasuk reaksi
ketidakberdayaan Pengendalian diri fisik
Ditandai dengan: terhadap ansietas berikan informasi factual
Pasien mengatakan tidak Konsentrasi; menyangkut diagnosis, terapi dan
tentang penyakitnya dan kemampuan untuk prognosis
tidak tahu tentang fokus pada stimulasi instruksikan pasien tentang
penatalaksanaanya tertentu penggunaan teknik relaksasi
Pasien tampak cemas Koping; tindakan Lakukan kolaborasi tentang
dan hanya diam personal untuk pemberian obat untuk menurunkan
Pasien menolak untuk mengatasi stressor ansietas jika perlu
dilakukan HD karena yang membebani pada saat ansietas berat, lakukan
merasa takut sumber-sumber pendampingan pasien, bicara
individu dengan tenang, dan berikan
Setelah dilakukan ketenangan serta rasa nyaman
tidakan keperawatan Lakukan dorongan kepada pasien
selama 2 x 24 jam untuk mengungkapkan secara verbal
masalah teratasi. pikiran dan perasaan untuk
Kriteria Hasil: mengeksternalisasikan ansietas
Ansietas berkurang, Bantu pasien untuk memfokuskan
dibuktikan oleh pada situasi saat ini, sebagai cara
tingkat ansietas hanya untuk mengidentifikasi mekanisme
ringan sampai sedang koping yang dibutuhkan untuk
60
dan selau mengurangi ansietas
menunjukkan Berikan lingkungan yang tenang
pengendalian diri dan batasi kontak dengan orang lain
terhadap ansietas, diri, Berikan komunikasi terapeutik
koping. dengan pendekatan yang tenang dan
Menunjukkan meyakinkan
pengendalian diri Berikan aroma terapi untuk
terhadap ansietas menurunkan kecemasan pasien
61
IMPLEMENTASI TINDAKAN KEPERAWATAN
Rabu, 1 1,2,3,4 Mengatur posisi yang Pasien merasa nyaman dengan BBG
umum 18x/menit,
yang masuk.
12.00 1,2,3,4, Mengukur GDS pasien Kadar GDS 173 mg/dl, infus
sesuai protap
62
makanan yang
dihabiskan pasien.
= + 50cc
protap.
darah
Pasien tampak memahami dan
Memberikan edukasi
17.00 mampu mejelaskan edukasi yang
kepada pasien.
diberikan
63
tenang
agust 2018 Memberikan terapi Injeksi masuk, tidak terlihat nyeri BBG
pasien berkurang
pengunjung beristirahat
pada pasien
Jumat 3 Pasien merasa nyaman
Mengatur posisi pasien
agust 2018 D10% 30 tpm
Mengganti infus
64
Memberikan obat Esola 40 mg masuk.
injeksi
20x/menit
pasien
65
CATATAN PERKEMBANGAN
agust 2018 O: GDS 160 ml/dl, akral hangat. Pasien tampak lebih tenang,
14.00 kesadaran CM
P: Pertahankan intervensi
Jumat 3 2 S:Pasien mengatakan sudah bisa BAK secara spontan dengan BBG
66
A: Masalah keperawatan teratasi sebagian
P: Lanjutkan Intervensi
pemberian tindakan HD
67
BAB III
PEMBAHASAN
68
8. Membantu individu (pasien CKD) untuk menyesuaikan diri dengan
keterbatasan dan masalah psikisnya.
9. Bekerjasama dengan tim kesehatan lainnya dalam merencanakan peningkatan
derjat kesehatan yang optimal untuk pasien CKD pada tingkat lokal, daerah,
nasional dan internasional.
10. Melakukan evaluasi dan penelitian yang berkelanjutan untuk meningkatkan
keahlian dalam tindakan keperawatan dan untuk mengembangkan tindakan
keperawatan yang baru, untuk memenuhi semua kebutuhan kesehatan
masyarakat. Individu dengan tingkat ketergantungan total.”
69
Dalam memberikan penanganan pada pasien CKD harus melibatkan
pasien dan keluarga pasien dalam pengelolaan diit dan intake cairan
dirumah. Dalam pembatasan diit diperlukan seni tertentu misal dengan
memberian lap basah ketika pasien haus, memberikan suasana dengan suhu
rendah dirumah dll.
2. Masalah Keperawatan
Abdellah mendifinisikan masalah keperawatan dalam tiga konsep,
yaitu kebutuhan pasien secara fisik, sosiologis, dan emosional; jenis
hubungan interpersonal antara perawat dan pasien; unsur umum perawatan
pasien.
Pasien CKD mengalami perubahan kondisi fisik secara umum dan
harus menghadapi masalah yang komplek karena penyakit CKD dianggap
sebagai penyakit yang tidak bisa disembuhkan dan hanya memperpanjang
masa hidup. Hal itu akan menimbulkan dampak psikologis dan mengalami
perubahan emosional sehingga diperlukan hubungan interpersonal yang
baik bagi tenaga kesehatan agar tercipta kepercayaan antar perawat dan
pasien.
3. Pemecahan Masalah
Pemecahan masalah keperawatan merupakan proSses
mengidentifikasi, menginterpretasikan, menganalisa, dan memilih tindakan
yang tepat untuk menyelesaikan masalah. Salah satu proses ini adalah
menentukan diagnosa keperawatan.
Banyak nya permasalah yang timbul akibat penyakit CKD
memerlukan pemecahanan masalah yang cukup rumit dimana seorang
pasien dengan CKD harus merubah pola hidup dan kebiasaan, harus
membatasi diit dan harus memperhatikan makanan dan aktivitas yang bisa
dilakukan. Dalam hal ini maka seorang perawat harus bisa memberikan
solusi untuk memecahkan masalah.
Penerapan Teori Keperawatan Abdellah pada Pasien CKD
Adapun penerapan teori keperawatan Abdellah, yaitu:
1. Pelayanan Keperawatan
Teori 21 tipologi masalah keperawatan Abdellah membantu perawat
untuk melakukan proses keperawatan secara sistematik pada CKD. Ini
membantu perawat dalam memahami alasan tindakan yang dilakukan. Perawat
70
menggunakan teori ini sebagai dasar melakukan pengkajian, membuat diagnosa
keperawatan, dan rencana keperawatan sebagai cara untuk mengatasi masalah
pasien berdasar keperawatan yang berpusat pada pasien (Tomey and Alligood,
2006).
Penerapan teori Abdellah dalam praktek keperawatan sangat dikaitkan
dengan pengaruh yang kuat dengan pendekatan berpusat pada pasien CKD yang
berfokus pada pemecahan masalah pasien. Proses pemecahan masalah Abdellah
meliputi identifikasi masalah, memilih data yang relevan, merumuskan hipotesis
melalui pengumpulan data, dan merevisi hipotesis berdasarkan kesimpulan yang
diperoleh dari data paralel langkah-langkah dari proses keperawatan penilaian,
diagnosis, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi (Abdellah dan Levine, 1986;
George, 2008).
Pada akhirnya, teori Abdellah membantu perawat berlatih mengatur
administrasi proses keperawatan, strategi keperawatan dan menyediakan basis
ilmiah untuk membuat keputusan pada pasien CKD. Sebagai seorang perawat
yang memberikan pelayanan kepada pasien secara prmemberikan kepercayaan
untuk penggunaan model dan menganjurkan fesional maka seorang perawat
mampu menerapkan pengetahuan baru untuk meningkatkan pelayanan
keperawatan.
2. Pendidikan Keperawatan
Teori dan konsep Abdellah dikembangkan di tahun 1950 dan merupakan
rekor klinis yang komprehensif untuk mahasiswa keperawatan, dengan
menyediakan struktur kurikulum pendidikan keperawatan. Kurikulum dalam
pembelajaran pasien dengan CKD perlu ditekankan lebih mendalam dalam
proses pembelajaran pada saat seorang perawat duduk pada bangku pendidikan.
Pendekatan berpusat pada pasien merupakan dasar yang digunakan pada saat itu
untuk model keperawatan. Teori Abdellah merupakan teori yang paling
berpengaruh dibanding teori lainnya. Teori ini digunakan untuk merubah pola
pengajaran berbasis medik ke pendektan berpusat apada pasien untuk
pendidikan keperawatan (Tomey and alligood, 2006)
3. Riset Keperawatan
Teori 21 tipologi masalah keperawatan Abdellah merupakan teori yang
berbasis riset. Hal ini menjadi sangat memungkinkan untuk dilanjutkan dengan
riset lainnya. Abdellah sangat percaya bahwa gagasan penelitian keperawatan
71
akan menjadi faktor kunci dalam membantu perawatan muncul sebagai profesi
yang benar. Penelitian ekstensif dilakukan tentang kebutuhan pasien dan
masalahnya telah menjadi landasan untuk pengembangan dari apa yang
sekarang dikenal sebagai diagnosis keperawatan.
Penelitian dan riset sangat dibutuhkan dalam perkembangan penaganan pada
pasien dengan CKD, riset-riset ini dilakukan dalam berbagai kebutuhan dan
permasalahan yang muncul pada pasien CKD. Misal mencegah terjadinya
penurunan haemoglobin, pola diit, dan berbtagai cara pembatasan cairan.
Teori Abdellah melahirkan penelitian keperawatan dalam
mengembangkan model keperawatan untuk merencaranakn pola staff
keperawatan di klinik. Pola staff ini yaitu unit perawatan intensif, unit perawatan
intermediate, unit perawatan jangka panjang, unit perawatan mandiri dan unit
perawatan home care. Dengan mengelompokkan pasien seuai kesamaan
kebutuhan, selain dengan kesamaan diagnosa keperawatannya, pelayanan
keperawatan akan dapat memenuhi kebutuhan pasien dengan baik (Tomey and
Alligood, 2006)
B. Perbedaan Asuhan Keperawatan terhadap Kedua Kasus CKD
Asuhan keperawatan pada pasien CKD pada dasarnya berfokus pada
penanganan kebutuhan eliminasi dan cairan. Namun dalam kenyataanya
pemberian asuhan keperawatan didasarkan dari keluhan pasien dan penyakit
yang menyertai atau diagnosa yang muncul setelah diagnosa CKD itu sendiri.
Dalam melakukan asuhan keperawatan pada tahap pengkajian beberapa
hal yang perlu diperhatikan adalah meningkatnya kadar ureum, creatinin darah
disertai dengan adanya penurunan kadar haemoglobin darah, pada pemeriksaan
tekanan darah sering ditemukan munculnya hipertensi serta terjadi perubahan
pola nafas pasien dimana pasien merasakan sesak dan sering kali dijumpai pula
munculnya edema pada ekstremitas. Dalam pengkajian yang dilakukan pada
tuan S didapatkan data pasien mengalami edema, sesak namun tekanan darah
pasien masih dalam batas normal, sedangkan detak jantung pasien mengalami
penurunan frekuensi (bradikardi) pada tuan SW pasien mengalami peningkatan
kadar urem, creatinin dan penurunan Hb serta pada pemeriksaan tekanan darah
didapatkan data pasien mengalami hipertensi namun pasien tidak mengalami
sesak dan tidak mengalami edema. Sehingga masalah dan penatalaksanaanya
berbeda.
72
Dalam kasus pasien Tn S pasien mengalami edema pada ekstremitas
bawah pasien merasakan nyeri pada saat BAK, skala nyeri 4, nyeri seperti
terbakar dan menyebar ke daerah scrotum, pasien juga merasa sesak, terlihat
tarikan otot bantu pernafasan, RR 24x/menit. Sehingga asuhan keperawatan
lebih difokuskan pada penanganan kelebihan volume cairan, nyeri dan ketidak
efektifan pola nafas. Sedangkan pada Tn SW, pasien mengalami ketidak stabilan
gula darah, dimana gula darah pasien mengalami penurunan dari harga normal
hingga tidak terdeteksi, akral dingin, bahkan pasien mengalami penurunan
kesadaran saat masuk di IGD, sehingga asuhan keperawatan lebih ditekankan
pada masalah ketidak stbilan gula darah.
C. Aplikasi Evidence Based Practice
Pada pengkajian pada Tn S dan Tn SW didapatkan data pasien mengalami
kecemasan setelah memperoleh informasi bahwa dirinya menderita penyakit
CKD. Hal tersebut disebabkan karena penyakit CKD merupakan penyakit yang
belum banyak bisa dilakukan penata laksanaan melainkan dengan tindakan
haemodialisa atau harus dilakukan transplantasi ginjal. Sedangkan proses
transplantasi itu sendiri sangat sulit dan membutuhkan dana yang besar serta
susah dalam mencari pendonor dan kecocokan ginjal, sehingga alternatif yang
bisa dilakukan adalah melalui proses HD. proses menggunakan mesin HD dan
berbagai aksesorisnya dimana terjadi difusi partikel terlarut (salut) dan air secara
pasif melalui darah menuju kompartemen cairan dialisat melewati membran
semi permeabel dalam dializer (Price & Wilson, 2006). Terapi hemodialisis ini
bertujuan untuk mengeluarkan zat-zat nitrogen yang toksik dari dalam darah dan
mengeluarkan air yang berlebihan (Suharyanto & Madjid, 2009). Pasien gagal
ginjal yang memilih hemodialisis sebagai terapi pengganti fungsi ginjal akan
menjalani terapi tersebut seumur hidupnya kecuali pasien menjalani
transplantasi ginjal (Rahardjo, Pudji, Susalit & Endang ,2006). Ketergantungan
pasien gagal ginjal terhadap terapi hemodialisis seumur hidupnya, akan
berdampak luas dan menimbulkan masalah baik secara fisik, psikososial, dan
ekonomi. Kompleksitas masalah yang timbul pada pasien gagal ginjal yang
menjalani terapi hemodialisis akan mengakibatkan timbulnya kecemasan pada
pasien tersebut (Indiriawati, Maslihah & Wulandari, 2010). Faktor yang dapat
menimbulkan stres dan cemas pada individu, seperti lingkungan yang asing,
kehilangan kemandirian sehingga mengalami kecenderungan dan memerlukan
73
bantuan orang lain, berpisah dengan pasangan dan keluarga, masalah biaya,
kurang informasi, ancaman akan penyakit yang lebih parah serta masalah
pengobatan, (Tarwoto & Wartonah, 2003 dalam Hartati, 2008). Kecemasan
adalah perasaan yang menetap berupa kekuatan atau rasa was-was, khawatir
yang merupakan respons terhadap ancaman yang akan datang (Keliat, Wijoyono
& Susanti, 2011). Dianggap berbahaya atau hal tersebut dapat merupakan
perasaan yang ditekan ke dalam alam bawah sadar bila terjadi peningkatan akan
adanya bahaya dari alam. Jika individu yang mengalami kecemasan tidak dapat
mengatasi kecemasannya secara sehat, dapat menyebabkan perilaku yang
maladaptif (Keliat, Wijoyono & Susanti, 2011), maka dari itu diperlukan terapi
non farmakologis untuk menurunkan kecemasan pasien yang akan menjalani
terapi hemodialisis. Salah satu terapi non farmakologis yang dapat digunakan
adalah terapi komplementer. Saat ini Complementary and Alternative Medicine
(CAM) sudah mulai digunakan dan dikembangkan dalam dunia kesehatan.
Penggunaan CAM dalam dunia kesehatan diharapkan dapat menjadi pelengkap
dari perawatan medis dan dapat diaplikasikan oleh tenaga kesehatan, khususnya
tenaga di bidang keperawatan (Tzu, 2009). Jenis CAM yang populer digunakan
dalam bidang kesehatan yaitu aromaterapi (Watt & Janca, 2008).
Aromaterapi adalah salah satu metode terapi keperawatan yang
menggunakan bahan cairan tanaman yang mudah menguap atau dikenal sebagai
minyak essensial dan senyawa aromatik lainnya dari tumbuhan yang bertujuan
untuk mempengaruhi suasana hati atau kesehatan seseorang (Purwanto, 2013).
Dalam penggunaanya, aromaterapi dapat diberikan melalui beberapa cara, antara
lain inhalasi, berendam, pijat, dan kompres (Bharkatiya et al, 2008). Empat cara
tersebut, cara tertua, termudah, dan tercepat diaplikasikan adalah metode
inhalasi (menghirup) karena menghirup uap minyak esensial secara langsung
dianggap sebagai cara penyembuhan paling cepat dan juga menghirup uap
minyak essensial, molekulmolekul dalam minyak bereaksi langsung
dipersepsikan otak. Menurut Jaelani (2009), kandungan dari senyawa kimia
miyak essensial aromaterapi lavender dapat mempengaruhi aktifitas fungsi kerja
otak melalui sistem saraf yang berhubungan dengan indera penciuman. Respon
ini akan merangsang peningkatan aktivitas neurotransmiter, yaitu berkaitan
dengan pemulihan kondisi psikologis (seperti emosi, perasaan, pikiran, dan
keinginan)..
74
Dalam pelaksanaan pemberian terapi pada Tn S dan Tuan SW didapatkan
data bahwa kecemasan pasien berkurang saat diberikan aroma terapi meski
kedua pasien tersebut menolak untuk dilakukan tindakan Haemodialisa, namun
setidaknya kecemasan pasien berkurang dan pasien tampak tenang dan mampu
menerima kondisinya sekarang.
D. Reflective Practice
Masalah yang dihadapi oleh pasien saat ini adalah pasien menolak untuk
dilakukan tindakan haemodialisa, sedangkan kadar creatinin dalam darah sudah
diatas normal dengan nilai yang sangat tinggi dan kemampuan ginjal juga sangat
rendah. Hal ini memerlukan pendekatan interpersonal yang sangat kuat dengan
melibatkan orang yang dekat dengan pasien agar pasien mau dan paham akan
resiko yang terjadi akibat penolakan terhadap tindakan medis yang akan
dilakukan. Pentingnya pemberian pendidikan kesehatan dan penjelasan tentang
manfaat dan resiko yang akan timbul dalam penolakan tindakan medis yang
akan dilakukan, harus disampaikan dengan membangun sistem kepercayaan.
75
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Aplikasi teori Abdellah dalam penerapan pelayanan keperawatan mengajarkan
bahwa dalam memberikan penanganan pada pasien CKD harus melibatkan pasien
dan keluarga pasien dalam pengelolaan diit dan intake cairan dirumah. Dalam
pembatasan diit diperlukan seni tertentu misal dengan memberian lap basah ketika
pasien haus, memberikan suasana dengan suhu rendah dirumah dll.
2. Dalam pendidikan perawat Teori dan konsep Abdellah mengajarkan pendidikan
yang komprehensif untuk mahasiswa keperawatan, dengan menyediakan struktur
kurikulum pendidikan keperawatan. Kurikulum dalam pembelajaran pasien dengan
CKD perlu ditekankan lebih mendalam dalam proses pembelajaran pada saat
seorang perawat duduk pada bangku pendidikan.
3. Dalam riset Keperawatan teori abdellah menjelaskan bahwa penelitian dan riset
sangat dibutuhkan dalam perkembangan penaganan pada pasien dengan CKD, riset-
riset ini dilakukan dalam berbagai kebutuhan dan permasalahan yang muncul pada
pasien CKD
4. Asuhan keperawatan pada pasien CKD pada dasarnya berfokus pada penanganan
kebutuhan eliminasi dan cairan. Namun dalam kenyataanya pemberian asuhan
keperawatan didasarkan dari keluhan pasien dan penyakit yang menyertai atau
diagnosa yang muncul setelah diagnosa CKD itu sendiri.
5. kandungan dari senyawa kimia miyak essensial aromaterapi lavender dapat
mempengaruhi aktifitas fungsi kerja otak melalui sistem saraf yang berhubungan
dengan indera penciuman. Respon ini akan merangsang peningkatan aktivitas
neurotransmiter, yaitu berkaitan dengan pemulihan kondisi psikologis (seperti
emosi, perasaan, pikiran, dan keinginan)..
6. sangat diperlukan pendekatan interpersonal yang sangat kuat dengan melibatkan
orang yang dekat dengan pasien agar pasien mau dan paham akan resiko yang
terjadi akibat penolakan terhadap tindakan medis yang akan dilakukan
76
B. Saran
Perlu dilakukan banyak riset untuk memperbaiki fungsi kerja ginjal ataupun
penatalaksanaan untuk kasus-kasus CKD. Agar memberikan solusi dalam setiap
permasalah yang dihadapi oleh pasien dengan CKD.
77