Sunteți pe pagina 1din 77

TUGAS PRAKTEK KLINIK KEPERAWATAN

FENOMENA ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN Tn S DENGAN


CHRONIC KIDNEY DISEASE + BRADICARDI DAN Tn. SW DENGAN
CHRONIC KIDNEY DISEASE + HIPOGLIKEMIA DI RUANG DAHLIA
RSUD RAA SOEWONDO PATI

Diajukan untuk memenuhi persyaratan penyelesaian program Pasca Sarjana

Jurusan Keperawatan

Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang

OLEH :

Bambang Supriyadi

NIM : P1337420817003

PROGRAM STUDI PASCA SARJANA

TERAPAN KESEHATAN KEPERAWATAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG

2018

1
TUGAS INDIVIDU

FENOMENA ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN Tn S DENGAN


CHRONIC KIDNEY DISEASE + BRADICARDI DAN Tn. SW DENGAN
CHRONIC KIDNEY DISEASE + HIPOGLIKEMIA DI RUANG DAHLIA
RSUD RAA SOEWONDO PATI

Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas praktek klinik keperawatan

Mengetahui

Mahasiswa Pembimbing Klinik

Bambang Supriyadi Ns. Sri Hastuti, S.Kep


NIM. P1337420817003 NIP..................................................

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Chronic kidney disease (CKD) atau yang sering disebut juga dengan gagal

ginjal kronis (GGK) adalah kerusakan pada ginjal yang menyebabkan ginjal tidak

dapat membuang racun dan produk sisa dari darah, dengan ditandai adanya protein

dalam urin serta penurunan laju filtrasi glomerulus yang berlangsung selama lebih

dari 3 bulan (Black & Hawks, 2009). Sebanyak 10% dari populasi dunia terkena

GGK, dan jutaan diantaranya meninggal setiap tahun karena pengobatan yang tidak

terjangkau (World Kidney Day, 2015). Menurut studi Global Burden of Disease

tahun 2010, GGK menempati peringkat ke-27 dalam daftar penyebab kematian

diseluruh dunia pada tahun 1990, namun naik menjadi peringkat ke-18 pada tahun

2010 (Jha et al., 2013). Lebih dari 2 juta orang diseluruh dunia saat ini menerima

pengobatan dengan dialisis atau transplantasi ginjal untuk tetap hidup, namun angka

ini mungkin hanya mewakili 10% dari orang yang benar-benar membutuhkan

pengobatan untuk hidup (Couser et al., 2011).

Pasien dengan GGK memiliki berbagai macam komplikasi seiring dengan

meningkatnya derajat (stage) GGK. Komplikasi tersebut antara lain dislipidemia,

hiperkalemia, asidosis metabolik, anemia, dan gangguan tulang dan mineral (Walt et

al., 2015). Selain itu, pasien dengan GGK juga memiliki beberapa kondisi

komorbiditas seperti hipertensi, diabetes, gagal jantung, obstruksi saluran kemih, dan

lain sebagainya (KDOQI, 2002). Penyakit yang lebih dari satu pasti akan mengarah

pada penggunaan beberapa obat yang sering disebut dengan polifarmasi (Nobili et

al., 2011). Polifarmasi tersebut dikaitkan dengan peningkatan risiko terjadinya drug

related problems (DRPs) (Viktil et al., 2006).

3
Munculnya beberapa kondisi yang telah disebutkan di atas, memungkinkan

terjadinya DRPs karena penggunaan berbagai macam obat untuk mengobati

komplikasi maupun komorbid yang ada. Seperti salah satu penelitian oleh Marquito

dkk (2013) menyatakan bahwa dalam peresepan obat yang diberikan kepada pasien

GGK berpotensi menimbulkan interaksi obat yang dipengaruhi oleh beberapa faktor

risiko seperti diabetes melitus, hipertensi, obesitas dan kondisi GGK yang lebih

lanjut. Selain itu, penelitian dari Manley dkk (2005) melaporkan kejadian DRPs

sebanyak 1.593 kasus yang terjadi pada 395 pasien dialisis. Menurut penelitian dari

Joel dkk (2013) kejadian DRPs pada GGK berbanding lurus dengan jumlah obat

yang diberikan. Begitu pula pada penelitian yang dilakukan oleh Rani dkk (2014)

disebutkan bahwa jumlah kejadian DRPs yang semakin meningkat dengan

bertambahnya jumlah obat yang diberikan pada pasien GGK.

Model konsep dan teori Keperawatan sister Callista Roy Merupakan model

teori yang menguraikan bagaimana individu mampu meningkatkan kesehatannya

dengan cara mempertahankan perilakunya secara adaptif serta mampu merubah

perilaku yang mal adaptif. Dalam memahami konsep ini, Callista Roy

mengemukakan konsep keperawatan dengan model adaptasi yang memiliki beberapa

pandangan atau keyakinan serta nilai yang dimilikinya diantaranya :

1. Manusia sebagai makhluk biologi, psikologi, dan sosial yang selalu

berinteraksidengan lingkungan.

2. Untuk mencapai homeostatis atau terintegrasi, seseorang harus beradaptasi

sesuaidengan perubahan yang terjadi.

3. Terdapat 3 tingkatan adaptasi pada manusia yang dikemukakan oleh Roy,

diantaranya :

4
a. Focal stimulasi yaitu stimulus yang langsung beradaptasi dengan seseorang

danakan mempunyai pengaruh kuat terhadap seseorang individu

b. Kontekstual stimulus, merupakan stimulus lain yang dialami seseorang, dan

baik stimulus internal maupun eksternal, yang dapat mempengaruhi, kemudian

dapatdilakukan observasi, diukur secara subjektif.

c. Residual stimulus, merupakan stimulus lain yang merupakan ciri tambahan

yangada atau sesuai dengan situasi dalam proses penyesuaian dengan

lingkungan yangsukar dilakukan observasi.

4. Sistem adaptasi memiliki empat model adaptasi diantaranya:

a. Fungsi fisiologis, komponen sistem adaptasi ini yang adaptasi

fisiologisdiantaranya oksigenasi, nutrisi, eliminasi, aktivitas dan istirahat,

integrasi kulit,indera, cairan dan elektrolit, fungsi neurologis dan endokrin.

b. Konsep diri yang mempunyai pengertian bagaimana seseorang mengenal pola-

pola interaksi sosial dalam berhubungan dengan orang lain.

c. Fungsi peran merupakan proses penyesuaianbyang berhubungan

denganbagaimana peran seseorang dalam mengenal pola-pola interaksi sosial

dlamberhubungan dengan orang lain.

d. Interdependent merupakan kemampuan seseorang mengenal pola-pola

tentangkasih sayang, cinta yang dilakukana melalui hubungan secara

interpersonal padatingkat individu maupun kelompok.

5. Dalam proses penyesuaian diri individu harus meningkatkan energi agar

mampumelaksanakan tujuan untuk kelangsungan kehidupan, perkembangan,

reproduksi dankeunggulan sehingga proses ini memiliki tujuan untuk

meningkatkan respon adaptif.

Secara ringkas, pandangan roy mengemukakan bahwa individu sebagai

makhluk biopsikososial dan spiritual sebagai satu kesatuan yang utuh memiliki

mekanisme kopinguntuk beradaptasi terhadap perubahan lingkungan sehingga

5
individu selalu berinteraksiterhadap perubahan lingkungan.Jadi tujuan asuhan

keperawana adalah membantu untuk beradaptasi terhadap perubahankebutuhan

fisiologis, konsep diri, fungsi peran, dan hubungan interdependensi selama

sehatsakit. Kebutuhan yang dimaksud rot antara lain:

1. Kebutuhan fisiologis dasar.

2. Pengembangan konsep diri positif.

3. Penampilan peran sosial.

4. Pencapaian keseimbangan antara kemandirian dan ketergantungan

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui Fenomena asuhan keperawatan pada pasien Chronic Kidney

Disease (CKD) di ruang Dahlia RSUD RAA Soewondo Pati

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui fenomena asuhan keperawatan pasien Chronic Kidney

Disease (CKD)

b. Untuk mengetahui penerapan aplikasi teori keperawatan dalam asuhan

keperawatan pasien Chronic Kidney Disease (CKD)

c. Untuk mengetahui perbedaan asuhan keperawatan antar kasus Chronic

Kidney Disease (CKD).

d. Untuk mengetahui aplikasi evidence based practice kasus Chronic Kidney

Disease (CKD).

e. Untuk mengetahui reflective practice: masalah yang perlu solusi atau inovasi

terkait dengan kasus Chronic Kidney Disease (CKD).

6
BAB II
KELOLAAN KASUS

PENGKAJIAN KEPERAWATAN

A. DATA UMUM

1. Nama/ Initial : Tn S

2. Tanggal Lahir : 15 Oktober 1970

3. Jenis Kelamin : Laki-Laki

4. Alamat : Langgenharjo 1/4 Juana Pati Jawa Tengah

5. Agama : Islam

6. Tanggal Masuk RS : 19 Juli 2018 jam 17.44.03

7. Tanggal pengkajian : 23 Juli 2018 jam 12.00 WIB

8. Diagnosa Medis : CKD (Chronic Kidney Desease)

9. Bangsal : Dahlia RS RAA. Soewondo Pati

B. PENGKAJIAN 13 DOMAIN NANDA

1. HEALTH PROMOTION

a. Keadaan Umum

1) Alasan Masuk Rumah Sakit

Sebelum pasien dibawa ke RS pasien mengeluh Badan terasa lemas ± 1

minggu yang lalu disertai dengan nyeri pada ulu hati, nafsu makan

menurun, kaki bengkak ± 1 bulan yang lalu. Mual (+) muntah (-), keluarga

telah memeriksakan ke fasilitas kesehatan terdekat namun tidak kunjung

sembuh, kemudian pasien dibawa ke IGD RSUD RAA Soewondo Pati di

IGD dari pemeriksaan TTV didapatkan hasil Tekanan Darah 100/70

mmHg, HR 42x/menit, RR 20x/menit, S 36,8 0C. Skala nyeri 4, kaki

edema, dari IGD pasien mendapatkan Infus Asering 12 tpm, O2 3 lpm,

7
Injeksi Pantoprazole, Injeksi SA 2 amp, Salbutamol 4 mg/12 jam, lasix 1

amp/8 jam . Kemudian pasien dipndah ke Ruang Dahlia

b. Riwayat masa lalu

Pasien mengatakan tidak pernah sakit sebelumnya dan pertama kali opname

diRS, pasien hanya sakit biasa dan kadang merasa agak sesak namun hanya

dianggap masuk angin biasa.

c. Riwayat Pengobatan Sebelumnya

Pasien hanya mengkonsumsi obat warung jika sakit, pasien kadang-kadang

minum jamu jika badan terasa capek.

d. Kemampuan Mengotrol Kesehatan

- Yang Dilakukan bila Sakit

Jika pasien sakit, pasien hanya membeli obat dari warung atau minum

jamu, namun jika belum ada perubahan terhadap kondisinya pasien

memeriksakan diri ke tenaga kesehatan ataupun puskesmas terdekat.

Pasien juga berdoa agar sakitnya segera sembuh.

- Pola Hidup

Pasien seorang tenaga kuli pasar yang berangkat pagi dan pulang sore hari,

pasien jarang melakukan olah raga secara rutin, pasien banyak makan

buah-buahan yang dibeli oleh istrinya dari pasar, namun pasien jarang

minum air putih atau sedikit minum walaupun kerja dan aktivitas berat

sebagai kuli pasar. Pasien kadang begadang diluar rumah sambil ngopi

dengan teman-teman.

e. Faktor Sosial Ekonomi

Pasien dan istri bekerja dipasar, istri bekerja sebagai penjual ayam potong

dan pasien bekerja sebagai kuli pasar. Pasien nerinteraksi baik dengan

8
teman-teman dan keluarga.Pasien melakukan pembayaran administrasi RS

secara mandiri karena kepengurusan BPJS masih dalam proses.

f. Pengobatan Sekarang tgl 23 Juli 2018

No Nama Obat Dosis Kandungan Manfaat

1 Pantoprazole 40 mg/24 jam Pantoprazole Mengatasi berbagai masalah perut

dan kerongkongan yang disebabkan

asam lambung yang meningkat

Lasix 40 mg/8 jam Furosemide Mengurangi cairan tubuh dan

membuangnya melalui saluran

kemih (diuretik)

Cefoperazone 1 gram/12 Cefoperazone Antibiotik untuk berbagai macam

jam infeksi bakteri dan tidak bekerja

untuk infeksi virus

Kalnex 500 mg/8 jam Asam Membantu meghentikan kondisi

traneksamat perdarahan.

Ketorolac 30 mg/ 12 Memblok produksi substansi alami

jam tubuh yang menyebabkan

inflamasi. Mengurangi bengkak,

nyeri dan demam

2. NUTRITION

a. A(Antropometri)

1) BB pasien sebelum sakit adalah 65 selama pasien sakit di RS pasien

mengalami penurunan berat badan sebanyak 3 kg. BB pasien pada

saat pengkajian adalah 62 Kg. Tinggi badan pasien 165 cm

9
2) Lingkar perut pasien adalah 80 cm

3) Lingkar kepala pasien 54 cm

4) Lingkar dada pasien 104

5) Lingkar lengan atas 25 cm

6) IMT 22,773 (berat badan normal)

b. B (Biochemical) data laboratrium yang tidak normal

Hb 6,7 mg%

Tg 153 mg/dl

As. Urat 11,8 mg/dl

c. C (Clinical ) : konjungtiva anemis, kulit tampak kering, badan

terasa lemas, rambut mudah rontok

d. D (Diet) : pasien mendapatkan diit bubur halus rendah

protein selama diRS, makanan habis seperempat

porsi karena pasien merasa mual saat makan.

e. E (Energy) : pasien merasa lemah, dalam beraktivitas pasien

dibantu oleh istrinya. Makan dan minum pasien

dibantu oleh istrinya.

f. F (faktor) : pasien merasa mual karena kadar ureum dalam

darahnya tinggi, pasien tidak mengalami

masalah dalam proses menelan dan mengunyah

g. Penilaian status Gizi : Pasien mengalami penurunan BB walaupun

dalam hitungan IMT masih dalah kategori

normal,naun pasien mempunyai resiko

penurunan BB dengan kondisi yang dialami

sekarang

10
h. Pola Asupan Cairan : Pasien dianjurkan untuk membatasi asupan

cairan, pasien dianjurkan minum sesuai dengan

jumlah urine. Pasien terpasang infus Asering 12

tpm

i. Cairan masuk : Pasien mendapatkan infus 12 tpm dalam 24 jam

pasien mendapatkan cairan 864 cc cairan

infus/24 jam. Pasien minum 3 gelas 600 cc

j. Cairan keluar : urin dalam 24 jam 600 cc dan BAB 1x 200 cc

IWL 15x62= 930

k. Balance cairan 1464-1730 = (-266cc)

l. Pemeriksaan Abdomen :

1) Inspeksi : perut bawah kuadaran 3 dan 4 terlihat blass penuh dengan

cairan, acites (+) tidak terdapat luka pada area

abdomen,tampak pergerakan perut reguler.

2) Auskultasi : peristaltik usus 16x/menit

3) Palpasi : perut teraba lunak, tidak teraba pembesaran hepar

4) Perkusi : terdengar suara redup pada kuadran 3 dan 4

3. ELEMINATION

a. Sistem Urinari

1) Pasien mengatakan nyeri saat BAK karena sehari sebelum pengkajian

dilakukan pasien minta DC dilepas karena sakit. Pasien selalu menahan

BAK karena terasa sakit saat BAK. Setiap BAK pasien diminta lapor

kepetugas untuk dicatat jumlah urine nya.

2) Riwayat kelainan kandung kemih

11
Tidak terdapat riwayat kelainan kandung kemih, pasien tidak mengaami

BPH pasien mengalami iritasi pada saluran kemih sehingga sakit saat

BAK

3) Pola urine (warna, kekentalan, bau)

urine total : 600 cc/ 24 jam, bau khas amoniak, warna pekat kuning

kecoklatan

4) Distensi kandung kemih/retensi urine

Pada abdomen kuadaran 3 dan 4 Tampak distensi (Area kandung kemih)

dan pasien mengalami penurunan frekuensi BAK karena sakit dan

gangguan pada ginjal.

a. Sistem Gastrointestinal

1) Pola eliminasi

Pasien mengalami milena pada 2 hari sebelum pengkajian dilakukan,

Pada saat pengkajian dilakukan pasien sudah tidak mengalami milena.

Pasie BAB 1x sehari dengan konsistensi lunak, warna coklat dan bau

khas

2) Konstipasi dan faktor penyebab konstipasi

Selama pasien di RS pasien tidak mengalami konstipasi, pasien mampu

BAB secara normal tanpa gangguan

b. Sistem Integument

1) Kulit (integritas kulit/hidrasi/turgor /warna/suhu)

Kulit; Warna: sawo matang, agak kering, akral teraba hangat, kapilarisasi

refil <2 detik. Pada ekstremitas bawah kaki mengalami edema dan

terdapat pitting edema 5 detik

12
1. ACTIVITY/REST

a. Istirahat/tidur

1) Jam tidur : Saat pengkajian pasien cenderung mudah lelah tetapi

tidak ada gangguan pada tidur. Untuk jam istirahat

pasien malam hari selama 6-7 jam dan siang hari pasien

tidur 2 jam

2) Insomnia : Pasien tidak mengalami insomnia dan gangguan tidur

yag lain. Kadang-kadang pasien terbangun karena

nafasnya terasa sesak

3) Pertolongan untuk merangsang tidur pasien (pasien mampu tidur tanpa

harus memerlukan rangsangan atau bantuan)

b. Aktivitas

1) Pekerjaan : pasien bekerja sebagai kuli pasar

2) Kebiasaan olah raga : pasien jarang berolahraga pasien mengatakan

saat melakukan aktivitas sudh sekaligus

melakukan olah raga

3) ADL

a) Makan : pasien mampu melakukan makan secara mandiri

diatas tempat tidur dari diit RS yang diberikan

b) Toileting : selama sakit pasien disibin oleh keluarganya 2x

sehari dan pasien merasa lemah sehingga

toileting ditempat tidur.

c) Kebersihan : Dalam sehari pasien dilakukan personal hygiene

2X. Dibantu oleh keluarga

d) Berpakaian : Dalam berpakaian pasien dibantu keluarga

13
4) Bantuan ADL : Dibantu oleh keluarga.

5) Kekuatan otot : 4 4

4 4

6) ROM : pasien mampu melakukan rentang gerak secara

aktif.

c. Cardio respons

1) Penyakit jantung : detak jantung pasien lambat (bradiardi) HR

48 x/menit (hasil pemeriksaan EKG)

2) Edema esktremitas : terdapat edema pada ekstremitas bawah

3) Tekanan darah dan nadi

a) Berbaring : 110/70 mmHg, tekanan darah diukur pada

ekstemitas kanan atas

b) Duduk : tidak diukur

4) Tekanan vena jugularis: Tidak terdapat distensi vena jugularis

5) Pemeriksaan jantung

a) Inspeksi : Ictus kordis tidak terlihat

b) Palpasi : Iktus cordis teraba pada Spatium Inter Costa V

sebelah medial linea midklavikularis sisnistra,

tidak terdapat oedem.

c) Perkusi : Suara redup jantung tedengar pada :

Kanan atas SIC II Linea sternalis Dextra

Kanan Bawah SIC IV Linea Parasternalis Dextra

Kiri Atas : SIC II Linea Para Sternalis Sinistra

14
Kiri bawah : SIC IV Linea Medio Clavicularis

Sinistra

d) Auskultasi : Bunyi S1 dan S2 tunggal reguler, tidak terdengar

bunyi S3 dan S4

d. Pulmonary respon

1) Penyakit sistem nafas : pemeriksaan thorax pasien dalam batas normal

pasien tidak mempunyai riwayat asma maupun

tonsilitis

2) Penggunaan O2 : pasien terpasang O2 3lpm

3) Kemampuan bernafas : spontan ireguler

4) Gangguan pernafasan : terdengar suara vesikuler pada paru

5) Pemeriksaan paru-paru

a) Inspeksi : Gerakan dinding dada simteris, terdapat

penggunaan otot bantu napas dan retraksi

interkosta, kulit normal, tidak terdapat kelainan

bentuk dada, tidak terdapat jejas, jaringan parut

pada permukaan dinding dada, RR pada saat

pengkajian dan terpasang O2 24x/menit.

b) Palpasi : Pergerakan dinding dara simetris, tidak teraba

adanya massa abnormal, fremitus taktil (-).

c) Perkusi : Sonor seluruh lapang paru

d) Auskultasi : Vesikuler

15
2. PERCEPTION/COGNITION

a. Orientasi/kognisi

1) Tingkat pendidikan : SMP

2) Kurang pengetahuan : pasien masih kurang tahu tentang

perkembangan informasi baik itu

informasi tentang kesehatan, politik

dan pengetahuan umum.

3) Pengetahuan tentang penyakit : pasien mengatakan tahu akan penyakit

yang dideritanya namun pasien kurang

tahu tentang penatalaksanaan yang

tepat akan penyakit yang dideritanya.

Pasien merasa takut saat akan

dilakukan tindakan haemodialisa

karena pasien mempunyai pengalamam

bahwa kakaknya meninggal setelah

dilakukan 3x cuci darah (haemodialisa)

4) Orientasi (waktu, tempat, orang): kesadaran pasien compos mentis,

pasien tidak mengalami gangguan

orientasi tempat, waktu dan mampu

mengenali orang dengan baik.

b. Sensasi/persepsi

1) Riwayat penyakit jantung : EKG sinus bradikardi

2) Sakit kepala : pasien tidak merasakan sakit kepala

16
3) Penggunaan alat bantu : pasien tidak memakai kaca mata, alat

bantu dengar maupun alat bantu

penginderaan yang lain.

4) Penginderaan : pasien tidak mengalami miopo maupun

presbiopi pada penglihatan, katarak (-)

pasien mampu mendengar dengan baik,

pasien mampu membedakan rasa dan

pasien mampu membedakan bentuk dan

tekstur suatu benda dengan indera

kulitnya.

c. Communication

1) Bahasa yang digunakan : pasien menggunakan bahasa Jawa dalam

komunikasi sehari-hari

2) Kesulitan berkomunikasi : pasien mampu berkomunikasi dengan

baik tanpa ada gangguan

3. SELF PERCEPTION

a. Self-concept/self-esteem

1) Perasaan cemas/takut : pasien merasa cemas dengan kondisinya

namun pasien menolak saat akan

dilaksanan tindakan HD untuk proses

pengobatan penyakitnya

2) Perasaan putus asa/kehilangan: pasien berusaha menerima akan kondisi

yang dialaminya.

17
3) Keinginan untuk mencederai : pasein tampak sedih namun tak ada

tanda untuk menciderai diri dan orang

lain

4) Adanya luka/cacat : tidak terdapat adanya luka dan cacat.

4. ROLE RELATIONSHIP

a. Peranan hubungan

1) Status hubungan : pasien berhubungan baik dengan istri

dan pasien belum mempunyai anak

pasien juga kooperatif dan mempuyai

hubungan baik dengan profesional

pemberi asuhan

2) Orang terdekat : pasien dekat dengan istri nya. Selama

sakit pasien ditunngui oleh istrinya

3) Perubahan konflik/peran : selama sakit pasien tidak bisa bekerja

demikian dengan istrinya

4) Perubahan gaya hidup : pasien tidak mengalami perubahan gaya

hidup, namun pasien hanya harus taat

dengan diit dan membatasi minum atau

cairan yang masuk.

5) Interaksi dengan orang lain : interaksi pasien dengan keluarga dan

perawat baik dengan para tetangga juga

baik terlihat banyak tetangga yang

berkunjung pada jam besuk.

18
5. SEXUALITY

a. Identitas seksual

Masalah/disfungsi seksual : pasien berjenis kelamin laki-laki dan

sudah 15 tahun menikah namun belum

mempunyai anak

2) Periode menstruasi : tidak terkaji

3) Metode KB yang digunakan : tidak terkaji

4) Pemeriksaan SADARI : tidak terkaji

5) Pemeriksaan papsmear : tidak terkaji

6. COPING/STRESS TOLERANCE

a. Coping respon

1) Rasa sedih/takut/cemas : pasien merasa sedih dengan

penyakit yang dideritanya

2) Kemampan untuk mengatasi : pasien hanya berdoa kepada

alloh dan bercerita dengan

istrinya

3) Perilaku yang menampakkan cemas : pasien tampak gelisah dan

banyak diam diatas tempat

tidur

a. LIFE PRINCIPLESNilai kepercayaan

1) Kegiatan keagamaan yang diikuti : pasien beragama Islam, pasien

tidak menjalakan ibadah sholat

selama sakit, pasien hanya

berdoa.

19
2) Kemampuan untuk berpartisipasi : pasien aktif dalam kegiatan

bermasyarakat setelah pulang

dari pasar

3) Kegiatan kebudayaan : pasien mengikuti kegiatan

budaya yang ada disekitar

lingkungannya.

4) Kemampuan memecahkan masalah : sebelum sakit Jika terdapat

masalah pasien selalu pergi

mencari hiburan sesaat, tetapi

selama sakit jika terdapat

masalah selalu di diskusikan

dengan istrinya

7. SAFETY/PROTECTION

a. Alergi : Tidak terdapat riwayat alergi

b. Penyakit autoimune : Tidak ada

c. Tanda infeksi : Tidak ada

d. Gangguan thermoregulasi : 36,50C

8. COMFORT

a. Kenyamanan/Nyeri : Terdapat nyeri (terasa panas) pada kelamin

pasien ketika akan BAK

b. Rasa tidak nyaman lainnya : Pasien merasakan ketidaknyamanan akibat

penyakitnya dan melakukan penarikan diri.

c. Gejala yang menyertai :-

20
9. GROWTH/DEVELOPMENT

Pertumbuhan dan perkembangan : Tidak di kaji, klien dewasa

A. DATA LABORATORIUM & PENUNJANG LAIN

Tanggal & Jenis Hasil


Harga Normal Satuan Interpretasi
Jam Pemeriksaan Pemeriksaan
23 Juli 2018 Leukosit 5,8 3,8-10,6 103/ul Normal

Eritrosit 2,39 4,7-6,1 Low

Hemoglobin 6,7 13,2-17,3 g/dl Low

Hematokrit 21,0 40-52 Low

Asam Urat 11,8 2,4-7,0 mg/dl High

Kholesterol 112 <200 mg/dl Normal

Tg 153 0-150 mg/dl High

Trombosit 391 150-400 103/ul Normal

RDW-CV 13,9 11,5-14,5 Normal

RDW-SD 45,5 35-47 fL Normal

PDW 10,2 9,0-13,0 fL Normal

MPV 9,3 6,8-10,0 fL Normal

P-LCR 19,9

GDS 92 70-160 Mg/dl Normal

SGOT 151,5 <35 U/L High

SGPT 632,4 <45 U/L High

UREUM 136,8 10-50 MG/DL High

CREATININ 8,46 0,60-1,20 MG/DL High

ALBUMIN 3,8 3,4-4,6 G/DL Normal

Na 102,8 135-155 Mmol/L Low

21
K 4.73 3.6-5.5 Normal
Mmol/L
Cl 85,6 95-108 Normal
Mmol/L

Interprestasi EKG

Gelombang P,Q,R,S,T normal, irama reguler jarak R-R’ 7 kotak besar HR 300/7 =

42x/menit

Tidak ditemukan gelombang ST elevasi maupun depresi dan kelainan lain

USG Abdoment

Hepar : Uk. Dbn permukaan rata, tepi tajam. Parenkim homogen V.porta/duct dalam

batas normal Lien tidak membesar V. Linealis dbn

Pangkreas : tidak membesar

Ren Dx dan sinistra ukuran mengecil. batas kortek medula tidak jelas, ekogenositas

meningkat. PCS agak melebar, batu (-) aorta tidak tampak pembesaran

22
DAFTAR MASALAH

Masalah Tanggal Ttd.


N Tanggal
Data Fokus
o /Jam Keperawatan Teratasi Perawat

1 23 Juli 18  Edema ekstremitas bawah Kelebihan volume BBG


13.00  Pitting edema kembali cairan
dalam 5 detik
 Perut tampak acites, blass
teraba penuh
 Kemampuan ginjal
menurun
 Ureum 8,46 mg/dl
 Creatini 136,8 mg/dl (Dx 1)

23 Juli 18  Pasien mengatakan nafas


Ketidak
13.00 terasa sesak
efektifan pola
 Pernafasan ireguler, tampak
pemakaian otot bantu nafas
tambahan
 Hb 6,7 mg% pasien tampak
anemis
 Pasien terpasang O2 3 lpm
RR 24x/menit (Dx 2)

23 Juli 18
 Pasien mengatakan nyeri
13.00
saat BAK Nyeri Akut

 Skala nyeri 4
 Nyeri seperti terbakar
 Nyeri menyebar sampai
scrotum
 Pasien mengatakan nyeri
setelah DC dilepas (Dx 3)

23
23 Juli 18  Pasien mengatakan tahu
13.00 tentang penyakitnya tapi Ancietas
tidak tahu tentang
penatalaksanaanya
 Pasien tampak cemas dan
hanya diam
 Pasien menolak untuk
dilakukan HD karena
pengalaman dari kakanya
(Dx 4)

24
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

NO DIAGNOSA TUJUAN RENCANA TINDAKAN


KEPERAWATAN KEPERAWATAN (NIC)
(NANDA) (NOC)
1 Kelebihan Volume Cairan NOC: NIC
b.d insufisiensi ginjal  Electrolit and acid Fluid management
Ditandai dengan: base balance  Timbang popok/pembalut jika
 Edema ekstremitas  Fluid balance diperlukan
bawah  Hydration  Pertahankan catatan intake dan
 Pitting edema kembali Setelah dilakukan output yang akurat
dalam 5 detik tidakan keperawatan  Pasang urin kateter jika
 Perut tampak acites, selama 3 x 24 jam diperlukan
blass teraba penuh masalah teratasi.  Monitor hasil Hb yang sesuai

 Kemampuan ginjal Kriteria Hasil: dengan retensi cairan (BUN,

menurun  Terbebas dari edema, Hmt, osmolalitas urin)

 Hb 6,7 efusi, anaskara  Monitor status hemodinamik

 Ureum 8,46 mg/dl  Bunyi nafas bersih, termasuk CVP,MAP, PAP dan
PCWP
 Creatini 136,8 mg/dl tidak ada dvspneu/
ortopneu  Monitor vital sign
 Terbebas dari distensi  Montor indikasi retensi /
vena jugularis, reflek kelebihan cairan (cracles, CVP,
hepatojugular (+) edema, distensi vena leher,
 Memelihara tekanan asites)
vena sentral, tekanan  Kaji lokasi dan luas edema
kapiler paru, output  Monitor masukan makanan /
jantung dan vital sign cairan dan hitung intake kalori
dalam batas normal  Monitor status nutrisi
 Terbebas dan  Kolaborasi pemberian diuretik
kelelahan, kecemasan sesuai interuksi
atau kebingungan  Batasi masukan cairan pada
 Menjelaskan indikator keadaan hiponatrermi dilusi
kelebihan cairan dengan serum Na < 130 mEq/l
 Kolaborasi dokter jika tanda

25
cairan berlebih muncul
memburuk
Fluid Monitoring
 Tentukan riwayat jumlah dan tipe
intake cairan dan eliminasi
 Tentukan kemungkinan faktor
resiko dan ketidakseimbangan
cairan (Hipertermia, terapi
diuretik, kelainan renal, gagal
jantung, diaporesis, disfungsi
hati, dll)
 Monitor berat badan, BP, HR,
dan RR
 Monitor serum dan elektrolit
urine
 Monitor serum dan osmilalitas
urine
 Monitor tekanan darah
orthostatik dan perubahan irama
jantung
 Monitor parameter hemodinamik
infasif
 Catat secara akurat intake dan
output
 Monitor adanya distensi leher,
rinchi, eodem perifer dan
penambahan BB
 Monitor tanda dan gejala dari
odema

2 Ketidak efektifan pola NOC: NIC :


nafas b.d penurunan  Respiratory status : Airway Management

26
energi dan kelelahan Ventilation  Atur intake untuk cairan
Ditandai dengan:  Respiratory status : mengoptimalkan keseimbangan.
 Pasien mengatakan Airway patency  Monitor respirasi dan status O2
nafas terasa sesak  Vital sign Status
 Pernafasan ireguler, Setelah dilakukan Oxygen Therapy
tampak pemakaian otot tidakan keperawatan  Pertahankan jalan nafas yang
bantu tambahan selama 3 x 24 jam paten
 Hb 6,7 mg% pasien masalah teratasi.  Atur peralatan oksigenasi
tampak anemis Kriteria Hasil:  Monitor aliran oksigen
 Pasien terpasang O2 3  Mendemonstrasikan  Pertahankan posisi pasien
lpm batuk efektif dan  Onservasi adanya tanda tanda
RR 24x/menit suara nafas yang hipoventilasi
bersih, tidak
ada  Monitor adanya kecemasan pasien
sianosis dan dyspneu terhadap oksigenasi
(mampu
mengeluarkan Vital sign Monitoring
sputum, mampu  Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
bernafas dengan
 Catat adanya fluktuasi tekanan
mudah, tidak ada
darah
pursed lips)
 Monitor VS saat pasien berbaring,
 Menunjukkan jalan
duduk, atau berdiri
nafas yang paten
 Auskultasi TD pada kedua lengan
(klien tidak merasa
dan bandingkan
tercekik, irama nafas,
 Monitor TD, nadi, RR, sebelum,
frekuensi pernafasan
selama, dan setelah aktivitas
dalam rentang
 Monitor kualitas dari nadi
normal, tidak ada
 Monitor frekuensi dan irama
suara nafas abnormal)
pernapasan
 Tanda Tanda vital
 Monitor suara paru
dalam rentang normal
 Monitor pola pernapasan
(tekanan darah, nadi,
abnormal
pernafasan)
 Monitor suhu, warna, dan

27
kelembaban kulit
 Monitor sianosis perifer
 Monitor adanya cushing triad
(tekanan nadi yang melebar,
bradikardi, peningkatan sistolik)
 Identifikasi penyebab dari
perubahan vital sign

3 Nyeri akut b.d agen cidera NOC: NIC


fisik  Pain Level, Pain Management
Ditandai dengan:  Pain control  Lakukan pengkajian nyeri secara
 Pasien mengatakan nyeri  Comfort level komprehensif termasuk lokasi,
saat BAK Setelah dilakukan karakteristik, durasi frekuensi,
 Skala nyeri 4 tidakan keperawatan kualitas dan faktor presipitasi
 Nyeri seperti terbakar selama 3 x 24 jam  Observasi reaksi nonverbal dan
 Nyeri menyebar sampai masalah teratasi. ketidaknyamanan
scrotum Kriteria Hasil:  Gunakan teknik komunikasi
 Pasien mengatakan nyeri  Mampu mengontrol terapeutik untuk mengetahui
setelah DC dilepas (Dx nyeri (tahu penyebab pengalaman nyeri pasien
3) nyeri, mampu  Kaji kultur yang mempengaruhi
menggunakan tehnik respon nyeri
nonfarmakologi untuk  Evaluasi pengalaman nyeri masa
mengurangi nyeri, lampau
mencari bantuan)  Evaluasi bersama pasien dan tim
 Melaporkan bahwa kesehatan lain tentang
nyeri berkurang ketidakefektifan kontrol nyeri masa
dengan menggunakan Iampau
manajemen nyeri  Bantu pasierl dan keluarga untuk
 Mampu mengenali mencari dan menemukan dukungan
nyeri (skala,  Kontrol lingkungan yang dapat
intensitas, frekuensi mempengaruhi nyeri seperti suhu
dan tanda nyeri) ruangan, pencahayaan dan
 Menyatakan rasa kebisingan
nyaman setelah nyeri  Kurangi faktor presipitasi nyeri

28
berkurang  Pilih dan lakukan penanganan nyeri
(farmakologi, non farmakologi dan
inter personal)
 Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
menentukan intervensi
 Ajarkan tentang teknik non
farmakologi
 Berikan anaIgetik untuk mengurangi
nyeri
 Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
 Tingkatkan istirahat
 Kolaborasikan dengan dokter jika
ada keluhan dan tindakan nyeri tidak
berhasil
 Monitor penerimaan pasien tentang
manajemen nyeri
Analgesic Administration
 Tentukan lokasi, karakteristik,
kualitas, dan derajat nyeri sebelum
pemberian obat
 Cek instruksi dokter tentang jenis
obat, dosis, dan frekuensi
 Cek riwayat alergi
 Pilih analgesik yang diperlukan atau
kombinasi dari analgesik ketika
pemberian lebih dari satu
 Tentukan pilihan analgesik
tergantung tipe dan beratnya nyeri
 Tentukan analgesik pilihan, rute
pemberian, dan dosis optimal
 Pilih rute pemberian secara IV, IM
untuk pengobatan nyeri secara
teratur

29
 Monitor vital sign sebelum dan
sesudah pemberian analgesik
pertama kali
 Berikan analgesik tepat waktu
terutama saat nyeri hebat
 Evaluasi efektivitas analgesik, tanda
dan gejala
5 Ansietas b.d krisis NOC:  kaji dan dokumentasikan tingkat
situasional dan  Tingkat ansietas kecemasan pasien, termasuk reaksi
ketidakberdayaan  Pengendalian diri fisik
Ditandai dengan: terhadap ansietas  berikan informasi factual
 Pasien mengatakan tahu  Konsentrasi; menyangkut diagnosis, terapi dan
tentang penyakitnya tapi kemampuan untuk prognosis
tidak tahu tentang fokus pada stimulasi  instruksikan pasien tentang
penatalaksanaanya tertentu penggunaan teknik relaksasi
 Pasien tampak cemas  Koping; tindakan  Lakukan kolaborasi tentang
dan hanya diam personal untuk pemberian obat untuk menurunkan
 Pasien menolak untuk mengatasi stressor ansietas jika perlu
dilakukan HD karena yang membebani  pada saat ansietas berat, lakukan
pengalaman dari sumber-sumber pendampingan pasien, bicara
kakanya individu dengan tenang, dan berikan
Setelah dilakukan ketenangan serta rasa nyaman
tidakan keperawatan  Lakukan dorongan kepada pasien
selama 2 x 24 jam untuk mengungkapkan secara verbal
masalah teratasi. pikiran dan perasaan untuk
Kriteria Hasil: mengeksternalisasikan ansietas
 Ansietas berkurang,  Bantu pasien untuk memfokuskan
dibuktikan oleh pada situasi saat ini, sebagai cara
tingkat ansietas hanya untuk mengidentifikasi mekanisme
ringan sampai sedang koping yang dibutuhkan untuk
dan selau mengurangi ansietas
menunjukkan  Berikan lingkungan yang tenang
pengendalian diri dan batasi kontak dengan orang lain

30
terhadap ansietas, diri,  Berikan komunikasi terapeutik
koping. dengan pendekatan yang tenang dan
 Menunjukkan meyakinkan
pengendalian diri  Berikan aroma terapi untuk
terhadap ansietas menurunkan kecemasan (evidence
based)

31
IMPLEMENTASI TINDAKAN KEPERAWATAN

Tanggal Kode Dx Ttd.


Tindakan Keperawatan Respons
/Jam Kep. Perawat

Senin, 23 1,2,3,4  Memonitor TTV, TD 110/60 HR 60x/menit RR BBG

Juli 2018 pemberian O2, 24x/menit, Pasien merasa nyaman

13.00 memberikan posisi dengan O2 dan posisi yang

nyaman pada pasien diberikan.

 Memberikan terapi per Obat peroral masuk tidak

oral As Folat, Callos ditemukan reaksi alergi

 Mengajarkan tehnik Pasien mampu mengikuti

relaksasi distraksi instruksi yg diberikan dengan

(guide imagery) baik

 Memberikan penjelasan Pasien paham akan penjelasan

tentang penyakit dan yang diberikan

penatalaksanaanya BBG

 Mengajarkan tehnik Pasien menjadi lebih tenang

dan cara koping

mengurangi stress
14.00 1,2,3,4,  Menghitung balance Infus masuk 750 cc + minum 400

cairan cc – urine 1000 cc +BAB 100 cc

= + 50cc

 Mengatur posisi

nyaman untuk untuk Pasien merasa lebih nyaman

dengan posisi yang diberikan


pasien

32
 Memonitor TTV TD 120/70mmHg HR 64x/menir

TTV,nyeri keadaan RR 16x/menit skala nyeri 2. K.u

15.00 pasien, TTV skala nyeri baik

 Memberikan obat Obat peroral masuk, tidak ada

2 peroral pada pasien reaksi alergi dan rasa mual

pada pasien BBG

 Memberikan aroma Pasien merasa nyaman

terapi

 Mengganti infus Asering 12 tpm tetsan lancar

 Memberikan posisi Pasien kooperatif saat diberikan

kaki elevasi 150 posisi

 Memberikan obat Cefoperazone, ketorolac, kalnex,

17.00 injeksi pantoprazole, lasix masuk dan

tidak ada rasa nyeri

Terpasang tranfusi 500 cc gol


 Memasang tranfusi
darah B Rh +
PRC
O2 diturunkan 2 lpm
 Mengatur pemberian
21.00
O2
Pasien beristirahat
 Menciptakan suasana

tenang
TD 120/65 mmHg, HR
 Memonitor K.U dan
70x/menit, RR 16x/menit
TTV
23.00 Pasien merasa lebih nyaman
 Merapikan tempat tidur

 Memberikan terapi
Injeksi masuk, tidak terlihat nyeri

33
injeksi saat pemberian injeksi

 Mengkaji tingkat cemas Pasien tampak tenang dan

24/7-2018 pasien dan rasa nyeri mengatakan nyeri namun sudah

07.00 1,2,3,4 pasien berkurang

 Mengajarkan tehnik Pasien mampu melakukan tehnik BBG

distraksi relaksasi yang diajarkan

 Memberikan penjelasan Pasien menolak tindakan JD yang

tentang tindakan HD akan dilakukan

 Membatasi jumlah Lingkungan tenang pasien dapat

pengunjung beristirahat

 Melakukan observasi Edema berkurang, pitting edema

terhadap kondisi edema (-)

pasien
10.00  Mengatur pemberian O2 dihentikan

O2
PRC masuk 250 cc, tidak
 Memasang tranfusi ke 2
ditemukan alergi

TD 120/70 mmHg, HR 72x/menit


 Memantau TTV dan
14.00 RR 16x/menit. KU baik
kondisi umum
Balance cairan – 50 cc
 pasien, TTV skala nyeri
TD 120/70mmHg HR 64x/menir

RR 16x/menit skala nyeri 2. K.u

baik
 Memberikan obat
Obat peroral masuk, tidak ada
peroral pada pasien
reaksi alergi dan rasa mual

34
pada pasien

 Mengatur posisi pasien Pasien merasa nyaman

 Mengganti infus Asering 12 tpm tetsan lancar

 Mengatur posisi kaki Pasien kooperatif saat diberikan

elevasi 150 posisi

 Memberikan obat Cefoperazone, ketorolac, kalnex,

injeksi pantoprazole, lasix masuk dan

tidak ada rasa nyeri

 Mengatur pemberian O2 di hentikan

O2
25-7-2018 07.00  Menciptakan suasana Pasien beristirahat

tenang
TD 110/75 mm Hg RR 20x/menit
 Memonitor K.U dan
HR 72x/menit S 36,8
TTV
Pasien merasa nyaman BBG
 Merapikan tempat tidur
Cefoperazone, ketorolac, kalnex,
 Memberikan terapi
pantoprazole, lasix masuk dan
injeksi
tidak ada rasa nyeri

 Mengkaji tingkat cemas


Pasien tidak merasa cemas.
pasien dan rasa nyeri

pasien

35
CATATAN PERKEMBANGAN

Tanggal Kode Dx Subyektif, Obyektif, Assesment, Planning Nama

/Jam Kep. (SOAP) Perawat

Rabu,25 Juli 1 S: Pasien mengatakan sudah membatasi cairan yang masuk BBG

2018 dengan membatasi cairan.

14.00 O: edema (-), pitting edema - Ureum 123mg/dl Creatinin 8,2

mg/dL

A: Masalah keperawatan Teratasi sebagian

P: Lanjutkan intervensi

 Anjurkan pasien untuk membatasi cairan

 Instruksikan pasien untuk makan rendah rendah protein

Rabu, 25 Juli 2 S:Pasien mengatakan tidak merasa sesak BBG

2018 O: RR 20x/menit

09.00  suara nafas bronco vesikuler

 irama pernafasan reguler

 tidak tampak penggunaan otot dada tambahan saat

bernafas

A: Masalah teratasi

P: pertahankan intervensi

Rabu, 25 juli 3 S: Pasien mengatakan nyeri saat BAK berkurang BBG

2018 O: skala nyeri 2

14.15  pasien tampak tidak menahan sakit

A: Masalah keperawatan teratasi sebagian

36
P: Lanjutkan intervensi

 anjurkan pasien melakukan nafas dalam saat BAK

Rabu, 30 4 S: pasien mengatakan menolak untuk dilakukan HD

agustus 2017 O: BBG

14.30  pasien tampak lebih tenang

A: Masalah keperawatan teratasi sebagian

P: Lanjutkan Intervensi

 Motivasi dan berikan pengertian mendalam tentang perlunya

pemberian tindakan HD

37
PENGKAJIAN KEPERAWATAN II

C. DATA UMUM

1. Nama/ Initial : Tn SW

2. Tanggal Lahir : 1 Juli 1965

3. Jenis Kelamin : Laki-Laki

4. Alamat : Tanjunganom 4/2 Gabus Pati Jawa Tengah

5. Agama : Islam

6. Tanggal Masuk RS : 31 Juli 2018 jam 11.57.10

7. Tanggal pengkajian : 1 Agustus 2018 jam 07.00 WIB

8. Diagnosa Medis : CKD (Chronic Kidney Desease) + Hipoglicemia

Unspecific

9. Bangsal : Dahlia RS RAA. Soewondo Pati

D. PENGKAJIAN 13 DOMAIN NANDA

1. HEALTH PROMOTION

a. Keadaan Umum

1) Alasan Masuk Rumah Sakit

Sehari sebelum dibawa ke Rumah sakit pasien merasakan mual dan kepala

terasa pusing.kemudian pasien diperiksakan kekeponakanya yang

berprofesi sebagai seorang bidan. Dari informasi pasien saat pemeriksaan

kadar GDS yang diukur dengan alat cek gula otomatis adalah 276 mg%

kemudia pasien diberikan obat penurun kadar gula darah. Pagi harinya

pasien merasa lemah dan mengalami penurunan kesadaran kemudian

dibawa ke IGD RSUD RAA Soewondo Pati. Dari hasil pemeriksaan fisik

didapatkan hasil TD 210/100mmHg, HR 112x/menit RR 18x/menit S

38
36,70C SpO2 87% kesadaran koma GCS E1M1V1 =3 reflek pupil

terhadap cahaya (+) pemeriksaan GDS Low. dari IGD pasien

mendapatkan bolus D40% 4 flash infus D10% 20 tpm, dipasang

Orofaringeal, O2 3 lpm target SpO2 99% inj Esola 40 mg/12 jam,

amlodipin 1-0-0 advice cek GDS/ 24 jam sledding scale . Kemudian pasien

dipndah ke Ruang Dahlia

b. Riwayat masa lalu

pasien mengatakan pasien tidak pernah opname di RS sebelumnya pasien

jarang sakit dan hanya masuk angin biasa. Pasien jarang memeriksakan

kesehatanya secara rutin. Istri pasien mengatakan bahwa pasien tidak

memiliki riwayat DM dan hipertensi sebelumnya.

c. Kemampuan Mengotrol Kesehatan

- Yang Dilakukan bila Sakit

Apabila pasien merasakan sakit, pasien akan membeli obat dari warung

atau jamu. Kadang pasien membawa ketenaga kesehatan terdekat atau

fasilitas kesehatan terdekat apabila penyakit yang dideritanya tak kunjung

sembuh.

- Pola Hidup

Pasien adalah seorang petani dan peternak setiap hari pasien harus bekerja

pagi hingga sore hari, pasien jarang minum air putih. Pasien kadang

begadang sampai malam hari sambil minum kopi bersama teman-temanya.

d. Faktor Sosial Ekonomi

Pasien bekerja sebagai seorang petani dan peternak sedangkan istri bekerja

sebagai pedagang warung kecil-kecilan dirumah. Pasien nerinteraksi baik

39
dengan masyarakat dan keluarga. Pasien melakukan pembayaran

administrasi RS secara mandiri.

e. Pengobatan Sekarang tgl 31 Juli 2018

No Nama Obat Dosis Kandungan Manfaat

1 D4 % Sesuai protap Glucose diindikasikan untuk perawatan

sesuai kadar Monohydrate Gagal ginjal, Tes toleransi glukosa,

gula darah Penyakit penyimpanan glikogen,

pasien Intoleransi terhadap sukrosa, Gagal

ginjal, Sirosis hati dan kondisi

lainnya

Esola 40mg/24 jam esomeprazole Refluks gastroesofagus pada pasien

esofagitis.

Amlodipine 10mg/24 jam amlodipine untuk mengatasi hipertensi atau

tekanan darah tinggi. Obat ini juga

bisa digunakan untuk membantu

mengatasi serangan angina pectoris

atau angin duduk

2. NUTRITION

a. A(Antropometri)

7) BB pasien sebelum sakit adalah 75 selama pasien sakit di RS pasien

belum mengalami penurunan. BB pasien pada saat pengkajian adalah

75Kg. Tinggi badan pasien 166 cm

8) Lingkar perut pasien adalah 90 cm

9) Lingkar kepala pasien 54 cm

40
10) Lingkar dada pasien 110

11) Lingkar lengan atas 25 cm

12) IMT 27,207 (Over Weight)

b. B (Biochemical) data laboratrium yang tidak normal

Hb 5,8 mg%

Kholesterol HDL 34 mg/dL

c. C (Clinical ) : konjungtiva tampak anemis, badan lemas,

pasien Somnolent saat sampai di ruang Dahlia

GCS E2M4V2

d. D (Diet) : diit RS yang diberikan adalah rendah protein

pasien habis ½ porsi, pasien mengatakan kurang

nafsu makan

e. E (Energy) : pasien mampu bergerak dan bergeser, pasien

duduk dengan dibantu keluarga. Kekuatan otot

4.

f. F (faktor) : pasien merasa nafsu makan menurun karena

kadang pasien agak mual akibat kadar ureum

dalam darah tinggi.

g. Penilaian status Gizi : pasien mempunya IMT over weight. Kadar

kholesterol HDL rendah dan kadar Hb turun

h. Pola Asupan Cairan : pasien mendapatkan infus D10% 20 tpm untuk

sementara pasien dipuasakan.

i. Cairan masuk : Pasien mendapatkan infus 20 tpm dalam 24 jam

pasien mendapatkan cairan 1440 cc cairan

41
Pasien minum mendapatkan bolus D40% 28

flash = 200 cc

j. Cairan keluar : urin dalam 24 jam 700 cc dan BAB (-) IWL

15x75= 1125

k. Balance cairan 1640-1825 = (-185cc)

l. Pemeriksaan Abdomen :

1) Inspeksi : perut bawah kuadaran 1-4 datar, acites (-) tidak terdapat

luka pada area abdomen,tampak pergerakan perut reguler.

2) Auskultasi : peristaltik usus 18x/menit

3) Palpasi : perut teraba lunak, tidak teraba pembesaran hepar

4) Perkusi : terdengar suara timpani

3. ELEMINATION

a. Sistem Urinari

5) Pasien terpasang DC dari IGD, dari pemeriksaan USG ginjal yang

dilakukan pada hari berikutnya (1/8/2018) hasil hidronefrosis Sinistra

(grade 2) dan Dextra (Grade 3). Hidroureter sinistra

6) Riwayat kelainan kandung kemih

Pasien mengalami hidroureter sinistra.

7) Pola urine (warna, kekentalan, bau)

urine total : 600 cc/ 24 jam, bau khas amoniak, warna pekat kuning

kecoklatan

8) Distensi kandung kemih/retensi urine

Pada abdomen pasien tidak tampak distensi pasien mengalami penurunan

produksi urine norma (retensi uri)

c. Sistem Gastrointestinal

42
3) Pola eliminasi

Pasien BAB normal selama sakit. Pasien BAB 1x sehari dengan

konsistensi lunak, warna coklat dan bau khas

4) Konstipasi dan faktor penyebab konstipasi

Selama pasien di RS pasien tidak mengalami konstipasi, pasien mampu

BAB secara normal tanpa gangguan

d. Sistem Integument

2) Kulit (integritas kulit/hidrasi/turgor /warna/suhu)

Kulit; sawo matang,kapilarisasi refil <2 detik, akral dingin, kulit kering

dan agak kasar.

10. ACTIVITY/REST

e. Istirahat/tidur

4) Jam tidur : Jam tidur pasien adalah 6-8 jam dimalam hari dan 1-1,5

jam disiang hari.

5) Insomnia : Pasien tidak mengalami kesulitan dalam tidur

(insomnia) dan gangguan tidur yag lain.

6) Pertolongan untuk merangsang tidur pasien (pasien mampu tidur tanpa

harus memerlukan rangsangan atau bantuan)

f. Aktivitas (data dari keluarga)

7) Pekerjaan : pasien bekerja sebagai petani dan peternak

8) Kebiasaan olah raga : pasien jarang melakukan aktivitas olah raga

secara rutin. Karena pasien harus bekerja mulai

pagi hari sampai petang.

9) ADL

43
e) Makan : makan pasien dibantu oleh istrinya diatas

tempat tidur

f) Toileting : selama sakit pasien disibin oleh keluarganya 2x

sehari dan pasien merasa lemah sehingga

toileting ditempat tidur.

g) Kebersihan : Dalam sehari pasien dilakukan personal hygiene

2X. Dibantu oleh keluarga

h) Berpakaian : Dalam berpakaian pasien dibantu keluarga

10) Bantuan ADL : Dibantu oleh keluarga.

11) Kekuatan otot : 4 4

4 4

12) ROM : pasien mampu melakukan rentang gerak secara

aktif.

g. Cardio respons

6) Penyakit jantung : pasien tidak mengalami gannguan irama

jantung maupun gangguan hantaran listrik

jantung

7) Edema esktremitas : pasien tidak mengalami edema baik pada

ekstremitas atas maupun ekstremitas bawah.

8) Tekanan darah dan nadi

c) Berbaring : 200/100 mmHg, tekanan darah diukur pada

ekstemitas kanan atas

d) Duduk : tidak diukur

9) Tekanan vena jugularis: Tidak terdapat distensi vena jugularis

10) Pemeriksaan jantung

44
e) Inspeksi : Ictus kordis tidak terlihat

f) Palpasi : Iktus cordis teraba pada Spatium Inter Costa V

sebelah medial linea midklavikularis sisnistra,

tidak terdapat oedem.

g) Perkusi : Suara redup jantung tedengar pada :

Kanan atas SIC II Linea sternalis Dextra

Kanan Bawah SIC IV Linea Parasternalis Dextra

Kiri Atas : SIC II Linea Para Sternalis Sinistra

Kiri bawah : SIC IV Linea Medio Clavicularis

Sinistra

h) Auskultasi : Bunyi S1 dan S2 tunggal reguler, tidak terdengar

bunyi S3 dan S4

h. Pulmonary respon

6) Penyakit sistem nafas : pemeriksaan thorax pasien dalam batas normal

pasien tidak mempunyai riwayat asma maupun

tonsilitis

7) Penggunaan O2 : pasien terpasang O2 3lpm

8) Kemampuan bernafas : spontan reguler

9) Gangguan pernafasan : terdengar suara vesikuler pada paru

10) Pemeriksaan paru-paru

e) Inspeksi : Gerakan dinding dada simteris, tak nampak

penggunaan otot bantu napas dan retraksi

interkosta, kulit normal, tidak terdapat kelainan

bentuk dada, tidak terdapat jejas, jaringan parut

45
pada permukaan dinding dada, RR pada saat

pengkajian dan terpasang O2 adalah 20x/menit.

f) Palpasi : Pergerakan dinding dara simetris, tidak teraba

adanya massa abnormal, fremitus taktil (-).

g) Perkusi : Sonor seluruh lapang paru

h) Auskultasi : Vesikuler

11. PERCEPTION/COGNITION

d. Orientasi/kognisi

5) Tingkat pendidikan : SMA

6) Kurang pengetahuan : pasien masih kurang tahu tentang

perkembangan informasi baik itu

informasi tentang kesehatan, politik

dan pengetahuan umum.

7) Pengetahuan tentang penyakit : pasien mengatakan tidak pernah tahu

tentang penyakit CKD dan bagaimana

penatalaksanaan yang tepat. Saat

mendapatkan informasi tentang

penyakitnya pasien tampak merasa

cemas. Pasien menolak untuk

dilakukan tindakan haemodialisa.

8) Orientasi (waktu, tempat, orang): saat pengkajian kesadaran pasien sudah

compos mentis, pasien tidak

mengalami gangguan orientasi tempat,

46
waktu dan mampu mengenali orang

dengan baik.

e. Sensasi/persepsi

5) Riwayat penyakit jantung : EKG sinus ritme

6) Sakit kepala : pasien tidak merasakan sakit kepala

7) Penggunaan alat bantu : pasien tidak memakai kaca mata, alat

bantu dengar maupun alat bantu

penginderaan yang lain.

8) Penginderaan : pasien tidak mengalami miopi maupun

presbiopi pada penglihatan, katarak (-)

pasien mampu mendengar dengan baik,

pasien mampu membedakan rasa dan

pasien mampu membedakan bentuk dan

tekstur suatu benda dengan indera

kulitnya.

f. Communication

3) Bahasa yang digunakan : pasien menggunakan bahasa Jawa dalam

komunikasi sehari-hari

4) Kesulitan berkomunikasi : pasien mampu berkomunikasi dengan

baik tanpa ada gangguan

12. SELF PERCEPTION

b. Self-concept/self-esteem

47
5) Perasaan cemas/takut : pasien merasa cemas setelah

mendapatkan informasi bahwa penyakit

yang dideritanya adalah penyakit gagal

ginjal kronik dan harus mendapatkan

tindakan haemodialisa.

6) Perasaan putus asa/kehilangan: pasien berusaha menerima akan kondisi

yang dialaminya dan berdoa akan

keadaanya.

7) Keinginan untuk mencederai : pasein tampak sedih namun tak ada

tanda untuk menciderai diri dan orang

lain

8) Adanya luka/cacat : tidak terdapat adanya luka dan cacat.

13. ROLE RELATIONSHIP

b. Peranan hubungan

6) Status hubungan : pasien berhubungan baik dengan

keluarga dan pasien juga kooperatif dan

mempuyai hubungan baik dengan

profesional pemberi asuhan

7) Orang terdekat : pasien dekat dengan istri nya. Selama

sakit pasien ditunngui oleh istrinya

8) Perubahan konflik/peran : selama sakit pasien tidak bisa bekerja

demikian dengan istrinya

9) Perubahan gaya hidup : pasien tidak mengalami perubahan gaya

hidup, namun pasien hanya harus taat

48
dengan diit dan membatasi minum atau

cairan yang masuk.

10) Interaksi dengan orang lain : interaksi pasien dengan keluarga dan

perawat baik dengan para tetangga juga

baik terlihat banyak tetangga yang

berkunjung pada jam besuk.

14. SEXUALITY

b. Identitas seksual

Masalah/disfungsi seksual : pasien berjenis kelamin laki-laki dan

sudah memiliki 2 orang anak

7) Periode menstruasi : tidak terkaji

8) Metode KB yang digunakan : tidak terkaji

9) Pemeriksaan SADARI : tidak terkaji

10) Pemeriksaan papsmear : tidak terkaji

15. COPING/STRESS TOLERANCE

b. Coping respon

4) Rasa sedih/takut/cemas : pasien merasa sedih dengan

penyakit yang dideritanya

5) Kemampan untuk mengatasi : pasien hanya berdoa kepada

alloh dan bercerita dengan

istrinya

6) Perilaku yang menampakkan cemas : pasien tampak gelisah dan

banyak diam diatas tempat

tidur

b. LIFE PRINCIPLES Nilai kepercayaan

49
5) Kegiatan keagamaan yang diikuti : pasien beragama Islam, pasien

tidak menjalakan ibadah sholat

selama sakit, pasien hanya

berdoa.

6) Kemampuan untuk berpartisipasi : pasien aktif dalam kegiatan

bermasyarakat setelah pulang

dari pasar

7) Kegiatan kebudayaan : pasien mengikuti kegiatan

budaya yang ada disekitar

lingkungannya.

8) Kemampuan memecahkan masalah : apabila pasien tertimpa suatu

masalah pasien bercerita kepada

istrinya untuk medapatkan

solusi.

16. SAFETY/PROTECTION

e. Alergi : Tidak terdapat riwayat alergi

f. Penyakit autoimune : Tidak ada

g. Tanda infeksi : Tidak ada

h. Gangguan thermoregulasi : 36,00C

17. COMFORT

d. Kenyamanan/Nyeri : pasien tidak merasakan nyeri pada saat

pengkajian dilakukan.

50
e. Rasa tidak nyaman lainnya : Pasien merasakan ketidak nyamanan

dengan tindakan dan terapi yang diberikan

namun pasien menerima keadaan tersebut..

f. Gejala yang menyertai :-

18. GROWTH/DEVELOPMENT

Pertumbuhan dan perkembangan : Tidak di kaji, klien dewasa

B. DATA LABORATORIUM & PENUNJANG LAIN

Tanggal & Jenis Hasil


Harga Normal Satuan Interpretasi
Jam Pemeriksaan Pemeriksaan
31Juli 2018 Leukosit 14,6 3,8-10,6 103/ul High

Eritrosit 1,97 4,7-6,1 Low

Hemoglobin 5,8 13,2-17,3 g/dl Low

Hematokrit 16,8 40-52 Low

Asam Urat 8,8 2,4-7,0 mg/dl High

Kholesterol 112 <200 mg/dl Normal

Tg 153 0-150 mg/dl High

Trombosit 223 150-400 103/ul Normal

RDW-CV 13,6 11,5-14,5 Normal

RDW-SD 39,6 35-47 fL Normal

PDW 11,9 9,0-13,0 fL Normal

MPV 9,8 6,8-10,0 fL Normal

P-LCR 23,9

GDS Low 70-160 Mg/dl Low

SGOT 17,7 <35 U/L Normal

51
SGPT 39,6 <45 U/L Normal

UREUM 238,7 10-50 MG/DL High

CREATININ 19,78 0,60-1,20 MG/DL High

ALBUMIN 3,8 3,4-4,6 G/DL Normal

Na 102,8 135-155 Mmol/L Low

K 127,3 3.6-5.5 High


Mmol/L
Cl 104,5 95-108 Normal
Mmol/L
Hasil pemeriksaan gula darah

No Jam Hasil GDS Pemberian Obat dan


Cairan
1. 14.00 (31/7/2018) Low D10 % + D40% 4 flash

2. 16.00 45 D10 % + D40% 3 flash

3. 18.00 64 D10 % + D40% 3 flash

4. 20.00 61 D10 % + D40% 3 flash

5. 22.00 39 D10 % + D40% 3 flash

6. 00.00 123 D10 %

7. 02.00 (1/8/2018) 76 D10 % + D40% 3 flash

8. 04.00 31 D10 % + D40% 3 flash

9. 06.00 69 D10 % + D40% 3 flash

10. 08.00 109 D10 %

11. 10.00 53 D10 % + D40% 3 flash

12. 12.00 179 D10 %

13. 16.00 98 D10 % + D40% 3 flash

14. 20.00 45 D10 % + D40% 3 flash

15. 00.00 210 D10 %

52
16. 04.00 (2/8/2018) 54 D10 % + D40% 3 flash

17. 08.00 89 D10 % + D40% 3 flash

18. 12.00 60 D10 % + D40% 3 flash

19. 04.00 167 D10 %

Interprestasi EKG

Gelombang PQRS normal, gelombang T tall HR 120x/menit(hiperkalemi)

USG Abdoment

Hepar : ukuran tak membesar, permukaan rata, parenkim homogen, v. Porta/ hep/ duct

dbn, nodul (-)

Gail bladder : double wall (-) sludge (-) batu (+) multiple uk besar = 1 cm

Lien : tak membesar, v. Linealis dbn

Pangkreas : tak membesar, klasifikasi (-)

Ren Dx : ukursn dbn, batas kortex medula tidak jelas, ekogonesitas meningkat, PCS &

ureter agak melebar, batu (-)

Para aorta : tak nampak pembesaran limponodl para aorta

Vesika urinaria : dinding tak menebal, batu (-) masa (-)

KESAN :

Kolelithiasis (multipel ukuran besar = 1 cm)

Proses kronik ren duplek

Hidronefrosis dextra (grade 2)

Hidronefrosis Sinistra (grade 3)

Hidroureter sinistra

53
DAFTAR MASALAH

Tangga
Ttd.
N Tanggal
Data Fokus Masalah Keperawatan l
o /Jam Perawat
Teratasi

1 1 Agust 18  GDS pasien LOW saat Ketidak setabilan BBG


08.00 masuk di IGD gula darah
 Paien mengalami
penurunan kesadaran
(somnolent) saat didahlia
 Akral dingin
 GDS pasien tidak stabil
(Dx 1)

1 Agust 18  Produksi urin pasien 600


ketidak efektifan
08.00 cc/24 jam
 Hasil Lab Ur 283,7 perfusi jaringan :

Cr 19,78 renal
 Hasil USG Kholelitiasis,
hidonefrosis Sinistra dan
Dextra.
 Oli guri

1 Agust 18 Resiko Kelebihan


 Urine pasien 600 cc/ 24 jam
08.00
 Oliguri Volume Cairan
 Kulit kering dan agak kasar
 Pasien mengalami Hiper
kalemi

54
23 Juli 18  Pasien mengatakan tidak Ancietas
13.00 tahu tentang penyakitnya
tapi tidak tahu tentang
penatalaksanaanya
 Pasien tampak cemas dan
hanya diam
 Pasien menolak untuk
dilakukan HD karena
pasien merasa takut (Dx 4)

55
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

NO DIAGNOSA TUJUAN RENCANA TINDAKAN


KEPERAWATAN KEPERAWATAN (NIC)
(NANDA) (NOC)
1 Ketidak stabilan gula NOC: NIC
darah b.d insufisiensi  Blood Glucose, Risk Hypoglikemia management
insulin For Unstable  Memantau kadar glukosa darah,
Ditandai dengan:  Diabetes Self seperti yang ditunjukkan
 GDS pasien LOW saat Management  Pantau tanda-tanda dan gejala
masuk di IGD Setelah dilakukan hipoglikemia : akral dingin,
 Paien mengalami tidakan keperawatan kesadaran menurun, sesak nafas,
penurunan kesadaran selama 3 x 24 jam malaise,
(somnolent) saat masalah teratasi.  Memantau keton urin, seperti yang
didahlia ditunjukkan
 Akral dingin Kriteria Hasil:  Mengelola injeksi glukosa kadar
 GDS pasien tidak  Kadar gula darah tinggi, seperti yang ditentukan
stabil stabil  Mendorong asupan cairan oral
 Penerimaan : kondisi  Menjaga akses IV
kesehatan  Memberikan cairan IV sesuai
 Kepatuhan Perilaku : kebutuhan
diet sehat  Konsultasikan dengan dokter jika
 Dapat mengontrol tanda dan gejala hipoglikemia
kadar glukosa darah menetap atau memburuk
 Dapat memanajemen  Mengidentifikasi kemungkinan
dan mencegah penyebab hipoglikemia
penyakit semakin  Mengantisipasi situasi di mana
parah kebutuhan D40% akan meningkat
 Tingkat pemahaman  Batasi latihan ketika kadar glukosa
untuk dan pencegahan darah adalah <100 mg/dl,
komplikasi  Menginstruksikan orang lain
 Mengkontrol perilaku pasien dan signifikan terhadap
Berat badan pencegahan, pengenalan

56
 Pemahaman manajemen,Hipoglikemia
manajemen Diabetes  Mendorong pemantauan diri kadar
 Status nutrisi adekuat glukosa darah
 Olahraga teratur  Membantu pasien untuk
menafsirkan kadar glukosa darah
 Tinjau catatan glukosa darah
dengan pasien dan / atau keluarga
 Anjurkan pasien untuk melaporkan
tingkat urin keton sedang atau
tinggi untuk kesehatan profesional
 Memberikan bantuan dalam
menyesuaikan rejimen untuk
mencegah dan mengobati
hipoglikemia (misalnya, minuman
manis dll oral), seperti ditunjukkan
 Memfasilitasi kepatuhan terhadap
diet dan latihan
2 Risiko ketidakefektifan NOC NIC
perfusi ginjal b.d  Circulation status Acid-Base Management
kerusakan fungsi ginjal  Elektrolit and Acid  Observasi status hidrasi
Ditandai dengan :  Base balance (kelembaban membran mukosa, TD
 Produksi urin pasien 600  Fluid balance ortostatik, dan keadekuatan dinding
cc/24 jam  Hidration nadi)
 Hasil Lab Ur 283,7  Tissue prefusion :  Monitor HMT, ureum, albumin, total
Cr 19,78 renal protein, serum osmolalitas dan urine
 Hasil USG Kholelitiasis,  Urinary eliminasion  Observasi tanda-tanda cairan
hidonefrosis Sinistra dan Setelah dilakukan berlebih / retensi (CVP meningkat,
Dextra. tindakan keperawatan oedem, distensi vena leher dan
 Oli guri 3x24 jam masalah asites)

keperawatan teratasi  Pertahanan intake dan output secara


dengan Kriteria Hasil : akurat

 Tekanan systole dan  Monitor TTV


diastole dalam batas  Monitor glukosa darah arteri dan

57
normal serum, elektrolit urine
 Tidak ada gangguan  Monitor hemodinamik status
mental, orientasi  Bebaskan jalan nafas
kognitif dan kekuatan  Manajemen akses intravena
otot Pasien hemodialisis
 Na, K, Cl, Ca, Mg,  Observasi terhadap dehidrasi
BUN, creat dan biknat  Monitor TD
dalam batas normal  Monitor BUN, creat, HMT dan
 Tidak ada distensi elektrolit
vena leher  Timbang BB sebelum dan sesudah
 Tidak ada bunyi paru prosedur
tambahan  Kaji status mental
 Intake output  Monitor CT
seimbang  Pasien peritoneal dialysis
 Tidak adaoedem  Kaji temperature, TD, denyut
perifer dan asites perifer, RR dan BB
 Tidak ada rasa haus  Kaji BUN, creat pH, HMT, elektrolit
yang abnormal selama prosedur
 Membran mukosa  Monitor adanya respiratory distress
lembab  Monitor banyaknya dan penampakan
 Hematokrit dbn cairan
 Warna dan bau urine  ·Monitor tanda-tanda infeksi
dalam batas normal
3 Resiko Kelebihan Volume NOC: NIC
Cairan b.d Penurunan  Electrolit and acid Fluid management
fungsi filtrasi Ginjal base balance  Timbang popok/pembalut jika
Ditandai dengan:  Fluid balance diperlukan
 Urine pasien 600 cc/ 24  Hydration  Pertahankan catatan intake dan
jam Setelah dilakukan output yang akurat
 Oliguri tidakan keperawatan  Pasang urin kateter jika
 Kulit kering dan agak selama 3 x 24 jam diperlukan
kasar masalah teratasi.  Monitor hasil Hb yang sesuai

 Pasien mengalami Hiper Kriteria Hasil: dengan retensi cairan (BUN,

58
kalemi  Terbebas dari edema, Hmt, osmolalitas urin)
efusi, anaskara  Monitor status hemodinamik
 Bunyi nafas bersih, termasuk CVP,MAP, PAP dan
tidak ada dvspneu/ PCWP
ortopneu  Monitor vital sign
 Terbebas dari distensi  Montor indikasi retensi /
vena jugularis, reflek kelebihan cairan (cracles, CVP,
hepatojugular (+) edema, distensi vena leher,
 Memelihara tekanan asites)
vena sentral, tekanan  Kaji lokasi dan luas edema
kapiler paru, output  Monitor masukan makanan /
jantung dan vital sign cairan dan hitung intake kalori
dalam batas normal  Monitor status nutrisi
 Terbebas dan  Kolaborasi pemberian diuretik
kelelahan, kecemasan sesuai interuksi
atau kebingungan  Batasi masukan cairan pada
 Menjelaskan indikator keadaan hiponatrermi dilusi
kelebihan cairan dengan serum Na < 130 mEq/l
 Kolaborasi dokter jika tanda
cairan berlebih muncul
memburuk
Fluid Monitoring
 Tentukan riwayat jumlah dan tipe
intake cairan dan eliminasi
 Tentukan kemungkinan faktor resiko
dan ketidakseimbangan cairan
(Hipertermia, terapi diuretik,
kelainan renal, gagal jantung,
diaporesis, disfungsi hati, dll)
 Monitor berat badan, BP, HR, dan
RR
 Monitor serum dan elektrolit urine
 Monitor serum dan osmilalitas urine

59
 Monitor tekanan darah orthostatik
dan perubahan irama jantung
 Monitor parameter hemodinamik
infasif
 Catat secara akurat intake dan output
 Monitor adanya distensi leher,
rinchi, eodem perifer dan
penambahan BB
 Monitor tanda dan gejala dari
odema
4 Ansietas b.d krisis NOC:  kaji dan dokumentasikan tingkat
situasional dan  Tingkat ansietas kecemasan pasien, termasuk reaksi
ketidakberdayaan  Pengendalian diri fisik
Ditandai dengan: terhadap ansietas  berikan informasi factual
 Pasien mengatakan tidak  Konsentrasi; menyangkut diagnosis, terapi dan
tentang penyakitnya dan kemampuan untuk prognosis
tidak tahu tentang fokus pada stimulasi  instruksikan pasien tentang
penatalaksanaanya tertentu penggunaan teknik relaksasi
 Pasien tampak cemas  Koping; tindakan  Lakukan kolaborasi tentang
dan hanya diam personal untuk pemberian obat untuk menurunkan
 Pasien menolak untuk mengatasi stressor ansietas jika perlu
dilakukan HD karena yang membebani  pada saat ansietas berat, lakukan
merasa takut sumber-sumber pendampingan pasien, bicara
individu dengan tenang, dan berikan
Setelah dilakukan ketenangan serta rasa nyaman
tidakan keperawatan  Lakukan dorongan kepada pasien
selama 2 x 24 jam untuk mengungkapkan secara verbal
masalah teratasi. pikiran dan perasaan untuk
Kriteria Hasil: mengeksternalisasikan ansietas
 Ansietas berkurang,  Bantu pasien untuk memfokuskan
dibuktikan oleh pada situasi saat ini, sebagai cara
tingkat ansietas hanya untuk mengidentifikasi mekanisme
ringan sampai sedang koping yang dibutuhkan untuk

60
dan selau mengurangi ansietas
menunjukkan  Berikan lingkungan yang tenang
pengendalian diri dan batasi kontak dengan orang lain
terhadap ansietas, diri,  Berikan komunikasi terapeutik
koping. dengan pendekatan yang tenang dan
 Menunjukkan meyakinkan
pengendalian diri  Berikan aroma terapi untuk
terhadap ansietas menurunkan kecemasan pasien

61
IMPLEMENTASI TINDAKAN KEPERAWATAN

Tanggal Kode Dx Ttd.


Tindakan Keperawatan Respons
/Jam Kep. Perawat

Rabu, 1 1,2,3,4  Mengatur posisi yang Pasien merasa nyaman dengan BBG

agust 2018 nyaman dan posisi yang diberikan.


membersikan TT
10.00
pasien.
 Memantau kesadaran KU baik, kesadaran CM, TD

pasien dan keadaan 190/90 HR 8x8/menit RR

umum 18x/menit,

 Mengukur kadar gula Kadar gula darah pasien 53 mg/dl


darah pasien dan terapi bolus D40% 3 flas infus
memberikan terapi
D10% 30 tpm
D40% sesuai protap.

 Menjelaskan proses Pasien memahami penjelasan

penyakit dan perawat. Pasien minum air manis BBG

penatalaksanaan untuk meningkatkan kadar

hipoglikemia dan CKD glukosa

 menganjurkan pasien Pasien paham akan penjelasan

untuk membatasi cairan yang diberikan. Pasien bersedia

sesuai dengan intake minum sesuai dengan out put

yang masuk.

12.00 1,2,3,4,  Mengukur GDS pasien Kadar GDS 173 mg/dl, infus

dan memberikan terapi D10% 30 tpm

sesuai protap

 Memonitor intake Pasien makan ¾ porsi

62
makanan yang

dihabiskan pasien.

 Memberikan aroma Pasien merasa lebih nyaman

terapi dengan tindakan yang diberikan

13.00  Memonitor balance Infus masuk 750 cc + minum 400

cairan cc – urine 1000 cc +BAB 100 cc BBG

= + 50cc

2  memonitor tanda-tanda turgor kulit baik, kulit alance

dehidrasi. lembab, balance cairan seimbang

 Memberikan obat esola 40 mg, amlodipin 1 tab

injeksi kepada pasien. masuk

16.00  Mengukur kadar gula kadar gula darah 68 mg/dl, injeksi

darah dan memberikan D40% 3 flash

terapi sesuai dengan

protap.

 Memasag tranfusi PRC 250 cc masuk.

darah
Pasien tampak memahami dan
 Memberikan edukasi
17.00 mampu mejelaskan edukasi yang
kepada pasien.
diberikan

Pasien kooperatif saat diberikan


 Mengatur posisi pasien
posisi

Infus D 10% lancar


 Mengganti infus
19.00
 Menciptakan suasana
Pasien tampak beristirahat

63
tenang

 Memonitor K.U dan TD 160/90 mmHg, HR

TTV 80x/menit, RR 16x/menit

Kamis 2  Merapikan tempat tidur Pasien merasa lebih nyaman

agust 2018  Memberikan terapi Injeksi masuk, tidak terlihat nyeri BBG

08.00 injeksi saat pemberian injeksi

1,2,3,4  Mengkaji tingkat cemas Pasien tampak tenang dan

pasien dan rasa nyeri mengatakan nyeri namun sudah

pasien berkurang

10.00  Memberikan penjelasan Pasien menolak tindakan JD yang

tentang tindakan HD akan dilakukan

 Membatasi jumlah Lingkungan tenang pasien dapat

pengunjung beristirahat

Pasien minum sesuai urin yang


 Melakukan observasi
keluar.
intake cairan
14.00 PRC masuk 250 cc, tidak
 Memasang tranfusi ke 2
ditemukan alergi

TD 150/80 mmHg, HR 72x/menit


 Memantau TTV dan
RR 16x/menit. KU baik
kondisi umum
Obat peroral masuk, tidak ada
 Memberikan obat
reaksi alergi dan rasa mual
peroral pada pasien

pada pasien
Jumat 3 Pasien merasa nyaman
 Mengatur posisi pasien
agust 2018 D10% 30 tpm
 Mengganti infus

64
 Memberikan obat Esola 40 mg masuk.

injeksi

 Memonitor K.U dan KU baik pasien tampan tenang

TTV TD 150/75 HR 80x/menit RR

20x/menit

 Mengkaji tingkat cemas Pasien tampak tenang dan tidak

pasien dan rasa nyeri cemas

pasien

 Memonitor balance Infus masuk 750 cc + minum 400

cairan cc – urine 1000 cc +BAB 100 cc+

IWL 75cc = -25 cc

65
CATATAN PERKEMBANGAN

Tanggal Kode Dx Subyektif, Obyektif, Assesment, Planning Nama

/Jam Kep. (SOAP) Perawat

Jumat 3 1 S: pasienlebih mengatakan kondisinya.semakin membaik. BBG

agust 2018 O: GDS 160 ml/dl, akral hangat. Pasien tampak lebih tenang,

14.00 kesadaran CM

A: Masalah keperawatan Teratasi

P: Pertahankan intervensi

 Pantau kadar gula darah secara berkala

 Pantau munculnya tanda tanda syok hipoglikemi berulang.

Jumat 3 2 S:Pasien mengatakan sudah bisa BAK secara spontan dengan BBG

agust 2018 jumlah urine yang meningkat.

O: produksi urine 1000 cc/24 jam

 Hasil Lab Ur 200,3


Cr 16,78
A: Masalah teratasi sebagian

P: pertahankan itake dan out put yang ade kuat

Monitoring status haemodinamik

Pantau tanda-tanda dehidrasi

Jumat 3 3 S: Pasien mengatakan sudah membatasi intake yang masuk BBG


agust 2018
14.00 disesuaikan dengan out put

O: balance cairan (-25cc)

 pasien tampak lebih segar, kulit lembab

66
A: Masalah keperawatan teratasi sebagian

P: monitoring intake yang masuk

 monitoring balance cairan.

Jumat 3 4 S: pasien mengatakan menolak untuk dilakukan HD

agust 2018 O: BBG

14.00  pasien tampak lebih tenang

A: Masalah keperawatan teratasi sebagian

P: Lanjutkan Intervensi

 Motivasi dan berikan pengertian mendalam tentang perlunya

pemberian tindakan HD

67
BAB III

PEMBAHASAN

A. Pembahasan Aplikasi Teori Keperawatan Faye Glenn Abdellah Dalam Asuhan

Keperawatan Pada Pasien CKD

Tahun 1960, Abdellah berkeinginan untuk mempromosikan keperawatan


komprehensif yang berpusat pada klien. Abdellah menggambarkan keperawatan
sebagai layanan pada individu, keluarga dan masyarakat. Mengakui pengaruh
Henderson, maka diperluas menjadi 21 masalah keperawatan yang ia percaya akan
berfungsi sebagai dasar pengetahuan untuk pengembangan teori keperawatan.
(Tomey and Alligood, 2006).
Didalam konsep teori keperawatan Faye Glenn Abdellah yang
menggambarkan pelayanan komperhensif meliputi penanganan atau pemberihan
asuhan keperawatan pada pasien CKD. Dimana pada pasien CKD mengalami
masalah kebutuhan dasar terkait dengan kebutuhan pemenuhan cairan dan eliminasi.
Beberapa teori Keperawatan Faye Glenn Abdellah yang bisa diaplikasikan dalam
perawatan pasien dengan CKD untuk memberikan pelayanan komprehensif, yang
meliputi:
1. Menyadari masalah keperawatan pasien CKD
2. Menentukan tindakan yang tepat untuk merawat pasien CKDsesuai prinsip-
prinsip keperawatan yang relevan.
3. Memberikan perawatan yang berkelanjutan kepada individu dengan tingkat
ketergantungan total. (fase terminal pada pasien CKD dengan perubahan atau
penurunan kesadaran)
4. Memberikan perawatan yang berlanjutan untuk menghilangkan nyeri dan
ketidaknyamanan pada penyakit CKD dan memberikan rasa keamanan kepada
individu.
5. Mengatur rencana perawatan menyeluruh untuk memenuhi kebutuhan dasar
cairan, eliminasi, oksigenasi dll pada pasien CKD.
6. Membantu individu (pasien CKD) untuk menyadari kebutuhan kesehatan
dirinya dan mengarahkan dalam mencapai kesehatan fisik dan psikis.
7. Mengarahkan petugas keperawatan dan keluarga untuk membantu pasien CKD
memenuhi kebutuhan dasarnya sendiri sesuai dengan keterbatasannya.

68
8. Membantu individu (pasien CKD) untuk menyesuaikan diri dengan
keterbatasan dan masalah psikisnya.
9. Bekerjasama dengan tim kesehatan lainnya dalam merencanakan peningkatan
derjat kesehatan yang optimal untuk pasien CKD pada tingkat lokal, daerah,
nasional dan internasional.
10. Melakukan evaluasi dan penelitian yang berkelanjutan untuk meningkatkan
keahlian dalam tindakan keperawatan dan untuk mengembangkan tindakan
keperawatan yang baru, untuk memenuhi semua kebutuhan kesehatan
masyarakat. Individu dengan tingkat ketergantungan total.”

Konsep Teori yang dikemukakan oleh Abdellah dikenal Sebagai 21


Tipologi Masalah Keperawatan, diantara tipologi yang bisa diaplikasikan dalam
penanganan pasien dengan CKD antara lain :
1. Memfasilitasi masukkan oksigen keseluruh sel tubuh.
2. Mempertahankan nutrisi untuk seluruh sel tubuh.
3. Mempertahankan eliminasi.
4. Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit.
5. Mengenali respon-respon fisiologis tubuh terhadap kondisi penyakit
patologis, fisiologis, dan kompensasi.
6. Mempertahankan mekanisme dan fungsi regulasi.
7. Mempertahankan fungsi sensorik.
8. Memfasilitasi pencapaian tujuan spiritual personal yang progresif.
9. Menghasilkandan atau mempertahankan lingkungan yang terapeutik.
10. Menggunakan sumber-sumber di komunitas sebagai sumber bantuan dalam
mengatasi masalah yang muncul akibat dari penyakit.

Adapun tiga teori keperawatan Abdellah dalam Tomey dan Alligood


(2006), yaitu:
1. Keperawatan
Keperawatan adalah suatu pelayanan kepada individu, keluarga, dan
masyarakat. Perawatan didasarkan pada seni dan ilmu pengetahuan yang
menyiapkan perawat dengan sikap, kompetensi intelektual, dan
keterampilan teknis yang siap membantu orang sakit maupun sehat untuk
memenuhi kebutuhannya dengan penuh keinginan dan kemampuan.

69
Dalam memberikan penanganan pada pasien CKD harus melibatkan
pasien dan keluarga pasien dalam pengelolaan diit dan intake cairan
dirumah. Dalam pembatasan diit diperlukan seni tertentu misal dengan
memberian lap basah ketika pasien haus, memberikan suasana dengan suhu
rendah dirumah dll.
2. Masalah Keperawatan
Abdellah mendifinisikan masalah keperawatan dalam tiga konsep,
yaitu kebutuhan pasien secara fisik, sosiologis, dan emosional; jenis
hubungan interpersonal antara perawat dan pasien; unsur umum perawatan
pasien.
Pasien CKD mengalami perubahan kondisi fisik secara umum dan
harus menghadapi masalah yang komplek karena penyakit CKD dianggap
sebagai penyakit yang tidak bisa disembuhkan dan hanya memperpanjang
masa hidup. Hal itu akan menimbulkan dampak psikologis dan mengalami
perubahan emosional sehingga diperlukan hubungan interpersonal yang
baik bagi tenaga kesehatan agar tercipta kepercayaan antar perawat dan
pasien.
3. Pemecahan Masalah
Pemecahan masalah keperawatan merupakan proSses
mengidentifikasi, menginterpretasikan, menganalisa, dan memilih tindakan
yang tepat untuk menyelesaikan masalah. Salah satu proses ini adalah
menentukan diagnosa keperawatan.
Banyak nya permasalah yang timbul akibat penyakit CKD
memerlukan pemecahanan masalah yang cukup rumit dimana seorang
pasien dengan CKD harus merubah pola hidup dan kebiasaan, harus
membatasi diit dan harus memperhatikan makanan dan aktivitas yang bisa
dilakukan. Dalam hal ini maka seorang perawat harus bisa memberikan
solusi untuk memecahkan masalah.
Penerapan Teori Keperawatan Abdellah pada Pasien CKD
Adapun penerapan teori keperawatan Abdellah, yaitu:
1. Pelayanan Keperawatan
Teori 21 tipologi masalah keperawatan Abdellah membantu perawat
untuk melakukan proses keperawatan secara sistematik pada CKD. Ini
membantu perawat dalam memahami alasan tindakan yang dilakukan. Perawat

70
menggunakan teori ini sebagai dasar melakukan pengkajian, membuat diagnosa
keperawatan, dan rencana keperawatan sebagai cara untuk mengatasi masalah
pasien berdasar keperawatan yang berpusat pada pasien (Tomey and Alligood,
2006).
Penerapan teori Abdellah dalam praktek keperawatan sangat dikaitkan
dengan pengaruh yang kuat dengan pendekatan berpusat pada pasien CKD yang
berfokus pada pemecahan masalah pasien. Proses pemecahan masalah Abdellah
meliputi identifikasi masalah, memilih data yang relevan, merumuskan hipotesis
melalui pengumpulan data, dan merevisi hipotesis berdasarkan kesimpulan yang
diperoleh dari data paralel langkah-langkah dari proses keperawatan penilaian,
diagnosis, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi (Abdellah dan Levine, 1986;
George, 2008).
Pada akhirnya, teori Abdellah membantu perawat berlatih mengatur
administrasi proses keperawatan, strategi keperawatan dan menyediakan basis
ilmiah untuk membuat keputusan pada pasien CKD. Sebagai seorang perawat
yang memberikan pelayanan kepada pasien secara prmemberikan kepercayaan
untuk penggunaan model dan menganjurkan fesional maka seorang perawat
mampu menerapkan pengetahuan baru untuk meningkatkan pelayanan
keperawatan.
2. Pendidikan Keperawatan
Teori dan konsep Abdellah dikembangkan di tahun 1950 dan merupakan
rekor klinis yang komprehensif untuk mahasiswa keperawatan, dengan
menyediakan struktur kurikulum pendidikan keperawatan. Kurikulum dalam
pembelajaran pasien dengan CKD perlu ditekankan lebih mendalam dalam
proses pembelajaran pada saat seorang perawat duduk pada bangku pendidikan.
Pendekatan berpusat pada pasien merupakan dasar yang digunakan pada saat itu
untuk model keperawatan. Teori Abdellah merupakan teori yang paling
berpengaruh dibanding teori lainnya. Teori ini digunakan untuk merubah pola
pengajaran berbasis medik ke pendektan berpusat apada pasien untuk
pendidikan keperawatan (Tomey and alligood, 2006)
3. Riset Keperawatan
Teori 21 tipologi masalah keperawatan Abdellah merupakan teori yang
berbasis riset. Hal ini menjadi sangat memungkinkan untuk dilanjutkan dengan
riset lainnya. Abdellah sangat percaya bahwa gagasan penelitian keperawatan

71
akan menjadi faktor kunci dalam membantu perawatan muncul sebagai profesi
yang benar. Penelitian ekstensif dilakukan tentang kebutuhan pasien dan
masalahnya telah menjadi landasan untuk pengembangan dari apa yang
sekarang dikenal sebagai diagnosis keperawatan.
Penelitian dan riset sangat dibutuhkan dalam perkembangan penaganan pada
pasien dengan CKD, riset-riset ini dilakukan dalam berbagai kebutuhan dan
permasalahan yang muncul pada pasien CKD. Misal mencegah terjadinya
penurunan haemoglobin, pola diit, dan berbtagai cara pembatasan cairan.
Teori Abdellah melahirkan penelitian keperawatan dalam
mengembangkan model keperawatan untuk merencaranakn pola staff
keperawatan di klinik. Pola staff ini yaitu unit perawatan intensif, unit perawatan
intermediate, unit perawatan jangka panjang, unit perawatan mandiri dan unit
perawatan home care. Dengan mengelompokkan pasien seuai kesamaan
kebutuhan, selain dengan kesamaan diagnosa keperawatannya, pelayanan
keperawatan akan dapat memenuhi kebutuhan pasien dengan baik (Tomey and
Alligood, 2006)
B. Perbedaan Asuhan Keperawatan terhadap Kedua Kasus CKD
Asuhan keperawatan pada pasien CKD pada dasarnya berfokus pada
penanganan kebutuhan eliminasi dan cairan. Namun dalam kenyataanya
pemberian asuhan keperawatan didasarkan dari keluhan pasien dan penyakit
yang menyertai atau diagnosa yang muncul setelah diagnosa CKD itu sendiri.
Dalam melakukan asuhan keperawatan pada tahap pengkajian beberapa
hal yang perlu diperhatikan adalah meningkatnya kadar ureum, creatinin darah
disertai dengan adanya penurunan kadar haemoglobin darah, pada pemeriksaan
tekanan darah sering ditemukan munculnya hipertensi serta terjadi perubahan
pola nafas pasien dimana pasien merasakan sesak dan sering kali dijumpai pula
munculnya edema pada ekstremitas. Dalam pengkajian yang dilakukan pada
tuan S didapatkan data pasien mengalami edema, sesak namun tekanan darah
pasien masih dalam batas normal, sedangkan detak jantung pasien mengalami
penurunan frekuensi (bradikardi) pada tuan SW pasien mengalami peningkatan
kadar urem, creatinin dan penurunan Hb serta pada pemeriksaan tekanan darah
didapatkan data pasien mengalami hipertensi namun pasien tidak mengalami
sesak dan tidak mengalami edema. Sehingga masalah dan penatalaksanaanya
berbeda.

72
Dalam kasus pasien Tn S pasien mengalami edema pada ekstremitas
bawah pasien merasakan nyeri pada saat BAK, skala nyeri 4, nyeri seperti
terbakar dan menyebar ke daerah scrotum, pasien juga merasa sesak, terlihat
tarikan otot bantu pernafasan, RR 24x/menit. Sehingga asuhan keperawatan
lebih difokuskan pada penanganan kelebihan volume cairan, nyeri dan ketidak
efektifan pola nafas. Sedangkan pada Tn SW, pasien mengalami ketidak stabilan
gula darah, dimana gula darah pasien mengalami penurunan dari harga normal
hingga tidak terdeteksi, akral dingin, bahkan pasien mengalami penurunan
kesadaran saat masuk di IGD, sehingga asuhan keperawatan lebih ditekankan
pada masalah ketidak stbilan gula darah.
C. Aplikasi Evidence Based Practice
Pada pengkajian pada Tn S dan Tn SW didapatkan data pasien mengalami
kecemasan setelah memperoleh informasi bahwa dirinya menderita penyakit
CKD. Hal tersebut disebabkan karena penyakit CKD merupakan penyakit yang
belum banyak bisa dilakukan penata laksanaan melainkan dengan tindakan
haemodialisa atau harus dilakukan transplantasi ginjal. Sedangkan proses
transplantasi itu sendiri sangat sulit dan membutuhkan dana yang besar serta
susah dalam mencari pendonor dan kecocokan ginjal, sehingga alternatif yang
bisa dilakukan adalah melalui proses HD. proses menggunakan mesin HD dan
berbagai aksesorisnya dimana terjadi difusi partikel terlarut (salut) dan air secara
pasif melalui darah menuju kompartemen cairan dialisat melewati membran
semi permeabel dalam dializer (Price & Wilson, 2006). Terapi hemodialisis ini
bertujuan untuk mengeluarkan zat-zat nitrogen yang toksik dari dalam darah dan
mengeluarkan air yang berlebihan (Suharyanto & Madjid, 2009). Pasien gagal
ginjal yang memilih hemodialisis sebagai terapi pengganti fungsi ginjal akan
menjalani terapi tersebut seumur hidupnya kecuali pasien menjalani
transplantasi ginjal (Rahardjo, Pudji, Susalit & Endang ,2006). Ketergantungan
pasien gagal ginjal terhadap terapi hemodialisis seumur hidupnya, akan
berdampak luas dan menimbulkan masalah baik secara fisik, psikososial, dan
ekonomi. Kompleksitas masalah yang timbul pada pasien gagal ginjal yang
menjalani terapi hemodialisis akan mengakibatkan timbulnya kecemasan pada
pasien tersebut (Indiriawati, Maslihah & Wulandari, 2010). Faktor yang dapat
menimbulkan stres dan cemas pada individu, seperti lingkungan yang asing,
kehilangan kemandirian sehingga mengalami kecenderungan dan memerlukan

73
bantuan orang lain, berpisah dengan pasangan dan keluarga, masalah biaya,
kurang informasi, ancaman akan penyakit yang lebih parah serta masalah
pengobatan, (Tarwoto & Wartonah, 2003 dalam Hartati, 2008). Kecemasan
adalah perasaan yang menetap berupa kekuatan atau rasa was-was, khawatir
yang merupakan respons terhadap ancaman yang akan datang (Keliat, Wijoyono
& Susanti, 2011). Dianggap berbahaya atau hal tersebut dapat merupakan
perasaan yang ditekan ke dalam alam bawah sadar bila terjadi peningkatan akan
adanya bahaya dari alam. Jika individu yang mengalami kecemasan tidak dapat
mengatasi kecemasannya secara sehat, dapat menyebabkan perilaku yang
maladaptif (Keliat, Wijoyono & Susanti, 2011), maka dari itu diperlukan terapi
non farmakologis untuk menurunkan kecemasan pasien yang akan menjalani
terapi hemodialisis. Salah satu terapi non farmakologis yang dapat digunakan
adalah terapi komplementer. Saat ini Complementary and Alternative Medicine
(CAM) sudah mulai digunakan dan dikembangkan dalam dunia kesehatan.
Penggunaan CAM dalam dunia kesehatan diharapkan dapat menjadi pelengkap
dari perawatan medis dan dapat diaplikasikan oleh tenaga kesehatan, khususnya
tenaga di bidang keperawatan (Tzu, 2009). Jenis CAM yang populer digunakan
dalam bidang kesehatan yaitu aromaterapi (Watt & Janca, 2008).
Aromaterapi adalah salah satu metode terapi keperawatan yang
menggunakan bahan cairan tanaman yang mudah menguap atau dikenal sebagai
minyak essensial dan senyawa aromatik lainnya dari tumbuhan yang bertujuan
untuk mempengaruhi suasana hati atau kesehatan seseorang (Purwanto, 2013).
Dalam penggunaanya, aromaterapi dapat diberikan melalui beberapa cara, antara
lain inhalasi, berendam, pijat, dan kompres (Bharkatiya et al, 2008). Empat cara
tersebut, cara tertua, termudah, dan tercepat diaplikasikan adalah metode
inhalasi (menghirup) karena menghirup uap minyak esensial secara langsung
dianggap sebagai cara penyembuhan paling cepat dan juga menghirup uap
minyak essensial, molekulmolekul dalam minyak bereaksi langsung
dipersepsikan otak. Menurut Jaelani (2009), kandungan dari senyawa kimia
miyak essensial aromaterapi lavender dapat mempengaruhi aktifitas fungsi kerja
otak melalui sistem saraf yang berhubungan dengan indera penciuman. Respon
ini akan merangsang peningkatan aktivitas neurotransmiter, yaitu berkaitan
dengan pemulihan kondisi psikologis (seperti emosi, perasaan, pikiran, dan
keinginan)..

74
Dalam pelaksanaan pemberian terapi pada Tn S dan Tuan SW didapatkan
data bahwa kecemasan pasien berkurang saat diberikan aroma terapi meski
kedua pasien tersebut menolak untuk dilakukan tindakan Haemodialisa, namun
setidaknya kecemasan pasien berkurang dan pasien tampak tenang dan mampu
menerima kondisinya sekarang.
D. Reflective Practice
Masalah yang dihadapi oleh pasien saat ini adalah pasien menolak untuk
dilakukan tindakan haemodialisa, sedangkan kadar creatinin dalam darah sudah
diatas normal dengan nilai yang sangat tinggi dan kemampuan ginjal juga sangat
rendah. Hal ini memerlukan pendekatan interpersonal yang sangat kuat dengan
melibatkan orang yang dekat dengan pasien agar pasien mau dan paham akan
resiko yang terjadi akibat penolakan terhadap tindakan medis yang akan
dilakukan. Pentingnya pemberian pendidikan kesehatan dan penjelasan tentang
manfaat dan resiko yang akan timbul dalam penolakan tindakan medis yang
akan dilakukan, harus disampaikan dengan membangun sistem kepercayaan.

75
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Aplikasi teori Abdellah dalam penerapan pelayanan keperawatan mengajarkan
bahwa dalam memberikan penanganan pada pasien CKD harus melibatkan pasien
dan keluarga pasien dalam pengelolaan diit dan intake cairan dirumah. Dalam
pembatasan diit diperlukan seni tertentu misal dengan memberian lap basah ketika
pasien haus, memberikan suasana dengan suhu rendah dirumah dll.
2. Dalam pendidikan perawat Teori dan konsep Abdellah mengajarkan pendidikan
yang komprehensif untuk mahasiswa keperawatan, dengan menyediakan struktur
kurikulum pendidikan keperawatan. Kurikulum dalam pembelajaran pasien dengan
CKD perlu ditekankan lebih mendalam dalam proses pembelajaran pada saat
seorang perawat duduk pada bangku pendidikan.
3. Dalam riset Keperawatan teori abdellah menjelaskan bahwa penelitian dan riset
sangat dibutuhkan dalam perkembangan penaganan pada pasien dengan CKD, riset-
riset ini dilakukan dalam berbagai kebutuhan dan permasalahan yang muncul pada
pasien CKD
4. Asuhan keperawatan pada pasien CKD pada dasarnya berfokus pada penanganan
kebutuhan eliminasi dan cairan. Namun dalam kenyataanya pemberian asuhan
keperawatan didasarkan dari keluhan pasien dan penyakit yang menyertai atau
diagnosa yang muncul setelah diagnosa CKD itu sendiri.
5. kandungan dari senyawa kimia miyak essensial aromaterapi lavender dapat
mempengaruhi aktifitas fungsi kerja otak melalui sistem saraf yang berhubungan
dengan indera penciuman. Respon ini akan merangsang peningkatan aktivitas
neurotransmiter, yaitu berkaitan dengan pemulihan kondisi psikologis (seperti
emosi, perasaan, pikiran, dan keinginan)..
6. sangat diperlukan pendekatan interpersonal yang sangat kuat dengan melibatkan
orang yang dekat dengan pasien agar pasien mau dan paham akan resiko yang
terjadi akibat penolakan terhadap tindakan medis yang akan dilakukan

76
B. Saran
Perlu dilakukan banyak riset untuk memperbaiki fungsi kerja ginjal ataupun
penatalaksanaan untuk kasus-kasus CKD. Agar memberikan solusi dalam setiap
permasalah yang dihadapi oleh pasien dengan CKD.

77

S-ar putea să vă placă și