Sunteți pe pagina 1din 28

i

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM TEKNIK OPTIK P2


BENDING DAN PENGARUH SUHU PADA SERAT
OPTIK

Disusun Oleh :
Lailatul Mufida (02311745000003)

Asisten :
Wilda Prihasty (02311440000048)

DEPARTEMEN TEKNIK FISIKA


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
SURABAYA
2017

i
ii

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM TEKNIK OPTIK P2


BENDING DAN PENGARUH SUHU PADA SERAT
OPTIK

Disusun Oleh :
Lailatul Mufida (02311745000003)

Asisten :
Wilda Prihasty (02311440000048)

DEPARTEMEN TEKNIK FISIKA


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
SURABAYA
2017

ii

PROGRAM STUDI D3 METROLOGI DAN INSTRUMENTASI


JURUSAN TEKNIK FISIKA
ABSTRAK

Serat optik adalah suatu pemandu gelombang dieletrik yang


berbentuk silinder terbuat dari material low-loss seperti kaca silica
yang dapat mentransmisikan informasi berupa cahaya dari satu
tempat ke tempat lain. Pada Praktikum P2 ini mengenai pengaruh
bending dan pengaruh suhu pada serat optik yang dapat
menyebabkan loss pada serat optik. Percobaan pertama mengenai
bending yang diberikan lilitan 0-5 kali bending pada serat optik
singlemode dan multimode. Pada data yang diperoleh diketahui
kondisi bahwa jika serat optik diberi lilitan (lekukan), dengan
variansi lekukan, maka yang terjadi adalah semakin banyak jumlah
lilitan, maka semakin besar loss yang terjadi pada serat optik baik
pada singlemode dan multimode. Percobaan kedua mengenai
pengaruh suhu pada serat optic. Suhu yang diberikan yaitu 50°C,
100°C dan 150°C baik pada serat optik singlemode dan multimode.
Pada serat optik singlemode diperoleh daya keluaran secara
berturut-turut -7,5 dBm ; -7,5 dBm ; -7,5 dBm. Dimana hasil
tersebut menunjukkan bahwa semakin besar suhu maka losses
yang dihasilkan tidak terlalu signifikan. Sedangkan pada serat
optik multimode diperoleh daya keluaran sebagai berikut -16,53
dBm ; -17,34 dBm ; -17,16 dBm. Dimana hasil tersebut memiliki
hubungan selisih nilai kenaikan suhu terhadap loss yang terjadi
pada tiap-tiap variasi tidaklah besar dikarenakan pengaruh
kenaikan suhu tidak mempengaruhi loss daya yang signifikan.

Kata Kunci: Serat Optik, Bending, Suhu, Loss

iii
ABSTRACT

Optical fiber is a cylindrical dieletric waveguide made of low-loss


materials such as silica glass that can transmit light information
from one place to another. In Practicum P2 is about the influence
of bending and the influence of temperature on optical fiber which
can cause loss in optical fiber. The first experiment on bending
given a 0-5 bending coil on singlemode and multimode optical
fibers. In the data obtained is known condition that if the optical
fiber is given winding (indentation), with the indentation variance,
then what happens is the more the number of windings, the greater
the loss that occurs in optical fiber both on singlemode and
multimode. A second experiment on the effect of temperature on
optical fibers. The given temperature is 50 ° C, 100 ° C and 150 °
C in both singlemode and multimode optical fibers. In singlemode
optic fibers obtained the output power is -7.5 dBm; -7.5 dBm; -7.5
dBm. Where the results show that the greater the temperature the
resulting losses are not too significant. While the multimode
optical fiber obtained output power as follows -16.53 dBm; -17.34
dBm; -17.16 dBm. Where the results have a relationship between
the value of temperature rise to loss that occurs in each variation
is not large because the influence of temperature rise does not
affect the loss of significant power.

Keywords: Optical Fiber, Bending, Temperature, Loss

iv
v

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT karena hanya dengan


rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyusun dan
menyelesaikan Laporan Resmi Praktikum Teknik Optik P2 tentang
Bending dan Pengaruh Suhu pada Serat Optik tepat pada
waktunya.
Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak-
pihak yang sangat berperan penting dalam proses kegiatan
praktikum ini, yaitu :
1. Bapak dosen pengajar mata kuliah getaran teknik
optik Teknik Fisika ITS
2. Saudara asisten yang telah membimbing dalam
pelaksanaan praktikum getaran.
3. Rekan-rekan yang telah membantu terlaksananya
kegiatan praktikum getaran ini.
Penulis menyadari bahwa banyak kekurangan dalam
pembuatan laporan ini baik dari segi materi maupun penyajian.
Untuk itu penulis memohon maaf atas kekurangan dalam laporan
ini dan mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun
demi perbaikan laporan di masa yang akan datang.
Akhir kata penulis berharap semoga laporan ini dapat
bermanfaat bagi penyusun sendiri khususnya dan pembaca pada
umumnya.

Surabaya, 24 Nopember 2017

Penulis

v
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................ ii
ABSTRAK................................................................................ iii
ABSTRACT .............................................................................. iv
KATA PENGANTAR ............................................................. v
DAFTAR ISI ............................................................................ vi
DAFTAR GAMBAR ............................................................... vii
DAFTAR TABEL .................................................................... viii
DAFTAR GRAFIK ................................................................. ix
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang............................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah........................................................ 1
1.3 Tujuan ......................................................................... 2
1.4 Sistematika Laporan .................................................... 2
BAB II DASAR TEORI
2.1 Serat Optik ................................................................... 3
2.2.1 Jenis-Jenis Serat Optik ........................................... 4
2.2 Lekukan (Bending)Pada Serat Optik .......................... 6
2.3 Serat Optik Sebagai Sensor ......................................... 7
BAB III METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Peralatan ...................................................................... 9
3.2 Percobaan..................................................................... 9
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
4.1 Analisis Data................................................................ 13
4.2 Pembahasan ................................................................. 16
BAB V PENUTUP
5.1 Kesipulan ..................................................................... 17
5.2 Saran ............................................................................ 17
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

vi
vii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Struktur Dasar Serat Optik ................................... 3


Gambar 2.2 Perambatan Cahaya pada Serat Optik .................. 4
Gambar 2.3 Serat Optik Singlemode Step Index ...................... 5
Gambar 2.4 Serat Optik Multimode Step Index ....................... 5
Gambar 2.5 Serat Optik Multimode Graded Index .................. 6
Gambar 3.1 Set Up Eksperimen 1 ............................................ 9
Gambar 3.2 Set Up Eksperimen 2 ............................................ 10
Gambar 3.3 Skema Percobaan Pengaruh Suhu ........................ 11
Gambar 4.1 Perbndingan losses singlemode dan multimode
saat dikenai variasi bending ................................. 14
Gambar 4.2 Perbndingan losses singlemode dan multimode
saat dikenai kenaikan suhu .................................. 15

vii
DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Data Hasil Percobaan Bending dengan variasi


bending pada serat optik singlemode ........................ 13
Tabel 4.2 Data Hasil Percobaan Bending dengan variasi
bending pada serat optik multimode ......................... 13
Tabel 4.3 Data Hasil Percobaan kenaikan suhu terhadap
serat optik singlemode............................................... 14
Tabel 4.4 Data Hasil Percobaan kenaikan suhu terhadap
serat optik multimode ................................................ 15

viii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Saat ini perkembangan bidang telekomunikasi untuk transmisi
data mengalami kemajuan yang cukup signifikan. Banyak
penemuan-penemuan yang dilakukan oleh ilmuwan dalam
memenuhi permintaan untuk mentransmisikan data yang besar
pada jarak yang sangat jauh, salah satunya menggunakan fiber
optik. Fiber optik pertama kali diperkenalkan oleh Charles Kao,
yang telah mendapatkan hadiah nobel untuk kategori Fisika tahun
2009 karena penemuannya telah mengubah dunia telekomunikasi.
Ia telah mengusulkan bahwa cahaya dapat ditransmisikan lewat
kabel, dimana kabel tersebut berisi lapisan silika yang dapat
menghantarkan cahaya (Djohan, 2009).
Seiring dengan berjalannya waktu dan berkembangnya ilmu
pengetahuan, fiber optik tidak hanya digunakan sebagai
penghubung dalam sistem telekomunikasi, tetapi juga telah
berkembang menjadi sistem sensor yang dikenal dengan Fiber
Optik Sensor (sensor serat optik) (Frederick, 1990).
Karakteristik bahan fiber optik sangat berpengaruh dalam
transmisi sinyal pada fiber optik tersebut. Pemantulan dan
pembiasan sinyal di dalam serat optik tergantung pada indeks bias
bahan yang dipakai dalam serat optik tersebut. Attenuasi (redaman)
juga menjadi masalah tersendiri dalam penyaluran sinyal (Dewi,
2010). Terdapat beberapa bentuk redaman pada fiber optik antara
lain lekukan (bending) dan pengaruh suhu lingkungan. Praktikum
P2 kali ini bertujuan untuk mengetahui bentuk redaman akibat
bending dan pengaruh suhu lingkungan pada transmisi daya sinyal
pada serat optik.

1.2 Perumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, berikut ini rumusan
masalah dari laporan praktikum:
a. Bagaimana prinsip transmisi sinyal pada serat optik?
b. Bagaimana pengaruh lekukan (bending) terhadap nilai
daya sinyal yang ditransmisikan pada serat optik?
1
2

c. Bagaimana pengaruh suhu terhadap nilai daya sinyal yang


ditransmisikan pada serat optik?

1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah yang ada, adapun tujuan dari
praktikum ini adalah sebagai berikut:
a. Mengetahui prinsip transmisi sinyal pada serat optik.
b. Mengetahi pengaruh perubahan lekukan (bending)
terhadap nilai daya sinyal yang ditransmisikan pada serat
optik.
c. Mengetahui pengaruh suhu terhadap nilai daya sinyal yang
ditransmisikan pada serat optik.

1.4 Sistematika Laporan


Laporan resmi ini terdiri dari Bab I yaitu Pendahuluan yang
berisi Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan, dan Sistematika
Laporan. Bab II yaitu Dasar Teori yang merupakan kumpulan teori
untuk praktikum ini. Bab III yaitu Metodologi Percobaan yang
berisi Alat dan Bahan serta Prosedur Percobaan. Bab IV berisi
Analisa Data dan Pembahasan dari praktikum ini, kemudian Bab V
yaitu penutup berisi Kesimpulan dan Saran.
BAB II
DASAR TEORI

2.1 Serat Optik


Serat optik adalah suatu pemandu gelombang dieletrik yang
berbentuk silinder terbuat dari material low-loss seperti kaca silica
(Saleh, 1991). Bagian utama dari serat optik terdiri dari core dan
cladding yang dilindungi oleh coating. Kedua bagian utama
tersebut memiliki indeks bias yang berbeda.

Gambar 2.1 Struktur Dasar Serat Optik

Struktur dasar dari sebuah serat optik yang terdiri dari 3


bagian :
a. Core (inti)
Sebuah batang silinder terbuat dari bahan dielektrik
(bahan silika (SiO2), biasanya diberi doping dengan
germanium oksida (GeO2) atau fosfor penta oksida (P2O5)
untuk menaikan indeks biasnya) yang tidak menghantarkan
listrik, inti ini memiliki jari-jari, besarnya sekitar 8 – 200 μm
dan indeks bias n1, besarnya sekitar 1,5.
b. Cladding (selimut)
Merupakan bagian yang membungkus core sehingga
pulsa-pulsa cahaya yang akan keluar dari core terpantul ke
dalam core kembali sehingga pulsa cahaya tidak hilang di
perjalanan. Cladding mempunyai diameter yang bervariasi
antara 125 μm (untuk siglemode dan multimode step index)
dan 250 μm (untuk multimode graded index)
c. Coating (jaket)
Terbuat dari bahan plastik yang elastis, berfungsi sebagai
pelindung core dan cladding dari gangguan luar
Ada 3 jenis perambatan cahaya yang terjadi pada serat optik,
3
4

yaitu:

Gambar 2.2 Perambatan Cahaya pada Serat Optik

1. Sinar merambat lurus sepanjang sumbu serat tanpa


mengalami refleksi atau refraksi.
2. Sinar mengalami refleksi total karena memiliki sudut
datang yang lebih besar dari sudut kritis dan akan
merambat sepanjang serat melalui pantulan - pantulan.
3. Sinar akan mengalami refraksi dan tidak akan
dirambatkan sepanjang serat karena memiliki sudut
datang yang lebih kecil dari sudut kritis.

Prinsip yang digunakan pada perambatan cahaya pada serat


optik adalah hukum Snellius. Snellius menyatakan bahwa
“perbandingan sinus antara sudut datang dan sudut bias
sebanding ratio kecepatan cahaya pada dua media tersebut atau
berbanding terbalik dengan ratio indeks bias dari kedua.”.

2.1.1 Jenis-jenis Serat Optik


a. Singlemode Step Index
Serat optik singlemode memiliki diameter core antara 2 - 1
0 mm dan sangat kecil dibandingkan dengan ukuran cladding
nya. Cahaya hanya merambat dalam satu mode saja yaitu sejajar
dengan sumbu serat optik. Memiliki redaman yang sangat kecil,
memiliki lebar pita frekuensi yang sangat lebar, Digunakan
untuk jarak jauh dan mampu menyalurkan data dengan
kecepatan bit rate yang tinggi.
5

Gambar 2.3 Serat Optik Singlemode Step Index

b. Multimode Step Index


Serat optik ini pada dasarnya mempunyai diameter core
yang besar (50 - 200 um) dibandingkan dengan diameter
cladding (125 - 400 um). Sama halnya dengan serat optik
singlemode, pada serat optik ini terjadi perubahan index bias
dengan segera (step index) pada batas antara core dan cladding.
Diameter core yang besar (50 - 200 um) digunakan untuk
menaikkan efisiensi coupling pada sumber cahaya yang tidak
koheren seperti LED.

Gambar 2.4 Serat Optik Multimode Step Index

Karakteristik penampilan serat optik ini sangat bergantung


pada macam material/bahan yang digunakan. Berdasarkan hasil
penelitian, penambahan prosentase bahan silica pada serat optik
ini akan meningkatkan penampilan (performance). Tetapi jenis
serat optik ini tidak populer karena meskipun kadar silica nya
ditingkatkan, kerugian dispersi sewaktu transmit tetap besar,
sehingga hanya baik digunakan untuk menyalurkan data atau
informasi dengan kecepatan rendah dan jarak relatif dekat.
Dalam multi mode step index mempunyai kelebihan
diantaranya mudah terminasi, kopling efisien serta tidak mahal
sedangkan kerugiannya adalah dispersi lebar dan mempunyai
6

bandwidth minimum.

c. Multimode Graded Index


Pada Graded-index multimode terdapat lapisan pada inti
kacanya sehingga index sinar yang merambat tidak menabrak
lapisan cladding. Sinar yang masuk dalam inti tidak dipantulkan
sepanjang melewati inti tersebut. Cahaya merambat lurus
membentuk ’’envelope” dengan kombinasi interval biasa.
Kecepatan perambatannya ditentukan oleh kerapatan index n1.
Jenis serat optik ini sangat ideal untuk menyalurkan informasi
pada jarak menengah dengan menggunakan sumber cahaya
LED maupun LASER, di samping juga penyambungannya
yang relatif mudah.

Gambar 2.5 Serat Optik Multimode Graded Index

2.2 Lekukan (Bending) Pada Serat Optik


Bending merupakan salah satu faktor (selain absorbtion,
scattering) yang menyebabkan terjadinya redaman (atenuasi)
dalam proses transmisi sinyal pada serat optik. Redaman serat optik
merupakan karakteristik penting yang harus diperhatikan
mengingat kaitannya dalam menentukan jarak pengulang
(repeater), jenis pemancar dan penerima optik yang harus
digunakan. Redaman sinyal cahaya yang merambat di sepanjang
serat merupakan pertimbangan penting dalam desain sebuah sistem
komunikasi optik, karena menentukan peran utama dalam
menentukan jarak transmisi maksimum antara pemancar dan
penerima.
Ada dua jenis bending (pembengkokan) yaitu macrobending
dan microbending. Macrobending adalah pembengkokan serat
optik dengan radius yang panjang bila dibandingkan dengan radius
7

serat optik. Redaman ini dapat diketahui dengan menganalisis


distribusi modal pada serat optik. Microbending adalah
pembengkokan-pembengkokan kecil pada serat optik akibat
ketidakseragaman dalam pembentukan serat atau akibat adanya
tekanan yang tidak seragam pada saat pengkabelan. Salah satu cara
untuk menguranginya adalah dengan menggunakan jacket yang
tahan terhadap tekanan. (Roychoudhuri, 2008)

2.3 Serat Optik Sebagai Sensor


Bahan-bahan untuk membuat serat optik terdiri dari banyak
jenis, salah satunya adalah serat optik plastik. Serat optik plastik
adalah media transmisi cahaya yang dapat diaplikasikan untuk
sensor dan berkas cahaya yang ditransmisikan lebih dari satu
sehingga dapat juga disebut serat optik multimode. Beberapa
aplikasi serat optik plastik sebagai sensor antara lain sebagai sensor
pergeseran, sensor suhu, sensor tekanan, sensor kelembaban,
sensor laju aliran fluida, sensor laju rotasi, sensor konsentrasi suatu
zat, sensor medan Iistrik, sensor medan magnet, serta sebagai
sensor analisis kimia. (Gupta, 1998). Struktur dari serat optik
plastik secara umum sama dengan serat optik pada umumnya, yaitu
terdiri dari core, cladding dan coating. Tetapi serat optik plastik
mempunyai ukuran fisik yang lebih besar dibandingkan dengan
serat optik berbahan kaca. Selain itu, serat optik plastik lebih
fleksibel dan tidak mudah patah karena serat optik plastik terbuat
dari bahan polimer. Kekurangan dari serat optik jenis ini adalah
kurang cocok jika diaplikasikan untuk transmisi data pada sistem
komunikasi serat optik karena serat optik plastik mempunyai
dispersi yang besar pada jarak yang pendek.
Sensor menggunakan serat optik pada umunya menggunakan
metode adsorbsi gelombang cahaya oleh cladding, yaitu dengan
menggantikan cladding serat optik dengan spesimen yang akan
diukur, Perubahan spesimen cladding menyebabkan penyerapan
pada cladding berubah pula. Hal inilah yang menyebabkan
intensitas cahaya yang ditransmisikan berbeda-beda jika spesimen
yang dijadikan cladding berbeda. Saat sinar ditransmisikan pada
serat optik yang sedikit energinya masuk ke dalam cladding dan
menghilang (atenuasi).
8

Halaman Ini Sengaja Dikosongkan


BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Eksperimen : Bending pada Serat Optik


3.1.1 Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang digunakan pada praktikum kali
ini adalah sebagai berikut :
1. Laser
2. Serat optik multimode
3. Serat optic singlemode
4. Optical Power Meter (OPM)

3.1.2 Prosedur Percobaan


Adapun prosedur percobaan pada praktikum kali ini adalah
sebagai berikut :
1. Peralatan dirancang seperti Gambar 3.1

Gambar 3.1 Set Up Eksperimen 1

2. Pengukuran dilakukan pada daya cahaya LASER yang


keluar dari serat optik single mode sebelum diberi
gangguan (bending) menggunakan OPM.
3. Serat optik single mode diberi gangguan berupa lekukan
(bending), lalu diukur daya cahayanya menggunakan
OPM.
4. Dilakukan variasi jumlah lilitan kelengkungan berjumlah
1 kali, 2 kali, 3 kali, 4 kali dan 5 kali secara bertahap dan
diukur daya cahaya yang keluar menggunakan OPM
5. Serat optik single mode dililitkan pada silinder seperti
pada Gambar 3.2 dan diukur daya cahayanya

9
10

menggunakan OPM (variasi jumlah lilitan sesuai arahan


asisten).

Gambar 3.2 Set Up Eksperimen 2

6. Dilakukan perbandingan data antara hasil keluaran


(daya) cahaya laser terhadap jumlah lilitan serat optik
single mode menggunakan grafik.
7. Langkah 1-6 diulangi kembali tetapi menggunakan serat
optik multimode

3.2 Eksperimen : Pengaruh Suhu terhadap Daya Keluaran


Serat Optik
3.2.1 Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang digunakan pada praktikum kali
ini adalah sebagai berikut :
1. Serat Optik MultiMode
2. Serta Optik Singlemode
3. Magnetic Stirrer
4. Optical Power Meter

3.2.2 Prosedur Percobaan


Adapun prosedur percobaan pada praktikum kali ini adalah
sebagai berikut :
11

Gambar 3. 3 Skema Percobaan Pengaruh Suhu

1. Peralatan percobaan disusun sesuai dengan Gambar 3.3.


2. Suhu pada magnetic stirrer diatur pada suhu 50°C, 100°C
dan 150°C
3. Suhu real diukur menggunakan termometer laser
4. Pada plat magnetic stirrer diletakkan salah satu bagian dari
serat optic singlemode (tidak menempel) dan ujung yang
lain dihubungkan dengan Optical Power Meter.
5. Pengukuran dilakukan sebanyak 3 kali pada masing-
masing suhu, daya yang dihasilkan oleh Optical Power
Meter dicatat.
6. Langkah 1-5 diulangi tetapi menggunakan serat opti
multimode
7. Dibuat grafik hubungan antara daya yang dihasilkan akibat
perubahan suhu pada serat optik singlemode dan
multimode
8. Hasil percobaan dianalisa.
12

Halaman Ini Sengaja Dikosongkan


BAB IV
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

4.1 Analisis Data


Dalam praktikum P2 ini dilakukan 2 kali percobaan. Pada
percobaan 1 mengenai pengaruh bending terhadap daya keluaran
pada serat optik. Didapatkan data sebagai berikut:

Tabel 4.1 Data Hasil Percobaan Bending dengan variasi bending


pada serat optik singlemode

SINGLEMODE
Percobaan Jumlah Pin Pout (dBm)
Loss
ke- Bending (dBm) n1 n2 n3 n rata2
1 0 -6 -6,61 -6,61 0,61
2 1 -6 -6,81 -6,81 0,81
3 2 -6 -6,98 -6,98 0,98
4 3 -6 -7,17 -7,16 -7,15 -7,16 1,16
5 4 -6 -7,45 -7,5 -7,15 -7,37 1,37

Tabel 4.2 Data Hasil Percobaan Bending dengan variasi bending


pada serat optik multimode

MULTIMODE
Percobaan Jumlah Pin Pout (dBm)
Loss
ke- Bending (dBm) n1 n2 n3 n rata2
1 0 -6 -15,48 -15,49 -15,485 9,485
2 1 -6 -15,59 -15,9 -15,91 -15,80 9,80
3 2 -6 -16,41 -16,4 -16,41 10,405
4 3 -6 -17,09 -17,1 -17,10 11,10
5 4 -6 -17,25 -17,29 -17,3 -17,28 11,28
6 5 -6 -18,87 -18,89 -18,88 12,88

13
14

Pengaruh Bending
14
12 11.67 11.64 11.67 11.48
Nilai Losses (dBm)

10.43 10.86
10
8
6
4 3.64
2
0.81 0.98 1.16 1.37
0 0.61
0 1 2 3 4 5 6
Jumlah Bending

Loss Singlemode Loss Multimode

Gambar 4.1 Perbndingan losses singlemode dan multimode saat


dikenai variasi bending

Adapun pada percobaan kedua dilakukan percobaan serat


optic saat dikenai kenaikan suhu. Didapatkan data hasil percobaan
sebagai berikut :

Tabel 4.3 Data Hasil Percobaan kenaikan suhu terhadap serat


optik singlemode

SINGLEMODE
Pout
Suhu Pin Pout
sebelum
(oC) (dBm) (dBm) Losses
(dBm)
50 -6 -7,5 -7,5 0
100 -6 -7,5 -7,5 0
150 -6 -7,5 -7,5 0
15

Tabel 4.4 Data Hasil Percobaan kenaikan suhu terhadap serat


optik multimode

MULTIMODE
Pout
Suhu Pin Pout
sebelum Losses
(oC) (dBm) (dBm)
(dBm)
58,2 -6 -16,41 -16,53 0,12
100 -6 -17,09 -17,16 0,07
160 -6 -16,49 -17,34 0,85

Adapun kedua hasil tersebut kemudian dibandingkan besar


power lossnya sebagaimana pada gambar berikut:

Pengaruh Suhu
0.9
0.85
0.8
Nilai Losses (dBm)

0.7
0.6
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1 0.12
0.07
0 0.02 0.03 0.01
0 50 100 150 200
Suhu

Loss Singlemode Loss Multimode

Gambar 4.2 Perbndingan losses singlemode dan multimode


saat dikenai kenaikan suhu
16

4.2 Pembahasan
Dalam praktikum p2 yaitu mengenai bending dan pengaruh
suhu pada serat optik. Pada percobaan bending pada serat optik
dilakukan dengan variasi lilitan. Variasi lilitan yang diberikan dari
0 lilitan sampai 5 kali lilitan. Dari hasil percobaan tersebut
didapatkan loss daya semakin besar seiring dengan banyaknya
lilitan baik pada serat optik singlemode dan serat optik multimode.
Pada percobaan pertama (pengaruh bending) diperoleh kondisi
bahwa jika serat optik diberi lilitan (lekukan), dengan variansi
lekukan, maka yang terjadi adalah semakin banyak jumlah lilitan,
maka semakin besar loss yang terjadi pada serat optik. Hal ini juga
sesuai dengan teori yang menyebutkan bahwa Banyaknya lilitan
serat optik juga berpengaruh terhadap besarnya daya yang keluar
pada bagian penerima. Semakin banyak lilitan maka akan makin
besar pula cahaya didalam serat optik yang berbelok dari arah
transmisi semula dan kemudian akan hilang. Hal ini menimbulkan
atenuasi yang cukup besar dalam (Okfarima, 2006)
Pada percobaan kedua yaitu pengaruh suhu pada serat optik.
Suhu yang di lakukan yaitu 58,2°C, 100°C, dan 160°C. Pada serat
optik singlemode diperoleh daya keluaran secara berturut-turut -
7,5 dBm ; -7,5 dBm ; -7,5 dBm. Dimana hasil tersebut
menunjukkan bahwa semakin besar suhu maka losses yang
dihasilkan tidak terlalu signifikan. Sedangkan pada serat optik
multimode diperoleh daya keluaran sebagai berikut -16,53 dBm ;
-17,34 dBm ; -17,16 dBm. Dimana hasil tersebut memiliki
hubungan selisih nilai kenaikan suhu terhadap loss yang terjadi
pada tiap-tiap variasi tidaklah besar dikarenakan pengaruh
kenaikan suhu tidak mempengaruhi loss daya yang signifikan.
Dapat dilihat bahwa secara teori seharusnya semakin besar suhu
yang diberikan maka serat optik akan semakin memuai dan
menghasilkan loss yang besar. Sehingga hasil percobaan pada kali
ini, tidak sesuai dengan teori yang ada. Kesalahan ini terjadi karena
alat pemanas yang kurang stabil serta peletakkan fiber optik ketika
dipanaskan tidak pada tempat yang sama pada tiap suhunya
sehingga pengaruh suhu atau pemanasan terhadap fiber optik dari
karakteristik serta bahan yang dimiliki oleh fiber optik yang
dijadikan bahan uji.
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum ini
adalah :
a) Transmisi sinyal pada serat optik adalah melewati inti
(core) dari serat optik berupa gelombang cahaya.
b) Semakin Semakin banyak bending, maka semakin besar
losses yang dihasilkan.
c) Daya keluaran dari serat optik tidak terpengaruh oleh
tingkat temperatur disekitar serat optik

5.2 Saran
Saran ke depannya untuk praktikum ini adalah alat-alat yang
akan digunakan di periksa terlebih dahulu agar data yang diperoleh
lebih akurat supaya hasil yang diperoleh bisa lebih baik

17
DAFTAR PUSTAKA

Djohan, N,.2009. Soliton dalam Serat Optik. Universitas Kristen


Krida Wacana :Jakarta

Frederick, C.A. 1990. Fiber Optics Handbook For Engineers and


Scientists. McGraw Hill Inc : New York

Dewi, M. S. 2010. Kajian Karakteristik Rugi-rugi pada Serat Optik


Telkom Karena Pembengkokan. FMIPA : Universitas Sebelas
Maret Surakarta

Saleh, Bahaa E., Teich, Malvin Carl. 1991. Fundamental of


Phohonics. John Wiley & Son Inc : New York

Roychoudhuri, Chandrasekhar. 2008. Fundamental of Phothonics.


SPIE Press : USA

Okfarima, Mandasari. 2006. Analisis Perbandingan Daya Hilang


Pada Serat Optik. Universitas Telkom : Jakarta
LAMPIRAN

S-ar putea să vă placă și