Sunteți pe pagina 1din 12

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN MATERMITAS PADA PASIEN


POST SC DENGAN PEB DI RUANG DAHLIA (NIFAS)
RSD dr. SOEBANDI JEMBER

OLEH:
Popi Dyah Putri Kartika, S.Kep
NIM 132311101035

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2018
PERSETUJUAN

Asuhan Keperawatan Pada Pasien Post SC dengan PEB di Ruang Dahlia (Nifas)
RSD Dr. Soebandi Jember

Jember, Juli 2018

Mengetahui,
Pembimbing Ruangan Dahlia Pembimbing Akademik
RSD dr. Soebandi Fakultas Keperawatan

Nurfadilah, S.ST
NIP 213200707 1 1985 0220

Mengetahui,
Kepala Ruangan

Umi Istikomah, S.ST, M.Si


NIP 19700719 199102 2 002
LAPORAN PENDAHULUAN POST SC DENGAN
PRE EKLAMSIA BERAT

A. Pengertian
Pre-eklamsia adalah suatu kondisi yang spesifik pada kehamilan, terjadi setelah
minggu ke 20 gestasi, ditandai dengan hipertensi dan protein uria dan dapat juga
diserta dengan udema. Hipertensi di sini adalah tekanan darah 140/90 mmHg atau
lebih, atau sutu kenaikan tekanan sistolik sebesar 30mmHg atau lebih (jika
diketahui tingkat yang biasa), atau kenaikan tekanan darah diastolic sebesar 15
mmHg atau lebih (jika diketahui tingkat yang biasa). Protein uria dalam
preeklamsia adalah konsentrasi protein sebesar 0,3 g/l atau lebih pada sedikitnya 2
spesimen urin yang di ambil secara acak dan pada selang waktu 6 jam atau lebih.
Edema biasa terjadi pada kehamilan normal, sehingga edema bukanlah tanda
preeklampsia yang dapat dipercaya kecuali jika edema juga mulai terjadi pada
tangan dan wajah, serta kenaikan berat badan yangmendadk sebanyak 1 kg atau
lebih dalam seminggu (atau 3 kg dalam sebulan) adalah indikasi pre-eklampsia
(kenaikan berat badan normal sekitar 0,5 kg per minggu). (Anonim, 2007).
Sedangkan PEB (Pre-eklampsia berat) adalah pre-eklampsia yang berlabihan yang
terjadi secara mendadak. Wanita dapat dengan cepat mengalami eklampsia. Hal
ini merupakan kedaruratan obstertik dan penatalaksanaannya harus segera
dimulai. Pre-eklamsi berat terjadi apabila :
1. Tekanan darah 160/110 atau lebih.diukur 2x dengan antara sekurang
kurangnya 6 jam dan pasien istirahat.
2. Proteinuria 5 gr atau lebih/24 jam.
3. Olyguri 400 cc atau lebih/ 24 jam.
4. Gangguan cerebral /penglihatan
5. Oedema paru / cyanosis
6. Sakit kepala hebat
7. Konfensi mental
8. Gangguan penglihatan (seperti pandangan kabur, kilatan cahaya)
9. Nyeri epigastrium, Mual dan muntah (Musalli, 2007).
Seksio Caesaria adalah persalinan buatan dimana janin dilahirkan melalui
suatu insisi pada dinding perut & dinding rahim dng syarat dinidng rahim dalam
keadaan utuh serta berat janin diatas 500 gram. Indikasi sectio caesaria adalah
sectio caesarea antara lain : Ibu / janin : Distosia (ketidakseimbangan
sepalopelvik, kegagalan induksi persalinan, kerja rahim yang abnormal). Ibu :
Penyakit pada ibu (Eklapmsia, DM, Penyakit jantung, Ca servik), pembedahan
sebelumnya, sumbatan pada jalan lahir. Janin : Gangguan pada janin, Prolaps tali,
Mal presentasi. Plasenta : Plasenta previa, Abrupsion plasenta.

B. Faktor Resiko Pre eklamsia


Walaupun belum ada teori yang pasti berkaitan dengan penyebab terjadinya
preeklampsia, tetapi beberapa penelitian menyimpulkan sejumlah faktor yang
mempengaruhi terjadinya preeklampsia. Faktor risiko tersebut meliputi :
1. Riwayat preeklampsia. Seseorang yang mempunyai riwayat preeklampsia
atau riwayat keluarga dengan preeklampsia maka akan meningkatkan
resiko terjadinya preeklampsia.
2. Primigravida, karena pada primigravida pembentukan antibodi
penghambat (blocking antibodies) belum sempurna sehingga
meningkatkan resiko terjadinya preeklampsia Perkembangan preklamsia
semakin meningkat pada umur kehamilan pertama dan kehamilan dengan
umur yang ekstrem, seperti terlalu muda atau terlalu tua.
3. Kegemukan (Rochimhadi, 2005)

C. Etiologi
Etiologi preeklampsia sampai saat ini belum diketahui dengan pasti. Banyak
teori-teori yang dikemukakan oleh para ahli yang mencoba menerangkan
penyebabnya, oleh karena itu disebut “penyakit teori”; namun belum ada yang
memberikan jawaban yang memuaskan. Teori sekarang yang dipakai sebagai
penyebab preeklampsia adalah teori “iskemia plasenta”. Namun teori ini belum
dapat menerangkan semua hal yang berkaitan dengan penyakit ini.Adapun teori-
teori tersebut adalah :
1. Peran Prostasiklin dan Tromboksan
Pada preeklampsia dan eklampsia didapatkan kerusakan pada endotel
vaskuler, sehingga sekresi vasodilatator prostasiklin oleh sel-sel endotelial
plasenta berkurang, sedangkan pada kehamilan normal prostasiklin
meningkat. Sekresi tromboksan oleh trombosit bertambah sehingga timbul
vasokonstrikso generalisata dan sekresi aldosteron menurun. Akibat
perubahan ini menyebabkan pengurangn perfusi plasenta sebanyak 50%,
hipertensi dan penurunan volume plasma.
2. Peran Faktor Imunologis
Preeklampsia sering terjadi pada kehamilan I karena pada kehamilan I
terjadi pembentukan blocking antibodies terhadap antigen plasenta tidak
sempurna. Pada preeklampsia terjadi komplek imun humoral dan aktivasi
komplemen. Hal ini dapat diikuti dengan terjadinya pembentukan
proteinuria.
3. Peran Faktor Genetik
Preeklampsia hanya terjadi pada manusia. Preeklampsia meningkat pada
anak dari ibu yang menderita preeklampsia.
4. Iskemik dari uterus. Terjadi karena penurunan aliran darah di uterus
5. Defisiensi kalsium. Diketahui bahwa kalsium berfungsi membantu
mempertahankan vasodilatasi dari pembuluh darah.
6. Disfungsi dan aktivasi dari endotelial. Kerusakan sel endotel vaskuler
maternal memiliki peranan penting dalam patogenesis terjadinya
preeklampsia. Fibronektin diketahui dilepaskan oleh sel endotel yang
mengalami kerusakandan meningkat secara signifikan dalam darah wanita
hamil dengan preeklampsia. Kenaikan kadar fibronektin sudah dimulai
pada trimester pertama kehamilan dan kadar fibronektin akan meningkat

sesuai dengan kemajuan kehamilan (Anonim, 2007).


D. Patofisiologi
Pada preeklampsi terdapat penurunan plasma dalam sirkulasi dan terjadi
peningkatan hematokrit, dimana perubahan pokok pada preeklampsi yaitu
mengalami spasme pembuluh darah perlu adanya kompensasi hipertensi ( suatu
usaha untuk mengatasi kenaikan tekanan perifir agar oksigenasi jaringan
tercukupi). Dengan adanya spasme pembuluh darah menyebabkan perubahan –
perubahan ke organ antara lain :
1. Otak
Mengalami resistensi pembuluh darah ke otak meningkat akan terjadi
oedema yang menyebabkan kelainan cerebal bisa menimbulkan pusing
dan CVA ,serta kelainan visus pada mata.
2. Ginjal
Terjadi spasme arteriole glomerulus yang menyebabkan aliran darah ke
ginjal berkurang maka terjadi filtrasi glomerolus negatif , dimana filtrasi
natirum lewat glomelurus mengalami penurunan sampai dengan 50 %
dari normal yang mengakibatkan retensi garam dan air , sehingga terjadi
oliguri dan oedema.
3. URI
Dimana aliran darah plasenta menurun yang menyebabkan gangguan
plasenta maka akan terjadi IUGR, oksigenisasi berkurang sehingga akan
terjadi gangguan pertumbuhan janin, gawat janin , serta kematian janin
dalam kandungan.
4. Rahim
Tonus otot rahim peka rangsang terjadi peningkatan yang akan
menyebabkan partus prematur.
5. Paru
Dekompensi cordis yang akan menyebabkan oedema paru sehingga
oksigenasi terganggu dan cyanosis maka akan terjadi gangguan pola
nafas. Juga mengalami aspirasi paru / abses paru yang bisa menyebabkan
kematian
6. Hepar
Penurunan perfusi ke hati dapat mengakibatkan oedema hati , dan
perdarahan subskapular sehingga sering menyebabkan nyeri epigastrium,
serta ikterus (Wahdi, 2009)

E. Pathway
Remaja, primipara muda, pendapatan , riwayat HT, Pre/eklamsia
Kehamilan muda/aterm
Pre eklamsia/ impending eklamsia/eklamsia
Kerusakan sel endotel vaskuler
Vasokostriktor vasodilator
TD + protein hilang + transudasi
Kejang/ penurunan kesadaran
Perawatan & pengobatan (MRS observasi ketat)
Terminasi kehamilan

Pervaginam Sectio Caesaria


ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN POST SC DENGAN
PRE EKLAMSIA BERAT

A. Pengkajian
1. Data Pasien (Anamnesis)
Nama, umur, agama, pendidikan, pekerjaan, status perkwinan, berapa kali
nikah, dan berapa lama.Riwayat kehamilan sekarang : kehamilan yang ke
berapa, sudah pernah melakukan ANC, terjadi peningkatan tensi, oedema,
pusing, nyeri epigastrium, mual muntah, dan penglihatan kabur. Riwayat
kesehatan ibu sebelumnya : penyakit jantung, ginjal, HT, paru. Riwayat
kehamilan, persalinan, nifas yang lalu : adakah hipertensi atau
preeklampsi.Riwayat kesehatan keluarga : adakah keluarga yang
menderita penyakit jantung, ginjal, HT, dan gemmeli.Pola pemenuhan
nutrisi. Pola istirahat.Psiko-sosial- spiritual :emosi yang tidak stabil dapat
menyebabkan kecemasan.
2. Pemeriksaan Fisik (Head to toe)
3. Pemeriksaan Diagnostik
Darah lengkap Nilai Hb↓,SDM ↓,SDP ↓,Albumin ↓, Hematokrit
↓,Trobosit ↓. Serum elektrolit Nilai kalium↑, kalsium ↓ ( Suyono, 2002).
Sumber lain mengatakan tanda vital yang diukur dalam posisi terbaring
atau tidur, diukur 2 kali dengan interval 6 jam. Laboratorium : protein uri
dengan kateter atau midstream ( biasanya meningkat hingga 0,3 gr/lt atau
+1 hingga +2 pada skala kualitatif ), kadar hematokrit menurun, BJ urine
meningkat, serum kreatini meningkat, uric acid biasanya > 7 mg/100 ml.
Berat badan : peningkatannya lebih dari 1 kg/minggu
Tingkat kesadaran ; penurunan GCS sebagai tanda adanya kelainan pada
otak
USG ; untuk mengetahui keadaan janin
NST : untuk mengetahui kesejahteraan janin
4. Diagnosis Banding
Hipertensi kronik.
Jika tekanan darah sebelum kehamilan 20 minggu tidak diketahui, akan
sulit untuk membedakan antara preeklampsia dan hipertensi kronik,
dalam hal demikian, tangani sebagai hipertensi karena kehamilan.
Proteinuria
Sekret vagina atau cairan amnion dapat mengkontaminasi urin, sehingga
terdapat proteinuria .Kateterisasi tidak dianjurkan karena dapat
mengakibatkan infeksi Infeksi kandung kemih, anemia berat, payah
jantung dan partus lama juga dapat menyebabkan proteinuria. Darah
dalam urin, kontaminasi darah vagina dapat menghasilkan proteinuria
positif palsu.
Kejang dan koma
Eklampsia harus didiagnosa banding dengan epilepsi, malaria serebral,
trauma kepala, penyakit serebrovaskuler, intoksikasi (alkohol, obat,
racun), kelainan metabolisme (asidosis), meningitis, ensefalitis,
ensefalopati, intoksikasi air, histeria dan lain-lain.

B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan pelepasan mediator nyeri (histamin,
prostaglandin) akibat trauma jaringan dalam pembedahan (section
caesarea)
2. Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan trauma jaringan / luka kering
bekas operasi
3. Ansietas berhubungan dengan kurangnya informasi tentang prosedur
pembedahan, penyembuhan dan perawatan post operasi
4. Defisit perawatan diri b/d kelemahan fisik akibat tindakan anestesi dan
pembedahan
5. Intoleransi aktivitas b/d tindakan anestesi
C. Rencana Asuhan Keperawatan (NIC NOC)
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi
Keperawatan Hasil
1 Nyeri akut Setelah diberikan 1. Lakukan pengkajian secara
berhubungan asuhan keperawatan komprehensif tentang nyeri
dengan pelepasan selama … x 24 jam meliputi lokasi, karakteristik,
mediator nyeri diharapkan nyeri klien durasi, frekuensi, kualitas,
(histamin, berkurang / terkontrol intensitas nyeri dan faktor
prostaglandin) dengan kriteria hasil : presipitasi.
akibat trauma 1. Klien melaporkan 2. Observasi respon nonverbal
jaringan dalam nyeri berkurang / dari ketidaknyamanan
pembedahan terkontrol (misalnya wajah meringis)
(section caesarea) 2. Wajah tidak tampak terutama ketidakmampuan
meringis untuk berkomunikasi secara
3. Klien tampak rileks, efektif.
dapat berisitirahat, 3. Kaji efek pengalaman nyeri
dan beraktivitas terhadap kualitas hidup (ex:
sesuai kemampuan beraktivitas, tidur, istirahat,
rileks, kognisi, perasaan, dan
hubungan sosial)
4. Ajarkan menggunakan teknik
nonanalgetik (relaksasi
progresif, latihan napas dalam,
imajinasi, sentuhan
terapeutik.)
5. Kontrol faktor - faktor
lingkungan yang yang dapat
mempengaruhi respon pasien
terhadap ketidaknyamanan
(ruangan, suhu, cahaya, dan
suara)
6. Kolaborasi untuk penggunaan
kontrol analgetik, jika perlu.

2 Risiko tinggi Setelah diberikan 1. Tinjau ulang kondisi dasar /


terhadap infeksi asuhan keperawatan faktor risiko yang ada
berhubungan selama … x 24 j sebelumnya. Catat waktu
dengan trauma diharapkan klien tidak pecah ketuban.
jaringan / luka mengalami infeksi 2. Kaji adanya tanda infeksi
bekas operasi dengan kriteria hasil (kalor, rubor, dolor, tumor,
(SC) 1. Tidak terjadi tanda - fungsio laesa)
tanda infeksi (kalor, 3. Lakukan perawatan luka
rubor, dolor, tumor, dengan teknik aseptik
fungsio laesea) 4. Inspeksi balutan abdominal
2. Suhu dan nadi terhadap eksudat / rembesan.
dalam batas normal Lepaskan balutan sesuai
( suhu = 36,5 -37,50 indikasi
C, frekuensi nadi = 5. Anjurkan klien dan keluarga
60 - 100x/ menit) untuk mencuci tangan sebelum
3. WBC dalam batas / sesudah menyentuh luka
normal (4,10- 10,9 6. Pantau peningkatan suhu, nadi,
10^3 / uL) dan pemeriksaan laboratorium
jumlah WBC / sel darah putih
7. Kolaborasi untuk pemeriksaan
Hb dan Ht. Catat perkiraan
kehilangan darah selama
prosedur pembedahan
8. Anjurkan intake nutrisi yang
cukup
9. Kolaborasi penggunaan
antibiotik sesuai indikasi

3 Ansietas Setelah diberikan 1. Kaji respon psikologis


berhubungan asuhan keperawatan terhadap kejadian dan
dengan kurangnya selama … x 6 jam ketersediaan sistem pendukung
informasi tentang diharapkan ansietas 2. Tetap bersama klien, bersikap
prosedur klien berkurang dengan tenang dan menunjukkan rasa
pembedahan, kriteria hasil empati
penyembuhan, 1. Klien terlihat lebih 3. Observasi respon nonverbal
dan perawatan tenang dan tidak klien (misalnya: gelisah)
post operasi gelisah berkaitan dengan ansietas yang
2. Klien dirasakan
mengungkapkan 4. Dukung dan arahkan kembali
bahwa cemasnya mekanisme koping
berkurang 5. Berikan informasi yang benar
mengenai prosedur
pembedahan, penyembuhan,
dan perawatan post operasi
6. Diskusikan pengalaman /
harapan kelahiran anak pada
masa lalu
7. Evaluasi perubahan ansietas
yang dialami klien secara
verbal
DAFTAR PUSTAKA

Sarwono, Prawiroharjo,. 2005. Ilmu Kandungan, Cetakan ke-4. Jakarta : PT


Gramedi
Rachimhadhi, T.. 2005. Preklamsia dan Eklamsia, dalam: buku Ilmu Kebidanan.
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo, Jakarta.
Suyono. Y.J., 2002. Dasar-Dasar Obstetri & Ginekologi. Edisi 6. Hipokrates,
Jakarta.
Wahdi. Dkk, 2000. Kematian Maternal Di RSUP Dr. Kariadi Semarang Tahun
1996-1998. Semarang: Majalah Obstetri Dan Ginekologi Indonesia

S-ar putea să vă placă și