Sunteți pe pagina 1din 17

IRONI ALUMNI PESANTREN

(Studi kasus Perjudian yang Dilakukan oleh Alumni Pesantren di Desa Lantek Barat
Kecamatan Galis Kabupten Bangkalan)

SKRIPSI
DIAJUKAN OLEH :
SALLAM
110521100045

PROGARM STUDI SOSIOLOGI


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA
sallamtaufiq@gmail.com
ABSTRACT

Every person is imperfect in art, must have errors and


mistakes in the journey, whether intentionally or not, just as
student of moslem know that’s have a pool is stronger than the
people who do not understand activities, student face the face
of a student. there are things that lie behind this as described
in the theory of social control, social control is the control
or controller of a person in a behavior, that controls socially
in an individual who is an indicator of social control is
affection (family), responsibility, involvement, and
responsibility the answer to this feeling influences deviant
behavior or not, just as a student alumni who does gambling
after exiting the hut. The purpose of this research is to explain
how a alumnus is doing the post-student performance comes out
of the hut when he know that a divided. Student has knowledge
about whether or not gambling is illegal, to obtain data in this
study through interview, how to determine information in this
study using visual sampling, qualitative descriptive of the
analysis techniques and using validity source of data
triangulation, in this study used social control theory from
Travis Hercy which is mentions the role of microsystems in the
formation of child delinquency, this assumption is the social
connection between children with family, friends, school and
other social environment. in his life like the control of parents
and the environment, love in the family has a big role in the
formation of good or bad children's character can be influenced
by parenting or family affection, besides that the environment
also has a problem for student who is bad environmentalist who
can influence the mindset of individuals and the environment
that will form good character.

Ringkasan

Setiap manusia terlahir tidak sempurna dalam artian, pasti memiliki kesalahan dan
kehilafan dalam hidupnya baik itu di sengaja ataupun tidak , seperti halnya seorang santri kita
tahu santri memiliki pondasi keagamaan yang lebih kuat dari pada masyarakat awam yang
tidak mengerti tentang keagamaan,santri sama halnya dengan seorang murid jika murid
mempunyai perilaku yang menyimpang ada hal yang melatarbelakangi hal tersebut seperti
yang di paparkan dalam teori control secial, control social merupakan sebuah control atau
pengontrol sesorang dalam berperilaku yang menjdikontrol social dalam individu yang mnjdi
indikator control social adalah kasih sayang (keluarga),tanggung jawab,keterlibatan,dan
tanggung jawabatau keyakinan ke empat hal ini mempengaruhi induvdu berperilaku
penyimpang atau tidak,seperti halnya seorang alumni santri yang melakukan perjudian setelah
keluar dari pondok.

Tujuan dari penelitian ini mendistrifkan bagaimana seorang alumni pesantren


melakukan perjuadian pasca santri tersbut keluar dari pondok padahal kita tahu seorang santri
di pandang memiliki pengetahuan tentang haram atau tidaknya perjudian,untuk pemmperoleh
data dalam penelitian ini melalui wawancara,observasi, cara menentukan informan dalam
penelitian ini menggunakan proposive sampling,menganalisi dengan teknik analisa diskriptif
kualitatif dan di periksa menggunakan ke absahan data triangulasi sumber,dalam penelitian ini
menggunakan teori control social dari Travis herchi menyebutkan adanya peran mikrosistem
di dalam pembentukan delinquency anak,asumsi teori ini adalah koneksi social antara anak
dengan keluarga ,teman,sekolah dan lingkungan social lain.

Hasilnya dalam penelitian ini bahwa alumni santri tersebut melakukan perjudian sebab
santri terbusebut kehilanga control social dalam kehidupannya seprti control dari orang tua dan
lingkungan, kasih sayang dalam keluarga berpenagruh besar dalam pembentukan karakter anak
baik atau buruk dapat di pengaruhi oleh pola asuh atau kasih sayang keluarga,selain itu
lingkungan juga memiliki pengaruh besar terhadap seorang santri berperilaku benrjudi
lingkungan yang buruk dapat mempengaruhi pola pikir individu sebaliknya bsgitu lingkungan
akan membentuk karakter yang baik.

1. PENDAHULUAN
Salah satu lembaga pendidikan Islam di Indonesia adalah
Pondok Pesantren, ia merupakan system pendidikan pertama dan
tertua di Indonesia, karena sifat keislaman dan keindonesiaan
terintegrasi dalam pesantren menjadi daya tariknya. Belum lagi
kesederhanaan, system manhaj yang terkesan apa adanya, hubungan
kiyai dan santri serta keadaan fisik yang serba sederhana. Di
tengah gagalnya system pendidikan dewasa ini, ada baiknya
disimak kembali system pesantren, dimana didalamnya lebih
mengedepankan ilmu etika dan pengetahuan. Kiyai adalah tempat
betanya atau sumber refrensi, tempat menyelesaikan semua urusan,
tempat meminta nasihat dan fatwa. Oleh karena itu, mesjid
sebagai salah satu tempat belajar dalam perkembangannya,
pesantren dilengkapi dengan pondok sebagai tempat tinggal santri
yang menjadi cirri khas dari lembaga tersebut adalah rasa
keikhlasan yang dimiliki oleh santri dan kiyai hubungan mereka
tidak hanya sekedar sebagai murid dan guru, tapi lebih seperti
anak dan orang tua. Bentuk, system dan metode pesantren di
Indonesia dapat dibagi menjadi dua priode; pertama, Ampel
(salafi) yang mencerminkan kesederhanaan secara konprehensif.
Kedua, priode Gontor yangmencerminkan kemoderenan dalam system
metode dan fisik bangunan, sehingga pada hakikatnya pesantren
memiliki tiga unsure yakni; santri, kiyai dan asrama.
Istilah pondok berasal dari pengertian asrama-asrama para
santri yangdisebut pondok atau tempat tinggal yang terbuat dari
bambu, atau kata“pondok” berasal dari bahasa Arab “funduq” yang
artinya hotel atau asrama (Asrohah 2004:32).
Sedangkan “pesantren” berasal dari kata santri dengan
awalan “pe” dan akhiran “an”, yang berarti tempat tinggal para
santri. Prof. Johns berpendapat bahwa istilah santri berasal
dari bahasa Tamil yang berarti guru ngaji (Dhofier 1985:18),
Sedangkan menurut istilah Pesantren adalah lembaga pendidikan
tradisional Islam untuk mempelajari, memahami, mendalami,
menghayati, dan mengamalkan ajaran Islam dengan menekankan
pentingnya moral keagamaan sebagai pedoman prilaku sehari-hari
(Malik 2005:1).
Para ahli mempunyai pendapat yang berbeda-beda dalam
memberikan definisi tentang pondok pesantren, untuk lebih
memberikan gambaran yang lebih sempurna di bawah ini akan
dikemukakan definisi dari para ahli tentang pengertian pondok
pesantren.
Pesantretan merupakan salah satu lembaga pendidikan islam
dan dakwah paling mapan, menyakar dan luas penyebarannya. Dari
lembaga inilah para pendidik, da’i, ulama, dan kiai sebagai
tulang punggung penyebaran Islam berasal.Corak budaya di
Indonisia selama ini menjadi kental oleh nuans tradisi
pesantren.
Pondok pesantren sebagai lembaga tertua di Indonisia telah
menunjukkan kemampuannya dalam mencetak kader-kader ulama dan
turut berjasa dalam mencerdaskan masyarakat.Oleh karena itu
seiring tuntutan zaman penyelenggara pendidikan fermal berbentuk
madrasah dalam berbagai tingkatan dan aneka kejuruan menurut
kebutuhan, masyarakat turut mewarnai sistem pendidikan pondok
pesantran.

Sejak decade 1970-an telah terjadi perubahan yang cukup


besar pada keberadaan pesantren sebagai sebuah sistem
pendidikan. Pesantren sebuah bentuk sistem tradisional, mulai
berubah. Pada kenyataannya pondok pesantren dengan fungsinya
sebagai lemabaga pendidikan Islam yang berfungsi sebagai tempat
penyiaran agama Islam dimana para santri dididik untuk bisa
hidup dalam suasana yang bernuansa agamis, maka dari itu pondok
pesantren memiliki tingkat integritas yang tinggi dengan
masyarakat disekitarnya dan menjadi rujukan moral/prilaku bagi
masyarakat umum. Tegasnya, lembaga pendidikan pesantren
merupakan tempat sosialasasi dan internalisasi niai-nilai yang
telah membudaya.Oleh karna itu, penetapan kurikulum lembaga
pendidikan pesantren dan tujuannya atas nilai-nilai pengetahuan
aspiasi dan pandangan hidup yang berlaku dan dihormati.

Sudah lama perjudian menjadi sorotan di masyarakat.Pada


mulanya perjudian itu berwujud kesibukan atau permainan untuk
mengisi waktu senggang guna menghibur hati, jadi sifatnya
rekreatif dan netral.Namun lambat laun bertambah unsur baru guna
menambah gairah dan ketegangan dalam bermain sehingga timbul
rasa pengharapan untuk menang yang lebih besar yang dipicu oleh
adanya taruhan baik berupa barang, uang atau tindakan yang
bernilai (Kartono 2005: 59-60).
Pada perjudian terdapat unsur minat, pengharapan dan
ketegangan yang makin meninggi yang disebabkan oleh
ketidakpastian untuk menang atau kalah.Dalam situasi
ketidakpastian tersebut, individu semakin tegang dan lebih
bergembira sehingga menumbuhkan rangsangan-rangsangan besar
untuk betah dalam bermain. Ketegangan akan semakin memuncak
apabila individu memiliki kepercayaan animistic pada nasib
peruntungan. Seorang penjudi ulung hampir selalu berusaha
membesarkan hatinya sendiri bahwa roh-roh pelindungnya
njangkung, merawat dan melindungi dirinya.Keyakinan seperti
inilah yang membesarkan harapan-harapan penjudi untuk menang,
sehingga membuat dirinya menjadi penjudi kronis (Kartono 2005:
60).
Summa (dalam Mudjijiono 2004: 5) memandang jika suatu
aktivitas itu memang mengandung unsur perjudian, ada empat tolak
ukur untuk menentukan perilaku berjudi, antara lain adanya
taruhan dari masing-masing pihak yang terlibat, berspekulatif
tidak adanya keadilan (adanya unsur memperoleh sesuatu dengan
cepat tanpa harus bekerja keras), adanya pihak yang dirugikan
dan membuat orang menjadi malas untuk bekerja daripada yang
sesungguhnya.
Perjudian pertaruhan dengan sengaja yaitu mempertaruhkan suatu nilai atau sesuatu yang
dianggap bernilai, dengan menyadari adanya resiko dan harapan-harapan tertentu pada
peristiwa-peristiwa permainan, pertandingan, perlombaan dan kejadian-kejadian yang
tidak/belum pasti hasilnya (Kartono, 1992:56). Judi adalah suatu pelanggaran dalam
masyarakat yang disebabkan oleh kebiasaan masyarakat dan merupakan perilaku menyimpang
yang sudah menjadi tradisi dalam masyarakat, seperti main domino, koa, togel, dan lain
sebagainya.Permainan (Kartini, 1992:70).
Fenomena tentang perilaku menyimpang khususnya yang terjadi pada remaja memang
menarik untuk dibicarakan karena hampir setiap hari pemberitaan tentang kenakalan remaja
khususnya perilaku menyimpang ada di media televisi maupun internet, hal ini ini
menunjukkan penyimpangan merupakan sebuah penyakit sosial khususnya bagi masyarakat
yang kurang memahami tentang pentingnya kesadaran akan hukum, penyimpangan sejatinya
bukan hanya menjadi ancaman lagi melainkan juga sebuah peringatan keras bagi aparat
pemerintah ataupun oknum-oknum yang berwajib untuk melakukan pencegahan
penyimpampangan yang menjerumuskan ketindakan kriminal.

Perubahan sosial yang sangat cepat sebagai konsekuensi modernisasi dan industrialisasi
telah mempengaruhi kehidupan manusia, sebagai individu, masyarakat dan bangsa itu sendiri,
dalam masyarakat yang modern yang identitasnya terdapat ketidakpastian fundamental baik itu
dibidang nilai, moral dan kebudayaan, didalam beretika didalam kehidupan sehari hari, oleh
karena itu maka satu-satunya kepastian tentang dewasa ini yang terlebih dahulu untuk masa
yang akan datang adalah kehidupan individu tetapi, persoalan-persoalan tersebut dengan
ketidak pastian yang bisa dilihat dari sekarang tidak semua orang mampu beradaptasi
(menyesuaikan diri) dan salah satu contoh yaitu perilaku penyimpangan sosial, yang hal ini
terlihat sekitar masyarakat pada umumntya, adanya tindakan kriiminal. Jadi tujuan
pendidikan pesantren adalah membentuk manusiayang memiliki
kesadaran tinggi bahwa bahwa ajaran islam merupakan Ajaran yang
bersifat menyeluruh. Selain itu produk pesantren ini diharapkan
memiliki kemampuan tinggi untuk mengadakan response terhadap
tantangan-tantangan dan tuntutan-tuntutan hidup dalam konteks
ruang dan waktu yang ada (Indonesia dan dunia abad sekarang ).

Lingkungan mempunyai peranan yang amat vital dalam membentuk keperibadian


seseorang, Kurangnya akan penjelasan tentang bahayanya perjudian, penuruan daya ingat.
Adapun dampak negatif bagi lingkungan sosialnya antara lain menyebabkan hubungan dengan
masyarakat sekitar menjadi buruk dan retak, mengakibatkan hubungan dengan orang tua
menjadi renggang.

Sebelum populer seperti sekarang ini, praktik perjudian


memiliki sejarah yang panjang. Dalam menelusuri sejarah
perjudian, tidak diketahui secara pasti sejak kapan manusia
sudah melakukan perjudian. Sebab bermain judi sudah dikenal
sejak beribu ribu tahun yang lalu. Meski dulu dimainkan dengan
menggunakan alat alat yang lebih sederhana namun tetap
menyelipkan unsur taruhan didalamnya.Praktik judi berkembang
pada saat dan juga cara yang berbeda beda pada setiap wilayah,
tak terkecuali di Nusantara.

Awal Berkembangnya Perjudian Di IndonesiaDiketahui dulu,


yang memainkan perjudian adalah para dukun. Pada masa itu dukun
dukun banyak diandalkan untuk membuat ramalan tentang kejadian
atau musibah musibah yang akan datang. Dalam melakukan
ramalannya, seorang dukun akan menggunakan alat alat seperti
tongkat, batu bahkan tulang hewan. Nantinya alat alat itu akan
dilemparkan ke udara, ada juga yang melemparkannya kedalam
sebuah mangkok.
Kejadian yang akan datang dapat diramal. berdasar letak
jatuhnya alat alat yang digunakan tadi. Inilah yang menjadi
salah satu cikal bakal perjudian, dimana kita menebak posisi
jatuh atau mendaratnya sebuah benda. Hal ini dapat dikatakan
cukup mirip dengan permainan roulette, bedanya bola roulette
tidak dilempar, melainkan di putar sampai berhenti.

Selain itu salah satu permainan yang sangat berpengaruh


pada sejarah judi di Indonesia adalah sabung ayam. Permainan ini
pasti sudah tidak asing lagi di tanah Jawa, sabung ayam bahkan
menjadi benang merah dalam cerita rakyat Cindelaras. Singkat
cerita raja dari kerajaan Jenggala, Raden Putra menantang
Cindelaras untuk bertaruh dalam permainan sabung ayam. Bila ayam
Cindelaras menang maka seluruh kekayaan Raden Putra akan
diberikan kepadanya. Namun bila ayam Cindelaras kalah maka ia
akan dihukum pancung. Tak butuh waktu lama, ayam Cindelaras
dapat dengan mudah mengalahkan ayam dari Raden Putra dalam
permainan itu.

Pada masa ini, permainan perjudian di Indonesia tentunya


semakin beragam dengan kedatangan pedagang pedagang dari China
maupun Eropa. Para pedagang ini turut serta membawa permainan
taruhan favorit mereka seperti judi kartu, dadu dan domino. Pada
tahun 1620 dimana saat VOC berkuasa di tanah Nusantara, mereka
mencari cari cara yang dapat memberikan mereka keuntungan. Salah
satu cara yang mereka lakukan adalah dengan mengizinkan orang
Tionghoa untuk membuka rumah judi. Mereka diijinkan membukanya
baik di dalam ataupun luar kota Batavia (Jakarta).

II. LANDASAN TEORI

Teori kontrol sosial membahas isu-isu tentang bagaimana


masyarakat memelihara atau menambahkan kontrol sosial dan cara
memperoleh konformitas atau kegagalan meraihnya dalam bentuk
penyimpangan (Efrank E. Hagan, 2013: 236)
Travis HIrchi yang merupakan pelopor dari teori ini mengatakan
bahwa “Perilaku criminal merupakan kegagalan kelompok-kelompok
social konvensional seperti; keluarga, sekolah, kawan sebaya
untuk mengikat atau terikat dengan individu”. (Yesmil Anwar
Adang, 2013:102).
Travis HIrchiTeori control
Teori kontrol sosial memfokuskan diri pada teknik dan
strategi yang mengatur tingkah laku manusia dan membawanya pada
penyesuainatau ketaatan pada aturan masyarakat. Seseorang
mengikuti hukum sebagai respon atas kekuatan pengontroltertentu
dalam kehidupan seseorang, seseorang menjadi kriminal ketika
kekuatan pengontrol tersebut lemah atau hilang.
Dalam perkembangan teori control social yang dipelopori oleh
Travis HIrchi, maka ada satu ahli yang mengembangkan atas teori
ini .ia mengajukan beberapa posisi teoritisnya, yaitu;
 Bahwa berbagai bentuk pengingkaran terhadap aturan-aturan
sosial adalah akibat dari kegagalan mensosialisasikan
individu warga masyarakat untuk bertindak conform terhadap
aturan atau tata tertib yang ada.
 Penyimpangan dan bahkan kriminalitas atau prilaku kriminal,
merupakan bukti kegagalan kelompok-kelompok sosial
konvensional untuk mengikat individu agar tetap conform,
seperti: keluarga, sekolah atau institusi pendidikan dan
kelompok-kelompok dominan lainnya.
 Setiap individu seharusnya belajar untuk conform dan tidak
melakukan tindakan menyimpang atau criminal.
 Kontrol internal lebih berpengaruh daripada kontrol
eksternal. (Nurwanto &Suyanto, 2010:116).
Social control theory (Hirschi dalam Wiatroswki, Griswold,
& Roberts, 1981;Wadsworth, 2000) menyebutkan adanya peran
mikrosistem di dalam pembentukandelinquency anak. Asumsi teori
ini adalah koneksi sosial antara anak dengan keluarga,teman,
sekolah dan lingkungan sosial lain. Pada lingkungan sosial yang
mikro tersebutmenurut Ngai & Cheung (2005); Wester, MacDonald,
& Lewis (2008) menyebutkansebagai lingkungan eksternal dari anak
dan diberlakukan aturan-aturan, values danbelief yang bersifat
konvensional.Hircshis social control/bonding theory (Booth,
Farrell, & Varano, 2008;Wester, MacDonald, & Lewis, 2008;
Ingram, Patchin, McCluskey, & Bynum, 2007;Mason & Windle, 2002)
menyebutkan empat elemen social bond, yakni
1. Attachmentatau kelekatan.Kelekatan merupakan faktor emosi.
Hal ini mendeskripsikan bahwa anakmemiliki kecenderungan
untuk melekatkan diri pada orang lain. Anak
melakukankelekatan ini dengan orang tua, sekolah dan teman
sebayanya, di dalamnyatermasuk supervisi orang tua, kualitas
komunikasi, kebersamaan, pemahamanorang tua tentang
pertemanan anaknya dan kepercayaan. Jika kelekatan anakkuat
terhadap pihak tertentu, hal ini akan membentuk suatu
komintmen.
2. Commitmentatau komitmen terhadap aturan.Komitmen merupakan
komponen rasional dari suatu ikatan. Hal ini mengacupada
sejauh mana anak-anak terlibat dalam kegiatan konvensional
suatukelompok. Komitmen seorang dengan tidak melakukan suatu
tindakanpelanggaran dikarenakan mereka tahu mendapatkan
masalah akan menghambatkesempatan mereka untuk menjadi
sukses. Hal ini dapat terbentuk jika adadalam kelompok dimana
anak melekatkan dirinya. Contohnya sepertimenghormati
tradisi, dan percaya pada norma-norma dan nilai-nilai hidup
yangberlaku di masyarakat
3. Involepment atau keterlibatan.Keterlibatan anak berhubungan
dengan seberapa banyak waktu yang dihabiskanseorang anak
untuk berinteraksi dengan individu lain dalam suatu kegiatan.
Jikainteraksi yang tepat dengan kegiatan maupun seseorang,
seperti olah raga,kesenian dan lainnya merupakan kegiatan
yang secara dominan dilakukan anakmaka kemungkinan melakukan
perilaku nakal akan semakin kecil. Namunsebaliknya jika
interaksi dan kegiatan yang kurang tepat seperti bolos,
tawuran,melawan orang tua , mencuri dan lainnya marupakan hal
yang sering dilakukananak maka kenakalan pun akan semakin
mudah terbentuk dalam diri anak.
4. Beliefatau keyakinan. Keyakinan yaitu kesediaan dengan penuh
kesadaran untuk menerima segalaaturan. Keyakinan dalam nilai
moral dari norma konvensional berfungsi sebagai pemikat
dengan masyarakat.
III. METODOLOGI

Dalam penelitian ini, peneliti memnggunakan penelitian


kualitatif dimana dalam penelitian kualitatif ini digunakan
untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami subyek
peneltian misalnya tentang perilaku, persepsi, motivasi,
tindakan dan lain-lainnya. Secara holistic dan dengan cara
deskriptif dalam membentuk kata-kata dan bahasa dalam suatu
konteks alami dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiyah
(moleong, 2007:7).
Dalam penelitian ini peneliti menitik beratkan pada
pendekatan yang bersifat deskriptif, dengan pendekatan ini kita
mengetahui secara langsung informan yang kita cari dan dapat
mengelola datanya sehingga nantinya dapat menentukan suatu fakta
yang lebih menarik dan bermakna dilapangan (Bungin, 2003;41).
Penggunaan metode penelitian kualitatif deskriptif
berdasarkan beberapa pertimbangan (perposif), pertama,
penelitian diorentasikan untuk mencari atau menggali makna dan
memahami lebih mendalam terhadap pandangan hidupdan karakter
Judi Dikalangan Pesantren sehingga dapat diperoleh pemahaman
yang lebih mendalamterhadap pertenyaan-pertanyaan yang diajukan
dalampenelitian ini
Dalam penelitian ini, salah satu cara peneliti untuk
mendapatkan data yang benar-benar mendapatkan informasi yang
diperlukan oleh peneliti, maka perlu menentukan cara pentuan
informan secara tepat, yaitu dengan cara penentuan informan
dalampenelitian ini peneliti dituntut untuk mencari informan
yang bener-bener melakukan perjudian agar data yang diperoleh
memang bener-benar adanya sehingga sesuai dengan kejadian dan
subyektif, maka dari peneliti memilih menggunakan metode
menentukan informan dengan cara perposive sampling yaitu dengan
mengklarifikasi kriteria tertentu untuk calon informan.
Observasi
Observasi juga dapat diartikan sebagai cara pengambilan
data dengan pengamatan langsung yang dapat dilakukan dengan
menggunakan seluruh alat indera, selain devinisi metode
observasi adalah peroses pencatatan pola perilaku subyek, atau
kejadian yang sistematik tanda adanya pertanyaan atau komunikasi
dengan individu-individu yang diteliti (sutopo, 2008:57).
Observasi yaitu pengamatan langsung dengan cara formal
maupun non formal untuk mengamati seluruh kegiatan yang terjadi
sehari-hari dilingkungan lokasi penelitian, beberapa informasi
yang diperoleh dari hasil observasi tempat, pelaku, kegiatan,
objek, pembuatan, peristiwa, waktu, dan perasaan, alasan
peneliti melakukan observasi adalah untuk menyajikan data
realistis pelaku atau kejadian untuk menjaawab pertanyaan untuk
mengerti perilaku manusia dan untuk evaluasi yaitu melakukan
pengukuran terhadap asppek tertentu melakukan umpan balik
terhadap pengukuran tersebut. Bentuk observasi yang dapat
digunakan dalam penelitian kualitatif observasi partisipasi,
observasi tidak terstruktur, dan observasi kelompok tidak
terstruktur (Bungin, 2007:115).
Penelitian ini menggunakan observasi dimana observasi yang
digunakan adalah observasi tidak terstruktur.Observasi ini
digunakan untuk melengkapi data yang diperoleh dari wawancara
dan alasan peneliti menggunakan observasi adalah untuk
menyajikan gambaran realita perilaku dan kejadian untuk menjawab
pertanyaan-pertanyaan serta untuk membantu mengartikan sebuah
perilaku manusia dan untuk evolusi.
IV. ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Menurut Soekanto (Soetomo 2011) Pada dasarnya individu
menjadi kecanduan tidak secara tiba-tiba, akan tetapi melalui
suatu proses. Bicara tentang “Judi” termasuk “Sabung Ayam” yang
lebih dikenal dengan tajen selain dilarang oleh Agama, juga
secara tegas dilarang oleh hukum positif (KUHP). Hal ini dapat
diketahui dari ketentuan pasal 303 KUHP, Jo. UU No.7 tahun 1974
tentang Penertiban Judi Jo. PP.No.9 tahun 1981. Melalui
penelitian yang berkenaan dengan perjudian digunakan untuk
sekedar kesenangan (bukan untuk maksud kompetitif dan lambang
kedudukan), diketahui tingkat awal individu tidak langsung dapat
merasakan kesenangan tersebut. Untuk menuju kesana dibutuhkan
proses yang harus dilalui, yaitu pertama individu tersebut
belajar memahami jenis dan belajar memahami manfaat yang
dihasilkan. Tahap mempelari tehnik adalah bahwa bagi seorang
pemula pada umumnya belum merasakan kesenangan, sehingga pejudi
pertama disini belajar mengenai tehnik-tehnik sebagai prasarat
untuk mendapatkan kesenangan, dan apabila sudah mendapatkan
kesenangan tersebut pejudi disini akan cenderung untuk menambah
jenis permainannya secara otomatis membuat individu sudah
mempunyai pengalaman didalam perjudian tersebut.

Pengalamanyang dulu ada dan pernah merasakan susah senangnya


perjudian, merupakan satu hal yang didapatkan, karena
seringkalinya individu tersebut melakukan perjudian tersebut dan
diimbangi dengan mata pencarian yang bisa mendukung perjudian
yang akan dilakukan oleh alumni pesantren pertama yang berjudi
tersebut, dalam melakukanperjudian yang dilakkukan oleh alumni
pesantren tidak terlalu banyak masyarakat yang mengetahuinya
dikarenakan tidakterlalu mencolok dimasyarakat, bahkan meeka
membentuk kelompok/hubungann menjadi jembatan bagi alumni
pesantren untuk melakukan perjudian kepada yang lain, sehingga
hal ini terus terjadi sampai banyak yang mengenalnya. Adapun
pola perjudian yang terjadi di dalam masyarakat adalah sebagai
berikut, dari dari yang sembunyi-sembunyi hangga yang terang-
terangan.

Untuk memaparkan permasalahan yang ada, dan juga hasil dari


penelitian yang nantinya akan dibahas menggenai perjudian yang
dilakukan oleh oleh alumni pesantren yang ada dimasyarakat,
dengan melihat fenomena yang terjadi. Berdasarkan hasil
penelitian yang ditemukan terkait proses awal alumni menjadi
perilaku kriminal, satu hal yang dialami oleh individu alumni
disini itu tidak terlepas dari teman desa itu sendiri yang
sebelumnya pernah melakukan perjudian. Dengan status sebagai
alumni yang tentunya dalam urusan perjudian masih tidak
mengetahui karena alumni merupakan keluaran dari desa pesantren,
sehingga harus memahami perjudian yang mereka ingin lakukan. Ada
beberapa hal yang membuat seseorang mengenal perjudian begitupun
dengan jenis-jenis perjudian yang ada di masyarakat, tidak
semerta merta mengenal judi tanpa sebab begitu saja, ada hal
tertentu yang membuat para alumni ingin mengetahui jenis-jenis
perjudian, catatan tentang diri alumni tesebut perlu kita
ketahui sebab hal tersebut yang nantinya menjadi hal dimana dia
membangun jati dirinyadalam bermasyarakat, ada beberapa hal yang
dapat kita ketahui yaitu

Pergaulan pada hakikatnya merupakan pembentukan karakter


serta nilai yang akan diikuti oleh individu nantinya. Masa
remaja merupakan masa yang sangat riskan untuk diajak kepada
hal-hal yang berbau menyimpang yang akhirnya berbuntut pada
tindak kriminalitas, proses dalam melakukan perjudian tidak
semerta-merta diketahui oleh alumni pesantren, akan tetapi ada
hal yang melatarbelakangi alumni tersebut dengan sebelum
mempunyai status yang sekarang ini.

judi dengan manfaat dan modorotnya itu lebih banyak


modorotnya dari pada manfaat yang dihasilkan dalm perjudian
tersebut, namun para pejudi mananggapi secara terbalik sehingga
sulit untuk meninggal perjudian, pada tahapan berjudi sebenarnya
sangat mudah, pada bab ini berkaitan dengan judi sosial dan nya.
kelompok teman merupakan fasilitator dalam perjudian. Banyak
versi sebenarnya biasanya perjudiandilakukan secara sembunyi-
sembunyi namun dengan perkembangan tehnologi perjudian semakin
berkembang pesat, atau secara secara terang-terangan. Pejudi
biasa hanya untuk mengubah mood dilakukan untuk menyesuaikann
dengan lingkungan sosialnya. Tidak hanya teman sebenarnya yang
bisa memfasilitasi perjudian tapi juga orang tuanya sebagai
sarana fasilitas, atau menginginkan keadaan sosial yang
diharapkan agar diterima di lingkungan barunya.

Seseorang menjadi pejudi , sebenarnya ada tiga model yaitu


Model medis/ biologis, model klinis/ psikologis dan model
sosial, dan ditambah dengan satu model yang merupakan gabungan
dari ketiga model di atas, yaitu biopsikososial. Dan tiap model-
model tersebut benar pada umumnya merupakan inti dari individu
tersebut menjadi pejudi, sehingga bisa dlebih cenderung
bervariasi. (Suranto, 15:2007). Sehingga dengan adanya hal ini
akan ada tahap dimana individu tersebut akan merasakan ketagihan
yang mana pada tahap ini cenderung untuk mencari hubungann untuk
mendukung apa yang diinginkannya. Dari situ kita lihat bahwa
tindakan kriminal yang dia lakukan sekarang penyebabnya adalalah
lingkungan sipelaku yang dulunya memiliki pertemanan yang memang
begitu yaitu memiliki teman yang sudah tidak asing dalam dunia
adiktif, sehingga lingkungan yang melatar belakangi perilaku
seseorang sehingga dapat berbuat kriminal, karena lingkungan
pergaulan mempunyai peranan yang sangat vital terkait
pembentukan karakter serta pola tingkah laku seseorang, akan
akan ada fase dimana individu tersebut merasa dia memerlukan
teman yang sekiranya cocok dengan apa yang dia inginkan walaupun
pada akhirnya merujuk pada perilaku yang mengacu pada tindakan
kriminal.

V. PENUTUP
Kesimpulan
Perjudian yang terdapat di desa terutama di kalangan alumni pesantren ini membahas
bagaimana judi dapat mempengaruhi alumni peantren dan mendapatkan ruang di dalam diri
alumni pesantren yang melakukan perjudian. Penyebaran judi di di kalangan alumni pesantren
ini berawal dari salah satu alumniyang mana mempunyai latarbelakang perjudian di desa selain
itu dia mengetahui bagaimana mekanisme tentang perizinan perjudian sebab pejudi dalam desa
ini mengenal dekat dengan yang megang keamanan didesa, karena statsya sebagai ketua karang
taruna maka ini menjadi kesempatan oleh alumni ini sebagai kesempatan untuk berjudi namun
lambat laun judi ini dibawa ke dalam suatu kebiasaan sebab salah alumni ini sudah terbiasa
meminta izin untuk melakukan perjudian sehingga jaringanpun terjalin sampai akhirnya
mampu mengajak teman yang ada di dalam desa untuk dijadikan Partner di dalam melakukan
perjudian karena sehingga memunculkan sebuah kebiasaan bagaimana permainan judi bisa di
terima oleh blater( keamanan desa ).
Dan hal yang mendukung baik pejudi maunpun alumni yang lain yaitu karena kontrol
sosial yang longgar yang membuat para pejudi ini dapat melakukan judi tanpa diketahui oleh
oleh orang tua.

saran

Perilaku menyimpang yang beerakhir dengan tindakan kriminal yang dilakukan oleh alumni
tidak terlepas karena interaksi yang sering dilakukan dengan kelompok kriminal dan tidak
berfungsinya control sosial, untuk solusi yang diambil yaitu:
1. Menjalankan sistem aturan seperti yang tertulis dalam struktur keamanan yang ada di
desa agar dapat mencegah dan meminimalisir hal-hal yang berbau penyimpangan dan
berakhir pada tindak kriminal
2. Memberikan pemahaman terhadap semua alumni akan bahayanya perjudian secara
komprehensif agar mereka menjauhi pemakaian perjudian yang bisa berakibat buruk
bagi dirinya sendiri dan lingkungan sosialnya.

DAFTAR PUSTAKA

Abu Hamid, 1978, Sistem Pesantren Madrasah dan Pesantren di


Sulawesi Selatan
UjungPandang:Fakultas Sastra UNHAS,
Alo liliweri, M.S. Sosiologi dan komunikasi organisasi PT Bumi Askara Jakarta
Bungin, Burhan. 2003 .Analisis data penelitian Kualitatif,jakarta :PT Raja Grafindo
Persada
H.A. Sadali,DKK.1997 Islam untuk disiplin ilmu pendidikn , Departemen agama RI
direktorat jenderal pembinaan kelembagaan agama.
Herdiasyah, H.2010.Metodelogi Penelitian Kualitatif. Salemba Humanika.
Moleong, Lexy J. 2011. Metodologi penelitian kuaitatif. Edisi
revisi. Bandug:
Kartini, 2003. Patologi Sosial 1. Jakarta : Rajawali Pers.
Remaja Rosdakarya
Sugiono. 2011. Metode pnelitian Kuantiatif dan Kualitatif
dan R&D Bandung :
Alfabeta
Soekanto, Soerjono. 2000. Kegunaan sosiologi hukum bagi
kalangan hukum.
Citra AdityaBakti Bandung
Miles, Matthew B. dan A. Michael Huberman. 1992. Analisis
Data Kualitatif (terj.).

Jakarta: penerbit Universitas Indonesia (UI-Press).

Moleong , Lexy j.2011 Metodelogi Penelitian Kualitatif,Edisi Revisi.


Bandung RemajaRosdakara
Soetomo, 2011, Masalah masalah sosial PT Pustaka Pelajar Jakarta
Soekanto, Soedjono.1990.Sosiologi Suatu Pengantar,jakarta :PT RaJa Grafindo Persada.
Sudarsono,Drs,S.H. 2008, Kenakalan Remaja, Jakarta, Penerbit : PT RINEKA CIPTA
Dan Hukum Pidana Nasional, Jakarta, PT. Raja Grafindo Persa
Wahid, Abdurrahman,”pesantren sebagai subkultur” dalam M Dawa
Rahardj (Ed).
Pesantren dan Pembaharuan, Jakarta.
JURNAL
Irsyad,2013.” kajian sosiologi hukum terhadap penyelesaian pelanggaran lalu lintas
secara damai di kota makassar”.universitas Hasanuddin Makassar
Sarwirini,2011. “kenakalan anak (juvenile deliquency): kausalitas dan upaya
penanggulangannyauniversitas” Universitas Airlangga Surabaya

S-ar putea să vă placă și