Sunteți pe pagina 1din 41

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masa nifas atau post partum adalah masa setelah persalinan selesai

sampai 6 minggu atau 42 hari. Setelah masa nifas, organ reproduksi secara

berlahan akan mengalami perubahan seperti sebelum hamil. Selama masa

nifas perlu mendapat perhatian lebih dikarenakan angka kematian ibu 60%

terjadi pada masa nifas. Dalam angka kematian ibu (AKI) adalah penyebab

banyaknya wanita meninggal dari suatu penyebab kurangnya perhatian pada

wanita post partum 1.

Menurut hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI)

2012, Angka Kematian Ibu (AKI) tercatat mencapai 359 per 100.000

kelahiran hidup. Angka kematian ini jauh melonjak dibanding hasil SDKI

2007 yang mencapai 228 per 100.000 kelahiran hidup. Tiga penyebab utama

kematian ibu yaitu perdarahan (30,3%), hipertensi dalam kehamilan (HDK)

(27,1%), dan infeksi (7,3%). Masa nifas merupakan masa yang paling kritis

dalam kehidupan ibu ataupun bayi, diperkirakan bahwa 60% kematian ibu

akibat kehamilan terjadi setelah persalinan dan 40% kematian masa nifas

terjadi dalam 24 jam pertama 2.

Angka Kematian Ibu melahirkan di Jawa Tengah, kebanyakan di masa

nifas. Pada Tahun 2017 mencapai 475 kasus. Pada 2014, sebanyak 711 kasus,

dan 2015 turun menjadi 619 kasus. Ibu melahirkan yang meninggal di masa

1
nifas mencapai 58 %. Adapun meninggal saat hamil 25 % dan saat bersalin 17

%. Penyebab kematian ibu melahirkan ada beberapa sebab. Di antaranya,

pendarahan postpartum 21,14 %, hipertensi 24,22 %, infeksi masa nifas 2,76

%, gangguan sistem peredaran darah 8,52 %, dan lain-lain 40,49 %. Tempat

kejadiannya, justru kebanyakan di rumah sakit sebanyak 82 %. Sisanya

meninggal saat sudah berada di rumah 10 %, di jalan 7 %, dan di Puskesmas

sebesar 1 % 3.

AKI Kabupaten Pati tahun 2016 sebanyak 20 orang (115/100.000

kelahiran ) terdiri dari kmatian ibu hamil 7 orang, kematian ibu nifas 13 orang.

Angka tahun 2016 turun dibandingkan tahun 2015 sebanyak 21 orang (117/

100.000 kelahiran) terdiri dari kematian ibu hamil 7 orang, kematian ibu

bersalin 2 orang dan kematian ibu nifas sebanyak 12 orang, tahun 2014

sebanyak 17 orang ( 95 / 100.000 kelahiran ) terdiri dari kematian ibu hamil 4

orang kematian ibu bersalin 1 orang dan ibu nifas 12 orang. Di Puskesmas

Juwana pada Tahun 2016 terdapat 2 orang ibu yang meninggal pada saat masa

nifas 4.

Asuhan kebidanan masa nifas sangat di perlukan dalam periode ini

karena masa nifas merupakan masa kritis untuk ibu dan bayi. Di perlukan

suatu upaya untuk mencegah terjadinya suatu masalah tanda bahaya masa

nifas. Memerlukan suatu peran serta dari masyarakat terutama ibu nifas untuk

memiliki pengetahuan tentang tanda-tanda bahaya masa nifas. Diperlukan

peran serta dari tenaga kesehatan dengan memberikan konseling selama

kehamilan, setelah persalinan, dan melakukan kunjungan rumah yaitu

2
kunjungan nifas 1 dan kunjungan nifas 2 sesuai standart pelayanan. Dari

upaya tersebut di harapkan dapat mengetahui dan mengenal secara dini

tandatanda bahaya masa nifas, sehingga bila ada kelainan dan komplikasi

dapat segera terdeteksi 5.

Pada masa ini terjadi perubahan-perubahan fisiologis yaitu perubahan

fisik, involusi uterus dan pengeluaran lochia, laktasi, perubahan system tubuh

lainnya, perubahan psikis, dan kembalinya alatalat kandungan seperti sebelum

hamil 5.

Pada ibu nifas penjelasan mengenai tanda-tanda bahaya masa nifas

sangat penting dan perlu, oleh karena masih banyak ibu nifas belum

mengetahui tentang tanda-tanda bahaya masa nifas, baik yang diakibatkan

masuknya kuman ke dalam alat kandungan seperti bakteri eksogen (kuman

datang dari luar), autogen (kuman masuk dari tempat lain dalam tubuh) dan

endogen (dari jalan lahir sendiri) 6.

Perawatan masa nifas memiliki kebutuhan dasar yaitu gizi, ambulasi,

kebersihan diri, eliminasi, istirahat dan tidur, senam nifas, KB, pemberian

asi/laktasi, perawatan payudara dan kebiasaan yang tidak bermanfaat bahkan

membahayakan 7.

Beberapa wanita setelah melahirkan secara fisik merasakan

ketidaknyamanan terutama pada 6 minggu pertama setelah melahirkan di

antaranya mengalami beragam rasa sakit, nyeri, dan gejala tidak

menyenangkan lainnya adalah wajar dan jarang merupakan tanda adanya

sebuah masalah. Namun tetap saja, semua ibu yang baru melahirkan perlu

3
menyadari gejala-gejala yang mungkin merujuk pada komplikasi pasca

persalinan. Perilaku ibu-ibu terutama yang ada di pedesaan masih kurang

dalam melakukan perawatan pada masa nifas 6.

Peran fungsi dan kompetensi bidan dalam memberikan asuhan

kebidanan pada ibu dalam masa nifas normal adalah mengkaji kebutuhan

asuhan kebidanan ibu nifas, menentukan diagnose dan kebutuhan asuhan

kebidanan pada masa nifas, menyusun rencana asuhan kebidanan sesuai

rencana, mengevaluasi bersama klient asuhan kebidanan yang telah diberikan,

membuat rencana tindak lanjut asuhan kebidanan bersama klient. Bidan

dituntut untuk dapat melakukan asuhan kebidanan yang dapat mendeteksi dini

komplikasi pada ibu nifas 1.

Peran aktif bidan dalam memberikan pelayanan asuhan kebidanan

pada ibu nifas (post natal care) merupakan cara penting untuk memonitor dan

mendukung kesehatan ibu, terutama pada ibu nifas serta mendeteksi dini

adanya komplikasi atau tanda bahaya dalam nifas dengan tujuan dapat

memberikan pelayanan sesuai dengan kebutuhan serta menekan Angka

Kematian Ibu (AKI) 7.

Studi pendahuluan yang penulis lakukan pada ibu nifas di Puskesmas

Juwana dari bulan Agustus 2018 terdapat 10 ibu nifas dengan adanya luka

laserasi pada area perineum. Dari 10 ibu nifas didapatkan bahwa yang

melakukan tradisi tarak makanan sebanyak 2 orang, tidak melakukan ambulasi

dini masa nifas sebanyak 3 orang, tidak melakukan perawatan payudara

sebanyak 3 orang dan yang melakukan perawatan masa nifas dengan baik dan

4
benar hanya 2 orang. Sehingga, berdasarkan uraian latar belakang tersebut,

penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Kebutuhan asuhan

kebidanan pada masa nifas terhadap kesehatan ibu nifas yang bersih dan

nyaman di Puskesmas Juwana Kabupaten Pati.”

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang ini peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian guna mengetahui kebutuhan asuhan kebidanan pada masa nifas

terhadap kesehatan ibu nifas yang bersih dan nyaman di Puskesmas Juwana

Kabupaten Pati.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui kebutuhan asuhan kebidanan pada masa nifas

terhadap kesehatan ibu nifas yang bersih dan nyaman di Puskesmas

Juwana Kabupaten Pati.

2. Tujuan Khusus

a. Menjelaskan persepsi ibu nifas tentang kebutuhan asuhan kebidanan

pada masa nifas di Puskesmas Juwana Kabupaten Pati.

b. Menjelaskan persepsi ibu nifas tentang tanda bahaya nifas di

Puskesmas Juwana Kabupaten Pati.

5
D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti

Agar dapat menambah pengetahuan dan pengalaman penelitian

tentang kebutuhan asuhan kebidanan yang konprehensip selama masa

nifas.

2. Bagi Puskesmas

Meningkatkan pengetahuan bidan yang bekerja di Puskesmas

Juwana Kabupaten Pati agar lebih mendukung ibu dalam perawatan

perineum pada masa nifas. Serta diharapkan seorang tenaga kesehatan

mampu memberikan pengetahuan tentang tanda bahaya nifas terutama

pada ibu nifas yang dimulai dari kehamilan trimester III, kunjungan nifas

pertama dan kedua karena lebih cepat mencegah terjadinya komplikasi.

3. Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai informasi

akademik untuk kegiatan belajar mengajar atau sebagai sumber

pengetahuan ilmu kebidanan.

4. Bagi Responden

Pada ibu nifas untuk lebih waspada bagaimana mengetahui tentang

pentingnya perawatan perineum selama masa nifas.

E. Originalitas Penelitian

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian-penelitian yang pernah

dilakukan adalah sebagai berikut :

6
Tabel 1.1
Keaslian Penelitian
Nama Peneliti Judul Penelitian Metode Hasil Perbedaan
Dan Tahun
Sri Murwati Hubungan Deskriptif Hasil Variable penelitian ini
(2012) pengetahuan ibu Kuantitatif penelitian yaitu pengetahuan ibu
nifas dengan menunjukkan nifas dengan
pelaksanaan bahwa ada pelaksanaan perawatan
perawatan hubungan perineum pada ibu
perineum pada pengetahuan postpartum.
ibu postpartum ibu dengan Sedangkan variable
Di Desa pelaksanaan penelitian yang penulis
Bogoharjo perawatan lakukan adalah
Kecamatan perineum. kebutuhan asuhan
Kaliori Hasil uji chi kebidanan pada masa
Kabupaten square nifas terhadap
Rembang. menunjukkan kesehatan ibu nifas
p=0,001 yang bersih dan
nyaman

Metode yang dipakai


pada penelitian ini
menggunakan jenis
deskriptif kuantitatif
sedangkan penelitian
yang penulis lakukan
berjenis deskriptif
kualitatif.
Lisa Tingkat Jenis Hasil Variable penelitian ini
Kurniawati, Pengetahuan Ibu penelitian penelitian yaitu tingkat
(2013) Nifas Tentang diskriptif menunjukkan pengetahuan ibu nifas
Tanda Bahaya kuantitatif bahwa ada tentang tanda bahaya
Nifas Di Ruang dengan hubungan nifas sedangkan
Eva Rumah pendekatan tingkat variable penelitian
Sakit Mardi menggunakan pengetahuan yang penulis lakukan
Rahayu Kudus Cross ibu nifas adalah kebutuhan
Sectional. tentang tanda asuhan kebidanan pada
bahaya nifas. masa nifas terhadap
Hasil uji chi kesehatan ibu nifas
square yang bersih dan
menunjukkan nyaman
p=0,000
Metode yang dipakai
pada penelitian ini
menggunakan jenis
deskriptif kuantitatif
sedangkan penelitian
yang penulis lakukan
berjenis deskriptif
kualitatif.

7
Nur Hubungan Sikap Pada Hasil uji chi Variable penelitian ini
Indramawati Ibu Nifas Dalam penelitian ini square dengan yaitu sikap ibu nifas
(2015) Deteksi Dini menggunakan hasil nilai X2 dalam deteksi dini
Komplikasi metode survay hitung (4,615) komplikasi masa nifas
Masa Nifas analitik, X 2 tabel dengan ketepatan
Dengan dengan (3,841) artinya kunjungan nifas
Ketepatan pendekatan Ho ditolak dan sedangkan variable
Kunjungan case control . Ha diterima penelitian yang penulis
Nifas Di Bpm Analisa data sehingga ada lakukan adalah
Sri Lumintu menggunakan hubungan kebutuhan asuhan
Jajar Surakarta uji Chi Square antara sikap kebidanan pada masa
untuk taraf ibu nifas nifas terhadap
signifikasi dengan kesehatan ibu nifas
95% dan alpha ketepatan yang bersih dan
0,05. kunjungan nyaman
nifas.
Metode yang dipakai
pada penelitian ini
menggunakan survay
analitik, dengan
pendekatan case
control . Analisa data
menggunakan uji Chi
Square sedangkan
penelitian yang penulis
lakukan berjenis
deskriptif kualitatif.

8
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori

1. Masa Nifas

a. Pengertian

Nifas adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai

hingga alat-alat kandungan kembali seperti prahamil. Lama masa nifas

ini, yaitu 6-8 minggu 6.

Masa Postpartum dimulai setelah kelahiran plasenta dan

berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti sebelum hamil.

Masa nifas kira-kira berlangsung selama 6 minggu 5.

Masa nifas (puerperium), berasal dari bahasa Latin, yaitu puer

yang artinya bayi dan parous yang artinya melahirkan atau masa

sesudah melahirkan 7.

Komplikasi masa nifas adalah keadaan abnormal pada masa

nifas yang disebabkan oleh masuknya kuman-kuman ke dalam alat

genetalia pada waktu persalinan dan nifas 8.

b. Perubahan Masa Nifas

Secara garis besar terdapat tiga proses penting di masa nifas,

yaitu sebagai berikut 8:

1) Pengecilan Rahim

Rahim merupakan organ tubuh yang spesifik dan unik

karena dapat mengecil serta membesar dengan menambah atau

9
mengurangi jumlah selnya. Pada wanita yang tidak hamil, berat

rahim sekitar 30 gram. Selama kehamilan rahim makin lama

makin membesar. Setelah bayi lahir umumnya berat rahim

menjadi sekitar 1.000 gram dan dapat diraba kira-kira setinggi 2

jari di bawah umbilikus. Setelah 1 minggu kemudian beratnya

berkurang jadi sekitar 500 gram. Sekitar 2 minggu beratnya

sekitar 300 gram dan tidak dapat diraba lagi.

Jadi, secara alamiah rahim akan kembali mengecil

perlahanlahan ke bentuknya semula. Setelah 6 minggu beratnya

sudah sekitar 40-60 gram. Pada saat ini masa nifas dianggap

sudah selesai namun sebenarnya rahim akan kembali ke posisinya

yang normal dengan berat 30 gram dalam waktu 3 bulan setelah

masa nifas. Selama masa pemulihan 3 bulan ini bukan hanya

rahim saja yang kembali normal tapi juga kondisi tubuh ibu

secara keseluruhan.

2) Kekentalan darah (hemokonsentrasi) kembali normal

Selama hamil, darah ibu relatif lebih encer, karena cairan

darah ibu banyak, sementara sel darahnya berkurang. Setelah

melahirkan sistem sirkulasi darah ibu akan kembali seperti

semula. Darah mulai mengental, dimana kadar perbandingan sel

darah kembali normal. Umumnya hal ini terjadi pada hari ke-3

sampai ke-15 pasca persalinan.

10
3) Proses laktasi dan menyusui

Proses ini timbul setelah plasenta atau ari-ari lepas.

Plasenta mengandung hormon penghambat prolaktin (hormon

plasenta) yang menghambat pembentukan ASI. Setelah plasenta

lepas hormon plasenta itu tidak dihasilkan lagi, sehingga terjadi

produksi ASI. ASI keluar 2-3 hari setelah melahirkan.

c. Tahap Masa Nifas

Tahapan masa nifas adalah sebagai berikut 6:

1) Puerperium Dini

Kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan

berjalan-jalan. Dalam agama Islam dianggap bersih dan boleh

bekerja setelah 40 hari.

2) Puerperium Intermedial

Kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya 6-

8 minggu.

3) Remote Puerperium

Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna

terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai

komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna bisa berminggu-

minggu, bulanan, tahunan.

d. Perubahan-Perubahan pada masa nifas

Perubahan masa nifas meliputi 6 :

1) Perubahan Fisiologis masa nifas

11
a) Perubahan uterus

Ukuran uterus mengecil kembali (setelah 2 hari pasca

persalinan, setinggi umbilicus, setelah 4 minggu masuk

panggul, setelah 2 minggu kembali pada ukuran sebelum

hamil)

b) Lochea

Adalah istilah untuk sekret dari uterus yang keluar

melalui vagina selama puerperium. Ada beberapa jenis lochea,

yakni:

(1) Lochea Rubra ( Cruenta)

Lochea ini berisi darah segar dan sisa-sisa selaput

ketuban, sel-sel darah desidua (Desidua yakni selaput

tenar rahim dalam keadaan hamil), venix caseosa (yakni

palit bayi, zat seperti salep terdiri atas palit atau semacam

noda dan sel-sel epitel yang menyelimuti kulit janin),

lanugo (yakni bulu halus pada anak yang baru lahir), dan

mekonium (yakni isi usus janin cukup bulan yang terdiri

atas getah kelenjar usus dan air ketuban berwarna hijau).

(2) Lochea Sanguinolenta

Warnanya merah kuning berisi darah dan lendir.

Ini terjadi pada hari ke 3-7 pasca persalinan.

12
(3) Lochea Serosa

Berwarna kuning dan cairan ini tidak berdarah

lagi, pada hari ke 7-14 pasca persalinan.

(4) Lochea Alba

Cairan putih yang terjadinya pada hari setelah 2

minggu.

(5) Lochea Purulenta

Ini terjadi karena infeksi, keluarnya cairan seperti

nanah berbau busuk.

(6) Locheohosis

Lochea yang tidak lancar keluarnya.

c) Perubahan vagina dan perinium

(1) Vagina

Pada minggu ketiga, vagina mengecil dan timbul

vugae (lipatan-lipatan atau kerutan-kerutan) kembali.

(2) Perlukaan vagina

Perlukaan vagina yang tidak berhubungan dengan

perineum tidak sering dijumpai. Mungkin ditemukan setelah

persalinan biasa, tetapi lebih sering terjadi akibat ekstrasi

dengan cunam, terlebih apabila kepala janin harus diputar,

robekan terdapat pada dinding lateral dan baru terlihat pada

pemeriksaan speculum.

13
d) Perubahan pada perineum

Terjadi robekan perineum hampir pada semua

persalinan pertama dan tidak jarang juga pada persalinan

berikutnya. Robekan perineum umumnya terjadi di garis

tengah dan bisa menjadi luas apabila kepala janin lahir terlalu

cepat, sudut arkus pubis lebih kecil daripada biasa, kepala

janin melewati pintu bawah panggul dengan ukuran yang lebih

besar dan pada sirkumfarensia suboksipito bregmatika.

Bila ada laserasi jalan lahir atau luka bekas episiotomi

(penyayatan mulut serambi kemaluan untuk mempermudah

kelahiran bayi) lakukanlah penjahitan dan perawatan dengan

baik.

e) Perubahan pada sistem pencernaan

Biasanya ibu mengalami konstipasi setelah melahirkan

anak. Hal ini disebabkan karena pada waktu melahirkan alat

pencernaan mendapat tekanan yang menyebabkan kolon

menjadi kosong, pengeluaran cairan yang berlebihan pada

waktu persalinan (dehidrasi), kurang makan, hemorroid,

laserasi jalan lahir. Supaya buang air besar kembali teratur

dapat diberikan diit atau makanan yang mengandung serat dan

pemberian cairan yang cukup. Bila usaha ini tidak berhasil

dalam waktu 2 atau 3 hari dapat ditolong dengan pemberian

huknah atau gliserin spuit atau diberikan obat laksan yang lain

14
f) Perubahan sistem perkemihan

Saluran kencing kembali normal dalam waktu 2 sampai

8 minggu, tergantung pada 1) keadaan/status sebelum

persalinan 2) Lamanya partus kalla II yang dilalui 3) Bersarnya

tekanan kepala yang menekan pada saat persalinan.

g) Perubahan tanda-tanda vital

(1) Suhu badan

Sekitar hari ke 4 setelah persalinan suhu tubuh

mungkin naik sedikit, antara 37,2ºC-37,5°C.

Kemungkinan disebabkan karena ikutan dari aktivitas

payudara. Bila kenaikan mencapai 38°C pada hari kedua

sampai hari-hari berikutnya, harus diwaspadai infeksi atau

sepsis nifas.

(2) Denyut nadi

Denyut nadi ibu akan melambat sampai sekitar 60

kali per menit, yakni pada waktu habis persalinan karena

ibu dalam keadaan istirahat penuh. Ini terjadi utamanya

pada minggu pertama Postpartum.

(3) Tekanan darah

Tekanan darah <140/90 mmHg. Tekanan darah

tersebut bisa meningkat dari pra persalinan pada 1-3 hari

Postpartum.

15
(4) Respirasi

Pada umumnya respirasi lambat atau bahkan

normal. Karena ibu dalam kedaan pemulihan/dalam

kondisi istirahat. Bila ada respirasi cepat Postpartum

(>30x per menit) mungkin karena ikutan tanda-tanda syok.

2) Perubahan psikis ibu nifas

Perubahn peran seorang ibu memerlukan adaptasi yang

harus dijalani. Tanggung jawab bertambah dengan hadirnya bayi

yang baru lahir. Dorongan serta perhatian anggota keluarga lainnya

merupakan dukungan positif untuk ibu. Dalam menjalani adaptasi

setelah melahirkan, ibu akan mengalami fase-fase sebagai berikut 5

a) Fase taking in

Yaitu periode ketergantungan. Periode ini berlangsung

dari hari pertama sampai kedua setelah melahirkan. Pada fase

ini, ibu sedang berfokus terutama pada dirinya sendiri. Ibu

akan berulang kali menceritakan proses persalinan yang

dialaminya dari awal sampai akhir.

b) Fase taking hold

Yaitu periode yang berlangsung antara 3-10 hari

setelah melahirkan. Pada fase ini ibu timbul rasa kawatir akan

ketidakmampuan dan tanggung jawab dalam merawat bayi. Ibu

mempunyai perasaan sangat sensitif mudah tersinggung dan

gampang marah.

16
c) Fase letting go

Yaitu periode menerima tanggung jawab akan peran

barunya. Fase ini berlangsung 10 hari setelah melahirkan. Ibu

sudah mulai menyesuaikan diri dengan ketergantungan

bayinya.

e. Deteksi Dini Komplikasi Pada Ibu Nifas

Tanda-tanda bahaya dalam masa nifas terdiri dari 6:

1) Lelah dan sulit tidur

2) Adanya tanda-tanda infeksi puerperalis, seperti demam

3) Nyeri/panas saat BAK, nyeri abdomen

4) Sembelit, haemoroid

5) Sakit kepala terus menerus, nyeri ulu hati, dan oedem

6) Lokhea berbau busuk, sangat banyak (lebih dari 2 pembalut dalam

1 jam) dan dibarengi dengan nyeri abdomen

7) Puting susu pecah dan mammae bengkak

8) Sulit menyusui

9) Rabun senja

10) Oedem, sakit, panas pada tungkai

17
2. Asuhan Kebidanan Masa Nifas

a. Definisi

Asuhan kebidanan merupakan suatu penerapan fungsi dan

kegiatan yang menjadi tanggungjawab dalam memberikan pelayanan

kebidanan pada pasien yang mempunyai kebutuhan atau masalah

dalam bidang kesehatan, ibu pada masa hamil, nifas, dan bayi baru

lahir serta keluarga berencana 8.

Asuhan ibu masa nifas adalah asuhan yang diberikan pada ibu

segera setelah kelahiran sampai 6 minggu setelah kelahiran. Tujuan

dari asuhan masa nifas adalah untuk memberikan asuhan yang

adekwat dan terstandar pada ibu segera setelah melahirkan dengan

memperhatikan riwayat selama kehamilan, dalam persalinan dan

keadaan segera setelah melahirkan. Adapun hasil yang diharapkan

adalah terlaksanyanya asuhan segera atau rutin pada ibu post partum

termasuk melakukan pengkajian, membuat diagnosa,

mengidentifikasi masalah dan kebutuhan ibu, mengidentifikasi

diagnosa dan masalah potensial, tindakan segera serta merencanakan

asuhan 7.

b. Tujuan Asuhan Masa Nifas

Tujuan asuhan masa nifas diantaranya sebagai berikut 5:

1) Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun

psikologi.

18
2) Melaksanakan skrining yang komperhensif, mendeteksi masalah,

mengobati/merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun

bayinya.

3) Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan

diri, nutrisi, keluarga berencana, menyusui, pemberian imunisasi

kepada bayinya dan perawatan bayi sehat.

4) Memberikan pelayanan keluarga berencana (Rahmawati, 2009)

c. Aspek Perawatan Masa Nifas

Perawatan pada masa nifas meliputi beberapa aspek antara

lain sebagai berikut 8:

1) Gizi

Ibu nifas dianjurkan untuk:

a) Makan dengan diit berimbang, cukup karbohidrat, protein,

lemak, vitamin dan mineral.

b) Mengkomsumsi makanan tambahan, nutrisi 800 kalori/hari

pada 6 bulan pertama, 6 bulan selanjutnya 500kalori/hari

dan tahun kedua 400 kalori. Jadi jumlah kalori tersebut

adalah tambahan dari kalori per harinya.

c) Mengkomsumsi vitamin A 200.000 iu. Pemberian vitamin

A dalam bentuk suplementasi dapat meningkatkan kualitas

ASI, meningkatkan daya tahan tubuh dan meningkatkan

kelangsungan hidup anak.

19
2) Ambulasi

Ambulasi sedini mungkin sangat dianjurkan, kecuali

ada kontraindikasi. Ambulasi ini akan meningkatkan sirkulasi

dan mencegah risiko tromboflebitis, meningkatkan fungsi kerja

peristaltik dan kandung kemih, sehingga mencegah distensi

abdominal dan konstipasi. Bidan harus menjelaskan kepada ibu

tentang tujuan dan manfaat ambulasi dini.

Ambulasi ini dilakukan secara bertahap sesuai

kekuatan ibu. Terkadang ibu nifas enggan untuk banyak

bergerak karena merasa letih dan sakit. Jika keadaan tersebut

tidak segera diatasi, ibu akan terancam mengalami trombosis

vena. Untuk mencegah terjadinya trombosis vena, perlu

dilakukan ambulasi dini oleh ibu nifas.

Pada persalinan normal dan keadaan ibu normal,

biasanya ibu diperbolehkan untuk mandi dan ke WC dengan

bantuan orang lain, yaitu pada 1 atau 2 jam setelah persalinan.

Sebelum waktu ini, ibu harus diminta untuk melakukan latihan

menarik napas dalam serta latihan tungkai yang sederhana Dan

harus duduk serta mengayunkan tungkainya di tepi tempat tidur.

Sebaiknya, ibu nifas turun dan tempat tidur sediri

mungkin setelah persalinan. Ambulasi dini dapat mengurangi

kejadian komplikasi kandung kemih, konstipasi, trombosis vena

puerperalis, dan emboli perinorthi. Di samping itu, ibu merasa

20
lebih sehat dan kuat serta dapat segera merawat bayinya. Ibu

harus didorong untuk berjalan dan tidak hanya duduk di tempat

tidur. Pada ambulasi pertama, sebaiknya ibu dibantu karena

pada saat ini biasanya ibu merasa pusing ketika pertama kali

bangun setelah melahirkan. 10

3) Istirahat dan tidur

Anjurkan ibu untuk :

a) Istirahat yang cukup untuk mengurangi kelelahan.

b) Tidur siang atau istirahat selagi bayi tidur.

c) Kembali ke kegiatan rumah tangga secara perlahan-lahan.

Mengatur kegiatan rumahnya sehingga dapat menyediakan

waktu untuk istirahat pada siang kira-kira 2 jam dan malam

7-8 jam.

Kurang istirahat pada ibu nifas dapat berakibat:

a) Mengurangi jumlah ASI.

b) Memperlambat involusi, yang akhirnya bisa menyebabkan

perdarahan.

c) Depresi.

4) Senam Nifas

Selama kehamilan dan persalinan ibu banyak mengalami

perubahan fisik seperti dinding perut menjadi kendor,

longgarnya liang senggama, dan otot dasar panggul. Untuk

mengembalikan kepada keadaan normal dan menjaga kesehatan

21
agar tetap prima, senam nifas sangat baik dilakukan pada ibu

setelah melahirkan. Ibu tidak perlu takut untuk banyak bergerak,

karena dengan ambulasi secara dini dapat membantu rahim

untuk kembali kebentuk semula.

Senam nifas adalah senam yang dilakukan sejak hari

pertama melahirkan setiap hari sampai hari yang kesepuluh,

terdiri dari sederetan gerakan tubuh yang dilakukan untuk

mempercepat pemulihan ibu.

5) Seksualitas masa nifas

Kebutuhan seksual sering menjadi perhatian ibu dan

keluarga. Diskusikan hal ini sejak mulai hamil dan diulang pada

postpartum berdasarkan budaya dan kepercayaan ibu dan

keluarga. Seksualitas ibu dipengaruhi oleh derajat ruptur

perineum dan penurunan hormon steroid setelah persalinan.

Keinginan seksual ibu menurun karena kadar hormon

rendah, adaptasi peran baru, keletihan (kurang istirahat dan

tidur). Penggunaan kontrasepsi (ovulasi terjadi pada kurang

lebih 6 minggu) diperlukan karena kembalinya masa subur yang

tidak dapat diprediksi. Menstruasi ibu terjadi pada kurang lebih

9 minggu pada ibu tidak menyusui dan kurang Iebih 30 - 36

minggu atau 4 - 18 bulan pada ibu yang menyusui. Hal-hal yang

mempengaruhi seksual pada masa nifas, yaitu:

22
a) Intensitas respons seksual berkurang karena perubahan faal

tubuh. Tubuh menjadi tidak atau belum sensitif seperti

semula.

b) Rasa lelah akibat mengurus bayi mengalahkan minat untuk

bermesraan.

c) Bounding dengan bayi menguras semua cinta kasih,

sehingga waktu tidak tersisa untuk pasangan.

d) Kehadiran bayi di kamar yang sama membuat ibu secara

psikologis tidak nyaman berhubungan intim.

e) Pada minggu pertama setelah persalinan, hormon estrogen

menurun yang mempengaruhi sel - sel penyekresi cairan

pelumas vagina alamiah yang berkurang. Hal ini

menimbulkan rasa sakit bila berhubungan seksual. Untuk

itu, diperlukan pelumas atau rubrikan.

f) Ibu mengalami let down ASI, sehingga respons terhadap

orgasme yang dirasakan sebagai rangsangan seksual pada

saat menyusui. Respons fisiologis ini dapat menekan ibu,

kecuali mereka memahami bahwa hal tersebut adalah

normal 10

23
6) Perawatan Perineum

a) Pengertian

Perawatan perineum adalah pemenuhan kebutuhan

untuk menyehatkan daerah antara paha yang dibatasi vulva

dan anus pada ibu yang dalam masa antara kelahiran

placenta sampai dengan kembalinya organ genetik seperti

pada waktu sebelum hamil 9.

b) Tujuan

Perawatan perineum yang dilakukan dengan baik

dapat menghindarkan hal berikut ini 10 :

(1) Infeksi

Kondisi perineum yang terkena lokia dan lembab akan

sangat menunjang perkembangbiakan bakteri yang

dapat menyebabkan timbulnya infeksi pada perineum.

(2) Komplikasi

Munculnya infeksi pada perineum dapat merambat

pada saluran kandung kemih ataupun pada jalan lahir

yang dapat berakibat pada munculnya komplikasi

infeksi kandung kemih maupun infeksi pada jalan lahir.

(3) Kematian ibu post partum

Penanganan komplikasi yang lambat dapat

menyebabkan terjadinya kematian pada ibu post partum

mengingat kondisi fisik ibu post partum masih lemah.

24
d. Tindak Lanjut Asuhan Nifas Di Rumah

Tindak lanjut pada asuhan kebidanan pada masa nifas adalah

sebagai berikut 10:

1) Jadwal Kunjungan Rumah

Kunjungan nifas dilakukan paling sedikit 4 kali. Hal ini

dilakukan untuk menilai status ibu dan bayi bau lahir serta untuk

mencegah terjadinya masalah.

a) Kunjungan pertama dilakukan 6-8 jam setelah persalinan,

tujuannya:

(1) Mencegah perdarahan waktu nifas karena atonia uteri

(2) Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan,

rujuk bila perdarahan berlanjut

(3) Memberi konseling pada ibu atau salah satu anggota

keluarga bila terjadi perdarahan banyak.

(4) Pemberian ASI awal e. Melakukan hubungan antara ibu

dan bayi.

(5) Menjaga bayi agar tetap sehat dengan cara mencegah

terjadinya hipotermi. Jika petugas kesehatan menolong

persalinan petugas harus tinggal dan mengawasi sampai

2 jam pertama.

25
b) Kunjungan kedua 6 hari setelah persalinan, tujuannya :

(1) Memastikan involusi uteri berjalan normal, uterus

berkontraksi, fundus uteri dibawah umbilicus, tidak ada

perdarahan dan tidak berbau.

(2) Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau

perdarahan abnormal.

(3) Memastikan ibu mendapat cukup makanan, cairan, dan

istirahat.

(4) Memastikan ibu menyusui banyinya dengan baik dan

tidak menunjukkan tanda-tanda penyakit.

(5) Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada

bayi, tali pusat, menjaga bayi supaya tetap hangat dan

merawat bayi sehari – hari.

c) Kunjungan ketiga 2 – 3 minggu setelah persalinan

(1) Memastikan involusi uteri berjalan normal, uterus

berkontraksi, fundus uteri dibawah umbilicus, tidak ada

perdarahan dan tidak berbau.

(2) Menilai adanya tanda – tanda demam, infeksi, atau

perdarahan abnormal.

(3) Memastikan ibu mendapat cukup makanan, cairan dan

istirahat.

26
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis Dan Rancangan Penelitian


Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

kualitatif. Penelitian kualitatif adalah untuk menggali pengalaman hidup

manusia dengan menekankan nilai-nilai subyektif yang disampaikan oleh

partisipan dari fenomena yang ada dan ditampilkan dalam bentuk narasi 11.

Penelitian ini menggunakan pendekatan fenomenologi yaitu peneliti

dengan cara menangkap dan menggali fenomena atau gejala yang timbul dari

obyek yang diteliti 12.

Tujuan suatu penelitian dilakukan dengan pendekatan fenomenologi

adalah mengembangkan makna pengalaman hidup dari suatu fenomena dalam

mencari suatu makna dengan mengidentifikassi inti fenomena dan

menggambarkan secara akurat dalam pengalaman hidup sehari-hari 13.

Penelitian ini berusaha memahami keunikan individu dan arti

pengalaman berupa peristiwa-peristiwa yang dialami 13.

B. Waktu Dan Tempat Penelitian

1. Waktu

Penelitian dilakukan pada bulan September-Oktober tahun 2018.

2. Tempat

Penelitian dilakukan di Puskesmas Juwana Kabupaten Pati. Dalam

hal ini unit yang terlibat langsung adalah Ruang KIA dan PONED

27
Puskesmas Juwana Kabupaten Pati. Penelitian dilakukan di Puskesmas

Juwana karena Puskesmas Juwana pada tahun 2016 terdapat 2 orang ibu

nifas yang meninggal dunia.

C. Definisi Istilah

Definisi istilah adalah unsur-unsur yang membantu dalam

pelaksanaan proses pengumpulan data pada penelitian. Definisi istilah yang

berkaitan dengan penelitian ini adalah 13 :

Tabel 3.1. Definisi Operasional

Istilah Definisi
Ibu nifas Masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai hingga
alat-alat kandungan kembali seperti prahamil. Lama masa
nifas ini, yaitu 6-8 minggu
Asuhan Asuhan yang diberikan pada ibu segera setelah kelahiran
Kebidanan sampai 6 minggu setelah kelahiran. Tujuan dari asuhan masa
Nifas nifas adalah untuk memberikan asuhan yang adekwat dan
terstandar pada ibu segera setelah melahirkan dengan
memperhatikan riwayat selama kehamilan

D. Partisipan

Sampel dalam penelitian kualitatif bukan dinamakan responden, tetapi

partisipan/ informan dalam penelitian 14.

Pengambilan sampel dalam penelitian kualitatif biasanya

menggunakan purposive sampling dengan berbagai pendekatan yang paling

refresentatif untuk penelitian kualitatif 14.

Cara pemilihan partisipan pada penelitian ini tidak diarahkan pada

jumlah tetapi berdasarkan pada asas kesesuaian dan kecukupan sampai

mencapai saturasi data, oleh karena itu pemilihan partisipan pada penelitian

ini berdasarkan kriteria yang telah ditentukan dan berdasarkan teori-teori atau

28
konstruk operasional sesuai dengan tujuan penelitian. Hal ini dilakukan agar

partisipan benar- benar dapat mewakili terhadap fenomena yang diteliti 13.

Penelitian ini menggunakan metode purposive sampling, dimana

purposive sampling adalah metode pemilihan partisipan dalam

suatupenelitian dengan menentukan terlebih dahulu kriteria yang akan

dimasukan dalam penelitian, dimana partisipan yang diambil dapat

memberikan informasi yang berharga bagi peneliti 14.

Jumlah partisipan dalam penelitian ini tidak ada batasnya tetapi

memiliki karakteristik sesuai dengan tujuan penelitian dan kriteria yang

sesuai dengan kebutuhan dalam penelitian dengan karakteristik sebagai

berikut :

1. Ibu nifas dari setelah kelahiran sampai 6 minggu setelah kelahiran

2. Ibu nifas yang bersedia menjadi subyek penelitian.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat – alat yang digunakan untuk

pengumpulan data 11.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan beberapa alat pengumpulan

data, antara lain:

1. Peran peneliti dalam penelitian sebagai instrumen utama dalam menjaring

data dan informasi yang diperlukan, ada beberapa alasan mengapa peneliti

sebagai instrument utama dalam penelitian kualitatif, antara lain

a. Peneliti sebagai instrumen dapat berinteraksi langsung dengan

partisipan yang pada penelitian ini berfokus pada ibu nifas di

29
Puskesmas Juwana, interaksi dalam bentuk wawancara langsung secara

mendalam dan observasi.

b. Peneliti sebagai instrumen dapat menyesuaikan diri dengan kondisi

partisipan

c. Peneliti sebagai instrumen dapat memahami dan merasakan secara

kompeten terhadap fenomena yang muncul secara konstektual dan

melalui proses interaksi, sehingga peneliti dapat menganalisis,

menafsirkan dan merumuskan kesimpulan sementara dalam

menentukan arah wawancara dan pengamatan.

d. Peneliti sebagai instrument dapat menggali lebih dalam tentang

kebutuhan asuhan kebidanan masa nifas dan kesehatan ibu nifas yang

bersih dan nyaman.

2. Pedoman wawancara

Pedoman wawancara digunakan agar wawancara yang dilakukan tidak

menyimpang dari tujuan penelitian. Pedoman ini di susun tidak hanya

berdasarkan tujuan penelitian, tetapi juga berdasarkan teori yang berkaitan

dengan masalah yang diteliti.

3. Camera digital

Camera digital dipilih peneliti sebagai alat bantu mendokumentasikan

beberapa gambar pada saat peneliti sedang melakukan pembicaraan dengan

informan/partisipan dengan adanya foto ini maka dapat meningkatkan

keabsahan peneliti akan lebih terjamin, karena peneliti benar-benar

melakukan pengumpulan data.

30
4. Handphone

Untuk merekam suara pada saat wawancara berlangsung. Handphone disini

yang peneliti gunakan adalah type Oppo F7 yang memiliki kualitas

merekam yang bagus.

5. Buku catatan

Buku catatan untuk mencatat hasil wawancara maupun ekspresi partisipan

yang tidak mungkin direkam dengan alat bantu rekam.

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data pada penellitian ini menggunakan teknik in

depth interview atau wawancara mendalam yang berhubungan dengan

kebutuhan asuhan kebidanan masa nifas dan kesehatan ibu nifas yang bersih

dan nyaman di Puskesmas Juwana. In depth interview merupakan proses

memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab

sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau orang yang

diwawancarai 14.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan seorang peneliti saat

mewawancarai responden adalah intonasi suara, kecepatan berbicara,

sensitifitas pertanyaan, kontak mata, dan kepekaan nonverbal. Wawancara

yang dilakukan sampai mendapatkan informasi yang sesuai dengan tujuan

penelitian. Sebelum wawancara mendalam dilaksanakna, peneliti membuat

pertanyaan sebagai pedoman di lapangan mengenai 14. :

31
1. Tanda bahaya nifas

2. Kebutuhan aspek perawatan masa nifas

Pada penentuan partisipan dalam penelitian kualitatif berdasarkan

pertimbangan kemampuan peneliti untuk menggali secara mendalam

pengalaman individu dimungkinkan optimal dengan jumlah sampel yang

relative kecil, dilakukan penentuan jumlah sampel dianggap telah memadai

pada saat informasi yang didapat telah mencapai saturasi.

Adapun tahap-tahap dalam wawancara, sebagai berikut :

1. Tahap persiapan

Sebelum melakukan wawancara yang dilakukan peneliti adalah :

a. Peneliti mengajukan permohonan ijin penelitian kepada Kepala

Puskesmas Juwana sebagai subyek penelitian.

b. Peneliti mengajukan surat permohonan pada STIKES Karya Husada

Semarang untuk melakukan ijin pengambilan sampel penelitian pada

ibu nifas di Puskesmas Juwana Kabupaten Pati.

c. Peneliti meminta ijin Kepala Puskesmas Juwana Kabupaten Pati.

d. Peneliti meminta ijin kepada ibu nifas yang melakukan pernikahan

untuk dijadikan responden penelitian

e. Peneliti menjelaskan tujuan penelitian yang didalamnya terdapat

keuntungan, kerugian, hak, dan kewajiban dalam proses wawancara.

Setelah memahami tujuan penelitian, partisipan diminta

menandatangani surat pernyataan kesediaan menjadi partisipan

32
2. Tahap wawancara

Peneliti dapat melakukan wawancara langsung, tetapi sebelum

melaksanakan wawancara, peneliti membuat kerangka atau pedoman

wawancara tentang :

c. Tanda bahaya nifas

d. Kebutuhan aspek perawatan masa nifas

Pedoman wawancara tersebut berguna agar terhindar dari pertanyaan yang

melenceng dari topik utama. Hasil wawancara kemudian dicatat atau

direkam. Tahap wawancara:

a. Peneliti berpakaian sepantasnya dan menepati janji terutama datang

tepat waktu sesuai dengan waktu kontrak yang telah ditetapkan.

b. Setelah bertemu dengan partisipan yang sesuai dengan kontrak

wawancara, peneliti memperkenalkan diri terlebih dahulu. Kemudian

menjelaskan maksud dan tujuan penelitian.

c. Dalam proses wawancara peneliti bertindak sebagai orang yang netral

artinya tidak memihak pada suatu konflik pendapat, peristiwa dan

semacam itu.

d. Wawancara ini dilakukan untuk memperoleh informasi dengan

menggali sebanyak.banyaknya kebutuhan asuhan kebidanan masa nifas

dan kesehatan ibu nifas yang bersih dan nyaman dengan cara tanya

jawab dalam suasana yang resmi tapi santai sambil memperhatikan

mimik atau ekspresi muka antara peneliti dengan partisipan.

33
e. Wawancara dilakukan oleh peneliti sampai partisipan mengungkapkan

segala informasi yang sudah partisipan dapatkan dan diharapkan sesuai

dengan masalah atau tujuan penelitian agar tercapai hasil yang di

inginkan. Untuk mendapatkan hasil yang sesuai dilakukan validitas

berupa triangulasi waktu dan dilakuakan dengan adanya perbedaan/

jeda waktu dari wawancara sebelumnya. Wawancara yang dilakukan

pagi hari akan dilakukan triangulasi pada siang hari begitu pula

sebaliknya.

f. Saat proses wawancara, peneliti mencatat hal-hal yang penting dan

selama proses wawancara berlangsung dengan direkam menggunakan

alat perekam.

g. Setelah suatu topik selesai tanyakan dan mendapat informasi yang

diharapkan, partisipan langsung diberi pertanyaan baru dan demikian

seterusnya sampai seluruh tema didiskusikan dengan prosedur yang

sama.

3. Tahap penutup

Setelah melakukan wawancara, peneliti mengecek keabsahan dan

mengecek kualitas data dengan mengulang jawaban partisipan sesekali

setelah partisipan menjawab pertanyaan, kemudian mengakhiri wawancara

dengan mengucapkan terima kasih. Tidak lupa peneliti melakukan

pengecekan keabsahan data dan kualitas data dengan mengulang hasil

rekaman. Hal ini untuk memastikan sekiranya saat wawancara alat perekam

yang dipakai tidak rusak, maka peneliti dapat langsung melakukan

34
wawancara ulang atau melakukan pencatatan kembali, catatan yang telah

dicatat sekaligus dapat menilai mimik wajah partisipan guna memperkaya

konteks wawancara. Mimik wajah partisipan yang mendukung kelancaran

partisipan dalam menjawab pertanyaan yang diberikan. Data yang sudah

didapatkan kemudian diorganisasikan dan disistematiskan agar siap

dianalisis21.

G. Cara Pengumpulan Data

Berdasarkan pada penjelasan pengolahan data kualitatif adalah sebagai

berikut 14.:

1. Reduksi data (data reduction)

Dalam tahap ini peneliti melakukan pemilihan dan pemusatan perhatian

untuk penyederhanaan dan transformasi data kasar yang diperoleh.

2. Penyajian data (data display)

Peneliti mengembangkan sebuuah deskripsii informasi tersusun untuk

menarik kesimpulan dan pengambilan tindakan. Display data atau

penyajian data yang lazim digunakan pada langkah ini adalah dalam bentuk

teks naratif.

3. Penarikan kesimpulan dan verifikasi (conclusion drawing and verivication)

Peneliti berusaha menarik kesimpulan dan melakukan verifikasi dengan

mencari makna setiap gejala yang diperolehnya dari lapangan, mencatat

keteraturan dan konfigurasi yang mungkin ada, alur dari fenomena dan

porposi.

35
Agar mendapatkan gambaran yang memuaskan dari sebuah hasil

wawancara, karena penelitian ini menerapkan wawancara sebagai alat

pengumpulan data yang pokok, dapat ditempuh tahap-tahap sebagai berikut,

jika peneliti talah menyampaikan teks atau transkip wawancara secara lengkap:

a. Pahami catatan secara keseluruhan, peneliti akan membaca semua catatan

dengan seksama dan mungkin juga akan menuliskan sejumlah ide yang

muncul

b. Selanjutnya, peneliti akan memilih satu dokumen wawancara yang paling

menarik, yang singkat yang ada pada tumpukan paling atas

c. Menyusun daftar seluruh topic untuk beberapa informan

d. Tahap berikutnya, peneliti akan menyingkat topik-topik tersebut kedalam

kode-kode tersebut pada bagian naskah yang sesuai.

e. Selanjutnya peneliti akan mencari kata yang paling deskriptif untuk topic

dan mengubah topik-topik tersebut kedalam katagori-katagori

f. Membuat keputusan akhir tentang singkatan setiap katagori dan

mengurutkan katagori-katagori tersebut menurut abjad

g. Mengumpulkan setiap materi yang ada dalam satu tempat dan memulai

melakukan analisis awal.

H. Analisa Data

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis

data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan dan bahan-bahan

36
lain, sehingga dapat mudah dipahami dan temuanya dapat diinformasikan

kepada orang lain 22.

Proses analisa dimuali segera setelah pengumpulan data dimulai.

Peneliti harus menjalankan proses perekaman data, persiapan analisis

(penyusunan transkip), proses analisis dan cara analisisnya. Langkah-langkah

analisis data, yaitu 15:

1. Peneliti memulai mengorganisasikan semua data atau gambaran

menyeluruh tentang fenomena pengalaman yang telah dikumpulkan.

2. Membaca data secara keseluruhan dan membuat catatan pinggir

mengenai data yang dianggap penting kemudian melakukan pengkodean

data.

3. Menemukan dan mengelompokan makna pernyataan yang dirasakan oleh

responden dengan melakukan horizontaliting yaitu setiap pernyataan

pada awalnya diperlakukan memiliki nilai yang sama, selanjutnya

pernyataan yang tidak relevan dengan topik dan pertanyaan maupun

pernyataan yang bersifat repetitif atau tumpang tindih dihilangkan,

sehingga tersisa hanya horizons (arti tekstural dan unsur pembentuk atau

penyusun dari fenomena tidak mengalami penyimpangan)

4. Pernyataan tersebut kemudian dikumpulkan ke dalam unit makna lalu

ditulis gambaran tentang bagaimana pengalaman tersebut terjadi.

5. Selanjutnya peneliti mengembangkan uraian secara keseluruhan dari

fenomena tersebut sehingga menemukan esensi dari fenomena tersebut.

Kemudian mengembangkan tekstural description (mengenai fenomena

37
yang terjadi pada responden) dan structural description ( yang

menjelaskan bagaimana fenomena itu terjadi ).

6. Peneliti kemudian memberikan penjelasan secara naratif mengenai esensi

dari fenomena yang diteliti dan mendapatkan makna pengalaman

responden mengenai fenomena tersebut.

7. Membuat laporan pengalaman setiap partisipan. Setelah itu, gabungan

dari gambaran tersebut ditulis.

I. Kredibilitas Data

Kredibilitas data dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik

triangulasi. Triangulasi (triangulation), adalah pemeriksaan keabsahan data

yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data untuk keperluan

pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data tersebut 14.

Studi kasus ini menggunakan penelitian kualitatif, dimana terdapat tiga

kriteria kreadibilitas yang diperlukan suatu pendekatan kualitatif. Tiga hal

tersebut sebagai berikut21:

1. Keabsahan konstruk (construct validity)

Kebasahan bentuk batasan berkaitan dengan suatu kepastian bahwa

yang berukur benar-benar merupakan variabel yang ingin diatur.

Keabsahan ini juga dapat dicapai dengan proses pengumpulan data yang

tepat. Salah satu caranya adalah dengan proses triangulasi, yaitu teknik

pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang diluar data

guna keperluan pengecekan atau sebagai pembanding.

38
Macam-macam triangulasi sebagai teknik pemeriksaan mencapai

keabsahan, yaitu:

a. Triangulasi sumber

Triangulasi sumber berarti membandingkan dengan cara

mengecek ulang derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh

dari suatu sumber yang berbeda, misalnya membandingkan hasil

pengamatan dengan wawancara, membandingkan dengan apa yang

dikatakan secara umum dengan apa yang dikatakan secara pribadi.

Membandingkan hasil wawancara dengan dokumen dan arsip

yang ada, dalam penelitian ini teknik triangulasi sumber yang

dilakukan peneliti adalah:

1) Melakukan uji wawancara sebelumnya dengan subyek yang

dianggap memiliki karakteristik yang sama dengan kriteria

partisipan yang sudah ditentukan oleh penelitian, sehingga

peneliti memperoleh gambaran sementara tentang berbagai

jawaban yang muncul yang mungkin keluar dari konteks

pertanyaan atau jawaban yang tidak terduga sebelumnya,

Sehingga peneliti dapat mengantisipasi dengan membuat

pertanyaan lain yang lebih terarah.

2) Memutar kembali perekam (tape recorder/camera digital) agar

didengar oleh participant.

3) Membandingkan data hasil wawancara dari ibu nifas dengan data

hasil wawancara dengan partisipan lain sebagai data

39
pembanding. Pada penelitian ini, peneliti akan menggunakan

triangulasi sumber yaitu dengan cara melakukan wawancara

untuk dilakukan pengamatan. Dalam penelitian ini peneliti

menggunakan triangulasi yaitu :

a) Partisipan I : Ibu nifas

b) Informan I : Bidan Desa Puskesmas Juwana

c) Informan II : Bidan PONED Puskesmas Juwana

4) Triangulasi teori

Penggunaan berbagai teori yang berlainan untuk memastikan

bahwa data yang dikumpulkan sudah memasuki syarat. Pada

penelitian ini, berbagai teori telah dijelaskan pada BAB II untuk

dipergunakan dan menguji terkumpulnya data tersebut.

J. Etika Penelitian

Setelah penyusunan penelitian disetujui oleh kedua pembimbing dan

diujikan, STIKES Karya Husada Semarang membuat permohonan kepada di

Kepala Puskesmas Juwana Kabupaten Pati. Untuk mengadakan penelitian

dan Kepala Puskesmas Juwana Kabupaten Pati mengeluarkan ijin melakukan

penelitian. Etika penelitian kepada calon responden meliputi 16:

1. Informed consent (lembar persetujuan)

Setelah responden mengerti dan jelas tentang tujuan penelitian dan

hak-haknya, maka lembar persetujuan disampaikan kepada calon

responden untuk ditanda tangani.

40
2. Anonimity (tanpa nama)

Untuk menjaga identitas responden peneliti tidak mencantumkan

nama, namun menulis kode nama dengan nomor.

3. Membina hubungan baik

Sikap yang diberikan yaitu ramah, dan melakukan pendekatan

yang baik dengan partisipan.

4. Confidentialitiy (kerahasiaan)

Peneliti menjamin kerahasiaan semua informasi yang diberikan

oleh responden dan akan dijaga, hanya digunakan untuk kepentingan

peneliti.

5. Tidak ada unsur paksaan

Dalam pengambilan data kepada partisipan, kami tidak melakukan

paksaan dan harus ada persetujuan dari responden, jika responden tidak

setuju maka kami tidak akan mengambil datanya.

K. Jadwal Penelitian

Terlampir

41

S-ar putea să vă placă și