Sunteți pe pagina 1din 16

DAFTAR ISI

Halaman Judul .....................................................................................


Kata Pengantar ...................................................................................2
Daftar Isi ............................................................................................3

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..............................................................................4
B. Rumusan Masalah .........................................................................5
C. Tujuan Pembahasan .......................................................................5

BAB II
PEMBAHASAN
A. Akad (Perjanjian)...........................................................................6
B. Konsep Dan Mekanisme Pengelolaan Dana..................................6
C. Sumber Biaya Operasional.............................................................9
D. Aspek Aspek Teknik Dan Aktuaria..............................................10
E. Underwriting.................................................................................11
F.......................Perwujudan Ta’awun Dalam Mekanisme Asuransi. 12
G............................................................................................Klaim. 13

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan ..........................................................................................17
B. Saran.....................................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................19


X

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kegiatan bisnis asuransi kini makin berkembang, yang membawa


konsekuensi berkembang pula hukum bisnis asuransi. Salah satu kegiatan
bisnis asuransi yang muncul dalam masyarakat adalah bisnis asuransi
syariah. Dalam undang-undang yang mengatur tentang bisnis
perasuransian, belum diatur tentang asuransi syariah. Namun, dalam
praktik perasuransian ternyata bisnis asuransi syari’ah sudah banyak
dikenal masyarakat.
Asuransi syariah merupakan bidang bisnis asuransi yang cukup
memperoleh perhatian besar di kalangan masyarakat Indonesia. Sebagai
bisnis asuransi alternatif, asuransi syriah boleh dikatakan relatif baru
dibandingkan dengan bidang bisnis asuransi konvensional. Kebaruan
bisnis asuransi syariah adalah pengoperasian kegiatan usahanya
berdasarkan prinsip-prinsip syariah yang bersumber dari alquran dan hadis
serta fatwa para ulama terutama yang terhimpun dalam majelis ulama
Indonesia (MUI). Masyarakat Indonesia yang mayoritas penduduknya
muslim sehingga minat terhadap lembaga keuangan syari’ah (asuransi
syari’ah) sangat diminati. Tetapi meskipun lembaga-lembaga keuangan
syari’ah mulai menyebar diberbagai pelosok tanah air banyak masyarakat
yang belum mengenal produk-produk asuransi syari’ah.
Kajian tentang asuransi sangat menarik sekali diantara prinsip
ekonomi syariah lainya. Kajian mengenai asuransi syari’ah terlahir satu
paket dengan kajian perbankan syari’ah, yaitu sama-sama muncul
kepermukaan tatkala dunia islam tertarik untuk mengkaji secara mendalam
apa dan bagaimana cara mengaktualisasikan konsep ekonomi syari’ah.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Akad (Perjanjian)?
X

2. Apa Konsep Dan Mekanisme Pengelolaan Dana?


3. Apa Sumber Biaya Operasional?
4. Apa Aspek Aspek Teknik Dan Aktuaria?
5. Apa Underwriting?
6. Apa Perwujudan Ta’awun Dalam Mekanisme Asuransi?
7. Apa Klaim?

C. Tujuan Pembahasan
1. Mengetahui Akad (Perjanjian)
2. Mengetahui Konsep Dan Mekanisme Pengelolaan Dana
3. Mengetahui Sumber Biaya Operasional
4. Mengetahui Aspek Aspek Teknik Dan Aktuaria
5. Mengetahui Underwriting
6. Mengetahui Perwujudan Ta’awun Dalam Mekanisme Asuransi
7. Mengetahui Klaim

BAB II

PEMBAHASAN

A. Akad (Perjanjian)
Akad-akad perjanjian merupakan salah satu perbedaan yang mendasar
antar asuransi syariah dengan asuransi konvensional. Akad dalam transaksi
merupakan suatu hal yang utama, sehingga apanila suatu transaksi dilakukan
tanpa didasari dengan akad yang jelas maka transaksi tersebut dapat dianggap
meragukan atau berbahaya. Akad haruslah disusun dengan dasar niat untuk
mencari ridha Allah SWT. Meskipul hal tersebut dalam kaitannya dengan
transaksi ekonomi.
X

Akad yang bertujuan untuk saling tolong menolong demi mengharap ridha
dan pahala dari Allah SWT. Dikenal dengan nama akad tabarru’. Pada akad ini
bersifat tidak mencari keuntungan, melainkan berorientasi kepada manfaat, yaitu
ridha dan pahala dari Allah SWT. Secara bahasa tabarru’ berarti bersedekah atau
berderma. Sedangkan dalam artian yang lebih luas, tabarru’ adalah melakukan
kebaikan tanpa persyaratan. Kemudian secara istilah, tabarru’ adalah
mengerahkan segala upaya unttuk memberikan harta atau manfaat kepada orang
lain, baik secara langsung maupun masa yang akan datang tanpa adanya
kompensasi dengan tujuan kebaikan dan perbuatan ihsan.1

B. Konsep dan Mekanisme Pengelolaan Dana

Pada asuransi konvensional tidak ada pemisahan dana antara dana


peserta dengan dana pemegang saham sedangkan, pada asuransi syariah
untuk produk yang mengandung unsur tabungan kedua sumber dana
dipisahkan secara tegas yang mana di dalam mekanismenya terdapat dua alur
yaitu alur Dana Peserta Takafuli (DPT) dan alur Dana Pemegang Saham.
Dana tersebut kemudian diinvestasikan oleh perusahaan dalam suatu
kumpulan dana investasi. Hasil investasi dikembalikan secara proporsional ke
masing-masing dua alur dana tadi, setelah dilakukan pembagian keuntungan
antara peserta sebagai pemilik dana (shahibul mal) dan perusahaan sebagai
pengelola (mudharib).
Sementara mekanisme dana pada non saving dana kontribusi/iuran
peserta yang merupakan dana tabarru’ atau dana tolong menolong terkumpul
dalam Total Dana Peserta (TDP), kemudian diinvestasikan oleh perusahaan.
TDP plus investasi yang dihasilkan kemudian dikurangi dengan beban
asuransi (klaim, reasuransi, dan sebagainya). Keuntungan yang diperoleh
dibagi antara peserta (sahibul mal) dan pengelola (mudharib). Sistem

1 Dedi Iskandar, Akad-akad dalam Asuransi Syariah,


http://dediskandar.blogspot.co.id/2016/09/akad-akad-dalam-asuransi-syariah.html (diakses pada
tanggal 19 Maret 2018, pk. 20.38 WIB)
X

opreasional asuransi syariah (takaful) adalah saling bertangung jawab, bantu-


membantu dan saling melindungi antara para pesertanya.
Perusahaan asuransi syariah diberi kepercayaan atau oleh amanah oleh
peserta untuk mengelola premi, mengembangkan dengan cara yang halal, dan
memberikan santunan kepada yang mengalami musibah sesuai dengan isi
akta perjanjian. Keuntungan perusahaan diperoleh dari pembagian
keuntungan dana peserta yang dikembangkan dengan prinsip mudharabah
(sistem bagi hasil). Para peserta takaful berkedudukan sebagai pemilik modal
(shohibul mal) dan perusahaan takaful berfungsi sebagai pemeganga amanah
(mudharib). Keuntugan yang diperoleh dari pengembagan dana itu dibagi
antara para peserta dan perusahaan sesuai dengan ketentuan (nisbah) yang
telah disepakati. Mekanisme pengelolaan dana peserta (premi) terbagi
menjadi dua sistem:2

1. Sistem pada produk saving (ada unsur tabungan)


Setiap peserta wajib membayar sejumlah uang (premi) secara teratur
kepada perusahaan. Besar premi yang dibayarkan tergantung pada
keuangan peserta. Akan tetapi, perusahaan menetapkan jumlah minimum
premi yang akan dibayarkan. Setiap premi yang dibayarkan oleh peserta,
akan dipisahkan dalam dua rekening yang berbeda.
a. Rekening Tabungan Peserta, yaitu ada yang merupakan milik
peserta, yang dibayarkan bila:
· Perjanjian berakhir.
· Peserta mengundurkan diri
· Peserta meninggal dunia.
b. Rekening Tabarru’, yaitu kumpulan dana kebajikan yang telah
diniatkan oleh peserta sebagai iuran dana kebajikan untuk tujuan saling
menolong dan saling membantu, yang dibayarkan bila:
· Peserta meninggal dunia.
· Perjanjian telah berahir (jika ada surpls dana)

2 Muhammad Syakir Sula. Asuransi Syariah (Life and General): Konsep dan Sistem Operasional.
(Jakarta: Gema Insani). 2004. hlm. 177.
X

Sistem inilah sebagai implementasi dari akad takaful dan akad


mudharabah, sehingga asuransi syariah dapat terhindar dari unsur gharar
dan maisir. Selanjutnya kumpulan dana peserta ini diinvestasikan sesuai
dengan syariat islam. Tiap keuntungan dari hasil investasi, setelah
dikurangi beban asuransi (klaim dan premi reasuransi), akan dibagi
menurut prinsip al-mudharobah. Presentase pembagian mudharabah dibuat
dalam perbandingan tetap berdasarkan perjanjian kerja sama antara
perusahaan dan peserta.
2. Sitem pada produk non saving
Setiap premi yang dibayar oleh peserta, akan dimaksukkan dalam
rekening tabarru’ perusahaan. Yaitu kumpulan dana yang telah diniatkan
oleh peserta sebagai iuran dan kebajikan untuk tujuan saling menolong
dan saling membantu, dan dibayarkan apabila:
· Peserta meninggal dunia.
· Perjanjian telah berahir (jika ada surplus dana)
Kumpulan dana peserta ini akan diinvestasikan sesuai dengan
syariat islam. Keuntungan hasil investasi setelah dikurangi beban asuransi
(klaim dan premi reasuransi), akan dibagi antara peserta dan perusahaan
menurut prinsip al-mudharabah dalam suatu perbandingan tetap bedarkan
perjanjian kerja sama antara perusahaan (takaful) dan peserta.

C. Sumber Biaya Operasional

Dalam operasionalnya asuransi syariah yang berbentuk bisnis seperti


perseroan terbatas (PT), sumber biaya operasionalnya menjadi sangat
menentukan dalam perkembangan dan pertumbuhan industri. Lain dengan
halnya asuransi syariah yang berbentuk sosil, mutual, atau koperasi, disini
peran pemerintah harus dominan terutama dalam memberikan subsidi ditahap
awal berdirinya asuransi tersebut. Asuransi syariah yang bersifat sosial tentu
tidak terlampaui mengutamakan aspek manfaat sebesar-besarnya bagi
X

anggotanya sebagaimana fungsi utama asuransi syariah, yaitu wataawanu alal


birri wattaqwa saling menolong dalam kebajikan dan taqwa.

1) Bagi hasil surplus underwriting


Bagi hasil yang diperoleh dari surplus underwriting, yang dibagi secara
proporsional antara peserta dan pengelola dengan nisbah yang telah
ditetapkan sebelumnya.

2) Bagi hasil Investasi


Bagi hasil yang diperoleh secara proporsional berdasarkan nisbah bagi
hasil yang telah ditentukan, baik dari hasil investasi dana rekening
tabungan peserta maupun dari rekening tabaaru’.

3) Dana pemegang saham


Dana yang disiapkan oleh para pemegang saham maupun modal setor
babgi perusahaan, baik pada tahap awal berdirinya perusahaaan maupun
penambahan dana setelah dperusahaan berjalan, beserta hasil investasi atas
dana tersebut.3

D. Aspek Aspek Teknik Dan Aktuaria

Berlawanan dengan opini masyarakat bahwa penetapan tarif asuransi


tidak berdasarkan ilmu eksak, ternyata semua perhitungan dilakukan oleh
aktuaris dengan memanfaatkan matematika.

Hukum bilangan besar dengan pengalaman masa lalu mengizinkan


para aktuaris untuk membuat perkiraan-perkiraan tentang pengalaman di
masa datang. Aktuaris secara implisit mengatakan, “jika segala sesuatu yang
kontinu akan terjadi di masa yang akan datang seperti yang terjadi di masa
lampau, itulah yang akan terjadi di masa yang akan datang persis seperti
dengan masa yang lalu. Jika tidak maka beberapa penyesuaian perlu
dilakukan untuk mengikuti perubahan-perubahan yang mungkin untuk

3 M. Syakir Sula. ASURANSI SYARIAH (LIFE AND GENERAL) KONSEP dan SISTEM
OPERASIONAL, (Jakarta : Gemma Insani, 2004 ), hlm. 180-181.
X

memodifikasi kerugian-kerugian di masa yang akan datang. Bahkan


penyesuaian-penyesuaian terhadap penyimpangan dari pengalaman masa
lampau mungkin saja tidak memadai, jika ukuran penyimpangan lebih besar
daripada yang diantisipasi. Tentu saja jika perbedaan di masa yang akan
datang terhadap masa lampau bersifat menguntungkan, ini bukan persoalan
besar. Tetapi jika penyimpangan tidak menguntungkan maka tarif yang
berdasarkan pengalaman masa lampau terbukti tidak memadai.

Titik perbedaan utama antara bidang asuransi tanggungjawab dan


asuransi kerugian dengan asuransi jiwa adalah pada perbedaan dalam
“penyimpangan” sekarang dibandingkan dengan masa lampau. Pada kasus
asuransi jiwa, kita telah melihat adanya perubahan peningkatan harapan untuk
hidup. Keadaan itu menguntungkan bagi perusahaan asuransi dalam dua cara.
Pertama, yaitu jika masyarakat hidup lebih lama daripada yang diharapkan,
perusahaan-perusahaan asuransi berksempatan untuk menunda pembayaran
dana, yang kemudian dapat diinvestasikan. Kedua, orang-orang yang hidup
lebih lama daripada yang diantisipasi harus membayar, premi lebih lama
daripada yang diharapkan.

Pada bidang asuransi kerugian biasanya hasil nyata juga menyimpang


dari yang diharapkan, tetapi pada kasus ini outcome (hasil) kurang
menguntungkan bagi perusahaan asuransi. Misalnya, tekanan inflasi telah
meningkatkan ongkos perbaikan dan konstruksi, menaikkan biaya
pemeliharaan kesehatan. Demikian pula meningkatnya jumlah kecelakaan
mobil menaikkan biaya perusahaan asuransi, terutama pada asuransi
kerugian.4

E. Underwriting
Underwriting merupakan proses penyelesaian dan pengelompokkan
resiko yang akan ditanggung. Tugas itu merupakan sebuah elemen yang
esensial dalam operasi perusahaan asuransi, sebab maksud underwriting

4 Herman Darmawi, Manajemen Asuransi, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), hlm. 43-44.
X

adalah memaksimalkan laba melalui penerimaan distribusi resiko yang


diperkirakan akan mendatangkan laba. Tanpa underwriting yang efisien,
perusahaan asuransi tidak akan mampu bersaing. Dalam prakteknya untuk
menarik nasabah harus ada proporsi yang sama mengenai resiko yang baik
dan resiko yang kurang menguntungkan dalam kelompok yang diasuransikan
sesuai dengan informasi data statistic yang diperoleh.
Pertanggungjawaban yang utama dari underwriter dalam seleksi
resiko tersebut, adalah memastikan tidak ada resiko yang bisa menyebabkan
kesulitan besar bagi perusahaan di kemudian hari. Penting untuk dimengerti,
bahwa tujuan underwriter bukan penyeleksian resiko yang tidak akan
menimbulkan kerugian besar saja, tetapi tujuannya adalah untuk menghindari
suatu jumlah penanggungan yang tidak sebanding antara resiko ringan dan
resiko berat. Dengan demikian diusahakan menyamakan kerugian-kerugian
yang aktual dengan kerugian harapan.5
Penanggungan (underwriting) dalam asuransi jiwa
Untuk pertimbangan underwriting (penanggungan) diperlukan berbagai
informasi tentang diri calon tertanggung. Sebanyak mungkin informasi harus
dikumpulkan dalam rangka mengambil keputusan yang akurat apakah calon
akan diterima atau tidak. Kalau diterima atas dasar pertimbangan apa.
Informasi itu adalah berkenaan dengan riwayat berikut.
a. Riwayat keluarga
b. Pekerjaan
c. Riwayat kesehatan keluarga
d. Kebiasaan
e. Moral
f. Jenis asuransi
g. Hubungan tinggi dan berat
h. Tempat tinggal
i. Kemungkinan adanya resiko substandard

Sumber dari informasi ini adalah sebagai berikut.

a. Tetanggung sendiri
b. Berkas permohonan tertanggung
c. Agen asuransi
d. Hail pemeriksaan kesehatan

5 Ibid., hlm. 31-32.


X

e. Laporan inspeksi dari suatu perusahaan

Klasifikasi resiko yang berkenaan dengan hazard (resiko


kejadian/bahaya) yang ada pada tertanggung ditandai oleh kesehatan
seseorang yang memburuk, riwayat keluarga, kebiasaan, atau pekerjaan yang
tidak baik. Penetapan tarif premi untuk resiko seperti ini berbeda dari
penetapan tarif biasa.6

F. Perwujudan Ta’awun Dalam Mekanisme Asuransi

Ta’awun berasal dari bahasa arab yang artinya tolong menolong.


Menurut istilah dalam ilmu aqidah dan akhlak, pengertian ta’awun adalah
sifat tolong menolong di antara sesama manusia dalam hal kebaikan dan
takwa. Dalam ajaran islam, sifat ta’awun ini sangat diperhatikan, hanya dalam
kebaikan dan takwa, dan tidak ada tolong menolong dalam hal dosa dan
pelanggaran atau keburukan. Oleh karen itu sifat ta’awun atau tolong
menolong merupakan akhlak terpuji dalam agama islam.

“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan


takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran”.
(Al-Maidah: 2)

Sesuai dengan dua pengertian di atas, maka implementasi dari prinsip


ta’awun (tolong menolong) dalam asuransi syariah (takaful) pada dasarnya
ada di antara para peserta yang dari awal sudah memiliki niatan untuk
menolong peserta lain yang mengalami kerugian.

Umar bin al-Khatthab yang diriwayatkan oleh al-Bukhari dan


Muslim bahwa Nabi saw bersabda, “Sesungguhnya amal-amal itu dengan
niat dan sesungguhnya masing-masing orang mendapatkan apa yang dia
niatkan.”

6 Herman Darmawi, Manajemen Asuransi, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), hlm 99-100.
X

Oleh karena itu niatkan ketika Anda bergabung dengan asuransi


syariah adalah untuk menolong orang lain, sehingga kita akan mendapatkan
kebaikan dunia dan akhirat. Dengan memasuki asurasi syariah, dana yang
disertakan akan sangat bermanfaat bagi masyarakat.
Ta`awun (kerjasama dalam kebaikan) merupakan prinsip utama
asuransi syariah yang membedakannya dengan asuransi konvensional. Oleh
karena itu sudah saatnya umat Islam beralih dari asuransi konvensional yang
ribawi ke asuransi syariah.7

G. Klaim
Klaim adalah aplikasi oleh peserta untuk memperoleh pertanggungan
atas kerugian yang tersedia berdasarkan perjanjian. Sedangkan istilah lain
Klaim adalah proses yang mana peserta dapat memperoleh hak-hak
berdasarkan perjanjian tersebut. Semua usaha yang diberikan untuk menjamin
hak-hak tersebut dihormati sepenuhnya sebagaimana yang seharusnya. Oleh
karena itu penting bagi pengelola asuransi syariah untuk mengatasi klaim
secara efisien.
Allah berfirman : “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu
menghianati Allah dan Rosulnya (Muhammad) dan juga janganlah kamu
menghianati amanat-amanat yang diperayakan kepadamu, sedangkan kamu
mengetahui”.(Qs Al-Anfaal : 27).
Untuk lebih memahami proses penyelesaian klaim, kita harus melihat
beberapa hal berikut:

1) Jenis Kerugian
Sebelum kita mengajukan klaim kepada perusahaan asuransi, kita
pahami terlebih dahulu jenis-jenis kerugian. Secara umum jenis kerugian
dapat digolongkan menjadi tiga (a) Kerugian seluruhnya (total loss), (b)
Kerugian sebagian (partian loss) dan (c) Kerugian pihak ketiga.
2) Penggantian Kerugian
7 Muhamad Ridwan, Prinsip Ta’awun dalam Asuransi Syariah,
https://mariberasuransi1.wordpress.com/2015/09/16/prinsip-taawun-dalam-asuransi-syariah/
(diakses pada tanggal 19 Maret 2018, pk. 23.00 WIB)
X

Setelah mengenal jenis kerugian, selanjutnya dengan penggantian


krugian/kerusakan yang dialami oleh tertanggung dalam perusahaan
asuransi syariah. Cara penggantian mengacu pada kondisi dan kesepakatan
yang tertulis dalam polis. Yaitu pemilihan cara penggantian yang ada pada
penanggung apakah akan mengganti dengan uang tunai, memperbaiki atau
membangun ulang obyek yang mengalami kerusakan.
3) Prosedur Klaim
Secara umum prosedur klaim pada asuransi kerugian (umum)
hampir sama, baik asuransi syariah maupun konvensional. Adapun yang
membedakan dari masing-masing perusahaan adalah kecepatan dan
kejujuran dalam menilai suatu klaim. (a) Pemberitahuan Klaim, (b) Bukti
Klaim Kerugian, (c) Penyelidikan dan (d) Penyelesaian Klaim.8

Manfaat (Klaim) Takaful


1. Takaful Keluarga
Pada takaful keluarga ada tiga skenario manfaat yang diterima oleh
peserta, yaitu klaim takaful yang dibayarkan kepada peserta takaful
apabila terjadi hal yang berikut ini:
a. Peserta meninggal dunia dalam masa pertanggungan (sebelum
jatuh tempo), dalam hal ini maka ahli warisnya akan menerima:
i. Pembiayaan klaim sebesar jumlah angsuran premi yang
telah disetorkan dalam rekening peserta ditambah dengan bagian
keuntungan dari hasil investasi.
ii. Sisa saldo angsuran premi yang seharusnya dilunasi
dihitung dari tanggal menininggalnya sampai dengan saat selesai
masa pertanggungannya. Dana untuk maksud ini diambilkan dari
rekening khusus para peserta yang memang disediakan untuk itu.
b. Peserta masih hidup sampai pada selesainya masa pertanggungan.
Dalam hal ini peserta yang bersangkutan akan menerima:

8 M. Syakir Sula, ASURANSI SYARIAH (LIFE AND GENERAL) KONSEP dan SISTEM
OPERASIONAL, (Jakarta : Gemma Insani, 2004 ), hlm. 259 -262.
X

i. Seluruh angsuran premi yang telah disetorkan ke dalam


rekening peserta, ditambah dengan bagian keuntungan dari hasil
investasi.
ii. Kelebihan dari rekening khusus peserta apabila setelah
dikurangi biaya operasional perusahaan dan pembayaran klaim
masih ada kelebihan.
c. Peserta mengundurkan diri sebelum masa pertanggungan selesai.
Dalam hal ini peserta yang bersangkutan tetap akan menerima seluruh
angsuran premi yang telah disetorkan ke dalam rekening peserta,
ditambah dengan bagian keuntungan dari hasil investasi.
2. Takaful Umum

Klaim takaful akan dibayarkan kepada peserta yang mengalami


musibah yang menimbulkan kerugian harta bendanya sesuai dengan
perhitungan kerugian yang wajar. Dana pembayaran klaim takaful
diambilkan dari kumpulan uang pembayaran premi peserta.9

9 Wirdyaningsih, Bank dan Asuransi Islam di Indonesia, (Jakarta: Kencana Prenada Media, 2005),
hlm 213-214.
X

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Akad-akad perjanjian merupakan salah satu perbedaan yang mendasar
antar asuransi syariah dengan asuransi konvensional. Akad dalam transaksi
merupakan suatu hal yang utama, sehingga apanila suatu transaksi dilakukan
tanpa didasari dengan akad yang jelas maka transaksi tersebut dapat dianggap
meragukan atau berbahaya. Akad haruslah disusun dengan dasar niat untuk
mencari ridha Allah SWT. Meskipul hal tersebut dalam kaitannya dengan
transaksi ekonomi.
Pada asuransi konvensional tidak ada pemisahan dana antara dana
peserta dengan dana pemegang saham sedangkan, pada asuransi syariah
untuk produk yang mengandung unsur tabungan kedua sumber dana
dipisahkan secara tegas yang mana di dalam mekanismenya terdapat dua alur
yaitu alur Dana Peserta Takafuli (DPT) dan alur Dana Pemegang Saham.

Dalam operasionalnya asuransi syariah yang berbentuk bisnis seperti


perseroan terbatas (PT), sumber biaya operasionalnya menjadi sangat
menentukan dalam perkembangan dan pertumbuhan industri. Lain dengan
halnya asuransi syariah yang berbentuk sosil, mutual, atau koperasi, disini
peran pemerintah harus dominan terutama dalam memberikan subsidi ditahap
awal berdirinya asuransi tersebut. Asuransi syariah yang bersifat sosial tentu
tidak terlampaui mengutamakan aspek manfaat sebesar-besarnya bagi
anggotanya sebagaimana fungsi utama asuransi syariah, yaitu wataawanu alal
birri wattaqwa saling menolong dalam kebajikan dan taqwa.

Titik perbedaan utama antara bidang asuransi tanggungjawab dan


asuransi kerugian dengan asuransi jiwa adalah pada perbedaan dalam
“penyimpangan” sekarang dibandingkan dengan masa lampau.
X

Underwriting merupakan proses penyelesaian dan pengelompokkan


resiko yang akan ditanggung. Tugas itu merupakan sebuah elemen yang
esensial dalam operasi perusahaan asuransi, sebab maksud underwriting
adalah memaksimalkan laba melalui penerimaan distribusi resiko yang
diperkirakan akan mendatangkan laba.

Ta’awun berasal dari bahasa arab yang artinya tolong menolong.


Menurut istilah dalam ilmu aqidah dan akhlak, pengertian ta’awun adalah
sifat tolong menolong di antara sesama manusia dalam hal kebaikan dan
takwa.

Klaim adalah aplikasi oleh peserta untuk memperoleh pertanggungan


atas kerugian yang tersedia berdasarkan perjanjian. Sedangkan istilah lain.

B. Saran
Penulis yakin dan percaya, bahwa makalah ini jauh dari
kesempurnaan. Oleh karenaitu penulis sangat mengharapkan sumbangsih
pemikiran kepada para pembaca yang bernilai konstruktif untuk perbaikan
makalah ini di kemudian hari.

Akhirnya hanya kepada Allah-lah penulis senantiasa memohon


hidayah dan taufiq-Nya ,semoga makalah ini dapat bermanfaat kepada
pembaca yang budiman pada umumnya. Amiin Yaa Robbal Alamiin.
X

DAFTAR PUSTAKA

Darmawi, Herman. 2004. Manajemen Asuransi. Jakarta: Bumi Aksara.


Iskandar, Dedi. Akad-akad dalam Asuransi Syariah.
http://dediskandar.blogspot.co.id/2016/09/akad-akad-dalam-asuransi-
syariah.html (diakses pada tanggal 19 Maret 2018, pk. 20.38 WIB)
Ridwan, Muhammad. Prinsip Ta’awun dalam Asuransi Syariah,
https://mariberasuransi1.wordpress.com/2015/09/16/prinsip-taawun-
dalam-asuransi-syariah/ (diakses pada tanggal 19 Maret 2018, pk. 23.00
WIB)

Sula, Muhammad Syakir. 2004. Asuransi Syariah (Life and General): Konsep dan
Sistem Operasional. Jakarta: Gema Insani.

Wirdyaningsih. 2005. Bank dan Asuransi Islam di Indonesia. Jakarta: Kencana


Prenada Media.

S-ar putea să vă placă și