Sunteți pe pagina 1din 9

Asuhan Keperawatan Carpal Tunnel Syndrome

(CTS)

DISUSUN OLEH:

ANDI MUHAMAD MUHLIS

NORHADIJAH

PASKALYA HESYANA ERO

PIONIATY

RANA

RUTH DEMIYANTI

SRI LIDIAWATI

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SUAKA INSAN

PSIK NON REGULER

BANJARMASIN

2018
A.ANATOMI FISIOLOGI

Canalis carpi (carpal tunnel) berada di dalam dasar pergelangan tangan.Sembilan ruas tendon
fleksor dan saraf medianus yang berjalan dalam canalis carpi dikelilingi dan dibentuk oleh tiga
sisi dari tulang–tulang carpal.Nervus dan tendon memberikan fungsi, sensibilitas dan pergerakan
pada jari–jari tangan.

Jari tangan dan otot–otot fleksor pada pergelangan tangan beserta tendon–tendonnya berorigo
pada epicondilus medial pada region cubiti dan berinsersi pada tulang–tulang metaphalangeal,
interphalangeal proksimal dan interphalangeal distal yang membentuk jari tangan dan jempol.
Canalis carpi berukuran hampir sebesar ruas jari jempol dan terletak di bagian distal lekukan
dalam pergelangan tangan dan berlanjut kebagian lengan bawah di region cubiti sekitar 3 cm.
Pada carpal tunnel saraf medianus bercabang menjadi komponen radial dan ulna.

Komponen radial dari saraf medianus akan menjadi cabang sensorik pada permukaan palmar
jari-jari pertama dan kedua dan cabang motorik m.abductor pollicisbrevis, m.opponenspollicis,
dan bagian atas dari m.flexor pollicisbrevis.Komponen ulnaris dari saraf medianus memberikan
cabang sensorik kepermukaan jari kedua, ketiga, dan sisi radial jari keempat.

Tertekannya saraf medianus dapat disebabkan oleh berkurangnya ukuran canalis carpi.
Penekanan terhadap saraf medianus yang menyebabkannya semakin masuk di dalam ligamentum
carpi transversum dapat menyebabkan atrofi eminensia thenar, yaitu kelemahan pada otot fleksor
pollicis brevis, otot opponens pollicis dan otot abductor pollicis brevis yang diikuti dengan
hilangnya kemampuan sensorik ligametum carpi transversum yang dipersarafi oleh bagian distal
saraf medianus.
B. PENGERTIAN

Tunnel Syndrome (CTS) merupakan neuropati tekanan atau cerutan terhadap nervus medianus di
dalam terowongan karpal pada pergelangan tangan, tepatnya di bawah fleksor retinakulum (Samuel
1979, Dejong 1979, Mumenthaler 1984). Menurut American Academy of Orthopaedic Surgeons
Clinical Guideline, Carpal Tunnel Syndrome adalah gejala neuropati kompresi dari nervus medianus
di tingkat pergelangan tangan, ditandai dengan bukti peningkatan tekanan dalam terowongan
karpal dan penurunan fungsi saraf di tingkat itu. CTS dapat disebabkan oleh berbagai penyakit,
kondisi dan peristiwa. Hal ini ditandai dengan keluhan mati rasa, kesemutan, nyeri tangan dan
lengan dan disfungsi otot. Kelainan ini tidak dibatasi oleh usia, jenis kelamin, etnis, atau
pekerjaan dan disebabkan karena penyakit sistemik, faktor mekanis dan penyakit local.
(American Academy of Orthopaedic Surgeons. Clinical Practice Guideline On The Diagnosis of
Carpal Tunnel Syndrome. 2007)

CTS merupakan sindrom yang timbul akibatnervus medianus tertekan di dalamCarpal Tunnel
(terowongan karpal) di pergelangan tangan, sewaktu saraf melewati terowongan tersebut dari
lengan bawah ke tangan. CTS merupakan salah satu penyakit yang dilaporkan oleh badan-badan
statistik perburuhan di negara maju sebagai penyakit yang sering dijumpai di kalangan pekerja-
pekerja industri (Jagga, 2011).

Carpal tunnel syndrome(CTS)atau yang dikenal di Indonesia dengan sebutan


sindromaterowongan karpal merupakan kumpulan gejala dan tanda penyakit yang disebabkan
oleh terjepitnya nervus medianus di daerah pergelangan tangan, atau lebih tepatnya pada
terowongan karpal. CTSmerupakan salah satu jenis neuropati yang paling sering terjadi (Preston
dan Shapiro, 2013).

Berdasarkan beberapa penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, didapatkan kesimpulan


bahwa CTS merupakan jenis penyakit neuropati yang sering terjadi dan memiliki kaitan erat
dengan pekerjaan, terutama pekerjaan yang mengakibatkan paparan tekanan biomekanik
berulang dan kontinyu pada pergelangan tangan (Tana et al, 2004).

C. ETIOLOGI

Pembengkakan di terowongan karpal dapat disebabkan oleh faktor keturunan, diabetes, masalah
tiroid, patah tulang atau arthritis. Retensi cairan selama kehamilan jugaberesiko menimbulkan
gejala CTS seperti kesemutan, mati rasa atau kebas, kehilangan kekuatan genggam serta nyeri,
tetapi gejala ini biasanya akan hilang setelah melahirkan. Gerakan tangan berulang-ulang dan
kegiatan yang melibatkan menggenggam, meremas atau kliping bisa membuat gejala lebih
buruk, tetapi bagi kebanyakan orang penyebab sebenarnya tidak jelas.

Pada kasus yang lain etiologinya adalah :


-Herediter : neuropatiherediter yang cenderung menjadi pressure palsy, misalnya HMSN
(hereditary motor and sensory neuropathies) tipe III.
-Trauma: dislokasi, fraktur atau hematom pada lengan bawah, pergelangan tangan dan tangan.
Sprain pergelangan tangan. Trauma langsung terhadap pergelangantangan.
- Pekerjaan : gerakan mengetuk atau fleksi dan ekstensi pergelangan tangan yang berulang-
ulang.
-Infeksi : tenosinovitis, tuberkulosis, sarkoidosis.
-Metabolik : amiloidosis, gout.
-Endokrin : akromegali, terapi estrogen atau androgen, diabetes melitus, hipotiroidi, kehamilan.
-Neoplasma : kista ganglion, lipoma, infiltrasimetastase, mieloma.
-Penyakit kolagen vaskular : artritis reumatoid, polimialgiareumatika, skleroderma, lupus
eritematosussistemik.
-Degeneratif : osteoartritis.
-Iatrogenik : punksi arteri radialis, pemasangan shunt vaskular untuk dialisis, hematoma,
komplikasi dari terapi anti koagulan.

D.MANIFESTASI KLINIK

Penderita carpal tunnel syndromakan mengalami berbagai gejala. Awal gejala yang dialami oleh
penderita berupa gangguan sensorik seperti; parestesia, kurang merasa (numbness) atau merasa
seperti terkena aliran listrik (tingling) pada jari 1 sampai 3 dan setengah sisi radial jari 4 sesuai
dengan distribusi sensorik nervus medianus bahkan terkadang akan terasa seperti terkena seluruh
jari-jari. Akan terjadi gangguan motorik jika terjadi dalam keadaan berat.

Menurut Komar dan Ford Perlu diketahui bahwa ada dua bentUK CTS yaitu CTS akut dan CTS
kronis. CTSakut memiliki gejala seperti nyeri parah, bengkak pergelangan tangan atau tangan,
tangan dingin, atau gerak jari menurun. Kehilangan gerak jari disebabkan oleh kombinasi dari
rasa sakit dan perih.Sedangkan CTS kronis memiliki gejala disfungsi sensorik yang
mendominasi atau kehilangan motorik dengan perubahan trofik.Nyeri proksimal mungkin ada
dalam CTS. Pada malam hari penderita CTS akan sering mengalami kesemutan.

Selain gejala diatas, ada gejala lainnya seperti nyeri di tangan yang juga dirasakan lebih berat
pada malam hari sehingga sering membangunkan penderita dari tidurnya. Rasa nyeri yang
dialami oleh penderita akan berkurang sedikit jika penderita memijat atau menggerak-gerakan
tangannya atau dengan meletakkan tangannya pada posisi yang lebih tinggi. Selain itu, rasa nyeri
akan berkurang juga bila penderita lebih banyak mengistirahatkan tangannya. Perlu diketahui
bahwa CTS harus ditangani, apabila tidak segera ditangani dengan baik akan membuat penderita
kurang terampil dalam melakukan sesuatu khususnya seperti memungut benda-benda kecil serta
kelemahan pada tangan akan terjadi seperti penderita mengalami kesulitan saat menggenggam.

E. PATHOFISIOLOGI CTS

Umumnya CTS terjadi secara kronis dimana terjadi penebalan fleksor retinakulum yang
menyebabkan tekanan terhadap nervus medianus. Tekanan yang berulang-ulang dan lama akan
mengakibatkan peninggian tekanan intrafasikuler. Akibatnya aliran darah vena intrafasikuler
melambat. Kongesti yang terjadi ini akan mengganggu nutrisi intrafasikuler lalu diikuti oleh
anoksia yang akan merusak endotel. Kerusakan endotel ini akan mengakibatkan kebocoran
protein sehingga terjadi edema epineural.

Hipotesa ini menerangkan bagaimana keluhan nyeri dan sembab yang timbul terutama pada
malam atau pagi hari akan berkurang setelah tangan yang terlibat digerak-gerakkan atau diurut,
mungkin akibat terjadinya perbaikan sementara pada aliran darah. Apabila kondisi ini terus
berlanjut akan terjadi fibrosis epineural yang merusak serabut saraf. Lama-kelamaan saraf
menjadi atrofi dan digantikan oleh jaringan ikat yang mengakibatkan fungsi nervus medianus
terganggu secara menyeluruh.

Selain akibat adanya penekanan yang melebihi tekanan perfusi kapiler akan menyebabkan
gangguan mikrosirkulasi dan timbul iskemik saraf. Keadaan iskemik ini diperberat lagi
olehpeninggian tekanan intrafasikuler yang menyebabkan berlanjutnya gangguan aliran darah.
Selanjutnya terjadi vasodilatasi yang menyebabkan edema sehingga sawar darah-saraf terganggu
yang berkibat terjadi kerusakan pada saraf tersebut.

Penelitian yang telah dilakukan Kouyoumdjian yang menyatakan CTS terjadi karena kompresi
saraf median di bawah ligamentum karpal transversal berhubungan dengan naiknya berat badan
dan IMT. IMT yang rendah merupakan kondisi kesehatan yang baik untuk proteksi fungsi
nervu medianus.

Pekerja dengan IMT minimal ≥25 lebih mungkin untuk terkena CTS dibandingkan dengan
pekerjaan yang mempunyai berat badan ramping. American Obesity Association menemukan
bahwa 70% dari penderita CTS memiliki kelebihan berat badan. Setiap peningkatan nilai
IMT 8% resiko CTS meningkat (13).

F.PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

Diagnosis CTS dapat diketahui melalui gejala-gejala yang ada, melalui pemeriksaan fisik
menyeluruh pada penderita (dengan memperhatikan fungsi, motorik, sensorik dan otonom
tangan), pemeriksaan neurofisiologi (elektrodiagnostik), pemeriksaan radiologi, pemeriksaan
laboratorium serta pemeriksaan penunjang lainnya. Menegakkan diagnosa CTS dapat dilakukan
beberapa pemeriksaan, seperti;

1. Pemeriksaan fisik
•a) Phalen’s test : Penderita diminta melakukan fleksi tangan secara maksimal selama 60 detik.
Jika dalam waktu tersebut muncul gejala dari CTS maka diagnosa tersebut dapat ditegakkan.

•b) Tourniquet test : Pemeriksaan ini dilakukan dengan pemasangan tourniquet yang
menggunakan tensimeter di atas siku dengan tekanan sedikit di atas tekanan sistolik. Bila dalam
1 menit timbul gejala seperti CTS, tes ini menyokong diagnosa.

•c) Tinel's sign : Tes ini akan mendukung diagnosa jika timbul parestesia (kesemutan) atau
nyeri pada daerah distribusi nervus medianus ketika dilakukan perkusi pada terowongan karpal
dengan posisi tangan sedikit dorsofleksi.

•d) Flick's sign : Penderita diminta untuk mengibas-ibaskan tangan atau menggerak-gerakkan
jari-jarinya. Bila keluhan berkurang atau menghilang maka hal itu akan menegakkan diagnosa
CTS. Harus diingat bahwa tanda ini juga dapat dijumpai pada penyakit Raynaud.
•e) Thenar wasting : Pada inspeksi dan palpasi dapat ditemukan adanya atrofi otot-otot thenar.

•f) Menilai kekuatan dan keterampilan serta kekuatan otot secara manual maupun dengan alat
dynamometer.

•g) Wrist extension test : Penderita diminta melakukan ekstensi tangan secara maksimal,
sebaiknya dilakukan serentak pada kedua tangan sehingga dapat dibandingkan. Bila dalam 1
menit timbul gejala-gejala seperti CTS, maka tes ini menyokong diagnosa CTS.

•h) Pressure test : Nervus medianus ditekan di terowongan karpal dengan menggunakan ibu jari.
Bila dalam waktu kurang dari 2 menit timbul gejala seperti CTS, tes ini menyokong diagnosa.

•i) Luthy's sign (bottle's sign) : Penderita diminta melingkarkan ibu jari dan jari telunjuknya
pada botol atau gelas. Bila kulit tangan penderita tidak dapat menyentuh dindingnya dengan
rapat, tes dinyatakan positif dan mendukung diagnosa.

•j) Pemeriksaan sensibilitas : Bila penderita tidak dapat membedakan dua titik (two-point
discrimination) pada jarak lebih dari 6 mm di daerah nervus medianus, tes dianggap positif dan
menyokong diagnosa.

•k) Pemeriksaan fungsi otonom : Pada penderita diperhatikan apakah ada perbedaan keringat,
kulit yang kering atau licin yang terbatas pada daerah innervasi nervus medianus. Bila ada akan
mendukung diagnosa CTS.

2. Pemeriksaan neurofisiologi (elektrodiagnostik)


Pada pemeriksaan EMG menunjukkan adanya fibrilasi, polifasik, gelombang positif dan
berkurangnya jumlah motor unit pada otot-otot thenar. Perlu diketahui bahwa ada beberapa kasus
tidak dijumpai kelainan pada otot-otot lumbrikal. EMG normal biasa pada 31% kasus CTS.
Kecepatan Hantar Saraf (KHS) pada 15-25% kasus, KHS bisa normal. Pada yang lainnya KHS
akan menurun dan masa laten distal (distal latency) memanjang, menunjukkan adanya gangguan
pada konduksi saraf di pergelangan tangan. Masa laten sensorik lebih sensitif dari masa laten
motorik.

3. Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan sinar-X terhadap pergelangan tangan dapat membantu melihat apakah ada
penyebab lain seperti fraktur atau artritis. Foto polos leher berguna untuk menyingkirkan adanya
penyakit lain pada vertebra. USG, CT-scan dan MRI dilakukan pada kasus yang selektif
terutama yang akan dioperasi. USG dilakukan untuk mengukur luas penampang dari saraf
median di carpal tunnel proksimal yang sensitif dan spesifik untuk CTS.

4. Pemeriksaan Laboratorium
•Bila etiologi CTS belum jelas, misalnya pada penderita usia muda tanpa adanya gerakan tangan
yang repetitif, dapat dilakukan beberapa pemeriksaan seperti kadar gula darah, kadar hormon
tiroid ataupun darah lengkap (Rambe,2004).

•Test laboratorium Pemeriksaan kadar gula darah, test ini di lakukan untuk pemeriksaan
diabetes- Diabetes merupakan salah satu penyakit silent killer yang bisa menyerang siapa saja
tanpa pandang umur, bahkan anak-anak sekalipun, meskipun hal ini jarang terjadi.

Diabetes akan sangat berbahaya jika sudah menimbulkan komplikasi spesifik seperti retinopati (
disa menyebabkan kebutaan), gagal ginjal, neuropati, aterosklerosis ( bisa menyebabkan stroke ),
gangren,dan penyekit arteria koronaria (coronary artery disease).Maka dari itu perlunya
pemeriksaan kadar gula darah bagi yang terkena penyakit carpal tunnel sindrome (CTS) degan
tujuan agar perawat dan dokter mengetahui apakah si pasien ini terkena penyakit diabetes atau
tidak serta hasil lab ini juga dapat membantu perawat dalam memberi asuhan keperawatan pada
pasien

G.ASUHAN KEPERAWATAN

1.Pengkajian
1. a . Data Subyektif

Gejala yang dikeluhkan pasien adalah dari adanya kompresi syaraf median diantaranya :

a. Episode rasa nyeri yang panas atau rasa nyeri yang berdenyut pada tangan dan keluhan
berkurang bila mengguncang tangan atau dengan menggerakkan tangan

b. Hyposthesia pada ibu jari, jari telunjuk dan jari manis, lebih-lebih setelah fleksi
pergelangan yang dipaksakan, karena seperti menjahit atau memegang buku

c. Perasaan bengkak pada area yang terkena

d. Mengeluhkan kesukaran mengambil atau memegang benda yang kecil, terasa kaku.
1.b Data Obyektif

Tampak meringis,tampak kesulitan melakukan aktivitas,aktivitas dibantu oleh keluarga,tampak


berhati-hati saat bergerak,adanya peningkatan tekanan darah dan nadi,terlihat bagian yang
melekuk atau tertekan dari jaringan lunak pada sebelah bawah ibu jari pada telapak tangan
(bagian telapak tangan yang menonjol)

2. Diagnosa Keperawatan
2.a. Nyeri b.d stimulus nervus medianus

2.b ganggua mobilitas fisik b.d penurunan fungsi sendi pergelangan tangan

2.c defisit perawatan diri b.d nyeri

3. Intervensi

No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional

1 Nyeri TUJUAN : Setelah


di lakukan
DS: Pasien 1 Kaji kualitas nyeri yang 1. Untuk
intervensi selama
mengungkapkan secara komprehensif, meliputi : lokasi, menentukan tingat
1x24 jam nyeri
verbal/ melaporkan karakteristik, durasi, kualitas, keparahan serta
berkurang.
isyarat tentang nyeri keparahan, dan faktor membantu dalam
yang di rasakan. 1.Nyeri presipitasinya. pengambilan
berkurang.1- 3 keputusan
P: 2. Berikan informasi tentang
selanjutnya.
2. Mengenali faktor nyeri, seperti penyebab,
Q:
penyebab dan seberapa lama akan
R : Jari tangan menggunakan berlangsung, serta cara
2. Pengetahuan
tindakan untuk mengantisipasi nyeri tersebut.
S : 5-6 pasien mengenai
mencegah nyeri.
3. Ajarkan penggunaan masalah kesehatan
T : Menetap. 3. Melaporkan tekhnik non farmakologi untuk nyeri membantu
kesejahteraan fisik mengendalikan nyeri (distraksi dalam menemukan
DO: gerakan
dan psikologis. dan relaksasi). cara mengantisipasi
menghindari rangsangan
nyeri.
nyeri 4. Menunjukkan 4. Kolaborasi pemberian
tekhnik relaksasi analgetik. 3. Tehnik distraksi
Wajah meringis
secara individual dan relaksasi
yang efektif untuk membantu
mencapai meredakan nyeri.
kenyamanan

4. Analgetik
berfungsi meredakan
nyeri.

2 Gangguan mobilitas fisik TUJUAN : setelah di


DS : Px mengatakan sukit lakukan tindakan 1. Ajarkan pasien tentang 1. Membantu
bergerak. selama 3 x 24 jam dan pantau penggunaan alat pasien dalam
mobilitas fisik bantu mobilitas melakukan aktifitas.
Do :
pasien mulai
2. Ajarkan dan bantu pasien
- Pasien kesulitan membaik.
dalam proses perpindahan.
bergerak. 2. Menghindari
1. Menunjukkan
cedera akibat
- Pasien dibantu penggunaan alat
kurangnya
keluarga saat bantu secara benar 3. Ajarkan dan dukung
pengetahuan
beraktivitas. dengan pasien dalam latihan ROM aktif
mengenai mobilisasi.
pengawasan / pasif.
Keterbatasan rentang
3. Rom aktif dan
gerak (ROM) 2. Meminta 4. Kolaborasi dengan ahli
Pasiv meminimalisir
bantuan untuk terapi fisik sebagai sumber
terjadinya kekauan
aktifitas mobilisasi dalam perencaanaan aktivitas
otot.
jika di perlukan. perawatan pasien.
4. Membantu
3. Melakukan
menyusun rencana
aktivitas kehidupan
intervensi yang bisa
sehari-hari secara
dilakukan.
mandiri dengan
alat bantu

4. ROM aktif

3 Defisit perawatan diri TUJUAN : Setelah


di lakukan
DS: Pasien 1. Monitor kemampuan klien 1. Membantu
intervensi selama
mengungkapkan untuk perawatan diri yang mengevaluasi
1x24jam
kesulitannya ketika mandiri kemampuan mandiri
perawatan diri
mandi,berpakaian,makan pasien dalam hal
teratasi 2. Monitor kebutuhan klien
dan toileting perawatan diri
untuk alat-alat bantu
1. Pasien
DO: kebersihan 2. Membantu
terbebas dari bau
diri,berpakaian,berhias,toileting mengevaluasi sejauh
Ketidakmampuan untuk badan
dan makan mana kebutuhan
mandi,berpakaian,makan
2. Menyatakan perawatan diri pasien
dan toileting 3. Sediakan bantuan sampai
kenyamanan terpenuhi
klien mampu secara utuh untuk
terhadap
melakukan perawatan diri 3. Membantu
kemampuan untuk
memenuhi
melakukan 4. Beri aktivitas rutin sehari-
kebutuhan
aktivitas hari sesuai kemapuannya
perawatan diri pasien
3. Dapat
4. Untuk
melakukan
melatihbkemandirian
aktivitas dengan
pasien dalam
bantuan
perawatan dirinya.
4.Implementasi
Implementasi tindakan keperawatan dapat dilakukan berdasarkan intervensi yang telah dibuat
tetapi dilakukan sesuai situasi dan kondisi pada saat kita memberikan asuhan keperawatan.

5.Evaluasi
5.a Pasien tidak merasa nyeri
5.b Pasien dapat melakukan mobilitas fisik seperti sediakala
5.c Pasien dapat merawat dirinya secara mandiri

S-ar putea să vă placă și