Sunteți pe pagina 1din 3

PETUAH BAHASA MAKASSAR INDONESIA DAN LONTARA

Pappasang tentang kejujuran sebagai penghormatan terhadap hak orang lain


1.
a. pun etyai kau aptejGi etako aelai anjo kyu riptejG.
pun etyai brnu etako aelai.
pun etyai kau attki etako aelai ajo kyu elbk ritt aujun.

Punna teai kau ampatanjengi teako allei anjo kayu ripatanjenga.


Punna teai barangnu teako allei.
Punna teai kau antattaki teako allei anjo kayu lekbaka ri tatta ujunna.

b. Jika bukan kamu menyandarkan jangan ambil itu kayu yang disandarkan.
Jika bukan barangmu jangan kamu ambil.
Jika bukan kamu menetak jangan ambil itu kayu yang sudah ditetak ujungnya.

c. Jangan mengambil kayu yang disandarakan jika bukan engkau yang menyandarkannya.
Jangan mengambil barang yang bukan milikmu.
Jangan mengambil kayu yang ditetak pangkalnya, dan bukan kamu yang menetaknya.

d. Makna dalam hal ini pemakaian sastra tersebut pada rakyat Makassar pada masa lampau
dan apa pengaruhnya pada masyarakat tersebut
Makna dari pappasang tersebut yaitu menyiratkan mengenai ajaran untuk
menghormati hak orang lain di samping mengetahui hak sendiri. Pappasang ini
diungkapkan untuk mengingatkan masyarakat Makassar untuk selalu menghormati hak
orang lain. Pappasang tersebut merupakan perwujudan dari nilai kejujuran. Kejujuran tidak
boleh dianggap biasa, bahkan disepelekan dalam kehidupan masyarakat Makassar.
Kejujuran hendaknya senantiasa dilestarikan dan diaplikasikan dalam kehidupan sehari-
hari. Salah satu penyebab terjadinya ketidakseimbangan dalam masyarakat adalah tidak
diaplikasikannya nilai-nilai kejujuran itu. Padahal berlaku jujur merupakan suatu keharusan
bagi setiap individu. (Machmud, 1996: 15)

2. Pappasang tentang Kejujuran sebagai Benteng Kehidupan


a. bt lbusukji nipek atp bl.

Batang lambusukaji nipake attumpak ballak.

b. Batang (kayu) lurus hanya dipakai menahan rumah.

c. Hanya kayu yang lurus dijadikan penyanggah rumah.

d. Hanya orang yang mampu berlaku jujur yang dapat diangkat menjadi seorang pemimipin
yang adil dan bijaksana. Pemimpin hendaknya tidak banyak menuntut hak dalam
kewajibannya, sebab amanah yang diberikan kepadanya dianggapnya sebagai suatu
tanggung jawab. Pappasang ini sangat cocok untuk masyarakat Makassar dan biasa
diungkapkan dalam rangka pemilihan kepemimpinan supaya para calon pemimpin dapat
menjadi pemimpin yang jujur yang dapat membawa rakyatnya keluar dari keterpurukan.
Pemimpin diibaratkan sebagai penyanggah kota Makassar yang dapat mengayomi seluruh
masyarakatnya. Dengan demikian, kejujuran merupakan kendali yang sangat penting bagi
seorang pemimpin sebagai benteng pertahanan yang harus kuat untuk menyanggah kota
Makassar ini dari terjangan angin godaan yang sangat kencang.
(Machmud, 1994: 21)
3. Pappasang tentang Menghargai Orang Lain

a. nia rua asln kjujurG iaiamiatu.


pun etn nkuel nugauk etamko akn-knai.
pun etn nukuel ser coto etamko amertai meG ri taua.

Niak rua assalakna kajujurranga iamintu :


Punna tena nakkulle nugaukang teakmako akkana-kanai.
Punna tena nukkulle sare conto teakmako ammarentai mange ri taua.

b. Ada dua asalnya kejujuran yaitu:


Kalau tidak bisa kamu lakukan jangan kamu berbicara.
Kalau tidak kamu bisa kasi contoh jangan kamu memerintah kepada orang.

c. Yang menjadi pangkal kejujuran ada dua, yaitu:


Jangan kamu ucapkan sesuatu kalau tak sanggup melaksanakannya
Jangan memerintah sesuatu kalau kamu tidak sanggup memberi contoh sebelum orang lain
melakukannya

d. Dalam pappasang diingatkan, agar selalu berusaha untuk membuktikan hal-hal yang
dikatakan melalui perbuatan. Perkataan yang tidak sesuai dengan perbuatan pada
hakikatnya merupakan cermin dari ketidak jujuran itu. Pappasang di atas mengingatkan
bahwa banyak orang yang mudah mengumbar janji, pappasang ini sering diungkapkan oleh
masyarakat Makassar untuk mendidik anak-anaknya agar menjadi orang yang jujur dan
bertanggung jawab. Selain itu pappasang ini juga cocok menjadi pedoman bagi pemimpin
untuk menjadi pemimpin yang baik, bertanggung jawab dan selalu memberi contoh yang
baik bagi masyarakatnya. (Machmud, 1994: 33)

4. a. ncinin mt sn ggn siag bji atin.

Nacinikna mata sanna gagana siagan bajiki atinna.

b. Kena mata cantik senelaran hati bagus potongan (model).

c. Kelihatan semuanya baik dan tidak terdapat cacat yang tepat dicela.
d. Ungkapan ini adalah ungkapan yang sangat baik dalam pergaulan antara seseorang
dalam masyarakat dimana, setiap orang tidak menginginkan akan mendapat ketika baikan
dari temannya dan hanya mau mengetahui kebaiaknnya saja sehingga tidak perna ada
celaan.
Penjelasan di atas merupakan suatu ungkapan seseorang dalam masyrakat ,dimana
setiap masyarakat tidak mengiginkan pendapat ketika baikan dengan temanya dan hanya
mau mengetahui kebaikannya saja.Tradisi tersebut sebagai sumber Informasi budaya
daerah Sulawesi Selatan Tahun 1986. (Amir, 1982: 14)

5. a. pmipi tean nngl sulo siag ry tean ngp


sulo.

Pamimping taena nangnagalak sulo, siagan rakyak taena nanggappa sulo.

b. Pemimpin tak memegang lampu, rakyat tak mencapai lampu.


c. Seharusnya pemimpin yang memegang jabatan/pemerintahan memiliki pengetahuan dan
rakyat hendaknya menyikuti pemerintahnya yang baik itu.

d. Bahwa sering dalam masyarakat itu terdapat pemerintah utamanya pada


pemerintahan adat dahulu kala kurang mempunyai kemampuan serta akal untuk memimpin,
apa yang dilakukanya adalah apa adanya saja seperti sedia kala karena dia adalah pewaris
pemerintahan/kekuasaan juga masyarakatnya yang selalu menunggu dan bagaimana
perintah dari pemimpinnya untuk memperbaiki kehidupan dan pembangunan
masyarakatnya tetapi karena pemimpin itu kurang mempunyai kemampuan atau
pengetahuan untuk pemerintah artinya rakyatnya bekerja dan diperintahkan seadanya saja.
Untuk itu dahulu pemilih pemerintah diharapkan pada raja atau pemerintah yang lebih
tinggi agar supaya penunjukan seorang pemerintah itu sebaiknya orang yang
berpengetahuan agar supaya rakyat mempunyai kemajuan dan dapat mengikuti perintah
dari pemerintahnya dengan baik yang tidak simpang siur.
Di atas menjelaskan tentang pemimpin dalam pemerintahan utamanya pada
pemerintahan adat dahulu kala kurang mempunyai pengetahuan yang luas serta akal dalam
memimpin, bagaimana perintah dari pemimpinnya untuk memperbaiki kehidupan dan
pembangunan masyarakat, yaitu masyarakat selalu menunggu dan bagaimana perintah dari
pemimpinnya untuk memperbaiki di dalam kepemimpinannya sehingga tidak ada
perselisihan antara pemerintah dengan masyarakat. Tradisi tersebut sebagai sumber
kepemimpinan dalalm masyarakat pedesaan di daerah Sulawesi Selatan tahun 1983. (Amir,
1982: 15)

S-ar putea să vă placă și