Sunteți pe pagina 1din 13

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Manusia berbeda dengan makhluk hidup lainnya karena manusia mempunyai akal
budi dan kemauan yang kuat. Dengan akal budi dan kemauan yang kuat, manusia dapat
menjadi makhluk yang lebih dari makhluk lainnya. Manusia mempunyai ciri khas, ia selalu
ingin tahu, dan setelah memperoleh pengetahuan tentang sesuatu, maka segera kepuasannya
disusul lagi dengan kecendrungan untuk lebih ingin tahu lagi.
Sebagai makhluk berfikir, manusia dibekali hasrat selalu ingin tahu, tentang benda-
benda yang ada dan peristiwa-peristiwa yang terjadi di sekelilingnya, termasuk ingin tahu
tentang dirinya. Adanya dorongan rasa ingin tahun dan usaha untuk memahami dan
memecahkan berbagai masalah yang dihadapi, akhirnya manusia dapat mengumpulkan
pengetahuan. Keingintahuan yang makin meningkat menyebabkan pengetahuan dan daya
fikirnya juga makin berkembang. Akhinya tidak hanya terbatas pada obyek yang dapat
diamati dengan pancaindera saja, tetapi masalah-masalah lain, misalnya berhubungan dengan
penilaian hal-hal baik dan buruk, indah atau tidak indah.
Seiring berjalannya waktu, masalah yang dihadapi manusia kian berat. Seseorang
yang tidak mampu menghadapi masalah tersebut sudah pasti akan mengalami tekanan dan
stres. Saat mengalami stres atau depresi, tidak sedikit dari mereka yang terjerumus dalam hal-
hal yang bersifat negatif. Contohnya seperti minum minuman keras, mengunjungi tempat
hiburan malam dan yang paling banyak terjadi beberapa tahun belakangan ini adalah kasus
narkotika. Banyak dari pengguna narkotika mengaku menggunakan hal tersebut karena
mengalami stres berat akibat masalah yang mereka alami. Narkoba adalah singkatan dari
“Narkotika dan Obat-Obatan Berbahaya”.
Menurut H. Mardani, Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau
bahan tanaman baik yang sintesis maupun semi sintesisnya yang dapat menyebabkan
penurunan atau penambahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi atau sampai
menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan.
Sesungguhnya penggunaan obat-obatan jenis opium sudah lama dikenal diIndonesia,
jauh sebelum pecahnya Perang Dunia ke-2 pada zaman penjajahan Belanda. Pada umumnya
para pemakai candu (opium) tersebut adalah orang-orang Cina. Sekitar tahun 1970, masalah
obat-obatan berbahaya jenis narkotika menjadi masalah besar dan nasional sifatnya.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Kronologi Penangkapan Kasus Narkoba Raffi Ahmad Oleh BNN

Artis Raffi Ahmad ditangkap di rumahnya di Jalan Gunung Balong Kavling VII
Nomor 16 I, Lebak Bulus, Jakarta Selatan bersama beberapa artis lainnya, dia diduga
menggunakan narkoba. Deputi Pemberantasan BNN, Irjen Benny Jozua Mamoto,
mengatakan ada 17 orang yang ditangkap dalam operasi penggerebekan narkoba di rumah
Raffi Ahmad, Minggu 27 Januari 2013.

Pukul 01.00 WIB dini hari, salah satu pembantu Raffi Ahmad mengatakan Raffi
pulang bersama beberapa kawannya. "Mas Raffi memang biasa pulang jam segitu," kata
pembantu lelaki laki-laki yang enggan disebut namanya. "Tapi kalau kumpul jarang."
Selanjutnya pembantu tadi tidak tahu apa yang terjadi. Raffi dan kawan-kawannya berkumpul
di ruang tamu lantai satu.

Kejadian penangkapan pada Minggu 27 Januari pukul 05.15 WIB, BNN menangkap
17 orang di kediaman artis Raffi Ahmad di Lebak Bulus, Jakarta Selatan. Mereka diduga
tengah menggelar pesta narkotika di tempat tersebut. Dari 17 orang yang ditangkap, 4 di
antaranya berprofesi sebagai artis, mereka adalah Wanda Hamidah, Irwansyah, Zaskia
Sungkar, dan Raffi Ahmad.

Sekitar pukul 05.15 WIB, Ma'sun, Ketua RT 09 RW 04 Lebak Bulus, dijemput


seorang anggota BNN di rumahnya. Kepada Ma'sun, petugas BNN meminta kesediaan
Ma'sun menjadi saksi dalam penggerebekan di rumah salah seorang warganya. Ia kemudian
ke luar dan mengikuti petugas tersebut. Di jalan menuju rumah Raffi, delapan anggota BNN
lain telah hadir. "Mereka parkir di depan Sekolah Widuri, terus jalan kaki ke sini," kata
Ma'sun. Perjalanan mereka terhenti di rumah Raffi. Petugas kemudian masuk ke rumah dan
melihat Raffi di ruang tamu mengenakan baju kaus dan celana pendek bersama beberapa
rekannya.

Penggeledahan dilakukan di ruang tamu dan lantai bawah, kemudian dilanjutkan ke


lantai dua. Denia, pembantu rumah tangga di rumah Raffi, menjelaskan, beberapa saat setelah
pukul 05.00 WIB, ia hendak mematikan lampu rumah. Saat itu sekitar 10 pria berpakaian
preman menaiki anak tangga. Ia kemudian melaporkan kedatangan para tamu tersebut ke
suaminya, Umar, yang berada di kamar tidur. Umar keluar dan sempat terlibat perdebatan
dengan petugas. Sekitar pukul 06.30, Umar dibawa ke lantai satu. Saat itu pula Irwansyah dan
Zaskia Sungkar terlihat memasuki rumah.

Di ruang tamu, bersama Raffi, saat itu ada Wanda Hamidah dan dua teman dekat
Raffi, yakni Rajiv dan seorang teman Raffi yang tidak dikenal Denia. "Dari dalam rumah,
orang BNN membawa dua linting ganja dan sekitar 14 kapsul dalam botol hitam," kata
Ma'sun.

Pukul 06.30 WIB. Petugas tersebut keluar menggiring Raffi, Wanda Hamidah,
Zaskia, dan Irwansyah beserta belasan orang lainnya keluar. Mereka langsung membawa
Raffi dan lainnya ke BNN.

Kepala Bagian Humas Badan Narkotika Nasional (BNN) Kombes Sumirat Dwiyanto
juga membeberkan kronologi penggerebekan Raffi Ahmad beserta ke-16 rekannya di rumah
Raffi di Kawasan Lebak Bulus, Jakarta Selatan. BNN turut membeberkan bukti yang mereka
klaim ditemukan di tempat kejadian perkara. “Berawal dari adanya info dari masyarakat yang
disampaikan ke BNN baik melalui SMS center, call center, web BNN, kita dapatkan info
adanya penyalahgunaan narkoba di beberapa orang yang saat ini sedang dilakukan
pengamanan,” ujar Sumirat pada saat menggelar jumpa pers di Gedung BNN, Jakarta Timur,
Minggu (27/01) malam.

Setelah itu BNN melakukan penyidikan lebih lanjut terkait pelaporan dari masyarakat
sekitar. “Kami melakukan penyidikan lebih lanjut dan sampai ditemukannya kita yakin di
TKP ada penyalahgunaan narkotika. Setelah yakin, pagi hari tadi jam lima pagi kita lakukan
penggerebekan di lokasi tersebut,” tuturnya. “Di sana didapatkan sejumlah 17 orang , empat
orang di kamar atas (dua kamar, sedang tidur, tiga lelaki dan satu perempuan dengan kamar
yang berbeda). 10 orang lagi berada di bawah, ada yang sedang tidur di ruang tersebut ada
yang lagi mainan laptop, joget-joget dan ada yang baru datang tiga orang,” katanya. Bersama
ke-17 orang yang diamankan, pihak BNN juga menemukan barang bukti berupa dua linting
ganja dan 14 butir kapsul yang diduga berisi MDMA. “Ganja di dalam kamar dekat tempat
pajangan (bufet) di kamar RA (Raffi Ahmad), MDMA di dalam laci di ruang makan,”
katanya. BNN melakukan penggerebekan di kediaman pembawa acara televisi Raffi Ahmad
yang menurut BNN sedang menggelar pesta ganja dan ekstasi. Selain Raffi aktris dan
anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI Wanda Hamidah serta pasangan Irwansyah dan
Zaskia Sungkar juga turut dibawa ke BNN untuk dilakukan pemeriksaan lebih lanjut

2.2. Penerapan Pasal-Pasal Terhadap Kasus Raffi Ahmad

Badan Narkotika Nasional (BNN) membawa Raffi Ahmad ke pusat rehabilitasi Lido.
Selain mengacu Peraturan Pemerintah Nomor 25 tahun 2011 tentang Pelaksanaan Wajib
Lapor Pecandu Narkotika, BNN juga merujuk rekomendasi dokter BNN. "Sesuai dengan PP
25 tahun 2011, penyidik, penuntut umum, (dan) hakim dapat menempatkan pengguna ke
rehabilitasi setelah mendapat rekomendasi dari hasil dokter," papar Kepala Humas BNN
Sumirat Dwiyanto dalam jumpa pers di Gedung BNN. Dari hasil pemeriksaan, dinyatakan
Raffi mengalami gangguan mental karena pengaruh methylone. Inilah kenapa Raffi kini
dibawa ke Lido guna direhabilitasi. "Ditemukan riwayat gangguan mental akibat zat yang
bersifat stimulansia itu. Tim penyidik menyarankan untuk rehab medis dan sosial. Asesmen
lanjutan kita itu ke RSKO," imbuh Sumirat. Saat ini, proses telah sampai pada pemeriksaan
saksi ahli. Bila proses pemeriksaan sudah selesai, menurut Sumirat, tak akan butuh waktu
lama untuk melimpahkan berkas perkara Raffi ke kejaksaan. "Kami menunggu berkas hingga
selesai, saat ini sedang pemeriksaan saksi ahli. Kalau ini sudah selesai, besoknya juga bisa
dilempar berkasnya ke kejaksaan," Terpisah, pendapat berbeda justru datang dari Rumah
Sakit Ketergantungan Obat (RSKO). Direktur Utama RSKO, Laurentinus Panggabean,
berpendapat Raffi tak perlu menjalani rehabilitasi. "Raffi ini dinyatakan negatif (dari
ketergantungan narkoba) dari hasil pemeriksaan. Secara psikologis, dia sehat. Jadi, (dia) tidak
perlu direhab, tidak apa-apa," terang Laurentinus dalam wawancara di RSKO Cibubur,
Jakarta Timur,

Lanjut Laurentinus, zat methylone biasanya terdeteksi dalam jangka waktu tidak lebih
dari tiga hari. Lepas dari masa itu, zat tersebut tidak terdeteksi alias hilang. Namun, BNN
ternyata tetap memindahkan Raffi ke panti rehabilitasi di Lido, Sukabumi.

Raffi Ahmad akhirnya ditetapkan Badan Narkotika Nasional (BNN) menjadi


tersangka. Hasil tes urine Raffi terbukti positif narkoba jenis methylone. "Saudara R usia 26
pekerjaan wiraswasta atau pekerja seni, positif menggunakan methylone, status tersangka,"
kata Kepala Humas BNN Sumirat di BNN, Cawang, Jaktim. Sumirat menjelaskan, pasal yang
dikenakan pada Raffi yakni Pasal 111 ayat 1, jo 132, 133, dan 127. "Penyidik sudah
melakukan pemeriksaan 5x24 jam," jelas Sumirat. Selain Raffi, ada 7 orang lainnya. Mereka
ditangkap pada penggerebekan di rumah Raffi di Lebak Bulus pada Minggu (27/1/2013).
"Penahanan akan dilakukan selama 20 hari di rutan) BNN di Cawang,"

BNN akhirnya menetapkan status delapan orang terperiksa dalam kasus


penyalahgunaan narkotika di kediaman Raffi Ahmad, Minggu (27/1/2013) lalu. Delapan
orang tersebut seluruhnya dijadikan tesangka. "Status delapan orang dari hasil pemeriksaan
laboratorium, pertama R (26) pekerja wiraswasta atau pekerja seni, positif menggunakan
methylone. Statusnya tersangka," ujar Kepala Humas Badan Narkotika Nasional (BNN)
Komisaris Besar Sumirat Dwiyanto kepada wartawan di Gedung BNN, Cawang, Jakarta,
Jumat (1/2/2013).

Sumirat melanjutkan, selain R, tujuh lainnya juga ditetapkan menjadi tersangka.


Ketujuh orang tersebut, yakni berinisial W (dikenakan Pasal 127), M (dikenakan Pasal 127),
RJ (dikenakan Pasal 127), MF (dikenakan Pasal 127), K (dikenakan Pasal 127), J (dikenakan
Pasal 127) dan UW (dikenakan Pasal 131). Sumirat mengatakan, para tersangka terbukti dua
unsur dalam Undang-Undang Narkotika Nomor 35 Tahun 2009, yakni memiliki dan
menguasai sejumlah barang bukti narkotika itu. Kini, mereka yang telah ditetapkan menjadi
tersangka akan ditahan sementara di tahanan BNN hingga berkasnya siap dilimpahkan
kepada Kejaksaan Negeri Jakarta Selatan.

Adapun beberapa kapsul telah dicampurkan ke dalam minuman bersoda. Badan


Narkotika Nasional menetapkan Raffi Ahmad sebagai tersangka dalam kasus pesta narkoba
yang dilakukan di rumahnya. Ahad, 27 Januari 2013, Raffi bersama 16 orang lain digerebek
di rumahnya, Lebak Bulus, Jakarta Selatan. "Ia dijerat pasal berlapis," ujar Humas BNN,
Sumirat Dwiyanto, dalam konferensi pers, Jumat, 1 Februari 2013. Raffi akan dijerat
Undang-Undang 35 Tahun 2009 tentang Narkotika Pasal 111 ayat 1 junto pasal 132, 133,
127. Raffi disangka menguasai 14 butir narkotik jenis methylone dan dua linting ganja.

Ancaman hukumannya 4-12 tahun," ujarnya. BNN menetapkan status Raffi setelah
diperiksa selama 5x24 jam dengan melibatkan pemeriksaan laboratorium, keterangan saksi,
dan saksi ahli. BNN menetapkan tujuh terperiksa lainnya dalam kasus ini sebagai tersangka.
Enam orang lain ditetapkan menjadi tersangka dengan jeratan pasal 127. "Ditetapkan sebagai
pengguna," ujar Sumirat. Selama proses hukum, para tersangka ini akan ditempatkan di pusat
rehabilitasi BNN, di Lido, Bogor. Satu orang lain, UW, yang negatif menggunakan tiga jenis
narkotik yang digunakan Raffi cs, juga ditetapkan sebagai tersangka.1[3]

2.3. Bantuan Hukum dari Advokat Terhadap Raffi Ahmad

Raffi Ahmad sudah banyak menggunakan pengacara. Sandy Arifin hingga terakhir
Rahmat Harahap terhitung pernah membela Raffi. Sementara pengacara Sunan Kalijaga juga
mengaku-ngaku menangani kasus Raffi untuk perkara pencemaran nama baik PT Verena.
Kasus Raffi sendiri memang seolah menjadi rebutan pengacara. Beberapa kali juga ada
beberapa pengacara yang datang silih berganti seakan menawarkan bantuan hukum sebut saja
Farhat Abbas dan Meidy Juniarto.

Kemudian Raffi Ahmad menggunakan beberapa pengacara, namun keluarga


tampaknya tak puas dengan kinerja pengacara-pengacara yang sebelumnya mendampingi
Raffi Ahmad. Hingga Raffi pun resmi menggunakan jasa pengacara kondang Hotma
Sitompul.

Menurut Hotma, keluarga presenter 'Dahsyat itu telah meminta dirinya untuk
menangani kasus narkoba Raffi. Hotma pun sudah mempunyai surat kuasa yang resmi
ditandatangani sendiri oleh Raffi. "Surat kuasa dari lisan maupun tertulis sudah, dari
beberapa hari yang lalu saya datang ke sini, karena saya orang yang beretika kalau masih ada
pengacaranya tentu administrasi harus diselesaikan," ungkap Hotma di BNN, Cawang,
Jaktim, Rabu (13/2/2013). "Saya ditunjuk untuk menggantikan pengacara sebelumnya,"
tambahnya.

Hotma mengungkapkan, langkah awal yang akan dilakukan dalam menangani kasus
tersebut adalah mengajukan penangguhan penahanan. Raffi tentu saja memang ingin segera
bebas dari kasus yang membelitnya itu. "Kami akan mengajukan penangguhan penahanan.
Selama ini kita lanjutkan saja proses yang sudah ada sampai tahap berikutnya, tahap
pelimpahan ke kejaksaan." terang Hotma.
Sementara Amy Qanita, ibunda Raffi yang ditemui di tempat yang sama mengakui
telah mengganti pengacara lagi. Namun ia tak bersedia mengungkapkan alasan mengganti
kuasa hukum untuk sang putra. "Nggak bisa dibicarakan di sini," tepisnya.

Pengacara Hotma Sitompul datang ke Badan Narkotika Nasional (BNN), Cawang,


Jakarta Timur, atas permintaan Raffi Ahmad. Ia akan memberikan bantuan hukum untuk
kasus narkoba yang dihadapi Raffi. "Saya tegaskan saya datang ke sini (BNN) atas
permintaan Raffi Ahmad dan ibunya langsung," kata Hotma ketika ditemui di BNN, Cawang,
Jakarta Timur, Selasa, 5 Februari 2013. Ia menyatakan tidak menawarkan diri untuk
membantu Raffi. Hotma mengatakan akan melihat perkembangan kasus ini terlebih dahulu.
Saat ini Raffi diketahui telah memiliki kuasa hukum, yaitu Rahmat Harahap. "Untuk kerja
sama dengan pengacaranya Raffi, silakan tanya ke yang bersangkutan," kata Hotma. Ia
menjelaskan mungkin nanti ada penyelesaian atau kerja sama di antara keduanya.

Hotma belum mengetahui, apakah ia akan bekerjasama dengan Rahmat Harahap, atau
menangani sendiri kasus Raffi. Namun menurut Hotma, mengenai hal itu, menjadi urusan
Raffi dengan Rahmat. "Karena saat ini Raffi ada pengacaranya. Sesuai etika advokat, harus
ada penyelesaian secara administrasi. Saya belum tahu, apakah nanti diselesaikan atau ada
kerjasama. Tapi kami masih menunggu itu diselesaikan secepatnya," jelas Hotma.

Akhirnya Hotma Sitompoel Hotapea bekerjasama dengan pengacara lainnya yaitu


Gloria, dalam penyelesaian kasus Raffi Ahmad. Upaya bantuan hukum terhadap RA telah
dilakukan oleh tim advokat.

2.4. Pembebasan Raffi Ahmad dari Badan Narkotika Nasional (BNN)

Raffi Ahmad didampingi penyanyi Camelia Malik saat keluar dari Kantor BNN,
Cawang, Jakarta, Sabtu, (27/4) malam. Raffi Ahmad resmi di bebaskan untuk menjalani
rehabilitasi rawat jalan. Raffi Ahmad bernafas lega, ia sudah bisa menghirup udara bebas,
setelah Badan Narkotika Nasional (BNN) memutuskan host ‘Dahsyat’ itu menjadi tahanan
kota. sambil menunggu proses hukum selanjutnya. Kasus Raffi belum P21 karena pihak
kejaksaan menilai berkas Raffi belum lengkap.

Namun ada aroma tak sedap yang berhembus di balik pembebasan Raffi dari Pusat
Rehabilitasi BNN di Lido Sukabumi ini. Kabarnya, diduga ada deal tertentu antara BNN dan
ibunda Raffi, Amy Qanita. Deal itu adalah BNN bersedia melepas Raffi Ahmad, jika Amy
Qanita mencabut kuasa terhadap Hotma Sitompul sebagai pengacara anaknya. Lantas saja
Hotma Sitompul yang mendengar kabar tak sedap itu mencak-mencak. Ia mengaku terang-
terangan merasa terhina. "Dua hari lalu ibunda Raffi dipaksa BNN untuk melepas kuasanya
kepada kita. Katanya itu syarat dari BNN kalau Raffi mau bebas," kata Hotma Sitompul,
seperti dikutip Okezone, Sabtu (27/4).

Hotma pun merasa profesinya sebagai pengacara dilecehkan BNN. Karena itu, dia
berniat melaporkan BNN ke Kompolnas, Komnas HAM hingga Presiden. Pasalnya, Hotma
merasa BNN melakukan pelanggaran berat. "Ini pelanggaran berat. Kami akan segera ke
Kompolnas, Komnas HAM dan Presiden. Ini penghinaan yang dilakukan lembaga tinggi
negara terhadap profesi advokat," tegasnya. Dugaan itu semakin menguat karena saat Raffi
malam itu dibebaskan, Hotma sebagai pengacara malah mengaku tidak tahu. "Tidak ada sama
sekali informasi dari BNN. Seharusnya sebagai pengacara kita dikasih tahu sama BNN. Tapi
ini sama sekali tidak," kata Hotma. Hotma pun tidak mendampingi Raffi, karena tidak
mendapat informasi langsung dari BNN. Namun, Hotma menegaskan tetap memantau dari
jauh apa yang dilakukan BNN terhadap kliennya. "Kita tidak mendampingi. Kalau memang
benar Raffi bebas, harusnya kita dikasih tahu. Saya tunggu Raffi datang. Kita akan jumpa
pers di kantor saya besok," terangnya.

Hingga kini belum ada konfirmasi apakah benar pembebasan presenter kelahiran 17
Februari 1987 itu karena ada ‘deal’ antara BNN dan Amy Qanita. Yang pasti, fokus Amy saat
ini adalah akan menjalin kerjasama dengan dokter BNN untuk mengawasi kondisi Raffi.
“Alhamdulilah, Lido memberikan banyak manfaat. Kami juga mau mengucapkan permintaan
maaf kepada masyarakat dan media. Semoga Raffi bisa syuting kembali,” kata Amy dalam
konferensi pers bersama penyidik BNN di Gedung Badan Narkotika Nasional, Jakarta, Sabtu
(27/4) malam.

Tetapi menurut ibunda Raffi, Amy Qarnita, salah satu alasan Raffi diperbolehkan
pulang karena ia tulang punggung keluarga. "Sekitar tiga minggu lalu saya kirim surat, Raffi
tulang punggung keluarga. Selama ini, tiga bulan ini otomatis masalah finansial terhambat.
Jadi saya kirim surat kepada kepala BNN untuk sampai akhirnya seperti ini (ditangguhkan
penahanan)," ucap Amy, usai menjemput Raffi di Gedung BNN. Amy mengatakan, saat ini
Raffi masih menenangkan diri. Sebelum putranya itu kembali beraktivitas di dunia hiburan,
Amy akan lebih dulu berbincang dengan Raffi. “Semua masih harus dibicarakan,” kata dia.
Tim dokter BNN, Kusman, menyatakan untuk meningkatkan pengawasan kepada
Raffi, pihaknya juga telah membuat tim medis khusus yang nantinya bertanggung jawab atas
kondisi Raffi. “Tim medis ini terdiri dari tim dokter BNN dan keluarga,” kata dia.

Menurut Kuasa Hukum Badan Narkotika Nasional (BNN), Partahi Sihombing, selama
menjalani rawat jalan, status tahanan Raffi Ahmad saat ini sebagai tahanan kota dan wajib
melakukan konsultasi dengan tim medis BNN selama dua kali seminggu sembari menunggu
kelengkapan berkas perkara BNN kepada kejaksaan.

Raffi Ahmad kini telah dibebaskan oleh Badan Narkotika Nasional (BNN) dari panti
rehabilitasi di Lido, Sukabumi, Minggu (29/4/2013). Seiring dengan itu, Raffi 'putus
hubungan' dengan tim pengacaranya yang dipimpin oleh Hotma Sitompoel. Permasalahan ini
yang kemudian berbuntut panjang. Hotma Cs sepertinya tak terima begitu saja. Pihaknya
menuding, BNN telah menekan Raffi untuk berhenti menggunakan jasa tim Hotma. "Sangat
disayangkan BNN tidak menjaga wibawa lembaganya dengan menempuh tindakan yang
melanggar hukum, memaksa Raffi melepas kuasa dari kantor kami. Secara hukum, tindakan
BNN tersebut sangat tidak etis dan menghina profesi advokat," ujar anggota tim pengacara
Raffi, Gloria Tamba, Minggu (28/4/2013) malam.

Menurut Gloria, memutus hubungan dengan tim Hotma tersebut merupakan syarat
dari BNN bagi pembebasan Raffi. Namun, pihak BNN membantah semua tudingan dari kubu
Hotma tersebut. Terlepas siapa yang benar dalam hal ini, bagaimana pun menjadi ironis,
ketika Raffi kini bisa menikmati kebebasannya, justru pihak-pihak yang berkepentingan
'berantem' sendiri.

Pada Minggu (28/4/2013) malam, salah satu tim Hotma, Gloria Tamba
mengungkapkan bahwa pihak BNN telah memaksa Raffi untuk melepas kuasa hukumnya
dari timnya. Hal itu, tuding Gloria, merupakan syarat agar Raffi ditangguhkan penahanannya.
Sabtu (27/4/2013) sebelum Raffi dikeluarkan dari Lido. BNN sudah siapkan surat agar Raffi
lepas kuasa dari kami," ujar Gloria. Saat dikonfirmasi soal pernyataan Gloria itu, pihak BNN
langsung membantahnya. Kuasa hukum BNN, Dwi Heri Sulistiawan menegaskan, Raffi
mendapat penangguhan penahanan atas dasar pertimbangan hukum. "Tidak benar itu. Artinya
begini apa yang dilakukan BNN itu adalah pertimbangan hukum. Pertimbangan hukum yang
semua diatur dalam pasal 31 KUHAP dan pasal 21 KUHAP," ujarnya kepada detikHot saat
dihubungi lewat telepon, Senin (29/4/2013).
Sejak ditangguhkan penahanannya, Minggu (28/4/2013), Raffi memutuskan tak lagi
didampingi Hotma Sitompoel cs dalam menjalani kasus hukumnya. Tim pengacara menduga,
keputusan Raffi untuk tak lagi memakai jasa mereka adalah syarat penangguhan penahanan
itu. Salah satu anggota tim pengacara Raffi, Gloria Tamba pun mengungkapkan rasa
kecewanya terhadap BNN. "Hak menunjuk pengacara adalah hak asasi, nggak bisa dibatasi
apalagi dikekang. Tapi kalau itu yang terbaik untuk Raffi, kami mau bilang apa?" ujar Gloria
Tamba saat dihubungi via telepon. Gloria juga menuding BNN plin plan dalam menangani
kasus Raffi. "BNN tidak konsisten alias bohong," ujarnya. "Dulu BNN bilang proses rehab
Raffi panjang dan tidak selesai karena Raffi tidak kooperatif. Sekarang BNN bilang proses
rehab Raffi udah selesai dan Raffi dinyatakan sehat," lanjut Gloria.

Padahal, menurut Gloria, sejak awal Raffi memang sehat, dan sampai sekarang sehat.
"Bukan karena direhab, tapi karena Raffi memang sehat," tandasnya. Raffi yang kini memilih
'jalan sendiri' menghadapi kasusnya tanpa didampingi kuasa hukum, dinilai mantan
pengacaranya Hotma Sitompoel cs karena ada tekanan. "Dia terpaksa dan tertekan secara
psikologis. Daripada Raffi tetap ditahan di tempat rehab," ujar anggota tim pengacara Raffi,
Gloria Tamba saat dihubungi, Senin (29/4/2013).

Menurutnya kasus Raffi pun tak harus dilanjutkan secara hukum. Mewakili tim
pengacaranya yang lain, Gloria mengungkapkan bahwa sejak awal BNN tak memiliki dasar
apapun untuk menjebloskan Raffi ke tahanan. "Kenapa harus lanjut ke persidangan? Toh dari
awal tidak ada dasar hukumnya. Kami yakin jaksa nggak bakal terima (berkas perkara),"
papar Gloria.

Kuasa hukum Badan Narkotika Nasional (BNN), Partahi Sihombing, membantah


dugaan kalau Hotma Sitompul menjadi korban dalam proses pembebasan Raffi Ahmad.
Seperti diberitakan sebelumnya, Raffi dibebaskan dengan syarat Hotma tak lagi menjadi
pengacara Raffi. Pernyataan tersebut disampaikan langsung asisten Hotma, Gloria Tamba.
Gloria menyebut kalau Raffi bebas setelah menuruti permintaan BNN agar tak lagi memakai
jasa Hotma.

Namun pernyataan tersebut dibantah oleh Partahi. "Wah, nggak benarlah.


Penangguhan penahan dan pengalihan dari tahanan menjadi tahanan kota itu karena hasil
evaluasi dokter BNN yang bilang kalau kondisi fisik dan psikis Raffi sudah membaik," tutur
Partahi saat dimintai konfirmasi via telepon, Senin (29/4) siang. Selain hasil evaluasi,
menurut Partahui, BNN juga membebaskan Raffi karena surat permohonan yang diajukan
sang ibu, Amy Qanita. "Tapi yang paling penting Raffi bebas ya karena hasil pemeriksaan
dokter BNN itu," sambung Partahi.

Partahi meminta kubu Hotma tak lagi meniupkan isu yang membuat masyarakat
bingung. "Silahkan dibuktikan, ini kan bicara hukum. Kalau kuasanya Hotma sudah dicabut,
ya sudahlah, tidak usah ngomong macam-macam lagi. Tolong bilang sama Hotma, tak usah
berargumen yang macam-macam. Di praperadilan dia kalah, ke DPR enggak didengerin, ke
Komnas Ham dicuekin, nanti juga di MKDKI dia bakal kalah. Jadi sudahlah enggak usah
ngomong lagi," tandas Partahi. Sementara itu, Kepala Humas BNN Sumirat Dwiyanto
menjawab diplomatis tentang dugaan interversi BNN terhadap kuasa hukum Raffi. "Hak
memutuskan untuk mengangkat dan memberhentikan siapa pengacara seseorang bukan di
BNN tapi di keluarga dan tersangka," tulis Sumirat dalam pesan singkat yang dikirimkan
kepada wartawan.2[6]

Kini Raffi Ahmad sudah resmi bebas dari rehabilitasi di Badan Narkotika Nasional
(BNN) 27 April 2013, namun kabar tersebut tidak secara langsung diterima oleh Hotma
Sitompoel, mendengar kabar tersebut Hotma sangat senang atas kebebasan kliennya, namun
disisi lain Hotma kecewa dengan kinerja BNN yang tidak memberitahunya terlebih dahulu
atas kebebasan kliennya tersebut. Menurut Hotma tindakan BNN telah melanggar aturan.

2.5. Analisis Yuridis Tentang Kasus Narkotika Raffi Ahmad dalam Perspektif Hukum
Pidana Indonesia

Berdasarkan asas legalitas yang berlaku dalam teori dan praktik hukum pidana,
menyatakan bahwa tiada suatu perbuatan yang dapat dipidana sebelum ada peraturan
perundang-undangan yang mengaturnya. Seperti dalam kasus yang sempat menarik perhatian
masyarakat Indonesia pada tahun 2013 silam, ketika diketahui bahwa seorang presenter
terkenal Raffi Ahmad menjadi tersangka kasus tindak pidana narkotika, dengan dugaan
menyalahgunakan zat methylone, dimana zat tersebut belum diatur keberadaannya dalam UU
No. 35 Tahun 2009 yaitu Tentang Narkotika.
Tidak adanya aturan mengenai zat methylone, menjadi pemicu munculnya kesulitan
dalam proses pemeriksaan. Karena disatu sisi para oknum telah menemukan narkotika jenis
baru yang telah menjadi alat bukti tersangka Raffi Ahmad, namun di sisi lain adanya asas
legalitas yang mengikat hak para penegak hukum khususnya BNN untuk menjerat tersangka.
Meskipun demikian kasus ini juga menjadi tambahan jenis narkotika yang dapat dimuat
ketentuannya dalam undang-undang dan juga bisa ditangkap dan diteruskan ke pengadilan
nantinya.

Berdasarkan sumber dokumen dan kumpulan dari beberapa berita dan juga artikel
yang telah dirangkum dan dianalisis dengan menggunakan penafsiran-penafsiran hukum dan
pendekatan yuridis, disimpulkan bahwa berdasarkan penelitian yang telah dilakukan terhadap
jenis narkotika methylone didapati hasil yang menetapkan Raffi Ahmad sebagai tersangka
terkait penggunaannya terhadap Narkotika jenis methylone oleh Badan Narkotika Nasional
(BNN) tidak melanggar asas legalitas. Hal ini diketahui bahwa methylone merupakan
derivate (turunan) dari salah satu jenis narkotika Golongan I yang dilarang penggunaannya
menurut UU No 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika yakni zat cathinone.

Meskipun nama methylone tidak tercantum dalam aturan Undang-Undang Narkotika,


dengan penafsiran secara ekstensif, methylone tergolong dalam narkotika Golongan I, karena
itu setiap penyalahgunaannya dapat dikenai sanksi yang sudah berlaku dalam undang-
undang. Mengenai hal ini, kasus Raffi Ahmad atas penyalahgunaan narkotika Golongan I
dapat dikenakan Pasal 127 ayat (1) huruf a yang mengatur bahwa “setiap penyalah guna
narkotika golongan I bagi diri sendiri dapat pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun.”
DAFTAR PUSTAKA

http://jurnalmahasiswa.unesa.ac.id/index.php/novum/article/view/7706

S-ar putea să vă placă și