Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
Di Susun Oleh:
DWI AGUSTIN S. Kep
NIM: 2017 131 006
JENNY MARSELINA MELAN, S.Kep
NIM : 2017 131 009
KAIRUL ANAM, S.Kep
NIM : 2017 131 010
1
LEMBAR PENGESAHAN
TUGAS KELOMPOK STASE KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
DI RUANG MAWAR II RSUD KARANGANYAR
TAHUN 2018
Disusun Oleh:
1. DWI AGUSTIN S.Kep NIM: 2017 131 006
2. JENNY MARSELINA MELAN,S.Kep NIM. 2017 131 009
3. KAIRUL ANAM S.Kep NIM: 2017 131 010
Mengetahui :
( ) ( )
2
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Insiden penyakit gagal jantung semakin meningkat sesuai dengan meningkatnya usia
harapan hidup, salah satunya gagal jantung kronis sebagai penyakit utama kematian di
negara industri dan negara-negara berkembang. Penyakit gagal jantung meningkat sesuai
dengan usia, berkisar kurang dari l % pada usia kurang dari 50 tahun hingga 5% pada usia
50-70 Tahun dan 10% pada usia 70 tahun ke atas. Penyakit gagal jantung sangatlah buruk
jika penyebab yang mendasarinya tidak segera ditangani, hampir 50% penderita gagal
jantung meninggal dalam kurun waktu 4 Tahun. 50% penderita stadium akhir meninggal
dalam kurun waktu 1 Tahun, di Indonesia prevalensi gagal jantung secara nasional belum
ada sebagai gambaran di Rumah Sakit Cipto Mangun Kusumo Jakarta, pada tahun 2006
diruang rawat jalan dan inap didapat 3,23% kasus gagal jantung dari total 11,711 pasien,
sedangkan di Amerika pada tahun 1999 terdapat kenaikan kasus gagal jantung dari 577.000
kardiovaskuler, dan kondisi seperti ini juga menurunkan kualitas hidup, karena itu
peburukan akut pada gagal jantung kronik harus di cegah secara dini, pada lansia
diperkirakan 10% pasien di atas 75 Tahun menderita gagal jantung, angka kematian pada
gagal jantung kronik mencapai 50% dalam 5 tahun setelah pertama kali penyakit itu
Jantung merupakan organ berotot yang memompa darah lewat apembuluh darah oleh
kontraksi berirama yang berulang. Jantung salah satu organ terpenting dalam tubuh yang
apabila mengalami masalah dapat berakibat kepada kematian. Adapun salah satu jenis
penyakit jantung adalah gagal jantung kongestif atau Kongestif Heart Failure (CHF). CHF
adalah penurunan fungsi jantung yang menyebabkan berkurangnya suplai oksigen ke organ-
organ dan jaringan keseluruh tubuh (Black & Hawks, 2005). Menurut Smeltzer dan Bare
(2001), CHF adalah ketidakmampuan jantung untuk memompa darah yang adekuat untuk
CHF merupakan masalah kesehatan yang utama. Prevalensi gagal jantung di negara
berkembang cukup tinggi dan makin meningkat. Menurut World Health Organization
(WHO, 2004), jumlah penderita CHF di seluruh dunia pada tahun 2004 adalah 5,7 juta kasus
3
(Anurogo, 2009). Di Amerika Serikat, CHF merupakan penyakit jantung klinis yang paling
pesat pertumbuhannya dan mempengaruhi 2% dari populasi. Pada tahun 2006 di Amerika
Serikat, 1,1 juta pasien dirawat di Rumah sakit karena gagal jantung dekompensasi, hampir
dua kali lipat jumlah dilihat dari 15 tahun sebelumnya. Selain itu ada 3,4 juta kunjungan
jalan rawat untuk CHF. Pada CHF yang didiagnosis terdapat sebanyak 550.000 kasus baru
dan 300.000 kematian disebabkan oleh gagal jantung setiap tahun (Dumitru, 2011). Pada
tahun 2010 terdapat lebih dari 5 juta orang Amerika dan 22 juta orang di seluruh dunia telah
Berdasarkan data WHO (2004), Asia Tengggara merupakan wilayah yang memiliki
jumlah penderita CHF tertinggi yaitu 1,4 juta kasus. Menurut Rumah Sakit Jantung dan
Pembuluh Darah (RSJDP) Harapan Kita (2010), terjadi peningkatan kunjungan pasien
mencapai 10 hingga 15% (Dewi, 2010). Data di RSUD Arifin Achmad menunjukkan bahwa
jumlah penderita CHF yang dirawat, pada tahun 2009 yaitu sebanyak 166 kasus. Pada tahun
2010 penyakit CHF menempati urutan yang pertama terdapat 316 kasus (Medical Record
RSUD Arifin Achmad, 2011). Berdasarkan data di poli rawat jalan penyakit jantung tahun
2010, penyakit CHF menempati urutan kedua dengan jumlah pasien sebanyak 181 kasus
setelah penyakit chronic iscemik heart yaitu 377 kasus (Medical Record RSUD Arifin
Achmad, 2011).
Peningkatan jumlah kasus gagal jantung di Indonesia dapat dipengaruhi oleh berbagai
faktor. Faktor perubahan gaya hidup seperti kebiasaan mengkonsumsi makanan manis,
minuman berkafein, kurangnya konsumsi buah dan sayur dan kurangnya melakukan
aktivitas dapat berpengaruh terjadinya CHF (Delima, 2009). Manifestasi klinik yang dapat
timbul pada pasien dengan CHF yaitu dispnea , batuk, mudah lelah, denyut jantung cepat
And Levels Of N-Terminal Pro-B-Type Natriuretic Peptide” dikatakan bahwa sampai saat
ini peran perawat dalam managemen pasien gagal jantung hanya terfokus pada terapi,
intervensi pendidikan dan perawatan diri pasien, sedangkandiagnosis dan pengkajian klinis
pada pasien gagal jantung oleh perawat belum tereksplorasi dengan baik seperti halnya yang
di lakukan oleh kardiologis. Pengkajian dan diagnosis ini menjadi sngat penting bagi
4
perawat sendiri karena diagnosis dan pemeriksaan fisik prognosis dari pada penyakit gagal
B. TUJUAN PENULISAN
2. Tujuan Khusus Adapun tujuan khusus tentang pemberian asuhan keperawatan pada
e. Menggambarkan evaluasi tindakan dan evaluasi hasil pada Ny.P dengan CHF.
5
BAB II
TINJAUAN TEORI
1. Pengertian
Congestive Heart Failure (CHF) adalah suatu kondisi dimana jantung mengalami
kegagalan dalam memompa darah guna mencukupi kebutuhan sel-sel tubuh akan nutrien
dan oksigen secara adekuat. Hal ini mengakibatkan peregangan ruang jantung (dilatasi) guna
menampung darah lebih banyak untuk dipompakan ke seluruh tubuh atau mengakibatkan
otot jantung kaku dan menebal. Jantung hanya mampu memompa darah untuk waktu yang
singkat dan dinding otot jantung yang melemah tidak mampu memompa dengan kuat.
Sebagai akibatnya, ginjal sering merespons dengan menahan air dan garam. Hal ini akan
mengakibatkan bendungan cairan dalam beberapa organ tubuh seperti tangan, kaki, paru,
atau organ lainnya sehingga tubuh klien menjadi bengkak (congestive) (Udjianti, 2010).
Gagal Jantung adalah suatu keadaan patofisiologis berupa kelainan jantung sehingga
jantung tidak mampu memompa darah untuk memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan
dan/atau kemampuannya hanya ada kalau disertai peninggian volume diastolic secara
untuk memenuhi kebutuhan jaringan dan menyebabkan terjadinya kongestif pulmonal dan
Gagal jantung mengacu pada kumpulan tanda dan geajala yang diakibatkan oleh
Gagal jantung sering juga disebut gagal jantung kongestif adalah ketidakmampuan
jantung untuk memompa darah yang adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolisme
Gagal jantung kongestif (CHF) adalah suatu keadaan patofisiologis berupa kelainan
fungsi jantung sehingga jantung tidak mampu memompa darah untuk memenuhi kebutuhan
metabolisme jaringan dan/ kemampuannya hanya ada kalau disertai peninggian volume
6
Gagal jantung adalah sindrom klinik dengan abnormalitas dari struktur atau fungsi
jaringan dalam memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh (Darmojo, 2004 cit Ardini 2007).
Ada beberapa definsi gagal jantung, namun tidak ada satupun yang benar-benar
memuaskan semua pakar atau klinisi yang menangani masalah gagal jantung. Gagal jantung
adalah suatu keadaan ketika jantung tidak mampu mempertahankan sirkulasi yang cukup
bagi kebtuhan tubuh, meskipun tekanan pengisian vena normal. Namun, definisi-definisi
lain menyatakan bahwa gagal jantung bukanlah suatu penyakit yang tebatas pada satu
system organ, melainkan suatu sindrom klinis akibat kelainan jantung yang di tandai dengan
respon hemodinamik, renal, neural dan hormonal, serta suatu keadaan patologis dimana
kelainan fungsi jantung menyebabkan kegagalan jantung memompa darah untuk memenuhi
kebutuhan jaringan, atau hanya data memenuhinya dengan meningkatkan tekanan pengisian.
2. Anatomi
berbagai substansi dari, dan ke sel-sel tubuh. Sistem ini terdiri dari organ penggerak yang
disebut jantung, dan sistem saluran yang terdiri dari arteri yang mergalirkan darah dari
Jantung manusia merupakan jantung berongga yang memiliki 2 atrium dan 2 ventrikel.
Jantung merupakan organ berotot yang mampu mendorong darah ke berbagai bagian tubuh.
Jantung manusia berbentuk seperti kerucut dan berukuran sebesar kepalan tangan, terletak di
rongga dada sebalah kiri. Jantung dibungkus oleh suatu selaput yang disebut perikardium.
Jantung bertanggung jawab untuk mempertahankan aliran darah dengan bantuan sejumlah
secara periodik.
Otot jantung berkontraksi terus menerus tanpa mengalami kelelahan. Kontraksi jantung
manusia merupakan kontraksi miogenik, yaitu kontaksi yang diawali kekuatan rangsang dari
Terdapat beberapa bagian jantung (secara anatomis) akan kita bahas dalam makalah ini,
diantaranya yaitu :
7
Jantung merupakan organ utama dalam sistem kardiovaskuler. Jantung dibentuk oleh
organ-organ muscular, apex dan basis cordis, atrium kanan dan kiri serta ventrikel kanan
dan kiri. Ukuran jantung panjangnya kira-kira 12 cm, lebar 8-9 cm seta tebal kira-kira 6
cm. Berat jantung sekitar 7-15 ons atau 200 sampai 425 gram dan sedikit lebih besar dari
kepalan tangan.
Ada 4 ruangan dalam jantung dimana dua dari ruang itu disebut atrium dan sisanya
adalah ventrikel. Pada orang awam, atrium dikenal dengan serambi dan ventrikel dikenal
dengan bilik.
Kedua atrium merupakan ruang dengan dinding otot yang tipis karena rendahnya tekanan
yang ditimbulkan oleh atrium. Sebaliknya ventrikel mempunyai dinding otot yang tebal
terutama ventrikel kiri yang mempunyai lapisan tiga kali lebih tebal dari ventrikel kanan.
Kedua atrium dipisahkan oleh sekat antar atrium (septum interatriorum), sementara kedua
ventrikel dipisahkan oleh sekat antar ventrikel (septum inter-ventrikulorum). Atrium dan
ventrikel pada masing-masing sisi jantung berhubungan satu sama lain melalui suatu
penghubung yang disebut orifisium atrioventrikuler. Orifisium ini dapat terbuka atau
tertutup oleh suatu katup atrioventrikuler (katup AV). Katup AV sebelah kiri disebut
katup bikuspid (katup mitral) sedangkan katup AV sebelah kanan disebut katup trikuspid.
b. Katup-Katup Jantung
Diantara atrium kanan dan ventrikel kanan ada katup yang memisahkan keduanya yaitu
katup trikuspid, sedangkan pada atrium kiri dan ventrikel kiri juga mempunyai katup
yang disebut dengan katup mitral/ bikuspid. Kedua katup ini berfungsi sebagai pembatas
yang dapat terbuka dan tertutup pada saat darah masuk dari atrium ke ventrikel.
8
1) Katup Trikuspid
Katup trikuspid berada diantara atrium kanan dan ventrikel kanan. Bila katup ini
terbuka, maka darah akan mengalir dari atrium kanan menuju ventrikel kanan. Katup
trikuspid berfungsi mencegah kembalinya aliran darah menuju atrium kanan dengan
cara menutup pada saat kontraksi ventrikel. Sesuai dengan namanya, katup trikuspid
2) Katup pulmonal
Setelah katup trikuspid tertutup, darah akan mengalir dari dalam ventrikel kanan
pulmonalis kanan dan kiri yang akan berhubungan dengan jaringan paru kanan dan
kiri. Pada pangkal trunkus pulmonalis terdapat katup pulmonalis yang terdiri dari 3
daun katup yang terbuka bila ventrikel kanan berkontraksi dan menutup bila
3) Katup bikuspid
9
Katup bikuspid atau katup mitral mengatur aliran darah dari atrium kiri menuju
ventrikel kiri.. Seperti katup trikuspid, katup bikuspid menutup pada saat kontraksi
4) Katup Aorta
Katup aorta terdiri dari 3 daun katup yang terdapat pada pangkal aorta. Katup ini akan
membuka pada saat ventrikel kiri berkontraksi sehingga darah akan mengalir keseluruh
tubuh. Sebaliknya katup akan menutup pada saat ventrikel kiri relaksasi, sehingga
Jantung adalah salah satu organ tubuh yang vital. Jantung kiri berfungsi
memompa darah bersih (kaya oksigen/zat asam) ke seluruh tubuh, sedangkan jantung
kanan menampung darah kotor (rendah oksigen, kaya karbon dioksida/zat asam arang),
segenggam tangan kiri pemiliknya. Jantung berdenyut 60-80 kali per menit, denyutan
bertambah cepat pada saat aktifitas atau emosi, agar kebutuhan tubuh akan energi dapat
terpenuhi. Andaikan denyutan jantung 70 kali per menit, maka dalam 1 jam jantung
berdenyut 4200 kali atau 100.800 kali sehari semalam. Tiap kali berdenyut dipompakan
darah sekitar 70 cc, jadi dalam 24 jam jantung memompakan darah sebanyak kira-kira
1. Jantung harus menyediakan darah yang cukup mengandung oksigen dan nutrisi untuk
organ-organ dari tubuh, darah ini harus mempunyai tekanan yang cocok untuk perfusi
dan pemberian makanan. Pada saat yang sama jantung juga harus memompakan darah
yang mengandung bahan-bahan sisa ke organ-organ ekskresi misalnya hati dan ginjal dan
memompakan darah yang suhunya berlebihan ke sistem pendingin dari tubuh, yaitu
pembuluh darah di kulit. Semua hal ini dapat dilakukan oleh jantung sebelah kiri.
10
2. Fungsi lain dari jantung ialah mengisi darah dengan oksigen yang segar dari udara dan
pada saat yang bersamaan mengekskresi salah satu hasil akhir metabolisme yaitu
karbondioksida. Pertukaran kedua gas ini dengan udara dari alveoli paru berlangsung
melaui membran alveolus yang sangat tipis. Jika tekanan sama tingginya dengan tekanan
di bilik kiri atau aorta, cairan darah segera akan mengisi alveoli dengan cara filtrasi dan
Gagal jantung sangat sering ditemukan. Penyakit ini termasuk salah satu dari
tetapi di negara tropis penyakit ini juga merupakan penyebab sangat penting dari
dengan sempurna mengakibatkan isi sekuncup ( stroke volume) dan curah jantung
volum dan tekanan pada akhir diastolic dalam ventrikel meninggi. Prinsip Frank Starling
; curah jantung mula-mula akan meningkat sesuai dengan besarnya regangan otot
jantung, tetapi bila beban terus bertambah sampai melampaui batas tertentu, maka curah
jantung di mana jantung sudah bekerja maksimal, maka akan terjadi keadaan gagal
jantung walaupun curah jantung sudah cukup tinggi tetapi tidak mampu untuk memenuhi
11
e. Gangguan pengisian (hambatan input). Hambatan pada pengisian ventrikel karena
gangguan aliran masuk ke dalam ventrikel atau pada aliran balik vena/venous return akan
menyebabkan pengeluaran atau output ventrikel berkurang dan curah jantung menurun.
Penyebab gagal jantung dapat berupa faktor dari dalam jantung itu sendiri maupun dari
luar. Faktor dari dalam lebih sering karena terjadinya kerusakan-kerusakan yang sudah dibawa,
sedangkan faktor dari luar cukup banyak, antara lain: penyakit jantung koroner, hipertensi, dan
diabetes mellitus.
Gagal jantung sering terjadi pada penderita kelainan otot jantung, disebabkan
otot mencakup ateriosklerosis koroner, hiprtensi arterial, dan penyakit degeneratif atau
inflamasi.
2. Aterosklerosis koroner
Meningkatkan beban kerja jantung dan pada gilirannya mngakibatkan hipertrofi serabut
otot jantung.
berhubungan dengan gagal jantung karena kondisi ini secara langsung merusak serabut
Gagal jantung dapat terjadi sebagai akibat penyakit jantung yang sebenarnya, yang
gangguan aliran darah yang masuk jantung (stenosis katup semiluner), ketidak mampuan
12
jantung untuk mengisi darah (tamponade, perikardium, perikarditif konstriktif, atau
6. Faktor sistemik
Terdapat sejumlah besar faktor yang berperan dalam perkembangan dan beratnya gagal
sistemik. Hipoksia dan anemia juga dapat menurunkan suplai oksigen ke jantung.
kontraktilitas jantung.
Grade gagal jantung menurut New york Heart Associaion ( NYHA ) Terbagi
Menurut Wajan Juni Udjianti (2010) etiologi gagal jantung kongestif (CHF) dikelompokkan
1. Faktor eksterna ( dari luar jantung ) ; hipertensi renal, hipertiroid, dan anemia kronis/
berat.
a. Disfungsi katup : Ventricular Septum Defect (VSD), Atria Septum Defect (ASD),
Di samping itu penyebab gagal jantung berbeda-beda menurut kelompok umur, yakni
1. Periode Neonatus
13
Disfungsi miokardium relatif jarang terjadi pada masa neonatus, dan bila ada
biasanya berhubungan dengan asfiksia lahir, kelainan elektrolit atau gangguan metabolik
lainnya. Lesi jantung kiri seperti sindrom hipoplasia jantung kiri, koarktasio aorta, atau
stenosis aorta berat adalah penyebab penting gagal jantung pada 1 atau 2 minggu
pertama.
2. Periode Bayi
Antara usia 1 bulan sampai 1 tahun penyebab tersering ialah kelainan struktural
termasuk defek septum ventrikel, duktus arteriosus persisten atau defek septum
atrioventrikularis. Gagal jantung pada lesi yang lebih kompleks seperti transposisi,
ventrikel kanan dengan jalan keluar ganda, atresia tricuspid atau trunkus arteriosus
3. Periode Anak
Gagal jantung pada penyakit jantung bawaan jarang dimulai setelah usia 1 tahun.
Di negara maju, karena sebagian besar pasien dengan penyakit jantung bawaan yang
berat sudah dioperasi, maka praktis gagal jantung bukan menjadi masalah pada pasien
Siklus Jantung
ventricular).
Diastole
14
Fase relaksasi otot, ditandai dengan terjadinya dilatasi. Darah vena memasuk atrium, lalu, setelah
persen kapasitasnya.
Systole Atrial
ventriculuc.
Systole Ventricular
Systole ventricular adalah kontraksi dari ventriculus. Katup antrioventrikularis menutup untuk
mencegah darah mengalir balik ke atrium. Sedang katup seminularis terbuka agar darah dapat
Gagal Jantung
yang dapat menyebabkan korban kehilangan kesadaran dan berhenti bernapas dengan tiba-tiba.
Gagal jantung adalah gawat medis yang bila dibiarkan tak terawatt akan menyebabkan
4. Manifestasi klinis
Kongesti jaringan terjadi akibat tekanan arteri dan vena yang meningkat akibat turunnya
15
curah jantung pada kegagalan jantung. Peningkatan tekanan vena pulmonalis dapat
menyebabkan cairan mengalir dari kapiler paru ke alveoli, akibatnya terjadi edema paru yang
dimanifestasikan dengan batuk dan nafas pendek. Meningkatnya tekanan vena sistemik dapat
mengakibatkan edema prifer umum dan penambahan berat badan (Smeltzer & Bare, 2001).
Ventrikel kanan dan kiri dapat mengalami kegagalan secara terpisah. Gagal ventrikel kiri
paling sering mendahului gagal ventrikel kanan. Gagal ventikel kiri murni sinonim
dengan edema paru akut. Karena curah ventrikel berpasangan atau sinkron, maka
kegagalan salah satu ventrikel dapat mengakibatkan penurunan perfusi jringan. Tetapi
manifestasi kongesti dapat berbeda tergantung pada kegagalan ventrikel mana yang
terjadi.
Kongesti paru menonjol pada gagal ventrikel kiri, karena ventrikel kiri tidak mampu
memompa darah yang datang dari paru. Peningkatan tekanan dalam sirkulasi paru
menyebabkan cairan terdorong kejaringan paru. Manifestasi klinis yang terjadi meliputi
dispnu, batuk, mudah lelah, denyut jantung cepat (takikardi) dengan bunyi jantung S 3,
Bila ventrikel kanan gagal, yang menonjol adalah kongesti visera dan jaringan perifer.
Hal ini terjadi karena sisi kanan jantung tidak mampu mengosongkan volume darah
dengan adekuat sehingga tidak dapat mengakomodasi semua darah yang secara normal
dependen), yang biasanya merupakan pitting edema, pertambahan berat badan, hepatomegali
(pembesaran hepar), distensi vena leher, asites (penimbunan cairan didalam rongga
5. Patofisiologi
jantung yang menyebabkan curah jantung lebih rendah dari normal. Dapat dijelaskan dengan
16
persamaan CO = HR x SV di mana curah jantung (CO: Cardiac output) adalah fungsi
frekuensi jantung (HR: Heart Rate) x Volume Sekuncup (SV: Stroke Volume).
Frekuensi jantung adalah fungsi dari sistem saraf otonom. Bila curah jantung berkurang,
sistem saraf simpatis akan mempercepat frekuensi jantung untuk mempertahankan curah
jantung. Bila mekanisme kompensasi ini gagal untuk mempertahankan perfusi jaringan yang
memadai, maka volume sekuncup jantunglah yang harus menyesuaikan diri untuk
Volume sekuncup adalah jumlah darah yang dipompa pada setiap kontraksi, yang
tergantung pada 3 faktor, yaitu: (1) Preload (yaitu sinonim dengan Hukum Starling pada
jantung yang menyatakan bahwa jumlah darah yang mengisi jantung berbanding langsung
dengan tekanan yang ditimbulkan oleh panjangnya regangan serabut jantung); (2)
Kontraktilitas (mengacu pada perubahan kekuatan kontraksi yang terjadi pada tingkat sel dan
berhubungan dengan perubahan panjang serabut jantung dan kadar kalsium); (3) Afterload
(mengacu pada besarnya tekanan ventrikel yang harus dihasilkan untuk memompa darah
Jika terjadi gagal jantung, tubuh mengalami beberapa adaptasi yang terjadi baik pada
jantung dan secara sistemik. Jika volume sekuncup kedua ventrikel berkurang akibat
penekanan kontraktilitas atau afterload yang sangat meningkat, maka volume dan tekanan
pada akhir diastolik di dalam kedua ruang jantung akan meningkat. Hal ini akan
meningkatkan panjang serabut miokardium pada akhir diastolik dan menyebabkan waktu
sistolik menjadi singkat. Jika kondisi ini berlangsung lama, maka akan terjadi dilatasi
ventrikel. Cardiac output pada saat istirahat masih bisa berfungsi dengan baik tapi
peningkatan tekanan diastolik yang berlangsung lama (kronik) akan dijalarkan ke kedua
atrium, sirkulasi pulmoner dan sirkulasi sitemik. Akhirnya tekanan kapiler akan meningkat
yang akan menyebabkan transudasi cairan dan timbul edema paru atau edema sistemik.
Penurunan cardiac output, terutama jika berkaitan dengan penurunan tekanan arterial
atau penurunan perfusi ginjal, akan mengaktivasi beberapa sistem saraf dan humoral.
Peningkatan aktivitas sistem saraf simpatis akan memacu kontraksi miokardium, frekuensi
denyut jantung dan vena; yang akan meningkatkan volume darah sentral yang selanjutnya
cardiac output, adaptasi itu sendiri dapat mengganggu tubuh. Oleh karena itu, takikardi dan
17
peningkatan kontraktilitas miokardium dapat memacu terjadinya iskemia pada pasien dengan
penyakit arteri koroner sebelumnya dan peningkatan preload dapat memperburuk kongesti
pulmoner.
Aktivasi sitem saraf simpatis juga akan meningkatkan resistensi perifer. Adaptasi ini
dirancang untuk mempertahankan perfusi ke organ-organ vital, tetapi jika aktivasi ini sangat
meningkat malah akan menurunkan aliran ke ginjal dan jaringan. Salah satu efek penting
penurunan cardiac output adalah penurunan aliran darah ginjal dan penurunan kecepatan
filtrasi glomerolus, yang akan menimbulkan retensi sodium dan cairan. Sitem rennin-
perifer selanjutnya dan penigkatan afterload ventrikel kiri sebagaimana retensi sodium dan
cairan.
sirkulasi, yang juga bersifat vasokontriktor dan penghambat ekskresi cairan. Pada gagal
jantung terjadi peningkatan peptida natriuretik atrial akibat peningkatan tekanan atrium, yang
menunjukan bahwa disini terjadi resistensi terhadap efek natriuretik dan vasodilator.
PATHWAY ( TERLAMPIR )
6. Komplikasi
a. Trombosis vena dalam, karena pembentukan bekuan vena karena stasis darah.
7. Pemeriksaan penunjang
diagnostic dasar untuk gagal jantung semuanya bersifat non-invasif, yaitu ekokardiografi,
1. Ekokardiografi
manajemen gagal jantung. Sifatnya tidak invasive, dan segera dapat memberikan
18
Pemeriksaan ekokardiografi dapat digunakan untuk memperkirakan ukuran dan fungsi
ventrikel kiri.
2. Rontgen Dada
Foto sinar X dada posterior dan anterior dapat menunjukkan adanya hipertensi
vena, edema paru, atau kardiomegali. Bukti pertama adanya peningkatan tekanan vena
paru adalah adanya diversi aliran darah ke daerah atas dan adanya peningkatan ukuran
pembuluh darah.
3. Elektrokardiografi
dapat menunjukkan gambaran yang spesifik. EKG normal menimbulkan kecurigaan akan
Sumber: Samudera-fox.com
Pada pemeriksaan EKG pada klien gagal jantung di atas, ditemukan kelainan EKG, yaitu:
2. Terdapat depresi ST dan T inversi pada V1-V5, menunjukkan adanya penyakit jantung
iskemik.
3. Terdapat S yang dalam pada V1-V3, menunjukkan adanya hipertrofi ventrikel kiri karena
adanya beban tekanan (adanya stenosis aorta dan penyakit jantung hipertensi).
19
8. Penatalaksanaan
pembatasan aktivitas.
3. Menurunkan beban jantung dengan diet rendah garam, diuretik, dan vasodilator.
Penatalaksanaan Medis
aritmia.
b. Digitalisasi
a). Digoksin oral untuk digitalisasi cepat 0,5 mg dalam 4 - 6 dosis selama 24 jam
2). Dosis penunjang untuk gagal jantung: digoksin 0,25 mg sehari. untuk pasien usia
Digitalisasi cepat diberikan untuk mengatasi edema pulmonal akut yang berat:
Terapi Lain:
1. Koreksi penyebab-penyebab utama yang dapat diperbaiki antara lain: lesi katup jantung,
iskemia miokard, aritmia, depresi miokardium diinduksi alkohol, pirau intrakrdial, dan
20
3. Posisi setengah duduk.
mengatur, dan mengurangi edema, seperti pada hipertensi dan gagal jantung. Rendah
garam 2 gr disarankan pada gagal jantung ringan dan 1 gr pada gagal jantung berat.
Jumlah cairan 1 liter pada gagal jantung berat dan 1,5 liter pada gagal jantung ringan.
6. Aktivitas fisik: pada gagal jantung berat dengan pembatasan aktivitas, tetapi bila pasien
stabil dianjurkan peningkatan aktivitas secara teratur. Latihan jasmani dapat berupa jalan
kaki 3-5 kali/minggu selama 20-30 menit atau sepeda statis 5 kali/minggu selama 20
menit dengan beban 70-80% denyut jantung maksimal pada gagal jantung ringan atau
sedang.
8. Revaskularisasi koroner
9. Transplantasi jantung
10. Kardoimioplas
Pengkajian Primer
1. Airway
2. Breathing
c. Ronchi, krekles
3. Circulation
21
b. Takikardi
c. TD meningkat / menurun
d. Edema
e. Gelisah
f. Akral dingin
Pengkajian Sekunder
Riwayat Keperawatan
1. Keluhan
c. Paroxysmal Nocturnal Dyspnea (PND) atau orthopnea, sesak nafas saat beraktivitas,
batuk (hemoptoe), tidur harus pakai bantal lebih dari dua buah.
f. Insomnia
2. Riwayat penyakit: hipertensi renal, angina, infark miokard kronis, diabetes melitus,
4. Riwayat pengobatan: toleransi obat, obat-obat penekan fungsi jantung, steroid, jumlah
8. Faktor predisposisi dan presipitasi: obesitas, asma, atau COPD yang merupakan faktor
22
Pemeriksaan Fisik
1. Evaluasi status jantung: berat badan, tinggi badan, kelemahan, toleransi aktivitas, nadi
perifer, displace lateral PMI/ iktus kordis, tekanan darah, mean arterial presure, bunyi
4. Evaluasi faktor stress: menilai insomnia, gugup atau rasa cemas/ takut yang kronis
7. Capilary Refill Time (CRT) > 2 detik, suhu akral dingin, diaforesis, warna kulit pucat, dan
pitting edema.
1. Penurunan curah jantung b/d respon fisiologis otot jantung, peningkatan frekuensi, dilatasi,
3. Perfusi jaringan tidak efektif b/d menurunnya curah jantung, hipoksemia jaringan, asidosis
4. Gangguan pertukaran gas b/d kongesti paru, hipertensi pulmonal, penurunan perifer yang
5. Kelebihan volume cairan b/d berkurangnya curah jantung, retensi cairan dan natrium oleh
6. Cemas b/d penyakit kritis, takut kematian atau kecacatan, perubahan peran dalam
23
BAB III
TINJAUAN KASUS
I. PENGKAJIAN
A. BIODATA
1. Klien
Nama : NY. P
Umur : 61 Tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SD
2. Penanggung Jawab
Nama : Tn. P
Umur : 25 Tahun
Sesak nafas ±4 hari yang lalu, saat tidur harus menggunakan 5 bantal , sering terbangun
C. Keluhan Utama
Sesak nafas
24
D. Riwayat Kesehatan
Klien mengeluh sesak nafas, saat tidur harus menggunakan 5 bantal untuk kesadaran
dan sering terbangun saat tidur. Klien dibawa oleh keluarga ke IGD tanggal 25 Juni
2018 jam 10.50 WIB dan dirawat di Ruang Mawar II. Saat pengkajian pasien tampak
sesak, posisi berbaring semi fowler, batu dan berdahak, tampak memakai 02 NRM 10
merasa lelah jika berjalan ke kamar mandi atau merubah posisi dari tidur, duduk atau
sebaliknya.
Klien mengatakan tidak mempunyai riwayat hipertensi, diabetes dan penyakit menular
lainnya
Klien mengatakan tidak mempunyai keluarga yang memiliki riwayat penyakit yang
4. Genogram
Keterangan:
25
E. Psikososial dan Spiritual
Klien mengatakan pasrah kepada Tuhan dengan keadaannya saat ini dan klien berharap
Klien mengatakan tidak mempunyai rencana lain untuk mengobati penyakit klien , klien
mempercayakan sepenuhnya pengobatan klien pada dokter yang merawat klien pada saat
ini
Klien mengatakan tidak mengetahui tentang penyakitnya saat ini klien hanya mengetahui
klien mengatakan tidak mempunyai peran aktif di masyarakat. Dalam keluarga klien
Klien merupakan muslim yang taat dan selalu menjalankan shalat 5 waktu
Sebelum Sakit
a. Olah raga rutin : klien tidak pernah mengikuti kegiatan olahraga rutin
26
c. Kemampuan ambulasi dan ADL klien mengatakann mampu melakukan kegiatan
d. Alat bantu : walker, kruk, kursi roda, tongkat: klien tidak menggunakan alat bantu
Saat Sakit
a. Olah raga rutin : klien tidak pernah mengikuti kegiatan olahraga rutin
d. Alat bantu : walker, kruk, kursi roda, tongkat: klien tidak menggunakan alat bantu
Sebelum Sakit
b. Kesulitan/gangguan tidur : ada, klien mengeluh batuk dan sesak sehingga susah
tidur
d. Alasan: klien mengatakan sering terbangun saat tidur karena batuk dan sesak
Saat sakit
b. Kesulitan/gangguan tidur : ada, klien mengeluh batuk dan sesak sehingga susah
tidur
d. Alasan: klien mengatakan sering terbangun saat tidur karena batuk dan sesak
3. Kenyamanan dan nyeri (jik adidapati keluha nnyeri ) TIDAK ADA KELUHAN
NYERI
27
Keluhan dalam pemenuhan nutrisi : tidak ada keluhan
gastrointestinal
Jumlah intake cairan: makan+minum = 800 ml, infuse = 1000ml, injeksi = 24 ml, total
intake = 1824 ml
6. Oksigenasi
7. Eliminasi
Sebelum sakit
a. BAB
b. BAK
Saat sakit
a. BAB
28
Frekuensi : belum BAB
Konsistensi: -
b. BAK
Orientasi terhadap lingkungan / waktu / tempat: klien masih mempunyai orientasi yang
G. PemeriksaanFisik
1. Keadaan Umum
Kesadaran : Composmentis
GCS E4 V5 M6
Vital Sign : Tekanan Darah: 140/80mmHg, HR: 134x/menit, RR: 36x/menit, spO2: 91,
Suhu : 36 9 C
Kepala
Kulit
Inspeksi: kulit kepala bersih, rambut hitam campur uban, bentuk kepala normal,
Palpasi : tidak ada benjolan pada kepala, tidak ada nyeri tekan
Mata
Kedua mata simetris, tidak ada oedema palpebra, konjugtiva tidak anemis, sclera tidak
Muka
Hidung
29
Bentuk simetris, tidak ada polip pada rongga hidung, tidak ada nyeri tekan, tidak ada
Mulut
Bersih, gigi geraham atas bawah tanggal 2 atas dan 2 bawah, gigi seri tanggal 2
bawah, ada karies, bibir kering , lidah pucat, tidak ada sariawan, tidak ada sianosis.
Telinga
Bentuk kiri dan kanan simetris , tidak tidak ada tanda-tanda infeksi, ada penurunan
Leher
Bentuk leher normal, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada nyeri tekan, JVP
Tenggorokan
2. Dada
Pulmo
Inspeksi : bentuk dada simetris, respirsi 36x/menit, irama regular, nafas sesak dan
Palpasi : tidak ada nyeri tekan. Vocal fremitus kanan lebih jelas
Perkusi : bunyi paru sonor di kedua lapang paru, batas paru hepar ICS VI
Auskuktasi : Suara vesikuler pada paru kiri dan kanan, wheezing -/-, ronchi +/+
Cor
Perkusi : batas kanan linea parasternalis dextra, batas atas ICS III linea sternalis
sinistra, batas kiri jantung ICS VII linea axilaris anterior sinistra
trikuspidalis grade 3/6, murmur sistolik di katup atrial grade 3/6, murmur diastolic
30
3. Abdomen
4. Genetalia
5. Rektum
6. Ektrmitas
Atas
Kekuatan otot tangan ka / ki : normal, deformitas (-), clubbing finger (-), pucat (+)
ROM aktif pada kedua tangan, terpasang infuse RL pada tangan kanan 20tpm
Refleks: +/+ pada tangan kiri dan kanan , pulsasi vena dan arteri teraba jelas
Bawah
Kekuatan otot kaki ka / ki: normal, deformitas (-), pucat (-), akral hangat (+)
Refleks: (+) pada kaki kiri dan kanan, reflex patella dan plantar
31
H. Pemeriksaan penunjang Tanggal 25/6/2018
HEMATOLOGI
INDEX
HITUNG JENIS
Masa Pembekuan
(CT)
Masa Perdarahan
(BT)
Golongan Darah
KIMIA
GULA DARAH
GINJAL
32
Creatinin 0,90 <1,9 Mg/100ml
Hasil: atrial fibrilatiom with a compoting functional pacemalcer right bundle branch block
RADIOLOGI : kardiomegali ˃ 50 %
I. TeraphyMedis
2. O2 NRM 10Lpm
3. Therapy parenteral:
4. Therapy enteral
- Amiodaron 200mg./12jam
- Candersartan 16mg/24jam
- Aspar k 300mg/8jam
- Cetrizine 10mg/24jam
- Flunarizine 5mg/8jam
33
II. ANALISA DATA
nafas
- Irama irregular
- Terpasang 02 NRM
10lpm
- RR: 36x/m
2 DS: pasien mengatakan merasa Perubahan kontraktilitas , preload dan penurunan curah jantung
34
(+)
- Takikardi
- Tampak lelah
nafas
- Kesadaran composmentis
- Tidur menggunakan
3 DS: Klien mengatakan sesak Ketidakseimbangan antar suplai oksigen Intoleransi aktivitas
35
berjalan ke toilet atau
sebaliknya
- Terpasang O2 NRM
10lpm
- HR meningkat setelah
beraktifitas (140-
150x/menit
3. Intoleransi aktifitas b/d ketidakseimbangan antara suplai oksigen miokard dengan kebutuhan oksigen ..........................................
36
IV. INTERVENSI
NO DX TUJUAN INTERVENSI
KEPERAWATAN
b/d hiperventilasi Respiratory status: ventilation 1. Monitor vital sign dan status O2 serta monitor
selama 2x24 jam, pasien menunjukan 3. Atur intake dan output untuk mempertahankan
yang efektif, terbukti dengan bernafas mempertahankan jalan nafas dan memobilisasi
37
2 Penurunan curah NOC: NIC:
jantung b/d perubahan Cardiac pump effectifness 1. Monitor vital sign danstatus pernafasan yang
dan afterload Vital sign status 2. Catat adanya tanda dan gejala penurunan
pasien teratasi dengan criteria hasil: 5. Kolaborasi pemberian obat anti arittmia,
- Tanda-tanda vital dalam rentang normal inofropark, nitrogliserin dan vasodilator untuk
kelelahan
38
- Tidak ada distensi vena jugularis
kebutuhan oksigen Setelah dilakukan tindakan keperawatan aktivitas (takikardi, distirmia,sesak nafas,
terhadap aktivitas dengan criteria hasil: 3. Monitor pola tidur dan lamanya tidur
- Bias beraktifitas fisik tanpa disertai 4. Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas
istirahat
39
V. IMPLEMENTASI
DX
26/6/18 08.00 1 - Mengukur TTV S: Klien mengatakan bersedia dilakukan pengukuran Jenny
O: - tampak sesak
- Irama irregular
08.30 - Mengatur posisi semi fowler S: pasien mengatakan lebih nyaman posisi Jenny
- spO2 94%-96%
- RR: 30x/menit
40
- mempertahankan pemberian S: pasien mengatakan sesak, berkurang jika
Therapy enteral
- Amiodaron 200mg./12jam
- Candersartan 16mg/24jam
- Aspar k 300mg/8jam
- Cetrizine 10mg/24jam
- Flunarizine 5mg/8jam
26/6/18 08.15 2 - Memonitor tanda-tanda S: klien mengataka cepat lelah jantung kadang Jenny
41
(H-I) wib penurunan cardiac output berdebar , sering keringat dingin Dwi
- Tampak lemas
- Keringat dingin
jantung
ventrikuler hypertrophy
- Menghitung balance cairan /8jam S: Klien mengatakan sudah makan dan minum
Infuse 200cc
42
cc/jam
338 cc
26/6/18 12.00 3 - Memonitor respon kardiovaskuler S: Pasien mengatakan lelah , jantung berdetak Jenny
(H-I) WIB setelah beraktifitas makan/minum kenCang setelah berjalan ke toilet Dwi
- RR 40x/menit
- Tampak lelah
- Nafas cepat
O: - tampak rilek
43
- Nafas dalam dan sedang
- Irama irregular
setengahduduk
O: - tampak nyaman
- spO2 96%
- RR: 30x/menit
Therapy enteral
44
- Amiodaron 200mg./12jam
- Candersartan 16mg/24jam
- Aspar k 300mg/8jam
- Cetrizine 10mg/24jam
- Flunarizine 5mg/8jam
27/6/18 2 - Memonitor tanda-tanda S: klien mengataka cepat lelah jantung kadang Jenny
- Tampak lemas
- Keringat dingin
jantung
45
ventrikuler hypertrophy
- Menghitung balance cairan /8jam S: Klien mengatakan sudah makan dan minum
Infuse 300cc
cc/jam
338 cc
- RR 40x/menit
46
- Tampak lelah
- Nafas cepat
O: - tampak sesak
- Irama irregular
setengahduduk
O: - tampak nyaman
- spO2 94%-96%
- RR: 30x/menit
47
- mempertahankan pemberian S: pasien mengatakan sesak, berkurang jika
Therapy enteral
- Amiodaron 200mg./12jam
- Candersartan 16mg/24jam
- Aspar k 300mg/8jam
- Cetrizine 10mg/24jam
- Flunarizine 5mg/8jam
28/6/18 2 - Memonitor tanda-tanda S: klien mengatakan cepat lelah jantung kadang Jenny
48
(H-III) penurunan cardiac output berdebar , sering keringat dingin Dwi
- Tampak lemas
- Keringat dingin
jantung
ventrikuler hypertrophy
- Menghitung balance cairan /8jam S: Klien mengatakan sudah makan dan minum
Infuse 300cc
49
cc/jam
138 cc
- RR 40x/menit
- Tampak lelah
- Nafas cepat
VI. EVALUASI
26/6/2018 Pola nafas tidak efektif S: - pasien mengatakan sesak nafas Jenny
50
berhubungan dengan - pasien mengatakan nyaman jika posisi setengah duduk Dwi
- spO2 96%
- RR: 30x/m
Therapy enteral
- Amiodaron 200mg./12jam
- Candersartan 16mg/24jam
- Aspar k 300mg/8jam
51
- Cetrizine 10mg/24jam
- Flunarizine 5mg/8jam
P: Lanjutkan intervensi
Keringat dingin
52
Palpitasi (+). Takikardi
hypertrophy
Infuse 200cc
P : Lanjutkan intervensi
jantung
53
3. Monitor balance cairan
26/7/2018 Intoleransi aktivitas S: Pasien mengatakan lelah , jantung berdebar setelah berjalan ketoilet Jenny
P: Lanjutkan Intervensi
54
haemodinamik)
dilakukan
- spO2 96%
- RR: 30x/m
Therapy enteral
55
- Isosorbid dinitrat 5 mg/ 8jam
- Amiodaron 200mg./12jam
- Candersartan 16mg/24jam
- Aspar k 300mg/8jam
- Cetrizine 10mg/24jam
- Flunarizine 5mg/8jam
P: Lanjutkan intervensi
memobilisasi sekresi
56
27/7/2018 Penurunan Curah Jantung S: Pasien mengatakan jantung berdebar Jenny
Keringat dingin
hypertrophy
Infuse 200cc
57
A: masalah penurunan curah jantung belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
jantung
27/7/2018 Intoleransi aktivitas S: Pasien mengatakan lelah , jantung berdebar setelah berjalan ketoilet Jenny
P: Lanjutkan Intervensi
58
1. Kaji adanya faktor0faktor yang menyebabkan kelelahan
haemodinamik)
dilakukan
28/7/2018 Pola nafas tidak efektif S: - pasien mengatakan sesak nafas berkurang Jenny
berhubungan dengan - pasien mengatakan nyaman jika posisi setengah duduk Dwi
- spO2 96%
- RR: 25x/m
59
- Injeksi lansoprazole 40mg/12jam
Therapy enteral
- Amiodaron 200mg./12jam
- Candersartan 16mg/24jam
- Aspar k 300mg/8jam
- Cetrizine 10mg/24jam
- Flunarizine 5mg/8jam
P: Lanjutkan intervensi
60
memobilisasi sekresi
Keringat dingin
hypertrophy
Infuse 300cc
61
Total output: 500+(31,25x8) = 750cc
P : Lanjutkan intervensi
jantung
28/7/2018 Intoleransi aktivitas S: Pasien mengatakan lelah , jantung berdebar setelah berjalan ketoilet Jenny
62
dengan kebutuhan oksigen - Nafas cepat
P: Lanjutkan Intervensi
haemodinamik)
dilakukan
63
64
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada pembahasan ini, penulis membandingkan antara teori pada BAB III dengan asuhan
keperawatan pada Ny ”P” denganCongestive heart failure (CHF) yang dilaksanakan selama 3
hari, mulai dari tanggal 26 Juli 2018 sampai dengan 29 Juli 2018 di ruang Mawar 2 RSUD
keperawatan pada pasien Ny ”P” denganCongestive heart failure (CHF) di Mawar 2 RSUD
Karanganyar sesuai tiap fase dalam proses keperawatan yang meliputi : pengkajian diagnosa
keperawatan
A. Pembahasan Pengkajian
Pada pengkajian ini penulis membandingkan dengan teori bahwa Grade gagal
jantung menurut New york Heart Associaion ( NYHA ) Terbagi menjadi 4 kelainan
Saat pengkajian klien mengeluh sesak nafas, saat tidur harus menggunakan 5 bantal
untuk kesadaran dan sering terbangun saat tidu. Pasien tampak sesak, posisi berbaring
semi fowler, batu dan berdahak, tampak memakai 02 NRM 10 Lpm. Terpasang cairan RL
65
20tetes/menit. Klien mengatakan sesak bertambah dan merasa lelah jika berjalan ke
kamar mandi atau merubah posisi dari tidur, duduk atau sebaliknya.
B. Diagnosa Keperawatan
(2002) diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien Ny “P” dengan Congestive heart
failure (CHF) ada 7 dan penulis juga menemukan 3 diagnosa keperawatan yang muncul
ekspirasi yang tidak memberi ventilasi adekuat. Diagnosa di atas sesuai dengan
Doengoes (2002). Diagnosa ini muncul karena pada saat pengkajian tanda-dan gejala
Menurut NANDA 2009-2011 penurunan curah jantung ketidak adekuatan darah yang
dipompa oleh jantung untuk memenuhi kebutuhan metabolik tubuh. Penurunan curah
yang terjadi pada tingkat sel dan berhubungan dengan perubahan panjang serabut
jantung dan kadar kalsium. Diagnosa ini muncul karena padasaat pengkajian kepada
66
diagnosa penurunan curah jantung. Pada saat perumusan diagnosa penulis
mendapatkan data pada pasien Ny “P” pasien mengatakan jika aktivitas mudah lelah.
kehidupan sehari-hari yang harus atau yang ingin dilakukan. Dan diagnosa ini muncul
C. Intervensi
Dalam kegiatan tahap perencanaan ini adalah penentuan prioritas masalah. Dalam
penetuan prioritas, penulis menetukan berdasarkan teori Hirarki Maslow dan dan masalah
yang mengancam jiwa pasien diprioritaskan terlebih dahulu. Penetuan prioritas dilakukan
karenan tidak semua masalah dapat diatasi dalam waktu yang bersamaan. Perencanaan
pada masing-masing diagnosa untuk tujuan disesuaikan dengan teori yang ada, dan lebih
banyak melihat dari kondisi pasien, keadaan tempat/ruangan dan sumberdaya dari tim
kesehatan. Pada penetuan kriterian waktu, penulis juga menetapkan berdasarkan kondisi
pasien, ruangan sehingga penulis berharap tujuan yang sudah disusun dan telah ditetapkan
dapat tercapai.
1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan energi atau kelelahan, tujuan
untuk diagnosa ini yang sesuai dan sudah dilakukan serta sesuai dengan Nursing
67
Interventions Classification (NIC) dan Nursing Outcomes Classification (NOC),
yaitu tanda vital dalam rentan normal ( TD : 120/80 mmHg, Suhu : 36-37,5 oC, Nadi :
Classification (NIC) yaitu: berikan terapi oksigen sesuai dengan petunjuk dokter,
monitor aliran oksigen, tambahkan air oksigen jika habis, lakukan pengecekan jika
oksigen habis dalam tabung, ganti ohsigen serta tabung oksigen jika habis dan monitor
utamanya adalah Cardio Pulmo Evektiveness, dengan kreteria hasil: tanda vital dalam
rentang normal (Tekanan darah : 110/80 mmHg, sampai 120/80mmHg, Nadi : 60-
100x/menit, respirasi rate : 18-24x/mrnit). Perencanaan untuk diagnosa ini sudah sesuai
monitor status nutrisi dan lakukan kolaborasi pemberian obat untuk mempertahankan
perncanaan yang tidak bisa penulis laksanakan yaitu memonitor frekuensi jantung.
oksigen tujuan utama dari perncanaan diagnosa adalah diharapkan pasien mampu
mencapai Selfe care : ADLS, perencanaan untuk diagnosa ini sesuai dengan Nursing
kaji adanya faktor kelelahan, observasi dalam melakukan aktivitas, kaji adanya faktor
yang menyebabkan kelemahan, bantu ADLS pasien, anjurkan pasien untuk istirahat,
68
jaga agar rambut tetap bersih, monitor kondisi umum pasien dan monitor TTV dari
D. Implemenmtasi
dengan maksud agar semua kebutuhan pasien dapat terpenuhi secara optimal. Dalam
melaksanakan asuhan keperawatan ini, penulis melibatkan pasien, keluarga dan tim
kesehatan lain sehingga dapat bekerja sama dalam memberikan asuhan keperawatan pada
pasien . dalam pelaksanaan penulis juga melakukan tindakan secara mandiri, melakukan
kolaborasi dengan dokter dan tim kesehatan lainya. Adapun pembahasan pelaksanaan dari
1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan energi atau kelelahan.
Perencanaan dari diagnosa prioritas ini sudah sesuai dengan teori Nursing
melakukan pengecekan jika oksigen habis dalam tabung, mengganti oksigen serta
dari diagnosa prioritas ini sudah sesuai dengan teori Nursing Interventions
69
Classification (NIC) dan Nursing Outcomes Classification (NOC) . Diagnosa ini
pasien.
oksigen. Perencanaan dari diagnosa prioritas ini sudah sesuai dengan teori Nursing
istirahat, menjaga agar rambut tetap bersih, monitor kondisi umum pasien dan monitor
TTV.
E. Evaluasi
Pada evaluasi penulis mengukur tindakan yang telah dilakukan dalam memenuhi
kebutuhan klien. Evaluasi disesuaikan dengan criteria penilaian yang telah ditetapkan dan
waktu yang telah ditentukan dengan tujuan keperawatan. Evaluasi adalah tindakan
70
1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan energi atau kelelahan.
Evaluasi terakhir dilakukan pada hari kamis tanggal 19 Juli 2012 pukul 07:00 WIB,
sesuai dengan tujuan dan kreteria waktu yang telah ditentukan sehingga tujuan tercapai
sebagian dapat dikatakan dengan indikator tanda vital dalam rentan normal ( TD :
120/80 mmHg, Suhu : 36-37,5 oC, Nadi : 60-100x/menit dan tidak ada suara nafas
tambahan
terakhir dilakukan pada hari kamis tanggal 29 Juli 2018 pukul 07:00 WIB, sesuai
dengan tujuan dan kreteria waktu yang telah ditentukan sehingga tujuan tercapai
sebagian dapat dikatakan dengan indikator tanda vital dalam rentan normal ( TD :
120/80 mmHg, Suhu : 36-37,5oC, Nadi : 60-100x/menit. warna kiulit tidak kemerahan
dan lembab dan membatasi aktivitas pasien (aktivitas cukup ditempat tidur)
oksigen. Evaluasi terakhir dilakukan pada hari kamis tanggal 29 Juli 2018 pukul 07:00
WIB, sesuai dengan tujuan dan kreteria waktu yang telah ditentukan sehingga tujuan
tercapai sebagian dapat dikatakan dengan indikator mampu beraktivitas di tempat tidur
tanpa bantuan.
71
BAB V
A. KESIMPULAN
CHF (Congestive Heart Failure) adalah suatu kegagalan jantung dalam memompa
darah untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Suatu keadaan patofisiologi adanya kelainan
fungsi jantung berakibat jantung gagal memompakan darah untuk memenuhi kebutuhan
metabolisme jaringan dan atau kemampuannya hanya ada kalau disertai peninggian
tekanan pengisian ventrikel kiri. Faktor-faktor yang dapat memicu perkembangan gagal
jantung melalui penekanan sirkulasi yang mendadak dapat berupa : aritmia, infeksi
sistemik dan infeksi paru-paru dan emboli paru-paru. Gagal jantung ditangani dengan
tindakan umum untuk mengurangi beban kerja jantung dan manipulasi selektif terhadap
ketiga penentu utama dari fungsi miokardium, baik secara sendiri-sendiri maupun
B. SARAN
Secara umum Penulisan makalah ini diharapkan agar pembaca dapat menjaga kesehatan
organ jantung sehingga proses metabolisme didalam tubuh manusia dapat berjalan dengan
1. Bagi klien
Diharapkan dapat mengikuti semua anjuran dokter dan dapat bekerjasama dengan baik
72
2. Bagi perawat ruang
kebutuhan pasien dan memonitoring hasil asuhan keperawatan yang diberikan serta
Diharapkan makalah ini bisa menjadi referensi bagi mahasiswa untuk menambah
pengetahuan tentang CHF dan cara memberikan asuhan keperawatan yang benar pada
pasien CHF.
73
DAFTAR PUSTAKA
Ardini, Desta N. 2007. Perbedaaan Etiologi Gagal jantung Kongestif pada Usia Lanjut
dengan Usia Dewasa Di Rumah Sakit Dr. Kariadi Januari - Desember 2006.
Semarang: UNDIP
http://rentalhikari.wordpress.com/2010/03/22/lp-gagal-jantung-kongestif/ (diakses
Johnson, M.,et all. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition. New
Mansjoer, A dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta: Media
Aesculapius
Mc Closkey, C.J., Iet all. 1996. Nursing Interventions Classification (NIC) Second Edition.
10.Jakarta.EGC
Klianik.Jakarta:Salemba Medika.
74
Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006. Jakarta: Prima
Medika
75