Sunteți pe pagina 1din 75

MAKALAH KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN NY.P DENGAN CHF NYHA IV


DIRUANG MAWAR 2 RSUD KARANGANYAR

Di Susun Untuk Memenuhi Tugas Kelompok


Stase Keperawatan Medikal Bedah II

Di Susun Oleh:
DWI AGUSTIN S. Kep
NIM: 2017 131 006
JENNY MARSELINA MELAN, S.Kep
NIM : 2017 131 009
KAIRUL ANAM, S.Kep
NIM : 2017 131 010

PROGRAM PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS SAHID SURAKARTA
TAHUN 2018

1
LEMBAR PENGESAHAN
TUGAS KELOMPOK STASE KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
DI RUANG MAWAR II RSUD KARANGANYAR
TAHUN 2018

Disusun Oleh:
1. DWI AGUSTIN S.Kep NIM: 2017 131 006
2. JENNY MARSELINA MELAN,S.Kep NIM. 2017 131 009
3. KAIRUL ANAM S.Kep NIM: 2017 131 010

Mengetahui :

Pembimbing Klinik Pembimbing Akademik

( ) ( )

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS SAHID SURAKARTA
2018

2
BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Insiden penyakit gagal jantung semakin meningkat sesuai dengan meningkatnya usia

harapan hidup, salah satunya gagal jantung kronis sebagai penyakit utama kematian di

negara industri dan negara-negara berkembang. Penyakit gagal jantung meningkat sesuai

dengan usia, berkisar kurang dari l % pada usia kurang dari 50 tahun hingga 5% pada usia

50-70 Tahun dan 10% pada usia 70 tahun ke atas. Penyakit gagal jantung sangatlah buruk

jika penyebab yang mendasarinya tidak segera ditangani, hampir 50% penderita gagal

jantung meninggal dalam kurun waktu 4 Tahun. 50% penderita stadium akhir meninggal

dalam kurun waktu 1 Tahun, di Indonesia prevalensi gagal jantung secara nasional belum

ada sebagai gambaran di Rumah Sakit Cipto Mangun Kusumo Jakarta, pada tahun 2006

diruang rawat jalan dan inap didapat 3,23% kasus gagal jantung dari total 11,711 pasien,

sedangkan di Amerika pada tahun 1999 terdapat kenaikan kasus gagal jantung dari 577.000

pasien menjadi 871.000 pasien. Gagal jantung merupakan penyebab kematian

kardiovaskuler, dan kondisi seperti ini juga menurunkan kualitas hidup, karena itu

peburukan akut pada gagal jantung kronik harus di cegah secara dini, pada lansia

diperkirakan 10% pasien di atas 75 Tahun menderita gagal jantung, angka kematian pada

gagal jantung kronik mencapai 50% dalam 5 tahun setelah pertama kali penyakit itu

terdiagnosis, (Kompas, 9 juni 2007).

Jantung merupakan organ berotot yang memompa darah lewat apembuluh darah oleh

kontraksi berirama yang berulang. Jantung salah satu organ terpenting dalam tubuh yang

apabila mengalami masalah dapat berakibat kepada kematian. Adapun salah satu jenis

penyakit jantung adalah gagal jantung kongestif atau Kongestif Heart Failure (CHF). CHF

adalah penurunan fungsi jantung yang menyebabkan berkurangnya suplai oksigen ke organ-

organ dan jaringan keseluruh tubuh (Black & Hawks, 2005). Menurut Smeltzer dan Bare

(2001), CHF adalah ketidakmampuan jantung untuk memompa darah yang adekuat untuk

memenuhi kebutuhan jaringan akan oksigen dan nutrisi.

CHF merupakan masalah kesehatan yang utama. Prevalensi gagal jantung di negara

berkembang cukup tinggi dan makin meningkat. Menurut World Health Organization

(WHO, 2004), jumlah penderita CHF di seluruh dunia pada tahun 2004 adalah 5,7 juta kasus

3
(Anurogo, 2009). Di Amerika Serikat, CHF merupakan penyakit jantung klinis yang paling

pesat pertumbuhannya dan mempengaruhi 2% dari populasi. Pada tahun 2006 di Amerika

Serikat, 1,1 juta pasien dirawat di Rumah sakit karena gagal jantung dekompensasi, hampir

dua kali lipat jumlah dilihat dari 15 tahun sebelumnya. Selain itu ada 3,4 juta kunjungan

jalan rawat untuk CHF. Pada CHF yang didiagnosis terdapat sebanyak 550.000 kasus baru

dan 300.000 kematian disebabkan oleh gagal jantung setiap tahun (Dumitru, 2011). Pada

tahun 2010 terdapat lebih dari 5 juta orang Amerika dan 22 juta orang di seluruh dunia telah

gagal jantung (Dhana, 2010).

Berdasarkan data WHO (2004), Asia Tengggara merupakan wilayah yang memiliki

jumlah penderita CHF tertinggi yaitu 1,4 juta kasus. Menurut Rumah Sakit Jantung dan

Pembuluh Darah (RSJDP) Harapan Kita (2010), terjadi peningkatan kunjungan pasien

mencapai 10 hingga 15% (Dewi, 2010). Data di RSUD Arifin Achmad menunjukkan bahwa

jumlah penderita CHF yang dirawat, pada tahun 2009 yaitu sebanyak 166 kasus. Pada tahun

2010 penyakit CHF menempati urutan yang pertama terdapat 316 kasus (Medical Record

RSUD Arifin Achmad, 2011). Berdasarkan data di poli rawat jalan penyakit jantung tahun

2010, penyakit CHF menempati urutan kedua dengan jumlah pasien sebanyak 181 kasus

setelah penyakit chronic iscemik heart yaitu 377 kasus (Medical Record RSUD Arifin

Achmad, 2011).

Peningkatan jumlah kasus gagal jantung di Indonesia dapat dipengaruhi oleh berbagai

faktor. Faktor perubahan gaya hidup seperti kebiasaan mengkonsumsi makanan manis,

minuman berkafein, kurangnya konsumsi buah dan sayur dan kurangnya melakukan

aktivitas dapat berpengaruh terjadinya CHF (Delima, 2009). Manifestasi klinik yang dapat

timbul pada pasien dengan CHF yaitu dispnea , batuk, mudah lelah, denyut jantung cepat

(tachykardia), kecemasan dan kegelisahan (Smeltzer & Bare, 2001).

Dalam jurnal yang berjudul “Nurses’ Performance In Classifying Heart

FailurePatients Based On Physical Exam: Comparison With Cardiologist’s Physical Exam

And Levels Of N-Terminal Pro-B-Type Natriuretic Peptide” dikatakan bahwa sampai saat

ini peran perawat dalam managemen pasien gagal jantung hanya terfokus pada terapi,

intervensi pendidikan dan perawatan diri pasien, sedangkandiagnosis dan pengkajian klinis

pada pasien gagal jantung oleh perawat belum tereksplorasi dengan baik seperti halnya yang

di lakukan oleh kardiologis. Pengkajian dan diagnosis ini menjadi sngat penting bagi

4
perawat sendiri karena diagnosis dan pemeriksaan fisik prognosis dari pada penyakit gagal

adalah untuk menentukan managemen perawatan klien.

B. TUJUAN PENULISAN

1. Tujuan Umum Mampu menggambarkan tentang pemberian asuhan keperawatan pada

pasien dengan CHF.

2. Tujuan Khusus Adapun tujuan khusus tentang pemberian asuhan keperawatan pada

pasien dengan CHF yaitu :

a. Menggambarkan pengkajian pada Ny. P dengan CHF.

b. Menggambarkan diagnosa keperawatan pada Ny. P dengan CHF.

c. Menggambarkan rencana keperawatan pada Ny. P dengan CHF.

d. Menggambarkan tindakan keperawatan pada Ny.P dengan CHF

e. Menggambarkan evaluasi tindakan dan evaluasi hasil pada Ny.P dengan CHF.

5
BAB II

TINJAUAN TEORI

KONSEP DASAR CHF ( CONGESTIVE HEART FAILURE )

1. Pengertian

Congestive Heart Failure (CHF) adalah suatu kondisi dimana jantung mengalami

kegagalan dalam memompa darah guna mencukupi kebutuhan sel-sel tubuh akan nutrien

dan oksigen secara adekuat. Hal ini mengakibatkan peregangan ruang jantung (dilatasi) guna

menampung darah lebih banyak untuk dipompakan ke seluruh tubuh atau mengakibatkan

otot jantung kaku dan menebal. Jantung hanya mampu memompa darah untuk waktu yang

singkat dan dinding otot jantung yang melemah tidak mampu memompa dengan kuat.

Sebagai akibatnya, ginjal sering merespons dengan menahan air dan garam. Hal ini akan

mengakibatkan bendungan cairan dalam beberapa organ tubuh seperti tangan, kaki, paru,

atau organ lainnya sehingga tubuh klien menjadi bengkak (congestive) (Udjianti, 2010).

Gagal Jantung adalah suatu keadaan patofisiologis berupa kelainan jantung sehingga

jantung tidak mampu memompa darah untuk memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan

dan/atau kemampuannya hanya ada kalau disertai peninggian volume diastolic secara

abnormal (Mansjoer, 2001 : hal 434).

Gagal jantung mengakibatkan ketidakmampuan untuk memberikan keluaran yang cukup

untuk memenuhi kebutuhan jaringan dan menyebabkan terjadinya kongestif pulmonal dan

sistemik (Doengoes, 2001 : hal 52).

Gagal jantung mengacu pada kumpulan tanda dan geajala yang diakibatkan oleh

ketidakmampuan jantung untuk memompakan cukup darah untuk memenuhi kebutuhan

metabolisme tubuh (Tambayong, 2001 : hal 86).

Gagal jantung sering juga disebut gagal jantung kongestif adalah ketidakmampuan

jantung untuk memompa darah yang adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolisme

jaringan akan oksigen dan nutrisi (Smeltzer, 2002 : hal 805).

Gagal jantung kongestif (CHF) adalah suatu keadaan patofisiologis berupa kelainan

fungsi jantung sehingga jantung tidak mampu memompa darah untuk memenuhi kebutuhan

metabolisme jaringan dan/ kemampuannya hanya ada kalau disertai peninggian volume

diastolik secara abnormal (Mansjoer dan Triyanti, 2007).

6
Gagal jantung adalah sindrom klinik dengan abnormalitas dari struktur atau fungsi

jantung sehingga mengakibatkan ketidakmampuan jantung untuk memompa darah ke

jaringan dalam memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh (Darmojo, 2004 cit Ardini 2007).

Ada beberapa definsi gagal jantung, namun tidak ada satupun yang benar-benar

memuaskan semua pakar atau klinisi yang menangani masalah gagal jantung. Gagal jantung

adalah suatu keadaan ketika jantung tidak mampu mempertahankan sirkulasi yang cukup

bagi kebtuhan tubuh, meskipun tekanan pengisian vena normal. Namun, definisi-definisi

lain menyatakan bahwa gagal jantung bukanlah suatu penyakit yang tebatas pada satu

system organ, melainkan suatu sindrom klinis akibat kelainan jantung yang di tandai dengan

respon hemodinamik, renal, neural dan hormonal, serta suatu keadaan patologis dimana

kelainan fungsi jantung menyebabkan kegagalan jantung memompa darah untuk memenuhi

kebutuhan jaringan, atau hanya data memenuhinya dengan meningkatkan tekanan pengisian.

2. Anatomi

Sistem kardiovaskuler merupakan sistem yang memberi fasilitas proses pengangkutan

berbagai substansi dari, dan ke sel-sel tubuh. Sistem ini terdiri dari organ penggerak yang

disebut jantung, dan sistem saluran yang terdiri dari arteri yang mergalirkan darah dari

jantung, dan vena yang mengalirkan darah menuju jantung.

Jantung manusia merupakan jantung berongga yang memiliki 2 atrium dan 2 ventrikel.

Jantung merupakan organ berotot yang mampu mendorong darah ke berbagai bagian tubuh.

Jantung manusia berbentuk seperti kerucut dan berukuran sebesar kepalan tangan, terletak di

rongga dada sebalah kiri. Jantung dibungkus oleh suatu selaput yang disebut perikardium.

Jantung bertanggung jawab untuk mempertahankan aliran darah dengan bantuan sejumlah

klep yang melengkapinya. Untuk mejamin kelangsungan sirkulasi, jantung berkontraksi

secara periodik.

Otot jantung berkontraksi terus menerus tanpa mengalami kelelahan. Kontraksi jantung

manusia merupakan kontraksi miogenik, yaitu kontaksi yang diawali kekuatan rangsang dari

otot jantung itu sendiri dan bukan dari syaraf.

Terdapat beberapa bagian jantung (secara anatomis) akan kita bahas dalam makalah ini,

diantaranya yaitu :

a. Bentuk Serta Ukuran Jantung

7
Jantung merupakan organ utama dalam sistem kardiovaskuler. Jantung dibentuk oleh

organ-organ muscular, apex dan basis cordis, atrium kanan dan kiri serta ventrikel kanan

dan kiri. Ukuran jantung panjangnya kira-kira 12 cm, lebar 8-9 cm seta tebal kira-kira 6

cm. Berat jantung sekitar 7-15 ons atau 200 sampai 425 gram dan sedikit lebih besar dari

kepalan tangan.

Ada 4 ruangan dalam jantung dimana dua dari ruang itu disebut atrium dan sisanya

adalah ventrikel. Pada orang awam, atrium dikenal dengan serambi dan ventrikel dikenal

dengan bilik.

Kedua atrium merupakan ruang dengan dinding otot yang tipis karena rendahnya tekanan

yang ditimbulkan oleh atrium. Sebaliknya ventrikel mempunyai dinding otot yang tebal

terutama ventrikel kiri yang mempunyai lapisan tiga kali lebih tebal dari ventrikel kanan.

Kedua atrium dipisahkan oleh sekat antar atrium (septum interatriorum), sementara kedua

ventrikel dipisahkan oleh sekat antar ventrikel (septum inter-ventrikulorum). Atrium dan

ventrikel pada masing-masing sisi jantung berhubungan satu sama lain melalui suatu

penghubung yang disebut orifisium atrioventrikuler. Orifisium ini dapat terbuka atau

tertutup oleh suatu katup atrioventrikuler (katup AV). Katup AV sebelah kiri disebut

katup bikuspid (katup mitral) sedangkan katup AV sebelah kanan disebut katup trikuspid.

b. Katup-Katup Jantung

Diantara atrium kanan dan ventrikel kanan ada katup yang memisahkan keduanya yaitu

katup trikuspid, sedangkan pada atrium kiri dan ventrikel kiri juga mempunyai katup

yang disebut dengan katup mitral/ bikuspid. Kedua katup ini berfungsi sebagai pembatas

yang dapat terbuka dan tertutup pada saat darah masuk dari atrium ke ventrikel.

8
1) Katup Trikuspid

Katup trikuspid berada diantara atrium kanan dan ventrikel kanan. Bila katup ini

terbuka, maka darah akan mengalir dari atrium kanan menuju ventrikel kanan. Katup

trikuspid berfungsi mencegah kembalinya aliran darah menuju atrium kanan dengan

cara menutup pada saat kontraksi ventrikel. Sesuai dengan namanya, katup trikuspid

terdiri dari 3 daun katup.

2) Katup pulmonal

Setelah katup trikuspid tertutup, darah akan mengalir dari dalam ventrikel kanan

melalui trunkus pulmonalis. Trunkus pulmonalis bercabang menjadi arteri

pulmonalis kanan dan kiri yang akan berhubungan dengan jaringan paru kanan dan

kiri. Pada pangkal trunkus pulmonalis terdapat katup pulmonalis yang terdiri dari 3

daun katup yang terbuka bila ventrikel kanan berkontraksi dan menutup bila

ventrikel kanan relaksasi, sehingga memungkinkan darah mengalir dari ventrikel

kanan menuju arteri pulmonalis.

3) Katup bikuspid

9
Katup bikuspid atau katup mitral mengatur aliran darah dari atrium kiri menuju

ventrikel kiri.. Seperti katup trikuspid, katup bikuspid menutup pada saat kontraksi

ventrikel. Katup bikuspid terdiri dari dua daun katup.

4) Katup Aorta

Katup aorta terdiri dari 3 daun katup yang terdapat pada pangkal aorta. Katup ini akan

membuka pada saat ventrikel kiri berkontraksi sehingga darah akan mengalir keseluruh

tubuh. Sebaliknya katup akan menutup pada saat ventrikel kiri relaksasi, sehingga

mencegah darah masuk kembali kedalam ventrikel kiri.

Jantung adalah salah satu organ tubuh yang vital. Jantung kiri berfungsi

memompa darah bersih (kaya oksigen/zat asam) ke seluruh tubuh, sedangkan jantung

kanan menampung darah kotor (rendah oksigen, kaya karbon dioksida/zat asam arang),

yang kemudian dialirkan ke paru-paru untuk dibersihkan. Jantung normal besarnya

segenggam tangan kiri pemiliknya. Jantung berdenyut 60-80 kali per menit, denyutan

bertambah cepat pada saat aktifitas atau emosi, agar kebutuhan tubuh akan energi dapat

terpenuhi. Andaikan denyutan jantung 70 kali per menit, maka dalam 1 jam jantung

berdenyut 4200 kali atau 100.800 kali sehari semalam. Tiap kali berdenyut dipompakan

darah sekitar 70 cc, jadi dalam 24 jam jantung memompakan darah sebanyak kira-kira

7000 - 7.571 liter.

Jantung mempunyai dua fungsi :

1. Jantung harus menyediakan darah yang cukup mengandung oksigen dan nutrisi untuk

organ-organ dari tubuh, darah ini harus mempunyai tekanan yang cocok untuk perfusi

dan pemberian makanan. Pada saat yang sama jantung juga harus memompakan darah

yang mengandung bahan-bahan sisa ke organ-organ ekskresi misalnya hati dan ginjal dan

memompakan darah yang suhunya berlebihan ke sistem pendingin dari tubuh, yaitu

pembuluh darah di kulit. Semua hal ini dapat dilakukan oleh jantung sebelah kiri.

10
2. Fungsi lain dari jantung ialah mengisi darah dengan oksigen yang segar dari udara dan

pada saat yang bersamaan mengekskresi salah satu hasil akhir metabolisme yaitu

karbondioksida. Pertukaran kedua gas ini dengan udara dari alveoli paru berlangsung

melaui membran alveolus yang sangat tipis. Jika tekanan sama tingginya dengan tekanan

di bilik kiri atau aorta, cairan darah segera akan mengisi alveoli dengan cara filtrasi dan

penderita akan mati oleh karena edema paru.

Gagal jantung sangat sering ditemukan. Penyakit ini termasuk salah satu dari

urutan tertinggi dalam daftar penyebab kematian dikebanyakan negara-negara Barat,

tetapi di negara tropis penyakit ini juga merupakan penyebab sangat penting dari

invaliditas dan bahkan kematian.

3. Etiologi Gagal Jantung

Terjadinya gagal jantung dapat disebabkan :

a. Disfungsi miokard (kegagalan miokardial) Ketidakmampuan miokard untuk berkontraksi

dengan sempurna mengakibatkan isi sekuncup ( stroke volume) dan curah jantung

(cardiac output) menurun.

b. Beban tekanan berlebihan-pembebanan sistolik (systolic overload) Beban sistolik yangb

berlebihan diluar kemampuan ventrikel (systolic overload) menyebabkan hambatan pada

pengosongan ventrikel sehingga menurunkan curah ventrikel atau isi sekuncup.

c. Beban volum berlebihan-pembebanan diastolic (diastolic overload) Preload yang

berlebihan dan melampaui kapasitas ventrikel (diastolic overload) akan menyebabkan

volum dan tekanan pada akhir diastolic dalam ventrikel meninggi. Prinsip Frank Starling

; curah jantung mula-mula akan meningkat sesuai dengan besarnya regangan otot

jantung, tetapi bila beban terus bertambah sampai melampaui batas tertentu, maka curah

jantung justru akan menurun kembali.

d. Peningkatan kebutuhan metabolic-peningkatan kebutuhan yang berlebihan (demand

overload) Beban kebutuhan metabolic meningkat melebihi kemampuan daya kerja

jantung di mana jantung sudah bekerja maksimal, maka akan terjadi keadaan gagal

jantung walaupun curah jantung sudah cukup tinggi tetapi tidak mampu untuk memenuhi

kebutuhan sirkulasi tubuh.

11
e. Gangguan pengisian (hambatan input). Hambatan pada pengisian ventrikel karena

gangguan aliran masuk ke dalam ventrikel atau pada aliran balik vena/venous return akan

menyebabkan pengeluaran atau output ventrikel berkurang dan curah jantung menurun.

Penyebab gagal jantung dapat berupa faktor dari dalam jantung itu sendiri maupun dari

luar. Faktor dari dalam lebih sering karena terjadinya kerusakan-kerusakan yang sudah dibawa,

sedangkan faktor dari luar cukup banyak, antara lain: penyakit jantung koroner, hipertensi, dan

diabetes mellitus.

Gagal jantung kongestif dapat disebabkan oleh :

1. Kelainan otot jantung

Gagal jantung sering terjadi pada penderita kelainan otot jantung, disebabkan

menurunnya kontraktilitas jantung.Kondisi yang mendasari penyebab kelainan fungsi

otot mencakup ateriosklerosis koroner, hiprtensi arterial, dan penyakit degeneratif atau

inflamasi.

2. Aterosklerosis koroner

mengakibatkan disfungsi miokardium karena terganggunya aliran darah ke otot jantung.

Terjadi hipoksia dan asidosis (akibat penumpuikan asam laktat).Infark miokardium

(kematian sel jantung) biasanya mendahului terjadinya gagal jantung.Peradangan dan

penyakit miokardium degeneratif, berhubungan dengan gagal jantung karena kondisi

yang secara langsung merusak serabut jantung, menyebabkan kontraktilitaas menurun.

3. Hipertensi sistemik atau pulmonal

Meningkatkan beban kerja jantung dan pada gilirannya mngakibatkan hipertrofi serabut

otot jantung.

4. Peradangan dan penyakit myocardium degeneratif,

berhubungan dengan gagal jantung karena kondisi ini secara langsung merusak serabut

jantung, menyebabkan kontraktilitas menurun.

5. Penyakit jantung lain

Gagal jantung dapat terjadi sebagai akibat penyakit jantung yang sebenarnya, yang

ssecara langsung mempengaruhi jantung.Mekanisme biasanya terlibat mencakup

gangguan aliran darah yang masuk jantung (stenosis katup semiluner), ketidak mampuan

12
jantung untuk mengisi darah (tamponade, perikardium, perikarditif konstriktif, atau

stenosis AV), peningkatan mendadak afteer load.

6. Faktor sistemik

Terdapat sejumlah besar faktor yang berperan dalam perkembangan dan beratnya gagal

jantung. Meningkatnya laju metabolism (misal : demam, tirotoksikosis ), hipoksia dan

anemia peperlukan peningkatan curah jantung untuk memenuhi kebutuhan oksigen

sistemik. Hipoksia dan anemia juga dapat menurunkan suplai oksigen ke jantung.

Asidosis respiratorik atau metabolik dan abnormalita elektronik dapat menurunkan

kontraktilitas jantung.

Grade gagal jantung menurut New york Heart Associaion ( NYHA ) Terbagi

menjadi 4 kelainan fungsional (Mansjoer dan Triyanti, 2007) :

I. Timbul gejala sesak pada aktifitas fisik berat

II. Timbul gejala sesak pada aktifitas fisik sedang

III. Timbul gejala sesak pada aktifitas ringan

IV. Timbul gejala sesak pada aktifitas sangat ringan/ istirahat

Menurut Wajan Juni Udjianti (2010) etiologi gagal jantung kongestif (CHF) dikelompokkan

berdasarkan faktor etiologi eksterna maupun interna, yaitu:

1. Faktor eksterna ( dari luar jantung ) ; hipertensi renal, hipertiroid, dan anemia kronis/

berat.

2. Faktor interna ( dari dalam jantung )

a. Disfungsi katup : Ventricular Septum Defect (VSD), Atria Septum Defect (ASD),

stenosis mitral, dan insufisiensi mitral.

b. Disritmia : atrial fibrilasi, ventrikel fibrilasi, dan heart block

c. Kerusakan miokard : kardiomiopati, miokarditis, dan infark miokard.

d. Infeksi : endokarditis bacterial sub-akut

Di samping itu penyebab gagal jantung berbeda-beda menurut kelompok umur, yakni

pada masa neonatus, bayi dan anak.

1. Periode Neonatus

13
Disfungsi miokardium relatif jarang terjadi pada masa neonatus, dan bila ada

biasanya berhubungan dengan asfiksia lahir, kelainan elektrolit atau gangguan metabolik

lainnya. Lesi jantung kiri seperti sindrom hipoplasia jantung kiri, koarktasio aorta, atau

stenosis aorta berat adalah penyebab penting gagal jantung pada 1 atau 2 minggu

pertama.

2. Periode Bayi

Antara usia 1 bulan sampai 1 tahun penyebab tersering ialah kelainan struktural

termasuk defek septum ventrikel, duktus arteriosus persisten atau defek septum

atrioventrikularis. Gagal jantung pada lesi yang lebih kompleks seperti transposisi,

ventrikel kanan dengan jalan keluar ganda, atresia tricuspid atau trunkus arteriosus

biasanya juga terjadi pada periode ini.

3. Periode Anak

Gagal jantung pada penyakit jantung bawaan jarang dimulai setelah usia 1 tahun.

Di negara maju, karena sebagian besar pasien dengan penyakit jantung bawaan yang

berat sudah dioperasi, maka praktis gagal jantung bukan menjadi masalah pada pasien

penyakit jantung bawaan setelah usia 1 tahun.

Perubahan-perubahan yang terlihat pada gagal jantung :

Singkat Tentang Siklus dan Gagal Jantung

Siklus Jantung

Siklus Jantung meliputi tiga fase, yaitu fase

istirahat (diastole) dan fase kontraksi ( systole dan

ventricular).

Diastole

14
Fase relaksasi otot, ditandai dengan terjadinya dilatasi. Darah vena memasuk atrium, lalu, setelah

katup atriovencularis terbuka, langsung

mengalir ke ventriculus dan mengisi 70

persen kapasitasnya.

Systole Atrial

Ketika atrium berkontraksi, ia mengeluarkan

darah di dalamnya untuk mengisi

ventriculuc.

Systole Ventricular

Systole ventricular adalah kontraksi dari ventriculus. Katup antrioventrikularis menutup untuk

mencegah darah mengalir balik ke atrium. Sedang katup seminularis terbuka agar darah dapat

mengalir ke truncus pulmonalis dan aorta.

Gagal Jantung

Gagal jantung adalah berhentinya sirkulasi

normal darah disebabkan kegagalan dari

ventrikel jantung untuk berkontraksi secara

efektif pada saat systole. Akibat kekurangan

penyediaan darah, menyebabkan kematian sel

karena kekurangan oksigen. Akibat selanjutnya

adalah berkurangnya pasokan oksigen ke otak

yang dapat menyebabkan korban kehilangan kesadaran dan berhenti bernapas dengan tiba-tiba.

Gagal jantung adalah gawat medis yang bila dibiarkan tak terawatt akan menyebabkan

kematian dalam beberapa menit.

4. Manifestasi klinis

Tanda dominan gagal jantung adalah meningkatnya volume intravaskuler.

Kongesti jaringan terjadi akibat tekanan arteri dan vena yang meningkat akibat turunnya

15
curah jantung pada kegagalan jantung. Peningkatan tekanan vena pulmonalis dapat

menyebabkan cairan mengalir dari kapiler paru ke alveoli, akibatnya terjadi edema paru yang

dimanifestasikan dengan batuk dan nafas pendek. Meningkatnya tekanan vena sistemik dapat

mengakibatkan edema prifer umum dan penambahan berat badan (Smeltzer & Bare, 2001).

1. Gagal jantung sisi kiri dan kanan

Ventrikel kanan dan kiri dapat mengalami kegagalan secara terpisah. Gagal ventrikel kiri

paling sering mendahului gagal ventrikel kanan. Gagal ventikel kiri murni sinonim

dengan edema paru akut. Karena curah ventrikel berpasangan atau sinkron, maka

kegagalan salah satu ventrikel dapat mengakibatkan penurunan perfusi jringan. Tetapi

manifestasi kongesti dapat berbeda tergantung pada kegagalan ventrikel mana yang

terjadi.

2. Gagal jantung kiri

Kongesti paru menonjol pada gagal ventrikel kiri, karena ventrikel kiri tidak mampu

memompa darah yang datang dari paru. Peningkatan tekanan dalam sirkulasi paru

menyebabkan cairan terdorong kejaringan paru. Manifestasi klinis yang terjadi meliputi

dispnu, batuk, mudah lelah, denyut jantung cepat (takikardi) dengan bunyi jantung S 3,

kecemasan dan kegelisahan.

4. Gagal jantung kanan

Bila ventrikel kanan gagal, yang menonjol adalah kongesti visera dan jaringan perifer.

Hal ini terjadi karena sisi kanan jantung tidak mampu mengosongkan volume darah

dengan adekuat sehingga tidak dapat mengakomodasi semua darah yang secara normal

kembali dari sirkulasi vena.

Manifestasi klinis yang tampak meliputi edema ekstremitas bawah (edema

dependen), yang biasanya merupakan pitting edema, pertambahan berat badan, hepatomegali

(pembesaran hepar), distensi vena leher, asites (penimbunan cairan didalam rongga

peritoneum), anoreksia dan mual, nokturia dan lemah.

5. Patofisiologi

Mekanisme yang mendasari gagal jantung meliputi gangguan kemampuan kontraktilitas

jantung yang menyebabkan curah jantung lebih rendah dari normal. Dapat dijelaskan dengan

16
persamaan CO = HR x SV di mana curah jantung (CO: Cardiac output) adalah fungsi

frekuensi jantung (HR: Heart Rate) x Volume Sekuncup (SV: Stroke Volume).

Frekuensi jantung adalah fungsi dari sistem saraf otonom. Bila curah jantung berkurang,

sistem saraf simpatis akan mempercepat frekuensi jantung untuk mempertahankan curah

jantung. Bila mekanisme kompensasi ini gagal untuk mempertahankan perfusi jaringan yang

memadai, maka volume sekuncup jantunglah yang harus menyesuaikan diri untuk

mempertahankan curah jantung.

Volume sekuncup adalah jumlah darah yang dipompa pada setiap kontraksi, yang

tergantung pada 3 faktor, yaitu: (1) Preload (yaitu sinonim dengan Hukum Starling pada

jantung yang menyatakan bahwa jumlah darah yang mengisi jantung berbanding langsung

dengan tekanan yang ditimbulkan oleh panjangnya regangan serabut jantung); (2)

Kontraktilitas (mengacu pada perubahan kekuatan kontraksi yang terjadi pada tingkat sel dan

berhubungan dengan perubahan panjang serabut jantung dan kadar kalsium); (3) Afterload

(mengacu pada besarnya tekanan ventrikel yang harus dihasilkan untuk memompa darah

melawan perbedaan tekanan yang ditimbulkan oleh tekanan arteriole).

Jika terjadi gagal jantung, tubuh mengalami beberapa adaptasi yang terjadi baik pada

jantung dan secara sistemik. Jika volume sekuncup kedua ventrikel berkurang akibat

penekanan kontraktilitas atau afterload yang sangat meningkat, maka volume dan tekanan

pada akhir diastolik di dalam kedua ruang jantung akan meningkat. Hal ini akan

meningkatkan panjang serabut miokardium pada akhir diastolik dan menyebabkan waktu

sistolik menjadi singkat. Jika kondisi ini berlangsung lama, maka akan terjadi dilatasi

ventrikel. Cardiac output pada saat istirahat masih bisa berfungsi dengan baik tapi

peningkatan tekanan diastolik yang berlangsung lama (kronik) akan dijalarkan ke kedua

atrium, sirkulasi pulmoner dan sirkulasi sitemik. Akhirnya tekanan kapiler akan meningkat

yang akan menyebabkan transudasi cairan dan timbul edema paru atau edema sistemik.

Penurunan cardiac output, terutama jika berkaitan dengan penurunan tekanan arterial

atau penurunan perfusi ginjal, akan mengaktivasi beberapa sistem saraf dan humoral.

Peningkatan aktivitas sistem saraf simpatis akan memacu kontraksi miokardium, frekuensi

denyut jantung dan vena; yang akan meningkatkan volume darah sentral yang selanjutnya

meningkatkan preload. Meskipun adaptasi-adaptasi ini dirancang untuk meningkatkan

cardiac output, adaptasi itu sendiri dapat mengganggu tubuh. Oleh karena itu, takikardi dan

17
peningkatan kontraktilitas miokardium dapat memacu terjadinya iskemia pada pasien dengan

penyakit arteri koroner sebelumnya dan peningkatan preload dapat memperburuk kongesti

pulmoner.

Aktivasi sitem saraf simpatis juga akan meningkatkan resistensi perifer. Adaptasi ini

dirancang untuk mempertahankan perfusi ke organ-organ vital, tetapi jika aktivasi ini sangat

meningkat malah akan menurunkan aliran ke ginjal dan jaringan. Salah satu efek penting

penurunan cardiac output adalah penurunan aliran darah ginjal dan penurunan kecepatan

filtrasi glomerolus, yang akan menimbulkan retensi sodium dan cairan. Sitem rennin-

angiotensin-aldosteron juga akan teraktivasi, menimbulkan peningkatan resistensi vaskuler

perifer selanjutnya dan penigkatan afterload ventrikel kiri sebagaimana retensi sodium dan

cairan.

Gagal jantung berhubungan dengan peningkatan kadar arginin vasopresin dalam

sirkulasi, yang juga bersifat vasokontriktor dan penghambat ekskresi cairan. Pada gagal

jantung terjadi peningkatan peptida natriuretik atrial akibat peningkatan tekanan atrium, yang

menunjukan bahwa disini terjadi resistensi terhadap efek natriuretik dan vasodilator.

PATHWAY ( TERLAMPIR )

6. Komplikasi

Komplikasi yang bisa terjadi ialah :

a. Trombosis vena dalam, karena pembentukan bekuan vena karena stasis darah.

b. Syok kardiogenik akibat disfungsi nyata dari jantung.

c. Toksisitas digitalis akibat pemakaian obat-obatan digitalis.

7. Pemeriksaan penunjang

Diagnostik sangat perlu ditegakkan sebelum mulai memberikan penatalaksanaan. Alat

diagnostic dasar untuk gagal jantung semuanya bersifat non-invasif, yaitu ekokardiografi,

elektrokardiografi (EKG), dan foto sinar X dada (Muttaqin, 2009).

1. Ekokardiografi

Ekokardiografi sebaiknya digunakan sebagai alat pertama dalam diagnosis dan

manajemen gagal jantung. Sifatnya tidak invasive, dan segera dapat memberikan

diagnosis disfungsi jantung serta informasi yang berkaitan dengan penyebabnya.

18
Pemeriksaan ekokardiografi dapat digunakan untuk memperkirakan ukuran dan fungsi

ventrikel kiri.

2. Rontgen Dada

Foto sinar X dada posterior dan anterior dapat menunjukkan adanya hipertensi

vena, edema paru, atau kardiomegali. Bukti pertama adanya peningkatan tekanan vena

paru adalah adanya diversi aliran darah ke daerah atas dan adanya peningkatan ukuran

pembuluh darah.

3. Elektrokardiografi

Meskipun memberikan informasi yang berkaitan dengan penyebab, EKG tidak

dapat menunjukkan gambaran yang spesifik. EKG normal menimbulkan kecurigaan akan

adanya diagnosis yang salah.

Gambar EKG pada klien gagal jantung:

Sumber: Samudera-fox.com

Pada pemeriksaan EKG pada klien gagal jantung di atas, ditemukan kelainan EKG, yaitu:

1. Tidak menunjukkan adanya RBBB atau LBBB.

2. Terdapat depresi ST dan T inversi pada V1-V5, menunjukkan adanya penyakit jantung

iskemik.

3. Terdapat S yang dalam pada V1-V3, menunjukkan adanya hipertrofi ventrikel kiri karena

adanya beban tekanan (adanya stenosis aorta dan penyakit jantung hipertensi).

19
8. Penatalaksanaan

Tujuan dasar penatalaksanaan pasien dengan gagal jantung adalah:

1. Meningkatkan oksigenasi dengan terapi O2 dan menurunkan konsumsi oksigen dengan

pembatasan aktivitas.

2. Meningkatkan kontraksi (kontraktilitas) otot jantung dengan digitalisasi.

3. Menurunkan beban jantung dengan diet rendah garam, diuretik, dan vasodilator.

Penatalaksanaan Medis

1. Meningkatkan oksigenasi dengan pemberian oksigen dan menurunkan konsumsi O2

melalui istirahat/ pembatasan aktifitas

2. Memperbaiki kontraktilitas otot jantung

a. Mengatasi keadaan yang reversible, termasuk tirotoksikosis, miksedema, dan

aritmia.

b. Digitalisasi

1). dosis digitalis

a). Digoksin oral untuk digitalisasi cepat 0,5 mg dalam 4 - 6 dosis selama 24 jam

dan dilanjutkan 2x0,5 mg selama 2-4 hari.

b). Digoksin IV 0,75 - 1 mg dalam 4 dosis selama 24 jam.

c). Cedilanid IV 1,2 - 1,6 mg dalam 24 jam.

2). Dosis penunjang untuk gagal jantung: digoksin 0,25 mg sehari. untuk pasien usia

lanjut dan gagal ginjal dosis disesuaikan.

3). Dosis penunjang digoksin untuk fibrilasi atrium 0,25 mg.

Digitalisasi cepat diberikan untuk mengatasi edema pulmonal akut yang berat:

a). Digoksin: 1 - 1,5 mg IV perlahan-lahan.

b). Cedilamid 0,4 - 0,8 IV perlahan-lahan.

Sumber: Mansjoer dan Triyanti (2007)

Terapi Lain:

1. Koreksi penyebab-penyebab utama yang dapat diperbaiki antara lain: lesi katup jantung,

iskemia miokard, aritmia, depresi miokardium diinduksi alkohol, pirau intrakrdial, dan

keadaan output tinggi.

2. Edukasi tentang hubungan keluhan, gejala dengan pengobatan.

20
3. Posisi setengah duduk.

4. Oksigenasi (2-3 liter/menit).

5. Diet: pembatasan natrium (2 gr natrium atau 5 gr garam) ditujukan untuk mencegah,

mengatur, dan mengurangi edema, seperti pada hipertensi dan gagal jantung. Rendah

garam 2 gr disarankan pada gagal jantung ringan dan 1 gr pada gagal jantung berat.

Jumlah cairan 1 liter pada gagal jantung berat dan 1,5 liter pada gagal jantung ringan.

6. Aktivitas fisik: pada gagal jantung berat dengan pembatasan aktivitas, tetapi bila pasien

stabil dianjurkan peningkatan aktivitas secara teratur. Latihan jasmani dapat berupa jalan

kaki 3-5 kali/minggu selama 20-30 menit atau sepeda statis 5 kali/minggu selama 20

menit dengan beban 70-80% denyut jantung maksimal pada gagal jantung ringan atau

sedang.

7. Hentikan rokok dan alkohol

8. Revaskularisasi koroner

9. Transplantasi jantung

10. Kardoimioplas

C. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

 Pengkajian Primer

1. Airway

a. Sumbatan atau penumpukan secret

b. Wheezing atau krekles

2. Breathing

a. Sesak dengan aktifitas ringan atau istirahat

b. RR lebih dari 24 kali/menit, irama ireguler dangkal

c. Ronchi, krekles

d. Ekspansi dada tidak penuh

e. Penggunaan otot bantu nafas

3. Circulation

a. Nadi lemah , tidak teratur

21
b. Takikardi

c. TD meningkat / menurun

d. Edema

e. Gelisah

f. Akral dingin

g. Kulit pucat, sianosis

h. Output urine menurun

 Pengkajian Sekunder

Riwayat Keperawatan

1. Keluhan

a. Dada terasa berat (seperti memakai baju ketat).

b. Palpitasi atau berdebar-debar.

c. Paroxysmal Nocturnal Dyspnea (PND) atau orthopnea, sesak nafas saat beraktivitas,

batuk (hemoptoe), tidur harus pakai bantal lebih dari dua buah.

d. Tidak nafsu makan, mual, dan muntah.

e. Letargi (kelesuan) atau fatigue (kelelahan

f. Insomnia

g. Kaki bengkak dan berat badan bertambah

h. Jumlah urine menurun

i. Serangan timbul mendadak/ sering kambuh.

2. Riwayat penyakit: hipertensi renal, angina, infark miokard kronis, diabetes melitus,

bedah jantung, dan disritmia.

3. Riwayat diet: intake gula, garam, lemak, kafein, cairan, alkohol.

4. Riwayat pengobatan: toleransi obat, obat-obat penekan fungsi jantung, steroid, jumlah

cairan per-IV, alergi terhadap obat tertentu.

5. Pola eliminasi orine: oliguria, nokturia.

6. Merokok: perokok, cara/ jumlah batang per hari, jangka waktu

7. Postur, kegelisahan, kecemasan

8. Faktor predisposisi dan presipitasi: obesitas, asma, atau COPD yang merupakan faktor

pencetus peningkatan kerja jantung dan mempercepat perkembangan CHF.

22
Pemeriksaan Fisik

1. Evaluasi status jantung: berat badan, tinggi badan, kelemahan, toleransi aktivitas, nadi

perifer, displace lateral PMI/ iktus kordis, tekanan darah, mean arterial presure, bunyi

jantung, denyut jantung, pulsus alternans, Gallop’s, murmur.

2. Respirasi: dispnea, orthopnea, suara nafas tambahan (ronkhi, rales, wheezing)

3. Tampak pulsasi vena jugularis, JVP > 3 cmH2O, hepatojugular refluks

4. Evaluasi faktor stress: menilai insomnia, gugup atau rasa cemas/ takut yang kronis

5. Palpasi abdomen: hepatomegali, splenomegali, asites

6. Konjungtiva pucat, sklera ikterik

7. Capilary Refill Time (CRT) > 2 detik, suhu akral dingin, diaforesis, warna kulit pucat, dan

pitting edema.

Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul

1. Penurunan curah jantung b/d respon fisiologis otot jantung, peningkatan frekuensi, dilatasi,

hipertrofi atau peningkatan isi sekuncup

2. Pola nafas tidak efektif b/d penurunan volume paru

3. Perfusi jaringan tidak efektif b/d menurunnya curah jantung, hipoksemia jaringan, asidosis

dan kemungkinan thrombus atau emboli

4. Gangguan pertukaran gas b/d kongesti paru, hipertensi pulmonal, penurunan perifer yang

mengakibatkan asidosis laktat dan penurunan curah jantung.

5. Kelebihan volume cairan b/d berkurangnya curah jantung, retensi cairan dan natrium oleh

ginjal, hipoperfusi ke jaringan perifer dan hipertensi pulmonal

6. Cemas b/d penyakit kritis, takut kematian atau kecacatan, perubahan peran dalam

lingkungan social atau ketidakmampuan yang permanen.

7. Kurang pengetahuan b/d keterbatasan pengetahuan penyakitnya, tindakan yang dilakukan,

obat obatan yang diberikan, komplikasi yang mungkin muncul.

23
BAB III

TINJAUAN KASUS

I. PENGKAJIAN

Tanggal pengkajian : 26 Juni 2018

Jam pengkajian : 09.30 WIB

A. BIODATA

1. Klien

Nama : NY. P

Umur : 61 Tahun

Alamat : Blorong 2/1 Ngunut Jumantono

Agama : Islam

Pendidikan : SD

Pekerjaan :Ibu Rumah Tangga

Status Pernikahan : Kawin

Tanggal masuk RS :25 Juni 2018

No. Rekam Medis : 00438xxx

Diagnosa Medis : CHF NYHA IV

2. Penanggung Jawab

Nama : Tn. P

Umur : 25 Tahun

Alamat : Ngunut Jumantono

Hubungan dengan klien : Cucu Kandung

B. Alasan Utama MRS

Sesak nafas ±4 hari yang lalu, saat tidur harus menggunakan 5 bantal , sering terbangun

saat tidur, pasien mengatakan batuk dan berdahak

C. Keluhan Utama

Sesak nafas

24
D. Riwayat Kesehatan

1. Riwayat Kesehatan Sekarang

Klien mengeluh sesak nafas, saat tidur harus menggunakan 5 bantal untuk kesadaran

dan sering terbangun saat tidur. Klien dibawa oleh keluarga ke IGD tanggal 25 Juni

2018 jam 10.50 WIB dan dirawat di Ruang Mawar II. Saat pengkajian pasien tampak

sesak, posisi berbaring semi fowler, batu dan berdahak, tampak memakai 02 NRM 10

Lpm. Terpasang cairan RL 20tetes/menit. Klien mengatakan sesak bertambah dan

merasa lelah jika berjalan ke kamar mandi atau merubah posisi dari tidur, duduk atau

sebaliknya.

2. Riwayat Penyakit Dahulu

Klien mengatakan tidak mempunyai riwayat hipertensi, diabetes dan penyakit menular

lainnya

3. Riwayat Penyakit Keluarga

Klien mengatakan tidak mempunyai keluarga yang memiliki riwayat penyakit yang

sama dengan klien

4. Genogram

Keterangan:

= meninggal = perempuan = pasien

= laki-laki = tinggal serumah

25
E. Psikososial dan Spiritual

Respon klien terhadap masalah yang dihadapi saat ini

Klien mengatakan pasrah kepada Tuhan dengan keadaannya saat ini dan klien berharap

dapat memperoleh kesembuhan setelah melakukan pengobatan klien

Rencana klien untuk mengatasi masalah saat ini

Klien mengatakan tidak mempunyai rencana lain untuk mengobati penyakit klien , klien

mempercayakan sepenuhnya pengobatan klien pada dokter yang merawat klien pada saat

ini

Pengetahuan klien tentang penyakit yang ada

Klien mengatakan tidak mengetahui tentang penyakitnya saat ini klien hanya mengetahui

klien batuk dan sesak

Peran klien dalam masyarakat dan keluarga

klien mengatakan tidak mempunyai peran aktif di masyarakat. Dalam keluarga klien

merupakan ibu dari 4 orang anak dan 10 cucu

Pandangan klien terhadap aktifitasdimasyarakat

Klien mengatakan mendukung semua kegiatan kemasyarakatan

Aktifitas ibadah sehari-hari

Klien merupakan muslim yang taat dan selalu menjalankan shalat 5 waktu

Kegiatan keagamaan yang sering diikuti

Klien mengatakan sering mengikuti kegiatan pengajian ibu-ibu di lingkungan tempat

tinggal klien. Klien juga sering mengikuti ceramah keagamaan di Masjid.

Keyakinan tentang masalah kesehatan yang sedang dihadapi

Klien merasa yakin akan segera sembuh

F. Basic Promoting Physiology of Health

1. Aktifitas dan Latihan

Sebelum Sakit

a. Olah raga rutin : klien tidak pernah mengikuti kegiatan olahraga rutin

Frekuensi : tidak ada

b. Kemampuan melakukan ROM : klien mampu melakukan ROM aktif

26
c. Kemampuan ambulasi dan ADL klien mengatakann mampu melakukan kegiatan

sehari-hari secara mandiri

d. Alat bantu : walker, kruk, kursi roda, tongkat: klien tidak menggunakan alat bantu

Saat Sakit

a. Olah raga rutin : klien tidak pernah mengikuti kegiatan olahraga rutin

Frekuensi : tidak ada

b. Kemampuan melakukan ROM : klien mampu melakukan ROM aktif,

c. Kemampuan ambulasi dan ADL dibantu oleh keluarga

d. Alat bantu : walker, kruk, kursi roda, tongkat: klien tidak menggunakan alat bantu

2. Tidur dan Istirahat

Sebelum Sakit

a. Lama tidur : Siang 1 Jam , Malam 7 jam

Tidur siang : klien selalu istirahat sebelum atau saat sakit

b. Kesulitan/gangguan tidur : ada, klien mengeluh batuk dan sesak sehingga susah

tidur

c. Ganggaun tidur : sering terbangun

d. Alasan: klien mengatakan sering terbangun saat tidur karena batuk dan sesak

Saat sakit

a. Lama tidur : Siang 1 Jam , Malam 3-4 jam

Tidur siang : klien selalu istirahat sebelum atau saat sakit

b. Kesulitan/gangguan tidur : ada, klien mengeluh batuk dan sesak sehingga susah

tidur

c. Ganggaun tidur : sering terbangun

d. Alasan: klien mengatakan sering terbangun saat tidur karena batuk dan sesak

3. Kenyamanan dan nyeri (jik adidapati keluha nnyeri ) TIDAK ADA KELUHAN

NYERI

4. Nutrisi dan Metabolik

Frekuensi makan dan jenis makanan 3x sehari , diit Jantung

Status gizi (IMT) BB/TB2 = 50kg/(1,50)2 = 50/2,25 = 22,2 ( Normal )

Makanan yang disukai -

Makanan yang dipantang / allergi : makanan berlemak

27
Keluhan dalam pemenuhan nutrisi : tidak ada keluhan

Riwayat operasi / penyakit gastrointestinal : tidak ada riwayat operasi/ penyakit

gastrointestinal

5. Cairan dan ELektrolit

Frekuensi minum : sering 8-10 gelas/hari

Turgor kulit: baik, capillary refill tes < 3 detik

Support via IV line : RL 20 tpm , tidak terpasang NGT

Jumlah intake cairan: makan+minum = 800 ml, infuse = 1000ml, injeksi = 24 ml, total

intake = 1824 ml

Jumlah output cairan: urin = 1500ml, IWL = (15X50/24) = 31,25 ml/jam,

Total output:= 1500 ml + 750 ml = 2250 ml

Balance cairan = intake – output = 1824 ml – 2250 ml = - 426 ml

6. Oksigenasi

Keluhan sesak nafas :ada , sesak nafas

Waktu terjadi: saat tidur dan beraktivitas

Batuk : ada , berdahak sputum: ada warna putih

Riwayat penyakit pernafasan : klien mempunyai riwayat Batuk lama

Nyeri dada : tidak ada nyeri

Riwayat merokok: tidak ada riwayat

7. Eliminasi

Sebelum sakit

a. BAB

Frekuensi : 1x/ hari , waktu: pagi hari

Konsistensi: lembek , warna kuning feses, bau khas feses

Gangguan bowel: tidak ada gangguan bowel

b. BAK

Frekuensi : 5-6 x /hari, karakteristik urine: kuning jernih, tidak berbau

Keluhan dalam berkemih: tidak ada keluhan

Riwayat penyakit saluran kemih: tidak ada riwayat

Saat sakit

a. BAB

28
Frekuensi : belum BAB

Konsistensi: -

Gangguan bowel: konstipasi

b. BAK

Frekuensi : 8 x /hari, karakteristik urine: kuning jernih, tidak berbau

Keluhan dalam berkemih: tidak ada keluhan

Riwayat penyakit saluran kemih: tidak ada riwayat

8. Sensori, persepsi dan kognitif

Gangguan panca indra: tidak ada gangguan

Gangguan dalam isi pikir : masih realitis

Orientasi terhadap lingkungan / waktu / tempat: klien masih mempunyai orientasi yang

baik terhadap lingkungan, waktu dan tempat

G. PemeriksaanFisik

1. Keadaan Umum

Kesan penampilan klien : tampak sesak

Kesadaran : Composmentis

GCS E4 V5 M6

Vital Sign : Tekanan Darah: 140/80mmHg, HR: 134x/menit, RR: 36x/menit, spO2: 91,

Suhu : 36 9 C

Kepala

Kulit

Inspeksi: kulit kepala bersih, rambut hitam campur uban, bentuk kepala normal,

Palpasi : tidak ada benjolan pada kepala, tidak ada nyeri tekan

Mata

Kedua mata simetris, tidak ada oedema palpebra, konjugtiva tidak anemis, sclera tidak

ikterik, tidak ada nyeri tekan pada kedua bola mata

Muka

Bentuk muka simetris, tidak ada oedema

Hidung

29
Bentuk simetris, tidak ada polip pada rongga hidung, tidak ada nyeri tekan, tidak ada

tanda-tanda indikasi sinusitis

Mulut

Bersih, gigi geraham atas bawah tanggal 2 atas dan 2 bawah, gigi seri tanggal 2

bawah, ada karies, bibir kering , lidah pucat, tidak ada sariawan, tidak ada sianosis.

Telinga

Bentuk kiri dan kanan simetris , tidak tidak ada tanda-tanda infeksi, ada penurunan

pendengaran, tidak ada nyeri tekan pada fragus dan mastoid

Leher

Bentuk leher normal, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada nyeri tekan, JVP

meningkat, pulsasi arteri karotis teraba, tidak ada kekakuan leher.

Tenggorokan

Tidak ada nyeri menelan

2. Dada

Penampilan umum dari dada :tampak sesak

Pulmo

Inspeksi : bentuk dada simetris, respirsi 36x/menit, irama regular, nafas sesak dan

dangkal, ada retraksi dinding dada

Palpasi : tidak ada nyeri tekan. Vocal fremitus kanan lebih jelas

Perkusi : bunyi paru sonor di kedua lapang paru, batas paru hepar ICS VI

Auskuktasi : Suara vesikuler pada paru kiri dan kanan, wheezing -/-, ronchi +/+

basah halus di basal paru

Cor

Inspeksi : ictus cordis terlihat di ICS VII linea axilaris anterior

Palpasi : ictus cordis teraba di ICS VII linea axilaris anterior

Perkusi : batas kanan linea parasternalis dextra, batas atas ICS III linea sternalis

sinistra, batas kiri jantung ICS VII linea axilaris anterior sinistra

Auskuktasi : HR: 134x/menit, regular, bunyi jantung I & II sistolok di katup

trikuspidalis grade 3/6, murmur sistolik di katup atrial grade 3/6, murmur diastolic

dikatup pulmonal grade 3/6

30
3. Abdomen

Inspeksi : datar, venektasi kolateral, scar, tidak ada distensi abdomen

Auskuktasi : bising usus 20x/menit

Palpasi : lemes, nyeri tekan(-) hepar teraba, tidak teraba ballotement

Perkusi : tymphani, shilling dullness (-)

4. Genetalia

Tidak ada kelainan bentuk, tidak ada luka/laserasi/oedema/kontusia

5. Rektum

Tidak ada hemoroid

6. Ektrmitas

Atas

Kekuatan otot tangan ka / ki : normal, deformitas (-), clubbing finger (-), pucat (+)

ROM aktif pada kedua tangan, terpasang infuse RL pada tangan kanan 20tpm

CRT < 3 detik

Edema: tidak ada edema

Refleks: +/+ pada tangan kiri dan kanan , pulsasi vena dan arteri teraba jelas

Bawah

Kekuatan otot kaki ka / ki: normal, deformitas (-), pucat (-), akral hangat (+)

ROM aktif pada kedua kaki

CRT < 3 detik

Edema tidak ada edema

Refleks: (+) pada kaki kiri dan kanan, reflex patella dan plantar

7. Pengkajian neurologis secara spesifik (jikadiperlukan )

31
H. Pemeriksaan penunjang Tanggal 25/6/2018

PEMERIKSAAN HASIL NILAI RUJUKAN SATUAN

HEMATOLOGI

Hemoglobin 11,4 11,6-16,3 g/dl

Hematokrit 37,8 35-43 %

Lekosit 10,35 4,4-11,3 10^3 /ul

Trombosit 238 139-335 10^3 /ul

Eritrosit 4,60 4,1-5,1 10^6 /ul

MPV 8,8 6,5-12,00 Fl

PDW 16,3 9,0-17,0

INDEX

MCV 82,1 82,0-92,0 Fl

MCH 24,7 28-33 Pg

MCHC 30,1 32,0-37,0 g/dl

HITUNG JENIS

Gran% 69,4 50,0-70,0 %

Limfosit% 10,3 25,0-40,0 %

Monosit% 5,1 3,0-9,0 %

Eosinofil% 14,6 0,5-5,0 %

Basofil% 0,6 0,0-1,0 %

Masa Pembekuan

(CT)

Masa Perdarahan

(BT)

Golongan Darah

KIMIA

GULA DARAH

Gula Darah Sewaktu 112 70-150 Mg/100ml

GINJAL

32
Creatinin 0,90 <1,9 Mg/100ml

Ureum 44 10-50 Mg/dl

Itrepretasi EKG (Tanggal 29/6/2018)

Hasil: atrial fibrilatiom with a compoting functional pacemalcer right bundle branch block

Elektrolit ( tanggal 28/6/2018)

Natrium : hasil: 140,7 (134-151) mmol/i

Kalium : hasil 4,0 (4,02-4,82) mmol/i

Clorid : hasil 11,2 ( 105-110) mmol/i

RADIOLOGI : kardiomegali ˃ 50 %

I. TeraphyMedis

1. IUFD Tutofusin : Eas primfer 1:1 / 24 jam – 8tpm

2. O2 NRM 10Lpm

3. Therapy parenteral:

- I njeksi lansoprazole 40mg/12jam

- Injeksi furosemid 20 mg/12 jam

4. Therapy enteral

- Isosorbid dinitrat 5 mg/ 8jam

- Amiodaron 200mg./12jam

- Thrombo aspilet 80mg/12jam

- Candersartan 16mg/24jam

- Digoxin 0,25 mg/12 jam

- Aspar k 300mg/8jam

- Cetrizine 10mg/24jam

- Flunarizine 5mg/8jam

33
II. ANALISA DATA

Nama Klien :Ny. P No. Register :438xxx

Umur : 61 Tahun DiagnosaMedis : CHF NYHA IV

NO DATA FOKUS ETIOLOGI PROBLEM

1 DS: Klien mengatakan sesak

nafas

DO : - Nafas cepat dan dangkal Hiperventilasi pola nafas tidak efektif

- Irama irregular

- Terpasang 02 NRM

10lpm

- RR: 36x/m

2 DS: pasien mengatakan merasa Perubahan kontraktilitas , preload dan penurunan curah jantung

mudah lelah, jantung afterload

kadang berdebar, sering

berkeringat dingin, batuk

34
(+)

DO: - HR: 134x/menit

- Takikardi

- Tampak lelah

- Kulit dingin dan lembab

- Nafas pendek /sesak

nafas

- Distensi vena jugularis

- Kesadaran composmentis

- Edema pretibial (+)

- Tidur menggunakan

5bantal/ posisi tidur head

up 450 / semi fowler

3 DS: Klien mengatakan sesak Ketidakseimbangan antar suplai oksigen Intoleransi aktivitas

bertambah dan merasa miokard dengan kebutuhan oksigen

lelah/ cepat capek jika

35
berjalan ke toilet atau

merubah posisi dari posisi

tidur ke posisi duduk atau

sebaliknya

DO: - klien tampak lemah

- Klien tampak bedrest

- Terpasang O2 NRM

10lpm

- HR meningkat setelah

beraktifitas (140-

150x/menit

III. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Pola nafas tidak efektif b/d hiperventilasi

2. Penurunan curah jantung b/d perubahan kontraktilitas , preload dan afterload

3. Intoleransi aktifitas b/d ketidakseimbangan antara suplai oksigen miokard dengan kebutuhan oksigen ..........................................

36
IV. INTERVENSI

NO DX TUJUAN INTERVENSI

KEPERAWATAN

1 Pola nafas tidak efektif NOC: NIC:

b/d hiperventilasi  Respiratory status: ventilation 1. Monitor vital sign dan status O2 serta monitor

 Respiratory status : airway patency pola nafas

 Vital sign status 2. Posisikan pasien untuk memaksimalkan

Setelah dilakukan tindakan keperawatan ventilasi

selama 2x24 jam, pasien menunjukan 3. Atur intake dan output untuk mempertahankan

keefektifan pola nafas dengan criteria hasil: keseimbangan

- Pasien mempertahankan pola pernafasan 4. Ajarkan teknik batuk efektif untuk

yang efektif, terbukti dengan bernafas mempertahankan jalan nafas dan memobilisasi

santai pada tingkat normal dan kedalam sekresi

tidak ada dipsnea 5. Kolaborasi dokter untuk pemberian tera

- Mampu bernafas dengan mudah

- Tanda-tanda vital dalam rentang normal

37
2 Penurunan curah NOC: NIC:

jantung b/d perubahan  Cardiac pump effectifness 1. Monitor vital sign danstatus pernafasan yang

kontraktilitas , preload  Circulation status menandakan gagal jantung

dan afterload  Vital sign status 2. Catat adanya tanda dan gejala penurunan

 Tissue perfusion: perifer cardiac output

Setalah dilakukan tindakan keperawatan 3. Monitor balance cairan

selama 2x24jam , penurunan cardiac output 4. Evaluasi adanya nyeri dada

pasien teratasi dengan criteria hasil: 5. Kolaborasi pemberian obat anti arittmia,

- Tanda-tanda vital dalam rentang normal inofropark, nitrogliserin dan vasodilator untuk

- Dapat mentoleransi aktivitas tidak ada mempertahankan kontraktilitas

kelelahan

- Tidak ada edema paru, tidak ada ascites

- Tidak ada penurunan kesadaran

38
- Tidak ada distensi vena jugularis

3 Intoleransi aktifitas b/d NOC: NIC:

ketidakseimbangan  ADLs 1. Kaji adanya faktor0faktor yang menyebabkan

antara suplai oksigen  Activitas kelelahan

miokard dengan  Energy 2. Monitor respon kardiovaskuler terhadap

kebutuhan oksigen Setelah dilakukan tindakan keperawatan aktivitas (takikardi, distirmia,sesak nafas,

selama 3x24jam , pasien bertoleransi diaphoresis, pucat, perubahan haemodinamik)

terhadap aktivitas dengan criteria hasil: 3. Monitor pola tidur dan lamanya tidur

- Bias beraktifitas fisik tanpa disertai 4. Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas

peningkatan tekanan darah, nadi dan yang mampu dilakukan

respirasi 5. Bantu dalam pemenuhan ADLs

- Mampu melakukan aktivitas sehari-hari

(ADLs ) secara mandiri

- Keseimbangan antara aktivitas dan

istirahat

39
V. IMPLEMENTASI

TGL JAM NO. IMPLEMENTASI RESPON TTD

DX

26/6/18 08.00 1 - Mengukur TTV S: Klien mengatakan bersedia dilakukan pengukuran Jenny

(H-1) WIB O: TD: 140/80mmHg, HR: 134x/m RR:36x/m spO2: Dwi

91%, suhu 36,9 0 C Kairul

- Memonitor pola nafas S: klien mengatakan sesak nafas

O: - tampak sesak

- Nafas cepat dan dangkal

- Irama irregular

08.30 - Mengatur posisi semi fowler S: pasien mengatakan lebih nyaman posisi Jenny

WIB setengahduduk Dwi

O: - tampak nyaman kairul

- spO2 94%-96%

- RR: 30x/menit

- Posisi semi fowler

40
- mempertahankan pemberian S: pasien mengatakan sesak, berkurang jika

oksigen menggunakan oksigen

O: terpasang oksigen NRM 10lpm

S: klien mengatakan bersedia

- memberikan terapi sesuai advis O:- Injeksi lansoprazole 40mg/12jam

dokter - Injeksi furosemid 20 mg/12 jam

Therapy enteral

- Isosorbid dinitrat 5 mg/ 8jam

- Amiodaron 200mg./12jam

- Thrombo aspilet 80mg/12jam

- Candersartan 16mg/24jam

- Digoxin 0,25 mg/12 jam

- Aspar k 300mg/8jam

- Cetrizine 10mg/24jam

- Flunarizine 5mg/8jam

26/6/18 08.15 2 - Memonitor tanda-tanda S: klien mengataka cepat lelah jantung kadang Jenny

41
(H-I) wib penurunan cardiac output berdebar , sering keringat dingin Dwi

O: - Kesadaran composmentis kairul

- Tampak lemas

- Keringat dingin

- Palpitasi (+)/ takikardi (+)

- Melakukan perekaman jantung S: klien mengatakan bersedia dilakukan perekaman

jantung

O: Interpretasi hasil atrial fibrialasi +RBBB + left

ventrikuler hypertrophy

- Menghitung balance cairan /8jam S: Klien mengatakan sudah makan dan minum

O: Intake: Enteral: 200cc

Parenteral : injeksi 12cc

Infuse 200cc

Total Intake: 412 cc

Output: urine : 500cc

IWL : 15XBB/24jam = 15x50/24 = 31,2

42
cc/jam

Total output: 500+(31,25x8) = 750cc

Balance cairan: intake-output = 412cc -750cc = -

338 cc

26/6/18 12.00 3 - Memonitor respon kardiovaskuler S: Pasien mengatakan lelah , jantung berdetak Jenny

(H-I) WIB setelah beraktifitas makan/minum kenCang setelah berjalan ke toilet Dwi

danberjalan ke toilet O: - HR: 140X/menit kairul

- RR 40x/menit

- Tampak lelah

- Nafas cepat

- Tampak pucat dan berkeringat dingin

27/6/18 1 - Mengukur TTV S: Klien mengatakan bersedia dilakukan pengukuran Jenny

(H-II) O: TD: 170/100mmHg, HR: 98x/m RR:30x/m spO2: Dwi

95%, suhu 36,5 0 C kairul

- Memonitor pola nafas S: klien mengatakan sesak nafas

O: - tampak rilek

43
- Nafas dalam dan sedang

- Irama irregular

- Mengatur posisi semi fowler S: pasien mengatakan lebih nyaman posisi

setengahduduk

O: - tampak nyaman

- spO2 96%

- RR: 30x/menit

- Posisi semi fowler

- mempertahankan pemberian S: pasien mengatakan sesak, berkurang jika

oksigen menggunakan oksigen

O: terpasang oksigen NRM 10lpm

S: klien mengatakan bersedia

- memberikan terapi sesuai advis O:- Injeksi lansoprazole 40mg/12jam

dokter - Injeksi furosemid 20 mg/12 jam

Therapy enteral

- Isosorbid dinitrat 5 mg/ 8jam

44
- Amiodaron 200mg./12jam

- Thrombo aspilet 80mg/12jam

- Candersartan 16mg/24jam

- Digoxin 0,25 mg/12 jam

- Aspar k 300mg/8jam

- Cetrizine 10mg/24jam

- Flunarizine 5mg/8jam

27/6/18 2 - Memonitor tanda-tanda S: klien mengataka cepat lelah jantung kadang Jenny

(H-II) penurunan cardiac output berdebar , sering keringat dingin Dwi

O: - Kesadaran composmentis kairul

- Tampak lemas

- Keringat dingin

- Palpitasi (+)/ takikardi (+)

- Melakukan perekaman jantung S: klien mengatakan bersedia dilakukan perekaman

jantung

O: Interpretasi hasil atrial fibrialasi +RBBB + left

45
ventrikuler hypertrophy

- Menghitung balance cairan /8jam S: Klien mengatakan sudah makan dan minum

O: Intake: Enteral: 200cc

Parenteral : injeksi 12cc

Infuse 300cc

Total Intake: 512 cc

Output: urine : 600cc

IWL : 15XBB/24jam = 15x50/24 = 31,2

cc/jam

Total output: 600+(31,25x8) = 850cc

Balance cairan: intake-output = 512cc -850cc = -

338 cc

27/6/18 3 - Memonitor respon kardiovaskuler S: Pasien mengatakan lelah , jantung berdetak

(H-II) setelah beraktifitas makan/minum kenCang setelah berjalan ke toilet

danberjalan ke toilet O: - HR: 140X/menit

- RR 40x/menit

46
- Tampak lelah

- Nafas cepat

- tampak pucat dan berkeringat dingin

28/6/18 1 - Mengukur TTV S: Klien mengatakan bersedia dilakukan pengukuran

(H-III) O: TD: 140/80mmHg, HR: 134x/m RR:36x/m spO2:

91%, suhu 36,9 0 C

- Memonitor pola nafas S: klien mengatakan sesak nafas

O: - tampak sesak

- Nafas cepat dan dangkal

- Irama irregular

- Mengatur posisi semi fowler S: pasien mengatakan lebih nyaman posisi

setengahduduk

O: - tampak nyaman

- spO2 94%-96%

- RR: 30x/menit

- Posisi semi fowler

47
- mempertahankan pemberian S: pasien mengatakan sesak, berkurang jika

oksigen menggunakan oksigen

O: terpasang oksigen NRM 10lpm

S: klien mengatakan bersedia

- memberikan terapi sesuai advis O:- Injeksi lansoprazole 40mg/12jam

dokter - Injeksi furosemid 20 mg/12 jam

Therapy enteral

- Isosorbid dinitrat 5 mg/ 8jam

- Amiodaron 200mg./12jam

- Thrombo aspilet 80mg/12jam

- Candersartan 16mg/24jam

- Digoxin 0,25 mg/12 jam

- Aspar k 300mg/8jam

- Cetrizine 10mg/24jam

- Flunarizine 5mg/8jam

28/6/18 2 - Memonitor tanda-tanda S: klien mengatakan cepat lelah jantung kadang Jenny

48
(H-III) penurunan cardiac output berdebar , sering keringat dingin Dwi

O: - Kesadaran composmentis kairul

- Tampak lemas

- Keringat dingin

- Palpitasi (+)/ takikardi (+)

- Melakukan perekaman jantung S: klien mengatakan bersedia dilakukan perekaman

jantung

O: Interpretasi hasil atrial fibrialasi +RBBB + left

ventrikuler hypertrophy

- Menghitung balance cairan /8jam S: Klien mengatakan sudah makan dan minum

O: Intake: Enteral: 300cc

Parenteral : injeksi 12cc

Infuse 300cc

Total Intake: 612 cc

Output: urine : 600cc

IWL : 15XBB/24jam = 15x50/24 = 31,2

49
cc/jam

Total output: 600+(31,25x8) = 850cc

Balance cairan: intake-output = 512cc -850cc = -

138 cc

28/6/18 3 - Memonitor respon kardiovaskuler S: Pasien mengatakan lelah , jantung berdetak

(H-III) setelah beraktifitas makan/minum kenCang setelah berjalan ke toilet

danberjalan ke toilet O: - HR: 140X/menit

- RR 40x/menit

- Tampak lelah

- Nafas cepat

- tampak pucat dan berkeringat dingin

VI. EVALUASI

TGL/JA DX KEPERAWATAN EVALUASI TTD

26/6/2018 Pola nafas tidak efektif S: - pasien mengatakan sesak nafas Jenny

50
berhubungan dengan - pasien mengatakan nyaman jika posisi setengah duduk Dwi

hiperventilasi - pasien mengatakan nyaman jika pakai oksigen kairul

O: - Klien tampak sesak nafas

- klien tampak nafas cepat dn dangkal

- klien terpasang o2 NRM 10lpm

- spO2 96%

- RR: 30x/m

- Injeksi lansoprazole 40mg/12jam

- Injeksi furosemid 20 mg/12 jam

Therapy enteral

- Isosorbid dinitrat 5 mg/ 8jam

- Amiodaron 200mg./12jam

- Thrombo aspilet 80mg/12jam

- Candersartan 16mg/24jam

- Digoxin 0,25 mg/12 jam

- Aspar k 300mg/8jam

51
- Cetrizine 10mg/24jam

- Flunarizine 5mg/8jam

A: Masalah pola nafas belum teratasi

P: Lanjutkan intervensi

1. Monitor vital sign dan status O2 serta monitor pola nafas

2. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi

3. Atur intake dan output untuk mempertahankan keseimbangan

4. Ajarkan teknik batuk efektif untuk mempertahankan jalan nafas

dan memobilisasi sekresi

5. Kolaborasi dokter untuk pemberian terapi

26/7/2018 Penurunan Curah Jantung S: Pasien mengatakan jantung berdebar Jenny

berhubungan dengan Pasien mengatakan makan dan minum Dwi

kontraktilitas O: kesadaran Composmentis kairul

Pasien tampak lemas

Keringat dingin

52
Palpitasi (+). Takikardi

Interpretasi hasil atrial fibrialasi +RBBB + left ventrikuler

hypertrophy

Intake: Enteral: 200cc

Parenteral : injeksi 12cc

Infuse 200cc

Total Intake: 412 cc

Output: urine : 500cc

IWL : 15XBB/24jam = 15x50/24 = 31,2 cc/jam

Total output: 500+(31,25x8) = 750cc

Balance cairan: intake-output = 412cc -750cc = -338 cc

A: masalah intoleransi aktivitas belum teratasi

P : Lanjutkan intervensi

1. Monitor vital sign danstatus pernafasan yang menandakan gagal

jantung

2. Catat adanya tanda dan gejala penurunan cardiac output

53
3. Monitor balance cairan

4. Evaluasi adanya nyeri dada

5. Kolaborasi pemberian obat anti arittmia, inofropark, nitrogliserin

dan vasodilator untuk mempertahankan kontraktilitas

26/7/2018 Intoleransi aktivitas S: Pasien mengatakan lelah , jantung berdebar setelah berjalan ketoilet Jenny

berhubungan dengan O: - HR: 140x/menit Dwi

ketidakefektifan antara - RR: 40x/menit\ kairul

suplai oksigen miokard - Tampak lelah

dengan kebutuhan oksigen - Nafas cepat

- Tampak pucat dan keringat dingin

A: Masalah aktivitas belum teratasi

P: Lanjutkan Intervensi

1. Kaji adanya faktor0faktor yang menyebabkan kelelahan

2. Monitor respon kardiovaskuler terhadap aktivitas (takikardi,

distirmia,sesak nafas, diaphoresis, pucat, perubahan

54
haemodinamik)

3. Monitor pola tidur dan lamanya tidur

4. Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang mampu

dilakukan

5. Bantu dalam pemenuhan ADLs

27/7/2018 Pola nafas tidak efektif S: - pasien mengatakan sesak nafas

berhubungan dengan - pasien mengatakan nyaman jika posisi setengah duduk

hiperventilasi - pasien mengatakan nyaman jika pakai oksigen

O: - Klien tampak sesak nafas

- klien tampak nafas cepat dn dangkal

- klien terpasang o2 NRM 10lpm

- spO2 96%

- RR: 30x/m

- Injeksi lansoprazole 40mg/12jam

- Injeksi furosemid 20 mg/12 jam

Therapy enteral

55
- Isosorbid dinitrat 5 mg/ 8jam

- Amiodaron 200mg./12jam

- Thrombo aspilet 80mg/12jam

- Candersartan 16mg/24jam

- Digoxin 0,25 mg/12 jam

- Aspar k 300mg/8jam

- Cetrizine 10mg/24jam

- Flunarizine 5mg/8jam

A: Masalah pola nafas belum teratasi

P: Lanjutkan intervensi

1. Monitor vital sign dan status O2 serta monitor pola nafas

2. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi

3. Atur intake dan output untuk mempertahankan keseimbangan

4. Ajarkan teknik batuk efektif untuk mempertahankan jalan nafas dan

memobilisasi sekresi

5. Kolaborasi dokter untuk pemberian terapi

56
27/7/2018 Penurunan Curah Jantung S: Pasien mengatakan jantung berdebar Jenny

berhubungan dengan Pasien mengatakan makan dan minum Dwi

kontraktilitas O: kesadaran Composmentis kairul

Pasien tampak lemas

Keringat dingin

Palpitasi (+). Takikardi

Interpretasi hasil atrial fibrialasi +RBBB + left ventrikuler

hypertrophy

Intake: Enteral: 200cc

Parenteral : injeksi 12cc

Infuse 200cc

Total Intake: 412 cc

Output: urine : 600cc

IWL : 15XBB/24jam = 15x50/24 = 31,2 cc/jam

Total output: 600+(31,25x8) = 850cc

Balance cairan: intake-output = 412cc -850cc = -438 cc

57
A: masalah penurunan curah jantung belum teratasi

P : Lanjutkan intervensi

1. Monitor vital sign danstatus pernafasan yang menandakan gagal

jantung

2. Catat adanya tanda dan gejala penurunan cardiac output

3. Monitor balance cairanEvaluasi adanya nyeri dada

4. Kolaborasi pemberian obat anti arittmia, inofropark, nitrogliserin

dan vasodilator untuk mempertahankan kontraktilitas

27/7/2018 Intoleransi aktivitas S: Pasien mengatakan lelah , jantung berdebar setelah berjalan ketoilet Jenny

berhubungan dengan O: - HR: 140x/menit Dwi

ketidakefektifan antara - RR: 40x/menit\ kairul

suplai oksigen miokard - Tampak lelah

dengan kebutuhan oksigen - Nafas cepat

- Tampak pucat dan keringat dingin

A: Masalah aktivitas belum teratasi

P: Lanjutkan Intervensi

58
1. Kaji adanya faktor0faktor yang menyebabkan kelelahan

2. Monitor respon kardiovaskuler terhadap aktivitas (takikardi,

distirmia,sesak nafas, diaphoresis, pucat, perubahan

haemodinamik)

3. Monitor pola tidur dan lamanya tidur

4. Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang mampu

dilakukan

5. Bantu dalam pemenuhan ADLs

28/7/2018 Pola nafas tidak efektif S: - pasien mengatakan sesak nafas berkurang Jenny

berhubungan dengan - pasien mengatakan nyaman jika posisi setengah duduk Dwi

hiperventilasi - pasien mengatakan nyaman jika pakai oksigen kairul

O: - Klien tampak rileks

- klien tampak nafas sedang dan dalam

- klien terpasang o2 NRM 10lpm

- spO2 96%

- RR: 25x/m

59
- Injeksi lansoprazole 40mg/12jam

- Injeksi furosemid 20 mg/12 jam

Therapy enteral

- Isosorbid dinitrat 5 mg/ 8jam

- Amiodaron 200mg./12jam

- Thrombo aspilet 80mg/12jam

- Candersartan 16mg/24jam

- Digoxin 0,25 mg/12 jam

- Aspar k 300mg/8jam

- Cetrizine 10mg/24jam

- Flunarizine 5mg/8jam

A: Masalah pola nafas teratasi sebagian

P: Lanjutkan intervensi

1. Monitor vital sign dan status O2 serta monitor pola nafas

2. Atur intake dan output untuk mempertahankan keseimbangan

3. Ajarkan teknik batuk efektif untuk mempertahankan jalan nafas dan

60
memobilisasi sekresi

4. Kolaborasi dokter untuk pemberian terapi

28/7/2018 Penurunan Curah Jantung S: Pasien mengatakan jantung berdebar Jenny

berhubungan dengan Pasien mengatakan makan dan minum Dwi

kontraktilitas O: kesadaran Composmentis kairul

Pasien tampak lemas

Keringat dingin

Palpitasi (+). Takikardi

Interpretasi hasil atrial fibrialasi +RBBB + left ventrikuler

hypertrophy

Intake: Enteral: 300cc

Parenteral : injeksi 12cc

Infuse 300cc

Total Intake: 612 cc

Output: urine : 500cc

IWL : 15XBB/24jam = 15x50/24 = 31,2 cc/jam

61
Total output: 500+(31,25x8) = 750cc

Balance cairan: intake-output = 612cc -750cc = -138 cc

A: masalah intoleransi aktivitas belum teratasi

P : Lanjutkan intervensi

1. Monitor vital sign danstatus pernafasan yang menandakan gagal

jantung

2. Catat adanya tanda dan gejala penurunan cardiac output

3. Monitor balance cairan

4. Evaluasi adanya nyeri dada

5. Kolaborasi pemberian obat anti arittmia, inofropark, nitrogliserin

dan vasodilator untuk mempertahankan kontraktilitas

28/7/2018 Intoleransi aktivitas S: Pasien mengatakan lelah , jantung berdebar setelah berjalan ketoilet Jenny

berhubungan dengan O: - HR: 140x/menit Dwi

ketidakefektifan antara - RR: 40x/menit\ kairul

suplai oksigen miokard - Tampak lelah

62
dengan kebutuhan oksigen - Nafas cepat

- Tampak pucat dan keringat dingin

A: Masalah aktivitas belum teratasi

P: Lanjutkan Intervensi

1. Kaji adanya faktor0faktor yang menyebabkan kelelahan

2. Monitor respon kardiovaskuler terhadap aktivitas (takikardi,

distirmia,sesak nafas, diaphoresis, pucat, perubahan

haemodinamik)

3. Monitor pola tidur dan lamanya tidur

4. Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang mampu

dilakukan

5. Bantu dalam pemenuhan ADLs

63
64
BAB IV

PEMBAHASAN

Pada pembahasan ini, penulis membandingkan antara teori pada BAB III dengan asuhan

keperawatan pada Ny ”P” denganCongestive heart failure (CHF) yang dilaksanakan selama 3

hari, mulai dari tanggal 26 Juli 2018 sampai dengan 29 Juli 2018 di ruang Mawar 2 RSUD

Karanganyar . Pembahasan meliputi : berikut ini akan diuraikan pelaksanaan Asuhan

keperawatan pada pasien Ny ”P” denganCongestive heart failure (CHF) di Mawar 2 RSUD

Karanganyar sesuai tiap fase dalam proses keperawatan yang meliputi : pengkajian diagnosa

keperawatan perencanaan, pelaksanaan, evaluasi serta dilengkapi pembahasan dokumentasi

keperawatan

A. Pembahasan Pengkajian

Pada pengkajian ini penulis membandingkan dengan teori bahwa Grade gagal

jantung menurut New york Heart Associaion ( NYHA ) Terbagi menjadi 4 kelainan

fungsional (Mansjoer dan Triyanti, 2007) :

I. Timbul gejala sesak pada aktifitas fisik berat

II. Timbul gejala sesak pada aktifitas fisik sedang

III. Timbul gejala sesak pada aktifitas ringan

IV. Timbul gejala sesak pada aktifitas sangat ringan/ istirahat

Saat pengkajian klien mengeluh sesak nafas, saat tidur harus menggunakan 5 bantal

untuk kesadaran dan sering terbangun saat tidu. Pasien tampak sesak, posisi berbaring

semi fowler, batu dan berdahak, tampak memakai 02 NRM 10 Lpm. Terpasang cairan RL

65
20tetes/menit. Klien mengatakan sesak bertambah dan merasa lelah jika berjalan ke

kamar mandi atau merubah posisi dari tidur, duduk atau sebaliknya.

B. Diagnosa Keperawatan

Dalam penyusunan diagnosa keperawatan pada kasus ini penulis menggunakan

pendapat Doengoes (2002) sebagai dasar untuk perumusan diagnosis keperawatannya,

penulis mengacu pada rumusan diagnosa NANDA (2009-2011). Menurut Doengoes

(2002) diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien Ny “P” dengan Congestive heart

failure (CHF) ada 7 dan penulis juga menemukan 3 diagnosa keperawatan yang muncul

pada pasien Ny “P “. Diagnosa keperawatan yang sesuai antara pendapat Doengoes

(2002) dengan kasus adalah :

1. Pola napas tidak efektif

Menurut NANDA 2009-2011pola nafas tidak efektif adalah inspirasi dan/atau

ekspirasi yang tidak memberi ventilasi adekuat. Diagnosa di atas sesuai dengan

Doengoes (2002). Diagnosa ini muncul karena pada saat pengkajian tanda-dan gejala

pada Ny “S” yaitu pasien mengatakan sesak napas

2. Penurunan curah jantung

Menurut NANDA 2009-2011 penurunan curah jantung ketidak adekuatan darah yang

dipompa oleh jantung untuk memenuhi kebutuhan metabolik tubuh. Penurunan curah

jantung terjadi karena penurunan kontraktilitas mengacu pada perubahan kontraksi

yang terjadi pada tingkat sel dan berhubungan dengan perubahan panjang serabut

jantung dan kadar kalsium. Diagnosa ini muncul karena padasaat pengkajian kepada

pasien Ny “P”. Penulis mendapatkan data-data yang menunjang untuk ditegakkanya

66
diagnosa penurunan curah jantung. Pada saat perumusan diagnosa penulis

mendapatkan data pada pasien Ny “P” pasien mengatakan jika aktivitas mudah lelah.

3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan tidak seimbang suplai dan kebutuhan

oksigen. Menurut NANDA 2009-2011 intoleransi aktivitas adalah ketidak cukupan

energi pesikologis atau fisiologis untuk melanjutkan atau menyelesaikan aktivitas

kehidupan sehari-hari yang harus atau yang ingin dilakukan. Dan diagnosa ini muncul

berdasarkan keluhan pasien yang mengatakan aktivitasnya terbatatas dan penulis

mendaptkan data sesuai dengan pendapat Doengoes (2002).

C. Intervensi

Dalam kegiatan tahap perencanaan ini adalah penentuan prioritas masalah. Dalam

penetuan prioritas, penulis menetukan berdasarkan teori Hirarki Maslow dan dan masalah

yang mengancam jiwa pasien diprioritaskan terlebih dahulu. Penetuan prioritas dilakukan

karenan tidak semua masalah dapat diatasi dalam waktu yang bersamaan. Perencanaan

pada masing-masing diagnosa untuk tujuan disesuaikan dengan teori yang ada, dan lebih

banyak melihat dari kondisi pasien, keadaan tempat/ruangan dan sumberdaya dari tim

kesehatan. Pada penetuan kriterian waktu, penulis juga menetapkan berdasarkan kondisi

pasien, ruangan sehingga penulis berharap tujuan yang sudah disusun dan telah ditetapkan

dapat tercapai.

Adapaun pembahasan perencanaan kepada pasien Ny “P” dengan Congestive heart

failure (CHF), sesuai prioritas diaknosa keperawatan sebagai berikut :

1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan energi atau kelelahan, tujuan

utamanya adalah pasien mampu mencapai Respiratory Status: Ventilation, perencanaan

untuk diagnosa ini yang sesuai dan sudah dilakukan serta sesuai dengan Nursing

67
Interventions Classification (NIC) dan Nursing Outcomes Classification (NOC),

yaitu tanda vital dalam rentan normal ( TD : 120/80 mmHg, Suhu : 36-37,5 oC, Nadi :

60-100x/menit, dan semua perencanaan sesuai dengan Nursing Interventions

Classification (NIC) yaitu: berikan terapi oksigen sesuai dengan petunjuk dokter,

monitor aliran oksigen, tambahkan air oksigen jika habis, lakukan pengecekan jika

oksigen habis dalam tabung, ganti ohsigen serta tabung oksigen jika habis dan monitor

TTV. Dari perencanaan yang telah di susun semua bisa terlaksana.

2. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan kontraktilitas, tujuan

utamanya adalah Cardio Pulmo Evektiveness, dengan kreteria hasil: tanda vital dalam

rentang normal (Tekanan darah : 110/80 mmHg, sampai 120/80mmHg, Nadi : 60-

100x/menit, respirasi rate : 18-24x/mrnit). Perencanaan untuk diagnosa ini sudah sesuai

dengan Nursing Interventions Classification (NIC) dan Nursing Outcomes

Classification (NOC), perencanannya adalah monitor frekuensi jantung, monitor TTV,

monitor status nutrisi dan lakukan kolaborasi pemberian obat untuk mempertahankan

kontraktilitas jantung dan monitor frekuensi jantung. Dari perencanaan ada 1

perncanaan yang tidak bisa penulis laksanakan yaitu memonitor frekuensi jantung.

3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidak seimbangan suplai dan kebutuhan

oksigen tujuan utama dari perncanaan diagnosa adalah diharapkan pasien mampu

mencapai Selfe care : ADLS, perencanaan untuk diagnosa ini sesuai dengan Nursing

Interventions Classification (NIC) dan Nursing Outcomes Classification (NOC), yaitu

kaji adanya faktor kelelahan, observasi dalam melakukan aktivitas, kaji adanya faktor

yang menyebabkan kelemahan, bantu ADLS pasien, anjurkan pasien untuk istirahat,

68
jaga agar rambut tetap bersih, monitor kondisi umum pasien dan monitor TTV dari

semua perencanan bisa dilakukan.

D. Implemenmtasi

Pada tahap pelaksanaan ini, pada dasarnya disesuaikan dengansusunan perencanaan ,

dengan maksud agar semua kebutuhan pasien dapat terpenuhi secara optimal. Dalam

melaksanakan asuhan keperawatan ini, penulis melibatkan pasien, keluarga dan tim

kesehatan lain sehingga dapat bekerja sama dalam memberikan asuhan keperawatan pada

pasien . dalam pelaksanaan penulis juga melakukan tindakan secara mandiri, melakukan

kolaborasi dengan dokter dan tim kesehatan lainya. Adapun pembahasan pelaksanaan dari

masing-masing diagnosa yang telah tersusun adalah sebagi berikut :

1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan energi atau kelelahan.

Perencanaan dari diagnosa prioritas ini sudah sesuai dengan teori Nursing

Interventions Classification (NIC) dan Nursing Outcomes

Classification (NOC) . Diagnosa ini diambil dari NANDA (2009-2011).

a. Independen :Memonitor aliran oksigen, menambahkan air oksigen jika habis,

melakukan pengecekan jika oksigen habis dalam tabung, mengganti oksigen serta

tabung oksigen jika habis dan memonitor TTV

b. Interdependen : tidak ada

c. Dependen : Memberikan terapi oksigen sesuai dengan petunjuk dokter,. Dari

rencana tindakan diatas semua bisa dilaksanakan.

2. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan kontraktilitas. Perencanaan

dari diagnosa prioritas ini sudah sesuai dengan teori Nursing Interventions

69
Classification (NIC) dan Nursing Outcomes Classification (NOC) . Diagnosa ini

diambil dari NANDA (2009-2011).

a. Independen : Memonitor TTV, ( TD : 130/90 mmHg), suhu : 36-37,5 oC, Nadi :

60-100x/menit, memonitor status nutrisi pasien, membatasi aktivitas

pasien.

b. Interdependen : Mengkolaborasikan pemberian diet rendah garam

c. Dependen :Memberikan injeksi Lasix 20 mg/IV/8 jam.

3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidak seimbangan suplai dan kebutuhan

oksigen. Perencanaan dari diagnosa prioritas ini sudah sesuai dengan teori Nursing

Interventions Classification (NIC) dan NursinG Outcomes

Classification (NOC) . Diagnosa ini diambil dari NANDA (2009-2011).

a. Independen : Mengobservasi dalam melakukan aktivitas, mengkaji adanya faktor

yang menyebabkan kelemahan, membantu ADLS pasien, menganjurkan pasien untuk

istirahat, menjaga agar rambut tetap bersih, monitor kondisi umum pasien dan monitor

TTV.

E. Evaluasi

Pada evaluasi penulis mengukur tindakan yang telah dilakukan dalam memenuhi

kebutuhan klien. Evaluasi disesuaikan dengan criteria penilaian yang telah ditetapkan dan

waktu yang telah ditentukan dengan tujuan keperawatan. Evaluasi adalah tindakan

intelektual untuk melengkapi proses keperawtan yang menandakan keberhasilan dari

diagnose keperawtan, rencana tindakan dan pelaksaannya (Nursalam, 2008)

Tujuan tercapai sebagian

70
1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan energi atau kelelahan.

Evaluasi terakhir dilakukan pada hari kamis tanggal 19 Juli 2012 pukul 07:00 WIB,

sesuai dengan tujuan dan kreteria waktu yang telah ditentukan sehingga tujuan tercapai

sebagian dapat dikatakan dengan indikator tanda vital dalam rentan normal ( TD :

120/80 mmHg, Suhu : 36-37,5 oC, Nadi : 60-100x/menit dan tidak ada suara nafas

tambahan

2. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan kontraktilitas. Evaluasi

terakhir dilakukan pada hari kamis tanggal 29 Juli 2018 pukul 07:00 WIB, sesuai

dengan tujuan dan kreteria waktu yang telah ditentukan sehingga tujuan tercapai

sebagian dapat dikatakan dengan indikator tanda vital dalam rentan normal ( TD :

120/80 mmHg, Suhu : 36-37,5oC, Nadi : 60-100x/menit. warna kiulit tidak kemerahan

dan lembab dan membatasi aktivitas pasien (aktivitas cukup ditempat tidur)

3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidak seimbangan suplai dan kebutuhan

oksigen. Evaluasi terakhir dilakukan pada hari kamis tanggal 29 Juli 2018 pukul 07:00

WIB, sesuai dengan tujuan dan kreteria waktu yang telah ditentukan sehingga tujuan

tercapai sebagian dapat dikatakan dengan indikator mampu beraktivitas di tempat tidur

tanpa bantuan.

71
BAB V

A. KESIMPULAN

CHF (Congestive Heart Failure) adalah suatu kegagalan jantung dalam memompa

darah untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Suatu keadaan patofisiologi adanya kelainan

fungsi jantung berakibat jantung gagal memompakan darah untuk memenuhi kebutuhan

metabolisme jaringan dan atau kemampuannya hanya ada kalau disertai peninggian

tekanan pengisian ventrikel kiri. Faktor-faktor yang dapat memicu perkembangan gagal

jantung melalui penekanan sirkulasi yang mendadak dapat berupa : aritmia, infeksi

sistemik dan infeksi paru-paru dan emboli paru-paru. Gagal jantung ditangani dengan

tindakan umum untuk mengurangi beban kerja jantung dan manipulasi selektif terhadap

ketiga penentu utama dari fungsi miokardium, baik secara sendiri-sendiri maupun

gabungan dari : beban awal, kontraktilitas dan beban akhir.

B. SARAN

Secara umum Penulisan makalah ini diharapkan agar pembaca dapat menjaga kesehatan

organ jantung sehingga proses metabolisme didalam tubuh manusia dapat berjalan dengan

baik dan seimbang dan dapat menghindari resiko kematian.

1. Bagi klien

Diharapkan dapat mengikuti semua anjuran dokter dan dapat bekerjasama dengan baik

dalam proses perawatan.

72
2. Bagi perawat ruang

Di harapkan dapat memberikan asuhan keperawan dengan baik sesuai dengan

kebutuhan pasien dan memonitoring hasil asuhan keperawatan yang diberikan serta

melakukan pendokumentasian dengan baik dan benar.

3. Bagi mahasisawa keperawatan

Diharapkan makalah ini bisa menjadi referensi bagi mahasiswa untuk menambah

pengetahuan tentang CHF dan cara memberikan asuhan keperawatan yang benar pada

pasien CHF.

73
DAFTAR PUSTAKA

Ardini, Desta N. 2007. Perbedaaan Etiologi Gagal jantung Kongestif pada Usia Lanjut

dengan Usia Dewasa Di Rumah Sakit Dr. Kariadi Januari - Desember 2006.

Semarang: UNDIP

Brunner dan Suddarth.2002.Keperawatan Medikal-Bedah Edisi 8.Jakarta:EGC.

Jayanti, N. 2010. Gagal Jantung Kongestif. Dimuat dalam

http://rentalhikari.wordpress.com/2010/03/22/lp-gagal-jantung-kongestif/ (diakses

pada 6 Februari 2012)

Johnson, M.,et all. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition. New

Jersey: Upper Saddle River

Mansjoer, A dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta: Media

Aesculapius

Mc Closkey, C.J., Iet all. 1996. Nursing Interventions Classification (NIC) Second Edition.

New Jersey: Upper Saddle River

Moyet Carpenito,Lynda Juall.2006.Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi

10.Jakarta.EGC

Muttaqin, Arif.2009.Asuhan Keperwatan Klien dengan Gangguan Sistem Kardiovaskular

dan Hematologi.Jakarta:Salemba Medika.

Muttaqin, Arif.2010.Pengkajian Keperawatan Aplikasi Pada Pratik

Klianik.Jakarta:Salemba Medika.

74
Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006. Jakarta: Prima

Medika

Udjianti Juni, Wajan.2010.Keperawatan Kardiovaskular.Jakarta:Salemba Medika.

Udjianti, Wajan J. 2010. Keperawatan Kardiovaskuler. Jakarta: Salemba medika

75

S-ar putea să vă placă și