Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
Oleh :
Intan Ayu Agustin
P27820715013
KEMENTRIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN SURABAYA
JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI D IV KEPERAWATAN GAWAT DARURAT
2017-2018
LAPORAN PENDAHULUAN
PADA PASIEN DENGAN SPONDILITIS TUBERCULOSA
1. Definisi
Spondilitis Tuberculosa yaitu infeksi kronis yang berupa infeksi granulomatosis yang
disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosa yang menyerang vertebra. Spondylitis
TB disebut juga Penyakit Pott bila disertai paraplegi atau deficit neurologis. Spondylitis ini
pasling sering ditemukan pada vertebra T8 sampi L3 dan paling jarang pada C2. Spondylitis
Tb biasanya mengenai korpus vertebra, sehingga jarang mengenai arkus vertebra.
2. Etiologi
Spondilitis TB merupakan infeksi sekunder dari tuberculosis ditempat lain ditubuh.
Penyebabnya yaitu bakteri berbentuk batang atau basil yang mempunyai sifat khusus yaitu
tahan terhadap asam pada pewarnaan. Oleh karena itu disebut sebagai Basil Tahan Asam
(BTA). Kuman TB cepat mati dengan sinar matahari langsung, tetapi dapat bertahan hidup
beberapa jam ditempatyang gelap dan lembab. Dalam jaringan tubuh, kuman ini dapat dorma
atau tertidur lama selama beberapa tahun.
3. Anatomi Vertebrae
Tulang vertebra terdri dari 33 tulang: 7 buah tulang servikal, 12 buah tulang torakal, 5
buah tulang lumbal, 5 buah tulang sakral. Tulang servikal, torakal dan lumbal masih tetap
dibedakan sampai usia berapapun, tetapi tulang sakral dan koksigeus satu sama lain
menyatu membentuk dua tulang yaitu tulang sakum dan koksigeus (Cailliet, 1981 dikutip
oleh Kuntono, 2007). Kolumna vertebralis mempunyai lima fungsi utama, yaitu: (1)
menyangga berat kepala dan dan batang tubuh, (2) melindungi medula spinalis, (3)
memungkinkan keluarnya nervi spinalis dari kanalis spinalis, (4) tempat untuk perlekatan
otot-otot, (5) memungkinkan gerakan kepala dan batang tubuh (Seelley dan Stephens, 2001
dikutip oleh Yanuar, 2003).
Tulang vertebra secara gradual dari cranial ke caudal akan membesar sampai mencapai
maksimal pada tulang sakrum kemudian mengecil sampai apex dari tulang koksigeus.
Struktur demikian dikarenakan beban yang harus ditanggung semakin membesar daricranial
hingga caudalsampai kemudian beban tersebut ditransmisikan menuju tulang pelvis melalui
articulatio sacroilliaca. Korpus vertebra selain dihubungkan oleh diskus intervertebralis juga
oleh suatu persendian sinovialis yang memungkinkan fleksibilitas tulang punggung, kendati
hanya memungkinkan pergerakan yang sedikit untuk mempertahankan stabilitas kolumna
vertebralis guna melindungi struktur medula spinalis yang berjalan di dalamnya. Stabilitas
kolumna vertebralis ditentukan oleh bentuk dan kekuatan masing-masing vertebra, diskus
intervertebralis, ligamen dan otot-otot (Moore, 1999 dikutip oleh Yanuar, 2002). Vertebra
lumbalis terletak diregio punggung bawah antara regio torakal dan sakrum. Vertebra pada
regio ini ditandai dengan korpus vertebra yang berukuran besar, kuat dan tiadanya costal
facet. Vertebra lumbal ke 5 (VL5) merupakan vertebra yang mempunyai pergerakan terbesar
dan menanggung beban tubuh bagian atas (Yanuar, 2002).
Menurut Adam et al (1989); Bagduk (1997); Morris (1980) dikutip oleh Auliana (2003)
setiap vertebra lumbal dibagi atas 3 set elemen fungsional yaitu :
1. Elemen anterior atau korpus vertebra
Merupakan komponen utama dari kolumna vertebralis. Berfungsi untuk
mempertahankan diri dari beban kompresi yang tiba pada kolumna vertebra bukan
saja dari berat badan, tetapi juga dari kontraksi otot-otot punggung.
2. Elemen posterior
Elemen posterior berfungsi untuk mengatur kekuatan pasif dan aktif yang mengenai
kolumna vertebralis dan juga mengatur gerakannya. Prosesus artikularis memberikan
mekanisme lockingyang menahan tergelincirnya ke depan dan terpilinnya korpus
vertebra. Prosesus spinosus, transversus, mamilaris dan aksesorius menjadi tempat
melekatnya otot sekaligus menyusun pengungkit untuk memperbesar kerja otot-otot
tersebut. Lamina merambatkan kekuatan dari prosesus spinosus dan prosesus
artikularis superior ke pedikel sehingga ia rentan terhadap trauma seperti fraktur pars
artikularis.
3.Elemen tengah
Elemen tengah terdiri dari pedikel. Pedikel berfungsi menghubungkan elemen
posterior dan anterior, memindahkan kekuatan yang mengontrol dari elemen
posterior ke anterior.
4. Vertebra sakrum merupakan tulang yang berbentuk segitiga dan merupakan fusi
dari kelima segmen vertebra segmen sakral. Sakrum berperan dalam stabilisasi dan
kekuatan dari pelvis serta mentransmisikan berat badan tubuh ke pelvis (Yanuar, 2002).
5. Persendian pada kolumna vertebralis ada 2 yaitu persendian antara 2 korpus
vertebra (amphiarthrodial) dan antara 2 arkus vertebra (arthrodial). Persendian ini
membentuk apa yang disebut motion segmen (Bagduk, 1997; Finneson, 1980 dikutip
oleh Auliana, 2003). Persendian antara 2 vertebra disebut persendian amfiartrodial
dimana permukaan tulang dihubungkan baik oleh fibrokartilago diskus atau oleh ligamen
interoseus, sehingga pergerakan menjadi terbatas tetapi bila keseluruhan vertebra
bergerak maka rentang gerakan dapat diperhitungkan (Finneson, 1980 dikutip Auliana,
2003).
Ligamen interspinosus
Ligamen interspinosus merupakan ligamen yang menghubungkan prossesus
spinosus mulai dari basis hingga apex, merupakan ligamen yang lemah hampir
menyerupai membran (Yanuar, 2002)
Ligamen intertranversus
Ligamen intertranversus adalah ligamen yang menghubungkan prossesus
tranversus yang berdekatan. Ligamen ini di daerah lumbal tipis dan bersifat membranosa
(Yanuar, 2002).
Ligamen supraspinosus
Ligamen supraspinosus menghubungkan prosesus spinosus di daerah apex
vertebra servikal ke 7 (VC7) sampai dengan sakrum. Ligamen ini dibagian kranial
bergabung dengan ligamen nuchae. Ligamen supraspinosus ini kuat, menyerupai tali
(Yanuar, 2002).
4. Manifestasi Klinis
a) Badan lemah / lesu
b) Nafsu makan menurun
c) BB menurun
d) Suhu tubuh sedikit meningkat (sub febris) terutama pada malam hari
e) Nyeri punggung
f) Nyeri radikuler yang mengelilingi dada atau perut
g) Deformitas tulang belakang
h) Adanya spasme otot paravertebralis
i) Gangguan motoric
j) Adanya gibus/kifosis
5. Stadium Penyakit
a) Stadium implantasi
Setelah bakteri berada pada tulang, maka bila daya tahan tubuh penderita turun maka
bakteri akan berduplikasi membentuk koloni yang berlangsung selama 6-8 minggu.
Keadaany ini umumnya terjadi pada daerah paradiskus dan pada anak -anak umumya
pada daerah sentral vertebra.
6. Patofisiologi
Basil TB masuk kedalam tubuh kebanyakan melalui traktus respiratorius. Pada saat
etrjadi infeksi primer, karena keadaan umum yang buruk maka dapat terjadi basilemia.
Penyebaran etrjadi secara hematogen. Basil TB dapat tersangkut di paru, hati, limpa,
ginjal, dan tulang. Enam hingga delapan minggu kemudian respon tubuh imunologis
timbul dan fokus tasi dapat mengalami reaksi selular yang kemudian menjadi tidak aktif
atau mungkin sembuh sempurna. Vertebra merupakan tempat yang sering terjangkit
tuberkulosis tulang. Penyakit ini paling sering menyerang korpus vertebra. Penyakit ini
pada umumnya menyerang lebih dari satu vertebra. Infeksi berawal dari bagian sentral,
bagian depan, atau daerah apifisial korpus vertebra. Kemudian terjadi hiperemi dan
eksudasi yang menyebabkan osteoporosis dan perlunakan korpus. Selanjutnya terjadi
kerusakan pada korteks epifise, discus intervertebralis dan vertebra sekitarnya.
Kerusakan pada bagian depan korpus ini akan menyebabkan terjadinya kifosis yang
dikenal sebagai gibbus. Berbeda dengan infeksi lain yang cenderung menetap pada
vertebra yang bersangkutan, tuberkulosis akan terus mengahncurkan vertebra didekatnya.
Kemudiann eksudat menyebar ke depan, dibawah ligamentum longitudinal anterior dan
mendesak aliran darah vertebra didekatnya. Eksudat ini dapat menembus ligamentum
dan dapat berekspansi ke berbagai arah disepanjang garis ligamnet yang lemah. Pada
daerah servical, eksudat terkumpul dibelakang fascia paravertebralis dan menyebar
lateral dibelakang mukulus sklernokleidomastioideus. Eksudat dapat mengalami protrusi
kedepan dan menonjol kedalam faring yang dikenal sebagai abses faringeal. Abses dapat
berjalan ke mediastinum mengisi tempat trakea, esophagus, atau kavum pleura. Abses
pada vertebra torakalis akan tetap tinggal pada daerah toraks setempat menempati daerah
paravertebral, berbentuk massa yang menonjol fusiform. Abses pada serah ini dapat
menekan medulla spinalis sehingga timbul paraplegia. Abses pada daerah lumbal dapat
menyebar masuk mengikuti muskulus psoas dan muncul dibawah ligamentum inguinal
pada bagian medial paha. Eksudat juga dapat menyebar kedaerah krista iliaka dan
mungkin dapat mengikuti pembuluh darah femoralis pada trigonum skarpei atau regio
glutea.
7. Pathway
Pre op
Pathways post op
8. Pemeriksaan Penunjang
a) Pemeriksaan Laboratorium
Peningkatan LED dan mungkin disertai leukositosis
Uji Mantoux : hasil positif TB
Pada pemeriksaan biakan kuma mungkin ditemukan Mycobacterium
Biopsy jringan granulasi atau kelenjar limbfe regional
Pemeriksaan hispatologi ditemukan tuberkel. Pemeriksaan foto toraks untuk
melihat adanya tberkulosis paru
Phungsi lumbal akan didapati tekanan cairan serebrospinalis rendah
b) Pemeriksaan Radiologi
Foto polos vertebra ditemukan osteoporosis, osteolitil, dan destruksi korpus
vertebra disertai penyempitan diskus intervertebralis yang berada diantara korpus
tersebutdan mungkin dapat ditemukan adanya abses paravertebral.
Pemeriksan mielografi dilakukan bila terdapat tanda-tanda penekanan pada
sumsum tulang
CT Scan
Dapat memberikan gambaran tulang secara lebih detail dari lesi irregular,
sclerosis, kolaps diskus.
9. Penatalaksanaan
a) Head education :
- Memberikan masker untuk mencegah terjadinya penularan
- Memberikan kebutuhan yang sesuai kebutuhan
- Menganjurkan untuk meminum rutin obat anti TB
10. Komplikasi
a) Pott’s Paraplegia, dimana ekstremitas bawah mengalami kelumpuhan karena tekanan
ekstradural oleh pus maupun sequeter, atau invasi jaringan granulasi pada medula
spinalis bila pada stadium awal. Dan pada stadium lanjut terjadi karena terbentuknya
fibrosis dari jaringan granulasi atau perlekatan tulang diatas kanalis spinalis.
b) Empisema tuberkulosis, yang disebabkan oleh rupturnya abses paravertebra torakal ke
dalam pleura
c) Cold abses, yang disebabkan oleh pus pada vertebra lumbal yang turun ke otot
iliopsoas membentuk psoas abses
DAFTAR PUSTAKA
1) Pengkajian
a) Identitas
Meliputi nama klien, umur, jenis kelamin, pekerjaan, status perkawinan, agama, suku
bangsa, Pendidikan terakhir, alamat, tanggal pengkajian, tanggal MRS, diagnosa medis
b) Riwayat kesehatan sekarang
Keluhan utama pasien dengan spondilitis TB yaitu nyeri punggung bagian bawah
sehingga mendorong pasien berobat ke rumah sakit. Pada awal dapat dijumpai nyeri
radikuler yang mengelilingi dada atau perut. Nyeri dirasakan meningkat pada malam
hari dan bertambah berat terutama saat pergerakan pada tulang belakang. Selain
keluhan utama tersebut klien juga bis amengeluh nafsu makan menurun, badan terasa
lemah, suhu tubuh sedikit panas, keringat dingin, dan terjadi penurunan BB.
c) Riwayat kesehatan dahulu
Terajadinya spondylitis TB biasanya didahului dengan adanya riwayat pernah
menderita penyakit Tb paru.
d) Riwayat kesehatan keluarga
Pada klein dengan spondylitis TB penyebab timbulnya yaitu klien pernah atau masih
kontak dengan penderita lain yang menderita penyakit TB pada keluarga maupun
disekitarnya.
e) Riwayat psikososial
Klien akan cemas terhadap penyakit yang diderita sehingga klien akan sedih, dengan
kurangnya pengetahuan tentang penyakitnya, pengobatan dan perawatan terhadapnya
maka pendertia akan merasa takut dan bertambah cemas sehingga emosinya akan tidak
stabil dan mempengaruhi sosialisasi penderita dengan linkungannya.
f) Pola fungsi kesehatan
1) Pola persepsi dan tatalaksana hidup sehat
Adanay tindakan medis dan perawatan di RS mempengaruhi persepsi klien
tentang kebiasaan merawat diri, yang dikarenakan tidak semua klien mengerti
benar perjalanan penyakitnya. Sehingga menimbulkan salah persepsi dalam
pemeliharaan kesehatan. Dan juga kemungkinan terdapatnya riwayat tentang
keadaan perumahan, gizi dan tingkat ekonomi klien akan mempengaruhi
kesehatan klien
2) Pola nutrisi dan metabolisme
Akibat dari proses penyakit klien merasakan tubuhnya menjasi lemah. Sedangkan
kebutuhan metabolisme tubuh semakin meningkat sehingga klien akan mengalami
gangguan pada status nutrisinya.
3) Pola eliminasi
Kelien akan mengalami perubahan dalam cara eliminasi yang semula bisa ke
kamar mandi, karena lemah, nyeri punggung dan karena ada penatalaksanaan
perawatan imobilisasi, sehingga jika klien ingin BAB atau BAK harus diatas
tempat tidur dengan alat dan bantuan keluarga atau tenaga kesehatan. Dengan
perubahan tersbut klien tidak terbiasa dan akan terjadi gangguan eliminasi.
4) Pola aktifitas
Karena adanya kelemahan fisik , nyeri punggung dan karena ada penatalaksanaan
perawatan imobilisasi akan menyebabkan klien membatasi aktifitas fisik dan
berkurangnya kemampuan dalam melaksanakan aktifitas fisik tersebut.
5) Pola tidur dan istirahat
Adanya nyeri pada punggung, dan perubahan lingkuangan atau dampak
hospitalisasi akan menyebabkan masalah dalam pemenuhan kebutuahn tidur dan
istirahat.
6) Pola hubungan dan peran
Sejak sakit dan masuk RS klien mengalami perubahan peran atau tidak mampu
menjalankan perannya sebagaimana msetinya, baik dalam keluarga maupun
masyarakat. Hal tersebut berdampak terganggunya hubungan interpersonal.
7) Pola persepsi dan konsep diri
Klien dengan spondylitis TB seringkali emrasa malu terhadap bentuk tubuhnya
dan terkadang sampai mengisolasi dirinya
8) Pola sensori dan kognitif
Fungsi indra klien tidak mengalamii ganguuan kecuali bila terjadi komplikasi
paraplegi.
9) Pola reproduksi seksual
Kebutuhan klien dalam hal melakukan hubungan seksual akan terganggu bila klien
dirawat di RS, namun dalam hal curahan kasih saying dan perhatian dari pasangan
hidupnya dalam hal merawat sehari – hari tidak akan terganggu.
10) Pola penanggulangan stress
Klien yang kurang memahami kondisinya kan mengalami stress. Dan klien akan
lebih bnayak bertanya tentang penyakitnya untuk mengurangi stressnya.
11) Pola nilai dan kepercayaan
Klien yang sebelum sakit rajin melakukan ibadah, maka saat sakit di ajuga akan
giat beribadah sesuai dengan kemampuannya. Karena dengan beribadah mereka
akan merasa lebih tenang dan juga dapat mengurangi stress yang dialaminya.
g) Pemeriksaan Fisik
1) B1 (Breathing)
Terkadang didapatkan adanya bakteri tuberculosa pada paru-paru
2) B2 (Blood)
Terkadang didapatkan adanya bakteri tuberculosa pada aliran darah
3) B3 (Brain)
Pasien tmapak lemah, terjadi peningkatan suhu tubuh (sub febris)
4) B4 (Bowel)
Terdapat penurunana nafsu makan sampai penurunan BB
5) B5 (Bladder)
Biasanya terjadi gangguan eliminasi karena klien harus bedrest
6) B6 (Bone)
Nyeri pada tulang belakang, deformitas tulang belakang dan tampak kifosi,
terdapat spasme otot paravertebralis
2) Diagnosis Keperawatan
1) Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan muskoloskeletal
2) Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan fungsi tubuh
3) Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi
3) Intervensi
1) Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan muskoloskeletal
Tujuan : klien dapat melakukan mobilisasi secara optimal
Kriteria Hasil :
Klien dapat ikut serta dalam program latihan
Mencari bantuan sesuai kebutuhan
Mempertahankan koordinasi dan mobilitas sesuai tingkat optimal
Intervensi :
a) Kaji mobilitas yang ada dan observasi terhadap peningkatan kerusakan
Rasional : mengetahui tingkat kemampuan klien dalam melakukan aktifitas
b) Bantu klien melakukan latihan ROM, perawatan diri sesuai toleransi
Rasional : untuk memelihara fleksibilitas sendi sesuai kemampuan
c) Memelihara bentuk spinal yaitu dengan cara memberika tempat tidur dengan
alas kayu atau kasur busa yang keras yang tidak menimbulkan lekukan saat
klien tidur
Rasional : mempertahankan posisi tulang belakang tetap rata
d) Mempertahankan postur tubuh yang baik dan latihan pernapasan
Rasional : untuk menegakkan postur dan menguatkan otot-otot paraspinal
2) Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan fungsi tubuh
Tujuan : klien dapat mengekspresikan perasaannya dan dapat menggunakan koping
yang adaptif
Kriteria Hasil :
Klien dapat mengungkapkan perasaan / perhatian dan menggunakan keterampilan
koping yang positif dalam mengatasi perubahan citra.
Intervensi :
a) Berikan kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan. Perawat
harus mendengarkan dengan penuh perhatian.
Rasional : meningkatkan harga diri klien dan membina hubungan saling percaya
dan dengan ungkapan perasaan dapat membantu penerimaan diri
b) Bersama – sama klien mencari alternatif koping yang positif
Rasional : dukungan perawat pada klien dapat meningkatkan rasa percaya diri
klien
c) Kembangkan komunikasi dan bina hubungan antara klien, keluarga, dan teman
Rasional : memberikan semangat bagi klien agar dapat memandang dirinya
secara positif dan tidak merasa rendah diri
3) Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi
Tujuan : klien dan keluarga dapat memahami cara perawatan dirumah
Kriteria Hasil :
Klien dapat memperagakan pemasangan dan perawatan brace / korset
Mengekspresikan pengertian tentang jadwal pengobatan
Klien mengungkapkan pengertian tentang proses penyakit, rencana pengobatan,
dan gejala kemajuan penyakit.
Intervensi :
a) Diskusikan tentang pengobatan : nama, jadwal pengobatan, tujuan, dosis, dan
efek sampingnya
Rasional : agar klien memahami pengobatan dan perjalanan penyakitnya
b) Peragakan pemasangan dan perawatan brace / korset
Rasional : agar klien dan keluarga mampu menggunakan secara mandiri
c) Perbanyak diet nutrisi dan masukan cairan yang adekuat
Rasional : memenuhi kebutuhan tubuh karena terjasi peningkatan laju
metabolisme
d) Tekankan pentingnya lingkungan yang aman untuk mencegah fraktur
Rasional : mencegah terjadinya kondisi yang lebih parah
4) Implementasi
Merupakan tahap keempat dari proses keperawatan. Tahap ini dimulai setelah rencana
tindakan disusun untuk membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan yang mencakup
peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, dan manifestasi koping.
5) Evaluasi
Merupakan tahap terakhir dalam proses keperawatan. Evaluasi merupakan tindakan
elektual untuk melengkapi proses keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnose
keperawatan, rencana tindakan, dan penatalaksanaannya sudah berhasil dicapai. Hasil dari
evaluasi dibagi menjadi 3 yaitu masalah teratasi, masalah teratasi sebagian, dan masalah
belum teratasi.