Sunteți pe pagina 1din 55

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Vertigo merupakan masalah kesehatan yang nyata pada masyarakat. Pasien

mangalami kesulitan dalam mengungkapkan timbulnya gejala. Dokter umum dan

spesialis yang memeriksa seringkali memiliki pengetahuan yang terbatas

mengenai sistem vestibuler, disamping itu tidak ada pemeriksaan laboratorium

yang tersedia untuk mendiagnosis vertigo (Kentala, 2003). Pasien vertigo

mengeluhkan berbagai macam gejala meliputi mual, instabilitas postural,

pandangan kabur, dan diorientasi. Gejala-gejala ini menimbulkan berbagai

macam problem emosional dan fisik seperti emosional, kecemasan, dan

ketidakmampuan melakukan aktivitas sehari-hari. Gangguan sistem vestibuler

mempengaruhi kesehatan dan berhubungan dengan kualitas hidup. Pasien vertigo

bisa menghindari kegiatan fisik dan stres psikologi dan menarik diri dari aktifitas

sosial, hal tersebut berhubungan dengan depresi yang mempengaruhi

pengendalian diri(Strosser et al., 2000). Penyebab vertigo meliputi vestibuler

perifer (berasal dari sistim saraf perifer), vestibuler sentral dan kondisi lain

(Suraet al., 2010).

Vertigo perifer didefinisikan sebagai sensasi berputar dengan provokasi

perubahan posisi disertai mual, muntah dan gangguan keseimbangan. Benign

Paroxysmal Positional Vertigo (BPPV) dikonfirmasi dengan pemeriksaan Dix

Hallpike, sedangkan Meniere disease selain pusing berputar, juga disertai adanya

1
tinitus, dan kehilangan pendengaran (Von Brevern et al., 2007). Lima belas

persen diantara pasien yang dikonsulkan ke spesialis saraf adalah vertigo

(Joesoef, 2002). Dizziness dan vertigo menempati urutan ketiga tersering yang

disampaikan pasien di IRD (Koelliker et al., 2001). Di RSUP Dr Sardjito

Yogyakarta, pasien vertigo yang datang ke poliklinik saraf selama tahun 2004,

sekitar 4,9% dari 13.355 kunjungan (Muzayyin et al., 2005). Vertigo mengenai

semua golongan umur, insidensi 25% pada pasien usia lebih dari 25 tahun, dan

40% pada pasien usia lebih dari 40 tahun, dizziness dilaporkan sekitar 30% pada

populasi berusia lebih dari 65 tahun (Kwong et al., 2005).

Prevalensi vertigo tergantung faktor usia (Davis et al., 2003).Kelainan

vestibuler perifer yang sering adalahBPPV, vestibular neuritis, Meniere”s disease

dan vestibulopati. Insidensi vertigo perifer di malaysia berkisar 38-64,7% ( Yeow

et.al., 2012).Studi yang dilakukan oleh Shami et al. (2011) terhadap 124 pasien

di rumah sakit King Abdul aziz Riyadh, menunjukkan bahwa vertigo perifer

didapatkan sebanyak 73,4%, sedangkan vertigo sentral didapatkan 15,3% dan

9,7% tidak diketahui etiologinya.Penelitian vertigo dari 12 klinik rawat jalan

menunjukkan 50% pasien mengalami vestibulopati perifer seperti BPPV,

vestibuler neuritis, atau penyakit Meniere, dan penyakit serebrovaskuler

mencapai 19% (Delaney, 2003).Sampai saat ini, mekanisme yang mendasari

penyakit ini belum jelas.

Sunami et al.(2005) melaporkan adanya korelasi yang signifikan antara

rekurensi BPPV dengan penyakit yang berhubungan dengan gaya hidup, seperti

hipertensi dan hiperlipidemia (Wadaet al., 2008).Sunami et al. (2005)

2
melaporkan adanya hubungan yang signifikan antara rekurensi BPPV dengan

hipertensi dan hiperlipidemia. Wada et al. (2005) juga melaporkan adanya

hubungan yang signifikan antara lama kesembuhan BPPV dengan riwayat

hipertensi dan hiperlipidemi.Beberapa faktor yang berhubungan dengan BPPV

yang sudah dilaporkan diantaranya umur, jenis kelamin wanita, penyakit telinga,

trauma kepala, migren, diabetes dan osteoporosis (Cohen et al., 2004). Cukup

banyak penyebab vertigo, baik vertigo tipe perifer maupun tipe sentral. Kelainan

anatomi dan atau fisiologi vertigo terletak pada alat keseimbangan tubuh,

penyebabnya dapat meliputi degenerasi, vaskuler, tumor, infeksi, inflamasi,

kongenital, dan trauma.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Apaja saja Konsep Dasar vertigo?

1.2.2 Bagaimana Manajemen Asuhan Keperawatan vertigo?

1.2.3 Apa saja Konsep Kebutuhan Dasar Manusia nyeri?

1.2.4. Bagaimana Mnajemen Asuhan Keperawatan nyeri?

1.2.5 Bagaimana Asuhan Keperawatan pada Ny.S yang mengalami Vertigo?

1.3 Tujuan Penulisan

1.3.1Untuk mengetahui Konsep Dasar vertigo

1.3.2 Untuk mengetahui Manajemen Asuhan Keperawatan vertigo

1.3.3 Untuk mengetahui Konsep Kebutuhan Dasar Manusia Nyeri

1.3.4 Untuk mengetahui Mnajemen Asuhan Keperawatan Nyeri

1.3.5Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan pada Ny.S yang mengalami vertigo

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Dasar Vertigo

2.1.1 Definisi Vertigo

Vertigo adalah gejala klasik yang dialami ketika terjadi disfungsi yang

cukup cepat dan asimetris system vestibuler perifer (telinga dalam).

(Smeltzer & Bare, 2002)

Vertigo adalah sensasi berputar atau berpusing yang merupakan suatu gejala,

penderita merasakan benda-benda di sekitarnya bergerak-gerak memutar atau

bergerak naik-turun karena gangguan pada sistem keseimbangan. (Sherwood,

2001) Kata vertigo berasal dari bahasa Yunani vertere yang artinya memutar.

Pengertian vertigo adalah sensasi gerakan atau rasa gerak dari tubuh atau

lingkungan sekitarnya, dapat disertai gejala lain, terutama dari jaringan

otonomik akibat gangguan alat keseimbangan tubuh Vertigo mungkin bukan

hanya terdiri dari satu gejala pusing saja, melainkan kumpulan gejala atau

sindrom yang terdiri dari gejala somatik (nistagmus, unstable), otonomik

(pucat, peluh dingin, mual, muntah) dan pusing.

4
2.1.2 Etiologi

Vertigo merupakan suatu gejala, penyebabnya antara lain akibat kecelakaan,

stres, gangguan pada telinga bagian dalam, obat-obatan, terlalu sedikit atau

banyak aliran darah ke otak, dan lain-lain. Tubuh merasakan posisi dan

mengendalikan keseimbangan melalui organ keseimbangan yang terdapat di

telinga bagian dalam. Organ ini memiliki saraf yang berhubungan dengan area

tertentu di otak. Vertigo bisa disebabkan oleh kelainan di dalam telinga, di

dalam saraf yang menghubungkan telinga dengan otak dan di dalam otaknya

sendiri.

Penyebab umum dari vertigo:

2.1.2.1 Keadaan lingkungan : mabuk darat, mabuk laut.

2.1.2.2 Obat-obatan, alkohol.

2.1.2.3 Kelainan telinga : endapan kalsium pada salah satu kanalis

semisirkularis di dalam telinga bagian dalam yang menyebabkan

benign paroxysmal positional vertigo (jenis vertigo yang menyerang

dalam waktu yang singkat tetapi bisa cukup berat yang terjadi secara

berulang-ulang. Vertigo ini muncul setelah terserang infeksi virus atau

adanya peradangan dan kerusakan di daerah telinga tengah. Saat

menggerakkan kepala/ menoleh secara tiba-tiba maka gejalanya akan

muncul), infeksi telinga bagian dalam karena bakteri, labirintis,

penyakit maniere, peradangan saraf vestibuler, herpes zoster.

5
2.1.2.4 Kelainan neurologis : tumor otak, tumor yang menekan saraf

vestibularis, sklerosis multipel, dan patah tulang otak yang disertai

cedera pada labirin, persyarafannya atau keduanya.

2.1.2.5 Kelainan sirkularis : gangguan fungsi otak sementara karena

berkurangnya aliran darah ke salah satu bagian otak (transient

ischemic attack) pada arteri vertebral dan arteri basiler.

etiologi vertigo antara lain :

2.1.2.6 Penyakit sistem vestibuler perifer :

1) Telinga bagian luar : serumen, benda asing.

2) Telinga bagian tengah: retraksi membran timpani, otitis media

purulenta akuta, otitis media dengan efusi, labirintitis, kolesteatoma,

rudapaksa dengan perdarahan.

3) Telinga bagian dalam: labirintitis akuta toksika, trauma, serangan

vaskular, alergi, hidrops labirin (morbus Meniere ), mabuk gerakan,

vertigo postural.

4) Nervus VIII : infeksi, trauma, tumor.

5) Inti vestibularis: infeksi, trauma, perdarahan, trombosis arteria

serebeli posterior inferior, tumor, sklerosis multipleks.

2.1.2.7 Penyakit SSP :

1) Hipoksia Iskemia otak. : Hipertensi kronis, arterios-klerosis,

anemia, hipertensi kardiovaskular, fibrilasi atrium paroksismal,

6
stenosis dan insufisiensi aorta, sindrom sinus karotis, sinkop,

hipotensi ortostatik, blok jantung.

2) Infeksi : meningitis, ensefalitis, abses, lues.

3) Trauma kepala/labirin.

4) Tumor, migren, epilepsi.

2.1.2.8 Kelainan endokrin: hipotiroid, hipoglikemi, hipoparatiroid, tumor

medula adrenal, keadaan menstruasi-hamil-menopause.

2.1.2.9 Kelainan psikiatrik: depresi, neurosa cemas, sindrom hiperventilasi,

fobia.

2.1.2.10 Kelainan mata : kelainan proprioseptik.

2.1.2.11 Intoksikasi.

1.2.3 Patologi

Vertigo timbul jika terdapat ketidakcocokan informasi aferen yang

disampaikan ke pusat kesadaran. Susunan aferen yang terpenting dalam sistem

ini adalah susunan vestibuler atau keseimbangan, yang secara terus menerus

menyampaikan impulsnya ke pusat keseimbangan. Susunan lain yang berperan

ialah sistem optik dan pro-prioseptik, jaras-jaras yang menghubungkan nuklei

vestibularis dengan nuklei nervus III, IV dan VI, susunan vestibuloretikularis,

dan vestibulospinalis.

Informasi yang berguna untuk keseimbangan tubuh akan ditangkap oleh

reseptor vestibuler, visual, dan proprioseptik; reseptor vestibuler memberikan

kontribusi paling besar, yaitu lebih dari 50 % disusul kemudian reseptor visual

7
dan yang paling kecil kontribusinya adalah proprioseptik. Dalam kondisi

fisiologis/normal, informasi yang tiba di pusat integrasi alat keseimbangan

tubuh berasal dari reseptor vestibuler, visual dan proprioseptik kanan dan kiri

akan diperbandingkan, jika semuanya dalam keadaan sinkron dan wajar, akan

diproses lebih lanjut. Respons yang muncul berupa penyesuaian otot-otot mata

dan penggerak tubuh dalam keadaan bergerak.

Di samping itu orang menyadari posisi kepala dan tubuhnya terhadap

lingkungan sekitar. Jika fungsi alat keseimbangan tubuh di perifer atau sentral

dalam kondisi tidak normal/ tidak fisiologis, atau ada rangsang gerakan yang

aneh atau berlebihan, maka proses pengolahan informasi akan terganggu,

akibatnya muncul gejala vertigo dan gejala otonom; di samping itu, respons

penyesuaian otot menjadi tidak adekuat sehingga muncul gerakan abnormal

yang dapat berupa nistagmus, unsteadiness, ataksia saat berdiri/berjalan dan

gejala lainnya.

8
Pathway

9
1.2.4 Manifestasi Klinis

Perasaan berputar yang kadang-kadang disertai gejala sehubungan dengan

reak dan lembab yaitu mual, muntah, rasa kepala berat, nafsu makan turun,

lelah, lidah pucat dengan selaput putih lengket, nadi lemah, puyeng (dizziness),

nyeri kepala, penglihatan kabur, tinitus, mulut pahit, mata merah, mudah

tersinggung, gelisah, lidah merah dengan selaput tipis.

1.2.5 Komplikasi

1.2.5.1 Cidera fisik

Pasien dengan vertigo ditandai dengan kehilangan keseimbangan

akibat terganggunya saraf VIII (Vestibularis), sehingga pasien tidak

mampu mempertahankan diri untuk tetap berdiri dan berjalan.

2.2.5.2 Kelemahan otot

Pasien yang mengalami vertigo seringkali tidak melakukan aktivitas.

Mereka lebih sering untuk berbaring atau tiduran, sehingga berbaring

yang terlalu lama dan gerak yang terbatas dapat menyebabkan

kelemahan otot.

2.2.5.3 Trauma telinga

2.2.5.4 Labirimitis

10
1.2.6 Penatalaksaan

1.2.6.1Penatalaksanaan medis.

Terapi menurut Kang (2004), terdiri dari :

1) Terapi kausal

2) Terapi simtomatik

3) Terapi rehabilitative

1.2.6.2 Langkah-langkah untuk meringankan atau mencegah gejala vertigo :

1) Tarik napas dalam-dalam dan pejamkan mata.

2) Tidur dengan posisi kepala yang agak tinggi.

3) Buka mata pelan-pelan, miringkan badan atau kepala ke kiri dan ke

kanan.

4) Bangun secara perlahan dan duduk dulu sebelum beranjak dari

tempat tidur.

5) Hindari posisi membungkuk bila mengangkat barang.

6) Gerakkan kepala secara hati-hati

1.2.7 Pemeriksaan Penunjang

1.2.7.1 Pemeriksaan CT-scan atau MRI kepala dapat menunjukkan kelainan

tulang atau tumor yang menekan saraf. Jika diduga infeksi maka bisa

diambil contoh cairan dari telinga atau sinus atau dari tulang belakang.

1.2.7.2 Pemeriksaan angiogram, dilakukan karena diduga terjadi penurunan

aliran darah ke otak. Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat adanya

sumbatan pada pembuluh darah yang menuju ke otak.

11
1.2.7.3 Pemeriksaan khusus : ENG, Audiometri dan BAEP, psikiatrik.

1.2.7.4 Pemeriksaan tambahan : EEG, EMG, EKG, laboratorium, radiologik.

1.2.7.5 Pemeriksaan fisik : mata, alat keseimbangan tubuh, neurologik,

otologik, pemeriksaan fisik umum.

12
2.2 Manajemen Asuhan Keperawatan Vertigo

2.2.1 Pengkajian

2.2.1.1 Identitas Klien

Identitas biasanya berisi tentang nama, umur, alamat, pendidikan,

agama, pekerjaan, dll

2.2.1.2 Keluhan Utama

Keluhan yang dirasakan pasien pada saat dilakukan pengkajian.

Biasanya pada pasien vertigo keluhan utama yang dirasakan yaitu

nyeri kepala hebat serta pusing.

2.2.1.3 Riwayat Penyakit Sekarang

Riwayat penyakit yang diderita pasien saat masuk rumah sakit. Pada

pasien vertigo tanyakan adakah pengaruh sikap atau perubahan sikap

terhadap munculnya vertigo, posisi mana yang dapat memicu vertigo.

2.2.1.3 Riwayat Penyakit Dahulu

Adakah riwayat trauma kepala, penyakit infeksi dan inflamasi dan

penyakit tumor otak. Riwayat penggunaan obat vestibulotoksik

missal antibiotik, aminoglikosid, antikonvulsan dan salisilat

2.2.1.4 Riwayat Penyakit keluarga

2.2.1.5 Pengkajian data

2.2.1.5.1 Aktivitas / Istirahat

1) Letih, lemah, malaise

2) Keterbatasan gerak

3) Ketegangan mata, kesulitan membaca

13
4) Insomnia, bangun pada pagi hari dengan disertai nyeri

kepala

5) Sakit kepala yang hebat saat perubahan postur tubuh,

aktivitas (kerja) atau karena perubahan cuaca.

2.2.1.5.2 Sirkulasi

1) Riwayat hypertensi

2) Denyutan vaskuler, misal daerah temporal

3) Pucat, wajah tampak kemerahan.

2.2.1.5.3 Integritas Ego

1) Faktor-faktor stress emosional/lingkungan tertentu.

2) Perubahan ketidakmampuan, keputusasaan,

ketidakberdayaan depresi.

3) Kekhawatiran, ansietas, peka rangsangan selama sakit

kepala.

4) Mekanisme refresif/dekensif (sakit kepala kronik)

2.2.1.5.4 Makanan dan cairan

1) Makanan yang tinggi vasorektiknya misalnya kafein,

coklat, bawang, keju, alkohol, anggur, daging, tomat,

makan berlemak, jeruk, saus, hotdog, MSG (pada

migrain).

2) Mual/muntah, anoreksia (selama nyeri)

3) Penurunan berat badan

14
2.2.1.5.5 Neurosensoris

1) Pening, disorientasi (selama sakit kepala)

2) Riwayat kejang, cedera kepala yang baru terjadi,

trauma, stroke.

3) Aura ; fasialis, olfaktorius, tinitus.

4) Perubahan visual, sensitif terhadap cahaya/suara yang

keras, epitaksis.

5) Parastesia, kelemahan progresif/paralysis satu sisi

tempore.

6) Perubahan pada pola bicara/pola piker

7) Mudah terangsang, peka terhadap stimulus.

8) Penurunan refleks tendon dalam

9) Papiledema.

2.2.1.5.6 Nyeri/ kenyamanan

1) Karakteristik nyeri tergantung pada jenis sakit kepala,

misal migrain, ketegangan otot, cluster, tumor otak,

pascatrauma, sinusitis.

2) Nyeri, kemerahan, pucat pada daerah wajah

3) Fokus menyempit

4) Fokus pada diri sndiri

5) Respon emosional/perilaku tak terarah seperti

menangis, gelisah.

6) Otot-otot daerah leher juga menegang, frigiditas vokal.

15
2.2.2 Diagnosa

2.2.2.1 Gangguan rasa nyaman : nyeri (akut/kronis) berhubungan dengan

peningkatan tekanan intrakranial, stress dan ketegangan, iritasi/tekanan

saraf, vasopressor.

2.2.2.2 Koping individu tidak efektif berhubungan dengan ketidak-adekuatan

relaksasi, metode koping tidak adekuat.

2.2.2.3 Defisiensi pengetahuan mengenai kondisi dan kebutuhan pengobatan

berhubungan dengan keterbatasan kognitif, tidak mengenal sumber

informasi, kurang kemampuan mengingat.

2.2.3 Intervensi

2.2.3.1 Gangguan rasa nyaman : nyeri (akut/kronis) berhubungan dengan

peningkatan tekanan intrakranial, stress dan ketegangan,

iritasi/tekanan saraf, vasopressor.

Tujuan : nyeri hilang atau berkurang.

Kriteria hasil :

1) Klien mengungkapkan rasa nyeri berkurang atau hilang.

2) Tanda-tanda vital normal.

3) Klien tampak rileks.

Intervensi dan rasional :

1) Pantau tanda-tanda vital, intensitas/skala nyeri. R : Mengenal dan

memudahkan dalam melakukan tindakan keperawatan.

16
2) Anjurkan klien istirahat ditempat tidur. R : istirahat untuk mengurangi

intesitas nyeri

3) Atur posisi pasien senyaman mungkin. R : posisi yang tepat mengurangi

penekanan dan mencegah ketegangan otot serta mengurangi nyeri.

4) Ajarkan teknik relaksasi dan napas dalam. R : relaksasi mengurangi

ketegangan dan membuat perasaan lebih nyaman.

5) Kolaborasi untuk pemberian analgetik. R : untuk mengurangi nyeri sehingga

pasien menjadi lebih nyaman.

DX2

1) Koping individu tidak efektif berhubungan dengan ketidak-adekuatan

relaksasi, metode koping tidak adekuat.

Tujuan : koping individu menjadi lebih adekuat.

Kriteria hasil :

 Klien mengidentifikasi perilaku yang tidak efektif.

 Klien mengungkapkan kesadaran tentang kemampuan koping yang

dimiliki.

 Mengkaji situasi saat ini yang akurat.

 Menunjukkan perubahan gaya hidup yang diperlukan/situasi yang tepat.

Intervensi dan rasional :

1) Kaji kapasitas fisiologis yang bersifat umum. R : Mengenal sejauh dan

mengidentifikasi penyimpangan fungsi fisiologis tubuh dan memudahkan

dalam melakukan tindakan keperawatan.

17
2) Sarankan klien untuk mengekspresikan perasaannya. R : klien akan

merasakan kelegaan setelah mengungkapkan segala perasaannya dan

menjadi lebih tenang.

3) Berikan informasi mengenai penyebab sakit kepala, penenangan dan hasil

yang diharapkan. R : agar klien mengetahui kondisi dan pengobatan yang

diterimanya, dan memberikan klien harapan dan semangat untuk pulih.

4) Dekati pasien dengan ramah dan penuh perhatian, ambil keuntungan dari

kegiatan yang dapat diajarkan. R : membuat klien merasa lebih berarti

dan dihargai.

5) Defisiensi pengetahuan mengenai kondisi dan kebutuhan pengobatan

berhubungan dengan keterbatasan kognitif, tidak mengenal sumber

informasi, kurang kemampuan mengingat. Tujuan : klien mengutarakan

pemahaman tentang kondisi, efek prosedur, dan proses pengobatan.

DX 3

3. Defisiensi pengetahuan mengenai kondisi dan kebutuhan pengobatan

berhubungan dengan keterbatasan kognitif, tidak mengenal sumber informasi,

kurang kemampuan mengingat.

Tujuan : pasien mengutarakan pemahaman tentang kondisi, efek prosedur dan

proses pengobatan

Kriteria hasil :

 Melakukan prosedur yang diperlukan dan menjelaskan alasan dari suatu

tindakan.

18
 Memulai perubahan gaya hidup yang diperlukan dan ikut serta dalam

regimen perawatan.

Intervensi dan rasional : Dapat mengetahui

1) Kaji tingkat pengetahuan klien dan keluarga tentang penyakitnya. R :

megetahui seberapa jauh pengalaman dan pengetahuan klien dan keluarga

tentang penyakitnya.

2) Berikan penjelasan pada klien tentang penyakitnya dan kondisinya

sekarang. R : dengan mengetahui penyakit dan kondisinya sekarang, klien

dan keluarganya akan merasa tenang dan mengurangi rasa cemas.

3) Diskusikan penyebab individual dari sakit kepala bila diketahui. R : untuk

mengurangi kecemasan klien serta menambah pengetahuan klien tetang

penyakitnya.

4) Minta klien dan keluarga mengulangi kembali tentang materi yang telah

diberikan. R : mengetahui seberapa jauh pemahaman klien dan keluarga

serta menilai keberhasilan dari tindakan yang dilakukan.

5) Diskusikan mengenai pentingnya posisi atau letak tubuh yang normal. R :

agar klien mampu melakukan dan merubah posisi/letak tubuh yang

kurang baik.

6) Anjurkan pasien untuk selalu memperhatikan sakit kepala yang

dialaminya dan faktor-faktor yang berhubungan. R : dengan

memperhatikan faktor yang berhubungan klien dapat mengurangi sakit

kepala sendiri dengan tindakan sederhana, seperti berbaring, beristirahat

pada saat serangan.

19
2.2.4 Imlementasi

1) Menganjurkan klien istirahat ditempat tidur.

2) Mengkaji kapasitas fisiologis yang bersifat umum.

3) Mengkaji tingkat pengetahuan klien dan keluarga tentang penyakitnya.

2.2.5 Evaluasi

Evaluasi adalah perbandingan yang sistemik atau terencana tentang kesehatan

pasien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara

berkesinambungan, dengan melibatkan pasien, keluarga dan tenaga kesehatan

lainnya. (Carpenito, 1999:28)

Tujuan Pemulangan pada vertigo adalah :

a. Nyeri dapat dihilangkan atau diatasi.

b. Perubahan gaya hidup atau perilaku untuk mengontrol atau mencegah

kekambuhan.

c. Memahami kebutuhan atau kondisi proses penyakit dan kebutuhan

terapeutik.

20
2.3 Konsep Kebutuhan Dasar Manusia Nyeri

2.3.1 Definisi

Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan tidak menyenangkan bersifat

sangat subyektif karena perasaan nyeri berbeda pada setiap orang dalam hal

skala atau tingatannya, dan hanya orang tersebutlah yang dapat menjelaskan

atau mengevaluasi rasa nyeri yang dialaminya (Aziz Alimul, 2006). Nyeri

didefinisikan sebagai suatu keadaan yang mempengaruhi seseorang dan

ekstensinya diketahui bila seseorang pernah mengalaminya (Tamsuri, 2007).

Nyeri adalah pengalaman sensori serta emosi yang tidak menyenangkan dan

meningkatkan akibat adanya kerusakan jaringan yang aktual atau potensial.

(Judith M. Wilkinson 2002). Sensori yang tidak menyenangkan dan

pengalaman emosional yang muncul secara aktual atau potensial kerusakan

jaringan atau menggambarkan adanya kerusakan. Serangan mendadak atau

pelan intensitasnya dari ringan sampai berat yang dapat diantisipasi dengan

akhir yang dapat diprediksi dan dengan durasi kurang dari 6 bulan (Asosiasi

Studi Nyeri Internasional).

2.3.2 Fisiologi Nyeri

Munculnya nyeri berkaitan erat dengean reseptor dan adanya rangsangan.

Reseptor nyeri yang di maksud adalah niciceptor, merupakan ujung-ujung saraf

sangat bebas yang memiliki sedikit atau bahkan tidak memiliki myelin yang

tersebar pada kulit dan mukosa, khususnya pada visera, persendian, dinding

arteri, hati, dan kandung empedu.

21
Reseptor nyeri dapat memberikan respon akibat adanya stimulasi atau

rangsangan. Stimulasi tersebut dapat berubah zat kimiawi seperti histamine,

bradikinin, prostaglandin, dan macam-macam asam yang di lepas apabila

terdapat kerusakan pada jaringan akibat kekurangan oksigenasi. Stimulasi yang

lain dapat berupa termal, listrik atau mekanis.

2.3.3 Etiologi Nyeri

2.3.3.1 Trauma pada jaringan tubuh, misalnya kerusakkan jaringan akibat

bedah atau cidera.

2.3.3.2 Iskemik jaringan.

2.3.3.3 Spasmus otot merupakan suatu keadaan kontraksi yang tak disadari

atau tak terkendali, dan sering menimbulkan rasa sakit. Spasme

biasanya

terjadi pada otot yang kelelahan dan bekerja berlebihan, khususnya

ketika otot teregang berlebihan atau diam menahan beban pada posisi

yang tetap dalam waktu yang lama.

2.3.3.4 Inflamasi pembengkakan jaringan mengakibatkan peningkatan

tekanan lokal dan juga karena ada pengeluaran zat histamin dan zat

kimia bioaktif lainnya.

2.3.3.5 Post operasi setelah dilakukan pembedahan.

22
2.3.4 Klasifikasi Nyeri

Klasifikasi nyeri secara umum di bagi menjadi dua:

2.3.4.1 nyeri akut dan kronis. Nyeri akut merupakan nyeri yang timbul secara

mendadak dan cepat menghilang, yang tidak melebihi 6 bulan dan di

tandai adanya peningkatan tegangan otot.

2.3.4.2 Nyeri kronis merupakan nyeri yang timbul secara perlahan-lahan,

biasanya berlangsung cukup lama, yaitu lebih dari 6 bulan. Termasuk

dalam kategori nyeri kronis adalah nyeri terminal, sindrom nyeri

kronis, dan nyeri psikosomatis. Ditinjau dari sifat terjadinya, nyeri

dapat dibagi kedalam beberapa kategori, di antaranya nyeri tersusuk

dan nyeri terbakar.

2.3.5 Patofisiologi

Pada saat sel saraf rusak akibat trauma jaringan, maka terbentuklah zat-zat

kimia seperti Bradikinin, serotonin dan enzim proteotik. Kemudian zat-zat

tersebut merangsang dan merusak ujung saraf reseptor nyeri dan rangsangan

tersebut akan dihantarkan ke hypothalamus melalui saraf asenden. Sedangkan

di korteks nyeri akan di persiapkan sehingga individu mengalami nyeri. Selain

d ihantarkan ke hypotalamus nyeri dapat menurunkan stimulasi terhadap

reseptor mekanin sensitive pada termosensitif sehingga dapat juga

menyebabkan atau mengalami nyeri (wahit chayatin,N.mubarak,2007)

23
2.3.6 Stimulus Nyeri

Seseorang dapat meneloransi, menahan nyeri (pain tolerance) atau

mengenali jumlah stimulus nyeri sebelum merasakan nyeri (pain tolerance).

Terdapat beberapa jenis stimulus nyeri, di antaranya:

2.3.6.1 Trauma pada jaringan tubuh, misalnya karena bedah akibat terjadinya

kerusakan jaringan dari iritasi secara langsung pada reseptor.

2.3.6.2 Gangguan pada jaringan tubuh, misalnya pada edema akibat terjadinya

penekanan pada reseptor nyeri.

2.3.6.3 Tumor, dapat juga menekan pada reseptor nyeri.

2.3.6.4 Iskemia pada jaringan, misalnya terjadi pada blockade pada arceria

koronaria yang menstimulasi resptor nyeri akibat tumpukan asam laktat.

2.3.7 Faktor-Faktor Mempengaruhi Nyeri

2.3.7.1 Arti Nyeri. Nyeri bagi seseorang memiliki banyak perbedaan dan

hampir sebagian arti nyeri merupakan arti yang negatif, seperti

membahayakan, merusak, dan lain-lain. Keadaan ini di pengaruhi

lingkungan dan pengalaman.

2.3.7.2 Persepsi Nyeri.Persepsi nyeri merupakan penilaian yang sangat

subjektif tempatnya pada korteks (pada fungsi evaluasi kognitif).

Persepsi ini di pengaruhi oleh faktor yang dapat memicu stimulasi

nociceptor.

2.3.7.3 Toleransi Nyeri. Toleransi ini erat hubungannya dengan intensitas nyeri

yang dapat mempengaruhi kemampuan seseorang menahan nyeri.

24
Faktor yang dapat mempengaruhi peningkatan toleransi nyeri antara

lain alcohol, obat-obatan, hipnotis, gerakan atau garakan, pengalihan

perhatian, kepercayaan yang kuat dan sebagainya. Sedangkan faktor

yang menurunkan toleransi antara lain kelelahan, rasa marah, bosan,

cemas, nyeri yang kunjung tidak hilang, sakit, dan lain-lain.

2.3.7.4 Reaksi terhadap Nyeri. Reaksi terhadap nyeri merupakan bentuk respon

seseorang terhadap nyeri, seperti ketakutan, gelisah, cemas, menangis,

dan menjerit. Semua ini merupakan bentuk respon nyeri yang dapat di

pengaruhi oleh beberapa faktor, seperi arti nyeri, tingkat perspepsi

nyeri, pengalaman masa lalu, nilai budaya, harapan sosial, kesehatan

fisik dan mental, rasa takut, cemas, usia, dan lain-lain.

Cara Mengukur Intensitas Nyeri

Skala nyeri menurut Hayward

Skala Keterangan

0 Tidak nyeri

1-3 Nyeri ringan

4-6 Nyeri sedang

7-9 Sangat nyeri, tetapi masih dapat dikontrol

dengan aktifitas yang biasa dilakukan

10 Sangat nyeri dan tidak bias dikontrol

Skala nyeri menurut McGill

25
Skala Keterangan

1 Tidak nyeri

2 Nyeri sedang

3 Nyeri berat

4 Nyeri sangat berat

5 Nyeri hebat

Pengkajian nyeri terdiri atas dua kompenen utama yaitu :

1) Riwayat nyeri untuk mendapatkan data dari klien.

2) Observasi langsung pada respons perilaku dan fisiologis klien.

Tujuan pengkajian adalah untuk mendapatkan pemahaman objektif terhadap

pengalaman subjektif. Mnemonic untuk pengkajian nyeri.

P Provoking atau pemicu yaitu factor yang memicu timbulnya

nyeri

Q Quality atau kualitas nyeri

R Region atau daerah perjalanan ke daerah lain

S Severity atau keganasan, yaitu intensitasnya

T Time atau waktu, yaitu serangan, lamanya, kekerapan, dan

sebab

26
2.3.8 Manifestasi Klinis

2.3.8.1 Gangguam tidur

2.3.8.2 Posisi menghindari nyeri

2.3.8.3 Gerakan meng hindari nyeri

2.3.8.4 Raut wajah kesakitan (menangis,merintih)

2.3.8.5 Perubahan nafsu makan

2.3.8.6 Tekanan darah meningkat

2.3.8.7 Nadi meningkat

2.3.8.8 Pernafasan meningkat

2.3.8.9 Depresi.

2.3.9 Komplikasi

2.3.9.2 Edema Pulmonal

2.3.9.2 Kejang

2.3.9.3 Masalah Mobilisasi

2.3.9.4 Hipertensi

2.3.9.5 Hipertermi

2.3.9.6 Gangguan pola istirahat dan tidur

2.3.10 Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan

2.3.10.1 Non farmakologi

a) Relaksasi distraksi, mengalihkan perhatian klien terhadap sesuatu

27
Contoh : membaca buku, menonton tv , mendengarkan musik dan

bermain

b) Stimulaisi kulit, beberapa teknik untuk stimulasi kulit antara lain :

1) Kompres dingin

2) Counteriritan, seperti plester hangat.

2.3.10.2 Farmakologi adalah obat:

a) Obat

b) Injeksi

2.3.11 Pemeriksaan Penunjang

2.3.11.1 Pemeriksaan USG untuk data penunjang apa bila ada nyeri tekan di

abdomen.

2.3.11.2 Rontgen untuk mengetahui tulang atau organ dalam yang abnormal

2.3.11.3 Pemeriksaan LAB sebagai data penunjang pemefriksaan lainnya

2.3.11.4 Ct Scan (cidera kepala) untuk mengetahui adanya pembuluh darah

yang pecah di otak

28
2.4 Manajemen Asuhan Keperawatan Nyeri

2.4.1 Pengkajian

2.4.1.1 Identitas Klien

Identitas biasanya berisi tentang nama, umur, alamat, pendidikan,

agama, pekerjaan, dll.

2.4.1.2 Keluhan Utama

Keluhan yang dirasakan pasien pada saat dilakukan pengkajian.

Biasanya pada pasien vertigo keluhan utama yang dirasakan yaitu

nyeri kepala hebat serta pusing.

2.4.1.3Riwayat Penyakit Sekarang

Riwayat penyakit yang diderita pasien saat masuk rumah sakit.

Pada pasien vertigo tanyakan adakah pengaruh sikap atau

perubahan sikap terhadap munculnya vertigo, posisi mana yang

dapat memicu vertigo.

2.4.1.4Riwayat Penyakit Dahulu

Adakah riwayat trauma kepala, penyakit infeksi dan inflamasi dan

penyakit tumor otak. Riwayat penggunaan obat vestibulotoksik

missal antibiotik, aminoglikosid, antikonvulsan dan salisilat

2.4.1.5 Riwayat Penyakit keluarga

Kaji nyeri yang berhubungan dengan:

a. P = Problem : pencetus nyeri

Faktor – faktor yang merangsang nyeri

1) Apa yang membuat nyeri bertambah buruk?

29
2) Apa yang mengurangi nyeri

b. Q = Quality : kualitas nyeri

1) Nyeri dirasakan seperti apa?

2) Apakah nyeri dirasakan tajam, tumpul, ditekan dengan berat,

berdenyut sperti diiris, atau tercekik?

c. R = Region : lokasi nyeri

1) Dimana nyeri tersebut?

2) Apakah nyeri menyebar atau menetap pada satu tempat?

d. S = Squerity = intensitas nyeri

1) Apakah nyeri ringan sedang atau berat?

2) Seberapa berat nyeri yang dirasakan?

e. T = Time : waktu

1) Berapa lama nyeri dirasakan?

2) Apakah nyeri terus menerus atau kadang – kadang?

2.4.2 Diagnosa

1. Nyeri akut berhubungan dengan gangguan pola tidur ( mata sayu,

tampak lelah, sulit atau gerakan kacau dan menyeringai).

Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x7 jam

diharapkan nyeri pasien dapat teratasi dengan kriteria hasil :

1) Secara verbal pasien mengatakan nyeri hilang atau berkurang

dengan skala nyeri 0-1 (0-10)

2) Pasien terlihat tidak meringis kesakitan

30
3) Tanda-tanda vital sign pasien normal

2.4.3 Intervensi

1) Kaji skala nyeri

R/ - Untuk mengetahui tingkat nyeri pasien

2) Kaji TTV

R/- Untuk mengetahui keadaan umum pasien

3) Berikan relaksasi progressive dan massag

R/- Untuk mengurangi nyeri pasien

4) Delegatif dalam pemberian obat seperti anlgetik.

R/- Analgetik dapat membantu menghilangkan rasa nyeri

5) Berikan penjelasan tentang penyebab nyeri

R/- Untuk memberikan penjelasan dan pengetahuan tentang nyeri

6) Ajarkan teknik relaksasi massage

R/- Teknik non farmakologi dapat membantu mengatasi nyeri

Diagnosa 2:

2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan perubahan lingkungan

(hospitalisasi)

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24

jam,kebutuhan tidur tercukupi dengan

kreteria hasil sebagai berikut :

1) Kebutuhan tidur tercukupi

31
2) Pasien tampak segar

3) Tidak sering terbangun pada saat tidur

Intervensi :

1) Kaji pola tidur pasien

Rasional : untuk mengetahui kebutuhan tidur pasien setiap hari

2) Ciptakan lingkungan nyaman dan tenang

Rasional : agar pasien bisa istirahat lebih nyaman

3) Batasi pengunjung

Rasional : agar pasien lebih nyaman dan dapat tidur dengan nyenyak.

4) Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat analgetik

Rasional : untuk membantu agar pasien bisa tidur

2.4.4 Implementasi

Implementasi komponen dan proses keperawatan adalah kategori perilaku

keperawatan dimana tindakan yang dihadapi untuk mencapai tujuan, dari

hasil yang diperkirakan dari asuhan keperawatan dilakukan dan

diselesaikan

2.4.5 Evaluasi

Setelah dilakukan implementasi sesuai dengan batas waktu dan kondisi

pasien maka diharapakan a. pasien menunjukan wajah rileks

1) pasien dapat tidur atau beristirahat

2) pasien mengatakan skala nyerinya berkurang

32
BAB III

TINJAUAN KASUS

3.1 Pengkajian Keperawatan

Nama Mahasiswa : Dewi Sartika

Nim : 2015.C.07a..0644

Ruang Praktek : Ruang Nusa Indah

Tanggal Praktek : 16-21 Oktober 2017

Tanggal Dan Jam Pengkajian : 16 Oktober 2017 jam 10:00 WIB

3.1.1 Identitas Klien

Nama: : Ny. S

Umur: : 45 Tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Suku Bangsa : Dayak/Indonesia

Agama: : Islam

Pekerjaan: : Swasta

Pendidikan : SMA

Status Perkawinan : Menikah

Alamat : Jl. Bengkel Sebangau Palangka Raya

Tgl MRS : 15 Oktober 2017

Diagnosa Medis : Vertigo

33
3.1.2 Riwayat Kesehatan/Perawatan

3.1.2.1 Keluahan Utama

Klien mengatakan’’Mengatakan kepala terasa pusing, semangkin pusing saat

klien membuka mata dan beraktifitas nyeri seperti tertusuk-tusuk dan

berputar-putar, nyeri hilang timbul, nyeri terasa selama 10-15 menit, skala

nyeri 5”.

3.1.2.2 Riwayat Penyakit Sekarang

klien mengatakan pada tanggal 14 oktober 2017, tepatnya pada pukul 12:00

WIB pinggul bagian kanan sampai kaki terasa nyeri, lalu muncul rasa pusing

dan diberi obat captopril. Selanjutnya keesokan hari pada tanggal 15 oktober

2017 klien dibawa ke rumah sakit doris sylvanus, masuk ke Igd diberi terapi

infus asering 20 tpm ditangan sebelah kiri, 3x30 mg/ iv kemudian klien

dibawa keruangan Nusa indah untuk penangan selanjutnya.

3.1.2.3 Riwayat Penyakit Sebelumnya

Klien mengatakan tidak pernah masuk rumah sakit sebelumnya , klien tidak

pernah dioperasi sebelumnya.

3.1.2.4 Riwayat Penyakit Keluarga

Klien mengatakan bahwa keluarga tidak ada riwayat penyakit keturunan,

seperti hipertensi, penyakit diabetes mellitus.

34
Secara spesifik hubungan anggota keluarga ny. S dapat dilihat pada

Genogram 3 (tiga) generasi di bawah ini

3.1.2.5 Genogram Keluarga 3 Generasi

Keterangan:

: Perempuan

: Laki-laki

: Pasien (Ny.S)

: Tinggal serumah

: Meninggal

3.1.3 Pemeriksaan Fisik

3.1.3.1 Keadaan Umum

Keadaan umum klien tampak berbaring terlentang/supinasi di tempat tidur

tingkat kesadaran klien compos menthis, klien tampak lemah,terpasanginfus

NaCL 0,9% di tangan sebelah kiri.

35
3.1.3.2 Status Mental tingkat kesadaran compos menthis, ekspresi wajah tampak

meringis, bentuk badan sedang/ectomorph, suasana hati gelisah, berbicara

cukup jelas, fungsi kognitif orientasi waktu klien dapat membedakan antara

pagi, siang, malam, orientasi orang pasien dapat mengenali keluarga maupun

petugas kesehatan, orientasi tempat klien mengetahui bahwa sedang berada di

rumah sakit.Insight baik, mekanisme pertahanan diri adaptif.

3.1.3.3 Tanda-tanda Vital

Pada saat pengkajian tanda–tanda vital, tekanan darah 140/80 mmHg, Nadi

100 x/menit, pernapasan 20/menit dan suhu36,50C.

3.1.3.4 Pernapasan (Breathing)

Bentuk dada simetris, tidak nyeri dada, type pernafasan dada dan perut, irama

pernafasan teratur, suara nafas tambahan tidak ada dan pernapasan

20x/menit.Tidak ada keluhan dan tidak ada masalah keperawatan.

3.1.3.5 Cardiovasculer (Bleeding)

Klien merasa pusing, tidak ada nyeri dada, Klien merasa kepala sakit dan

tidak ada pembengkakan pada ekstrimitas. Klien tidak mengalami clubing

finger ataupun kram pada kaki dan tidak terlihat pucat, capillary refill <2

detik, tidak terdapat oedema, tidak terjadi peningkatan vena jugularis dan

suara jantung normal terdengar S1 dan S2 pada saat auskultasi.Tidak ada

keluhan dari klien dan tidak ada masalah keperawatan.

3.1.3.6 Persyarafan (Brain)

Nilai GCS E: 4 (dengan spontan membuka mata), V: 5 (orientasi baik), M

6 (bergerak sesuai perintah) dan total Nilai GCS: 15 (Comphos Mentis),

36
kesadaran Ny.S comphosmentis, pupil Ny.S isokor tidak ada kelainan, reflex

cahaya kanan dan kiri positif.

Uji Syaraf Kranial :

Penilaian fungsi saraf kranial: syaraf kranial I (olfaktoris): pada pemeriksaan

ini menggunakan kopi dan teh, klien mampu membedakan kedua bau tersebut.

Syaraf kranial II (optikus): klien mampu melihat orang-orang disekitarnya

dengan baik. Syaraf Kranial III (okulomotorius): klien mampu membuka

mata dan menutup mata. Syaraf kranial IV (trochlear): klien mampu

menggerakaan bola mata dengan baik. Syaraf kranial V (trigeminus): klien

dapat mengunyah dengan baik. Syaraf VI (abdusen): klien dapat menggerakan

bola matanya kesamping, kanan, dan kiri. Syaraf kranial VII (fasialis): klien

mampu menggerutkan dahi dan mengangkat alis secara simetris. Syaraf

kranial VIII (vestibulokokhlearis): klien mampu mendengarkan kata-kata yang

kita bicarakan dengan jelas. Syaraf kranial IX (glosofaringeus):klien mampu

membedakan rasa pahit, manis, asam dan asin. Syaraf kranial X (vagus):

refleks menelan baik. Syaraf kranial XI (assesorius): klien mampu

menggerakan lehernya dengan baik, klien mampu menoleh kekiri dan ke

kanan. Syaraf kranial XII (hipoglosus): klien mampu menggerakkan lidahnya

dengan baik.

Uji Koordinasi:

Ekstrimitas atas jari ke jari positif, jari ke hidung positif, ekstrimitas bawah

tumit ke jempol kaki positif. Uji kestabilan tubuh uji kestabilan tubuhTn.

Jnegatif. Refleks kanan dan kiri positip tidak ada yang mengalami kekakuan,

37
uji sensasi Ny.S tidak di kaji tidak ada keluhan dan tidak ada masalah

keperawatan.

3.1.3.7 Eliminasi Uri (Bladder)

Pada pemeriksaan sistem eliminasi urin(bladder)ditemukan hasil yaitu,

produksi urine dengan output urine sekitar 1500 cc/ 24 jam warna urine

kuning kemerahan pekat dan bau khas (amoniak). Tidak ada keluahan dan

tidak ada masalah keperawatan.

3.1.3.8 Eliminasi Alvi (Bowel)

Pada pemeriksaan eliminasi alvi (bowel) ditemukan hasil yaitu, bibir kering,

gigi lengkap dan tidak terdapat caries, reflek mengunyah baik, tidak ada

peradangan dan kemerahan pada gusi, tidak ada peradangan dan lesi pada

lidah, mukosa bibir kering, tidak ada peradangan pada tonsil, tidak terdapat

benjolan pada rektum, tidak terdapat hemoroid, BAB 1x/hari dengan warna

cokelat dan konsistensi feses lembek.Tidak ada keluhan dan tidak ada masalah

keperawatan.

3.1.3.9 Tulang - Otot - Integumen (Bone)

Pada pemeriksaan tulang, otot, dan integumen(bone)ditemukan hasil yaitu,

kemampuan pergerakan sendi bebas, tidak terdapat kelumpuhan ,tidak ada

parises, tidak ada nyeri, bengkak, kekakuan,serta ukuran otot simetris, tulang

belakang normal dan uji kekuatan otot ekstremitas atas 5555 5555 dan

ekstremitas bawah5555 5555 , tidak ada deformitas, peradangan, perlukaan

dan patah tulang.

38
3.1.3.10 Kulit-Kulit Rambut

Riwayat alergi pasien tidak pernah mengalami alergi obat,

alergi makanan. Suhu kulit Ny.S hangat , warna kulit normal tidak ada

kelainan, turgor baik kulit halus tidak ada kemerahan tidak ada peradangan,

jaringan parut tidak ada, tekstur rambut lembut, distribusi rambut merata,

bentuk kuku simetris tidak ada kelainan tidak ada masalah keperawatan.

3.1.3.11 Sistem Penginderaan

1) Mata/Penglihatan

Fungsi penglihatan Ny.S baik, gerakan bola mata normal, skera

normal/putih, konjungtiva merah muda, kornea bening, tidak ada

keluhan dan nyeri yang di rasakan klien, klien juga tidak menggunakan

alat bantu atau kacamata. Tidak ada masalah keperawatan

2) Hidung/Penciuman

Fungsi penciuman pasien baik, hidung simetris tidak ada peradangan

maupun kelainanan yang di alami pasien.

3.1.3.12 Leher Dan Kelenjar Limfe

Massa tidak ada, jaringan parut tidak ada, kelenjar limfe tidak teraba,

kelenjar tyroid tidak teraba, mobilitas leher bergerak bebas tidak terbatas.

3.1.3.13 Sistem Reproduksi

Reproduksi tidak ada mengalami kemerahan, gatal-gatal, perdarahan, tidak

ada kelainan padauretra, kebersihan cukup bersih,

Masalah Keperawatan: tidak ada masalah

39
3.1.4 Pola Fungsi Kesehatan

3.1.4.1 Persepsi Terhadap Kesehatan dan Penyakit

Ny.S mengatakan ingin cepat sembuh dan ingin cepat berkumpul dengan

keluarganya.

3.1.4.2 Nutrisida Metabolisme

Tinggi badan 140 cm, berat badan sebelum sakit 60 kg, berat badan saat sakit

59 kg. Diet rendah garam, nasi lembek, tidak kesukaran menelan atau normal.

Saat pengkajian klien mampu menghabiskan 1 porsi makanan,

Pola Makan Sehari-hari Sesudah Sakit Sebelum Sakit

Frekuensi/hari 3x sehari 3x sehari

Porsi 1 porsi 1-2 porsi

Nafsu makan Baik Baik

Jenis Makanan Nasi, lauk, sayur, buah Nasi, lauk, sayur,

Jenis Minuman Air putih Air putih, teh

Jumlah minuman/cc/24 jam 12000 cc/24 jam 12000 cc/24 jam

Kebiasaan makan Pagi, siang, malam Pagi, siang,

malam

Keluhan/masalah Tidak ada Tidak ada

Masalah Keperawatan: Tidak ada

40
3.1.4.3 Pola istirahat dan tidur

Klien mengatakan sebelum sakit tidur pada malam hari 7-8 jam sedangkan

pada siang hari 2-4 jam. Saat sakit pasien tidur 5-6 jam pada malam hari dan

siang hari 2-3 jam Masalah keperawatan: tidak ada masalah

3.1.4.4 Kognitif

Klien mengatakan “ mengerti dengan keadaanya yang sekarang yang tidak

bisa beraktivitas lagi seperti biasa’’.

Masalah: Tidak ada masalah

3.1.4.5 Konsep diri (Gambaran diri, identitas diri, harga diri, peran)

Gambaran diri: klien menyukai tubuhnya secara utuh, ideal diri: klien ingin

cepat sembuh dari penyakit yang di deritanya, identitas diri: klien seorang ibu

harga diri: keluarga klien mengatakan klien orang yang ramah

Peran diri: klien adalah sebagai ibu

Masalah Keperawatan: tidak ada

3.1.4.6 Aktivitas Sehari-hari

. Saat sakit klien hanya bisa berbaring ditempat tidur.

Masalah Keperawatn: Tidak ada masalah

3.1.4.7 Koping –Toleransi terhadap Stress

klien tidak tampak sedih ketika mengatakan keluhan yang dirasakan klien

menerima keadaan sekarang.

Masalah Keperawatan: Tidak ada

41
3.1.4.8 Nilai-Pola Keyakinan

Keluarga mengatakan tidak ada tindakan medis yang bertentangan dengan

keyakinan yang dianut.

Masalah Keperawatan: tidak ada

3.1.5 Sosial-Spritual

3.1.5.1 Kemampuan berkomunikasi

Klien dapat berkomunikasi dengan baik dan jelas.

Masalah Keperawatan: Tidak ada masalah

3.1.5.2 Bahasa sehari-hari

Bahasa yang digunakan pasien sehari-hari, yaitu bahasa dayak dan indonesia

3.1.5.3 Hubungan dengan keluarga

Baik, ditandai dengan perhatian yang diberikan oleh keluarga saat Ny.S di

rawat di Ruang Nusa indah terlihat keluarga selalu menjenguk.

3.1.5.4 Hubungan dengan teman/petugas kesehatan/orang lain

Klien dapat berinteraksi dengan baik pada orang lain baik itu dengan

lingkungannya sekitar, perawat maupun dokter.

3.1.5.5 Orang berarti/terdekat

Orang yang paling dekat dengan Ny.S adalah suami dan keluarga.

3.1.5.6 Kebiasaan menggunakan waktu luang

Klien mengunakan waktu yang luang dengan berkumpul bersama

keluarganya.

42
3.1.5 Data Penunjang (Radiologis, Laboratorium, Penunjang lainnya)

A. Pemeriksaan Laboratorium 28September2017

Jenis pemeriksaan Hasil Nilai normal

Glukosa (S) 94mg/dl <200 mg/dL

Creatinin 1,04mg/dl 0,7-1,5

WBC 5.61 x10^3/uL 4.00-10.00

RBC 5.10 x10^6/uL 3.50-5.50

HGB 13,2.g/dL 11.0-16.0

PLT 300x10^3/uL 150-400

Natrium 1357 136-145 mmol/L

Kalium 2,9 3,5-5,1 mmol/L

Calsium 1,10 8,8-10,2 mmol/L

3.1.6 Penatalaksanaan Medis

Nama Obat Dosis Rute Indikasi

Inf.NaCl0,9% 20tpm Intravena NaCl 0,9% berfungsi

untuk mengganti cairan

tubuh yang hilang

Inj.keterolac 2x 30mg Intravena Untuk mengatasi nyeri

sedang hingga nyeri

berat

43
2x500 mg Intravena Mecobalamin berfungsi

Inj. untuk mengurangi

Mecobalamin kerusakan jaringan

otak.

Inj. Ranitidin 2x50mg Intravena Ranitidin mengobati

penyakit perut

Inj. Untuk mengobati

Flunarizine 3x5mg oral vertigo asal pusat dan

perifer migrain.

Palangka Raya, 6 November 2017

Mahasiswa,

( Dewi Sartika)

44
3.1.6 Analisa Data

Data Subyektif dan Data Kemungkinan Masalah


Obyektif Penyebab

DS :Klien Mengatakan “ Terjadi gangguan pada Nyeri Akut


kepala terasa pusing, nervus vestibularis
skala nyeri 5 nyeri
seperti berputar-putar Vertigo
terutama jika membuka
Otak kecil
mata, nyeri hilang
timbul“ kesadaran terganggu
DO : Resiko Adera
 Klien tampak meringis nyeri akut
nyeri dibagian kepala
(pusing) gangguan rasa nyaman
 Klien tampak gelisah
 Klien tampak lemas
 Klien tampak pucat
 Ttv
- Td = 140/80 mmHg
- N = 100 x/mnt
- S = 36,5 C
- RR = 20 x/mnt

DS : Klien Mengatakan “ terjadinya gangguan Gangguan pola tidur


tidak bisa tidur“ pada nervus vestibularis

DO : vertigo
 Klien tampak mengantuk nyeri akut
 Klien tampak gelisah
 Adanya kantung mata gangguan pola tidur
 Klien tidur hanya 1-2
jam

45
DS : klien mengatakan badan Suplai O2 dan Intoleransi aktivitas
terasa lemah
DO : metabolisme
 Aktivitas banyak
peningkatan timbunan
dilakukan ditempat
asam laktat
tidur
 Aktivitas klien dibantu kesadaran terganggu
oleh keluaarga
 Skala aktivitas 2, fatigue/ kelemahan
memerlukan bantuan
dan pengawasan intoleransi aktivitas
keluarga
 Ttv
- Td = 140/80 mmHg
- N = 100 x/mnt
- S = 36,5 C
- RR = 20 x/mnt Ttv
 Ujian kekuatan otot
5555 5555
5555 5555

3.2 Prioritas Masalah

3.2.1. Nyeri akut b.d Vertigo

3.2.2. Gangguan pola tidur b.d pusing yang berputar-putar

3.2.2. intoleransi aktivitas b.d kelemahan/ fatigue

46
3.3 Intervensi Keperawatan
NamaPasien : Ny.S
RuangRawat :Nusa Indah

DiagnosaKeperawatan Tujuan (KriteriaHasil) Intervensi Rasional


1. nyeri akut b.d Vertigo Tujuan: 1) Observasi ttv 1) Untuk mengetahui keadaan umum
Setelah dilakukan tindakan 2) Kaji skala nyeri klien
keperawatan selama 3x24 jam, 3) Atur posisi klien senyaman 2) Untuk mengetahui skala nyeri
diharapkan nyeri berkurang/ mungkin 3) Untuk mengurangi stimulus nyeri
hilang. 4) Ajarkan kepada klien bagaimana 4) Untuk menajemen nyeri agar nyeri
Kriteria hasil: cara melakukan tehnik distraksi berkurang
1) Klien tidak pusing dan relaksasi 5) Suasana yang tenang dapat
2) Nyeri berkurang menjadi 2 5) Ciptakan lingkungan yang mengurangi nyeri dan istirahat yang
dari skala nyeri 5 tenang dengan cara batasi lebih nyaman
3) Klien tampak tenang dan pengunjung 6) Membantu menghilangkan nyeri pada
rilek 6) Kolaborasi dengan dokter dalam klien
4) Klien tidak tampak pemberian terapi pengobatan
meringis
5) Ttv dalam batas normal
-td : 120/80 mmHg
-N : 80 x/mnt
-Rr : 20 x/mnt
-S : 36,5 c

47
2. gangguan pola tidur Tujuan: 1. Kaji jumlah jam tidur klie 1. Untuk mengetahui berapa jam tidur
b.d pusing yang Setelah dilakuka tindakan 2. observasi intesitas tidur klien klien
berputar- putar keperawatan selama 3x24 jam 3. Ciptakan lingkungan yang 2. Mengetahui tingkat insomnia klien
di harapkan masalah nyaman 3. Untuk menciptakan suasanaa rileks
keperawatan gangguan pola 4. Jelaskan pentingnya tidur yang yang bisa mempermudah tidur
tidutr dapat teratasi adekuat untuk kesehatan 4. Karena saat tidur tubuh melakukan
Kriteria hasil: 5. Beritahu pada keluarga klien metabolisme
1) Konjungtiva tidak anemis untuk memberikan pijatan yang 5. Kenyamanan tubuh klien dapat
2) Mata tidak berkantung nyaman saat memulai tidur membantu proses memulai tidur
3) Dapat tidur 4-6 jam 6. Kolaborasi dengan dokter 6. Untuk membantu tidur kilen
4) Tidur nyenyak dan tidak program pengobatan jika
mudah terbangun terpengaruhi pada pola tidur

3. intoleransi aktivitas Tujuan : 1. Observasi ttv klien 1. Untuk mengetahui keadaan umum
b.d kelemahan Setelah dilakukan tindakan 2. Observasi tingkat kemampuan klien
keperawatan 3 x 24 jam klien untuk beraktivitas 2. Untuk mengetahui kemampuan klien
diharapkan klien mampu 3. Anjurkan klien untuk dalam beraktivitas
menoleransikan aktivitas melakukan aktivitas sesuai 3. Menghindari klien melakukan
Kriteria hasil : dengan kemapuan aktivitas diluar kemmpuan
1) Klien mampu melakuan 4. Kolaborasi dengan ahli 4. Untuk melatih otot dan persendian
aktivitas fisioterapi
2) Ttv dalam batas normal
3) Klien tidak lemas
4) Skala aktivitas 1-0

48
3.4Implementasi Keperawatan

Hari
Diagnosa
Tanggal Implementasi Evaluasi TTD
Keperawatan
Jam
Senin, 1) Mengobservasi ttv S : klien mengatakan masih terasa nyeri atau Dewi
16, Oktober 2) Mengkaji skala nyeri pusing seperti berputar-putar Sartika
2017 3) Mengatur posisi klien senyaman mungkin/ O : - tampak meringis
10:00 WIB semi fowler - Skala nyeri 4
- Tampak gelisah
- Tampak lemas
- Ttv
Td : 140/80 mmHg
N : 100 x/mnt
Rr : 20 x/mnt
S : 36,5 c
A : masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi (4, 5,6)
melakukan tindakan gerak aktif seperti
yang telah diajarkan.

Selasa, 17, 4. mengajarkan kepada klien bagaimana cara S : kilen mengatakan nyeri berkurang meski
oktober melakukan tehnik distraksi dan relaksasi terasa pusing seperti berdenyut-denyut/
2017 - mengoservasi ttv ditarik-tarik
10:00 WIB O : - klien tampak tenang
- Klien senang melakukan tehnik
distraksi daan relaksasi
- Nyeri berkurang menjadi 3 skala

49
- Klien tidak meringis meski ada
terasa nyeri
- Ttv :
td : 130/80 mmHg
N : 79 x/mnt
Rr : 23 x/mnt
S : 36,4 c
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi (5,6)

Rabu, 18, 5. Ciptakan lingkungan yang tenang dengan S : klien mengatakan nyeri hilang
oktober cara batasi pengunjung O : - skala nyeri 2
2017 6. Kolaborasi dengan dokter dalam - - Klien tampak tenang
10:00 WIB pemberian terapi pengobatan - - klien tidak tampak meringis
- - ttv dalam batas normal
td : 120/80 mmHg
N : 80 x/mnt
Rr : 20 x/mnt
S : 36,5 c
A : masalah nyeri teratasi
P : pertahankan intervensi

50
Hari Diagnosa Implementasi Evaluasi TTD
Tanggal Keperawatan
Jam
Senin, 16 Dx2 1. Mengkaji jumlah jam tidur klien S : Klien Mengatakan : “tidak bisa tidur” Dewi
oktober 2. Mengobservasi intesitas tidur klien O : - klien tampak mengantuk Sartika
2017 - Mata klien berkantung
11:00 WIB - Klien tampak gelisah
A : Masalah belum Teratasi
P : Lanjutkan Intervensi (3,4,5)

Selasa , 17 3. Menciptakan lingkungan yang nyaman S : klien mengatakan tidur tidak nyenyak
0ktober 4. Menjelaskan pentingnya tidur yang dan sering terbangun
2017 adekuat untuk kesehatan O :- klien tampak gelisah
11: 00 WIB - Klien tampak mengantuk
- Mata klien berkantung
A : masalah gangguan pola tidur belum
teratasi
P : Lanjutakan intervensi(5,6)

Rabu, 18 5. Memberitahu pada keluarga klien untuk S : klien mengatakan sudah dapat tidur
0ktober memberikan pijatan yang nyaman saat meski hanya 5 jam
2017 memulai tidur O : - tampak tidak ada kantong mata
11:00 WIB 6. Mengkolaborasi dengan dokter program - Klien tampak tenang
pengobatan jika terpengaruhi pada pola - Klien tidak tampak mengantuk
tidur A : masalah gangguan pola tidur teratasi
P : pertahankan intervensi

51
Senin, 16 Dx 3 1. Observasi ttv klien S : klien mengatakan belum bisa beraktivitas Dewi
oktober 2. Observasi tingkat kemampuan klien untuk tanpa bantuan otrang lain Sartika
2017 beraktivitas O : - klien tampak lemas
12:00 WIB - Skala aktivitas 2 memerlukan
batuan dan pengawasan keluarga
- Ttv
Td : 140/80 mmHg
N : 100 x/mnt
Rr : 20 x/mnt
S : 36,5 c
A : masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
1) Observasi tingkat kemampuan klien
untuk beraktivitas
2) Observasi ttv

selasa, 17
0ktober 3. Anjurkan klien untuk melakukan aktivitas S : klien mengatakan sudah mampu
2017 sesuai dengan kemapuan. beraktivitas walau sedikit
12:00 WIB O : - klien tidak lemas
- Observasi ttv - Skala aktivitas 1
- Ttv
td : 130/80 mmHg
N : 79 x/mnt
Rr : 23 x/mnt
S : 36,4 c
A : masalah teratasi sebagian
P : lanjutkan intervensi

52
1) Observasi ttv
2) Observasi tingkat kemampuan klien
untuk beraktivitas
3) Kolaborasi dengan ahli fisioterapi

Rabu , 18
oktober 4. Kolaborasi dengan ahli fisioterapi S : klien mengatakan sudah mampu
2017 - Mengobservasi ttv beraktivitas
12: 00 WIB O : - skala aktivitas 1
- Ttv
td : 120/80 mmHg
N : 80 x/mnt
Rr : 20 x/mnt
S : 36,5 c
A : masalah teratasi sebagian
P : lanjutkan intervensi
1) Observasi ttv klien
2) Observasi tingkat kemampuan klien
untuk beraktivtas
3) Kolaborasi dengan ahli fisioterpi

53
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Vertigo adalah perasaan seolah-olah penderita bergerak atau berputar, atau
seolah-olah benda di sekitar penderita bergerak atau berputar, yang biasanya
disertai dengan mual dan kehilangan keseimbangan.
Vertigo bisa disebabkan karena adanya gangguan fungsi, atau bisa juga akibat
kerusakan alat keseimbangan tersebut,gangguan fungsi saraf dalam telinga
dalam,saraf keseimbangan,bahkan gangguan pada pusat keseimbangan di
susunan saraf pusat (otak) kecil di bagian belakang.
gejala vertigo bisa hilang sendiri. Banyak orang yang menganggap bahwa ini
adalah gangguan normal pada semua orang dan bisa sembuh tanpa perawatan.
Tapi beberapa orang juga bisa mengalami kondisi yang lebih parah. Jadi
perawatan untuk vertigo tetap dibutuhkan.

4.2 Saran
penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi
penyempurnaan lapran pendahuluan selanjutnya. Semoga laporan ini dapat
berguna dan bermanfaat baik untuk penulis maupun untuk pembaca.

54
DAFTAR PUSTAKA

1. Doenges, M.E. (2000). Rencana asuhan keperawatan: Pedoman untuk


perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien. Edisi 3. Jakarta : EGC.
2. http://www.kalbefarma.com/files/cdk/files/14415TerapiAkupunkturuntukVert
igo.pdf/144_15TerapiAkupunkturuntukVertigo.html
3. Kang L S,. Pengobatan Vertigo dengan Akupunktur, Cermin Dunia
Kedokteran No. 144, Jakarta, 2004.
4. Price, S.A., & Wilson, L.M. (2006). Patifisiologi: Konsep klinis proses-proses
penyakit.Vol.2. Jakarta: EGC.
5. Sherwood, L. (2001). Fisiologi manusia: dari sel ke sistem, Ed: 2. Jakarta:
EGC
6. Smeltzer, S.C., & Bare, B.G. (2002). Buku ajar keperawatan medical-bedah
Brunner & Suddarth, vol:3. Jakarta: EGC
7. Santosa, Budi. 2012. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA. Jakarta :
Prima Medika.
8. Tarwoto dan Wartonah. 2006. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses
Keperawatan. Edisi 3. Jakarta : Salemba Medika.
9. Potter dan Perry. 2005. Buku ajar Fundamental Keperawatan Volume 2,Edisi
4 . Jakarta : EGC

55

S-ar putea să vă placă și