Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kekerasan anak atau child abuse adalah perlakuan orang dewasa atau
anak yang lebih tua dengan menggunakan kekuasaan atau otoritasnya
terhadap anak yang tak berdaya yang seharusnya menjadi tangung jawab dari
orang tua atau pengasuh yang berakibat sebagai bentuk penganiayaan fisik
dengan terdapatnya tanda atau luka pada tubuh sang anak (Sutanto, 2006).
Kekerasan anak di Indonesia semakin meningkat setiap tahunnya. Tahun
2008 dilaporkan 1.510 anak mengalami kekerasan, tahun 2009 ada 1826,
tahun 2012 sebanyak 1998, di tahun 2013 semakin meningkat yaitu 2044
jumlah kasus kekerasan pada anak di Indonesia. Tahun 2014 dilaporkan dari
bulan Januari hingga April, jumlah korban kekerasan anak sudah mencapai
435jiwa(http://www.suaramerdeka.com/v1/index.php/read/news/2013/01/06/
140516/Angka-Kekerasan-Anak-Meningkat-Komnas-PA-Prihatin).
B. Rumusan Masalah
1. Mengetahui definisi child abuse dan child neglect
2. Mengetahui klasifikasi child abuse dan child neglect
3. Mengetahui patofisiologi child abuse dan child neglect
4. Mengetahui pathways child abuse dan child neglect
5. Mengetahui asuhan keperawatan bagi klien child abuse dan child
neglect.
B. PEMBAHASAN
1. Pengertian
Children maltreatment atau penganiayaan anak adalah artian luas dari
kekerasan pengabaian fisik yang disengaja, kekerasan dan pengabaian secara
emosi dan kekerasan dan pengabaian secara seksual yang dilakukan oleh
orang dewasa.Hal ini merupakan suatu masalah yang sangat signifikan yang
memengaruhi anak-anak. Kekerasan orang tua kepada anak menjadi salah
satu jenis penganiayaan di keluarga. Kekerasan antara suami dan istri juga
bisa terjadi. Kekerasan dalam keluarga meningkatkan resiko dari physical
dan sexual abuse di kalangan anak muda yang meninggalkan rumah mereka
untuk menghindari penganiayaan. Ironisnya, mereka yang dalam masa
pelarian seringkali mengalami abuse saat mereka mencoba untuk bebas dari
hal itu.
Neglect biasanya lebih mengarah kepada penghilangan daripada
perusakan, yang berasal dari tindakan langsung atau kebiasaan yang
memiliki efek merusak atau mengganggu perkembangan dan psikologi anak.
Hal ini bisa dianggap sebagai kegagalan dari orang tua atau orang lain yang
bertanggung jawab secara legal atas kesejahteraan untuk menyediakan
kebutuhan dasar dan level perawatan yang adekuat. (Council On Scientific
Affair, 1985).
Tidak seperti penelitian physical abuse, menurut penelitian kecil tentang
etiologi neglect, walaupun banyak faktor resiko yang terindetifikasi dengan
physical abuse yang ada pada tindangan neglect.Contohnya, orang tua yang
melakukan pengabaian memiliki sedikit pengetahuan tentang keahlian
sebagai orang tua. Orang tua mungkin tidak sadar jika bayi harus diberi
makan setiap 3 sampai 4 jam, ibu tidak bisa memasak makanan, atau tidak
tahu tentang kandungan nutrisi sebuah makanan. Masalah serius karena
kurangnya pengetahuan adalah gagalnya menyadari pemeliharaan emosional
adalah kebutuhan dasar anak-anak.
Abuse, Abuse fisik adalah hal yang sangat diperhatikan daripada kasus
maltreatment pada anak yang lain. Child abuse adalah suatu kelalaian
tindakan atau perbuatan orangtua atau orang yang merawat anak yang
mengakibatkan anak menjadi terganggu mental maupun fisik, perkembangan
emosional, dan perkembangan anak secara umum.
Sementara menurut U.S Departement of Health, Education and Wolfare
memberikan definisi Child abuse sebagai kekerasan fisik atau mental,
kekerasan seksual dan penelantaran terhadap anak dibawah usia 18 tahun
yang dilakukan oleh orang yang seharusnya bertanggung jawab terhadap
kesejahteraan anak, sehingga keselamatan dan kesejahteraan anak terancam.
2. Stress keluarga
a. Kemiskinan dan pengangguran, kedua faktor ini merupakan faktor
terkuat yang menyebabkan terjadinya kekerasan pada anak, sebab kedua
faktor ini berhubungan kuat dengan kelangsungan hidup. Sehingga apapun
akan dilakukan oleh orangtua terutama demi mencukupi kebutuhan hidupnya
termasuk harus mengorbankan keluarga.
b. Mobilitas, isolasi, dan perumahan tidak memadai, ketiga faktor ini
juga berpengaruh besar terhadap terjadinya kekerasan pada anak, sebab
lingkungan sekitarlah yang menjadi faktor terbesar dalam membentuk
kepribadian dan tingkah laku anak.
c. Perceraian, perceraian mengakibatkan stress pada anak, sebab anak
akan kehilangan kasih sayang dari kedua orangtua.
d. Anak yang tidak diharapkan, hal ini juga akan mengakibatkan
munculnya perilaku kekerasan pada anak, sebab anak tidak sesuai dengan
apa yang diinginkan oleh orangtua, misalnya kekurangan fisik, lemah
mental, dsb.
Stress berasal dari anak Stress dari keluarga stress dari orang tua
Situasi Pencetus:
Disiplin
Konflik keluarga atau
pertengkaran
Masalah keluarga
Penganiayaan
Ketidakmampuan
merawat
Peracunan
Terror mental
4. PATOFISIOLOGI
3. Jatuh
Jika seorang anak dilaporkan mengalami kejatuhan biasa, namun yang
ampak adalah cidera yang tidak biasa, maka ketidaksesuaian riwayat dengan
trauma yang dialami tersebut menimbulkan kecurigaan adanya penganiayaan
terhadap anak.
1. Cidera Eksternal pada Kepala, Muka dan Mulut
Luka, perdarahan, kemerahan atau pembengkakan pada kanal telinga
luar, bibir pecah-pecah, gigi yang goyang atau patah, laserasi pada lidah dan
kedua mata biru tanpa trauma pada hidung, semuanya dapat
mengindikasikan adanya penganiayaan.
2. Cidera Termal Disengaja atau Diketahui Sebabnya
Luka bakar terculap, dengan garis batas jelas, luka bakar sirkuler
kecilkecil dan banyak dalam berbagai tahap penyembuhan, luka bakar
setrikaan, luka bakar daerah popok dan luka bakar tali semuanya
memberikan kesan adanya tindakan jahat yang disengaja.
a) Kecerdasan
Berbagai penelitian melaporkan terdapat keterlambatan dalam
perkembangan kognitif, bahasa, membaca, dan motorik.
Retardasi mental dapat diakibatkan trauma langsung pada kepala,
juga karena malnutrisi.
Pada beberapa kasus keterlambatan ini diperkuat oleh tidak
adanya stimulasi yang adekuat atau karena gangguan emosi.
b) Emosi
Terdapat gangguan emosi pada: perkembangan kosnep diri yang
positif, atau bermusuh dalam mengatasi sifat agresif,
perkembangan hubungan sosial dengan orang lain, termasuk
kemampuan untuk percaya diri.
Terjadi pseudomaturitas emosi. Beberapa anak menjadi agresif
atau bermusuhan dengan orang dewasa, sedang yang lainnya
menjadi menarik diri/menjauhi pergaulan. Anak suka ngompol,
hiperaktif, perilaku aneh, kesulitan belajar, gagal sekolah, sulit
tidur, tempretantrum, dsb.
c) Konsep diri
Anak yang mendapat perlakuan salah merasa dirinya jelek, tidak
dicintai, tidak dikehendaki, muram, dan tidak bahagia, tidak
mampu menyenangi aktifitas dan bahkan ada yang mencoba
bunuh diri.
d) Agresif
Anak yang mendapat perlakuan salah secara badani, lebih
agresifterhadap teman sebayanya. Sering tindakan agresif
tersebut meniru tindakan orangtua mereka atau mengalihkan
perasaan agresif kepada teman sebayanya sebagai hasil
miskinnya konsep diri.
e) Hubungan social
Pada anak sering kurang dapat bergaul dengan teman sebayanya
atau dengan orang dewasa. Mereka mempunyai sedikit teman
dan suka mengganggu orang dewasa, misalnya dengan
melempari batu atau perbuatan2 kriminal lainnya.
f) Akibat dari penganiayaan seksual
Tanda-tanda penganiayaan seksual antara lain:
Tanda akibat trauma atau infeksi lokal, misalnya nyeri perianal,
secret vagina, dan perdarahan anus.
Tanda gangguan emosi, misalnya konsentrasi berkurang,
enuresis, enkopresis, anoreksia, atau perubahan tingkah laku.
Tingkah laku atau pengetahuan seksual anak yang tidak sesuai
dengan umurnya. Pemeriksaan alat kelamin dilakuak dengan
memperhatikan vulva, himen, dan anus anak.
C. ASUHAN KEPERAWATAN
I. BIODATA
Biodata Pasien
Diisi nama pasien, umur, jenis kelamin, agama, alamat, pekerjaan, tanggal dan
jam masuk, dan diagnosa medis
Penanggung Jawab
Diisi nama, hubungan dengan pasien, alamat, umur, tempat tanggal lahir
penanggung jawab pasien.
Genogram
Keterangan:
1. :laki-laki
2. :perempuan
3. :pasien
IV. Pola Kesehatan Fungsional
1. Pola Persepsi dan Manajemen Kesehatan
Presepsi dan manajemen kesehatan diri dan orang tua. Apa saja yang
dilakukan orang tua atau pengasuh setiap harinya yang berhubungan dengan
kesehatan. Bagaimana tanggapannya saat sakit.
Sebelum sakit : Pasien makan 3 kali sehari, tapi dengan kecukupan gizi yang
kurang. Hanya nasi dan gorengan, atau mi instan. An. P sering jajan
sembarangan
BB sebelum sakit : 25 Kg
Saat sakit/dirawat di rumah sakit : pasien hanya menghabiskan rata-rata ¼
porsi pemberian rumah sakit. Menurut pasien BB turun dari biasanya.
BB saat dirawat: 20 Kg
Intake cairan : sebelum sakit pasien meminum 6-7 +- 1600cc gelas sehari. Saat
di rumah sakit ini pasien mendapat cairan infus +-1000 ml sehari dan minum
air putih 3-4 gelas sehari +- 1000cc. (normalnya dir s, Cuma buat
maintenance).
3. Pola Eliminasi
Sebelum sakit : pasien BAB 1-3 kali dalam sehari, dengan konsistensi
lembek,warna kuning kecoklatan, berbau khas, saat BAB pengasuh pasien
mengatakan tidak ada darah saat bersamaan.Untuk BAK pasien BAK 5-7 kali
dalam hari, konsentrasi encer, warna kuning jernih dan berbau khas urine.
Selama sakit : pasien BAB 1-3 kali dalam sehari, lembek,warna kuning
kecoklatan, berbau khas, saat BAB pengasuh pasien mengatakan tidak ada
darah saat bersamaan dan BAK 3-5x dalam sehari, warna kuning gelap,
konsentrasi encer, serta berbau khas urine.
4. Pola Istirahat Dan Tidur
Sebelum sakit : pasien mengatakan bahwa dia tidur teratur
Selama sakit : pasien mengatakan bahwa ia sulit tidur karena tubuhnya yang
sakit.
Keterangan:
0 = mandiri
1 = dibantu dengan alat
2 = dibantu orang lain
3 = dibantu dengan alat dan orang lain
4 = ketergantungan total
V. Pemeriksaan Fisik
1. Antropometri : berat badan 20 Kg, kurang dari 80% berat tubuh normal.
LLA 10cm, ukuran LLA normal 14cm
1. Laboratorium
2. Radiologi
lebih sensitif dan spesifik untuk lesi serebral akut dan kronik, hanya
diindikasikan pada pengniayaan anak atau seorang bayi yang mengalami
trauma kepala yang berat.
Lebih sensitif pada lesi yang subakut dan kronik seperti perdarahan
subdural dan sub arakhnoid.
5. Ultrasonografi
6. Pemeriksaan kolposkopi
Whaley & Wong. Nursing Care of Infants and Children, 4th edition.1996
Akatsuki, Zen. 2011. Askep Anak Dengan Child Abuse.http://akatsuki-
ners.blogspot.com/2011/02/askep-anak-dengan-child-asbue.html?m=1. 23 Juli 2018.
Qit. 2009. Askep Child Abuse. http:/nersqeets.blogspot.com/2009/06/askep-child-
abuse.html. 23 Juli 2018.
Patimahziansyar. Askep Anak Child
Abuse.https://www.scribd.com/document/253382881/Askep-Anak-Child-Abuse. 29 Juli
2018