Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bunuh diri adalah tindakan agresif yang merusak diri sendiri dan dapat mengakhiri kehidupan.
Istilah yang terakhir ini menjadi topik besar dalam psikatri kontemporer, karena jumlah yang
terlibat dan riset yang mereka buat. Di dunia lebih dari 1000 tindakat bunuh diri terjadi tiap hari,
di Inggris ada lebih dari 3000 kematian bunuh diri tiap tahun (Ingram, Timbury dan Mowbray,
1993). Di Amerika Serikat, dilaporkan 25.000 tindakan bunuh diri setiap tahun (Wilson dan
Kneisl,1988), dan merupakan penyebab kematian kesebelas. Rasio kejadian bunuh diri antara pria
dan wanita adalah tiga berbanding satu (Stuart dan Sundden, 1987, hlm. 487). Pada usia remaja,
bunuh diri merupakan penyebab kematian kedua (Leahey dan Wright, 1987, hlm.79).
Posisi Indonesia hampir mendekati negara-negara bunuh diri, seperti Jepang, dengan tingkat
bunuh diri mencapai lebih dari 30.000 orang per tahun dan China yang mencapai 250.000 per
tahun. Pada tahun 2005, tingkat bunuh diri di Indonesia dinilai masih cukup tinggi. Berdasarkan
data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada 2005, sedikitnya 50.000 orang Indonesia
melakukan tindak bunuh diri tiap tahunnya. Dengan demikian, diperkirakan 1.500 orang
Indonesia melakukan bunuh diri per harinya. Namun laporan di Jakarta menyebutkan sekitar 1,2
per 100.000 penduduk dan kejadian bunuh diri tertinggi di Indonesia adalah Gunung Kidul,
Yogyakarta mencapai 9 kasus per 100.000 penduduk.
Menurut Prayitno (1983) tindakan bunuh diri di Jakarta 2,3 per 100.000 penduduk. Data dari
Badan Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun 2003 mengungkapkan bahwa 1 juta orang bunuh diri
dalam setiap tahunnya atau setiap 40 detik, bunuh diri juga satu dari tiga penyebab utama
kematian pada usia 15-34 tahun, selain karena faktor kecelakaan. Pada laki-laki tiga kali lebih
sering melakukan bunuh diri daripada wanita, karena laki-laki lebih sering menggunakan alat
yang lebih efektif untuk bunuh diri, antara lain dengan pistol, menggantung diri, atau lompat dari
gedung yang tinggi, sedangkan wanita lebih sering menggunakan zat psikoaktif overdosis atau
racun, namun sekarang mereka lebih sering menggunakan pistol. Selain itu wanita lebih sering
memilih cara menyelamatkan dirinya sendiri atau diselamatkan orang lain.
Percobaan bunuh diri 10 kali lebih sering, peracunan diri sendiri bertanggung jawab bagi 15%
dari pasien medis yang masuk rumah sakit dan pada pasien dibawah 40 tahun menjadi penyebab
terbanyak. Masalah ini bersifat emosional, peracunan diri sendiri secara khusus cenderung
membangkitkan respon tak rasional dan agresif dari perawat dan dokter (Ingram, Timbury dan
Mowbray, 1993). Bunuh diri merupakan kedaruratan psikiatri karena klien berada dalam keadaan
stres yang tinggi dan menggunakan koping yang maladaptif. Situasi gawat pada bunuh diri adalah
saat ide bunuh diri timbul secara berulang tanpa rencana yang spesipik untuk bunuh diri.
Berdasarkan fenomena tersebut, kelompok ingin membahas lebih lanjut mengenai peran perawat
dalam menghadapi dan membantu klien dengan resiko bunuh diri.
B. Tujuan Pembelajaran
Adapun tujuan penulisan makalah ini ialah sebagai berikut:
1. Tujuan umum
Mahasiswa keperawatan mampu memahami dengan baik dan menerapkan di lapangan
mengenai asuhan keperawatan klien dengan gangguan kepribadian.
2. Tujuan khusus:
1. Mahasiswa mampu menjelaskan mengenai konsep dasar mengenai resiko bunuh diri .
2. Mahasiswa mampu membuat asuhan keperawatan pada klien dengan resiko bunuh diri
yang mengacu pada teori Stuart.
C. Manfaat
1. Memahami tentang Konsep Resiko Bunuh Dri
2. Memahami tentang Konsep Asuhan Keperawatan Resiko Bunuh Diri
3. Memahami tentang Tinjauan Kasus Asuhan Keperawatan Resiko Bunuh Diri.
D. Ruang Lingkup
Makalah Ini Membahas Mengenai Konsep Yang Terdiri Dari : (Definisi, Faktor
Predisposisi,Faktor Predipitasi, Penilaian Terhadap Stress, Sumber Koping, Mekanisme Koping),
Penatalaksanaan, Proses Keperawatan (Pengkajian Sampai Evaluasi), Serta Tinjauan Kasus
Asuhan Keperawatan Risiko Bunuh Diri.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep
1. Definisi
Perilaku destruktif diri yaitu setiap aktivitas yang tidak dicegah dapat mengarah pada
kematian. Perilaku destruktif diri langsung mencakup aktivitas bunuh diri. Niatnya adalah
kematian, dan individu menyadari hal ini sebagai hasil yang diinginkan. Perilaku destruktif
diri tak langsung termasuk tiap aktivitas kesejahteraan fisik individu dan dapat mengarah
kepada kematian. Orang tersebut tidak menyadari tentang potensial terjadi pada kematian
akibat perilakunya dan biasanya menyangkal apabila dikonfrontasi (Stuart, 2006).
Perilaku bunuh diri dibagi menjadi 3 kategori yaitu (Stuart, 2006):
1) Ancaman bunuh diri
Yaitu peringatan verbal atau nonverbal bahwa orang tersebut mempertimbangkan untuk
bunuh diri. Ancaman menunjukkan ambevalensi seseorang tentang kematian kurangnya
respon positif dapat ditafsirkan seseorang sebagai dukungan untuk melakukan tindakan
bunuh diri.
2) Upaya bunuh diri
Yaitu semua tindakan yang diarahkan pada diri yang dilakukan oleh individu yang dapat
mengarah pada kematian jika tidak dicegah.
3) Bunuh diri
Mungkin terjadi setelah tanda peningkatan terlewatkan atau terabaikan. Orang yang
melakukan percobaan bunuh diri dan yang tidak langsung ingin mati mungkin pada mati
jika tanda-tanda tersebut tidak diketahui tepat pada waktunya. Percobaan bunuh diri
terlebih dahulu individu tersebut mengalami depresi yang berat akibat suatu masalah
yang menjatuhkan harga dirinya.
Resiko bunuh diri adalah perilaku merusak diri yang langsung dan disengaja untuk
mengakhiri kehidupan (Herdman, 2012). Indiviu secara sadar berkeinginan untuk mati
sehingga melakukan tindakan-tindakan untukmewujudkan keinginan tesebut.
Resiko bunuh diri terdiri dari 3 kategori yaitu:
1) Isyarat bunuh diri
2) Ancaman bunuh diri
3) Percobaan bunuh diri
2. Faktor predisposisi
Hal hal yang dapat mempengaruhi terjadinya resiko bunuh diri yaitu daiantaranya:
1) Faktor biologis
Faktor-faktor biologis yang berkaitan dengan adanya faktor herediter/keturunan, riwayat
bunuh diri, riwayat penggunaan NAPZA, riwayat penyakit fisik, nyeri kronik, dan
penyakit terminal.
2) Faktor psikologis
Pasien resiko bunuh diri memiliki riwayat kekerasan pada masa kanak-kanak, riwayat
keluarga bunuh diri, homoseksual saat remaja, perasaan bersalah, kegagalan dalam
mencapai harapan, gangguan jiwa.
3) Faktor social budaya
Faktor social yang berkaitan dengan resiko bunuh diri antara lain perceraian, perpisahan,
hidup sendiri dan tidak bekerja.
3. Faktor presipitasi
Stuart (2006) menjelaskan bahwa pencetus dapat berupa kejadian yang memalukan, seperti
masalah interpersonal, dipermalukan di depan umum, kehilangan pekerjaan, atau ancaman
pengurungan. Faktor pencetus seseorang melakukan percobaan bunuh diri adalah:
1) perasaan terisolasi karena kehilangan hubungan interpersonal/gagal melakukan
hubungan yang berarti,.
2) kegagalan beradaptasi, sehingga tidak dapat menghadapi stress.
3) perasaan marah/bermusuhan, bunuh diri dapat merupakan cara pasien menghukum diri
sendiri.
4) Cara untuk mengakhiri keputusasaannya.
5. Sumber koping
Klien dengan penyakit kronik atau penyakit yang mengancam kehidupan dapat melakukan
perilaku bunuh diri dan sering kali orang imi secara sadar memilih untuk melakukan tindakan
bunuh diri. Perilaku bunuh diri berhubungan dengan banyak faktor, baik secara social
maupun budaya. Struktur social dan kehidupan bersosial dapat menolong bahkan mendorong
klien melakukan perilaku bunuh diri. Isolasi social dapat menyebabkan kesepian dan
meningkatkan keinginan seseorang untuk melakukan bunuh diri. Seseorang yang aktif dalam
kegiatan masyarakat lebih mampu mentoleransi stress, sehingga menurunkan angka bunuh
diri. Aktif dalam kegiatan keagamaan juga dapat mencegah seseorang melakukan tindakan
bunuh diri.
6. Mekanisme koping
Seorang klien mungkin memakai beberapa variasi mekanisme koping yang berhubungan
denga perilaku bunuh diri, termasuk denial, rasionalization, regression dan magical thinking.
Mekanisme pertahanan diri yang seharusnya tidak ditentang tanpa memeberikan koping
alternative. Perilaku bunuh diri menunjukkan kegagalan mekanisme koping. Ancaman bunuh
diri mungkin menunjukkan upaya terakhir untuk mendapatkan pertolongan agar dapat
mengatasi masalah. Bunuh diri yang terjadi merupakan kegagalan koping dan mekanisme
adaptif pada diri seseorang.
B. Penatalaksanaan
1. Non-farmalogis
Tindakan keperawatan
a. Tindakan keperawatan untuk pasien
1) Tujuan :
a) Klien dapat membina hubungan saling percaya.
b) Klien dapat terlindung dari perilaku bunuh diri
c) Klien dapat mengekspresikan perasaannya
d) Klien dapat meningkatkan harga diri
e) Klien dapat menggunakan koping yang adaptif
2) Tindakan keperawatan
a) Membina Hubungan Saling percaya kepada pasien
Perkenalkan diri dengan klien
Tanggapi pembicaraan klien dengan sabar dan tidak menyangkal.
Bicara dengan tegas, jelas, dan jujur.
Bersifat hangat dan bersahabat.
Temani klien saat keinginan mencederai diri meningkat.
b) Melindungi pasien dari perilaku bunuh diri
Jauhkan klien dari benda benda yang dapat membahayakan (pisau, silet,
gunting, tali, kaca, dan lain lain).
Tempatkan klien di ruangan yang tenang dan selalu terlihat oleh perawat.
Awasi klien secara ketat setiap saat.
c) Membantu pasien untuk mengekspresikan perasaannya
Dengarkan keluhan yang dirasakan.
Bersikap empati untuk meningkatkan ungkapan keraguan, ketakutan dan
keputusasaan.
Beri dorongan untuk mengungkapkan mengapa dan bagaimana harapannya.
Beri waktu dan kesempatan untuk menceritakan arti penderitaan, kematian,
dan lain lain.
d) Membantu pasien untuk meningkatkan harga dirinya
Bantu untuk memahami bahwa klien dapat mengatasi keputusasaannya.
2. Farmalogis
pada semua kasus, keinginan bunuh diri harus diperiksa. Apakah orang mengisolasi dirinya
sendiri waktu kejadian sehingga ia tidak ditemukan atau melakukan tindakan agar tidak
ditemukan. Pada kasus bunuh diri membutuhkan obat penenang saat mereka bertindak
kekerasan pada diri mereka atau orang lain, dan pasien juga lebih membutuhkan terapi
kejiwaan melalui komunikasi terapeutik. Dapaun obat-obatan yang biasanya diberikan pada
pasien resiko bunuh diri yaitu:
a. Obat anti psikosis: Penotizin
b. Obat anti depresi: Amitripilin
c. Obat Anti ansietas: Diasepam, bromozepam, clobozam
d. Obat anti insomnia: Phneobarbita
2. Diagnosa
Jika ditemukan data bahwa pasien menunjukan isyarat bunuh diri, masalah masalah
keperawatan yang mungkin muncul adalah harha diri rendah. Bila anda telah merumuskan
masalah ini, maka tindakan keperawatan yang paling utama dialakukan adalah meningkatkan
harga diri pasien ( selengkapnya lihat modul harga diri rendah ). Jika ditemukan data bahwa
pasien memberikan ancaman atau mencoba bunuh diri, masalah keperawatan yang mungkin
muncul adalah resiko bunuh diri.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Diagnosa 1: Resiko bunuh diri
b. Diagnosa 2: Isyarat bunuh diri: harga diri rendah
c. Diagnosa 3: Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan
Pohon Masalah
Resiko mencederai diri sendiri, orang lain
dan lingkungan
Harga diri
3. Tindakan Keperawatan
rendah
Tindakan keperawatan pada pasien resiko bunuh diri dilakukan terhadap pasien dan keluarga
( pelaku rawat ). Saat melakukan layanan di puskes dan kunjungan rumah , perawat menemui
keluarga ( pelaku rawat ) terlebih dahulu sebelum menemukan pasien. besama keluarga (
pelaku rawat ). Perawat mengidentifikasi masalah yang dialami pasien dan keluarga ( pelaku
rawat ). Setelah itu perawat menemui pasien untuk melakukan pengkajian dan melatih cara
untuk melakukan resiko bunuh diri yang dialami pasien. jika pasien mendapat terapi
psikofarmaka, maka hal pertama yang dilatih perawat adalah ytentang pentingnya kepatuhan
minum obat.
Setelah perawat selesai melatih pasien, maka perawat kembali menemui keluarga ( pelaku
rawat ) dan melatih keluarga ( pelaku rawat ) untuk merawat pasien, serta menyampaikan
hasil tindakan yang telah dilakukan terhadap pasien dan tugas yangperlu keluarga lakukan
yaitu untukm membimbing pasien melakukan kemampuan mengatasi resiko bunuh diri yang
telah diajarkan oleh perawat.
Tindakan keperawatan untuk pasien dan kelarga dilakukan pada setiap pertemuan , minimal
empat kali pertemuan dan dilanjutkan sampai pasien dan keluarga mampu mengatasi resiko
bunuh diri.
N Perencanaan Rasionalisasi
o Tujuan Kriteria evaluasi Intervensi
1. a) Tujuan umum: Setelah… kali 1. Mengucapkan salam 1. Untuk menjalin
Klien tidak interaksi klien setiap kali komunikasi yang
melakukan menunjukkan : berinteraksi dengan baik.
percobaan bunuh Ekspresi wajah pasien. 2. Bina hubungan
diri bersahabat, ada 2. Perkenalkan diri saling percaya.
b)Tujuan khusus: kontak mata. dengan klien (nama 3. Mengetahui apa
1. Klien dapat Mau berjabat dan nama panggilan yang diinginkan
membina tangan yang perawat sukai, klien.
hubungan saling Mau serta tanyakan nama 4. Untuk
percaya. menyebutkan dan nama panggilan mengetahui apa
2. Klien dapat nama, mau pasien) saja yg akan
terlindung dari 3. Menanyakan dliakakukan
perilaku bunuh menjawab salam. perasaan dan bersama pasien.
diri Klien mau duduk keluhan pasien saat 5. Untuk
3. Klien dapat berdampingan ini meyakinkan klien
mengekspresikan dengan perawat. 4. Buat kontrak asuhan bahwa privasi nya
perasaannya Klien mau apa yang akan akan terjaga
mengutarakan dilakukan bersama dengan baik
masalah yang pasien, beberapa 6. Untuk membina
dihadapi lama akan hubungan saling
dikerjakan, dan percaya
tempatnya dimana 7. Untuk membatu
5. Jelaskan bahwa proses
perawat akan penyembuhan
merahasiakan pasien.
informasi yang 8. Agar lebih
diperoleh untuk mengerti apa yg
kepentingan terapi dimaksud dengan
6. Setiap saat tunjukan klien.
sikap empati 9. Agar klien
terhadap pasien terhindar dari
7. Penuhi kebutuhan perbuatan untuk
dasar pasien bila mencederai diri
memungkinkan sendiri.
10. Untuk pembantu
8. Tanggapi
proses
pembicaraan klien
penyembuhan.
dengan sabar dan
11. Agar terhindar
tidak menyangkal.
dari perbuatan
9. Jauhkan klien dari
mencederai diri.
benda benda yang
12. Untuk
dapat
mengetahui
membahayakan
kondisi saat ini.
(pisau, silet, gunting,
13. Untuk membina
tali, kaca, dan lain
hubungan saling
lain).
10. Tempatkan klien di percaya
ruangan yang tenang
dan selalu terlihat
oleh perawat.
11. Awasi klien secara
ketat setiap saat.
12. Dengarkan keluhan
yg dirasakan .
13. Bersikap empati
untuk menurunkan
keraguan ketakutan
dan keputusan.
Implementasi Evaluasi
A. Individu
Sp 1: Pengkajian, melindungi dan mengendalikan pikiran bunuh diri dengan berpikir aspek
positif diri.
Identifikasi benda-benda berbahaya dan mengamankannya (lingkungan aman untuk pasien),
latihan cara mengendalikan diri dari dorongan bunuh diri: buat daftar aspek positif diri
sendiri, latihan afirmasi?berpikir aspek positif yang dimiliki, masukkan pada jadwal latihan
berfikir positif 5 kali per hari.
Sp 2: Latihan mengendalikan dorongan bunuh diri dengan cara berpikir positif terhadap
keluarga dan lingkungan.
Evaluasi data resiko bunuh diri, validasi kemampuan berfikir positif tentang diri dan
manfaatnya, beri pujian, latih cara mengendalikan diri dai dorongan bunuh diri. Buat daftar
aspek positif keluarga dan lingkungan, latih afirmaasi/berpikir aspek positif keluarga dan
lingkungan, masukkan pada jadwal latihan berfikir positif tentang diri, keluarga dan
lingkungan.
B. Keluraga
Sp 1: mengenal masalah risiko bunuh diri dan cara, cara menyediakan lingkungan yang aman
dan latihan memberikan pujian
Diskusikan masalah yang dirasakan dalam merawat pasien resiko bunuh diri. Jelaskan
pengertian, tanda dan gejala dan proses terjadinya risiko bunuh diri (gunakan booklet),
jelaskan cara merawat risiko bunuh diri, latih cara memberikan pujian hal positif pasien.
Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal dan memberikan pujian.
Sp 2: latihan membimbing pasien mengendalikan dorongan bunuh diri dengan cara berfikir
positif terhadap keluarga dan lingkungan serta memberi penghargaan, menciptakan suasana
positif dalam keluarga.
Evaluasi kemampuan keluarga mengidentifikasi tanda resiko bunuh diri, validasi kemampuan
keluarga membimbing berfikir positif pada diri pasien.Beri pujian. Latih cara membimbing
berpikir positif tentang keluarga dan lingkungan serta memberi penghargaan pada pasien dan
menciptakan suasana positif dalam keluarga, anjurkan membantu psien sesuai jadwal dan
memberi pujian.
Sp 3: latihan keluarga membimbing pasien mencapai masa depan.
Evaluasi kemampuan keluarga mengidentifikasi gejala resiko bunuh diri , validasi kegiatan
keluarga dalam membimbing dan memberikan pujian serta penghargaan atas keberhasilan
dan aspek positif pasien, serta menciptakan suasana positif dalam keluarga. Beri pujian.
Bersama keluarga berdiskusi tentang masa depan serta langkah-langkah mencapainya.
Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal dan berikan pujian.
Sp 4: latihan keluarga membimbing pasien melakukan kegiatan mencapai masa depan, follow
up dan tanda kekambuhan.
Evaluasi kemampuan keluarga mengidentifikasi risiko bunuh diri, kegiatan keluarga dalam
membimbing berfikir positif tentang diri, keluarga dan lingkungan, serta menyiapkan
kebutuhan rencana masa depan. Beri pujian. Bersama keluarga berdiskusi tentang langkah
dan kegiatan untuk melakukan kegiatan masa depan. Jelaskan follow up ke PKM. Tanda
kambuh, rujukan.Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal dan memberikan pujian.
BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN JIWA
Kasus
Seorang laki-laki bernama Tn. D berusia 48 tahun alamat Pugung, Lampung Timur.Tn. D masuk
rumah sakit jiwa karena mencoba bunuh diri untuk yang kedua kalinya dengan menggantungkan diri di
kamar mandi rumahnya akibat frustasi karena mengalami kehilangan pekerjaan atau di phk oleh tempat
kerjanya, dan ditambah lagi klien ditinggal oleh anak dan istrinya. Klien melakukan percobaan bunuh diri
yang pertama dilakukan 1 bulan yang lalu dengan menyayat tangannya sendiri yang sebelah kiri, sehingga
masih menimbulkan bekas luka sampai saat ini. Klien saat ini hanya tinggal dengan ibunya dan kakaknya.
Klien mengatakan ingin mati saja karena hidupnya tidak berguna lagi. Klien tampak murung dan selalu
menyendiri, serta tidak bergairah, dan jarang berkomunikasi dengan orang lain. Walaupun klien mau
diajak bicara, klien pun selalu menundukkan kepalanya dan tidak pernah mau menatap mata seseorang
saat diajak bicara.Klien percaya akan adanya Tuhan tetapi dia sering menyalahkan Tuhan atas segala hal
yang menimpanya, klien mengaku jarang beribadah dan mendekatkan diri kepada Tuhan.
I. IDENTITAS
1. Nama klien : Tn. D
Jenis kelamin : laki-laki
Usia : 48 tahun
Agama :islam
Status : Cerai
No RM : 00000898
Tanggal MRS : 5 Januari 2018
Tanggal Pengkajian:10 April 2018
Ruang : Mawar
V. Fisik
1. TD : 120/90 mmHg, N : 80x/mnt, S : 370 C, RR :20x/mnt,
2. BB : 56 Kg dan TB : 170cm.
3. BB pasien menurun dan klien tampak lemas tak bergairah, mengeluh sakit perut dan kepala
sakit.
4. Ada bekas percobaan bunuh diri sayatan di lengan kiri
5. Masalah keperawatan :
VI. PSIKOSOSIAL
1. Genogram
Keterangan:
: Laki-Laki hidup
: Perempuan Hidup
: laki-laki mati
: perempuan mati
: klien
: tinggal satu rumah
Pasien merupakan anak ke-2 dari 2 bersaudara, pasien tinggal bersama ibunya dan kakak laki-
laki, ayah pasien sudah meninggal.
Diagnosa keperawatan : -
2. Konsep diri
a. Citra tubuh
Klien mengatakan yang paling disukai adalah wajahnya.
b. Identitas diri
Klien mengaku bernama Tn D, berumur 48 tahun, pernah bekerja sebagai Karyawan, agama
Islam, jenis kelamin laki-laki, klien mengaku pernah sekolah sampai lulus STM. Klien sudah
menikah mempunyai seorang istri dan anak tetapi sekarang sudah bercerai. Klien mengatakan
puas sebagai laki-laki.
c. Peran Diri
Sebelum Bercerai Pasien mengatakan bahwa selama di Rumah, dirinya adalah sebagai kepala
keluarga, suami dari istrinya, dan ayah bagi anaknya.
Setelah bercerai Klien saat ini tinggal bersama ibu dan kakaknya, dan klien bersama
kakaknya yang mencari uang untuk kehidupan sehari-hari.
d. Ideal Diri
Klien menyatakan bahwa kalau nanti sudah pulang/sembuh klien bingung mendapatkan
pekerjaan dimana untuk menghidupi keluarganya.
e. Harga Diri
Klien jarang berinteraksi dengan orang lain. Klien tampak murung dan selalu menyendiri
memikirkan anak dan istrinya yang pergi meninggalkannya. klien mengatakan merasa malu
untuk mendekati orang lain, karena pasien merasa jika ia tidak berguna lagi bagi orang lain,
pasien juga merasa tidak dihiraukan dan dijauhi oleh teman-temanya.
Dx: harga diri rendah
3. Hubungan sosial
a. Klien mengatakan saat dirumah klien selalu bercerita hanya pada ibunya dan orang yang
berarti untuk dirinya adalah ibunya
b. Klien mengatakan pernah mengikuti karang taruna
c. Klien hanya 3 bulan mengikuti karang taruna
d. Masalah keperawatan: tidak ada masalah
4. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan: Klien percaya akan adanya Tuhan tetapi dia sering mempersalahkan
Tuhan atas hal yang menimpanya.
b. Kegiatan ibadah: Klien mengaku jarang beribadah dan mendekatkan diri kepada Tuhan.
Analisa Data
DS : “Klien mengatakan ingin mati saja Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan
karena hidupnya tidak berguna lagi.” lingkungan
Harga diri
rendah
KELOMPOK 7
RENCANA KEPERAWATAN
Diagnosa Perencanaan
Keperawatan Tujuan Kriteria evaluasi Intervensi Rasional
1 Resiko Bunuh Klien mampu: Setelah 3 kali SP 1:
Diri Menyebutkan, pertemuan pasien a. Tanyakan a. klien
menyadari mampu: keuntungan dan mengetahui
penyebab bunuh Menyebutkan kerugian bunuh apa dampak
diri dan diri dari bunuh
Membina hubungan menyadari b. Identifikasi diri.
saling percaya serta penyebab penyebab: Apa b. Sebagai
keuntungan dan bunuh diri yang membuat informasi
kerugian melkukan Membina klien melakukan untuk
bunuh diri hubungan bunuh diri. melakukan
saling c. Pengkajian, tindakan
percaya diri melindungi dan selanjutnya
serta mengendalikan c. Agar klien
keuntungan pikiran bunuh diri mengetahui
dan kerugian dengan berpikir kelebihan atau
melakukan aspek positif diri. yang bisa ia
tindakan d. Identifikasi benda- lakukan
bunuh diri benda berbahaya d. Menjauhkan
dan klien dari
mengamankannya barang-barang
(lingkungan aman berbahaya
untuk pasien), yang dapat
e. latihan cara memicu resiko
mengendalikan diri bunuh diri.
dari dorongan e. Mengurangi
bunuh diri. resiko bunuh
f. buat daftar aspek diri terhadap
positif diri sendiri, pasien.
latihan afirmasi f. Untuk
g. latihan berpikir mengetahui
aspek positif yang apa kelebihan
dimiliki dari pasien
sehingga
resiko bunuh
diri berkurang.
g. Membiasakan
pasien agar
berpikir
positif
terhadap
apapun.
Klien mampu: Setelah 3 kali SP 2: a. Menilai data
mengendalika pertemuan a. Evaluasi data tentang resiko
n dorongan diharpkan klien: resiko bunuh diri bunuh diri.
bunuh diri Mampu b. Validasi b. Mengetahui
dengan. mengendalikan kemampuan sejauh mana
Klien mamupu dorongan bunuh berpikir positif kemampuan
berpikir positif diri. tentang diri dan klien berpikir
terhadap Klien mampu manfaatnya positif tentang
keluarga dan berpikir positif c. beri pujian atas dirinya.
lingkungan terhadap tindakan yang c. Memberikan
keluarga dan telah dilakukan penghargaan
lingkungannya d. latih cara atas apa yang
mengendalikan diri telah
dari dorongan dilakukan.
bunuh diri d. Membiasakan
e. buat daftar aspek klien agar
keluarga dan tidak terjadi
lingkungan. resiko bunuh
f. Latih berfikir diri.
positif terhadap e. Mengetahui
keluarga dan apa
lingkungan. kelebihannya
terhadap
keluarga dan
lingkungan.
f. Membiasakan
klien berpikir
positif
terhadap
segala hal.
Klien mampu: Setelah 3 kali SP 3: a. Mengetahui
Menyebutkan dan pertemuan klien a. Evaluasi data data tentang
merencanakan apa diharapkan: resiko bunuh diri resiko bunuh
yang diharapkan di Mampu b. Validasi diri klien.
masa yang akan datang merencanak kemampuan b. Menilai sejauh
an dan berpikir positif mana
menyebutka tentang diri, kemampuan
n apa yang keluarga dan tentang
ia harapkan lingkungan dan berpikir
dimasa yang manfaatnya. positif.
akan datang. c. Berikan pujian c. Memberikan
Mampu terhadap klien atas pengharggaan
menyebutka tindakannya terhadap apa
n dengan d. Diskusikan yang telah
cara apa harapan dan masa dilakukan.
meraih depan klien d. Mengetahui
keinginan e. Diskusikan cara apa yang di
nya untuk mencapai harapan inginkan
masa yang dan masa depan. pasien.
akan datang. f. Latih cara cara e. Mengetahui
mencapai masa bagaimana
depan dan harapan cara mencapai
secara bertahap harapan.
f. Untuk pasien
mampu
mencapai
haran tersebut
Klien mampu: Setelah 3 kali SP 4: a. Mengetahui
Menyebutkan dan pertemuan klien a. Evaluasi data dan atau
merencanakan apa diharapkan: resiko bunuh diri memastikan
yang diharapkan di Mampu dan kemampuan data yang
masa yang akan datang merencanakan berpikir positif dimiliki
dan terhadap diri, pasien dengan
menyebutkan keluarga dan resiko bunuh
apa yang ia lingkungan serta diri.
harapkan kegiatan yang b. Memberikan
dimasa yang dipilih penilain
akan datang. b. Berikan pujian terhadap apa
Mampu c. Latih tahap kedua yang telah
menyebutkan kegiatan untuk dilakukan.
dengan cara mencapai masa c. Untuk
apa meraih depan. mencapai
keinginan nya harapan di
untuk masa masa depan
yang akan
datang
Keluarga mampu: Setelah 3 kali SP 1: a. Membina
Mengenal pertemuan a. Diskusikan hungungan
masalah resiko diharapkan masalah yang saling percaya
bunuh diri keluarga klien: dirasakan dalam dan terbuka.
Cara Mampu merawat pasien b. Meningkatkan
menyediakan mengenal resiko bunuh diri. pengetahuan
lingkungan masalah b. Jelaskan keluarga
yang aman resiko bunuh pengertian tanda tentang resiko
Latih diri gejala dan proses bunuh diri.
memberikan Mengetahui terjadinya resiko c. Keluarga
pujian bagaimana bunuh diri. merawat
menyediakan c. Jelaskan cara pasien secara
lingkungan merawat pasien baik dan
yang man. dengan resiko benar.
Mengetahi bunuh diri. d. Memberiakn
bagaimana d. Latih cara pujian yang
meberikan memberikan sesuai
pujian kepada pujian hal positif terhadap
klien dengan pasien. pasien.
resiko bunuh e. Anjurkan e. Sesui dengan
diri membantu pasien jadwal yang
dengan jadwal dan telah
memberikan ditntukan.
pujian.
Keluarga mampu: Setelah 3 kali SP 2: a. Menilai
Latihan pertemuan a. Evaluasi kemampuan
membimbing diharapkan kemampuan keluarga.
pasien dan keluarga: keluarga b. Mengetahui
mengendalikan Mampu mengidentifikasi sejauh mana
dorongan bunuh membimbing tanda resiko bunuh kemampuan
diri dengan cara pasien dan diri. keluarga.
berpikir positif mengendalikan b. Validasi c. Memberikan
terhadap keluarga dorongan bunuh kemampuan penghargaan
dan lingkungan diri pasien. keluarga apa yang telah
membimbing dilakukan
berpikir positif keluarga.
pada diri pasin. d. Memberiakn
c. Beri pujian pada tindakan yang
keluarga. sesuai
d. Latih cara terhadap
membimbing pasien.
berpikir positif e. Memberikan
tentang keluarga pasien
dan lingkungan. berpikir
e. Latih cara memberi bahwa ia
penghargaan pada masih
pasien dan berguna.
menciptakan f. Kesesuain
suasana positif dengan jadwal
terhadap pasien. yang telah
f. Anjurkan keluarga dibuat.
membantu pasien
sesuai dengan
jadwal yang telah
di tetapkan
keluarga mampu: Setelah 3 kali SP 3: a. Menilai sejauh
membimbing pasien pertemuan a. Evaluasi mana
mencapai masa depan diharapken kemampua kemampuan
keluarga: keluarga keluarga
Mampu mengidentifikasi tentang gejala
membingmbin gejala resiko bunuh resiko bunuh
g pasien untuk diri. diri.
mencapai masa b. Validasi kegiatan b. Mengetahui
depannya keluarga dalam kemampuan
membimbing dan keluarga.
memberikan c. Memberikan
pujian serta penghargaan
penghargaan atas terhadap yang
keberhasilan dan telah
aspek positif dilakukan
pasien serta keluarga.
suasana positif d. Memaksimalk
dalam keluarga. an proses
c. Beri pujian atas penyembuhan
tindakan yang klien.
telah dilakukan e. Kesesuai
keluarga dengan jadwal
d. Bersama yang telah
keluarga ditetapkan.
berdiskusi
tentang harapan
masa depan serta
langkah-langkah
untuk
mencapainya.
e. Anjurkan
membantu pasien
sesuai jadwal
yang telah
ditetapkan.
Keluarga mampu: Setelah 3 kali SP 4: a. Mengetahui
Membimbing pasien pertemuan a. Evaluasi sejauh mana
melakukan kegiatan diharapkan kemampuan keluarga
mencapai masa depan, keluarga: keluarga mampu
follow-up dan tanda Mampu mengidentifikasi mengidentifik
kekambuhan membimbing resiko bunuh diri, asi resiko
pasien kegiatan keluarga bunuh diri.
melakukan dalammembimbi b. Memberikan
kegiatan untuk ng berpikir positif atas
mencapai masa tentang diri, penghargaan
depan keluarga dan atas apa yg
Mengetahui lingkungan, serta telah
tanda dari menyiapkan dilakukan
kekambuhan kebutuhan keluarga.
resiko bunuh rencana masa c. Memaksimalk
diri depan. an
b. Beri pujian atas penyembuhan
kemampuan pasien.
keluarga. d. Memberikan
c. Bersama keluarga pengetahuan
berdiskusi tentang pada keluarga
langkah dan dan tindakan
kegiatan untuk apa yang
melakukan harus
kegiatan masa dilakukan
depan. pada pasien
d. Jelaskan follow- resiko bunuh
up ke PMK, tanda diri
kambuh, serta e. Kesesuain
rujukan atau dengan jadwal
tindakan yang yang dibuat.
harus dilakukan
jika pasien
kambuh.
e. Anjurkan
membantu pasien
sesuai dengan
jadwal.