Sunteți pe pagina 1din 30

Tabel 2.

Daftar Deskripsi Indikator


Sikap dan pengertian Contoh Indikator

Sikap Spiritual  Berdoa sebelum dan sesudah menjalankan sesuatu.


 Menjalankan ibadah tepat waktu.
Menghargai dan menghayati ajaran Memberi salam pada saat awal dan akhir presentasi
agama yang dianut sesuai agama yang dianut.
 Bersyukur atas nikmat dan karunia Tuhan Yang Maha
Esa;
 Mensyukuri kemampuan manusia dalam mengendalikan
diri
 Mengucapkan syukur ketika berhasil mengerjakan
sesuatu.
 Berserah diri (tawakal) kepada Tuhansetelah berikhtiar
atau melakukan usaha.
 Menjaga lingkungan hidup di sekitar rumah tempat
tinggal, sekolah dan masyarakat
 Memelihara hubungan baik dengan sesama umat
ciptaan Tuhan Yang Maha Esa
 Bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa sebagai
bangsa Indonesia.
 Menghormati orang lain menjalankan ibadah
sesuai dengan agamanya.

Sikap Sosial  Tidak menyontek dalam mengerjakan ujian/ulangan


 Tidak menjadi plagiat (mengambil/menyalin karya
1. Jujur orang lain tanpa menyebutkan sumber)
adalah perilaku dapat dipercaya dalam Mengungkapkan perasaan apa adanya
perkataan, tindakan, dan pekerjaan.  Menyerahkan kepada yang berwenang barang yang
ditemukan
 Membuat laporan berdasarkan data atau informasi apa
adanya
 Mengakui kesalahan atau kekurangan yang dimiliki

2. Disiplin  Datang tepat waktu


adalah tindakan yang menunjukkan Patuh pada tata tertib atau aturan bersama/ sekolah
perilaku tertib dan patuh pada berbagai Mengerjakan/mengumpulkan tugas sesuai dengan
ketentuan dan peraturan. waktu yang ditentukan
 Mengikuti kaidah berbahasa tulis yang baik dan benar
3. Tanggungjawab  Melaksanakan tugas individu dengan baik
adalah sikap dan perilaku seseorang Menerima resiko dari tindakan yang dilakukan
untuk melaksanakan tugas dan Tidak menyalahkan/menuduh orang lain tanpa bukti
kewajibannya, yang seharusnya dia yang akurat
lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, Mengembalikan barang yang dipinjam
lingkungan (alam, sosial dan budaya), Mengakui dan meminta maaf atas kesalahan yang
negara dan Tuhan Yang Maha Esa dilakukan
 Menepati janji
 Tidak menyalahkan orang lain utk kesalahan tindakan
kita sendiri
 Melaksanakan apa yang pernah dikatakan tanpa
disuruh/diminta
Sikap dan pengertian Contoh Indikator

4. Toleransi  Tidak mengganggu teman yang berbeda pendapat


adalah sikap dan tindakan yang Menerima kesepakatan meskipun berbeda dengan
menghargai keberagaman latar belakang, pendapatnya
pandangan, dan keyakinan  Dapat menerima kekurangan orang lain
 Dapat mememaafkan kesalahan orang lain
 Mampu dan mau bekerja sama dengan siapa pun yang
memiliki keberagaman latar belakang, pandangan, dan
keyakinan
 Tidak memaksakan pendapat atau keyakinan diri pada
orang lain
 Kesediaan untuk belajar dari (terbuka terhadap)
keyakinan dan gagasan orang lain agar dapat
memahami orang lain lebih baik
 Terbuka terhadap atau kesediaan untuk menerima
sesuatu yang baru

5. Gotong royong  Terlibat aktif dalam bekerja bakti membersihkan kelas


adalah bekerja bersama-sama dengan atau sekolah
orang lain untuk mencapai tujuan bersama Kesediaan melakukan tugas sesuai kesepakatan
dengan saling berbagi tugas dan tolong Bersedia membantu orang lain tanpa mengharap
menolong secara ikhlas. imbalan
 Aktif dalam kerja kelompok
 Memusatkan perhatian pada tujuan kelompok
 Tidak mendahulukan kepentingan pribadi
 Mencari jalan untuk mengatasi perbedaan
pendapat/pikiran antara diri sendiri dengan orang lain
 Mendorong orang lain untuk bekerja sama demi
mencapai tujuan bersama

6. Santun atau sopan  Menghormati orang yang lebih tua.


adalah sikap baik dalam pergaulan baik Tidak berkata-kata kotor, kasar, dantakabur.
dalam berbahasa maupun bertingkah Tidak meludah di sembarang tempat.
laku. Norma kesantunan bersifat relatif, Tidak menyela pembicaraan pada waktu yang tidak tepat
artinya yang dianggap baik/santun pada Mengucapkan terima kasih setelah menerima bantuan
tempat dan waktu tertentu bisa berbeda orang lain
pada tempat dan waktu yang lain.  Bersikap 3S (salam, senyum, sapa)
 Meminta ijin ketika akan memasuki ruangan orang lain
atau menggunakan barang milik orang lain
 Memperlakukan orang lain sebagaimanadiri sendiri ingin
diperlakukan

7. Percaya diri  Berpendapat atau melakukan kegiatan tanpa ragu-ragu.


adalah kondisi mental atau psikologis Mampu membuat keputusan dengan cepat
seseorang yang memberi keyakinan kuat Tidak mudah putus asa
untuk berbuat atau bertindak  Tidak canggung dalam bertindak
 Berani presentasi di depan kelas
 Berani berpendapat, bertanya, atau menjawab
pertanyaan
INFO PUBLIK
Informasi Pembelajaran, Gaji PNS, Sertifikasi Guru, Permendikbud, Beasiswa dan Lomba-lomba

 HOME
 INFO GAJI PNS
 PERMENDIKBUD
 BEASISWA
 INFO LOMBA
 LINK BLOG TERKAIT
 LINK POSTING PENTING
Home» Belajar dan Pembelajaran» JENIS, MEKANISME DAN BUKTI FISIK PENGEMBANGAN KEPROFESIAN
BERKELANJUTAN

JENIS, MEKANISME DAN BUKTI FISIK PENGEMBANGAN


KEPROFESIAN BERKELANJUTAN
Posted by INFO PUBLIK on Tuesday, February 24, 2015

Pengertian Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Pengembangan keprofesian berkelanjutan adalah pengembangan kompetensi
guru yang dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan, secara bertahap,
berkelanjutan untuk meningkatkan profesionalitas guru. Dengan demikian,
guru dapat memelihara, meningkatkan, dan memperluas pengetahuan dan
keterampilannya untuk melaksanakan proses pembelajaran secara
profesional. Pembelajaran yang berkualitas diharapkan mampu meningkatkan
pengetahuan, keterampilan, dan sikap peserta didik.

Pengembangan keprofesian berkelanjutan mencakup kegiatan perencanaan,


pelaksanaan, evaluasi, dan refleksi yang didesain untuk meningkatkan
karakteristik, pengetahuan, pemahaman, dan keterampilan sebagaimana
digambarkan pada diagram berikut ini (diadopsi dari Center for Continuous
Professional Development (CPD). University of Cincinnati Academic Health
Center. (http://webcentral.uc.edu/-cpd_online2). Melalui siklus evaluasi,
refleksi pengalaman belajar, perencanaan dan implementasi kegiatan
pengembangan keprofesian guru secara berkelanjutan, maka diharapkan guru
akan mampu mempercepat pengembangan kompetensi pedagogik,
profesional, sosial, dan kepribadian untuk kemajuan karirnya.

Jenis Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Menurut Permenneg PAN dan RB Nomor 16 Tahun 2009, jenis atau unsur
kegiatan pengembangan keprofesian berkelanjutan meliputi:
1. Pengembangan Diri
Pengembangan diri adalah upaya untuk meningkatkan profesionalisme diri
agar memiliki kompetensi yang sesuai dengan peraturan perundang-
undangan atau kebijakan pendidikan nasional serta perkembangan ilmu
pengetahuan, teknologi, dan/atau seni. Kegiatan pengembangan diri dapat
dilakukan melalui diklat fungsional dan/atau kegiatan kolektif guru yang
meningkatkan kompetensi dan/atau keprofesian guru.
Terkait dengan kegiatan diklat fungsional, Peraturan Pemerintah Nomor 101
Tahun 2000 tentang Pendidikan dan Pelatihan Jabatan Pegawai Negeri Sipil
pasal 8 (ayat 1) menyatakan bahwa: diklat dalam jabatan dilaksanakan untuk
mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap Pegawai Negeri Sipil
agar dapat melaksanakan tugas-tugas pemerintahan dan pembangunan
dengan sebaik- baiknya. Dalam pasal yang sama (ayat 2), dinyatakan bahwa
diklat dalam jabatan terdiri dari diklat kepemimpinan, diklat fungsional, dan
diklat teknis. Selanjutnya pasal 11 (ayat 1) menyatakan bahwa diklat
fungsional dilaksanakan untuk mencapai persyaratan kompetensi yang sesuai
dengan jenis dan jenjang jabatan fungsional masing-masing.
Sejalan dengan itu, Permendiknas Nomor 35 Tahun 2010 menyatakan bahwa:
diklat fungsional adalah kegiatan guru dalam mengikuti pendidikan atau
pelatihan yang bertujuan untuk meningkatkan keprofesian guru yang
bersangkutan dalam kurun waktu tertentu. Sedangkan kegiatan kolektif guru
adalah kegiatan guru dalam mengikuti kegiatan pertemuan ilmiah atau
mengikuti kegiatan bersama yang dilakukan guru baik di sekolah maupun di
luar sekolah (seperti KKG/MGMP/MGBK) dan bertujuan untuk meningkatkan
keprofesian guru.
Beberapa contoh bentuk kegiatan kolektif guru antara lain:
Lokakarya atau kegiatan bersama (seperti KKG, MGMP, MGBK, KKKS dan
MKKS) untuk menyusun dan/atau mengembangkan perangkat kurikulum,
pembelajaran, penilaian, dan/atau media pembelajaran;
Keikutsertaan pada kegiatan ilmiah (seminar, koloqium, workshop, bimbingan
teknis, dan/atau diskusi panel), baik sebagai pembahas maupun peserta;
Kegiatan kolektif lainnya yang sesuai dengan tugas dan kewajiban guru.
Beberapa contoh materi yang dapat dikembangkan dalam kegiatan
pengembangan diri, baik dalam diklat fungsional maupun kegiatan kolektif
guru, antara lain: (1) perencanaan pendidikan dan program kerja; (2)
pengembangan kurikulum, penyusunan RPP dan pengembangan bahan ajar;
(3) pengembangan metodologi mengajar; (4) penilaian proses dan hasil
pembelajaran peserta didik; (5) penggunaan dan pengembangan teknologi
informatika dan komputer (TIK) dalam pembelajaran; (6) inovasi proses
pembelajaran; (7) peningkatan kompetensi profesional dalam menghadapi
tuntutan teori terkini; (8) penulisan publikasi ilmiah; (9) pengembangan karya
inovatif; (10) kemampuan untuk mempresentasikan hasil karya; dan (11)
peningkatan kompetensi lain yang terkait dengan pelaksanaan tugas-tugas
tambahan atau tugas lain yang relevan dengan fungsi sekolah/madrasah.
Kegiatan pengembangan diri dilaksanakan di sekolah sesuai kebutuhan guru
dan sekolah, dan dikoordinasikan oleh koordinator pengembangan
keprofesian berkelanjutan. Bukti pelaksanaan kegiatan pengembangan diri
yang dapat dinilai, antara lain:
Diklat fungsional yang harus dibuktikan dengan surat tugas, sertifikat, dan
laporan deskripsi hasil pelatihan yang disahkan oleh kepala sekolah.
Kegiatan kolektif guru yang harus dibuktikan dengan surat keterangan dan
laporan deskripsi hasil kegiatan yang disahkan oleh kepala sekolah.
Catatan: Bagi guru yang mendapat tugas tambahan sebagai kepala sekolah,
maka laporan dan bukti fisik pelaksanaan pengembangan diri harus disahkan
oleh kepala dinas pendidikan Kabupaten/Kota/Provinsi.
Guru yang telah mengikuti diklat fungsional dan/atau kegiatan kolektif guru
berkewajiban mendiseminasikan kepada rekan guru lain, minimal di
sekolahnya masing-masing, sebagai bentuk kepedulian dan wujud kontribusi
dalam peningkatan kualitas pendidikan. Kegiatan ini diharapkan dapat
mempercepat proses kemajuan dan pengembangan sekolah secara
komprehensif. Guru yang mendiseminasikan hasil diklat fungsional dan/atau
kegiatan kolektif akan memperoleh penghargaan berupa angka kredit sesuai
perannya sebagai pemrasaran/nara sumber.

2. Publikasi Ilmiah
Publikasi ilmiah adalah karya tulis ilmiah yang telah dipublikasikan kepada
masyarakat sebagai bentuk kontribusi guru terhadap peningkatan kualitas
proses pembelajaran di sekolah dan pengembangan dunia pendidikan secara
umum. Publikasi ilmiah mencakup 3 (tiga) kelompok, yaitu:
Presentasi pada forum ilmiah. Dalam hal ini guru bertindak sebagai
pemrasaran dan/atau nara sumber pada seminar, lokakarya, koloqium,
dan/atau diskusi ilmiah, baik yang diselenggarakan pada tingkat sekolah,
KKG/MGMP/MGBK, kabupaten/kota, provinsi, nasional, maupun internasional.
Publikasi ilmiah berupa hasil penelitian atau gagasan ilmu bidang pendidikan
formal. Publikasi dapat berupa karya tulis hasil penelitian, makalah tinjauan
ilmiah di bidang pendidikan formal dan pembelajaran, tulisan ilmiah populer,
dan artikel ilmiah dalam bidang pendidikan. Karya ilmiah ini telah diterbitkan
dalam jurnal ilmiah tertentu atau minimal telah diterbitkan dan diseminarkan
di sekolah masing-masing. Dokumen karya ilmiah disahkan oleh kepala
sekolah dan disimpan di perpustakaan sekolah.
Catatan: Bagi guru yang mendapat tugas tambahan sebagai kepala sekolah,
karya ilmiahnya harus disahkan oleh kepala dinas pendidikan setempat.
Publikasi buku teks pelajaran, buku pengayaan, dan/atau pedoman guru.
Buku yang dimaksud dapat berupa buku pelajaran, baik sebagai buku utama
maupun buku pelengkap, modul/diktat pembelajaran per semester, buku
dalam bidang pendidikan, karya terjemahan, dan buku pedoman guru. Buku
termaksud harus tersedia di perpustakaan sekolah tempat guru bertugas.
Keaslian buku harus ditunjukkan dengan pernyataan keaslian dari kepala
sekolah atau dinas pendidikan setempat bagi guru yang mendapatkan tugas
tambahan sebagai kepala sekolah.
3. Karya inovatif
Karya inovatif adalah karya yang bersifat pengembangan, modifikasi atau
penemuan baru sebagai bentuk kontribusi guru terhadap peningkatan kualitas
proses pembelajaran di sekolah dan pengembangan dunia pendidikan,
sains/teknologi, dan seni. Karya inovatif ini dapat berupa penemuan teknologi
tepat guna, penemuan/peciptaan atau pengembangan karya seni,
pembuatan/modifikasi alat pelajaran/peraga/praktikum, atau penyusunan
standar, pedoman, soal dan sejenisnya pada tingkat nasional maupun
provinsi.
Kegiatan pengembangan keprofesian berkelanjutan yang mencakup ketiga
unsur tersebut harus dilaksanakan secara berkelanjutan, agar guru dapat
selalu menjaga dan meningkatkan profesionalismenya, tidak sekedar untuk
pemenuhan angka kredit. Oleh sebab itu, meskipun angka kredit seorang
guru diasumsikan telah memenuhi persyaratan untuk kenaikan pangkat dan
jabatan fungsional tertentu, guru tetap wajib melakukan kegiatan
pengembangan keprofesian berkelanjutan

Pelaksanaan dan Prinsip-prinsip Pelaksanaan Pengembangan


Keprofesian Berkelanjutan
1. Pengembangan keprofesian berkelanjutan harus menjadi bagian integral dari
tugas guru sehari-hari yang berorientasi kepada keberhasilan peserta didik.
Cakupan materi untuk kegiatan pengembangan keprofesian berkelanjutan
harus kaya dengan materi akademik, metode pembelajaran, penelitian
pendidikan terkini, teknologi dan/atau seni, serta berbasis pada data dan hasil
pekerjaan peserta didik sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran.
2. Setiap guru berhak mendapat kesempatan dan wajib mengembangkan diri
secara teratur, sistematis, dan berkelanjutan sesuai dengan kebutuhan
pengembangan profesinya.
3. Sekolah wajib menyediakan kesempatan kepada setiap guru untuk mengikuti
program pengembangan keprofesian berkelanjutan dengan minimal jumlah
jam per tahun sesuai dengan yang ditetapkan dalam Peraturan Menteri
Negara Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 16
Tahun 2009. Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota dan/atau sekolah berhak
menambah alokasi waktu jika dirasakan perlu. Untuk menghindari
kemungkinan pengalokasian kesempatan pengembangan yang tidak merata,
maka proses perencanaan program pengembangan keprofesian berkelanjutan
harus dimulai dari sekolah.
4. Guru yang tidak memperlihatkan peningkatan kompetensi setelah diberi
kesempatan untuk mengikuti program pengembangan keprofesian
berkelanjutan sesuai dengan kebutuhannya, maka dimungkinkan diberikan
sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku. Sanksi tersebut tidak berlaku
bagi guru, jika sekolah tidak dapat memenuhi kebutuhan guru untuk
melaksanakan program pengembangan keprofesian berkelanjutan.
5. Guru harus terlibat secara aktif dalam perencanaan, pelaksanaan, dan sebagai
salah satu sumber informasi kegiatan monitoring dan evaluasi program
pengembangan keprofesian berkelanjutan sehingga betul-betul terjadi
perubahan pada dirinya yang berkontribusi pada peningkatan kualitas layanan
pendidikan di sekolah.
6. Pengembangan keprofesian berkelanjutan harus berkontribusi dalam
mewujudkan visi, misi, dan nilai-nilai yang berlaku di sekolah dan/atau
kabupaten/kota. Oleh karena itu, kegiatan pengembangan keprofesian
berkelanjutan harus menjadi bagian terintegrasi dari rencana pengembangan
sekolah dan/atau kabupaten/kota dalam melaksanakan peningkatan mutu
pendidikan.
7. Sedapat mungkin kegiatan pengembangan keprofesian berkelanjutan
dilaksanakan di sekolah atau KKG/MGMP/MGBK bersama-sama dengan
sekolah lain, sehingga mengurangi dampak negatif pada layanan pendidikan
karena guru meninggalkan sekolah.
8. Pengembangan keprofesian berkelanjutan harus dapat mewujudkan guru yang
lebih profesional sehingga mendorong pengakuan profesi guru sebagai
lapangan pekerjaan yang bermartabat dan bermakna bagi masyarakat dalam
pencerdasan kehidupan bangsa.
9. Pengembangan keprofesian berkelanjutan diharapkan dapat mendukung
pengembangan karir guru yang lebih obyektif, transparan dan akuntabel
Mekanisme Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan
Berikut ini mekanisme yang harus ditempuh untuk melaksanakan
pengembangan keprofesian berkelanjutan.
Tahap 1: Setiap awal tahun semua guru wajib melakukan evaluasi diri untuk
merefleksikan kegiatan yang telah dilakukan pada tahun ajaran sebelumnya.
Evaluasi diri dan refleksi merupakan dasar bagi seorang guru untuk menyusun
rencana kegiatan pengembangan keprofesian yang akan dilakukan pada
tahun tersebut. Bagi guru yang mengajar pada lebih dari satu sekolah, maka
kegiatan evaluasi diri dilakukan di sekolah induknya. Evaluasi diri dilakukan
dengan mengisi Format-1 (terlampir), yang memuat antara lain:
Deskripsi evaluasi diri terhadap butir-butir dimensi tugas utama/indikator
kinerja guru, kompetensi untuk menghasilkan publikasi ilmiah dan karya
inovatif, kompetensi lain yang dimiliki untuk menunjang pelaksanaan
pembelajaran yang berkualitas (misalnya TIK, bahasa Asing, dsb), dan
kompetensi lain yang dimiliki untuk melaksanakan tugas tambahan (misalnya
Kepala Sekolah, Kepala Perpustakaan, Kepala Bengkel, dsb).
Deskripsi usaha-usaha yang telah saya lakukan untuk mempememenuhi dan
mengembangkan berbagai kompetensi tersebut.
Deskripsi kendala yang saya hadapi dalam memenuhi dan mengembangkan
berbagai kompetensi yang terkait dengan pelaksanaan tugas utama/indikator
kinerja guru dan/atau kinerja guru dengan tugas tambahan.
Deskripsi pengembangan keprofesian berkelanjutan yang masih saya
butuhkan dalam memenuhi dan mengembangkan berbagai kompetensi dan
dimensi tugas utama/indikator kinerja guru.
Tahap 2: Hasil evaluasi diri guru yang dilengkapi dengan dokumen
pendukung antara lain perangkat pembelajaran yang telah disiapkan oleh
guru yang bersangkutan selanjutnya akan digunakan untuk menentukan profil
kinerja guru dalam menetapkan apakah guru akan mengikuti program
peningkatan kinerja untuk mencapai standar kompetensi profesi atau kegiatan
pengembangan kompetensi lebih lanjut.
Tahap 3: Melalui konsultasi dengan Kepala Sekolah, Guru dan Koordinator
Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan membuat perencanaan kegiatan
pengembangan keprofesian berkelanjutan (menggunakan Format-2).
Konsultasi ini diperlukan untuk menentukan apakah kegiatan Pengembangan
Keprofesian Berkelanjutan dilaksanakan di sekolah, di KKG/MGMP/MGBK,
dan/atau di LPMP/PPPPTK. Apabila kegiatan Pengembangan Keprofesian
Berkelanjutan dilaksanakan di luar sekolah, perlu dikoordinasikan dengan
KKG/MGMP/MGBK dan koordinator pengembangan keprofesian berkelanjutan
di tingkat kabupaten/kota.
Tahap 4: Koordinator pengembangan keprofesian berkelanjutan tingkat
sekolah bersama dengan Kepala Sekolah, menetapkan dan menyetujui
rencana final kegiatan pengembangan keprofesian berkelanjutan bagi guru
(Format 2-3). Perencanaan tersebut memuat kegiatan pengembangan
keprofesian berkelanjutan yang akan dilakukan oleh guru baik secara mandiri
dan/atau bersama-sama dengan guru lain di dalam sekolah, di
KKG/MGMP/MGBK maupun kegiatan yang akan dilaksanakan oleh Dinas
Pendidikan. Dinas Pendidikan diharapkan dapat memfasilitasi kegiatan
pengembangan keprofesian berkelanjutan yang akan dilaksanakan di
kabupaten/kota dan memberikan anggaran atau subsidi kepada sekolah
maupun KKG/MGMP/MGBK.
Tahap 5: Guru menerima rencana program pengembangan keprofesian
berkelanjutan yang mencakup kegiatan yang akan dilakukan di dalam
dan/atau luar sekolah. Rencana kegiatan pengembangan keprofesian
berkelanjutan juga mencakup sasaran yang akan dicapai dalam kurun waktu
tertentu setelah guru mengikuti program pengembangan keprofesian
berkelanjutan. Jika diperlukan, dalam melaksanakan kegiatan pengembangan
keprofesian berkelanjutan, seorang guru dapat menerima pembinaan
berkelanjutan dari seorang guru pendamping. Guru pendamping tersebut
ditetapkan oleh kepala sekolah dengan syarat telah berpengalaman dalam
melaksanakan proses pembelajaran dan telah mencapai standar kompetensi
yang telah ditetapkan serta memiliki kinerja minimal baik berdasarkan hasil
penilaian kinerja guru.
TAHAP 6: Guru selanjutnya melaksanakan kegiatan pengembangan
keprofesian berkelanjutan yang telah direncanakan baik di dalam dan/atau di
luar sekolah. sekolah berkewajiban menjamin bahwa kesibukan guru
melaksanakan kegiatan pengembangan keprofesian berkelanjutan tidak
mengurangi kualitas pembelajaran peserta didik.
Bagi guru yang telah memiliki kompetensi sesuai standar atau di atas standar
Program pengembangan keprofesian berkelanjutan (Diklat Pengembangan)
diarahkan kepada peningkatan dan pengembangan kompetensi terkait dengan
pelaksanaan tugas utama/kinerja guru, pengembangan model pembelajaran
aktif dan materi-materi ajar berbasiskan IT/ICT, serta pengembangan
kompetensi untuk menghasilkan publikasi ilmiah/karya inovatif.
Dengan demikian guru akan memiliki ilmu pengetahuan yang kuat, tuntas dan
tidak setengah-tengah serta memiliki kepribadian yang matang dan seimbang
agar mampu memberikan layanan pendidikan sesuai dengan perkembangan
masa kini.
Bagi guru yang belum mencapai standar kompetensi yang dipersyaratkan
Program pengembangan keprofesian berkelanjutannya diarahkan kepada
pencapaian standar kompetensi melalui diklat lanjutan dengan
mempertimbangkan beberapa hal berikut:
a) jenis kompetensi yang perlu ditingkatkan
b) daya dukung yang tersedia di sekolah
c) catatan hasil evaluasi diri dan hasil penilaian kinerja guru
d) target dan jadwal perubahan/peningkatan yang diharapkan akan terjadi
setelah guru mengikuti kegiatan pengembangan keprofesian berkelanjutan
untuk mencapai standar kompetensi yang dipersyaratkan.
e) Dalam pelaksanaan pengembangan keprofesian berkelanjutan bagi guru yang
belum mencapai kompetensi standar dapat didampingi oleh Guru
pendamping.
Mekanisme pelaksanaan penanganan guru yang belum memenuhi standar
yang ditetapkan adalah sebagai berikut.
Informal; Pada tahap ini guru yang bersangkutan (didampingi kepala sekolah,
koordinator Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan, dan Guru
Pendamping) menganalisis hasil penilaian kinerja guru dan kemungkinan
solusinya untuk pengembangan lebih lanjut kompetensi yang nilainya masih di
bawah standar. Apakah nilai yang belum memenuhi standar dimaksud berasal
dari isu terkait dengan ilmu pengetahuan (yang tidak cukup atau yang keliru)?
Ataukah masalah ini merupakan refleksi dari masalah pedagogik? Ataukah
masaIah kepribadian?
Pada tahap ini guru diberi waktu antara 6 - 8 minggu untuk melaksanakan
pengembangan keprofesian berkelanjutan secara mandiri. Di akhir
pelaksanaan pengembangan keprofesian berkelanjutan secara mandiri akan
dilakukan observasi ulang oleh penilai. Semua kegiatan guru selama tahap ini
termasuk hasil diskusi pada pelaksanaan observasi ulang dicatat secara
tertulis dalam buku/folder khusus. Buku/folder khusus ini digunakan sebagai
sumber penyusunan laporan pelaksanaan pengembangan keprofesian secara
mandiri yang disyahkan oleh kepala sekolah. Laporan ini selanjutnya dapat
digunakan sebagai bukti pelaksanaan pengembangan diri yang dimungkinkan
dapat diberikan angka kredit. Apabila hasil observasi ulang belum menunjukan
peningkatan maka guru masuk dalam tahap semi formal. Akan tetapi apabila
dalam tahap ini sudah menunjukkan hasil observasi ulang yang signifikan
maka guru langsung mengikuti kegiatan pengembangan keprofesian
berkelanjutan untuk pengembangan selanjutnya.
Semi-formal; Jika hasil observasi pada tahap informal menunjukkan belum
ada peningkatan kompetensi yang ingin dicapai, maka penilai dapat
mengusulkan kepada koordinator pengembangan keprofesian berkelanjutan
agar guru diberikan kesempatan untuk mengikuti tahap semi formal. Pada
tahap ini, program pembinaan lebih terstruktur dan guru harus bekerja sama
dengan seorang guru pendamping. Dengan dukungan guru pendamping,
guru melakukan kegiatan peningkatan kompetensi yang diperlukan selama 6 -
8 minggu melalui kegiatan kolektif guru di KKG/MGMP. Di akhir pelaksanaan
pengembangan keprofesian berkelanjutan tahap semi-formal akan dilakukan
observasi ulang oleh penilai. Semua kegiatan guru selama tahap ini termasuk
hasil diskusi pada pelaksanaan observasi ulang dicatat secara tertulis dalam
buku/folder khusus. Buku/folder khusus ini digunakan sebagai sumber
penyusunan laporan pelaksanaan pengembangan keprofesian tahap semi-
formal yang disyahkan oleh kepala sekolah. Laporan tersebut selanjutnya
dapat digunakan sebagai bukti pelaksanaan pengembangan diri yang
dimungkinkan dapat diberikan angka kredit.
Apabila hasil observasi ulang belum menunjukan peningkatan, maka guru
harus mengikuti tahap formal. Akan tetapi apabila dalam observasi ulang
tahap semi-formal guru telah menunjukkan peningkatan kompetensi secara
signifikan maka guru langsung mengikuti kegiatan pengembangan lebih
lanjut.
Formal; Jika hasil observasi ulang pada tahap informal dan semi-formal belum
menunjukkan peningkatan kompetensi standar, maka pembinaan guru
dilakukan melalui tahapan formal. Pada tahap formal ini, guru dikirimkan oleh
sekolah untuk mengikuti pengembangan keprofesian berkelanjutan di
lembaga pelatihan (misalnya P4TK, PT/LPTK, dan service provider lainnya)
melalui proses pengawasan oleh kepala sekolah. Kegaitan observasi ulang
akan dilakukan setelah pelaksanaan pengembangan keprofesian
berkelanjutan tahap formal selama 6-8 minggu sesuai kesepakatan bersama.
Semua kegiatan guru selama tahap ini termasuk hasil diskusi pada
pelaksanaan observasi ulang dicatat secara tertulis dalam buku/folder khusus.
Buku/folder khusus ini digunakan sebagai sumber penyusunan laporan
pelaksanaan pengembangan keprofesian tahap formal yang disyahkan oleh
kepala sekolah. Laporan tersebut selanjutnya dapat digunakan sebagai bukti
pelaksanaan pengembangan diri yang dimungkinkan dapat diberikan angka
kredit.
Apabila hasil observasi ulang belum menunjukan peningkatan, maka guru
yang bersangkutan ikut kembali dalam siklus penanganan kinerja guru yang
belum memenuhi standar sebagai mana diuraikan dalam mekanisme di atas.
Akan tetapi apabila dalam tahap ini sudah menunjukkan tahap yang signifikan
terkait dengan peningkatan kompetensinya maka guru dapat langsung
mengikuti kegiatan pengembangan lebih lanjut.
Jika pengulangan dua siklus di atas sudah dilaksanakan akan tetapi belum
memenuhi kompetensi standar yang ditetapkan, maka kepada guru dimaksud
akan diberikan sanksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Tahap 7: Setelah mengikuti program pengembangan keprofesian
berkelanjutan, guru wajib mengikuti penilaian kinerja guru di akhir semester.
Penilaian kinerja guru di akhir semester tersebut dimaksudkan untuk melihat
peningkatan kompetensi yang telah dicapai oleh guru setelah melaksanakan
pengembangan keprofesian berkelanjutan. Selain itu, hasil penilaian kinerja
yang diperoleh akan dikonversi ke perolehan angka kredit. Gabungan angka
kredit perolehan dari penilaian kinerja guru dan pengembangan keprofesian
berkelanjutan yang telah diikuti guru akan diperhitungkan untuk kenaikan
pangkat dan jabatan fungsional guru serta merupakan bahan pertimbangan
untuk pemberian tugas tambahan atau pemberian sanksi bagi guru. Sebagai
bukti bahwa guru telah melaksanakan kegiatan pengembangan keprofesian
berkelanjutan guru diwajibkan membuat deskripsi diri terkait dengan kegiatan
pegembangan keprofesianberkelanjutan yang dilaksanakan dan dilampirkan
dalam usulan angka kreditnya.
Tahap 8: Di akhir semester, semua guru dan koordinator pengembangan
keprofesian berkelanjutan tingkat sekolah melakukan refleksi apakah kegiatan
pengembangan keprofesian berkelanjutan yang telah diikutinya benar-benar
bermanfaat dalam meningkatkan kompetensi guru dalam melaksanakan
pembelajaran. (Format-4).
Dalam pelaksanaan kegiatan pengembangan keprofesian berkelanjutan
sebagaimana dijelaskan pada tahapan tersebut perlu dilakukan kegiatan
monitoring dan evaluasi. Kegiatan monitoring dan evaluasi tersebut dilakukan
oleh Koordinator pengembangan keprofesian berkelanjutan kabupaten/kota
bekerjasama dengan Koordinator pengembangan keprofesian berkelanjutan
tingkat sekolah. Kegiatan monitoring dan evaluasi ini dimaksudkan untuk
mengetahui apakah kegiatan pengembangan keprofesian berkelanjutan yang
dilaksanakan dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kegiatan
monitoring dan evaluasi direncanakan dan dilaksanakan dengan aktivitas
mengkaji kekuatan, permasalahan dan hambatan serta pemecahannya untuk
perbaikan kegiatan pengembangan keprofesian berkelanjutan di masa
mendatang. Kegiatan monitoring dan evaluasi yang dilakukan oleh
koordinator dilaksankaan pada pertengahan pelaksanaan kegiatan
Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan.

Bukti Fisik Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan untuk Usulan


Dupak
Untuk jenis a) Diklat fungsional: kursus, pelatihan, penataran, bentuk diklat
yang lain,. dan b) Kegiatan kolektif guru seperti mengikuti lokakarya, atau
kegiatan kelompok musyawarah kerja guru atau in house training dan lainnya
bukti fisik yang harus dibuat oleh guru adalah resume atau laporan hasil
pengembangan diri (laporan kegiatan) baik berupa diklat fungsional dan
kegiatan kolektif guru disusun dalam bentuk makalah deskripsi diri terkait
dengan kegiatan pengembangan diri yang memuat maksud dan tujuan
kegiatan, siapa penyelenggara kegiatan, apa kegunaan/manfaat kegiatan bagi
guru dan kegiatan belajar mengajar di sekolah, dampak kegiatan peserta
didik, kapan waktu dan tempat kegiatan penyelenggaraan kegiatan dan
bagaimana pola penyelenggaraan kegiatan dengan dilampiri foto kopi surat
tugas dari kepala sekolah atau instansi terkait yang telah disahkan oleh kepala
sekolah serta jadwal kegiatan bila ada.

Untuk Publikasi ilmiah: Presentasi pada forum ilmiah dengan jenis menjadi
pemrasaran/nara sumber pada seminar atau lokakarya ilmiah atau menjadi
pemrasaran /nara sumber pada coloqium atau diskusi ilmiah. Bukti fisik yang
dinilai adalah makalah yang sudah disajikan pada pertemuan ilmiah dan telah
disahkan oleh kepala sekolah atau madrasah, dan surat keterangan dari
panitia seminar atau sertifikasi/piagam dari panitia pertemuan ilmiah atau
surat undangan kegiatan, dan daftar hadir peserta jika ada. Untuk Publikasi
ilmiah hasil penelitian atau gagasan inovatif pada bidang pendidikan formal
Karya tulis berupa laporan hasil penelitian, Bukti fisik: dapat berupa (1) buku
asli atau fotokopi yang menunjukkan keterangan nama penerbit, tahun
terbitan serta nomor ISBN. Jika buku tersebut telah diedarkan secara
nasional, harus disertakan pernyataan dari penerbit yang menerangkan
bahwa buku tersebut telah beredar secara nasional, jika buku tersebut telah
lulus dari BSNP Kementerian Pendidikan Nasional maka harus ada keterangan
yang jelas tentang persetujuan atau pengesahan dari BSNP tersebut
umumnya berupa tanda persetujuan/pengesahan dari BSNP tersebut yang
tercetak di sampul buku. Majalah/jurnal ilmiah atau fotokopi yang
menunjukkan adanya nomor ISSN tanggal terbitan, susunan dewan redaksi,
dan editor (mitra bestari) Jika jurnal tersebut dinyatakan telah terakreditasi
harus disertai dengan keterangan (2) makalah laporan hasil penelitian yang
disahkan kepala seklah dan tercatat dalam perpustakaan sekolah serta
dilengkapi dengan berita acara, jadwal, surat undangan dan bahan presentasi
yang membuktikan bahwa hasil penelitian tersebut telah diseminarkan di
sekolah/madrasahnya.
Untuk makalah berupa tinjauan ilmiah di bidang pendidikan formal bukti fisik
yang dinilai adalah makalah asli atau foto kopi dengan surat pernyataan
tentang keaslian dari kepala sekolah atau madrasah dan cap
sekolah/madrasah bersangkutan dilengkapi dengan surat keterangan dari
kepala perpustakaan sekolah/madrasah yang menyatakan bahwa arsip dari
buku, jurnal/makalah telah disimpan di perpustakaan sekolah/madrasah.
Untuk buku pelajaran adalah buku berisi pengetahuan untuk bidang ilmu atau
mata pelajaran tertentu dan diperuntukkan bagi siswa pada suatu jenjang
pendidikan tertentu atau sebagai bahan pegangan mengajar guru baik
sebagai buku utama atau buku pelengkap maka bukti fisik buku asli atau
fotokopi yang secara jelas menunjukkan nama penulis, nama penerbit, tahun
diterbitkan, serta keterangan lain seperti persetujuan dari BSNP, nomor ISBN.
Jika buku tersebut berupa fotokopi maka diperlukan surat pernyataan keaslian
dari kepala sekolah/madrasah disertai tandatangan kepala sekolah/madrasah
dan cap kepala sekolah/madrasah bersangkutan.
Untuk Modul/diktat pembelajaran per semester Bukti fisik berupa diktat asli
atau fotokopi dengan disertai surat keterangan yang menyatakan bahwa
diktat tersebut digunakan di tingkat provinsi, atau kabupaten/kota atau
sekolah/madrasah setempat dengan pengesahan dari dinas pendidikan
provinsi atau dinas pendidikan kabupaten/kota.
Untuk Buku dalam bidang pendidikan Bukti fisik buku asli atau fotokopi yang
secara jelas menunjukkan nama penulis, nama penerbit, tahun terbitan, serta
keterangan lain yang diperlukan. Jika buku tersebut merupakan foto kopi
maka diperlukan pernyataan keaslian dari kepala sekolah/madrasah yang
disertai tanda tangan kepala sekolah/madrasah dan cap sekolah/madrasah
bersangkutan
Untuk Karya terjemahan bukti fisik berupa karya terjemahan atau fotokopinya
yang secara jelas menunjukkan nama buku yang diterjemahkan, nama penulis
karya terjemahan, serta daftar isi buku terjemahan. Buku terjemahan tersebut
harus dilengkapi dengan surat pernyataan dari kepala sekolah/madrasah yang
menjelaskan perlunya karya terjemahan tersebut untuk menunjang proses
pembelajaran disertai tanda tangan kepala sekolah/madrasah dan cap
sekolah/madrasah bersangkutan.
Untuk Buku pedoman guru bukti fisik berupa makalah rencana kerja
(pedoman kerja guru) yang secara jelas menunjukkan nama penulis dan
tahun rencana kerja tersebut akan dilakukan. Makalah tersebut dilengkapi
dengan surat pernyataan keaslian dari kepala sekolah/madrasah yang disertai
tanda tangan kepala sekolah/madrasah dan cap sekolah/madrasah
bersangkutan.

Untuk Menemukan teknologi tepat guna Bukti fisik karya adalah: (1) laporan
cara pembuatan dan penggunaan alat/mesin dilengkapi dengan gambar/foto
karya teknologi tersebut dan lain-lain yang dianggap perlu, (2) laporan cara
pembuatan dan penggunaan media pembelajaran/bahan ajar interaktif
berbasis komputer dilengkapi dengan hasil pembuatan media
pembelajaran/bahan ajar tersebut dalam compact disk , (3) laporan hasil
eksperimen/percobaan sains/teknologi dilengkapi dengan gambar/foto karya
saat melakukan eksperimen dan bukti pendukung lainnya, (4) laporan hasil
pengembangan metodologi/evaluasi pembelajaran karya sains/teknologi
tersebut dipergunakan dilengkapi dengan buku/naskah/instrumen hasil
pengembangan, (5) lembar pengesahan/pernyataan minimal dari
kabupaten/kota bahwa ains teknologi tersebut dipergunakan di
sekolah/madrasah atau di lingkungan masyarakat.

PENILAIAN SIKAP
PENILAIAN KOMPETENSI SIKAP

A. PENDAHULUAN
Menurut Popham (1995), ranah afektif menentukan keberhasilan
belajarseseorang. Orang yang tidak memiliki minat pada pelajaran tertentu sulit
untukmencapai keberhasilan belajar secara optimal. Seseorang yang berminat
dalamsuatu mata pelajaran diharapkan akan mencapai hasil pembelajaran yang
optimal.Oleh karena itu semua pendidik harus mampu membangkitkan minat
semua peserta didik untuk mencapai kompetensi yang telah ditentukan. Selain itu
ikatan emosional sering diperlukan untuk membangun semangat kebersamaan,
semangat persatuan, semangat nasionalisme, rasa sosial, dan sebagainya. Untuk
itu semua dalam merancang program pembelajaran, satuan pendidikan harus
memperhatikan ranah afektif.
Keberhasilan pembelajaran pada ranah kognitif dan psikomotor dipengaruhi
oleh kondisi afektif peserta didik. Peserta didik yang memiliki minat belajar dan
sikappositif terhadap pelajaran akan merasa senang mempelajari mata
pelajaran tertentu, sehingga dapat mencapai hasil pembelajaran yang optimal.
Walaupun para pendidik sadar akan hal ini, namun belum banyak tindakan yang
dilakukan pendidik secara sistematik untuk meningkatkan minat peserta didik. Oleh
karena itu untuk mencapai hasil belajar yang optimal, dalam merancang
program pembelajaran dan kegiatan pembelajaran bagi peserta didik, pendidik
harus memperhatikan karakteristik afektif peserta didik.

B. TINGKATAN RANAH AFEKTIF


Menurut Krathwohl (1961) bila ditelusuri hampir semua tujuan kognitif
mempunyai komponen afektif. Dalam pembelajaran sains, misalnya, di dalamnya
adakomponen sikap ilmiah. Sikap ilmiah adalah komponen afektif. Tingkatan
ranahafektif menurut taksonomi Krathwohl ada lima, yaitu: receiving
(attending),responding, valuing, organization, dan characterization.
1. Tingkat receiving
Pada tingkat receiving atau attending, peserta didik memiliki keinginan
memperhatikan suatu fenomena khusus atau stimulus, misalnya kelas, kegiatan,
musik, buku, dan sebagainya. Tugas pendidik mengarahkan perhatian peserta didik
pada fenomena yang menjadi objek pembelajaran afektif. Misalnya pendidik
mengarahkan peserta didik agar senang membaca buku, senang bekerjasama, dan
sebagainya. Kesenangan ini akan menjadi kebiasaan, dan hal ini yang diharapkan,
yaitu kebiasaan yang positif.
2. Tingkat responding
Responding merupakan partisipasi aktif peserta didik, yaitu sebagai bagian dari
perilakunya. Pada tingkat ini peserta didik tidak saja memperhatikan fenomena
khusus tetapi ia juga bereaksi. Hasil pembelajaran pada ranah ini menekankan pada
pemerolehan respons, berkeinginan memberi respons, atau kepuasan dalam
memberi respons. Tingkat yang tinggi pada kategori ini adalah minat, yaitu hal-hal
yang menekankan pada pencarian hasil dan kesenangan pada aktivitas khusus.
Misalnya senang membaca buku, senang bertanya, senang membantu teman,
senang dengan kebersihan dan kerapian, dan sebagainya.
3. Tingkat valuing
Valuing melibatkan penentuan nilai, keyakinan atau sikap yang menunjukkan derajat
internalisasi dan komitmen. Derajat rentangannya mulai dari menerima suatu nilai,
misalnya keinginan untuk meningkatkan keterampilan, sampai pada tingkat
komitmen. Valuing atau penilaian berbasis pada internalisasi dari seperangkat nilai
yang spesifik. Hasil belajar pada tingkat ini berhubungan dengan perilaku yang
konsisten dan stabil agar nilai dikenal secara jelas. Dalam tujuan pembelajaran,
penilaian ini diklasifikasikan sebagai sikap dan apresiasi.
4. Tingkat organization
Pada tingkat organization, nilai satu dengan nilai lain dikaitkan, konflik antar nilai
diselesaikan, dan mulai membangun sistem nilai internal yang konsisten.Hasil
pembelajaran pada tingkat ini berupa konseptualisasi nilai atau organisasi sistem
nilai. Misalnya pengembangan filsafat hidup.
5. Tingkat characterization
Tingkat ranah afektif tertinggi adalah characterization nilai. Pada tingkat ini peserta
didik memiliki sistem nilai yang mengendalikan perilaku sampai pada waktu tertentu
hingga terbentuk gaya hidup. Hasil pembelajaran pada tingkat ini berkaitan dengan
pribadi, emosi, dan sosial.
C. KARAKTERISTIK RANAH AFEKTIF
Ada 5 (lima) tipe karakteristik afektif yang penting, yaitu sikap, minat, konsep diri,
nilai, dan moral.
1. Sikap
Sikap merupakan suatu kencendrungan untuk bertindak secara suka atau tidak suka
terhadap suatu objek. Sikap dapat dibentuk melalui cara mengamati dan menirukan
sesuatu yang positif, kemudian melalui penguatan serta menerima informasi verbal.
Perubahan sikap dapat diamati dalam proses pembelajaran, tujuan yang ingin
dicapai, keteguhan, dan konsistensi terhadap sesuatu.
Menurut Fishbein dan Ajzen (1975) sikap adalah suatu predisposisi yangdipelajari
untuk merespon secara positif atau negatif terhadap suatu objek,situasi, konsep,
atau orang. Sikap peserta didik terhadap objek misalnyasikap terhadap sekolah atau
terhadap mata pelajaran. Sikap peserta didik inipenting untuk ditingkatkan (Popham,
1999). Sikap peserta didik terhadapmata pelajaran, harus lebih positif setelah
peserta didik mengikuti pembelajaran dibanding sebelum mengikuti pembelajaran.
Perubahan ini merupakan salah satu indikator keberhasilan pendidik dalam
melaksanakan proses pembelajaran. Untuk itu pendidik harus membuat rencana
pembelajaran termasuk pengalaman belajar peserta didik yang membuat sikap
peserta didik terhadap mata pelajaran menjadi lebih positif.
2. Minat
Menurut Getzel (1966), minat adalah suatu disposisi yang terorganisir
melalui pengalaman yang mendorong seseorang untuk memperoleh objek
khusus, aktivitas, pemahaman, dan keterampilan untuk tujuan perhatian
atau pencapaian. Sedangkan menurut kamus besar bahasa Indonesia (1990:
583), minat atau keinginan adalah kecenderungan hati yang tinggi terhadap
sesuatu. Hal penting pada minat adalah intensitasnya. Secara umum minat
termasuk karakteristik afektif yang memiliki intensitas tinggi.
Penilaian minat dapat digunakan mengetahui minat peserta didik sehingga mudah
untuk diarahkan dalam pembelajaran, mengetahui bakat dan minat peserta didik
yang sebenarnya, pertimbangan penjurusan dan pelayanan individual peserta
didik, menggambarkan keadaan langsung di lapangan/kelas, acuan dalam menilai
kemampuan peserta didik secara keseluruhan, memilih metode yang tepat dalam
penyampaian materi, mengetahui tingkat minat peserta didik terhadap pelajaran
yang diberikanpendidik, bahan pertimbangan menentukan program
sekolah, mingkatkankatkan motivasi belajar peserta didik. mengelompokkan peserta
didik yang memiliki minat sama, acuan dalam menilai kemampuan peserta didik
secara keseluruhan dan memilih metode yang tepat dalam penyampaian
materi, mengetahui tingkat minat peserta didik terhadap pelajaran yang
diberikan pendidik, bahan pertimbangan menentukan program
sekolah, dan meningkatkan motivasi belajar peserta didik.
3. konsep diri
Menurut Smith, konsep diri adalah evaluasi yang dilakukan individu
terhadapkemampuan dan kelemahan yang dimiliki. Target, arah, dan intensitas
konsep diri pada dasarnya seperti ranah afektif yang lain. Target konsep diri
biasanya orang tetapi bisa juga institusi seperti sekolah. Arah konsep diri bisa positif
atau negatif, dan intensitasnya bisa dinyatakan dalam suatu daerah kontinum, yaitu
mulai dari rendah sampai tinggi.
Konsep diri ini penting untuk menentukan jenjang karir peserta didik, yaitudengan
mengetahui kekuatan dan kelemahan diri sendiri, dapat dipilihalternatif karir yang
tepat bagi peserta didik. Selain itu informasi konsep diripenting bagi sekolah untuk
memberikan motivasi belajar peserta didik dengan tepat.
4. nilai
Nilai menurut Rokeach (1968) merupakan suatu keyakinan tentang
perbuatan, tindakan, atau perilaku yang dianggap baik dan yang dianggap
buruk. Selanjutnya dijelaskan bahwa sikap mengacu pada suatu organisasi
sejumlah keyakinan sekitar objek spesifik atau situasi, sedangkan nilai mengacu
pada keyakinan.
5. moral.
Moral berkaitan dengan perasaan salah atau benar terhadap kebahagiaanorang lain
atau perasaan terhadap tindakan yang dilakukan diri sendiri.Misalnya menipu orang
lain, membohongi orang lain, atau melukai orang lainbaik fisik maupun psikis. Moral
juga sering dikaitkan dengan keyakinan agama seseorang, yaitu keyakinan akan
perbuatan yang berdosa dan berpahala. Jadi
moral berkaitan dengan prinsip, nilai, dan keyakinan seseorang.
D. PENILAIAN RANAH AFEKTIF
Penilaian sikap adalah penilaian yang dilakukan untuk mengetahui
sikappeserta didik terhadap mata pelajaran, kondisi pembelajaran, pendidik, dan
sebagainya.
Penilaian sikap dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Secara
langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat atau pernyataan responden
terhadap suatu objek. Secara tidak langsung dapat dilakukan dengan pernyataan-
pernyataan hipotesis, kemudian ditanyakan pendapat responden.
Pada penilaian ranah afektif yang penting dikembangkan adalah sikap dan minat
peserta didik. Hal yang perlu diperhatikan dalam pengembangan instrumen afektif
sebagai berikut.
1. Menentukan definisi konseptual atau konstruk yang akan diukur.
2. Menentukan definisi operasional
3. Menentukan indicator
4. Menulis instrumen.
Dalam proses pembelajaran guru dapat melakukan penilaian kompetensi
sikap melalui observasi, penilaian diri (self assessment), penilaian “teman sejawat”
(peer assessment) oleh peserta didik, dan jurnal.
1. Penilian Observasi.
Observasi merupakan teknik penilaian yang dilakukan secara berkesinambungan dengan
menggunakan indera, baik secara langsung maupun tidak langsung dengan menggunakan
pedoman observasi yang berisi sejumlah indikator perilaku yang diamati. Kriteria instrumen
observasi:
 Mengukur aspek sikap (bukan pengetahuan atau keterampilan) yang dituntut pada
Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar
 Sesuai dengan kompetensi yang akan diukur
 Memuat indikator sikap yang dapat diobservasi
 Mudah atau feasible untuk digunakan
 Dapat merekam sikap peserta didik
2. Penilaian Diri
Penilaian diri merupakan teknik penilaian dengan cara meminta peserta didik untuk
mengemukakan kelebihan dan kekurangan dirinya dalam konteks pencapaian kompetensi.
Instrumen yang digunakan berupa lembar penilaian diri. Penggunaan teknik ini dapat
memberi dampak positif terhadap perkembangan kepribadian seseorang. Keuntungan
penggunaan teknik penilaian diri dalam penilaian di kelas sebagai berikut:
 dapat menumbuhkan rasa percaya diri peserta didik, karena mereka diberi
kepercayaan untuk menilai dirinya sendiri;
 peserta didik menyadari kekuatan dan kelemahan dirinya, karena ketika
mereka melakukan penilaian, harus melakukan introspeksi terhadap kekuatan dan
kelemahan yang dimilikinya;
 dapat mendorong, membiasakan, dan melatih peserta didik untuk berbuat
jujur, karena mereka dituntut untuk jujur dan obyektif dalam melakukan penilaian.
Kriteria instrumen penilaian diri:
 kriteria penilaian dirumuskan secara sederhana, namun jelas dan tidak bermakna ganda
 bahasa lugas dan dapat dipahami peserta didik
 menggunakan format sederhana yang mudah dipahami peserta didik
 menunjukkan kemampuan peserta didik dalam situasi yang nyata/sebenarnya
 mengungkap kekuatan dan kelemahan capaian kompetensi peserta didik
 bermakna, mengarahkan peseta didik untuk memahami kemampuannya
 mengukur target kemampuan yang akan diukur (valid)
 memuat indikator kunci/indikator esensial yang menunjukkan kemampuan yang akan diukur
 memetakan kemampuan peserta didik dari terendah sampai tertinggi
3. Penilaian Antar Peserta Didik
Penilaian antarpeserta didik merupakan teknik penilaian dengan cara meminta peserta didik
untuk saling menilai terkait dengan pencapaian kompetensi. Instrumen yang digunakan
berupa lembar penilaian antarpeserta didik.
Kriteria instrumen penilaian antarteman:
 sesuai dengan kompetensi dan indikator yang akan diukur
 indikator dapat dilakukan melalui pengamatan peserta didik
 kriteria penilaian dirumuskan secara sederhana, namun jelas dan tidak berpotensi
munculnya penafsiran makna ganda/berbeda
 menggunakan bahasa lugas yang dapat dipahami peserta didik
 menggunakan format sederhana dan mudah digunakan oleh peserta didik
 indikator menunjukkan sikap peserta didik dalam situasi yang nyata
atau sebenarnya dan dapat diukur
 instrumen dapat mengukur target kemampuan yang akan diukur (valid)
 memuat indikator kunci atau esensial yang menunjukkan penguasaan satu
kompetensi peserta didik
 mampu memetakan sikap peserta didik dari kemampuan pada level terendah sampai
kemampuan tertinggi.
4. Jurnal.
Jurnal merupakan catatan pendidik di dalam dan di luar kelas yang berisi informasi hasil
pengamatan tentang kekuatan dan kelemahan peserta didik yang berkaitan dengan sikap dan
perilaku. Jurnal dapat memuat penilaian peserta didik terhadap aspek tertentu secara
kronologis.
Kriteria jurnal:
 Mengukur capaian kompetensi sikap yang penting.
 Sesuai dengan kompetensi dasar dan indikator.
 Menggunakan format yang sederhana dan mudah diisi/digunakan.
 Dapat dibuat rekapitulasi tampilan sikap peserta didik secara kronologis.
 Memungkinkan untuk dilakukannya pencatatan yang sistematis, jelas dan komunikatif.
 Format pencatatan memudahkan dalam pemaknaan terhadap tampilan sikap peserta didik
 Menuntun guru untuk mengidentifikasi kelemahan dan kekuatan peserta didik.
Instrumen yang digunakan untuk observasi, penilaian diri, dan penilaian antarpeserta didik
adalah lembar pengamatan berupa daftar cek (checklist) atau skala penilaian (rating scale)
yang disertai rubrik, sedangkan pada jurnal berupa catatan pendidik.
Instrumen penilaian harus memenuhi persyaratan substansi/materi, konstruksi, dan bahasa.
Persyaratan substansi merepresentasikan kompetensi yang dinilai, persyaratan konstruksi
memenuhi persyaratan teknis sesuai dengan bentuk instrumen yang digunakan, dan
persyaratan bahasa adalah penggunaan bahasa yang baik dan benar serta komunikatif sesuai
dengan tingkat perkembangan peserta didik.
Contoh format lembar observasi sikap siswa:
Mata Pelajaran : Kimia
Kelas : X
Semester : 1
Tahun pelajaran : 2013-2014
Kompetenti Inti :
2. Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin, tanggung jawab,
peduli, santun, ramah lingkungan, gotong royong, kerjasama, cinta
damai, responsif dan proaktif) dan menunjukkan sikap sebagai
bagian dari solusi atas berbagai permasalahan bangsa dalam
berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta
dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan
dunia
Kompetensi Dasar :
2.1 Memiliki motivasi internal dan menunjukkan rasa ingin tahu
dalam bekerja sama memenemukan dan memahami keteraturan
atom, unsur dan molekul.
2.2 Berperilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, kerjasama
dan proaktif dalam melakukan percobaan dan berdiskusi.
2.3 Menunjukkan sikap kritis, teliti dan konsisten dalam
menyajikan dan menafsirkan data.
2.4 Berperilaku menjaga lingkungan dan hemat dalam
memanfaatkan sumber daya alam.

Sikap yang diintegrasikan dan dikembangkan untuk mencapai KD 2.1, 2.2, 2,3 dan KD 2.4
adalah perilaku rasa ingin tahu, jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, dapat bekerja sama,
kritis dan teliti. Masing-masing sikap dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Sikap Rasa Ingin Tahu
Rasa Ingin Tahu adalah sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih
mendalam dan meluas dari apa yang dipelajarinya, dilihat dan didengarnya. Rasa ingin tahu
dalam proses pembelajaran dapat ditunjukan dengan mengemukakan pendapat dari berbagai
macam sumber, dan selalu bertanya pada guru atau teman jika belum menguasai pelajaran.
Indicator sikap ingin tahu adalah sebagai berikut:
 Antusias mencari jawaban.
 Perhatian pada obyek yang diamati.
 Antusias pada proses Sains.
 Menanyakan setiap Iangkah kegiatan.

Rubrik penilaian sikap rasa ingin tahu dapat disusun sebagai berikut:
kriteria skor Indikator
Sangat Baik (SB) 4 Selalu berusaha mengetahui
pelajaran dengan cara membaca
buku dan bertanya.
Baik (B) 3 Sering berusaha mengetahui
pelajaran dengan cara membaca
buku dan bertanya.
Cukup (C) 2 Kadang-kadang berusaha
mengetahui pelajaran dengan cara
membaca buku dan bertanya.
Kurang (K) 1 Tidak pernah berusaha mengetahui
pelajaran dengan cara membaca
buku dan bertanya.

2. Sikap Jujur
Sikap jujur adalah perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang
yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan dan pekerjaan.
Indikator sikap jujur adalah sebagai berikut:
 Tidak menyontek dalam mengerjakan ujian/ulangan
 Tidak menjadi plagiat (mengambil/menyalin karya orang lain tanpa menyebutkan sumber)
 Mengungkapkan perasaan apa adanya
 Menyerahkan kepada yang berwenang barang yang ditemukan
 Membuat laporan berdasarkan data atau informasi apa adanya
 Mengakui kesalahan atau kekurangan yang dimiliki

Rubrik penilaian sikap jujur dapat disusun sebagai berikut:


kriteria skor Indikator
Sangat Baik (SB) 4 Selalu jujur dalam bersikap dan
bertutur kata kepada guru dan
teman
Baik (B) 3 Sering jujur dalam bersikap dan
bertutur kata kepada guru dan
teman
Cukup (C) 2 Kadang-kadang jujur dalam
bersikap dan bertutur kata kepada
guru dan teman
Kurang (K) 1 Tidak pernah jujur dalam bersikap
dan bertutur kata kepada guru dan
teman

3. Sikap Disiplin
Sikap disiplin adalah tindakan yang menunjukan perilaku tertib dan taat pada berbagai
ketentuan dan peraturan. Sikap disiplin dalam proses pembelajaran dikelas dapat ditunjukan
dengan datang tepat waktu, memperhatikan penjelasan dan pendapat guru maupun
teman, dan mengikuti kegiatan dengan tertib.
Indicator sikap disiplin adalah sebagai berikut:
 Datang tepat waktu
 Patuh pada tata tertib atau aturan bersama/ sekolah
 Mengerjakan/mengumpulkan tugas sesuai dengan waktu yang ditentukan
 Mengikuti kaidah berbahasa tulis yang baik dan benar

Rubrik penilaian sikap disiplin dapat disusun sebagai berikut:


kriteria skor Indikator
Sangat Baik (SB) 4 Selalu disiplin dalam mengikuti
proses pembelajaran.
Baik (B) 3 Sering disiplin dalam mengikuti
proses pembelajaran.
Cukup (C) 2 Kada-kadang disiplin dalam
mengikuti proses pembelajaran.
Kurang (K) 1 Tidak pernah disiplin dalam
mengikuti proses pembelajaran.

4. Sikap Tanggung Jawab.


Sikap tanggung jawab adalah sikap dan perilaku untuk melaksanakan tugas dan kewajiban
sebagaimana yang seharusnya dilakukan, baik terhadap diri sendiri, teman maupun
guru. Dalam proses pembelajaran sikap tanggung jawab dapat ditunjukan dengan cara
mengerjakan tugas sesuai yang telah ditentukan, berperan aktif dalam kelompok dan berani
menanggung resiko atas perbuatan yang telah dilakukanya.
Indicator sikap tanggung jawab adalah sebagai berikut:
 Melaksanakan tugas individu dengan baik
 Menerima resiko dari tindakan yang dilakukan
 Tidak menyalahkan/menuduh orang lain tanpa bukti yang akurat
 Mengembalikan barang yang dipinjam
 Mengakui dan meminta maaf atas kesalahan yang dilakukan
 Menepati janji
 Tidak menyalahkan orang lain utk kesalahan tindakan kita sendiri
 Melaksanakan apa yang pernah dikatakan tanpa disuruh/diminta
Rubrik penilaian sikap tanggung jawab dapat disusun sebagai berikut:
kriteria skor Indikator
Sangat Baik (SB) 4 Selalu bertanggungjawab dalam
bersikap dan bertindak terhadp
guru dan teman.
Baik (B) 3 Sering bertanggungjawab dalam
bersikap dan bertindak terhadp
guru dan teman.
Cukup (C) 2 Kadang-
kadang bertanggungjawab dalam
bersikap dan bertindak terhadp
guru dan teman.
Kurang (K) 1 Tidak pernah bertanggungjawab
dalam bersikap dan bertindak
terhadp guru dan teman.

5. Sikap Santun
Sikap santun adalah sifat yang halus dan baik dari sudut pandang tata bahasa ataupun
cara berperilaku terhadap orang lain. Sikap santun di dalam prses pembelajaran dapat
ditunjukan dengan sikap bicara yang sopan, bersikap hormat dan santun terhadap guru
maupun teman.
Indicator sikap santun adalah sebagai berikut:
 Menghormati orang yang lebih tua.
 Tidak berkata-kata kotor, kasar, dan takabur.
 Tidak meludah di sembarang tempat.
 Tidak menyela pembicaraan pada waktu yang tidak tepat
 Mengucapkan terima kasih setelah menerima bantuan orang lain
 Bersikap 3S (salam, senyum, sapa)
 Meminta ijin ketika akan memasuki ruangan orang lain atau menggunakan barang milik
orang lain
 Memperlakukan orang lain sebagaimana diri sendiri ingin diperlakukan

Rubrik penilaian sikap santun dapat disusun sebagai berikut:


kriteria skor Indikator
Sangat Baik (SB) 4 Selalu santun dalam bersikap dan
bertutur kata kepada guru dan
teman
Baik (B) 3 Sering santun dalam bersikap dan
bertutur kata kepada guru dan
teman
Cukup (C) 2 Kadang-kadang santun dalam
bersikap dan bertutur kata kepada
guru dan teman
Kurang (K) 1 Tidak pernah santun dalam
bersikap dan bertutur kata kepada
guru dan teman

6. Sikap bekerja sama


Kerjasama merupakan kegiatan yang dilakukan secara bersama-sama oleh lebih dari satu
orang guna mewujudkan tujuan bersama.
Indicator sikap bekerja sama adalah sebagai berikut:
 Kesediaan melakukan tugas sesuai kesepakatan
 Bersedia membantu orang lain tanpa mengharap imbalan
 Aktif dalam kerja kelompok
 Memusatkan perhatian pada tujuan kelompok
 Tidak mendahulukan kepentingan pribadi
 Mencari jalan untuk mengatasi perbedaan pendapat/pikiran antara diri sendiri dengan orang
lain
Mendorong orang lain untuk bekerja sama demi mencapai tujuan bersama
Rubrik penilaian sikap dapat bekerja sama dapat disusun sebagai berikut:
kriteria skor Indikator
Sangat Baik (SB) 4 Selalu bekerja sama dengan teman
dalam proses pembelajaran.
Baik (B) 3 Sering bekerja sama dengan teman
dalam proses pembelajaran.
Cukup (C) 2 Kadang-kadang bekerja sama
dengan teman dalam proses
pembelajaran.
Kurang (K) 1 Tidak pernah bekerja sama dengan
teman dalam proses pembelajaran.

Selanjutnya guru membuat rekapitulasi hasil penilaian sikap peserta didik dalam format
seperti contoh berikut.

Ingin Tanggung Bekerja Jumlah Skor


No. Nama siswa jujur disiplin kode
tahu jawab sama skor sikap

1 A.Nur Aqila 4 4 3 3 4 18 3,6 SB


2 M. Aqil Mumtaz 4 4 3 3 3 27 3,4 SB
3' M.Z.Aqil M. 4 4 3 4 3 18 3,6 SB

Keterangan:
1. Rentang skor masing-masing sikap = 1,00 s.d. 4,00
2. Jumlah skor = jumlah skor seluruh criteria
3. skor sikap = rata-rata dari skor sikap
4. Kode nilai/Predikat:
3.25 - 4.00 = SB (Sangat baik)
2.50 – 3.24 = B (Baik)
1.75 – 2.49 = C (Cukup)
1.00 – 1.74 = K (Kurang)

Contoh Daftar Cek Penilaian Diri mengenai sikap terhadap mata pelajarankimia.

Mata Pelajaran : Kimia


Kelas : XI IPA
Semester : 1
Tahun pelajaran : 2013-2014
Kompetenti Inti :
2. Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin, tanggung jawab,
peduli, santun, ramah lingkungan, gotong royong, kerjasama, cinta
damai, responsif dan proaktif) dan menunjukkan sikap sebagai
bagian dari solusi atas berbagai permasalahan bangsa dalam
berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta
dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan
dunia
Kompetensi Dasar :
2.1 Memiliki motivasi internal dan menunjukkan rasa ingin tahu
dalam bekerja sama memenemukan dan memahami keteraturan
atom, unsur dan molekul.
2.2 Berperilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, kerjasama
dan proaktif dalam melakukan percobaan dan berdiskusi.
2.3 Menunjukkan sikap kritis, teliti dan konsisten dalam
menyajikan dan menafsirkan data.
2.4 Berperilaku menjaga lingkungan dan hemat dalam
memanfaatkan sumber daya alam.

Petunjuk penilaian diri:


Bacalah baik-baik setiap pernyataan dan berilah tanda V pada kolom yang sesuai dengan
keadaan dirimu yang sebenarnya!
No. Pernyataan Ya Tidak
Dalam praktikum menentukan ∆H reaksi
1.
saya mencatat data apa adanya.
2. Saya menyelesaikan tugas
praktikum sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan
Saya membuat laporan praktikum
3.
meskipun tidak didukung data akurat.
Saya berbagi tugas dengan teman satu
4.
kelompok.
Dalam praktikum saya mendominasi setiap
5.
pekerjaan.
Saya selalu mencari tahu prosedur dalam
6.
praktikum.
Saya membersihkan semua alat dan tempat
7. setelah praktikum selesai secara bersama-
sama.

Keterangan
1. Pernyataan pada instrumen di atas ada yang bersifat positif (No.1 dan 2) dan ada yang
bersifat negatif (No 3). Pemberian skor untuk pernyataan yang bersifat positif: YA = 2,
TIDAK = 1. Untuk pernyataan yang bersifat negatif adalah sebaliknya yaitu TIDAK = 2, dan
YA = 1.
2. Selanjutnya guru dapat membuat rekapitulasi hasil penilaian diri mengenai sikap terhadap
mata pelajaran geografi yang dilakukan oleh peserta didik menggunakan format berikut.

Skor untuk pernyataan Skor Kode


Umlahskor
No. Nama nomor sikap Nilai

1 2 3 4 5 6 7
1 Aisyah N.A. 2 2 2 2 1 2 1 24 3,42 B

Keterangan:
1. Jumlah skor maksimal = Jumlah pernyataan x 2
2. Skor sikap = (Jumlah skor perolehan/jumlah skor maksimal) x 4. Skor sikap ditulis
dengan dua desimal. Rentang skor sikap: 2.00 – 4.00
3. Kode nilai/predikat:
3.50 - 4.00 = SB (Sangat baik)
3.00 – 3.49 = B (Baik)
2.50 – 2.99 = C (Cukup)
2.00 – 2.49 = K (Kurang)

Contoh instrumen penilaian (lembar pengamatan) teman sejawat (peerassessment)


untuk mata pelajaran kimia.

Mata Pelajaran : Kimia


Kelas : XI IPA
Semester : 1
Tahun pelajaran : 2013-2014
Kompetenti Inti :
2. Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin, tanggung jawab,
peduli, santun, ramah lingkungan, gotong royong, kerjasama, cinta
damai, responsif dan proaktif) dan menunjukkan sikap sebagai
bagian dari solusi atas berbagai permasalahan bangsa dalam
berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta
dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan
dunia
Kompetensi Dasar :
2.1 Memiliki motivasi internal dan menunjukkan rasa ingin tahu
dalam bekerja sama memenemukan dan memahami keteraturan
atom, unsur dan molekul.
2.2 Berperilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, kerjasama
dan proaktif dalam melakukan percobaan dan berdiskusi.
2.3 Menunjukkan sikap kritis, teliti dan konsisten dalam
menyajikan dan menafsirkan data.
2.4 Berperilaku menjaga lingkungan dan hemat dalam
memanfaatkan sumber daya alam.

Petunjuk:
1. Amatilah perilaku temanmu dengan cemat selama mengikuti kegiatan praktikum
penentuan ∆H menggunakan calorimeter!
2. Berilah tanda V pada kolom yang sesuai (ya atau tidak) berdasarkan
hasilpengamatanmu!
3. Serahkan hasil pengamatan kepada bapak/ibu guru!

Nama siswa yang diamati :


Waktu pengamatan :
No. Perilaku/sikap Ya Tidak
Selama kegiatan selalu mendominasi
1.
pekejaan.
2. Dapat menerima saran teman yang lain.
Memberikan solusi terhadap pendapat
3.
yang berbeda.
4. Mencatat hasil pengamatan apa adanya.
Berpartisipasi dalam membersihkan tempat
5.
dan peralatan.
6. Hati-hati dalam melakukan percobaan.
7. Teliti dalam melihat ukuran.

Keterangan
1. Pernyataan pada instrumen di atas ada yang bersifat positif (No.1 dan 2) dan ada yang
bersifat negatif (No 3). Pemberian skor untuk pernyataan yang bersifat positif: YA = 2,
TIDAK = 1. Untuk pernyataan yang bersifat negatif adalah sebaliknya yaitu TIDAK = 2, dan
YA = 1.
2. Selanjutnya guru dapat membuat rekapitulasi hasil penilaian diri mengenai sikap terhadap
mata pelajaran geografi yang dilakukan oleh peserta didik menggunakan format berikut.

Skor untuk pernyataan Skor Kode


Umlahskor
No. Nama nomor sikap Nilai

1 2 3 4 5 6 7
1 Aisyah N.A. 2 2 2 2 1 2 1 24 3,42 B

Keterangan:
1. Jumlah skor maksimal = Jumlah pernyataan x 2
2. Skor sikap = (Jumlah skor perolehan/jumlah skor maksimal) x 4. Skor sikap ditulis
dengan dua desimal. Rentang skor sikap: 2.00 – 4.00
3. Kode nilai/predikat:
3.50 - 4.00 = SB (Sangat baik)
3.00 – 3.49 = B (Baik)
2.50 – 2.99 = C (Cukup)
2.00 – 2.49 = K (Kurang)

Contoh format jurnal atau catatan harian selama pembelajaran atau selama di
sekolah/madrasah.

No. Hari/Tanggal Nama Siswa Kejadian (positif/negatif


1.

2.

S-ar putea să vă placă și